Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

Perjuangan Perempuan Papua, Yuli Maniagasi Mengelola Pasar Agats

$
0
0

Yuli Maniagasi, Kepala Pasar Agats, Asmat. Dok. Pribadi.

"Dalam melaksanakan tugas, saya memegang prinsip hidup jujur yang diwariskan orang tua kami. Pernah ada pedagang yang mau bayar saya supaya bisa mendapatkan tempat berjualan di pasar, tetapi saya tolak. Saya tidak bisa dibeli dengan uang," tegas Yuli Maniagasi menuturkan liku-liku tantangan yang dihadapinya dalam mengelola pasar Agats, Asmat, 9 Oktober 2018 silam.

Suasana di kantor pasar Agats tampak ramai. Beberapa petugas sedang mengerjakan laporan. Alunan musik membahana memenuhi seluruh isi pasar. Para penjual dan pembeli dihibur dengan berbagai lagu, baik dari Papua maupun dari luar Papua. Di dalam ruangan berukuran 4x6 meter itulah, Yuli dan stafnya mengendalikan pasar Agats.

"Saya ada ruangan khusus untuk kepala pasar, tetapi saya memilih bekerja di ruangan ini bersama para staf. Saya mau langsung kerja bersama dengan staf supaya bisa selesai sesuai target waktu yang telah ditentukan," tutur Yuli.

Sejak Desember 2017, Yuli mendapat kepercayaan sebagai Kepala Seksi Pendataan dan Pendaftaran pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Asmat. Sejak menduduki posisi tersebut, dirinya menggerakkan seluruh stafnya untuk melakukan pendataan dan pendaftaran terhadap semua wajib pajak.

"Kami melakukan sosialisasi Pajak Bumi dan Bangunan dan pendataan objek penerimaan pajak di Kabupaten Asmat. Kami juga mendata semua wajib pajak yang belum terdaftar supaya mereka bisa berkontribusi untuk pembangunan Asmat.

Biasanya, ada wajib pajak yang usahanya tidak lancar, pada waktu kami mau data, mereka marah-marah, tetapi saya menjelaskan dengan tenang dan dari hati ke hati, sehingga mereka bisa menerimanya," tutur perempuan yang lahir di Senggo, pada Oktober 1987 ini.

Berbekalkan pengalaman menjadi Putri Asmat dan Putri Persahabatan Provinsi Papua 2011, Yuli menggunakan teknik komunikasi yang menyentuh sukma setiap pribadi yang dilayaninya.

"Saya biasa bicara dengan semua orang yang saya layani dengan penuh perhatian. Saya mendengarkan keluh kesah mereka. Kemudian, saya menjelaskan maksud dan tujuan saya kepada mereka sehingga seluruh pelayanan saya kepada masyarakat bisa diterima," jelasnya.

Kemampuan Yuli menjadi Kepala Seksi Pendataan dan Pendaftaran mengantarnya pada posisi sebagai kepala Pasar Agats. Pada bulan Februari 2018, ia ditunjuk oleh Kepala BPKAD Asmat, Frans Sinurat sebagai kepala Pasar Agats.

"Waktu saya ditunjuk sebagai Kepala Pasar Agats, saya tolak karena merasa diri tidak mampu, tetapi Pak Frans percaya bahwa saya bisa sehingga saya menerimanya dengan sepenuh hati," kisah Yuli.

Yuli menuturkan bahwa ketika pertama kali beraktivitas di kantor pasar Agats, ia mengumpulkan semua stafnya. Ia minta supaya para staf berlaku jujur. Ia menegaskan bahwa tidak ada lagi sistem jual beli tempat berjualan. Setiap pedagang yang mau mendapatkan tempat berjualan di pasar harus mengikuti mekanisme yang sudah ditetapkan yaitu mendafatar dan mengikuti pelelangan secara terbuka.

"Pernah ada pedagang yang datang bawa amplop kepada saya. Mereka minta supaya dapat tempat berjualan di pasar Agats ini. Saya tolak dengan tegas. Saya minta semua orang harus mengikuti aturan yang ada. Silakan daftar dan ikut pelelangan terbuka," tegas perempuan yang menyelesaikan Sekolah Dasarnya di SD Inpres Atsj ini.

Yuli menuturkan bahwa kehadirannya di pasar Agats merupakan amanat rakyat. Ia berkomitmen melayani semua masyarakat di pasar secara adil. Sebagai perempuan Papua, ia mau membuktikan bahwa perempuan Papua bisa menjadi pemimpin bagi masyarakatnya.

***

Yuli sedang berbicara dengan Mama-Mama Pedagang Asli Papua di Pasar Mama-Mama Papua di Agats. Dok. Pribadi.Terkait proses transaksi di pasar Agats, Yuli mengatakan bahwa  orang Papua harus bersaing dengan orang pendatang yang memiliki modal dan keterampilan berdagang. Ia juga menjelaskan bahwa untuk memotivasi pedagang asli Papua, khususnya Mama-Mama Papua yang berdagang, Bupati Asmat, Elisa Kambu memberikan modal usaha.

"Untuk di Asmat, Bupati kasih modal. Satu Mama, 3 juta. Minggu lalu, Bupati ada bantu 20 Mama. Kalau di Atsj satu Mama  5 juta. Kami ikuti perkembangan Mama-Mama pedagang ini," tuturnya.  

Sebagai perempuan Papua, Yuli mengatakan bahwa Mama-Mama Papua biasa merasa minder harus bersaing dengan pedagang pendatang, tetapi dirinya memberikan motivasi supaya Mama-Mama Papua tetap berjuang.

"Saya biasa bilang kepada Mama-Mama bahwa berkat pasti akan datang. Dunia pasar ada untung dan rugi. Mama-Mama harus sabar dan tekun. Mama-Mama jual sayur organik. Orang akan belanja di Mama-Mama punya jualan. Saya selalu memberikan motivasi supaya Mama-Mama harus berjuang dan tidak putus asa," tutur Yuli.

Yuli bersyukur bahwa pemerintah daerah Kabupaten Asmat telah membangun pasar khusus untuk Mama-Mama Papua di Agats.

"Saya jelaskan kepada Mama-Mama Papua bahwa pemerintah sudah kasih pasar khusus untuk Mama-Mama di Asmat, sehingga ada perlindungan untuk Mama-Mama. Di pasar ini, Mama-Mama berjualan secara gratis, tanpa bayar retribusi," tambahnya.

Ia mengatakan bahwa biasanya Mama-Mama berjualan di tempat-tempat yang mereka lihat banyak pembeli.

"Ada pasar di sini, tetapi kalau Mama-Mama lihat di tempat-tempat yang ada pembeli, mereka pergi jual di sana. Itu tantangan saya dalam mendampingi Mama-Mama ini," tuturnya.

Sebagai perempuan yang lahir dan besar di tanah Asmat, Yuli mempunyai mimpi khusus bagi Mama-Mama Papua.

"Saya akan mendampingi Mama-Mama supaya mereka bisa manfaatkan hasil jualan mereka untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Mereka harus bisa menabung. Misalnya, setiap hari mereka bisa tabung lima ribu per hari. Dengan tabungan, mereka bisa kasih sekolah anak-anak. Saya punya mimpi mereka tidak minta-minta uang di pemerintah supaya orang tidak anggap remeh mereka," harapnya.

Meskipun demikian, harapan Yuli tidak sepenuhnya bisa dilakukan Mama-Mama. Sebagian besar Mama-Mama belum terbiasa menabung dari hasil jualannya. Seringkali, uang hasil jualan langsung habis dibelanjakan berbagai kebutuhan hidup mereka.

"Saya biasa tanya ke Mama mereka, apakah mereka menabung, tetapi Mama mereka bilang bahwa mereka tidak menabung karena belanja makanan. Saya berharap ke depan harus ada kerja sama dengan Bank supaya ada petugas yang datang ke Mama-Mama setiap sore supaya Mama-Mama bisa stor tabungan," tutur perempuan yang menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMA John 23 Merauke pada tahun 2005 silam ini.

Yuli berharap ke depan, ada pendampingan bagi Mama-Mama Papua di Asmat untuk selalu menabung. Kebiasaan menabung harus menjadi bagian dalam hidup Mama-Mama sehingga hasil jualan tidak langsung habis untuk belanja makan dan minum saja. Siapakah yang akan memberikan pendampingan bagi Mama-Mama?

"Sebenarnya, secara pribadi, saya tidak mau urus pasar Mama-Mama di Agats, tetapi Pak Frans sampaikan bahwa hanya saya yang Mama-Mama bisa dengar, sehingga saya bersedia. Untuk bisa bicara dengan Mama-Mama, saya harus bisa "mengambil hati" Mama-Mama. Saya kasih pemahaman kepada Mama-Mama. Kemudian, kami bicara," tutur Yuli.

Yuli menambahkan, "Pernah ada teman-teman dari Satpol PP dan Perindakop mereka bicara, Mama-Mam tidak mau dengar, sehingga mereka datang panggil saya di kantor. Saya pergi ke pasar Mama-Mama dan bicara dengan Mama-Mama mereka," kisah Yuli.

Mama-Mama Papua tidak setiap hari berjualan di pasar yang telah disediakan oleh pemerintah daerah kabupaten Asmat. Mereka berjualan tatkala ada hasil kebun seperti daun singkong, sawi, sayur paku dan lain-lain. Sebagian Mama Papua yang memiliki modal membeli sayur dari para petani di Ayam dan Ewer dan menjualnya kembali di pasar Mama-Mama Papua di Agats.

Menyikapi kondisi demikian, Yuli mengajak Mama-Mama yang tidak berjualan supaya bisa memberikan tempatnya bagi Mama-Mama yang ada jualan. "Saya bicara dengan Mama-Mama supaya mereka yang tidak punya jualan bisa kasih tempat jualannya kepada Mama-Mama yang ada jualan sehingga pasar Mama-Mama selalu ada aktivitas jual beli," tutur Yuli.

Berhadapan dengan Mama-Mama Papua tidaklah muda. "Saya pernah minta kepada Pak Frans supaya berhenti perhatikan Mama-Mama, tetapi Pak Frans bilang kalau bukan saya baru siapa lagi yang mau lihat Mama-Mama ini sehingga saya masih bertahan sampai sekarang," kisah Yuli.

***

Sebagai orang Papua, Yuli berharap setiap orang yang datang ke Papua terlibat memberdayakan orang Papua, bukan melakukan eksploitasi. Ia minta supaya orang Papua, terutama orang Asmat diberdayakan supaya mereka bisa mandiri di masa depan.

"Untuk berbicara dengan orang Asmat, harus ada pendekatan khusus. Saya pikir, kita harus menguasai teknik komunikasi yang sesuai dengan kebiasaan orang Asmat supaya pada saat kita bicara mereka mengerti dan menerimanya," tutur Yuli.

Yuli juga menegaskan bahwa orang Papua, termasuk orang Asmat membutuhkan bukti. "Kalau kita bicara dengan orang Papua, termasuk orang Asmat, mereka minta bukti. Jadi, kita harus kasih contoh dulu supaya mereka lihat dan bisa ikut seperti yang kita bicara. Kalau kita bicara tentang menabung, kita harus tunjukkan dulu bahwa kita juga punya tabungan," tegasnya.

***

Yuli Maniagasi perempuan inspiratif. Di usianya yang masih muda, ia dilantik menjadi Kepala Seksi Pendataan dan Pendaftaran BPKAD Kabupaten Asmat pada Desember 2017. Kemudian sejak Februari 2018, ia mendapat kepercayaan lagi menjadi kepala pasar di Agats.

Ia tidak hanya memimpin pasar sentral Agats, yang terletak di Jalan Dolog Agats dan didominasi pedagang pendatang, melainkan juga pasar khusus untuk Mama-Mama Papua di Jalan Yos Sudarso yang telah diresmikan oleh Bupati Asmat, Elisa Kambu pada 15 Februari 2018 silam.

Di tengah berbagai kesibukan itu, pada bulan Mei 2017, Yuli menjadi anggota Sekretariat Bangun Generasi dan Keluarga Sejahtera Papua (Bangga Papua) Kabupaten Asmat. Ia terlibat sejak mulai pendataan penerima manfaat Bangga Papua (anak Papua asli usia 0-4 tahun), sosialisasi Bangga Papua sampai pencairan dana Bangga Papua pada 12 Desember 2018.

Berbagai usaha dan kerja keras Yuli lahir dari motivasi dirinya untuk melayani sesama orang Papua yang tinggal di Asmat. "Saya belajar dari Bapa saya yang sangat rendah hati untuk melayani orang Asmat. Bapa saya adalah tokoh inspiratif bagi hidup saya," tutur Yuli mengakhiri kisahnya sebagai kepala pasar Agats, Asmat.[].




Baca juga:
Akses Kompasiana Lebih Mudah melalui "Add to Home Screen"
Hal Kebenaran dan Prasangka dalam Hoaks dan Twit Andi Arief
Kepunahan Seni Joged Bungbung di Tabanan, Bali

Punya Berita Penting yang Anda Temukan? Segera Laporkan ke WhatsApp Kompasiana!

$
0
0

Ilustrasi: Dokumentasi Kompasiana.com

Ketidakhadiran wartawan profesional di tiap titik lokasi terjadinya peristiwa bukan hanya disebabkan perihal kuantitas, tetapi bisa jadi jangkauannya yang terbatas. Sejak masifnya praktik jurnalisme warga atau jurnalisme partisipatoris yang diiringi dengan merebaknya platform user generated content, peran masyarakat atau warga begitu penting dalam siklus penciptaan dan penyebaran konten informasi dan berita.

Terlebih, keberadaan teknologi canggih sudah dapat dijangkau dengan harga yang murah seperti telepon pintar yang multifungsi. Ribuan atau mungkin jutaan konten dari seluruh dunia yang berisi laporan warga wara-wiri di linimasa jejaring sosial atau di banyak platform blog sosial. Begitu dengan www.kompasiana.com.

Sejak pendiriannya di tahun 2008, Kompasiana diciptakan bukan saja sebagai medium blogging bagi jurnalis dan karyawan Kompas Gramedia, tetapi juga bagian dari 'tanggung jawab sosial perusahaan' kepada masyarakat Indonesia dalam memfasilitasi melalui medium yang dapat digunakan untuk melaporkan segala peristiwa yang luput dari pena dan kamera wartawan profesional.

Demi memudahkan proses penciptaan, penayangan dan peyebaran laporan warga yang sejak dulu menjadi salah satu ciri khas Kompasiana, kami membuka jalur pelaporan yang lebih praktis. Jika dulu kategori reportase warga di Kompasiana harus sudah dikemas dan siap baca, kini Anda dapat mengirimkan laporan singkat yang akan kami tidaklanjuti sampai menjadi kesatuan konten yang layak baca.

Kami menamankannya K-Report! Memanfaatkan jejaring percakapan sosial Whatsapp sebagai jalur pelaporan warga yang cepat dan efisien. Tiap laporan singkat yang masuk ke dalam nomor Whatsapp Kompasiana akan diproses lebih lanjut untuk memastikan validitas dan keakuratan dari tiap laporan yang masuk. Setelah memenuhi kriteria pembuatan konten berita, kami akan mempublikasikannya melalui akun Kompasiana News, tentunya disertakan juga nama atau akun pelapor.

Namun, tidak semua laporan dapat kami tindaklanjuti atau ditayangkan. Ada aturan main yang harus dicatat sebelum mengirimkan laporan singkat ke nomor Whatsapp Kompasiana. Simak beberapa poin di bawah ini:

KETENTUAN

  • Kompasianer atau warga umum dapat melaporkan melalui layanan K-Report
  • Laporan yang dikirim merupakan peristiwa dan mengandung nilai berita
  • Memiliki urgensi untuk segera ditayangkan
  • Laporan dalam bentuk; teks, foto dan video
  • Pelapor wajib menyebutkan identitas lengkap dan jelas
  • Pelapor bersedia dihubungi redaksi Kompasiana untuk proses validasi dan kebutuhan pembuatan berita lainnya
  • Pelapor bersedia diikutsertakan dalam sebuah grup Whatsapp K-Report berdasarkan kategori domisili atau minat

MEKANISME

Mekanisme pelaporan berita untuk K-Report adalah sebagai berikut:

Mekanisme K-Report

  • Pertama,Kompasianer/warga mengirimkan laporan kejadian ke Whatsapp K-Report pada nomor 0813-8184-9362.
  • Kedua, pihak Kompasiana akan menyeleksi laporan yang masuk dan melakukan validasi laporan. 
  • Ketiga, setelah menentukan laporan yang tervalidasi, Kompasiana akan menghubungi pelapor untuk kelengkapan berita. 
  • Keempat, laporan akan ditayangkan di akun Kompasiana News.

FORMAT

Format laporannya adalah sebagai berikut:

  • NAMA PELAPOR
  • TEMPAT  PERISTIWA
  • WAKTU PERISTIWA
  • KONTEN LAPORAN; TEKS/FOTO/VIDEO
  • Kirimkan ke Whatsapp kami di nomor:0813-8184-9362

Ingat, kami hanya menerima laporan peristiwa yang memiliki urgensi untuk segera ditayangkan dan nomor ini tidak menerima panggilan telepon, hanya khusus jalur Whatsapp. Di luar laporan seperti itu, Anda dapat membuat konten komprehensif melalui akun personal di Kompasiana. 

Jika Anda memiliki kendala atau keluhan baik segi teknis maupun non-teknis di Kompasiana, Anda bisa melaporkannya melalui fitur bantuan pada tautan berikut ini.




Baca juga:
Hanya Karena Ingin Dekat, Jangan Sembarang Pindah Kursi di Pesawat
Melirik Kaitan Antara Mega, PDI-P dan Jokowi
Seberapa Rendah Mutu Proyek Infrastruktur "Pelat Merah"?

Menanti Kejutan Pemain Muda Indonesia di Babak 8 Besar Thailand Masters 2019

$
0
0

Harapan untuk mendengar kabar pebulutangkis-pebulutangkis meraih trofi di turnamen pembuka di awal tahun 2019, masih terjaga. Harapan itu belum terancam pupus setelah ada 12 pemain Indonesia yang berhasil lolos ke putaran kedua turnamen Thailand Masters.

Ganda putri muda Indonesia, Febriana Dwipuji/Ribka Sugiarto/Foto: Warta Kota

Ya, Indonesia masih memiliki cukup banyak wakil di lima nomor yang dipertandingkan. Mereka lolos setelah meraih kemenangan di putaran pertama yang digelar Rabu (9/1/2018) pagi hingga tadi malam.

Meski, ada beberapa pemain utama yang sejatinya diharapkan bisa melangkah jauh, malah langsung rontok di putaran pertama. Di antaranya Ihsan Maulana Mustofa di tunggal putra dan pasangan Ni Ketut Mahadewi/Rizki Amelia Pradipta yang diproyeksikan berjuang menuju Olimpiade 2020.

Nah, hari ini, Kamis (10/2/2018), 12 pemain Indonesia baik yang dari Pelatnas maupun non Pelatnas, akan tampil di putaran kedua demi merebut 'tiket' ke perempat final.

Bagaimana peluang pemain-pemain Indonesia untuk lolos ke perempat final?

Merujuk pada skema drawing Thailand Masters 2019, beberapa pemain Indonesia akan menghadapi lawan berat di putaran kedua. Di antaranya ganda putra pasangan Sabar Karyaman Gutama/Frengky Wijaya Putra yang akan bertemu unggulan 5 asal Taiwan, Lu Ching Yao/Yang Po han. Lalu ganda putri pasangan Yulfira Barkah/Jauza Fadhila Sugiarto harus menghadapi ganda putri Belanda unggulan 6, Selena Piek/Cheryl Seinen.  

Namun, yang paling menjadi sorotan adalan duel pemain Indonesia melawan pemain-pemain tuan rumah. Ada lima pemain Indonesia yang akan menghadapi pemain Thailand di putaran kedua yang akan dimulai Kamis sore nanti.

Nah, dari lima pemain Thailand yang menjadi lawan pemain Indonesia tersebut, tiga diantaranya merupakan pemain top dan pernah menjadi juara di Thailand Masters edisi sebelumnya.

Di tunggal putri, Fitriani akan bertemu pemain tuan rumah yang menjadi unggulan 1, Nitchaon Jindapol. Pemain Thailand berusia 27 tahun ini juga merupakan juara bertahan Thailand Masters 2018. Tahun lalu, dia juara setelah mengalahkan rekan senegaranya, Pornpawee Chochuwong.

Di putaran pertama kemarin, Jindapol menang cukup mudah, 21-12, 21-15 atas Lin Ying-chun dari Taiwan. Sementara Fitriani yang diproyeksikan tampil ke Olimpiade 2020, lolos setelah menang rubber game atas pemain Malaysia, Lee Ying Ying 18-21, 21-9, 23-21.

Tentunya berat bagi Fitriani bertemu Jindapol. Terlebih bermain di 'kandang lawan'. Namun, bila pebulutangkis kelahiran Garut berusia 19 tahun ini mampu tampil tenang, dia bisa menang.

Tidak hanya Fitriani, tunggal putri Pelatnas lainnya, Ruselli Hartawan (21 tahun) juga akan bertemu pemain top tuan rumah di putaran kedua. Ruselli akan menghadapi Busanan Ongbumrungpan.

Pemain yang baru berusia 22 tahun ini merupakan salah satu trio tunggal putri top Thailand selain Ratchanok Intanon dan Nitchaon Jindapol. Busanan merupakan juara Thailand Masters 2017. Setelah tahun 2018 lalu tidak mampu meraih gelar, Busanan tentunya termotivasi untuk meraih gelar di tahun ini. Semangat itulah yang harus diwaspadai Ruselli.

Di putaran pertama kemarin, Busanan menang mudah atas pemain kelahiran Rusia yang kini membela Israel, Ksenia Polikarporva, 21-12, 21-8. Sementara Ruselli harus melakoni pertandingan tiga game ketat melawan pemain Taiwan, Chiang Ying-li. Ruselli akhirnya menang 21-15, 22-24, 21-17.

Sejak Thailand Masters digelar pada 2016 silam, Indonesia belum mampu meraih gelar di sektor tunggal putri. Tentunya ada harapan, 'puasa gelar' di tunggal putri itu bisa diakhiri tahun ini. Selain Fitri dan Ruselli, juga ada Yulia Yosephin Susanto. Semoga mereka menampilkan permainan terbaiknya dan membuat kejutan di pertandingan nanti.

Sementara di sektor ganda putri, pasangan muda Indonesia, Febriana Dwipuji Kusuma/Ribka Sugiarto berhasil mengawali penampilannya di level senior dengan hasil manis.

Di putaran pertama Thailand Masters, Rabu (9/1/2019) kemarin, pasangan juara Kejuaraan Asia junior 2018 ini menang rubber game 21-12, 21-23, 21-18 atas pasangan 'gado-gado' Kittipak Dubthuk (Thailand)/Rusydina Riodingin (Indonesia).  

Nah, setelah mengawali turnamen dengan manis, Febriana/Ribka sudah ditunggu lawan berat di putaran kedua. Febriana/Ribka akan bertemu ganda putri terbaik Thailand yang juga unggulan 1, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai. 

Di putaran pertama kemarin, Kititharakul/Prajongjai menang mudah atas ganda putri Indonesia, Agatha Imanuela/Siti Fadia Silva 21-8, 21-9 yang merupakan rekan Febriana/Ribka di Pelatnas dan peraih medali perunggu Kejuaraan Dunia junior 2018.

Selain menjadi unggulan 1, Kititharakul/Prajongjai merupakan juara bertahan Thailand Masters 2018. Di akhir tahun lalu, pasangan yang kini berusia 25 tahun ini masuk dalam top 8 peringkat teratas dunia dan tampil di BWF World Tour Finals.

Terlepas dari jadwal yang berat, tetapi tipe pertandingan berat seperti inilah yang justru bisa mematangkan mental tanding pemain-pemain Indonesia, utamanya mereka yang masih berusia muda. Mereka akan punya motivasi lebih dan tertantang untuk membuat kejutan.

Ya, selama pertandingan belum selesai, peluang masih terbuka. Siapa tahu Fitriani dkk bisa membuat kejutan dan lolos ke perempat final. Doa terbaik untuk perjuangan mereka. Salam bulutangkis.




Baca juga:
Pro-Kontra Pekan Ini: Lazimkah Pertanyaan Debat Pilpres Disampaikan Sebelum Sesi?
Hanya Karena Ingin Dekat, Jangan Sembarang Pindah Kursi di Pesawat
Melirik Kaitan Antara Mega, PDI-P dan Jokowi

Gagal Paham Razia Buku

$
0
0

Dokumentasi PribadiSebagai penulis yang awam hukum, kendatipun tidak buta hukum banget, saya mendadak diserang virus gagal paham. Serangannya sangat akut hingga mencapai level kritis. Razia buku gara-garanya.

Razia itu punya banyak cela dan celah. Itulah yang membuat saya gagal paham. Cela dan celah itu amat rentan bagi imunitas demokrasi kita. Tidak percaya? Silakan simak butir-butir kegagalpahaman saya.

1. Pertanyaan pertama yang bikin gerah. Apakah sekarang TNI AD mengemban fungsi baru untuk merazia buku? Jika benar demikian, demokrasi kita berjalan mundur.

2. Pertanyaan kedua juga bikin gerah. Apakah buku yang dirazia itu sudah "dilahap" isinya? Jika belum, nahas sekali nasib buku. Cuma gara-gara judul dan sinopsis di sampul bisa langsung dicap buku kiri. Ada cacat nalar di sini.

3. Pertanyaan ketiga tambah bikin gerah. Apakah buku yang dirazia sudah melewati proses peradilan? Jika belum, razia sedemikian dapat disebut ilegal, cacat hukum, atau tidak sah.

4. Pertanyaan keempat sudah membingungkan dan menyedihkan. Apakah alat negara, dalam hal ini TNI AD, sudah mendalami hukum yang mengatur tentang penarikan buku? Jika belum, sungguh sangat disayangkan. Melakukan sesuatu tanpa mendalami aturan main bakal menyesatkan.

Mungkin kalian bertanya-tanya mengapa saya memilih kata membingungkan dan menyedihkan. Alasannya sederhana. Razia buku di Jatim dan Sumbar melibatkan aparat negara. 

Supaya lebih terang benderang, mari kita teruskan. 

5. Kebingungan pertama. Pada 2010, melalui Putusan No. 20/PUU-VIII/2010, MK sudah membatalkan UU No. 4/PNPS/1963 tentang Pengamanan Barang-barang Cetak yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban Umum. Mengapa TNI AD masih merazia buku di Jatim dan Sumbar?

Landasan hukumnya sudah dicabut. Artinya, tidak boleh main sita buku apa pun kalau tidak sesuai dengan aturan hukum. Bila tetap dilakukan berarti main hakim sendiri. Lantas apa gunanya kita punya hukum jika aparat negara saja main hakim sendiri? Apa jadinya apabila rakyat ikut-ikutan merazia buku akibat terkompori aksi konyol aparat negara? 

Oke, kita simpan dulu kegelisahan itu. Mari kita lanjutan ke butir berikutnya.

6. Kebingungan kedua. MK memutuskan bahwa penyidikan, penggeledahan, atau penyitaan buku harus dilakukan sesuai ketentuan hukum, yakni melalui perintah pengadilan dan tidak dilakukan dengan sewenang-wenang. 

Semoga butir keenam di atas cukup jelas dan tercerap maknanya. Pertanyaan baru sontak menyembul di benak saya: Apakah petugas TNI AD yang merazia buku membawa surat perintah, sebut saja Surat Perintah Penyitaan, dari lembaga peradilan?

Tentu bukan kita yang bisa menjawabnya. 

7. Kebingungan ketiga. Andaipun razia buku dan penyitaan itu dilakukan atas perintah dari Ketua Pengadilan setempat, apakah Surat Perintah Penyitaan sudah melalui proses pengadilan? Kalau belum, penyitaan itu tindakan konyol. Mengapa konyol? Karena tindakan sedemikian tidak menghargai negara kita sebaga negara hukum.

8. Kebingungan keempat. Bahkan andaikan TNI AD membawa Surat Perintah Penyitaan, tindakan merazia buku tersebut tetap merupakan penyitaan yang tidak sah. Mengapa? Karena TNI AD, juga TNI AU dan TNI AL, tidak memiliki kewenangan untuk menggeledah, menyidik, atau menyita buku.

Kecuali petugas Pengadilan meminta bantuan tentara dan polisi, barulah tentara atau polisi boleh turun tangan. Namun, rasanya agak berlebihan jikalau tentara harus turut campur. Kendatipun buku di sita, karyawan atau pemilik toko buku tidak akan melakukan aksi perlawanan yang brutal. 

Tidak heran bila saya bersedih.

9. Kesedihan pertama. Alasan penyitaan karena "dugaan pelanggaran" terhadap TAP MPR No. XXV/MPRS/1966 Tahun 1966 tentang Pembubaran PKI. Ini alasan yang bias. Sangat sumir. Kalau begini caranya, tentara dan polisi bisa seenak udel menyita buku. Cukup dengan praduga mengancam ketertiban umum, sebuah buku sudah bisa disita. Kesannya jadi norak dan cemen.

Bawa buku yang diduga "dapat mengancam ketertiban" itu ke pengadilan. Singkap segalanya di situ. Biarkan penulisnya membela diri dan gagasannya. Pendek kata, uji dugaan itu. Kalau memang terbukti melanggar barulah disita. 

Ini langsung main sita. Alat negara kok melawan hukum. Ajaib!

10. Kesedihan kedua. Sungguhpun satu buku terbukti melanggar dan mesti disita, eksekusi penyitaan tetap wewenang petugas pengadilan. Bukan kerjaan tentara. Mestinya TNI AD bersikap hati-hati dan tidak gegabah, apalagi sampai main razia buku secara sembrono atau tidak sah.

11. Kesedihan ketiga. Kita hidup di orde reformasi, tetapi alat negara mengancam kebebasan berdemokrasi. Ini bukan soal buku kiri atau kanan, melainkan cara kita memperlakukan hasil kerja intelektual. Sedihnya, razia buku yang dilakukan oleh TNI AD tiada berbeda dengan "perampokan kebebasan berpendapat".

12. Kesedihan keempat. Apa pun isi bukunya, entah kiri entah kanan, tidak bisa disita karena asal duga. Buktikan pelanggarannya di pengadilan. Pihak yang rugi bukan cuma penulis, penerbit, dan toko buku, melainkan bangsa kita. Bagaimana kita akan mencerdaskan bangsa kalau tradisi merazia buku kita kembang suburkan?

Sebagai penulis, saya sedih melihat kebiasaan merazia buku yang dilakukan begitu saja tanpa melalui proses pengadilan. Apalagi bila dilakukan oleh alat negara. Sudah pajak buku besar, pajak kertas tinggi, buku perasan pikiran disita pula. Bingung dan sedih. Membingungkan sekaligus menyedihkan.

Akan tetapi, biarlah saya saja yang bingung dan sedih. Sudahlah, sungguhpun sempat terbetik di benak saya untuk menyerukan "Bersatulah Penulis dan Pegiat Perbukuan di Indonesia", sia-sia saja selama tabiat preman melekat di aparat negara. 

Doakan saja supaya razia buku yang tidak sah tidak terjadi lagi. Doakan pula supaya pihak TNI AD berkenan mengklarifikasi aksi razia buku tersebut.

Tabik. Dari warga negara yang sedang bingung dan sedih. Khrisna Pabichara




Baca juga:
Menakar Efek Hilangnya Direktur Independen dari Jajaran Manajemen Emiten
Pro-Kontra Pekan Ini: Lazimkah Pertanyaan Debat Pilpres Disampaikan Sebelum Sesi?
Hanya Karena Ingin Dekat, Jangan Sembarang Pindah Kursi di Pesawat

Panen Buah Raya di Kampung, Tanda Kearifan Lokal Masih Terjaga

$
0
0

Asyiknya bisa panen durian di kebun durian teman. Foto dok. Simon TampubolonDi Penghujung tahun 2018 kemarin, saya berkesempatan untuk liburan karena bertepatan dengan libur natal.

Setibanya di kampung, sanak saudara di kampung-kampung lebih khusus di Kecamatan Simpang Dua, Ketapang, Kalimantan Barat, ternyata dibanjiri oleh hasil panen buah karena musim buah tahun ini merata terjadi alias panen Raya. Satu sebagai pengingat, menurut cerita masyarakat di kampung, adanya buah raya boleh dikata karena alasan kearifan lokal yang masih terjaga.

Panen Raya yang ada di kampung boleh dikata berbuah secara merata, hampir semua buah berbuah. Buah satar/buah gandaria (Bouea macrophylla Griffith), buah langsat (Lansium domesticum Correa), buah cempedak, buah mentawak (Artocarpus Integer), buah pekawai/durian kuning (Durio kutejensis) dan buah durian (Durio Zibethinus). Ada pula panen buah kapul dan buah Kalimantan.

Beberapa buah-buahan hasil panen di kampung. Foto dok. Petrus KanisiusKearifan lokal masyarakat di di kampung lebih khusus di Kecamatan Simpang Dua dan Simpang Hulu, rata-rata memiliki kampong loboh laman banua (kampung halaman) dan memiliki buah janah/kampong buah (kebun buah). 

Istilah masyarakat inilah (kampong loboh laman banua dan buah janah/kampong buah) setidaknya yang menjadi penguat mengapa adanya panen buah raya (panen buah melimpah). 

Setiap masyarakat atau pun keluarga memiliki kampong buah, kampong buah inilah yang setiap musim buah selalu dibanjiri panen buah. Kampong buah merupakan salah satu kearifan masyarakat yang hingga saat ini masih ada dan terjaga adanya.Kampong buah yang dimiliki oleh masyarakat kampung, hampir di setiap kampung di pedalaman ada Kampung Buah. Foto dok. Simon TampubolonDengan adanya kampong buah, mereka setiap tahunnya bisa bersandar sebagai hasil tambahan jika musim buah raya tiba. Tidak hanya itu, musim buah erat kaitannya juga dengan tata cara masyarakat yang berslogan, kampung buah sebagai warisan hingga anak cucu yang tak boleh hilang. Dengan kata lain dengan adanya kampong buah, masyarakat bisa terpenuhi kebutuhan mereka sehari secara berkelanjutan.

Saat musim buah juga hal yang tak kalah menyenangkan dialami oleh teman-teman relawan Rebonk. Beberapa dari teman-teman relawan Rebonk ternyata ada yang memiliki ke kebun durian di Dusun Melinsum, Desa Sejahtera, Kabupaten Kayong Utara. Mereka pun mengajak nyandau durian (panen bersama) sesama relawan. Kebersamaan untuk berbagi, menyandau dan menikmati hasil sandauan bersama.

Buah durian di kebun masyarakat di Sukadana, Foto dok. Simon TampubolonHubungan erat antara panen buah, kearifan lokal yang masih ada dan terjaga setidaknya menjadi obat penawar yang mujrab sekaligus kerinduan akan masa-masa dimana kita masih boleh nikmat hasil dari jerih payah keluarga kita dan masyarakat kita yang tanpa ragu memberi kita (berbagi) buah-buahan ketika panen buah dengan gratis segratisnya. Dan itu juga merupakan budaya yang tak lekang oleh waktu. 

Ya, benar adanya demikian yang dirasakan itu, mengingat di kota-kota kita mesti mengeluarkan rupiah dan cukup mahal. Tetapi di kampung, rerata masyarakat masih setia dan tak ragu alias ikhlas dengan arti berbagi. 

Demikin juga ketika ada lauk pauk, tetangga-tetangga tak pelit untuk memberi/berbagi. Asyikk... dalam benakku berkata. Tak hanya asyiknya kita beroleh buah-buahan dari hasil pemberian, demikian juga lauk pauk. mata sama melihat, sama merasa (mata sama melihat, sama merasakan), artian inilah arti dari kearifan lokal yang terus berjalan.

Bahkan menariknya lagi, kebun buah kita jika berbuah banyak boleh di sandau (boleh dipanen) oleh warga/tetangga lain, mereka boleh memberi kita (intinya lagi dan lagi adalah sama-sama berbagi) agar tidak kempunan (agar tidak mengalami kesialan/mengalami) gara-gara tidak menikmati buah, demikian juga halnya dengan lauk pauk, jika tetangga yang bersebelahan rumah dengan kita apabila kit beroleh lauk pauk asal masakan dari lauk pauk tersebut halal maka harus dibagikan.

Kembali lagi ke pembahasan panen buah atau pun juga musim buah raya, buah durian, buah langsat, buah manggis dan buah cempedak, dan buah mentawak dan buah satar, ini yang primadona selama musim buah berlangsung. Dengan kata lain, buah-buah ini yang menjadi sasaran utama para penikmat buah, karena jarang sekali buah-buah ini dinikmati setiap harinya.

Jika buah durian, itu sangat istimewa sekali. Lundik durian (daging buah durian) selain bisa dinikmati, tetapi juga daring durian bisa diolah menjadi lempok (durian yang diolah/digoreng) dan ada juga yang dibuat sebagai dodol (digoreng dicampur tepung dan gula). 

Nah, ada lagi yang membuat buah durian sangat diminati, ya karena lundik durian tempoyak bisa diolah menjadi tempoyak (daging durian yang dipermentasikan, setelah sebelumnya lundik durian digarami).Saat Ibuku dan sepupu mengolah durian menjadi tempoyak. Foto dok. Petrus KanisiusSedangkan buah lainnya adalah mentawak (Artocarpus anisophyllus) wah rasanya sangat enak, jika sudah matang apa lagi, karena buah mentawak bisa dikukus, bijinya bisa dimasak dan dicampur tempoyak dan daging, setelah sebelumnya biji-biji mentawa dari sisa dibersihkan dan direndam dan biji-bijinya dipecah-pecahkan. 

Wah bila dimasak, rasanya maknyus... demikian juga tempoyak sangat enak apabila dicampur dengan ikan baong atau ikan tapah. Hal yang sama tempoyak sangat enak jika dimasak dicampur dengan daging segar. Bolahlah kirannya untuk dicoba, jika ada yang terbiasa makan tempoyak. 

Keistimewaan dari musim buah durian, jika buahnya bisa dijual tetapi tak laku hingga harga jualnya murah karena banjir buah, para perajin tempoyak berlomba-lomba membelinya dengan harga murah karena mereka memanfaatkan buah durian yang tidak laku tersebut diolah menjadi tempoyak. 

Dan ternyata, setelah tempoyak jadi, banyak juga yang ingin membeli tempoyak. Satu kilogram tempoyak bisa dihargai (dijual dengan harga 40 ribu hingga 60 ribu rupiah) bahkan harga tempoyak bisa mencapai ratusan ribu jika sudah dikemas dalam ken 5 liter.

Kearifan lokal memang menjadi salah satu langkah atau cara lain bagi masyarakat kampung jika dicermati dengan pola pemahaman mereka dari dulu hingga kini, mereka sudah jauh maju dalam hal pola pikir untuk keberlanjutan serta kelestarian segala sesuatunya tanpa harus terus ketergantungan dengan orang lain. 

Adanya kampung buah, pemenuhan akan kebutuhan hidup mereka terpenuhi. Selain juga hal terpenting yang mungkin patut untuk kita contoh adalah budaya menanam dan berkebun mereka yang tidak ada matinya. Mereka selalu berpatokan adanya kampong halaman harus pula dipenuhi oleh tanaman pohon buah dan tanaman obat-obatan tradisional. 

Nah itu sekelumit ceritaku saat saya berkempatan pulang kampung kemarin. Selamat natal dan selamat tahun baru bagi rekan-rekan semua. Maaf baru sempat ucapkan dan maaf baru sempat orat oret, berhubung baru ketemu signal. hehehehe.......

Berharap kearifan lokal masyarakat seperti ini bisa terus berlanjut hingga nanti dan panen buah raya masih boleh kita rasakan hingga selamanya. Semoga juga di tahun-tahun mendatang panen buah raya masih boleh masyarakat kampung nikmati.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung




Baca juga:
"Adios Jokowi", Begitu Kata Kubu Prabowo, Bisakah?
Menakar Efek Hilangnya Direktur Independen dari Jajaran Manajemen Emiten
Pro-Kontra Pekan Ini: Lazimkah Pertanyaan Debat Pilpres Disampaikan Sebelum Sesi?

Ateng-Iskak pun "Hidup Kembali"

$
0
0

Augie Fantinus sebagai Ateng dalam film

Dalam kenangan saya nama Andreas Leo Ateng Suripto (Ateng), Iskak Darmo Suwiryo (Iskak), Bing Slamet dan Eddy Sudihardjo (Eddy Sud) dan Ahmad Syech Albar (Bing Slamet), ketika masih kanak-kanak pada 1970-an ketika mereka tergabung dalam Kwartet Jaya dan Film Bing Slamet Dukun Palsu (1973). Bing Slamet Koboi Cengeng (1974).

Saya juga masih mengingat Ateng dan Iskak lewat acara "Ria Jenaka" di TVRI dan sejumlah acara di televisi. Namun kesan saya yang mendalam terhadap akting Ateng ketika dia bermain dalam film drama sedih yaitu Ira Maya dan Kakek Ateng (1979).

Sementara untuk Iskak sendiri baru saya tahu ketika namanya muncul lewat iklan pemberitahuan pegelaran acara hiburan di Kota Bandung di Pikiran Rakjat, 21 Januari 1963 yaitu akan tampil dalam acara Malam Aneka Bing Slamet pada 3 Februari 1963 bersama Bagyo dan Atmonadi di Sport Hall Gelora Saparua.

Iklan yang sama saya lihat pada 1962. Iskak, Bagyo dan Atmonadi bergabung pada 1961. Boleh dibilang 1960-an nama Iskak sudah mencuat.

Sebagai catatan, Bing Slamet pada waktu itu sudah menjadi komedian dan penyanyi sejak era 1950-an, sudah saya singgung dalam berapa tulisan saya tentang sejarah Kota Bandung. Dalam beberapa acara di Kota Bandung Bing Slamet mengisi acara bersama Idris Sardi.

Mungkin karena saya lebih fokus sejarah Kota Bandung, sebagai penulis sejarah saya belum (atau terlewat) menemukan berita tentang kiprah Ateng di era 1960-an. 

Selain itu pria kelahiran Bogor, 8 Agustus 1942, paling muda di antara para pelawak yang kemudian menjadi legenda di era1970-an, di mana para pelawak bermunculan bak jamur di musim hujan hingga era 1990-an.

Menghidupkan Ateng dan Iskak dalam Lagi-lagi Ateng
Film Lagi-lagi Ateng yang disutradarai Monty Tiwa menghidupkan kembali karakter dua komedian yang kondang dalam sejarah dunia hiburan Indonesia tersebut. Tidak mudah, karena bukan sekadar hanya menghidupkan gestur dan tutur kata dua pelawak itu, tetapi juga brand kedua pelawak itu yang melekat dengan citra keluarga, seperti yang disyaratkan oleh keluarga almarhum kedua pelawak itu dan hal itu terungkap dalam konferensi pers di Jakarta, Senin 7 Januari lalu.

Hasilnya? Di mata saya Augie Fantinus berhasil menjadi Ateng dengan citra kekanak-kanakan, tetapi hangat kepada keluarga dan lingkungannya, gestur tubuhnya ketika merajuk pada ayahnya Budiman (Surya Saputra), yang digambarkan sebagai aristokrat, kaku dan sok tahu, dekat dengan keluarga keraton, pemilik sebuah peternakan di Salatiga. 

Budiman seorang single parent didukung Mbok (Rohana Srimulat), tokoh ini sebetulnya tribut terhadap Mak Wok, Wolly Sutinah, legenda 1970-an juga dan Iskak (Soleh Solihun), ikut membesarkan Ateng. Dalam film ini tetap kekanak-kanakan hingga usia ke 26. Sampai suatu ketika Ateng minta hadiah ulang tahun berlibur ke Jakarta dan menginap di sebuah hotel mewah.

Di hotel mewah itu ada Agung Sadewa, seorang motivator kondang dengan slogannya: masa lalu bisa menjadi masalah. Dia didampingi asisten pribadinya Cemplon (Jullie Estelle). Agung besar dengan seorang ibu single parent bernama Ratna (Unique Priscilla), seorang wanita karir. Agung dan Ateng bertemu dan kemudian menyadari mereka adalah saudara kembar. 

Atas usul Cemplon dengan segera didukung Iskak. Keduanya bertukar tempat dan akhirnya menyusun rencana menyatukan kembali kedua orangtua mereka yang berpisah sejak mereka masih bayi dalam sebuah liburan di Bali dan itu tentunya menghadapi berbagai rintangan.

Pertukaran tempat mereka tidak tercium awalnya oleh orangtua mereka. Hanya saja Budiman heran kok bisa Ateng lebih dewasa dan ibunya Agung heran, anaknya jadi sentimentil.

Plot ceritanya sebangun dengan film Amerika bertajuk Parent Trap (1998). Bedanya si kembar adalah gadis perempuan (waktu itu diperankan Lindsay Lohan) yang bertemu di acara perkemahan. Keduanya menyusun rencana mempertemukan kembali kedua orangtua mereka dan "mengganggu" calon isteri ayah mereka, yang dianggap penghalang niat mereka.

 Namun plot cerita Lagi-lagi Ateng lebih rapi dan menyentuh. Dalam berapa adegan, misalnya ketika kedua orangtuanya bertemu, bisa membuat saya menitik air mata. Saya bisa merasakan air mata Ateng menetes ketika pertama kali memeluk ibunya ketika dewasa.

"Kembar yang terpisahkan memang sudah banyak di sejumlah film seluruh dunia," ungkap Monty.

Catatan lain dari saya untuk film ini, Soleh Solihun juga berhasil "menghidupkan" Iskak dan yang paling dahsyat ketika dia berpakaian parlente dengan jas dan topi yang berwarna ngejreng dalam sebuah adegan untuk menarik perhatian Cemplon. 

Misi pertama menghidupkan kembali Ateng dan Iskak di era milenial, Monty Tiwa dan timnya berhasil. Bahkan Monty sangat apik pada detail. Termasuk menggambarkan sosok aristokrat , apa iya masih ada pada "zaman now" ini? Monty ternyata riset dan bertemu orang itu. Begitu juga Rumah Adat Jawa ditemukan dengan hunting yang tekun.

Secara keseluruhan Lagi-lagi Ateng menyegarkan kembali ingatan pada Ateng dan Iskak untuk generasi yang lahir pada era 1960-an hingga 1980-an, sekaligus juga memperkenalkan pada generasi milenial ini loh legenda Komedian Indonesia. Film ini juga menawarkan nilai pentingnya keluarga. 

 Irvan Sjafari

Tulisan terkait:

Gairah Warga pada Pertunjukan Hiburan Bandung di Tahun 1960

Bandung 1958 (9): Dari El Dolores, Pelawak Us-Us, Band Saptawati dan Gemerlap Hiburan Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang




Baca juga:
Yang Salah Itu Budaya Patriarki, Bukan Vanessa Angel
"Adios Jokowi", Begitu Kata Kubu Prabowo, Bisakah?
Menakar Efek Hilangnya Direktur Independen dari Jajaran Manajemen Emiten

Belajar "Membaca" Buku Gambar

$
0
0

Pixabay.com

Tiba-tiba saja saya tertarik mengingat kembali coretan coretan anak didik saya yang masih TK jaman baheula ketika masih mengajar TK. Warna gunung ada yang merah, kuning, biru. 

Warna matahari bisa menjadi ungu, pink, coklat. Mereka mewarnai sesuai imaji, ketika saya tanya, " Kok gunungnya Pink sayang?" 

Dijawabnya," Ya bunda sebab saya mau ajak Barbie naik-naik ke puncak gunung, dia penyuka warna pink bukan? Supaya dia mau ikut saya." 

Saya tertawa ngempet, tak mungkin menampakkan di depan mereka, itu bisa merusak proses imajinasi dan kreativitasnya.

Salah saya kenapa meminta mereka menggambar tanpa obyek, jadilah mereka menyimpulkan berdasarkan angan-angan, bayangan saja. Satu persatu saya tanya, mereka menjawab sesuai imajinasinya. 

Gunungnya merah, karena habis meletus. Kuning karena dia ingat warna tembok cat kamarnya, biru karena dia tahu gunung itu dari jauh warnanya biru. 

Pun matahari, ungu karena ibunya suka memakai baju warna ungu. Coklat karena dia suka sekali dengan coklat, semua yang dari coklat sangat dia sukai  untuk itulah dia memilih coklat sebagai warna gunung supaya bisa makan coklat sepuasnya di sana.

" Oh begitu, bagus." Penilaian meniru Pak  Tino Sidin saya berikan, yang seangkatan saya pasti masih ingat dengan program menggambar Pak Tino di TVRI jaman dahulu. 

Tak pernah dia mencela, meski ada yang kurang dalam cara menggambar atau hasilnya dia selalu mengakhiri dengan kata-kata BAGUS. 

Sebuah kata yang membuatku dan teman teman yang menyaksikan acara itu jadi bersemangat menggambar lagi dan lagi, mengirimkan karya lagi. Demi sebuah kata BAGUS dari Pak Tino Sidin.

Untuk bisa 'membaca' hasil karya anak-anak itu saya butuh berpikir supaya penilaian yang saya berikan meski sekedar BAGUS cukup beralasan. 

Ini perlu agar proses dialog dengan mereka bermakna, mereka sangat suka diajak bicara tentang karya mereka, bisa menerima ketika saya tawarkan pilihan untuk merubah warna yang telah menjadi keputusannya, dan bersedia melakukan perubahan. 

Poin pentingnya di sini, mau berubah dan mau memperbaiki. 

Hal  yang sulit mengingat keputusan itu sudah dibuat, gambar itu sudah jadi dengan warna yang dia suka, dan dia harus menggambar ulang di kertas lain, halaman lain yang masih bersih.

Saya tidak mempersoalkan apakah buku gambar itu tebal atau tipis, apa mereknya, dari mana dia memperolehnya, membeli atau diberi, asal dia mau menggambar sesuai petunjuk, sudah selesai. 

Kalau saya terlalu banyak tanya bisa modar saya, alias bingung sendiri -- ungkapan popoler untuk 'mati aku'/ pingsan--. Bisa tidak jadi menggambar mereka. Dengan cara duduk, tidur, njengking, silo, mereka menggambar saya bebaskan. Anak-anak begitu loh, naluri tidak bisa diam itu normal, wajar. 

Hasil akhir yang saya dapatkan sungguh menakjubkan proses kreatif itu bisa menjadi sebuah karya, satu persatu saya beri bintang, maksimal 4. 'Membaca' buku gambar itu menyenangkan, ada proses berfikir di sana. Siapa bilang " Kalau tidak mau berpikir, kalau mau yang gamblang ya baca buku gambar saja?"

Nah, nah saya linier kan? Kawan saya pernah mengatakan ," Njenengan ini kok terlalu linier, ada balaghoh dan uslub." --  ilmu sastra Arab --.

Walah, iya saya ini suka menangkap yang saya eja saja wegah mendalami lagi apa maunya kata-kata. Membaca buku gambar itu meskipun kata sedikit orang cukup gamblang butuh mikir lho, apalagi membaca tulisan. 

Untuk mendapatkan penilaian BAGUS ala pak Tino Sidin, atau bintang 4 ala guru TK jaman sekarang itu juga butuh perjuangan. Pun untuk mendapatkan jempol dalam penulisan.

 Ke arah sana itu butuh proses perjuangan panjang. Sebagaimana 'membaca' buku gambar, terlalu rewel dengan pertanyaan yang melingkupinya membuat saya modar, terlalu linier dengan yang ditawarkan juga membuat saya modar, jadi kurang mikir. Lha terus bagaimana? Kakean takok ra apik, ora takok yo ra ngerti opo-opo?

 Hemat saya sih yang tengah saja, tidak banyak tanya, tapi mau berpikir juga. Khoirul umuri ausatuha. Memandang sesuatu tak usah terlalu njlimet sampai mumet tapi ya jangan cari penaknya saja.  

Jangan karena mencuri kayu sepotong dihukum sama dengan yang segerbong hanya gegara sama sama mencuri.  Segala persoalan itu yang tengah tengah saja, memenuhi rasa keadilan yang seharusnya. Bagaimana menurut anda? 

Sudah ah, saya mau modar dulu, baca-baca buku gambar lagi. Dan tiba tiba saja saya jatuh cinta dengan kata-kata modar ini. Kalau kata karib saya Pak Ping,"wes ah, mau mancing dulu, nenteng kail dan umpan", saya mau mojok dulu, nyari tempat yang enak buat modar/ pingsan sebentar.  Hehe 

Diposting untuk Kompasiana, 11012019




Baca juga:
Sepak Bola Nasional Mau Keluar dari Krisis, Ubahlah Komposisi Exco dan Pemilik Suara
Kalau Menulis Jangan Takut, Kalau Takut Jangan Jadi Penulis
Apa Kata Google tentang Vanessa Angel?

Strategi Baru Meksiko Melawan Kartel Narkoba yang Efektifitasnya Segera Diuji

$
0
0

Militer Meksiko berjalan di sekitar lokasi pembakaran 20 ton kokain yang siap diselundupkan ke Amerika (Sumber: theguardian.com).

Masalah klasik yang selalu terjadi di wilayah perbatasan negara adalah penyelundupan. Amerika dan Meksiko yang dipisahkan oleh garis perbatasan sepanjang 3150 km juga mempunyai sejarah panjang dalam masalah ini. 

Penyelundupan dari Meksiko ke Amerika atau sebaliknya sudah terjadi sejak tahun 1850-an, tapi baru mulai marak sejak 1920. Pada tahun itu, Amerika mulai memberlakukan undang-undang pelarangan alkohol, sehingga alkohol menjadi primadona barang selundupan. Setelah undang-undang tersebut dicabut pada tahun 1933, ganti narkoba - waktu itu hanya marijuana dan heroin - yang menjadi primadona barang selundupan. 

Menjelang akhir 1960-an, penyelundupan narkoba ke Amerika mulai dilakukan dalam skala besar. Meski operasi pembakaran terhadap ladang-ladang marijuana, opium dan narkoba 'siap selundup' lainnya terus dilakukan aparat, bisnis narkoba justru semakin semarak. Nilai transaksi yang dihasilkan kartel dari bisnis narkoba setiap tahun diperkirakan berkisar antara 19 hingga 29 milyar USD (266 hingga 406 triliun Rupiah), hampir lima kali lipat nilai APBD DKI 2018. 

Bersamaan dengan itu, tingkat kekerasan di berbagai wilayah Meksiko juga mengalami peningkatan. Puncaknya sejak bos besar kartel Guadalajara, Felix Gallardo, ditangkap pada April 1989, semuanya menjadi tidak terkendali (Baca : Meksiko, Negara Yang "Dikuasai" Kartel Narkoba). 

Untuk mengatasi situasi, pada Desember 2006 Felipe Calderon - presiden waktu itu - melancarkan Operasi Michoacan. Namun operasi ini berakhir dengan kegagalan, padahal sudah melibatkan lebih dari 45.000 personil militer, berlangsung selama hampir 12 tahun, menghabiskan biaya sekitar 55 milyar USD (770 triliun Rupiah) dan jumlah korban terbunuh lebih dari 272.000 orang (Baca : Operasi Michoacan, Strategi Gagal Meksiko Melawan Dominasi Kartel Narkoba). 

Operasi Michoacan bukan hanya gagal memberangus aktifitas ilegal kartel-kartel narkoba dan mengembalikan tatanan sosial masyarakat ke kondisi semula, tetapi justru melambungkan intensitas tingkat kekerasan disertai makin bervariasinya jenis kejahatan yang berhubungan dengan kartel. Lebih dari semua itu, yang paling memilukan adalah jumlah korban terbunuh yang selalu meningkat setiap tahun, hingga mencapai lebih dari tiga kali lipat dibandingkan saat tahun pertama operasi diberlakukan. 

2018 Menjadi Tahun Terburuk 

Tahun 2018, yang merupakan tahun terakhir periode pemerintahan Presiden Pena Nieto, merupakan puncak dari segala macam kekerasan dan kejahatan kartel yang terjadi di hampir seluruh wilayah Meksiko. 

Setelah hampir semua bos kartel narkoba yang tercantum dalam daftar Calderon sebagai 'paling dicari' berhasil diringkus atau ditembak mati, lonjakan eskalasi tingkat kekerasan justru terjadi dimana-mana. Hal itu disebabkan karena kartel menjadi semakin terfragmentasi, perang kartel semakin meluas, semakin intensif dan semakin banyak korban terbunuh. 

Kartel juga banyak melakukan diversifikasi bisnis. Kartel dengan finansial kuat seperti Sinaloa misalnya, mereka banyak melakukan investasi dalam produk methamphetamine dan fentanyl yang jauh lebih kuat dari kokain dan heroin. 

Sedangkan kartel-kartel kecil, mereka mulai melibatkan diri dalam segala macam bentuk kejahatan lain, misalnya perampokan, penculikan, pemerasan, pencurian, dan semacamnya. Belakangan ini yang sedang trend adalah perampokan kereta-api dan pencurian minyak dari instalasi pipa minyak negara yang kemudian dijual di pasar gelap. 

"Tahun lalu terjadi ratusan kali perampokan kereta" kata Jose, teman kerja saya yang berasal dari Meksiko. "Bukan cuma kereta barang, kereta penumpang juga mereka rampok. Mereka masuk ke setiap gerbong dan merampas barang berharga milik penumpang, seperti di film wild-wild-west" katanya lagi. 

Menurut catatan Ferromex, PT KA-nya Meksiko, di tahun 2018 telah terjadi lonjakan intensitas perampokan kereta hingga hampir lima kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Tahun 2017 tercatat 'hanya' terjadi sekitar 600 kali perampokan, tahun 2018 melonjak menjadi 2976 kali perampokan (!!!).   

Korban terbunuh di tahun 2018 juga mencapai rekor terburuk sejak kekacauan akibat ulah kartel melanda Meksiko; mencapai lebih dari 33.000 orang, 14% lebih banyak dari tahun 2017. Tragisnya, lebih dari separuh jumlah korban adalah masyarakat yang tidak memiliki sangkut paut langsung dengan aktifitas kartel. 

Jose bercerita bahwa saat perayaan hari kemerdekaan Meksiko di kota Morelia tahun lalu, tanpa alasan jelas seseorang melempar granat ke tengah-tengah keramaian, belasan orang terbunuh. Beberapa bulan sebelumnya, sebuah bar diberondong oleh beberapa orang yang diduga anggota kartel karena kasir menolak memberi uang, puluhan pengunjung terbunuh. 

Kalangan wartawan pun tidak luput menjadi sasaran. Sejak tahun 2000 sudah lebih dari 200 orang wartawan terbunuh. Awal tahun lalu seorang reporter, Miroslava Breach, ditembak mati setelah melaporkan aktifitas kartel di surat kabar lokal. Selang beberapa hari reporter lain, Javier Valdez, juga ditembak mati di depan kantornya setelah membela Breach dengan cuitan di twitter "Jangan diam. Jangan takut. Biarkan mereka membunuh kita semua kalau memang itu konsekwensinya".   

Forensik Kepolisian sedang melakukan penyelidikan di lokasi penembakan reporter Javier Valdez. Photo inzet : Javier Valdez (Sumber :https://www.gotoground.com/)

Kejadian yang mengenaskan juga menimpa dua orang penggiat medsos di Nuevo Laredo. Mereka ditemukan mati tergantung di jembatan penyeberangan karena memuat meme aktifitas kartel di laman facebook mereka. 

Dari rangkaian peristiwa di atas, terlihat bahwa pemerintah telah kehilangan kendali terhadap sepak terjang kartel. Tatanan sosial telah mereka injak-injak. Masyarakat yang sudah lama kehilangan rasa aman makin tidak percaya lagi dengan efektifitas Operasi Michoacan yang sudah berlangsung selama dua masa pemerintahan presiden yang berbeda.   

Lepasnya kendali pemerintah terhadap kartel dan terutama hilangnya kepercayaan masyarakat di 'tahun politik' itu benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh kandidat presiden Lopez Obrador. 

Dengan mengusung slogan 'Abrazos no balazos', 'Becarios si sicarios no' dan 'No puedes apagar el fuego con el fuego' yang arti harafiahnya adalah 'Pelukan, bukan tembakan', 'Sarjana ya, pembunuh tidak' dan 'Api tidak dapat dipadamkan dengan api', Obrador berhasil melenggang dengan mudah ke kursi kepresidenan. Obrador yang nama lengkapnya Andres Manuel Lopez Obrador, populer dengan panggilan AMLO (akronim namanya), sebelumnya pernah dua kali gagal dalam pemilihan presiden. 

Presiden Baru Strategi Baru 

Obrador dilantik sebagai presiden pada 1 Desember 2018, menggantikan Pena Nieto. Sistem demokrasi Meksiko hanya memperbolehkan presiden memerintah satu kali dengan masa jabatan selama enam tahun. 

Kemenangan Obrador dalam pemilu 2018 ini merupakan kemenangan dengan margin terbesar dalam sejarah demokrasi modern Meksiko. Dari lima kandidat, Obrador menang meyakinkan 53.2% atas peringkat kedua, Ricardo Anaya, yang hanya mengantongi 22.3% suara. Sebelumnya, pada pemilu 2006, Obrador dikalahkan Felipe Calderon dengan selisih angka tipis (35.9% vs. 35.3%) dan tahun 2012 dikalahkan oleh Pena Nieto (38.2% vs. 31.6%). 

"Strategi dengan kekerasan telah terbukti gagal, itu akan segera kita ubah", katanya dalam pidato kemenangannya. "Kita tidak bisa melawan kekerasan dengan kekerasan. Kita harus memulai dengan membahas akar permasalahannya" katanya lagi. 

Janji kampanye yang selalu diulang dalam melawan kartel narkoba adalah 'strategi perdamaian'. Sebagai cara untuk menghentikan segala macam bentuk kekerasan, Obrador berjanji akan menarik militer kembali ke barak, memberikan amnesti bagi sebagian penjahat kartel, meningkatkan kualitas lapangan kerja dan program-program sosial lainnya untuk mencegah lebih banyak anak muda terlibat dalam kejahatan kartel. 

Dalam penegakan hukum, dia berjanji tidak akan ada lagi toleransi terhadap korupsi. "Sistem korup di semua lini akan kita bersihkan dari atas ke bawah seperti membersihkan anak tangga", katanya dalam salah satu kampanye. Selain itu, dia juga berjanji akan meningkatkan profesionalime polisi agar segera dapat menggantikan posisi militer yang selama ini melakukan pekerjaan polisi. 

Bagi masyarakat awam yang sudah lelah dengan segala macam bentuk kekerasan, janji-janji Obrador memang terdengar seperti suara gemercik air di tengah gurun. Itu sebabnya dia menang meyakinkan dalam pemilu. Sebaliknya bagi kalangan kelas menengah, semua janji Obrador justru menimbulkan skeptisisme karena cenderung menyederhanakan masalah. 

Banyak yang menilai bahwa janji memberikan amnesti kepada anggota kartel itu seperti memberi jaminan kekebalan hukum kepada para penjahat. "Mereka itu bisa menembak orang hanya karena beradu pandang di jalan. Mereka juga bisa menggorok leher musuhnya sambil menikmati makan siangnya. Lalu sekarang kita berharap orang-orang seperti itu bisa kembali hidup normal di masyarakat ?" komentar Jose yang berasal dari Tampico, kota di negara bagian Tamaulipas, di pantai timur Meksiko. 

"Meningkatkan profesionalime polisi itu juga omong kosong" kata Jose lagi dengan kesal. Meksiko saat ini memang kekurangan sekitar 120.000 personil kepolisian. Alasan utamanya adalah karena gaji yang rendah, rata-rata sekitar 460 USD (6.4 juta Rupiah) per bulan, lebih rendah dari UMR nasional. "Siapa yang mau berdiri di garis depan melawan kartel jika tidak mendapat gaji yang pantas ?" sambung Jose lagi.   

Seorang politisi senior Meksiko secara khusus juga pernah berkomentar mengenai strategi presiden Obrador dalam melawan kejahatan kartel ini. "Kita hidup bertetangga dengan konsumen narkoba terbesar di dunia, sekaligus penjual senjata terbesar yang tidak sungkan memasok senjata pada penjahat kartel. Kalau kita ingin mulai dari akar permasalahannya, undanglah tetangga kita itu duduk minum kopi dan ajak bicara" katanya, dalam suatu wawancara dengan media nasional. 

Realisasi janji kampanye Obrador tampaknya memang akan sulit terwujud tanpa memperhitungkan Amerika sebagai pangsa pasar narkoba terbesar mereka. Masalah ini justru tidak pernah disinggung dalam kampanyenya. Seperti diketahui, hampir semua narkoba illegal yang beredar di Amerika berasal dari Meksiko. Sepanjang permintaan pasar dari Amerika tetap tinggi, dengan nilai bisnis yang mencapai puluhan milyar USD, maka hanya Tuhan yang tahu bagaimana cara menghentikannya. 

Ditengah harapan besar masyarakat awam dan skeptisisme kalangan menengah, para pengamat umumnya masih menahan diri untuk tidak terlalu banyak berkomentar. Presiden Obrador baru dilantik sebulan yang lalu dan segalanya masih bisa berubah. Obrador sendiri optimis bahwa dalam tiga tahun pertama masa pemerintahannya, perubahan positip akan segera bisa dirasakan masyarakat. 

Namun, teman saya Jose punya pendapat berbeda. "Kecuali terjadi keajaiban, saya yakin strategi Obrador tidak akan berhasil" katanya. Ketika saya tanya strategi seperti apa yang menurut dia mempunyai tingkat 'kemungkinan keberhasilan' paling tinggi untuk melawan bisnis narkoba di Meksiko, Jose terdiam agak lama, lalu menjawab "I don't know man.....you tell me"

Selesai -




Baca juga:
Akses Kompasiana Lebih Mudah melalui "Add to Home Screen"
Sepak Bola Nasional Mau Keluar dari Krisis, Ubahlah Komposisi Exco dan Pemilik Suara
Kalau Menulis Jangan Takut, Kalau Takut Jangan Jadi Penulis

Menyigi Nasib "Si Abang Pipi", Diburu hanya untuk Konsumsi

$
0
0

Burung Abang Pipi atau Sempidan Sumatra terpotret di sekitar TNKS. Sumber Foto: Arya Sadewa

Dalam tulisan yang lalu, telah dipaparkan mengenai asal usul ayam yang ada di dunia. Para arkeolog menduga bahwa ayam pada mulanya berasal dari wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara sebelum didomestifikasi oleh manusia dan tersebar ke seluruh dunia (lihat di sini: Jejak Migrasi Ayam dari Asia Tenggara ke Eropa)

Kawasan Asia Tenggara memanglah habitat bagi ribuan spesies unggas. Di antara banyaknya spesies unggas itu ada memiliki bentuk yang sangat unik bahkan hanya bisa ditemukan di wilayah tertentu. Hewan semacam ini disebut sebagai hewan endemik. Di Indonesia, masing-masing pulau memiliki spesies unggas yang menjadi hewan endemik misalnya, Burung Cendrawasih di Papua dan Burung Maleo di Sulawesi. 

Si Abang Pipi, yang merona

Di Sumatra, salah satu spesies unggas endemik yang jarang diketahui oleh masyarakat adalah Burung Abang Pipi atau dikenal pula sebagai Sempidan Sumatra, yang memiliki nama latin Lophura inornata. 

Unggas yang satu sangat unik ini, tubuhnya memiliki bentuk fisik antara ayam (gallus) dan pegar (pheasant). Sehingga disebut pula sebagai Gallopheasant. Sekilas rupa burung ini memang mirip dengan ayam, ukuran tubuhnya  rata-rata antara 46-55 cm dan banyak menghabiskan waktu di tanah untuk mencari makan. Sempidan Jantan, memiliki bulu berwarna hitam-kebiruan, sementara yang betina memiliki warna coklat-kemerahan dengan bintik di bagian leher dan dada.

Ciri fisik lain dari unggas ini adalah pipinya yang berwarna merah cerah. Oleh sebab itu, orang Kerinci menyebutnya sebagai Burung Abang Pipi  yang artinya merah pipi (merah dalam bahasa lokal abang). Selain itu, di belakang matanya terdapat bintik yang berwarna kuning-kehijauan yang membedakannya dengan spesies Lophura yang lain. 

Di bandingkan dengan jenis Lophura lainnya yang ada di Asia Tenggara, si Abang Pipi termasuk yang paling polos. Artinya, mereka tidak memiliki embel-embel hiasan jambul di bagian kepalanya. Oleh sebab itulah Tommaso Salvadori di tahun 1879 menyematkan nama "inornata" pada jenis Lophura ini, yang mengandung arti "tanpa hiasan".

Burung Abang Pipi termasuk unggas yang susah dijumpai karena mereka hidup jauh di  kawasan hutan hujan Perbukitan Barisan yang berada pada ketinggian di atas  800 meter mpdl.Distribusi habitat Sempidan Sumatra oleh IUCN. Sumber: IUCN RedlistDi kawasan Perbukitan Barisan Bagian Utara, sekitar Taman Nasional Gunung Leuser dan Batang Toru menjadi habitat dari subspesies Lophura inornata dengan tambahan nama hoogerwerfi. Sempidan yang satu ini memiliki ciri yang lebih spesifik lagi dari sempidan Sumatra pada umumnya yakni warna bulu pada betina yang lebih gelap di bagian punggung, bagian bawah yang berwarna kurang coklat dan seluruh tubuhnya memiliki bintik hitam.

Di kawasan perbukitan Barisan bagian Selatan, Abang Pipi banyak dijumpai di dalam kawasan  Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), terutama di sekitar Gunung Kaba Bengkulu, dan Gunung Kerinci, Jambi. Pada jalur pendakian Gunung Kerinci, para pendaki umumnya kerap menjumpai unggas ini saat mereka sedang mencari makan di tanah.

Abang Pipi, Nasibmu Kini

Abang Pipi yang merupakan hewan endemik Sumatra yang hanya hidup di kawasan hutan pada ketinggian tertentu pula. Oleh sebab itu, nenek moyang orang Kerinci di masa lalu menjadikan burung ini sebagai salah satu penanda kawasan hutan yang menjadi wilayah adat mereka. 

Seperti bunyi tradisi lisan mereka, "...sado bakaraw-abang pipi, ayam tari gerugo utan...itulah pegangan  ninik kito di alam Kinci..." artinya semua hutan yang didalamnya hidup Burung Karau (Kuau-Kerdil Sumatra), Abang Pipi (Sempidan Sumatra), dan Ayam Hutan adalah pegangan leluhur kita di Alam Kerinci. Menurut kepercayaan mereka, kawasan hutan milik masyarakat adat lain di sekitar wilayah adat Kerinci tidak akan dijumpai ketiga jenis unggas tersebut.

Sayangnya, populasi Abang Pipi ini semakin berkurang dari tahun ke tahun. Hal ini akibat degradasi hutan yang menjadi habitat Abang Pipi serta perburuan liar yang dilakukan oleh masyarakat di sekitarnya. 

Masyarakat hingga kini masih menjadikan Abang Pipi sebagai target penembakan dan perburuan hanya untuk mencicipi dan mengobati rasa penasaran terhadap rasa daging  dari unggas ini. Tentu saja hal ini tidak dibenarkan. Abang Pipi yang ditembak Masyarakat. Sumber: Kebudayaan Kerinci fanpageTampaknya, pemerintah harus benar-benar harus serius melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mereka tahu bahwa Abang Pipi termasuk hewan yang dilindungi. Tak seperti yang mereka sangka selama ini. 

Masyarakat pada umumnya tidak mengetahui bahwa Abang Pipi termasuk jenis spesies yang dilindungi. Baru-baru ini, halaman facebook Kebudayaan Kerinci menampilkan beberapa foto burung Abang Pipi yang mati karena ditembak oleh masyarakat. 

Di sisi lain, Pemda -terutama pemda Kerinci--seharusnya dapat memanfaatkan hewan endemik ini sebagai ikon daerah seperti halnya burung Maleo di Sulawesi dan Cendrawasih di Papua agar masyarakat semakin sadar untuk menjaga kelestariannya. Di samping itu pula, keberadaan hewan ini seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai destinasi wisata alam yang unik bagi para penjelajah. Sayangnya potensi-potensi ini belum maksimal dikelola.Masyarakat menunjukkan hasil buruannya. Sumber: Halaman Kebudayaan KerinciIUCN redlist memperkirakan hanya terdapat 7500 hingga 20000 ekor burung Abang Pipi/Sempidan Sumatra di sepanjang perbukitan Barisan dengan status hampir terancam punah (NT). Jikalau perambahan hutan dan perburuan semakin meningkat kemungkinan besar statusnya akan  berubah menjadi terancam hingga punah di kemudia hari. 

Mengapa kita harus mengkonsumsi Abang pipi di alam liar padahal daging ayam tersedia di mana-mana? Semoga kita bijak memperlakukan makhluk Tuhan yang satu ini.




Baca juga:
Keren, Kebun Jagung Swalayan dengan Konsumen Milenial di Adonara NTT
Akses Kompasiana Lebih Mudah melalui "Add to Home Screen"
Sepak Bola Nasional Mau Keluar dari Krisis, Ubahlah Komposisi Exco dan Pemilik Suara

Tengkuyung, Warisan Kuliner Masa Lalu

$
0
0

Gulai tengkuyung (dok.pri).Di tengah hutan belantara terdengar suara riuh perempuan yang tak kalah dengan suara aliran sungai. Sangat tidak lazim suara tersebut, karena penasaran saya mencoba mencari asal suara tersebut. Benar saja saya ketemu beberapa perempuan yang sedang berendam, sambil sesekali menyelam. Mereka bukan sedang mandi, namun sedang mencari makan.

Mencari Cangkang
Sudah hampir 2 minggu saya berkelana di kawasan gua kedundung lorong vertikal di bukit-bulan Kars Bukit Bulan. Saya bersama tim arkeologi sedang mencari hunian manusia purba. Puluhan gua kami sambangi untuk mencari petunjuk, siapa tahu mereka pernah tinggal di sini.Arkeolog yang sedang mencari temuan purbakala (dok.pri).Naluri arkeolog memang susah ditebak, dengan patahan batang kayu yang dijadikan tongkat dia mengorek-orek tanah. Layaknya Archimedes atau Newton yang menemukan dalil-dalilnya "eureka", mereka menemukan cangkang.Tengkuyung yang ditemukan di gua (dok.pri).

Bagi saya apalah arti cangkang. Cangkang ya sisa hewan eksoskeleton yang didalamnya ada insekta, krustasea, reptilia, moluskan dan lain sebagainya. Namun saya dibuat manggut-manggut manakala dia mulai ceramah dengan ilmunya.

Makanan Masa Lalu
"Ini tengkuyung atau siput singuai. Kira-kira siput ini tinggal di mana dan bagaimana dia sampai di sini, ya di goa sini?". Pertanyaan yang mampir di telinga saya. Mulut gua dan sungai berjarak sekitar 200 m dan menanjak. Sepertinya tidak mungkin gastropoda ini sampai di mulut gua dengan berjalan. Artinya ada yang membawa. Siapa dia yang membawa?

Kali ini dia tidak lagi memakai kayu untuk mengorek-orek tanah, tetapi memakai kuas yang agak kasar. Pelan-pelan terlihat cangkang siput, baik yang utuh atau tinggal serpihan. Dia seolah menemukan harta karun dalam wujud cangkang.

"Di sini mungkin dapur dan ruang makan tempo dulu. Lihat banyak sekali cangkang ditemukan di sini". Dia masih mengintip kerang itu lewat kaca pembesarnya, padahal sudah jelas-jelas barang yang besar dan bisa dilihat dengan jelas. "Saya sedang mamastikan, ada bekas terbakar atau direbus tidak di sini, untuk memastikan apakah di olah dahulu atau tidak". Stop ilmu saya belum sampai di situ, mencari tahu dimasak model apalah siput pada masa lalu.

Makanan Masa Kini
Di Sungai Katari saya bertemu dengan perempuan-perempuan dari Desa Napal Melintang. Mereka terjun ke sungai untuk mencari ikan dan pula yang mencari tengkuyung. Ikan ditangkap dengan menggunakan seser atau dalam bahasa sana disebut tangguk. Tangguk terbuat dari bambu sebagai kerangka sedangkan jaringnya terbuat dari anyaman rotan.
Pencari tengkuyung di sungai (dok.pri).Sore itu saya mendapat undangan makan malam di rumah bapak Kepala Desa Napal Melintang. Menu makan malam pada saat it dijamin spesial, karena mungkin ditempat lain tidak ada. Malam ini kami dijamu dengan gulai tengkuyung.

Gulau tengkuyung adalah makakan khas daerah Merangin di Sumetera Selatan. Kuliner ini terbuat dari siput sungai/tenkuyung yang nantinya akan dimasak dalam kuah santan dan ditambah belimbing asam atau nanas.Cangkang bagian ujung di potong untuk memudahkan dalam mengolah dan makan (dok.pri).Cara mengolahnya, tengkuyung dicuci bersih lalu di potong bagian pangkal cangkangnya. Tujuan memotong adalah untuk membuka cangkang, bumbu biar meresap saat dimasak, dan memudahkan saat makan.Menikmati gulai tengkuyung (dok.pri).Saat makan pun tiba. Sepiring nasi panas dan sepiring gulai tengkuyung. Kami yan baru pertama kali makan saling tengok kanan dan kiri untuk mencari tahu bagaimana cara makannya. Pak Tola selaku tuan rumah sepertinya memahami pikiran kami. "Ini caranya, tiup pantat tengkuyung, setelah keluar dagingnya hisap dari depan.. huft.. huft... sluurrpp" sembari dipraktikan. Kami saling toleh dan "hahahaha dasar orang modern" celetuk salah satu dari kami.

Tengkuyung
Filum moluksa yang artinya hewan bertubuh lunak ini masuk dalam kelas gastropoda atau hewan yang berjalan dengan perutnya. Cangkang adalah kerangka luarnya yang akan melindungi tubuhnya dan akan terus berkembang seiring bertambahnya usia.

Hewan dengan nama ilmiah Sulcospira testudinaria berhabitan di sungai yang mengalir. Tengkuyung memiliki padan kata susuh kura, tengkuyong, tempuyung dan lain sebagainya. Hewan ini banyak ditemukan di Jawa dan Sumatera. Menurut IUCN (nternational Union for Conservation of Nature) tengkuyung belum masuk dalam daftar merah, artinya tidak ada ancamam kelangkaan atau kepunahan.

Usai makan malam, saya termenung tentang apa yang saya temukan tadi siang dan apa yang saya makan barusan. Apakah ada benang merahnya untuk tengkuyung. Malam semakin larut, namun otak ini masih terngiang gegara mahluk sungai bercangkang hitam ini.

Saya mencari jawaban di ruang bagian belakang di penginapan yang saya tumpangi. Para arkeolog juga sedang mencari jawaban yang juga sedang saya pikirkan. Mereka tak hanya mencari benang merah, tetapi apakah mereka yang makan jaman dahulu sama dengan yang makan pada jaman sekarang. "Ini mah bukan benang merah, tapi tambang merah.. tidur.. tidur.. sudah jam 2...".




Baca juga:
Mengelabui Demokrasi lewat Algoritma Media Sosial
Keren, Kebun Jagung Swalayan dengan Konsumen Milenial di Adonara NTT
Akses Kompasiana Lebih Mudah melalui "Add to Home Screen"

Pro-Kontra Pekan Ini: Dari Pertanyaan Debat Pilpres hingga Tambahan Biaya Bagasi Maskapai

$
0
0
Foto: kompas.com

Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan untuk mengirim daftar pertanyaan kepada calon presiden-wakil presiden sebelum debat Pilpres digelar. Gagasan ini mengemuka supaya tak ada pasangan calon yang dipermalukan saat debat. Ketua KPU Arief Budiman menyatakan, martabat kedua paslon harus dijaga. Selain itu, masih ada topik lainnya seputar penambahan biaya bagasi untuk beberapa maskapai. Berikut topik Pro-Kontra pekan ini:

1. Lazimkah Pertanyaan Debat Pilpres Disampaikan Sebelum Sesi?

Mantan Komisioner KPU Sigit Pamungkas menganggap aneh putusan ini. Menurutnya, pertanyaan seharusnya disampaikan secara langsung saat debat berlangsung. Dengan demikian, jawaban yang muncul pun akan lebih otentik.

Terlepas dari polemik seputar kelayakan pemberian informasi pertanyaan sebelum debat berlangsung, sesungguhnya KPU berencana akan membuat dua model pertanyaan. Model pertama adalah bentuk pertanyaan terbuka tadi, yang akan dikirimkan sebelum sesi debat berlangsung. Sedangkan model kedua ialah pertanyaan tertutup yang akan disampaikan pada saat sesi debat.

KPU menargetkan daftar pertanyaan debat akan selesai pada 10 Januari 2019, yakni tepat satu pekan sebelum sesi debat pertama diselenggarakan

Kompasianer, bagaimana opini Anda mengenai putusan KPU ini. Sampaikan kecenderungan pilihan Anda dalam fitur Pro Kontra Kompasiana "Pertanyaan Debat Pilpres Lazim Disampaikan Sebelum Sesi"

2. Biaya Bagasi Maskapai Kini Dipisah, Setuju?

Maskapai Lion Air dan Wings Air yang tergabung dalam Lion Air Group mengenakan tarif untuk barang bawaan penumpang. Terhitung sejak 8 Januari 2019, penumpang Lion Air tidak lagi mendapat bagasi 20 kilogram --sedangkan 10 kilogram untuk Wings Air-- secara percuma alias gratis.

Menyusul kemudian Citilink akan mengenakan tarif tambahan serupa. Menurut penuturan Amalia Yaksa, js. VP Sales & Distribution PT Citilink Indonesia, ketentuan baru yang akan diberlakukan untuk bagasi tercatat penumpang, merupakan penyesuaian dari Peraturan Menhub Nomor PM 185 Tahun 2015 mengenai Standar Pelayanan Penumpang Kelas Ekonomi.

Tetapi, lanjutnya, ketentuan ini tidak berlaku untuk penumpang dengan rute perjalanan internasional.

Meski dari pihak Citilink belum tahu akan diberlakukan kapan, yang jelas manajemen Citilink Indonesia masih mempersiapkan seluruh infrastruktur pendukung untuk pemberlakuan bagasi berbayar ini.

Bagaimana jika Anda Kompasianer, diizinkan untuk memilih secara langsung? Manakah yang lebih Anda suka: tak perlu biaya tambahan bagasi tapi harga tiket dinaikkan; atau harga tiket tetap murah tapi ada opsi menambah biaya untuk bagasi.

Sampaikan opini/pendapat Kompasianer terkait penambahan biaya bagasi pesawat pada laman Pro-Kontra: Biaya Bagasi Maskapai Kini Dipisah, Setuju?




Baca juga:
[RTC] Event Cerpen Duka Indonesiaku
Mengelabui Demokrasi lewat Algoritma Media Sosial
Keren, Kebun Jagung Swalayan dengan Konsumen Milenial di Adonara NTT

Musik sebagai Penopang Kesehatan

$
0
0

Ilustrasi musik untuk kesehatan | Sumber: brottmusic.comMusik dan lagu. Kedua kata ini tentunya sudah tidak asing lagi bagi hampir semua orang di dunia. Setiap orang memiliki persepsinya masing-masing jika berbicara tentang kedua hal tersebut. Ada yang mengartikan musik dan lagu sebagai kata-kata yang berisi nada, ada yang bilang bahwa musik dan lagu merupakan seni yang romantis dan lain sebagainya. 

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, 'musik' memiliki arti ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinam-bungan.

Sedangkan 'lagu,' memiliki arti ragam suara yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca, dan sebagainya). Kedua hal ini memang tak bisa dipisahkan, karena jika seseorang mendengarkan atau menyanyikan sebuah lagu, pasti ada musik di dalam lagu tersebut.

Mendengarkan atau melantunkan sebuah lagu dan musik memiliki banyak kegunaan. Seperti yang diketahui, bahwa lagu dapat mengatur suasana sesuai keinginan kita, mulai dari membangun suasana yang lebih bersemangat, suasana yang teduh penuh penghayatan dan lain sebagainya. 

Banyak juga penelitian yang menjelaskan bahwa musik memiliki efek yang positif untuk kesehatan, mental dan kecerdasan.

Bahkan, sejak anak di dalam kandungan pun ada pula orangtua yang sudah mulai memperdengarkan musik pada anaknya, khususnya musik klasik. Selain itu, musik merupakan media yang sudah terbukti sangat baik dalam menyebarkan suatu informasi maupun pesan kepada banyak orang.

Setiap musisi yang membuat sebuah lagu atau musik, pasti selalu memiliki suatu pesan yang ingin disampaikan di dalamnya. Pesan-pesan seperti kemanusiaan, cinta, sosial, budaya, politik, hingga kesehatan dan masih banyak lagi. Khusus untuk penyebaran pesan kesehatan, lagu dan musik sudah pernah dilakukan dan menurut banyak orang, hal tersebut adalah hal yang efektif. 

Contohnya ada banyak lagu yang bertemakan kesehatan yang sudah diajarkan ketika masih taman kanak-kanak dan masih mudah diingat sampai sekarang, seperti salah satu lagu dengan kata-kata seperti ini, "aku anak sehat, tubuhku kuat, karena ibuku rajin dan cermat, semasa aku bayi, selalu diberi ASI, makanan bergizi dan imunisasi... dan seterusnya". Ada yang masih ingat?

Musik adalah kehidupan dan penopang kesehatan yang baik. Mantan Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan pernah berkata, "Hidup itu sebuah lagu hebat nan manis, jadi mulailah mainkan musik itu". Yah, mulailah mainkan musik itu! Mulai dari anak yang masih dalam kandungan, hingga orang yang sudah lanjut usia, semuanya dapat mendengarkan musik.

Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa kegunaan musik dapat membuat orang lebih bersemangat, mengatasi stress, menghibur, sebagai bahan untuk belajar dan masih banyak kegunaan lain yang pastinya hal-hal tersebut merupakan penopang yang baik bagi kesehatan.

Mendengarkan musik juga harus disesuaikan dengan situasi maupun faktor-faktor lain. Contohnya, jika seseorang yang berada dalam keadaan tertekan atau galau, mendengarkan lagu atau musik yang galau juga, orang tersebut akan makin terpuruk oleh sugesti dari pesan yang ada dalam lagu tersebut.

Sebaliknya, jika orang tersebut mendengarkan musik yang mengandung lirik yang berisi konten positif dan menginspirasi serta memotivasi, akan dapat kembali membangkitkan semangatnya lagi. 

Hal ini bukan berarti setiap orang tidak boleh mendengarkan lagu-lagu yang bertemakan galau. Namun, ada baiknya pilihan musik yang didengar dapat disesuaikan dengan maksud dan tujuannya. Jika ingin orang tersbut memang ingin membangun suasana galau bisa mendengarkannya dan jika orang tersebut ingin membangun suasana bersemangat, dengarlah lagu yang memotivasi dan menyemangati juga.

Musik sebagai penopang kesehatan bukan hanya ditujukan bagi pendengarnya saja. Hal ini ditujukan juga bagi orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan dan bidang lain yang ingin menyebarkan pesan positif sehingga orang lain bisa mendapatkan pengetahuan yang baik.

Untuk menyebarkan pesan, khususnya suatu pesan kesehatan melalui musik, tentunya ada beberapa hal yang harus dilakukan, agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dan diingat dengan baik oleh para pendengar.

Hal tersebut meliputi konten yang ada di dalam lagu atau musik tersebut, seperti lirik yang berisi pesan kesehatan yang ingin disampaikan tentunya harus jelas dan juga pilihan nada-nada yang sesuai dengan tema lagu sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat di dengar dengan nyaman.

Cara ini sudah pernah saya terapkan dalam pekerjaan dalam menyebarkan informasi kesehatan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh teman kuliah saya menyangkut penyebaran pesan kesehatan lewat media musik, juga terbukti berhasil dengan baik.

Setiap orang memiliki hobi dan kesenangan masing-masing dalam membuat dirinya nyaman maupun lebih bersemangat, serta memiliki gaya hidup yang sehat.

Namun, khusus untuk orang-orang yang hendak mendengarkan atau melantunkan musik, alangkah baiknya tidak hanya sekadar mendengar atau melantunkan, akan tetapi dapat menggunanakannya sebagai media dalam menopang kesehatan dan tentunya membuat hidupnya makin bersemangat dan bermanfaat.

Salam Sehat.




Baca juga:
Selamat Datang CPNS Baru, Selamat Mengabdi pada Negara
Jeli Mengenali Potensi Jadi Kunci Pengembangan Obyek Wisata
Topik Pilihan: Dari Kasus Prostitusi hingga Debat Capres-Cawapres 2019

Sejarah Industri Perfilman Dunia Berawal dari Kota Paris

$
0
0

sumber gambar: premiumbeat.comBicara film, siapa yang tidak suka menonton film? Semua lapisan masyarakat pasti senang menonton film. Perbedaannya hanya pada genre filmnya. Ada yang suka film ber-genre aksi laga, ada yang suka drama, komedi atau horor.

Tayangan visual dengan narasi dilengkapi dialog dan musik latar ini ternyata punya sejarahnya sendiri. Dari film bisu hitam putih di awal abad 19 hingga film masa kini yang dipenuhi efek visual dan suara yang bahkan mampu membawa khayalan manusia ke layar perak.

Tidak banyak yang menyadari bahwa tanggal 28 Desember lalu sebenarnya diperingati sebagai tonggak sejarah film dunia. Pada tanggal 28 Desember 1895 adalah untuk pertama kalinya film bergerak diproduksi dan ditonton oleh khalayak di Paris, Perancis.

Pada tanggal itu, Charlie-Antoine Lumire menayangkan sepuluh film pendek karya kedua putranya, Louis Lumire dan Auguste Lumire, di Salon du Grand Caf, 14, di area boulevard Capucines dan menuai sukses.

Film bergerak yang ditayangkan salah satunya berjudul "Sortie de l'usine Lumire de Lyon" (Pegawai pulang dari pabrik Lumire di Lyon), dibuat di tahun 1895. Film itu sebenarnya sangat singkat, berdurasi hanya 46 detik, namun mampu membuka mata dunia.

Sebenarnya ada film lain yang diproduksi lebih awal di tahun 1888 yaitu film berjudul "Roundhay Garden Scene" (Adegan Taman Roundhay) karya Louis Le Prince berdurasi dua detik. Mungkin karena film Lumire berdurasi lebih panjang dan dipandang lebih memiliki cerita, film Lumire bersaudara yang diakui sebagai tonggak awal sejarah perfilman dunia.

Lumire bersaudara terdiri dari Auguste Marie Louis Nicolas Lumire lahir pada 19 Oktober 1862 dan Louis Jean Lumire lahir pada 5 Oktober 1864 di Besanon, France. Kedua orang tua mereka, Charles-Antoine Lumire dan Jeanne Josphine Costille Lumire, membuka usaha studio foto sebelum mereka pindah ke kota Lyon.

Di kota ini, Louis dan Auguste mengenyam pendidikan teknik di sekolah teknik terbesar di Lyon. Ayahnya kemudian membuka pabrik pelat fotografi. Beberapa waktu berjalan hingga perusahaan ayahnya hampir bangkrut. Auguste dan sudaranya lalu membantu usaha ayahnya dengan memproduksi pelat secara otomatis serta memproduksi pelat foto baru yang disebut dengan etiquettes bleue.

Tahun 1892 mereka berniat untuk membuat gambar bergerak. Mereka membuat kamera dan proyektor sekaligus mematenkan proses pembuatan film. Hingga akhirnya pada 28 Desember 1895, mereka mengadakan pertunjukan di Salon du Grand Caf, Paris.

Ada sepuluh film yang mereka putar kepada publik. Para penonton dikenai tiket masuk. Pertunjukan itu sukses luar biasa. Film "Sortie de l'usine Lumire de Lyon" adalah film pertama yang diputar. Film itu dibuat dengan format 35mm dengan aspect ratio 1.33:1 dengan kecepatan film 16 frame per detik. Dengan durasi film 46 detik, film terdiri dari 800 frame dengan panjang film 17 meter. Berikut tayangan film tersebut.

Sejak kesuksesan film tersebut, mereka mengadakan tur keliling ke berbagai tempat untuk memutar film-film mereka mulai dari kota Brussel, Bombay, London, hingga ke benua Amerika di Montreal, New York dan Buenos Aires.

Langkah mereka menginspirasi sejumlah orang untuk melakukan hal yang sama.  Akhirnya kedua bersaudara itu mantap memulai bisnis film di tahun 1905 setelah menyadari prospek film di masa depan. Padahal mereka sempat mengatakan bahwa film tidak memiliki masa depan yang cerah.

Industri film pun kian berkembang dengan pesatnya. Ribuan karya film diproduksi setiap tahunnya oleh berbagai studio film di seluruh dunia. Studio film berlomba-lomba membuat film terbaik dan box office. Mereka memproduksi film dengan berbagai genre. Karya film pun kini diapreasiasi lewat ratusan festival film dan anugerah film tahunan yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

Oh ya, mengenai genre film, menurut situs filmsite.org genre utama film adalah action (aksi atau laga), adventure (petualangan), comedy (komedi), crime and gangster (kriminal dan gangster), drama, epics / historical (epic / sejarah), horror, musical / dance (musik / tarian), science fiction atau sci-fi (fiksi ilmiah), war (perang) dan westerns (koboi).

Dari genre utama film itu ada sub-genre dimana masing-masing genre utama memiliki banyak sekali sub-genre. Misalnya untuk genre aksi atau laga terdapat sub-genre antara lain: action/adventure drama, spy, suspense-thriller, dan lain-lain. Atau sub-genre film komedi antara lain: parody, black comedies, slapstick, dan lain-lain.  

Menariknya, di Indonesia sendiri menurut pengamatan saya sebutan genre film nampaknya kurang begitu populer. Masyarakat menyebut genre film dengan, misalnya: film Indonesia, film barat, film India, dan belakangan yang sedang populer adalah film Korea, tidak memandang genre utama film. Negeri asal film justru menjadi genre film dimana seharusnya disebut sebagai sub-genre.

Entah disadari atau tidak, masyarakat kita memiliki pemahaman tersendiri dalam memandang karya film. Film dari negeri Tirai Bambu, khususnya film berlatar waktu zaman dinasti, cenderung disebut film silat Mandarin atau film kungfu walaupun tidak semua film tersebut menyajikan adegan aksi kungfu. Atau mungkin ada sedikit adegan pertarungan tetapi itu hanya sebagai bumbu pelengkap film.

Ada sebagian masyarakat yang menyebut film silat Mandarin merujuk pada beladiri asli Indonesia, pencak silat. Rupanya, kebiasaan orang Indonesia yang menggeneralisasi sesuatu merambah hingga di ranah perfilman tanah air. Semua bela diri dipahami sebagai pencak silat. Hehe.

Contoh lainnya, sebutan film India sudah pasti adalah film produksi Bollywood dengan bintang-bintang terkenal India lengkap dengan paket tarian-tariannya. Mau genre apa saja tetap saja ada tarian di film India. Jadi bisa dibilang, sebenarnya hampir semua film India adalah film musik.

Tetapi, sejauh ini saya belum pernah menonton film horor India. Apakah film genre ini juga memasukkan unsur tarian? Nah, artikel di Brilio.net ini sepertinya menjawab pertanyaan saya. Khusus film horor India, ternyata tidak terdapat adegan tarian.

Belakangan film Korea juga demikian. Masyarakat biasa menggeneralisasi semua genre film produksi Negeri para Oppa itu disebut dengan "Film Korea" tanpa memandang genre. Padahal film Korea juga terdapat genre drama, horor, komedi dan lain-lain.

Lumire bersaudara, sosok paling awal di industri film itu sudah lama tiada. Louis wafat pada 6 Juni 1948 sementara sang kakak Auguste pada 10 April 1954 dan. Rumah mereka di Lyon kini menjadi museum yang disebut dengan Institut Lumire. Walau mereka tiada, mereka mewariskan sesuatu yang bernilai bagi manusia, yaitu film.

Film, apapun genre-nya, tidak  sekadar sebagai puncak karya seni yang menggabungkan berbagai cabang seni. Berkat Lumire bersaudara, film menjadi industri yang melibatkan banyak manusia dan menjadi salah satu alat representasi budaya. Karya film juga merupakan salah satu sarana dokumentasi, menjadi memori bagi kehidupan generasi manusia berikutnya di masa depan.


Referensi:

Auguste and Louis Lumire
Main Film Genres
History of Film
Prsentation du Cinmatographe Lumire




Baca juga:
#CelotehF1: Pergerakan Bursa Pebalap dan Prediksi Persaingan di Musim 2019
Selamat Datang CPNS Baru, Selamat Mengabdi pada Negara
Jeli Mengenali Potensi Jadi Kunci Pengembangan Obyek Wisata

Mau Nonton ONE Championship GRATIS? Yuk Cari Tahu di Sini!

$
0
0

ONE Championship x KompasianaKompasianer pasti tahu kan seni bela diri campuran atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mixed Martial Arts (MMA). Olahraga ini memperbolehkan berbagai teknik tarung mulai dari menendang, memukul, mengunci, hingga bergerumul untuk melumpuhkan pertahanan lawan.

Istilah MMA resmi menjadi sebutan pada tahun 1998 dan menjadi seni bela diri terkenal hingga sekarang. Lebih dari itu, MMA kini sudah menjadi hiburan menarik yang tidak melulu dapat dilihat dari sisi tarungnya, serta dapat dinikmati untuk seluruh lapisan masyarakat.

Nah, buat kamu yang suka dengan bela diri MMA atau bahkan penasaran ingin menyaksikannya  secara langsung dan lebih dekat. ONE Championship bekerja sama dengan Kompasiana ingin mengundang para Kompasianer beruntung untuk turut merasakan sensasi baru dengan menyaksikan secara langsung work out dan show MMA terbesar di Asia! Ingin tahu cara mendapatkan tiketnya? Yuk simak keterangan di bawah ini:

RINCIAN KEGIATAN:

  • Hari/Tanggal:
    • Open Workout: Rabu, 16 Januari 2019, Pukul: 16.00-17.30 WIB, Syena Martial Arts Center Jakarta
    • ETERNAL GLORY Show: Sabtu, 19 Januari 2019, Pukul 18.00 WIB- selesai, Istora Senayan Jakarta
  • Kuota: 10 Kompasianer

MEKANISME:

  • Pastikan akun kamu sudah Tervalidasi
  • Tulis alasan kamu kenapa ingin menonton open work out & show Eternal Glory, ONE Championship di kolom komentar artikel ini
  • Jawaban kamu ditunggu sampai Senin, 14 Januari 2019, pukul 23.59 WIB

HADIAH:

10 Kompasianer terpilih akan mendapatkan:

  • Special invitation ke Eternal Glory open workout, Rabu 16 Januari 2019
  • Tiket nonton Eternal Glory Show, Sabtu, 19 Januari 2019
  • Exclusive T-shirt ONE Championship
  • Bluetooth Speaker ONE Championship

Selain itu, akan ada Kompasiana Vlog Competition bagi Kompasianer yang mengikuti kegiatan ini. Tiga pemenang akan mendapatkan special prize dari ONE Championship berupa glove dan satu set exclusive apparel!

Yuk tunggu apa lagi, segera tulis keinginanmu menonton Eternal Glory Show ONE Championship di kolom komentar di bawah ini dan rasakan sensasi baru menonton show mixed martial arts (MMA) terbesar di ASIA! 

Kesempatan ini juga dibuka di akun social media Instagram @kompasianacom loh dengan kuota 5 Kompasianer. Untuk setiap orang yang terpilih, wajib hadir di setiap kegiatan ya! [DIN]




Baca juga:
Kekuatan Instagram yang Mengubah Hidup dan Budaya Masyarakat
#CelotehF1: Pergerakan Bursa Pebalap dan Prediksi Persaingan di Musim 2019
Selamat Datang CPNS Baru, Selamat Mengabdi pada Negara

Belajar Harmoni dari Taman Wisata Alam Angke Kapuk

$
0
0

Taman Wisata Alam Angke Kapuk (dok pri)

Alam takambang jadikan guru. Pepatah yang menggambarkan alam sebagai sekolah kehidupan. Mari tilik, belajar harmoni dari Taman Wisata Alam Angke Kapuk.

Memasuki gerbang Taman Wisata Alam Angke Kapuk serasa melangkah ke gerbang sekolah alam. Cukup membayar tiket Rp 25.000 per orang dan parkir kendaraan 10.000. Betapa dari lingkungan pembuangan sampah kini tampil menjadi ekowisata mangrove yang cantik.

Harmoni muara hutan mangrove

Muara sebagai ekosistem marin yang khas. Gradasi yang membuat aliran air dari daratan serasa berhenti. Melepaskan aneka beban terlarut dalam air. Gerakan pengendapan yang dibarengi pelumpuran.

Harmoni ekosistem muara (dok pri)

Pertemuan air tawar dengan air asin lautan menghasilkan air payau. Kandungan garam yang tak mampu ditolerir oleh semua jenis tumbuhan. Ditingkah gerakan pasang surut air laut yang memerlukan daya tahan kuat.

Hutan mangrove adalah wujud harmoni muara. Dangkalan dengan karakteristik khas. Perpaduan tetumbuhan dengan faunanya. Keberadaan mangrove juga menjadi penahan abrasi gerusan gelombang pantai atas daratan. Begitupun hutan mangrove di kawasan Angke, kemasan wisata alam yang mengajarkan harmoni.

Harmoni Flora

Selepas areal parkir, pengunjung akan disapa ramah petugas pemeriksa tiket. Pertanyaan adakah pengunjung membawa kamera profesional? Penggunaan kamera DSLR akan dikenai tambahan tarif. Kami cukup bermodalkan kamera HP.

Belajar harmoni (dok pri)

Sajian jajaran aneka jenis flora penghuni kawasan mangrove dimulai. Semisal jenis tumbuhan api-api, nyirih, bakau, lindur maupun pidada. Setiap jenis memiliki daya adaptasi sendiri. Bakau tampil gagah dengan kekuatan akar tunjang bagaikan cakar mencengkeram dasar. Tampil di barisan terluar menghadang gempuran ombak.

Harmoni flora (dok pri)

Terbayang beberapa jenis tumbuhan yang menyaring garam pada akarnya. Harus tumbuh di air bergaram sementara kebutuhannya adalah air tawar yang langka, selain menadah hujan. Jenis lain harus menyalurkan kelebihan garam dari tubuhnya melalui penumpukan di daun tua dan menggugurkannya.

Keragaan bentuk daun dan perakarannya menghasilkan gradasi pemandangan. Menggoda setiap pengunjung untuk menyentuh dan mengabadikannya. Tak harus berpusing ria dengan aneka nama latin yang tertera. Mari nikmati saja.

Yaak... tumbuhan di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, mengajarkan menata harmoni melalui adaptasi. Berdamai dengan lingkungan keras tanpa harus mengeluh apalagi menantangnya.

Harmoni Satwa

Kawasan mangrove juga menyuguhkan komposisi satwa yang menarik. Terlihat kera berekor panjang cukup jinak bertengger di pagar. Tetiba dikagetkan oleh biawak yang santai melintasi jalan. Atau mau menjadi pengamat aneka burung dan disediakan menara pengamat.

Harmoni satwa di hutan mangrove (dok pri)

Diantara kerimbunan mangrove beterbangan aneka jenis kupu-kupu. Metamorfose dari ulat, kepompong berakhir pada wujud kupu-kupu cantik.

Plak...tetiba dikagetkan dengan kepak burung yang menyambar ikan kecil di perairan dangkal. Antar satwa membentuk rantai pangan. Dimangsa atau memangsa. Tumbuh kecerdikan untuk melindungi diri di kerimbunan tumbuhan mangrove. Harmoni antar satwa terbentuk.

Menara pengamatan burung melatar aneka aktivitas (dok pri)

Jembatan melintasi hamparan mangrove

Sebagian kawasan taman wisata dapat dilalui dengan kendaraan dan jalan yang keras. Semisal areal bermain dan resto. Bahkan terdapat pendapa untuk aneka keperluan pertemuan.

Harmoni jembatan (dok pri)

Namun sebagian kawasan adalah areal perairan dangkal. Penghubung antar blok dirakit aneka jembatan. Variasi jembatan datar lengkung. Material penyusun dari bilah bambu hingga papan.  Areal jembatan yang tersebar ini menjadi daya pikat pengunjung.

Beragam gaya pengunjung mengabadikan kehadirannya di areal mangrove. Kunjungan di pagi hari saat pengunjung masih sepi menjadikan leluasa menyusuri jembatan. Juga terhindar dari sengatan matahari berlebihan.

Harmoni ekosistem

Harmoni alam (dok pri)

Kesatuan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya baik lingkungan hidup maupun alam terasa khas di kawasan Taman Wisata Alam Angke Kapuk. Gedung mencuat tinggi melatar hamparan hijau mangrove.

Harmoni hijau (dok pri)

Begitu dekatnya kawasan Angke dengan bandara Soekarno Hatta. Memandang pesawat hendak mendarat ataupun lepas terbang dari kawasan hutan bakau menghadirkan sensasi tersendiri. Paduan gerak pesawat, bentang biru langit dan hamparan hijau menghasilkan ilusi harmoni yang apik.

Terbang tinggi melintasi bakau (dok pri)

Selain kunjungan singkat, taman wisata alam ini juga menjawab kebutuhan petualangan, semisal menginap di kawasan mangrove. Pondok kemah berjajar baik di daerah kering dekat resto hingga sepanjang kawasan perairan yang lebih sepi. 

Untuk menangkal nyamuk, pondok berukuran 9 m persegi ini diperlengkapi dengan kawat nyamuk pada ventilasinya. Suasana alami terasa melalui material kayu bengkirai, merbau dan kelapa yang keras. Kamar mandi tersedia di luar pondok.

Harmoni pondok (dok pri)

Menyemai peduli harmoni

Pada beberapa blok terdapat areal penanaman baru dengan penanda instansi maupun komunitas yang terlibat. Ada jejak perusahaan, organisasi keagamaan, hingga komunitas hobi. Taman wisata alam juga menyemai peduli harmoni.

Menyemai harmoni (dok pri)

Pelibatan masyarakat diharapkan menumbuhkan kesadaran menjaga lingkungan. Khususnya lingkungan muara yang peka abrasi dengan penanaman dan pemeliharaan hutan mangrove. Ada seremoni, ada pula fun dan tentunya yang dibutuhkan adalah komitmen menjaga kelestarian.

Bagaimana berperan menjaga harmoni di Taman Wisata Aam Angke?

Sebagai pengunjung selintas apalagi penikmat Taman Wisata Alam Angke, kita bisa loh ikut berperan menjaga harmoni. Apa saja sih, kontribusi kita?

  • Mari buang sampah pada tempatnya. Pengelola menyediakan cukup banyak tempat sampah. Sayang kan kalau sampah tak terurai bertebaran di areal mangrove, masih terlihat koq jejaknya.
  • Menghargai ciptaan flora fauna. Keragaman tumbuhan dan satwa di lingkungan mangrove kita nikmati melalui pandangan mata atau kita abadikan dalam foto. Sayang kan kalau kita petik dan toh dibuang sembarangan. Biarkan satwa bebas di alamnya  tanpa gangguan kita.
  • Mari menjaga kapasitas muatan pada setiap jembatan. Rancang bangun jembatan cukup kokoh, namun kalau kita menumpukan beban pada titik tertentu menggoyahkan keseimbangan. Mari berbagi kesempatan dengan pengunjung lain yang juga hendak merasakan sensasi jembatan kawasan mangrove.

Selamat menikmati harmoni di Taman Wisata Alam Angke Kapuk




Baca juga:
Bagaimana Jika Sepeda Motor Diberlakukan Sistem Ganjil-Genap?
Kekuatan Instagram yang Mengubah Hidup dan Budaya Masyarakat
#CelotehF1: Pergerakan Bursa Pebalap dan Prediksi Persaingan di Musim 2019

Puisi | Demikian Kematian Diterbitkan

$
0
0


Sumber Ilustrasi: Brisbane Kids

Kematian terbit setiap malam,
sedang kesedihannya tumbuh menjalar tanpa pernah tertidur.

Hidup kelak berpulang. Sejarah akan bercerita ke belakang.

Kepada tahun-tahun ketika lenguh dayung masih biru dan anak-anak bergembira di atas rakit kayu.
Para perempuan membersihkan pagi atau sore hari dengan tembang rindu dari moyang. Dengan cerita-cerita hidup meramu dan bersikap sahaja.

Hutan adalah ibu yang menjaga langit tidak menampung air mata.
Tidak mewarisi duka lara manusia.
Menjaga semua mengada selayaknya saudara, kelahiran beranakpinak di dalamnya.

Demikianlah kematian itu diterbitkan,
kepada kesedihan yang pantas dikenang-kenangkan.

(Januari, 2019)





Baca juga:
Jangan Sepelekan Mereka yang Depresi karena Skripsi!
Bagaimana Jika Sepeda Motor Diberlakukan Sistem Ganjil-Genap?
Kekuatan Instagram yang Mengubah Hidup dan Budaya Masyarakat

Diplomasi Kopi, dari Hutan Nagari sampai ke Luar Negeri

$
0
0


Dokpri

Dokpri

Tidak perlu bahasa yang rumit untuk menggambarkan kenikmatan secangkir kopi.  Jika muncul rasa nyaman saat menyesap hangatnya dan menghirup wanginya, disitulah letak nikmatnya. Bahkan rasa nyaman itu masih tersisa hingga seruputan terakhir.

Jika dulu minuman kopi identik dengan maskulinitas. (Ini pendapat saya . Mungkin karena kopi yang saya kenal hanya sebatas kopi tubruk dan hanya abang-abang dan om-om yang menikmatinya. Termasuk saya). Lain dulu lain sekarang.  

Kini menikmati kopi sudah menjadi gaya hidup kawula muda di tanah air.

Dokpri

Dokpri

Kedai-kedai kopi bermunculan. Berbagai teknik pembuatan dan penyajian kopi pun mulai dikenal awam. Mesin-mesin pembuat minuman kopi mudah didapat secara online. Ragam minuman mengandung kopi seakan menjadi hidangan wajib yang menarik.  

Dan yang terpenting, Variasi minuman berkafein ini pun menjadi lebih responsif gender. Cewek atau cowok bebas memilih selera kopinya.

Sejak media sosial marak digunakan, tampaknya kopi selalu menjadi barang baru dan populer bagi siapa saja. Mungkin juga karena film "filosofi kopi", saat ini kopi memiliki nilai yang lebih dari sekedar minuman. Mirip seperti film "5 cm", yang membuat naik gunung juga semakin populer bagi semua kalangan.

Dokpri

Maka berbanggalah kita dengan kekayaan single origin kopi di negeri ini. Single origin adalah istilah untuk menyebut asal atau wilayah tempat kopi itu ditanam.

Beda daerah, beda ketinggian, beda iklim, beda biofisik, beda varietas, beda teknik budidaya, maka rasanya pun menjadi berbeda.

Menurut saya sebagai penikmat kopi kelas teri, mungkin pembentukan aroma dan rasa pada kopi yang kita nikmati, separuh faktornya  ditentukan oleh single origin ini. Sisanya baru dipengaruhi melalui teknik roasting dan brewing.

Sebut saja seperti kopi Gayo, Sidikalang, Lintong, Mandheling, Bali Kintamani, Toraja, Kopi Jawa, Papua Wamena, Flores Bajawa dan lain-lain.

Beberapa single origin kopi nusantara mulai bersanding dengan kopi dari daratan Amerika dan Afrika pada etalase kafe-kafe ternama.

Dokpri

Dokpri

Bahkan saat acara pertemuan atau konferensi internasional diselenggarakan, kekayaan citarasa kopi nusantara telah menjadi bagian dari diplomasi bangsa untuk mencairkan suasana.

Saat kita bisa minum kopi bersama, saat itu kita bisa bekerjasama. Cakep.

Selalu ada cerita dibalik kopi yang siap kita nikmati.

Cerita ini pula yang membawa saya sampai ke sebuah nagari di ranah Minangkabau. Salah satu tempat dataran tinggi dimana kopi arabika yang nikmat berasal.

Berawal dari keikutsertaan saya pada acara Sosialisasi Aksi Mitigasi Perubahan Iklim yang diselenggarakan di Kota Padang pada bulan November 2018. Kegiatan ini diselenggarakan melalui program Kerjasama RI-Norway dan Program Forest Carbon Partnership Facilities (FCPF -- World Bank).

Saat acara tersebut, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat, Bang Yozarwardi panggilan akrabnya, mengatakan bahwa  "Sumatera Barat berkomitmen untuk mengimplementasikan pendekatan pembangunan rendah emisi. Kebijakan tersebut dijalankan dengan mengedepankan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (Community Based Forest Management) atau hutan sosial sebagai salah satu basis implementasi pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan di Sumatera Barat."

Pada lokasi-lokasi hutan sosial yang dibangun, hutan akan dilestarikan dengan skema hutan nagari (hutan desa) ataupun hutan kemasyarakatan. Harapannya kedepan akan lahir usaha-usaha baru dari hutan sosial sehingga tidak ada lagi alih fungsi lahan, bahkan menjadi lokasi usaha-usaha produktif yang memiliki stok karbon yang tinggi dengan mengembangkan agroforestry.

Menarik bukan ? Bagaimana kita menumbuhkan kembali hutan, mengurangi emisi karbon, sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat.

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Maka tergeraklah saya untuk bersama kawan-kawan panitia untuk menyambangi lokasi dari implementasi yang diceritakan itu setelah acara berakhir. Yaitu hutan di Nagari Sirukam -- Payung Sekaki dan hutan di Nagari Aia Dingin -- Lembah Gumanti di Kabupaten Solok.

Nagari adalah sebutan untuk wilayah administrasi di bawah kecamatan pada Kabupaten di Sumatera Barat. Istilah nagari menggantikan istilah desa, yang digunakan di provinsi lain di Indonesia.

Hanya 2 jam dari kota Padang melewati wilayah perbukitan Taman Hutan Raya Bung Hatta. Saya mengunjungi Lokasi pertama yaitu Nagari Sirukam, Kabupaten Solok.

Hamparan sawah yang siap dibajak dan deretan rumah dengan atap bergonjong menjadi panorama awal saat memasuki wilayah kecamatan Payung Sekaki. Selanjutnya jalan berbatu akan kerap dijumpai saat menuju lokasi hutan nagari.

Dokpri

Anda pasti tahu karya sastra Angkatan Balai Pustaka berjudul "Si Doel Anak Betawi" yang ceritanya populer lewat sinetron di TV itu? dari nagari di Kecamatan Payung Sekaki inilah penulisnya, Aman Datuk Madjoindo, lahir dan dibesarkan.

Sampai di hutan nagari Sirukam, kami bertemu dengan masyarakat desa yang bahu membahu menanam serei, kayu manis, kopi, pohon petai, pinus dan mahoni pada bagian kawasan hutan negara yang terdegradasi.

Tanaman Serai (Dokpri)

Dokpri

Dokpri

Secara harfiah tidak selamanya kawasan hutan berisi pohon-pohon yang lebat. Mungkin itu dulu. Saat ini bagian-bagian tertentu dalam kawasan hutan yang sudah kritis, akibat illegal logging dan kebakaran di masa lalu, harus ditumbuhkan kembali.

Melalui hutan nagari, masyarakat desa di Sumatera Barat diajak menjadi pemeran utama dalam mengelola hutan negara. Siapa sangka Nagari Sirukam di Sumatera Barat ini merupakan bagian hulu dari DAS Indragiri Rokan yang mengalir ke arah Provinsi Riau.

Melihat mayoritas ibu-ibu di nagari Sirukam menjadi aktor dalam kegiatan menanam kembali hutan di tingkat tapak, tentunya bisa menjadi cerita yang menarik tentang bagaimana perempuan dalam budaya matrilineal seperti di Minangkabau ini, berperan dalam menghijaukan bumi sekaligus memperkuat ekonomi keluarga.

Berat. Kau tidak akan sanggup. Biar saya saja.

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Beranjak dari Nagari Sirukam, kami melaju ke Nagari Aia Dingin. Melewati keindahan kebun teh di daerah Alahan Panjang dan panorama syahdu Danau Diatas-Dibawah, maka sampailah kami di basecamp koperasi kopi Solok Radjo.

Terdapat dome (rumah pengering kopi) yang terbuat dari terpal plastik bening tempat biji kopi yang telah dikupas dijemur dan diangin-angin serta dan pulper house.

Kami bertemu dengan salah seorang pengurus koperasi, Teuku Firmansyah. Menurutnya produksi Kopi Solok masih bisa dibilang sedikit, yakni hanya 6 ton per tahunnya. Sementara kebutuhan pasar sangat besar. Rasa kopi Solok yakni arabika sangat diminati oleh pencinta kopi. Solok Radjo juga sudah memiliki beberapa pelanggan di luar negeri, seperti Australia, Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat.

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Produk olahan mereka yang terkenal ialah melalui honey process yaitu Labah Rimbo dan  Limau Cirago. Koperasi ini lebih sering menjual kopi yang sudah semiwashed atau belum disangrai. Hal ini karena kebanyakan kedai kopi memilih untuk melakukan roasting kopi sendiri.

"Dengan banyaknya media dan aplikasi online saat ini, peluang tersebut kami manfaatkan untuk membangun pasar."

Secangkir kopi arabica hangat dengan aroma khas Solok saya cicipi sambil mendengarnya bercerita.

Selanjutnya Teuku dan kawan-kawan mengajak kami untuk melihat lokasi penanaman kopi Solok Radjo. Berjalan melewati titian di sungai dan menaiki jalan setapak di perbukitan.

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Mungkin saya dan mereka seumuran. Tapi jujur saya mengagumi semangat mereka menjadi petani muda. Menjadi petani itu hebat.

"Dulu rantai pemasaran kopi begitu panjang. Tengkulak menjadi aktor penting. Petani menjual kopi basah atau cherry hanya 1500/ kg. Makanya petani enggan menanam kopi dan lebih suka menanam sayur kol." Tuturnya sambil menunjuk hamparan tanaman musiman holtikultura atau sayur mayur.

"Sempat kami pun dicemooh karena mau menanam kopi. Lalu koperasi dibentuk. Sekarang petani menjual cherry 8000/kg. Bahkan permintaan ekspor untuk kopi arabika Solok belum bisa kami penuhi".

"Sekarang anggota koperasi lebih dari 300 orang. Telah dibentuk kelompok hutan kemasyarakatan. Melalui Izin Hutan Kemasyakatan yang diberikan oleh pemerintah. Kami mengajak serta petani untuk menanam kembali kawasan hutan yang gundul ini dengan pola agroforestry. Kopi ditanam Bersama dengan lamtoro dan eucalyptus pada kawasan hutan yang sudah menjadi belukar dan alang-alang" tuturnya lebih lanjut.

Dalam hati saya turut mendoakan semoga kawasan hutan produksi terbatas yang sebagian sudah gundul ini bisa menjadi rimbun kembali. Pendampingan dan pelatihan terhadap petani akan agroforestry dan pembangunan kebun bibit kehutanan tampaknya akan sangan membantu bagi petani di Nagari Aia Dingin.

Dokpri

Dokpri

Kerjasama yang dibangun bisa menjadi modal utama untuk memperoleh manfaat dan keuntungan bersama.

Begitulah tampaknya kopi telah menjadi ruang diplomasi  antara masyarakat sekitar hutan dengan negara.

Kembali ke kota Padang, rasa penasaran saya akhirnya mengajak saya menyinggahi sebuah kafe bernama rimbun coffee. Untuk sekedar mencicipi kembali kopi Solok dan membeli beberapa bungkus biji kopi untuk oleh-oleh di Jakarta.

Dokpri




Baca juga:
Menakar Antusiasme Publik Menonton Debat Capres
Ironi Warga Aceh Harus Bawa Paspor ke Jakarta
Debat Petahana dan Capres, Ajang Evaluasi dan Janji

Akses Kompasiana Lebih Mudah melalui "Add to Home Screen"

$
0
0

Ilustrasi (Kompasiana/Rizki Estiva)Kini Anda bisa membuka laman Kompasiana lebih ringkas melalui smartphone. Caranya dengan menambahkan menu Kompasiana di tampilan depan layar smartphone. Cukup sekali klik Anda bisa langsung mengakses laman www.kompasiana.com dengan tampilan penuh.

Menu ini bisa ditambahkan ketika Anda telah lebih dari satu kali membuka laman Kompasiana melalui Google Chrome. Nanti browser akan menampilkan notifikasi "Tambahkan Kompasiana ke layar Utama"

Atau, apabila ingin menambahkan sendiri button shortcut ini, Anda bisa menambahkannya dengan cara:

  1. Update Google Chrome dengan versi terbaru.
  2. Akses www.kompasiana.com melalui Google Chrome.
  3. Pastikan Anda sudah dalam keadaan login dan jangan lupa centang "Ingatkan saya/Remember me"
  4. Lalu klik tombol "tiga titik" di bagian kanan atas.
  5. Dan, klik Add to Homescreen.

Setelah itu sistem akan secara otomatis memasang menu Kompasiana di tampilan depan layar smartphone.

Sistem ini bukan seperti aplikasi yang tersedia di Playstore, tapi hanya maksimalisasi penggunaan mobilesite Kompasiana agar lebih optimal. Pemasangan button homescreen ini tidak memakan banyak memori seperti aplikasi. Sehingga tidak begitu memengaruhi beban kinerja smartphone.

Fitur menu ini sudah maksimal di Chrome dalam versi Android, tapi belum maksimal di versi Safari iOS.

Kami menambahkan fitur ini, agar memudahkan Anda untuk mengakses Kompasiana tanpa perlu memasukan URL Kompasiana di browser Anda, sekaligus membuat kami merasa lebih dekat dengan Anda. Karena kami selalu berada di genggaman Anda. Eeeeaaa!

Selamat bereksplorasi, Kompasianer.

(Lbt/Kev)




Baca juga:
[Obituari Nukman Luthfie] Yang Meninggalkan, Yang Ditinggalkan
Menakar Antusiasme Publik Menonton Debat Capres
Ironi Warga Aceh Harus Bawa Paspor ke Jakarta

Menu Empat Bintang, Istilah Kreatif untuk Memahami Jenis Makanan yang Bergizi

$
0
0

Gambar: thedailystar.netKita semua pasti pernah atau sering mendengar tentang istilah "empat sehat, lima sempurna" atau "gizi seimbang". Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan standar makanan atau pemberian makanan yang dapat memenuhi kebutuhan tubuh kita dengan baik. Namun ketika ditanya kepada orang awam, jenis-jenis makanan yang termasuk empat sehat lima sempurna atau gizi seimbang, sulit sekali untuk dijelaskan. 

Hal ini mungkin saja diakibatkan kurangnya pengetahuan atau pemahaman tentang istilah ini. Kekurangan pengetahuan juga dapat mengakibatkan makanan yang dikonsumsi bisa saja tidak diperhatikan dengan baik, khususnya pada orangtua yang sedang memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) pada anaknya. Tak hanya berlaku pada anak yang sedang diberikan MPASI, hal ini pun dapat berlaku pada orang dewasa yang menjaga pola makan, demi memiliki hidup yang sehat.

Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan 4 sehat 5 sempurna atau gizi seimbang, ada baiknya kita mengetahui satu istilah lagi yang bisa membuat kita lebih memahami tentang pemberian makanan yang baik bagi anak dan menjaga pola makan orang dewasa. Istilah tersebut adalah "Menu empat bintang". Istilah ini bisa dibilang sebagai salah satu cara kreatif dalam memahami pemberian makanan yang bergizi.

Sederhana, namun mudah diingat. Mendengar tentang istilahnya saja, pasti semua orang lansung fokus pada kata empat dan kata bintang. Tentu saja, dinamakan empat bintang, karena istilah ini menggambarkan pemberian makanan dengan memperhatikan empat unsur gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Jika kita memahami tentang 4 unsur gizi tersebut, maka dalam pola makan maupun pemberian makan pada anak, dapat dilakukan dengan baik.

Seperti istilahnya, yakni menu empat bintang, kita dapat membayangkan ada empat bintang, agar dapat mengingatnya dan dapat membantu kita memahami jenis-jenis unsur gizi yang adadi dalamnya dengan baik. Kita mulai dari bintang yang pertama. 

Bintang yang pertama menjelaskan unsur gizi, yakni karbohidrat. Biasanya kita menyebutnya dengan makanan pokok berupa nasi, jagung, ubi-ubian dan lain sebagainya. Seperti yang kita ketahui bahwa karbohidrat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi dalam melakukan setiap aktivitas yang ada. Unsur gizi ini diperlukan oleh semua manusia, baik anak-anak yang baru mulai makan MPASI, maupun orang dewasa agar memiliki kekuatan dan energi dalam beraktivitas.

Bintang yang kedua menjelaskan unsur gizi, yakni protein hewani atau protein yang berasal dari hewan. Seperti istilahnya, kandungan gizi ini terdapat pada semua jenis makanan yang berasal dari hewan, baik yang berada di darat, maupun laut, seperti daging, ikan,telur, dan lain sebagainya. Bintang kedua atau protein hewani berguna untuk membangun sel dan jaringan tubuh, serta membantu dalam menjaga sistem kekebalan tubuh dan manfaat lainnya.

Bintang yang ketiga menjelaskan unsur gizi dengan kegunaan yang sama dengan bintang kedua, yakni protein nabati. Jika protein hewani berasal dari hewan, protein nabati merupakan zat gizi yang berasal dari makanan yang bersumber dari tumbuhan. Unsur gizi ini juga berguna untuk membangun sel dan jaringan tubuh, serta membantu dalam menjaga sistem kekebalan tubuh dan lain-lain. Unsur gizi protein nabati berasal dari jenis makanan seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai (tahu atau tempe) dan jenis kacang-kacangan lainnya.

Bintang yang keempat menjelaskan unsur gizi, yakni vitamin dan mineral. Kedua unsur gizi ini sangat berguna dalam proses pertumbuhan dan metabolisme tubuh. Tanpa unsur gizi ini dalam makanan kita, karbohidrat, protein, lemak dan gizi yang dikonsumsi tidak akan bisa dikonversi untuk menopang pertumbuhan dan perkembangan tubuh kita dan khususnya anak-anak yang sedang diberikan MPASI.

Dalam menerapkannya, tentunya ada pula hambatan yang akan dialami. Bisa saja berupa sumber daya, lingkungan, adat dan budaya, pengetahuan, komitmen pribadi dan lain sebagainya. Sebagai contoh, seorang petani yang menanam sayur dikebunnya dan memelihara ayam yang bertelur. 

Namun saat sayur tersebut dipanen dan ayam tersebut bertelur, sayur dan telurnya dijual, lalu petani tersebut membeli hanya nasi saja atau mie instant untuk konsumsi keluarganya. Hal inilah yang perlu diperhatikan, agar jika keluarga kita yang belum memiliki pengetahuan, bisa diberi pengetahuan. 

Adapula keluarga yang sudah memahami tentang pemberian makan yang baik bagi keluarga, namun terkendala keuangan ataupun sumber daya untuk mengadakan makanan-makanan bergizi tersebut. Hal inilah yang mulai diperhatikan oleh berbagai pihak melalui program-program mulitsektoral, seperti pelatihan menanam di pekarangan rumah yang baik maupun kebun, pelatihan membuat MPASI dengan makanan-makanan lokal yang ada di sekitar dan lain sebagainya.

Mengapa kita perlu mengetahui tentang istilah menu empat bintang? Sebenarnya istilah apapun yang digunakan sama saja. Pemberian makanan yang bergizi bagi anak dan untuk konsumsi kitapun tergantung pada komitmen kita juga, karena percuma mengetahui tentang istilah-istilah yang ada dalam metode pemberian makanan yang bergizi, namun jika tidak memiliki komitmen untuk menerapkannya, hidup sehat dan cerdas hanya akan menjadi angan-angan. Istilah kreatif ini dipakai untuk membantu kita agar lebih memahami secara rinci atau detail, apa yang dimaksud dengan makanan yang bergizi tersebut.




Baca juga:
Pro-Kontra Pekan Ini: Dari Pertanyaan Debat Pilpres hingga Tambahan Biaya Bagasi Maskapai
[Obituari Nukman Luthfie] Yang Meninggalkan, Yang Ditinggalkan
Menakar Antusiasme Publik Menonton Debat Capres

Beranikah Anda Mengambil Libur?

$
0
0

www.businessdestinations.com

Berani Berlibur? 

Berlibur?! Bercandakah, emang siapa takut berlibur!? Begitu teriakan teman saya di kantor memasuki masa libur panjang di akhir tahun 2018 yang lalu. Pada umumnya, kantor dan atau karyawan swasta memiliki sekitar dua minggu masa libur panjang yang harus dinikmati.

Bagaimana dengan Anda, apakah tanggapan Anda sama dengan beberapa teman saya yang betul-betul memanfaatkan libur panjang mereka dengan keluarga, terutama yang menjajal ruas tol Jakarta ke Surabaya dan Malang, yang katanya bisa ditempuh hanya dalam waktu 10 atau 11 jam non-stop? Dan menjadi cerita seru yang mengisi hari-hari awal memulai kerja tahun 2019.

Bila diamati, sesunguhnya masih sangat banyak orang yang belum memanfaatkan waktu libur untuk membangun kembali keseimbangan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, fisik, jiwa, spritual dan kehidupan yang dimiliki, baik diri sendiri maupun keluarga.

Keluarga yang termasuk golongan menengah ke bawah pada umumnya tidak memanfaatkan hari libur secara optimal dibandingkan dengan kelompok keluarga yang termasuk kelas menengah ke atas. Pertimbangan utamanya adalah memanfaatkan semua waktu yang tersedia untuk bekerja dan mencari penghasilan tambahan bagi pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Jangankan pada hari libur, bahkan jam kerja yang tersedia pun akan dimanfaatkan lembur apabila diberi kesempatan oleh kantornya atau perusahaan.

Memanfaatkan hari libur secara tepat akan menjadi faktor pendorong bagi kinerja dan produktivitas seseorang dalam bekerja. Tidak saja dalam satu bidang pekerjaan, tetapi semua jenis pekerjaan yang ditekuni. Perbedaannya terletak dari tingkat kesulitan dan kerumitan pekerjaan yang ditekuni seseorang.

Sebagai contoh, seorang yang berprofesi sebagai Pialang Saham di Bursa Efek mempunyai karakteristik pekerjaan yang bersiko tinggi, sedemikian sehingga setiap hari akan berada dalam ketegangan yang sangat tinggi untuk melakukan analisis, estimasi tentang harga saham dan mengambil keputusan investasi untuk membeli atau menjual. Profesi seperti ini pasti membutuhkan waktu jedah yang cukup, dan biasanya mengambil liburan yang memadai agar selalu memiliki stabilitas emosi dalam pekerjaannya.

Berani mengambil libur berarti kemampuan merencanakan keseluruhan ritme waktu pekerjaannya dalam seminggu, sebulan, bahkan setahun menjaga stamina, stabilitas keseimbangan emosi dan spiritual dalam melakukan pekerjaan untuk mencapai kinerja dan produktivitas agar terus meningkat dari waktu ke waktu.

Berani mengambil liburan hendak menjelaskan bahwa kinerja dan hasil kerja terbaik itu tidak dicapai dengan terus menerus bekerja tanpa istirahat, tetapi dengan meningkatkan faktor-faktor semangat, antusiasme, fokus, persistensi, emosi positif dan optimisme yang kuat.

Berani berlibur bukan berarti menunggu liburan panjang akhir tahun, atau liburan lebaran misalnya. Bukan itu yang dimaksudkan, tetapi secara terencana dan teratur seseorang memiliki waktu jedah yang cukup dalam ritme rutinitas pekerjaan yang dijalani. Misalnya, hari kerja seminggu itu 5 hari senin sampai jumat, atau kadang-kadang 6 hari, sampai hari sabtu. Lalu hari minggu itu adalah libur dan hari istirahat. Beranikah Anda memutuskan untuk betul-betul libur pada hari ke 7, hari minggu itu?

Hasil sejumlah penelitian menunjukkan bahwa liburan merupakan keharusan di dunia kerja. Usai berlibur, banyak pegawai yang langsung menunjukkan produktivitas maupun semangat karirnya. Sebuah data memperlihatkan bahwa 82 persen pengusaha yang berlibur ternyata menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan ditemukan ada 6 alasan mengapa bisa demikian, yaitu:

  1. Kantor bukan tempat yang bisa beri inspirasi
  2. Kesehatan membaik
  3. Biarkan pikiran beristirahat
  4. Anda butuh perubahan
  5. Merasa lebih bahagia
  6. Menambah rekan baru

Pentingnya Berlibur

Di dalam salah satu surat di Kitab Suci, terdapat sebuah nats atau ayat yang tergolong emas yang berbunyi:

"Enam harilah lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga."

Pesannya sangat jelas, sederhana dan tidak sulit untuk diimplementasikan dalam hidup sehari-hari oleh siapapun dia, dengan profesi apapun yang dimiliki, bahkan orang kaya atau orang miskin, yaitu "Beranikah Anda berlibur pada hari ketujuh setelah enam hari terus bekerja, berkarya dan berprestasi dalam pekerjaan masing-masing?!"

Pasti Anda akan menjawab bahwa Anda berani, kan?! Tetapi jumlahnya saya tidak yakin sebanyak yang tidak menjawab ya terhadap tantangan ini. Sebab masih sangat banyak orang yang tidak mampu mengendalikan dirinya untuk tidak bekerja atau tidak libur pada hari ketujuh. Mungkin berpikirnya, ah, nanti saja kalau ada liburan panjang, baru disitu berlibur!

Di dalam Kitab Suci, bila dicermati dan dipelajari dengan baik, penuh berisikan instruksi-instruksi tentang beristirahat dan berekreasi bagi setiap orang, dan meminta untuk tidak terus bekerja sepanjang waktu. Ambillah libur untuk diri sendiri.

Bahkan, karena begitu penting beristirahat pada hari ketujuh itu, sehingga Tuhan memasukkannya ke dalam Sepuluh Hukum Taurat - bersama dengan hukum lainnya, yaitu "Jangan berzinah" dan "Jangan membunuh." Ia mengatakan bahwa di setiap hari ketujuh, Anda harus beristirahat. Seperti itulah pentingnya hari sabat dalam hidup Anda.

Inilah pesan pentingnya apakah Anda berani berlibur pada hari ketujuh setiap minggu? Tuhan sendiri sudah memesankan itu dan seharusnya setiap orang harus merenungkan untuk melaksanakannya. Sebab, di sana ada keseimbangan hidup yang harus terjaga dan terpelihara dengan baik secara terus menerus, kalau tidak maka hidup itu akan mudah terserang dan bahkan diserang oleh berbagai persoalan dan masalah kehidupan.

Mungkin ada yang berkata, sorry banget ya! Hari kerja saya bukan 6 hari, lalu hari ketujuh libur, tiga minggu terus menerus bekerja baru minggu keempat libur, itupun hanya dua hari. Atau yang lain polanya berbeda, tiga hari bekerja lalu hari ke 4 libur, dan seterusnya.

Hari libur, berani mengambil libur adalah sebuah prinsip. Tetapi bagaimana implementasinya, sangat tergantung dari pola pekerjaan yang dilakukan setiap orang. Karena hari libur itu disediakan bagi setiap orang, bukan orang demi hari libur.

Namun secara umum yang ada adalah 6 hari kerja dan hari ketujuh libur. Dengan kata lain, Tuhan menciptakan ide tentang hari libur pada hari yang ketujuh untuk beristirahat, berekreasi, beribadah, dan memulihkan diri. Itu semua buat setiap orang agar Anda tidak kehabisan tenaga untuk melanjutkan perjalanan hidup yang masih panjang.

Apa yang Dikerjakan Saat Berlibur?

Berlibur dan mengambil liburan merupakan kesempatan yang sangat baik bagi setiap orang untuk memelihara dan menjaga keseimbangan hidup yang dimiliki sepanjang hidup. Artinya, libur itu menjadi bagian penting dalam hidup seseorang, dan kerenanya harus direncanakan, dilakukan dan diisi dengan benar dan tidak sia sia belaka.

Kesan bahwa liburan itu tidak mengerjakan apa-apa sama sekali, bahkan hanya tidur-tiduran saja di rumah atau di tempat istirahat, atau hanya makan-makan saja, atau hanya jalan-jalan saja, itu tidak benar sama sekali.

Betul bahwa mengambil liburan itu bukan melakukan pekerjaan rutin di kantor atau di pabrik atau dijalan, tetapi harus diiisi dengan agenda yang benar dan tepat sesuai kebutuhan masing-masing-masing. Walaupun sangat mungkin, di dalam agenda liburan ada acara makan-makan atau jalan-jalan, atau yang lain, tetapi tetap dalam konteks tujuan yang jelas, yaitu menjaga keseimbangan hidup.

Bila dicermati dan direnungkan pesan yang ada tentang apa yang harus Anda lakukan di hari ketujuh itu, maka paling tidak ada 3 hal utama, yaitu

1. Istirahatkan tubuh Anda
Harus disadari bahwa tubuh itu bukan mesin yang atau terbuat dari mesin seperti robot yang bisa terus bekerja dan berputar tanpa henti selama sebulan penuh atau bahkan setahun penuh. 

Pahamilah bahwa tubuh Anda itu hidup karena memiliki fisik yang berubah, psikis yang sangat berubah-ubah, bahkan dimensi spiritual yang harus terjaga dan terus terasah dengan dinamika hidup dan pergumulan tiada henti.

Banyak orang memilih berbagai bentuk aktifitas agar tubuh yang sudah lelah selama seminggu bekerja bisa istirahat dengan baik. Bisa di rumah atau di tempat-tempat fasilitas kebugaran yang tersedia di mana-mana. Dengan begitu maka tubuh itu akan menemukan revitalisasi bahkan terisi lebih besar dan lebih kuat lagi.

2. Fokuskan kembali semangat Anda
Di kalangan orang Kristen, hari ketujuh itu hari minggu yang dimaknai dengan beribadah di gereja atau di tempat-tempat ibadah yang tersedia.

Beribadahlah, artinya membangun kembali revitalisasi hubungan spiritual antara diri sendiri dengan Tuhan Allah yang diimani sebagai sumber kehidupan. Melalui ritual ibadah yang diikuti akan terbangun kembali semangat hidup yang sangat mungkin sudah menurun habis selama satu minggu dengan berbagai persoalan yang dihadapi, baik di tempat kerja, ditengah keluarga atau di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan hiruk pikuk.

Melalui ibadah, seseorang akan mengisi kembali atau merecharge tangki spiritual yang sudah menurun bahkan habis dimakan oleh persoalan dan pegumulan hidup. Dengan begitu, inilah yang menjadi sumber semangat seseorang untuk memulai kembali memasuki dunia nyata dalam pekerjaan sehari-hari selama seminggu kedepan.

Sebagai contoh sederhana, selama seminggu seseorang telah bekerja dengan tidak benar, bahkan melakukan penyimpangan sehingga merasa keberdosaannya di hadapan Tuhan. Pengalaman ini akan membebani pikiran, jiwa dan spiritual seseorang, dan sangat mungkin akan melemahkannya dalam bekerja. Konsekuensinya adalah semangat kerjanya menurun, kinerjanya pasti menurun juga, produktivitasnya akan anjlok. Sumber masalahnya adalah karena merasa bersalah dan berdosa.

Masalah ini akan bisa diselesaikan ketika seseorang akan datang beribadah untuk mengaku keberdosaanya, dan bertobat dan berjanji tidak akan mengulanginya kembali. Sehingga dia akan menjadi baru, lahir baru kembali, dan dipastikan semangat kerjanya akan pulih kembali, bahkan bisa lebih bersemangat bekerja.

3. Isi kembali emosi Anda
Masalah psikis atau masalah kejiwaan atau psikologis merupakan hal yang sangat utama dalam diri seseorang yang tidak boleh diabaikan begitu saja, seperti emosi yang sudah sangat terganggu bahkan terkuras selama Anda bekerja dalam seminggu.

Contoh sederhananya adalah perjalanan dari rumah ke tempat kerja dengan kendaraan sendiri, sepeda motor atau mobil, atau dengan kendaraan umum bus, kereta api, angkot dan sebagainya. Sangat mungkin emosi diperjalanan terus menerus didera dan dihantam oleh godaan amarah, pusing, pening, telat, hujan, panas, macet, lapar, dan 1001 hal yang menimpa emosi Anda, dan tabung positifnya mungkin minus sama sekali.

Kalau mau terus happy dalam memulai pekerjaan minggu berikutnya, maka tabung emosi harus diisi kembali secara penuh dengan hal-hal yang psoitif, optimisme, semangat, dan sebagainya dengan memilih bentuk-bentuk kegiatan selama liburan, walaupun hanya sehari.

Misalnya dengan melakukan kebiasaan atau hobi Anda, berolah raga, goes sekian puluh kilometer, atau berlari pagi sekian jam, atau melakukan berenang bersama keluarga, atau bermain dengan anggota kelompoknya.

Sangat diyakini dengan cara ini maka tangki emosi akan terisi kembali secara penuh dan menjadi modal yang sangat penting memulai pekerjaan pada awal minggu berikutnya.

Kapan Istirahat dan Kapan Berlibur?

Pertanyaan tentang kapan sebaiknya seseorang mengambil lbur dalam setahun, sesungguhnya tidaklah terlalu penting, karena setiap orang atau setiap kantor atau perusahaan memikiki karakteristik pekerjaan masing-masing yang berbeda.

Dengan demikian, seseorang harus bisa menyesuaikan dengan ritme dan tentu saja aturan main yang ada di dalam pekerjaannya. Tidak masalah apakah sekali seminggu, sekali sebulan, diawal atau tengah atau diakhir bulan, yang penting ada rencana untuk berani mengambil liburan untuk diri sendiri.

Dengan katak lain pun, tak masalah kapan hari Sabat Anda, yang terpenting adalah Anda taat kepada perintah Sang Pemilik Hidup dan Kehidupan yang diimani dan diyakini. Sangatlah mungkin bahwa Anda tidak mau mengambil cuti ketika bos Anda yang menyuruh Anda. Namun, Anda harus beristirahat, sebab Allah yang memerintahkannya - dan agar Anda dapat memberikan yang terbaik bagi-Nya melalui hidup yang dimiliki.

Perlu sekali bagi setiap orang untuk melakukan penilaian dan kajian terhadap perjalanan hidup dan pekerjaan yang digumuli setiap hari dengan selalu membandingkan perubahan keadaan yang dialami atau dicapai. Ini menjadi mendasar sekali, agar mampu mengatakan bahwa hidup ini tidaklah sia-sia adanya karena ada perubahan yang berarti.

Tanyakan pada diri sendiri, misalnya, apa perbedaan yang terjadi ketika Anda beristirahat semalam penuh dibandingkan dengan ketika Anda tidak cukup tidur? Atau kegiatan atau tanggung jawab apa yang membuat Anda tidak bisa beristirahat dengan baik? Atau pertanyaan lainnya misalnya, bagaimana Anda bisa mengubah cara Anda melakukan hari Sabat, sehingga Anda memuliakan Allah dengan istirahat Anda?

Nampaknya pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan menolong Anda untuk merencanakan dengan baik liburan Anda setiap minggu bahkan liburan panjang pun. Sebab, ketika mampu memberikan jawaban yang tegas tentang pertanyaan-pertanyaan semacam itu, saya yakinkan Anda bahwa Anda sudah berada di dalam jalur yang benar, artinya Anda layak disebut seorang yang berani mengambil liburan!

Tetap Semangat !

Yupiter Gulo, 12 Januari 2019




Baca juga:
Ayo Fitri, Selangkah Lagi Juara!
Pro-Kontra Pekan Ini: Dari Pertanyaan Debat Pilpres hingga Tambahan Biaya Bagasi Maskapai
[Obituari Nukman Luthfie] Yang Meninggalkan, Yang Ditinggalkan
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live