Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

Menanamkan Spirit Karunananda di Hati Pelajar Jepang

$
0
0

Spirit Karunananda di abadikan di buku wacaan wajib pelajar Jepang. Photo: Yamu

Pada lomba lari jarak menengah olimpiade 1964 yang diselenggarakan di Tokyo Jepang ada satu peristiwa yang tidak saja menghebohkan dunia, namun juga menjadi contoh dan spirit yang ditanamkan di jiwa pelajar Jepang sampai saat ini.

Tidak tanggung tanggung peritiwa yang dikenal sebagai "Karunananda 67" itu diabadikan di buku bacaan wajib pelajar di seluruh Jepang. Sangat jarang sekali contoh ketauladanan di buku teks siswa sekolah di Jepang menggunakan contoh orang asing.

Adanya materi khusus yang membahas Karunananda ini tentunya ada maksud dan tujuan tertentu agar para pelajar Jepang dapat memahami dan meneladani spirit Karunananda ini.

Ranatunge Karunananda. Photo: Yamu

Di olimpiade 1964 tersebut Kanunananda berlomba di ajang lari 10.000 meter mewakili negeranya Sri Langka atau yang lebih dikenal saat itu sebagai. Selama lomba berlangsung Karunananda disalip sebanyak 4 kali oleh pemenang medali emas dari Amerika yang bernama Billy Mills.

Namun ketika Billy Mills memasuki garis finish dan perlombaan dinyatakan sudah usai, Katunananda masih tetap berlari menyelesaikan sisa jarak yang belum ditempuhnya yaitu sekitar 2 putaran.

Awalnya para penonton mencemoohkan Kanunananda yang masih terus berlari, namun seiring dengan terus berlarinya Karunananda penonton berubah sikap dan memberikan dukungan yang luar biasa bagi Karunannada untuk menyelesaikan lari nya sampai mencapai garis finish. Stadiun bergerumuh dengan teriakan “Karu Ceylon, Karu Ceylon!”.

Karunananda memang tidak memenangkan medali apapun di lintasan 10.000 meter tersebut namun ketika dia akhirnya mencapai garis finish dia mendapatkan sambutan dan sorak sorai yang luar biasa dari penonton yang umumnya orang Jepang.

Karunananda menyelesaikan larinya walaupun lomba sudah dinyatakan usai. Photo; Facebook

Aksi yang dilakukan oleh Karunananda di lintasan lari ini menarik perhatian wartawan Jepang yang bernama Haruo Suzuki.

Hasil liputan wartawan inilah yang nantinya melambungkan nama Karunananda dan mendapat tempat di hati masyarakat Jepang karena dianggap sebagai pahlawan.

Dari data yang dikumpulkan ternyata Karunananda memulai larinya baik di jarak 5.000 meter sebelumnya dan di 10.000 meter mengalami sakit flu berat. 

Di lintasan 5.000 meter akibat flu yang dideritanya, Karunananda hanya berhasil menempati urutan 48 dari 52 pelari.

Ketika sedang berlangsung lomba lari 10.000 meter pelari lainnya tampaknya melihat Karunananda berlari sambil memegang bagian perut kanan nya. Saat itu ada pelari yang menyarankan Karunananda berhenti saja berlari. 

Salah seorang pelari menasehati Karunananda yang kesakitan memegang perutnya untuk berhenti berlari. Photo: Once Upon a Time in the Vest

Namun tampaknya samangat yang luar biasa yang dimilikinya membulatkan tekadnya untuk tetap menyelesaikan larinya walaupun perlombaan sudah usai dan dia tertinggal 2 putaran setelah pelari lainnya mencapai garis finish.

Bagi Karunananda menyelesaikan lari walaupun dalam keadaan yang kurang menguntungkan merupakan cerminan dari tekad dan spriitnya sekaligus tanggung jawab bagi penonton yang menyaksikan lomba, negara dan rakyat yang diwakilinya.

Hal ini tercermin ketika diwawancari oleh Haruo Suzuki Karunanda menyakatan :

"The Olympic spirit is not to win, but to take part. So I came here. I took part in the 10,000 metres and completed my rounds."

Semangat pantang menyerah inilah yang kemungkinan besar mengena di hari masyarakat Jepang sekaligus cocok dengan budaya dan kehidupan masyarakat Jepang sehingga cerita tentang kegigihan Karunannanda menyelesaikan larinya dijadikan contoh dan ditanamkan di hati para pelajar Jepang.

Para pelajar Jepang akan terus membahas dan mengingat Karunananda dengan kaos bernomor punggung 67 yang terus berlari menunaikan tekad kuatnya dihadapan ratusan ribu penonton walaupun dalam keadaan sakit.

Mencapai tujuan dan menjalankan tanggungjawab bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan namun diperlukan semangat, tekad, kerja keras dan perjuangan luar biasa.

Mungkin semangat inilah yang ingin ditanamkan di jiwa para pelajar Jepang dari cerita tentang Karunanda yang tercantum di buku teks wajib di sekolah di Jepang.




Baca juga:
Hujan, Kopi, Rindu, dan Senja: Sastra Indonesia yang "Gitu-gitu Doang"
Menjajal Tol Trans Jawa, Semarang Jakarta Hanya 6,5 Jam
Natal dan Politik Haramisasi

Jangan Mudah Terpengaruh "Influencer" Instagram Saat Hendak Traveling

$
0
0

ilustrasi (unsplash.com/@elashv)

Yang terbaik, traveling adalah tentang rasa ingin tahu, pemandangan secara lahiriah, pertemuan yang otentik dengan orang-orang lain. Fotografi dulunya adalah media yang memungkinkan semua itu: dengan keunggulannya berupa gambar tak bergerak, membingkainya, membuat kita berpikir dan mendorong penglihatan kita (pada pemandangan) lebih dari hanya melihat. Namun belakangan ini, sepertinya kita sudah berhenti menggunakan fotografi seperti ini. Fotografi sekarang mengubah pemandangan dunia yang hebat menjadi sekedar latar belakang untuk diri sendiri.

Paragraf di atas saya kutip dari tulisan seorang travel blogger di situs Conde Nast Traveller. David Annand, editor situs tersebut menyoroti dampak dari viralnya foto-foto tempat wisata di platform Instagram. Secara lugas, dia mengatakan Instagram influencer berpotensi merusak keindahan tempat wisata itu sendiri.

Masih ingat dengan kejadian rusaknya Taman Bunga Amariliys di dusun Ngasemayu, Desa Salam Kecamatan Patuk, Gunung Kidul? Awalnya memang tidak banyak yang tahu keindahan kebun bunga Amarylis milik Sukadi ini. Hingga suatu hari, seorang pengunjung yang kebetulan melewati daerah Patuk, mengunggah foto-foto indahnya taman bunga amaryllis tersebut ke media sosial/Instagram.

Setelah viral dan diketahui banyak orang, taman bunga yang berada di lahan milik Pak Sukadi ini luluh lantak usai dikunjungi banyak orang, terutama anak-anak muda yang tidak beretika.

Mereka asyik selfie berlatar bunga-bunga Amarylis yang sedang bermekaran, tapi lupa diri untuk menjaga keindahan dan keaslian tamannya. Mereka adalah, meminjam istilah dari David Anand, jenis wisatawan baru yang penasaran, yang bermunculan di setiap keajaiban dunia, merusak pemandangan indahnya.

Fotografi, teknologi digital dan pariwisata seharusnya bisa saling bersimbiosis mutualisme. Meskipun kenyataannya malah menjadi pedang bermata dua yang tajam di kedua sisinya.

Perpaduan fotografi dengan platform media sosial seperti Instagram bisa membuat tempat-tempat indah di seluruh dunia menjadi dikenal masyarakat. memungkinkan seseorang yang tidak bisa mengunjungi tempat-tempat indah tersebut bisa ikut serta menikmati pemandangan indahnya, meski hanya melalui foto-foto di media sosial.

Tak hanya itu, dengan dikenalnya tempat-tempat wisata baru oleh masyarakat luar, hal ini juga membawa dampak sosial ekonomi yang positif pula. Roda ekonomi masyarakat sekitar berputar lancar, lapangan pekerjaan terbuka luas.

Tapi, perpaduan ini juga bisa membawa dampak yang merusak. Rasa penasaran akan lokasi-lokasi istimewa, tempat-tempat indah yang mereka lihat di media sosial membuat banyak orang mendatangi tempat-tempat wisata baru, yang diperkenalkan oleh para influencer media sosial.

Semua ini hampir tidak menjadi masalah jika jumlah dampak sosialnya hanyalah mengirim sejumlah kecil Influencer lebih jauh ke dalam lubang kelinci narsisme mereka sendiri. Tidak semua wisatawan memiliki etika yang baik dan menjaga tempat wisata dari kerusakan yang bisa ditimbulkan.

Tetapi budaya digital yang kerap menipu terlihat semakin menarik dan sudah mengubah cara kita dalam bepergian ke tempat-tempat wisata. Kita bepergian tidak lagi untuk menikmati keindahan suasana, pemandangan yang menakjubkan, atau interaksi sosial dengan masyarakat setempat dan lingkungan sekitar tempat wisata tersebut.

Saat berlibur, kita lebih sering memperturutkan sisi liar narsisme dan ego pamer diri di media sosial. Seperti yang dikatakan David Anand, pemandangan dunia yang menakjubkan sekarang hanya menjadi latar belakang untuk diri kita sendiri.

Sebelum era media sosial berkuasa atas diri kita, ada begitu banyak pengalaman dan kesan yang mendalam saat kita berwisata. Saya ingat ketika pertama kali berkunjung ke tempat wisata Sumber Maron di daerah Gondanglegi-Pagelaran, Kabupaten Malang. Sebelum tempat pemandian alam ini dikenal banyak orang, saya dan anak-anak begitu menikmati kejernihan air sungainya, berenang mengikuti aliran sungai dengan ban bekas (tubing).

Ketika saya kembali lagi berkunjung dua tahun kemudian, tempat wisata itu seolah menjadi kolam penampungan wisatawan. Nyaris tak ada ruang yang tersisa untuk berenang dengan bebas. Sampah-sampah plastik bertebaran di sepanjang jalan setapak dan di bibir sungai. Apa yang bisa dinikmati jika kondisinya seperti ini? Bahkan untuk berswafoto saja pun, latar belakangnya tidak lagi terlihat mengagumkan.kondisi wisata Sumber Maron setelah terkenal (dok. Himam Miladi)Dari sisi ekonomi dan pariwisata, berbagi informasi tempat wisata baru di media sosial memberi dampak positif. Namun, kita juga harus bisa menerapkannya secara proporsional.

Seperti apa caranya?

Mari kita berhenti sejenak untuk bepergian ke tempat-tempat wisata instagrammable yang sangat populer. Biarkan tempat-tempat itu mendinginkan diri sejenak. Beristirahat melepaskan lelah setelah melayani jutaan pengunjungnya.

Temukan tempat-tempat lain dengan membaca artikel-artikel khusus traveling, jangan menyandarkan diri pada foto-foto di instagram saja. Mungkin dari sekian banyak tulisan tentang traveling itu kita bisa menemukan permata tersembunyi yang malahan belum pernah diunggah siapapun di Instagram.

Jika kita senang fotografi, cobalah untuk mengambil foto dengan menangkap emosi atau pengalaman dari tempat itu tanpa kita perlu masuk di dalamnya. Tepikan sejenak ego untuk selfie atau pamer diri.

Ketika kita mengunggah perjalanan wisata kamu di media sosial, ceritakan dengan sejujurnya kondisi tempat wisata yang kamu kunjungi. Sebagian besar informasi tempat wisata di blog atau instagram kadang-kadang sangat tidak akurat. Jangan hanya sekedar mengharapkan "like" kemudian menipu diri sendiri dan orang lain dengan menceritakan bagian indahnya saja.

Saat berada di tempat wisata, ingatlah dampak biologis dari kunjungan kita. Jangan buang sampah sembarangan. Tahukah kamu bahwa teluk Maya (Maya Bay) yang terkenal di Thailand ditutup karena gerombolan wisatawan membuang sampah plastik, tabir surya, dan sampah lainnya ke dalam air lautnya yang jernih?

Teluk Maya ini dulu terkenal usai dipakai lokasi syuting film The Beach yang dibintangi Leonardo Di Caprio. Ironisnya, setelah tahu teluk indah itu rusak akibat ulah wisatawan, Leonardo kini malah aktif berkampanye untuk perbaikan lingkungan hidup disana.

Berlibur, dan kemudian memamerkannya di media sosial memang tidak ada salahnya, lagipula itu adalah hak bagi semua orang. Saya juga tidak menganggap berswafoto di tempat wisata itu buruk. Tidak pula bermaksud meremehkan atau bersikap sinis terhadap upaya memperkenalkan tempat-tempat wisata alam yang baru ditemukan.

Yang kita butuhkan hanyalah sedikit perubahan dalam perspektif tentang bagaimana kita liburan. Coba tengok kembali perjalanan sebelum tertular virus narsis di media sosial dan pikirkan pengalaman kita yang paling menyenangkan atau unik.

Apakah itu? Yang jelas bukan foto punggung atau wajah yang menghadap kamera.




Baca juga:
Manuver "Tambal Sulam" ala Duo Clasico
Bagaimana Seharusnya Media Hindari Cibiran "Menjual Kesedihan"
Ingin Akun Kompasianamu Tervalidasi, Ini Caranya!

Kimo Stamboel: Mengadaptasi Game "Dreadout" ke dalam Film

$
0
0

Arsip PIJARU

Akhirnya film yang ditunggu-tunggu para pecinta game lokal muncul juga.  Film "Dreadout" akan mulai tayang di bioskop mulai 3 Januari 2019. Kimo Stamboel, sang sutradara mengaku butuh waktu lama sebelum akhirnya game ini diadaptasi ke dalam film.

Bersama Pijaru, Kimo juga bercerita tentang pengalamannya menyutradarai tanpa saudaranya untuk pertamakalinya. Dan kenapa Kimo memilih Jefri Nichol dan Caitlin Halderman sebagai pemeran utama film tersebut? Apa saja yang dipertahankan Kimo dari gamenya di dalam film ini? Cek langsung videonya!




Baca juga:
Perang Monopoli Informasi Tsunami Anyer
Manuver "Tambal Sulam" ala Duo Clasico
Bagaimana Seharusnya Media Hindari Cibiran "Menjual Kesedihan"

Catatan Perjalanan Menyusuri Tol Trans Jawa Jakarta-Malang

$
0
0

Jembatan Kalikuto, Ikon Tol Trans Jawa (Dokpri)Jalan tol Trans Jawa resmi sudah tersambung sejak diresmikan Presiden Jokowi tanggal 20 Desember 2018 lalu. Jalan tol ini membentang dari Merak hingga ke Pasuruan dengan total panjang 1167 Km, dengan jalur utama Jakarta-Surabaya sepanjang sekitar 740 Km.

Sebagai travelers, tentu saya tak ingin melewatkan kesempatan ini untuk menjajal jalan tol tersebut dari Jakarta hingga ke Malang vice versa mumpung libur panjang.

Saya sendiri tidak langsung menjajal secara nonstop dari ujung ke ujung, tapi beberapa kali mampir untuk bersilaturahmi mengunjungi kerabat dan teman di kota-kota yang disinggahi.

Perjalanan pertama saya lakukan dari Jakarta ke Bandung untuk mengunjungi nenek dengan waktu tempuh standar 2 jam karena berangkat setelah subuh untuk menghindari macet karena pekerjaan tol layang Japek 2. Gerbang Tol Kalikangkung Semarang (Dokpri)Setelah beristirahat sehari, esoknya perjalanan dilanjutkan dari Bandung menuju Solo melalui tol Padaleunyi disambung ke tol Cipali, tol Palikanci, Kanci-Pejagan, Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, Batang-Semarang, hingga Semarang-Solo. Perjalanan relatif cepat karena berangkat dari Bandung sore hari sekitar pukul 3 sore, tiba di Solo sekitar setengah 10 malam dengan istirahat sejenak di rest area selama setengah jam.

Pagi harinya perjalanan lanjut menuju ke Malang melalui tol Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono, lalu keluar Bandar karena hendak memotong jalan lewat Pare Kediri. Waktu tempuh Solo hingga Kertosono (pintu tol Bandar) tak sampai dua jam, hanya 1 jam 50 menit saja, padahal lewat jalan biasa dua jam hanya bisa sampai Ngawi yang ditempuh hanya 50 menit saja kalau lewat tol.Pagar Pembatas Masih Dikerjakan (Dokpri)Setelah berlibur di Malang hingga ke Banyuwangi lewat jalan biasa, kami kembali ke Jakarta dari Malang, mulai dari jalan tol Pandaan-Gempol, Gempol-Japanan, Japanan-Waru, Waru-Kertosono, Kertosono hingga Solo untuk kembali beristirahat semalam karena cukup lelah juga setelah berlibur panjang di ujung Jatim.

Esoknya perjalanan kembali lanjut dari Solo pagi hingga ke Pekalongan untuk mampir sebentar ke kampung halaman. Sorenya perjalanan dimulai dari tol Pemalang hingga tol Padaleunyi untuk menuju Bandung dan sempat menginap semalam, sebelum esok pagi kembali ke Jakarta.

Perjalanan Jakarta-Cikampek atau sebaliknya memang lebih baik dilakukan setelah Subuh untuk menghindari kemacetan parah di siang hingga malam hari.

Setiap perjalanan saya catat waktu tempuhnya, dengan rangkuman sebagai berikut:

  • Jakarta - Cikampek 1 Jam
  • Cikampek - Bandung (Buah Batu) dan sebaliknya 50 menit
  • Cikampek - Palimanan 1 jam
  • Palimanan - Kalikangkung 3 jam
  • Kalikangkung - Solo 1 jam
  • Solo - Kertosono 1 jam 50 menit
  • Kertosono - Surabaya 1 jam
  • Surabaya - Pandaan 40 menit (lalu lintas agak macet)

Gerbang Tol Pandaan, Ujung Jalan Tol Trans Jawa (Dokpri)Jadi bila di total non stop Jakarta - Surabaya bisa ditempuh dalam waktu 9 jam dalam kondisi normal (terutama saat Jakarta-Karawang tidak macet) dengan kecepatan rata-rata 100-120 Km/jam dan jarak tempuh 750 Km.

Sementara dari Surabaya ke Pandaan tak sampai satu jam, hanya dari Pandaan ke Malang atau sebaliknya bisa menghabiskan waktu dua jam saat siang hingga malam hari. Dengan dibukanya tol fungsional Pandaan-Malang, waktu tempuh kurang dari satu jam sehingga total dari Surabaya hanya 1 jam 30 menit saja.

Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menempuh jalan tol Trans Jawa tersebut, antara lain:Gerbang Tol Ngemplak Solo (Dokpri)1. Setelah rest area tol Kanci hingga tol Bawen belum ada SPBU definitif, hanya di beberapa rest area ada SPBU sementara yang ketersediaannya tak tentu juga antriannya panjang, sehingga bagi yang ingin menempuh perjalanan jauh sebaiknya isi penuh dari SPBU rest area Cirebon yang terletak setelah pintu keluar Kuningan.

Demikian juga tol dari Solo hingga Kertosono juga belum ada SPBU definitif, jadi sebaiknya isi penuh di rest area Bawen walau tanki masih setengah penuh. Kalau dari arah timur sebaiknya isi penuh di Surabaya sebelum masuk ke tol Trans Jawa, lalu di rest area sebelum Ngawi diisi kembali walau masih setengah penuh agar tetap nyaman berkendara di tol tanpa panik kehabisan bahan bakar.Isitrahat Sejenak di Rest Area (Dokpri)2. Walau waktu tempuh relatif cepat, namun pemandangannya cenderung membosankan dan jalan yang relatif lurus justru membuat pengemudi cepat lelah. Oleh karena itu tidak disarankan untuk mengemudi non stop (termasuk hanya sekedar isi bensin) dari Jakarta ke Surabaya, tapi sebaiknya beristirahat dulu di kota Semarang atau Solo yang berada di tengah-tengah tol, minimal tidur sejenak di rest area atau hotel yang berada di kota tersebut.

Fisik Anda mungkin kuat, tapi hati-hati dengan kondisi kendaraan apakah mampu jalan non stop, termasuk kondisi ban dan rem.Jalan Lurus dan Pemandangan Cenderung Membosankan (Dokpri)

3. Karena pemandangannya membosankan, sebaiknya jalan di malam hari untuk menghindari panas terik karena kondisi jalan tol dan sekitarnya relatif gersang sehingga cuaca sangat panas di siang hari.

Saya pernah pecah ban akibat terlalu panas di jalan beton setelah mengemudi sekitar 3 jam perjalanan. Lagipula jalan malam relatif lancar ketimbang siang hari, kecuali di ruas Bekasi-Karawang yang sering buka tutup akibat masih adanya pembangunan jalan tol layang.Penduduk Setempat Masih Menyeberang Jalan Tol (Dokpri)

4. Di ruas tol antara Wilangan hingga Kertosono/Bandar masih ada beberapa perbaikan pagar pembatas dan pembangunan jembatan penyeberangan, sehingga kadang terjadi buka tutup jalan bagi warga setempat yang hendak melintasi jalan tol.

Jadi pengemudi harap waspada di ruas tersebut untuk menghindari kecelakaan akibat adanya buka tutup tersebut. Paling tidak butuh waktu 2-3 bulan hingga menjelang libur hari raya untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.Jembatan Penyebarangan Masih Dikerjakan (Dokpri)Kalau boleh disimpulkan, sepertinya peresmian kemarin cenderung terburu-buru karena ada ruas yang sebenarnya belum 100% siap seperti dari Wilangan ke Kertosono yang masih harus mengakomodasi penyeberangan penduduk setempat.

Demikian pula dengan rest area yang sebagian besar masih berupa tenda darurat alias belum siap untuk menampung ratusan mobil yang ingin beristirahat sehingga kadang harus ditutup dan rest area berikutnya cukup jauh jaraknya. Selain itu sempat pula terjadi longsor antara ruas Salatiga-Kartasura yang baru saja diresmikan kemarin.

Oleh karena itu perlu dievaluasi beberapa ruas tol yang sebenarnya belum siap, bila perlu ditutup kembali hingga menjelang libur lebaran nanti, agar konstruksi jalan tol tersebut benar-benar siap, tidak ada lagi berita longsor atau jalan masih diseberangi penduduk lantaran belum selesainya jembatan penyeberangan. Keselamatan pengendara dan penduduk lebih penting daripada sekedar seremoni menjelang liburan.

Demikian catatan saya terhadap jalan tol Trans Jawa yang baru saja dilintasi saat liburan Nataru. Semoga bermanfaat paling tidak hingga libur lebaran nanti.




Baca juga:
"Bird Box", Perjuangan Ibu di Tengah Serangan Entitas Asing Pasca Apokaliptik
Perang Monopoli Informasi Tsunami Anyer
Manuver "Tambal Sulam" ala Duo Clasico

K-Rewards Edisi Desember 2018 dan Edisi November yang Mengalami Keterlambatan Pengiriman

$
0
0

Donatur dan Peraih K-Rewards Edisi Oktober 2018!

Hallo Kompasianer.

Kami mengawali artikel ini dengan permohonan maaf akibat keterlambatan pengiriman peraih K-Rewards Edisi November yang menemui kendala dikarenakan pencatatan tutup tahun, dan kami terlambat untuk memproses pencairan dana tersebut. Namun, seluruh dana akan tetap disalurkan dan dijadwalkan akan dikirim di tanggal 9 Januari 2019.

Edisi Desember tetap berlaku seperti biasa, berikut Donatur dan Peraih K-Rewards Edisi Desember 2018. Selamat tahun baru, Kompasianer!

Donatur Edisi Desember 2018

  1. Dzulfikar Al'ala - Rp 254.325
  2. Posma Siahaan - Rp 109.080
  3. Wayan Budiartha - Rp 73.230
  1. Yonbayu Rp613.770
  2. Tilariapadika Rp546.630
  3. Paulodenoven Rp500.730
  4. Ajinatha Rp398.910
  5. Primata Rp380.910
  6. Rintarsipahutar Rp342.630
  7. Irwanrinaldi Rp303.960
  8. Ryokusumo Rp262.005
  9. Pebrianov Rp248.235
  10. Marayackandostorang Rp193.005
  11. Ilyani Rp190.230
  12. Cangkoiburong Rp186.030
  13. Feyfey Rp182.730
  14. Tjiptadinataeffendi Rp181.245
  15. Mim Rp159.345
  16. Caratipmengatasi Rp153.345
  17. Hennieengglina Rp147.450
  18. Rustian Rp147.405
  19. Yupiter Rp146.190
  20. Ajun Rp136.815
  21. Sontoloyo Rp127.815
  22. Syahirulalimuzer Rp124.995
  23. Gapeysandy Rp123.435
  24. Syakirasyakir Rp120.690
  25. Pardosi Rp119.505
  26. Girilu Rp118.845
  27. Hasrulhoesein Rp118.740
  28. Hadisantoso Rp117.000
  29. Masjokomu Rp114.195
  30. Andrianhabibi Rp113.880
  31. Akmaller Rp109.155
  32. Hensa Rp106.635
  33. Pringadiasurya Rp106.050
  34. Gatotswandito Rp99.240
  35. Tommybernadus Rp95.745
  36. Elfat Rp87.810
  37. Inatanaya Rp86.340
  38. Yoserevela Rp84.750
  39. Opajappy Rp84.405
  40. Stevanmanihuruk Rp82.845
  41. Empuratu Rp79.455
  42. Teotarigan Rp77.865
  43. Yonathan Rp77.550
  44. Indosport Rp77.445
  45. Bamset Rp75.150
  46. Arnoldasyeradoe Rp75.045
  47. Mahendraparipurna Rp71.775
  48. Bichara Rp70.485
  49. Latifahmaurintawigati Rp68.700
  50. Nursinirais Rp66.900
  51. Johannessugianto Rp62.835
  52. Listhiahr Rp61.725
  53. Infokespro Rp61.215
  54. Ambaeexe Rp61.125
  55. Dewipuspa Rp59.355
  56. Hafifulhadi Rp59.040
  57. Permanas Rp51.615
  58. Stalgijk Rp49.185
  59. Tamitawibisono Rp46.560
  60. Taufikuieks Rp46.095

Periode pengiriman K-Rewards akan berjalan secara otomatis dalam waktu  dua minggu ke depan. Pastikan nomor Mandiri e-cash Anda sudah teregistrasi dengan benar dan kuota saldo masih mampu menampung dana. Karena sistem akan menolak secara otomatis, apabila nomor tersebut belum terdaftar atau saldo terlalu penuh.

Selamat para Donatur dan Peraih K-Rewards!

---
Tertarik ikutan? Baca selengkapnya di Monetisasi Artikel Anda di K-Rewards dan Dapatkan Rupiahnya! 




Baca juga:
Ini Dia Komunitas Teraktif di Kompasiana Sepanjang 2018
"Bird Box", Perjuangan Ibu di Tengah Serangan Entitas Asing Pasca Apokaliptik
Perang Monopoli Informasi Tsunami Anyer

"Freedom House", Indonesia Negara Bebas Sebagian dan Kebebasan Pers dalam Ancaman

$
0
0

Ilustrasi: Pixabay

Dari detiknews.com (1/1/2019), Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan ada ancaman kebebasan sipil di Indonesia yang membuat indeks demokrasi Indonesia anjlok hingga berada di bawah Timur Leste. Waketum Gerindra ini mengaku menyampaikan hal tersebut berdasarkan data dari laporan lembaga internasional, Freedom House.

Freedom House, merupakan organisasi non pemerintah yang berbasis di Washington, mengeluarkan daftar peringkat kebebasan negara di dunia. Freedom House mengklasifikasikan setiap negara di dunia dengan status "bebas," "bebas sebagian, " atau "tidak bebas" berdasarkan penilaian atas hak-hak politik dan kebebasan sipil.

Meningkatnya ancaman kebebasan sipil menurut lembaga ini telah mendorong Indonesia turun dari status 'negara bebas' menjadi 'negara bebas sebagian' di tahun 2018 dengan agregat score 64/100 atau berada pada peringkat 68. Berbanding terbalik dengan Timor Leste yang justru berubah menjadi negara 'bebas' dari sebelumnya negara 'bebas sebagian'.

Perlu juga diketahui ketahui laporan terbaru Reporters Without Borders (RSF) mengenai Indeks Kebebasan Pers Dunia menyatakan bahwa pada 2017 Indonesia menduduki peringkat ke-124 dari 180 negara. Ini berarti Indonesia naik enam tingkat dari tempat sebelumnya. Namun, kenaikan ini bukanlah pertanda kebebasan pers sudah membaik, karena sepuluh tahun lalu Indonesia ada di peringkat ke-100.

RSF menekankan bahwa di masa kepemimpinan Presiden Jokowi masih terjadi pelanggaran kebebasan media yang serius, termasuk kurangnya akses media ke Papua, di mana kekerasan terhadap wartawan lokal terus berkembang.

Hal lain yang membuat rapor pemerintah Indonesia mendapatkan rapor merah menurut laporan ini adalah perkembangan kebebasan pers di Indonesia adalah kegagalan media untuk memberikan informasi yang benar dan tidak berpihak. Hampir semua kanal media arus utama kehilangan kredibilitas karena harus mengikuti keinginan penguasanya untuk membela isu dan tokoh tertentu.Fadli Zon (Foto: Dok. Twitter Fadli Zon)/detiknews.comDisisi lain media ecek-ecek atau abal-abal juga tumbuh begitu cepat, menjamur dan menyebarkan kabar bohong dan menyesatkan justru sangat dipercaya oleh publik. Yang semestinya publik mendapatkan informasi yang benar dan akurat, apalagi dalam suasana menjelang pemilu. 

Kabar baiknya, pemerintah, pelaku media, dan masyarakat ikut berusaha meminimalkan informasi hoaks tersebut untuk melindungi hak publik terhadap informasi.

Kekhawatiran bahwa gerakan radikal Islam membatasi kebebasan pers hampir sulit dibuktikan. Kebanyakan penindasan yang terjadi terhadap awak media di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim dilakukan oleh pemerintah, bukan ormas atau masyarakat.

Freedom House kemudian memasukkan Indonesia dengan status 'bebas sebagian' terhadap kebebasan pers. Indonesia memiliki lingkungan media yang dinamis dan beragam, meskipun kebebasan pers terhambat oleh sejumlah pembatasan hukum dan peraturan.

Kurang baiknya penilaian Freedom House terhadap kebebasan politik dan kebebasan sipil tahun 2018 memang bukanlah hal baru. Periode-periode sebelumnya juga lembaga yang berkantor di USA ini merilis hasil suveynya dengan status yang hampir sama. Namun yang lebih penting adalah bagaimana civil society aktif membela hak-haknya dari sistem luar termasuk kekuasaan yang mencoba merampas hak mereka tersebut.

Oleh sebab itu pemerintah nasional hingga pemerintah daerah harus dapat memberikan perlindungan terhadap kelompok minoritas atas hak politik dan hak sipil yang mereka miliki berdasarkan kontitusi dan HAM universal. Salah satu kebijakan yang menjadi pertimbangan untuk dilaksanakan adalah menghilangkan aturan yang berpotensi diskriminatif.

Dalam konteks lainnya penegakan hukum dan jaminan atas hak mengeluarkan pendapat merupakan bagian yang dapat mendorong negara ini menuju bebas berdemokrasi atau sebaliknya. Penerapan hukum yang tebang pilih akan berefek pada pembangkangan sipil terhadap supremasi hukum. (*)




Baca juga:
Sampah Plastik, Antara Regulasi, Gaya Hidup, dan Kreativitas
Ini Dia Komunitas Teraktif di Kompasiana Sepanjang 2018
"Bird Box", Perjuangan Ibu di Tengah Serangan Entitas Asing Pasca Apokaliptik

Pesatnya Infrastruktur Rusaknya Alam akibat Penambangan Pasir

$
0
0

Sungai Pabelan yang koyak moyak akibat lahar dingin menjadi sasaran empuk penambangan apsir dan batu hingga sawahpun menghilang (foto By Joko Dwiatmoko)

Kabar baik pembangunan suatu negara adalah jerit tangis alam yang akan menerima dampak dari masifnya modernitas. Dalam hitungan tidak sampai 10 tahun banyak alur sungai yang dilewati lahar dingin Merapi dan di manapun di sekitar gunung berapi menderita kerusakan parah. 

Penambangan manual sampai menggunakan Beghoe membuat alam sekitar bibir sungai hancur lebur. Sawah -- sawah yang dulu menghijau di sepanjang sungai sekarang hampir rata dan berganti lautan pasir dan serakan batu- batuan yang dibelah- belah untuk memenuhi syahwat pembangunan.

Inilah Penampakan Sungai Pabelan di ambil dari desa Krogowanan Sawangan Magelang (Foto By Joko Dwiatmoko)

Inilah dilema dari pembangunan. Di satu sisi harus diakui mesti bersyukur karena semakin lama Indonesia bergerak menjadi negara maju. Dampak lainnya adalah nasib petani dan orang- orang yang menggantungkan diri dari alam satu persatu harus mengejar pekerjaan lainnya yang tidak berhubungan dengan pengolahan bumi. 

Sumber daya manusia mau tidak mau menjadi penentu berputarnya roda perekonomian.  Seperti Jepang, Korea Selatan  dan negara- negara yang minim sumber daya alam mereka harus memutar otak agar bisa bersaing dan memanfaatkan ketrampilan manusia sebagai andalan untuk bersaing dalam bidang ekonomi.

Salah Satu usaha masyarakat selain menambang pasir adalah dengan membuat wisata alam Seperti Yang terlihat di dusun Papringan Desa Sawangan, Kecamatan Sawangan Magelang Jateng ( Foto Oleh Joko Dwiatmoko )

Pergerakan Cepat Dari Dana Desa

Di  Magelang pembangunan bergerak cepat. Pariwisata, bisnis kuliner, penginapan dan jasa maju. Mal pun sudah hadir di Magelang. Perubahan ekonomi itu sudah terasa. Masyarakat mulai realistis bahwa bertani saja tidak bisa lagi bisa diandalkan untuk menyokong perekonomian. Mereka mulai menjadikan desa - desa di lingkar pinggang dan lereng- lerengnya magnet pariwisata. 

Dari pucuk Merbabu, lalu sepanjang Merbabu dari Semarang sampai Magelang dan perbatasan Boyolali, Solo puluhan lokasi pariwisata hadir. Dari Rawa Pening , Ketep Pass sampai Selo. Bisa disebut contohnya Wisata rohani Gua Maria Maria Pereng, Wisata hutan pinus dan bumi  perkemahan Kopeng, Pendakian gunung Merbabu dari jalur Ngablak, Kaponan, Wisata Selfie ...  Grenden...Pogalan Glondong,  Banyuroto, Ketep Pass, Kedung Kayang sampai Selo. 

Pergerakan roda ekonomi tentu baik dan akan membawa perubahan arah berpikir masyarakat, tetapi yang cukup memprihatinkan adalah sungai sungai yang terdampak lahar menjadi rusak parah akibat penambangan pasir. Alam benar- benar compang- camping akibat penambangan yang sering tidak mengindahkan analisis terhadap dampak lingkungan. 

Banyak gerusan tanah, bebatuan alam yang rusak karena penambang hanya berpikir tentang bagaimana caranya menambang sebanyak- banyaknya tanpa memikirkan solusi untuk mencegah abrasi atau pelebaran wilayah penambangan yang mengurangi potensi pertanian. 

Secara ekonomi jika mereka rajin mengeruk dan menambang pasir memang cukup membantu, tetapi pelan- pelan kesadaran untuk memelihara bumi dan alamnya menjadi berkurang.

Selain menggerakkan ekonomi desa Penambangan Pasir mempunyai dampak rusaknya lahan pertanian subur di lembah Sungai Pabelan(Foto oleh Joko Dwiatmoko)

Di samping itu jalan - jalan yang dilalui truk pasir tentu tidak awet dan gampang rusak. Inilah masalah pelik pembangunan di satu sisi penambangan pasir mampu menggerakkan roda perekonomian, di sisi lain alam rusak dan akan berimbas pada anak cucu nanti yang akhirnya hanya menerima warisan rusaknya alam akibat nafsu serakah manusia gila- gilaan menyedot sumber daya alam.

Saya baru menerima kabar berita ada seorang anak kecil anak kelas 6 SD tenggelam di bekas pengerukan pasir di alur sungai pabelan di daerah Kapuhan,Sawangan, Magelang. Anak- anak berenang di sekitar penambangan pasir. 

Kedalaman lubang itu sekitar 3 meter, Anak itu tidak menyangka bahwa kolam itu amat dalam kemudian panik, tenggelam dan berjam-jam belum muncul  ke permukaan. Kejadian ini sebetulnya sudah sering terjadi tetapi pengawasan terhadap anak yang kurang menyebabkan banyak yang kecolongan setelah munculnya korban.

Bahaya Penambangan Liar tanpa Amdal

Pemda kabupaten kecamatan, kelurahan harus waspada dan harus selalu mengingatkan bahayanya penambangan pasir liar tanpa disertai Amdal, apalagi dengan menggunakan peralatan berat sehingga mempercepat kerusakan alam. Dalam posisi ini sebuah lingkaran setan pembangunan menjadi problem tersendiri. 

Pemda tentu butuh pemasukan, masyarakat butuh uang untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak bisa mengandalkan hanya dari pengolahan persawahan dan ladang yang mulai tergusur dengan masifnya perumahan. 

Natalitas meningkat dengan demikian membutuhkan banyak hunian baru yang memangkas area pesawahan. Tanah yang dulunya tanah produktif menjadi lahan tidur yang tandus. Ini akibat rakusnya manusia dalam merusak alam sekitarnya.

Pemerintah sudah bekerja keras membangun akses jalan dan menggerakkan roda ekonomi desa, namun kementrian Lingkungan hidup juga perlu turun tangan untuk mencegah masyarakat terlalu asyik menambang tetapi tidak memperhitungkan bahwa akan banyak bahayanya jika alam dieksploitasi karena lama- lama akan menghancurkan alam di sekitar manusia.  

Pembangunan baik tetapi juga harus berpikir bagaimana mewariskan alam yang indah ini ke anak cucu di amsa mendatang. 

(Reportasi penulis dari Kampung halaman di Magelang)




Baca juga:
Pengaturan Skor Sudah Lama, Pernah Dialami Ps. Bangka
Bedanya Penulis Baik dan Penulis Buruk
Ingin Akun Kompasianamu Tervalidasi, Ini Caranya!

Bermasalah Saat Login, Laporkan kepada Kami!

$
0
0

Bermasalah Saat Login, Laporkan kepada Kami!Kami mendapatkan puluhan laporan dari Kompasianer terkait dengan sulitnya mengakses akun Anda di Kompasiana. Sistem login Kompasiana memang sedang dilakukan perbaikan berkala, khususnya bagi Kompasianer yang terbiasa login menggunakan akses media sosial seperti Facebook dan Google+, kami menutup akses untuk sementara waktu yang berhubungan dengan perbaikan berkala pada sistem login Kompasiana.

Sedikit tips yang bisa Anda lakukan, apabila Anda salah satu pengguna yang menggunakan email seperti biasa namun tetap sulit untuk masuk. Langkah yang dapat dicoba seperti ini:

Yang harus dilakukan pertama kali adalah Clear Browsing Data di browser yang Anda gunakan.

  • Google Chrome: Klik tombol settings (titik tiga) di bagian kanan atas, lalu more tools, dan clear browsing data. Pilih time range (All Time) dan centang seluruh pilihan, lalu klik clear data.
  • Firefox: Klik tombol tiga garis di bagian kanan atas, options, lalu privacy & security, clear history, pilih time range everything dan centang seluruh pilihan, dan clear now.
  • Dan browser lainnya kurang lebih menerapkan fitur yang cukup mirip untuk melakukan clear browser data.

Setelah Anda melakukan clear browser data, Anda lakukan login seperti biasa melalui www.kompasiana.com.

***

Namun, apabila setelah melakukan hal tersebut Anda masih belum dapat login. Coba cek langkah berikut ini:

Buka sso.kompas.com, lalu lihat kondisi akun Anda. Apabila sudah tertera nama Anda, lalu klik logout sampai Anda diarahkan kembali ke halaman login.

Lalu login di sso.kompas.com seperti biasa, setelah berhasil masuk dan diarahkan ke kompas.com, buka www.kompasiana.com dan tekan tombol berikut ini:

  • Ctrl + Shift + R untuk Windows
  • Command + R untuk Mac

Semoga berhasil.

***

Bagi user yang menemui masalah dengan tampilan "User tidak ditemukan/password salah", silakan coba gunakan fitur password untuk mengaktifkan password baru untuk Akun Anda.

Khusus bagi user yang melakukan login melalui media sosial, kami akan membuka akses tersebut dengan limit tertentu. Silakan isi form berikut ini untuk akses khusus tersebut. FORM KELUHAN LOGIN.




Baca juga:
Beri "Minum" Kendaraan Anda Sesuai Spesifikasi
Pengaturan Skor Sudah Lama, Pernah Dialami Ps. Bangka
Bedanya Penulis Baik dan Penulis Buruk

Membangkitkan Efisiensi dan Produktivitas dengan Mal Pelayanan Publik

$
0
0

Dokumentasi Humas Kemenpan RB

Peradaban manusia telah berubah, landscape kehidupan global, regional maupun nasional berubah. Semua negara di dunia wajib melakukan transformasi terhadap tata kelola pemerintahan yang makin profesional, cepat, efektif, adaptif untuk menjawab kebutuhan masyarakat. 

Khususnya, Indonesia yang tumbuh dalam era demokratisasi, juga memasuki era digitalisasi dan virtualisasi, serta memiliki proyeksi menjadi the big five state in the world, sebagaimana visi indonesia madani 2045. 

Maka reformasi birokrasi sebagai arus utama pendorong gelombang revolusi tata kelola pemerintahan bukan lagi hanya untuk mengontrol jalannya birokrasi dan menghadirkan pelayanan. 

Namun juga mengubah paradigma para administrator publik untuk "bukan lagi mendayung, tetapi mengemudi, menetapkan arah dan tujuan serta memetakan jalan bagi perahu pemerintahan" yang menempatkan masyarakat sebagai aspek terdepan dan prioritas. Dan memposisikan pemerintah sebagai representasi publik, serta membangun institusi publik yang berintegritas, responsif melayani dan aktif memberdayakan masyarakat untuk terlibat langsung dalam pengaturan dan implementasi berbagai kebijakan publik di tingkat pusat maupun daerah. 

Dua peneliti dari Arizone State University, Robert B. Denhardt dan Janet V. Denhardt, mengungkap bahwa salah satu agenda reformasi yang dijalankan Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya, adalah dengan menguatkan hubungan antara institusi publik dengan pelanggannya (masyarakatnya) sebagai "mekanisme transaksi pasar yang melahirkan suatu komoditas kepentingan bersama". 

Inilah yang kemudian mereka lakukan untuk mendorong privatisasi fungsi publik dan menjaga tercapainya tujuan kinerja pemerintah, membangkitkan efisiensi dan produktivitas, menghidupkan komitmen dan akuntabilitas mesin-mesin kelembagaan negara. 

Dokumentasi Humas Kemenpan RB

Dengan benchmarking itu, dapat dicermati bahwa konsep the new public management dalam administrasi negara sudah hadir. Dia telah mengelaborasi sentuhan maupun pendekatan pelayanan negara yang lebih demokratis (lebih meningkatkan kepercayaan publik), menjembatani harapan dan keinginan warga, memberikan ruang bagi keterlibatan sosial dalam pemerintahan, menyegarkan kembali birokrasi publik, membangkitkan legitimasi bagi pemerintahan, serta melahirkan konsep the new public service

Konsep ini, secara gradual semakin berkembang dan tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan di Indonesia melalui penerapan open government--pemerintahan yang terbuka. 

Besarnya keinginan publik untuk terlibat langsung dalam pemerintahan bahkan dalam perumusan kebijakan publik, harus disalurkan dan diartikulasikan pada satu titik pertemuan yaitu "triangulasi kepentingan" antara negara/pemerintah, sektor privat dan masyarakat. Bukan untuk semata menemukan solusi bagi salah satu pihak saja, tetapi membangun kolektivitas dan kebersamaan, tanggung jawab, serta proses kolaboratif yang mempertemukan antara harapan dan kebijakan publik. 

Mal Pelayanan Publik

Inilah framework yang mendorong lahirnya generasi pelayanan publik terpadu di Indonesia. generasi pertamanya bernama pelayanan terpadu satu atap (PTSA), lalu generasi kedua bernama pelayanan terpadu satu pintu (PTSP), lalu mal pelayanan publik adalah generasi ketiga. 

Inspirasi mal pelayanan publik terinspirasi dari public service hall (PSH) Georgia dan Asan Xidmat Azerbaijan, yang keduanya sudah menandatangani MoU kerja sama dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Kemenpan RB) dalam rangka penguatan kelembagaan dan peningkatan sumber daya manusia aparatur. 

Dalam PSH Georgia terdapat 12 layanan kementerian/lembaga yang terintegrasi, khususnya bagi kemudahan berusaha, mulai dari pendaftaran usaha, inhouse notary sampai perolehan hak atas tanah dan urusan pengesahan pernikahan.

Dokumentasi Humas Kemenpan RB

Semboyan mereka "every services just 15 minutes". Sebagai gambaran, orang membuat paspor seperti membeli Mc Donald-- cukup di mobil, foto dari mobil, mengisi formulir dan ambil paspor dari mobil. Termasuk, saat duduk ngopi di kafe-nya ada "menu" membuat paspor-- pelayan datang ke meja kopi sembari membawa kamera dan alat biometrik/sidik jari-- selesai ngopi, paspor langsung jadi. 

Lalu, di Axan Xidmat (diartikan pelayanan mudah) di Azerbaijan, adalah lembaga pelayanan publik yang juga antara memadukan pelayanan dari pemerintah dan swasta untuk kepentingan bisnis. 

Mempelajari hal itu, lalu disesuaikan dalam konteks indonesia, Kemenpan RB menghadirkan Mal Pelayanan Publik (MPP) Indonesia, yang lebih progresif memadukan pelayanan dari pemerintah pusat, daerah dan swasta dalam satu tempat. Bahkan menyatukan pelayanan publik lintas kewenangan yang pada umumnya sulit dilakukan karena struktur birokrasi di Indonesia yang sangat besar.

Mengapa sulit, karena ada ruang pemisah antara kewenangan sentralisasi di pusat dan desentralisasi di daerah yang harus dihubungkan, ada kecabangan antara peran pemerintahan dan legislatif yang harus diseimbangkan, serta menguatnya harapan publik dalam demokrasi yang harus dijembatani pemerintah. Namun semua kendala dapat didobrak demi menyatukan pelayanan kepada publik.

Dokumentasi Humas Kemenpan RB

Hingga akhir tahun 2018, melalui kerangka regulasi Permenpanrb nomor 23/ 2017, telah didirikan sembilan) MPP, yaitu: Batam, Jakarta, Surabaya, Banyuwangi, Denpasar, Badung, Karangasem, Tomohon, dan terakhir di Padang. 

Walaupun sifatnya masih modeling (artinya belum ada minimal requirement, pola pelayanan dan tipologi yang ajeg), namun MPP memberikan alternatif kemudahan pelayanan yang mengakomodasi kearifan lokal. 

Kehadiran Mal Pelayanan Publik, juga tidak mendegradasi generasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), justru ini keistimewaannya  MPP dapat memayungi PTSP tanpa pula mematikan pelayanan yang sudah ada sebelumnya. Sebab PTSP di daerah sebenarnya sudah berjalan baik (melalui kerangka 7 regulasi PP nomor 18/ 2016 tentang perangkat daerah). 

Namun, ada kendala yang perlu disempurnakan, antara lain sebagian besar perizinan bergantung pada dinas teknisnya sehingga terjadi kelambatan proses; beberapa pemda belum mengikat perizinan dengan sertifikasi ISO sehingga ada celah tidak terkontrol dan tidak transparan sehingga menjadi temuan lembaga pengawasan. 

Oleh karena itu, Kemenpan RB mendorong penuh upaya penyederhanaan perizinan melalui satu sistem aplikasi yang terintegrasi yang juga bernama -- one single submission tersebut, dan juga memang sejalan dengan pembangunan sistem pemerintahan berbasis elektronik (e-government) sebagaimana perpres nomor 95/ 2018. 

Hingga sekarang, tahapannya masih pada identifikasi terhadap bentuk proses bisnis dan tata kelola data lintas instansi yang mengintegrasikan karakter format dan definisi data yang berbeda; integrasi layanan dan interoperabilitas data yang membutuhkan rekayasa aplikasi ulang; serta pembentukan arsitektur spbe untuk menyamakan cara pandang bagi integrasi pelayanan publik. 

Berdasarkan evaluasi, pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota, juga semakin berlomba untuk membangun Mal Pelayanan Publik, sehingga saya patut menyampaikan apresiasi yang setingginya kepada seluruh pihak yang telah mendukung terbangunnya Mal Pelayanan Publik, termasuk di kota padang. 

Tentu, hal ini menjadi penyemangat bagi Kemenpan RB, untuk berupaya menguatkan kerangka regulasi MPP menjadi Perpres, sehingga landasannya semakin kokoh dan dapat menjadi grand strategi peningkatan kualitas pelayanan publik nasional hingga ke seluruh penjuru wilayah Indonesia.

Mal Pelayanan Publik sebagai the new public service adalah jawaban bagi harapan publik tentang kemudahan perijinan, kecepatan pelayanan dan akhirnya mendorong kemudahan berusaha, meningkatkan pertumbuhan industri mikro maupun ekonomi makro. Melalui MPP, pola pikir yang ego sektoral antar instansi diubah menjadi kerja bersama yang berfokus pada komitmen melayani masyarakat.

Bahkan, MPP mampu menjadi inkubator bagi tumbuhnya pelayanan pemerintah yang 9 mengadopsi teknologi, serta menjadi wahana leadership yang melahirkan para ASN teladan berjiwa hospitality

MPP menjadi media untuk membangun sistem kerja dan sinergi yang utuh, mempraktikkan perubahan budaya kerja yang melayani, panggung untuk menampilkan wajah birokrasi yang mengadopsi the new public service, sehingga benar-benar merepresentasikan kehadiran negara untuk memberikan manfaat luas bagi kepentingan dan kemakmuran masyarakat. 




Baca juga:
Nekat Terabas Pintu Perlintasan, Pria Ini Tewas Tersambar Kereta
Beri "Minum" Kendaraan Anda Sesuai Spesifikasi
Pengaturan Skor Sudah Lama, Pernah Dialami Ps. Bangka

Cerita Seorang Penyintas yang Kesulitan Menerima Bantuan Saat Bencana di Palu

$
0
0

Regional Kompas

Angin bertiup lembut berbarengan dengan rintik air dari langit. Udara di bulan Oktober kala itu cukup dingin, beda dari cuaca Ibukota Jakarta pada umumnya. Waktu itu, suara bising terdengar dari sebuah rumah dengan luas bangunan sekitar 70 meter.

Setelah masuk ke dalamnya, terlihat 12 layar tv berjejer yang tersambung dengan konsol permainan di bawahnya. Laki-laki, tua muda menghuni ruangan berbentuk persegi panjang tersebut, mayoritas memainkan gim sepak bola, olahraga paling digandrungi di Tanah Air.

Saat dinginnya Jakarta menyelimuti, Kota Madrid juga merasakan tensi serupa. Bukan karena cuaca, tapi iklim sepak bola di sana yang membuat nuansa itu terbentuk. Prestasi salah satu klub ibu kota Spanyol ini sedang kembang kempis di tahun 2018, semenjak ditinggal pelatih terhebatnya, Zinedine Zidane.

Penunjukan pelatih yang sebelumnya sukses membuat Tim Matador tak tersentuh kekalahan, Julen Lopetegui tak bisa menggantikan peran legenda Prancis tersebut di ruang ganti Madrid. Los Belancos lekat dengan kekalahan dan permainan membosankan saat itu.

Puncaknya terjadi pada Minggu (28/10/2018), jabatannya dipertaruhkan kala Real Madrid harus berseteru dengan rival abadinya, Barcelona. Namun seperti yang sama-sama diketahui, hasil akhir menunjukan angka 5-1 buat tim asal Catalan tersebut, dinginnya sepak bola di sana makin kentara, duka menyelimuti seluruh kota bahkan dunia.

Duka ini makin parah bagi para fan Real Madrid di Palu, pasalnya sebulan sebelum pertarungan klasik keduanya berlangsung, dunia digemparkan dengan peristiwa bencana gempa berkekuatan 7,4 skala richter. Sepak bola yang telah mendarah daging di seluruh penjuru Indonesia dianggap jadi satu penawar, suka bagi para pendukung Barcelona di sana dan nestapa bagi pegila Madrid.

Sepak bola bukan sekadar pertandingan, adu banyak bola bersarang di gawang lawan, atau seberapa kuat komposisi dalam tim. Nyatanya sepak bola ialah potret kecil filosofi kemanusiaan yang menuntut kerja sama sebagai cerminan seorang makhluk sosial. Kegiatan itulah yang menentukan hasil dalam 90 menit waktu normal.

Rintik air makin deras menghujam tanah Jakarta, persis bersamaan dengan kekalahan klub kerajaan, Madrid. Suara benturan air yang bertabrakan dengan asbes rental PS makin kencang terdengar dari dalam ruangan, tapi tak mampu mengurangi suara Jon Champion dan Jim Beglin yang keluar permainan Pro Evolution Soccer (PES). "Hey oper itu!" Suara itu terdengar persis datang dari kiri, dari logatnya, dia bukanlah orang asli atau penduduk yang lama tinggal di Ibukota.

Fiki namanya. Kulitnya sawo matang, tubuhnya cukup gempal, berperangai sedang. Mukanya tegas menandakan keteguhan hati kuat, dan dia merupakan penyintas yang selamat dari gulungan ombak besar bernama tsunami yang menghancurkan kampung halamannya, Palu.

Dampak Tsunami, Regional Kompas

Dia mengaku masih di Palu selama kurang lebih dua minggu sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Jakarta pasca gempa, mengikuti salah satu kakaknya yang sejak beberapa tahun belakangan telah terlebih dahulu mengais rezeki. Keputusan itu terpaksa diambil atas desakan dari dua adik dan istrinya.

Kondisi Kota setelah dihempas ombak besar yang menurut beberapa ilmuan kecepatannya melebihi pesawat jet itu meratakan banyak rumah. Kota gelap gulita dan hamparan bahan baku rumah dan mayat berserakan. hanya beberapa bangunan dan pohon yang masih setia berpijak.

Pada sela waktu menunggu giliran bertanding PES, kami mulai bertukar cerita, lebih tepatnya mendengarkan keluh kesahnya selama menjadi pengungsi. Waktu itu, katanya, warga takut keluar malam. Ada cerita horor yang melatar belakangi ketakutan ini.

Ditengah berbagai sugesti tentang mayit dan keyakinan terselip dunia hantu. "Abang tahu setan, apa itu namanya ya di sini. Pokoknya hantu kepala tapi tanpa badan. Leak? Ia semacam itulah kalau orang Bali menyebutnya,". Cerita hantu yang beterbangan itu cepat terdengar oleh seluruh warga, menambah ketakutan mereka untuk membangun kembali kepingan mimpi untuk bangkit dari keterpurukan.

"Selain itu bang, di sana karena gelap gulita takut terjadi tindak kejahatan. Takut ada maling, perkosaan, pembunuhan. Pokoknya macam-macam. Karena semua napi itu keluar dari tahanan. Kalau kita yang laki-laki ini mungkin masih bisa melawan, tapi kalau perempuan dan anak-anak macam mana," katanya.

Walau dirundung duka, Fiki masih menyimpan tawa. Mungkin begitulah potret kita, bangsa yang selalu berbahagia walau di tengah nestapa. Duka jadi objek lawak dan bahan tertawaan bagi sebagian besar rakyat. Menurut data BPS, indeks kebahagiaan Indonesia mengalami kenaikan dari 68,28 pada 2014 menjadi 70,69 pada 2017 dengan skala 0-100.

Sambil tertawa dia katakan bila sempat kaget bertemu dengan kerabatnya yang seharusnya menjadi pengunjung di hotel prodeo. "Jadi kamu melarikan diri? Dia cerita, 'tidak Fiki, gak mungkin lah saya masuk dalam sel sendiri, saya kunci sendiri sel terus kuncinya saya taruh sendiri, buat apa? petugasnya juga gak ada' hahahaha,".

lapas, Regional Kompas

Awalnya, sebagian napi tengah berada di luar sel tahanan karena sedang menjalani ibadah Salat Magrib. Namun gempa tersebut terjadi dan membuat banyak orang panik termasuk petugas lapas. Mereka berhamburan keluar, melarikan diri tanpa memikirkan orang-orang yang seyogyanya harus diayomi.

"Jadi yang dalam sel panik kan. Sebagian yang diluar tanya ke petugas, itu yang dalam sel gimana mau dilepas atau tidak. Petugasnya bilang gak tau saya mau menyelamatkan diri, lari lah dia. Akhirnya tinggal napi sendiri kan akhirnya saling tolong mereka... hahaha."

"Sepupu saya ini karena masa tahanannya gak lama lagi dia pikir kan kalau dia kabur masa tahanannya bertambah. Kejadiannya kan sekitar jam 6 waktu sana, sampai jam 10 malam gak ada petugas yang kembali balik ke lapas, gak ada. Jadi lapas kosong tinggal sebagian napi lah yang masa tahanannya dua bulan, seminggu, dua minggu, kan sayang juga karena bisa bebas secara resmi. Nunggu nunggu akhirnya pulang lah."

Perjalanan ditengah pekatnya malam sedikit mengaburkan pandangannya, sebuah penglihatan yang pasti tak semua orang ingin menangkapnya. Namun pengelanaan menuju rumah dari lapas di dekat titik likuifaksi terparah yakni Petobo sedikit banyak menangkap pemandangan rumah yang masuk ke tanah atau menyisakan genting atapnya saja.

Cerita duka tak habis di situ. Media masa digemparkan dengan aksi penjarahan yang terjadi di sana. Banyak video merekam aksi para penjarah yang membawa barang-barang berharga termasuk sembako untuk menyambung hidup di tengah kondisi serba sulit. Namun saat mengonfirmasi kejadian tersebut hari Selasa (2/10/2018) kepada Ketua PDSKJI Pusat, dr Eka Viora, Sp.K di ruang press room Gedung Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta, hal ini wajar terjadi.

Baca: Memahami Kondisi Psikologis Korban Gempa

Terlepas dari dalang di balik penjarahan, tapi satu yang pasti, keterpaksaan mendalangi tindakan tersebut. Prosedur yang tak jelas membuat para pengungsi kesulitan mengakses bantuan dari negara. Kawan ini bercerita bila beberapa bantuan harus disertai dengan surat dari Rukun Tetangga (RT) atau menyertakan KTP, di tengah situasi sulit.

"Di pengungsian umum itu, kalau makan ya Allah menderita! Karena berasa sekali bencananya. Karena di sana saya orang asli situ sedangkan di dalam tenda ada 40 lebih, lupa berapa persisnya. Ditunjuk saya jadi kepala tenda. Tiap tenda di data kan berapa orang di tenda, tapi pas kasih makan mereka gak tanya berapa orang yang di tenda jadi mereka langsung kasih 3 liter dan 4 dus mie instan."

"Bantuan banyak masuk, tapi kalau penyalurannya itu. Kalau bantuan dari organisasi langsung, kalau pemerintah regulasinya dipersulit. Pernah bantuan dari mana itu deh saya lupa, tapi harus bawa KK dan KTP gak masuk akal kan kalau rumahnya masuk (karena likuifaksi) semua gimana? Kalau mau bantuan harus minta surat pengantar dari RT, ada yang bilang 'lah RT-ku sudah meninggal, harus aku minta di tempat dia tenggelam itu?' ini dari pemerintah ada saja yang mempersulit,".

Ketika ditanya mengenai berbagai pihak yang memanfaatkan keadaan dengan mengambil hak-hak pengungsi lainnya. Fiki tak menampiknya, tapi dia juga tak tahu pasti akan tindakan ini.

"Sebenarnya saya gak tahu juga, mau nuduh kaya gitu cuman, yang saya tahu yang saya lihat langsung, mungkin pertolongannya betul tapi orang di situ sendiri, pengungsi sama pengungsi yang datang. Ini ibarat kata bantuan datang 8, mereka simpan 5, padahal mereka cuman dua tenda. Kaya gitu ada pihak yang di tengah bencana ada pihak yang serakah. Mereka pikir yang mau hidup cuman mereka, yang lain makan rumput?! Hahahaa."

akibat likuifaksi, Kompas.com

Kerja sama dan tenggang rasa penting dalam situasi sulit, setidaknya lewat tindakan tersebut beban tiap korban makin ringan. Beruntung, Fiki masih punya keluarga yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Selang empat hari setelah bencana, mereka membuat pengungsian sendiri.

Secara urunan, bahan baku memasak dikumpulkan dari stok yang tersedia di rumah. Secara bersamaan bahan baku itu dibuat kudapan lezat, bahkan Fiki mengilustrasikan momen ini layaknya sedang terjadi hajatan dalam sebuah keluarga karena makanan melimpah ruah di sana.

AC Milan jadi klub jagoannya. Walau kini Sang Iblis tidak segarang dulu, tapi sejarah masih menaungi klub asal Milan ini. Bahkan saking tenarnya, banyak fan setia di tiap pelosok dunia termasuk Indonesia. Mereka menamai kelompoknya sebagai Milanisti.

Beruntunglah Fiki, lewat sepak bola ia mendulang berkah. Kiriman bantuan dari Milanisti seluruh penjuru kota di Indonesia termasuk Jakarta menghampirinya beserta rekan lainnya di Palu. Milanisti yang jadi keluarga keduanya tetap berada disampingnya baik suka maupun duka, selaras dengan filosofi permainan Milan di bawah asuhan legendanya Gennaro Gattuso yang lebih mementingkan taktik, kerja sama, dan kegigihan dalam mengambil poin positif di tiap laga.

Kebutuhan masyarakat terdampak bencana tak hanya soal pangan, tapi juga membutuhkan bahan bakar untuk kendaraan dan generator listrik yang tentu saja penting guna mengisi baterai gawai sebagai sarana berkomunikasi. Cairan ini juga berharga, sama halnya dengan makanan. Mendapatkannya cukup sulit.

"Orang hampir bunuh-bunuhan di pom bensin. Saya saja mau berantem sama bapak-bapak. Kan waktu itu kan bawa jerigen ngantri pertalite. Istilahnya 15 menit maju satu. sekitar 3 jam antre, bawa 2 jerigen waktu itu tapi habis. Satupun gak keisi, gak dapat."

"Akhirnya ngantri premium, baru setengah jam antre sudah habis lagi. Udahlah sebagian orang mau pulang, saya lihat pom bensin. Lihat orang nyoba pompa ternyata masih keluar kan pertalitenya, tapi gak dibayar sama dia, karena dipompa sendiri kan hahaha. Abis dipompa sama dia, saya tarik kan di besinya itu, pencet dulu nanti saya masukin lagi kata saya. Lalu tiba-tiba ada bapak-bapak yang langsung tarik saja kan. Sama-sama butuh kan. Kalo saya takut kan saya susah sendiri kan, udah saya mau pukul saja, dia sikut muka, saya sikut dada. Tinggal orang tahan kan katanya, 'jangan-jangan itu bapak-bapak'. Biar bapak-bapak saya juga butuh kan. Motor semua abis bensinnya, jenset butuh bensin,".

Dampak Tsunami, Regional Kompas

Dari balik pintu rental PS terlihat genangan air mulai meninggi lantaran hujan yang makin lebat. Dua mie instan dan segelas kopi hangat menemani. Obrolan itu makin cair, secair gulungan ombak yang menyapu Palu dan menenggelamkan rumah. Air juga turut cair, kokohnya terkalahkan. Tanah berubah lumpur, apapun yang diatasnya tenggelam begitu saja, termasuk rumah dan penghuninya.

"Kasihan temen saya itu yang terdampak likuifaksi itu. dia bikin stastus di Facebook-nya kan. Dia foto lokasi rumah, dia bilang 'orang-orang sudah pulang ke rumah terus saya mau pulang ke mana' dia foto rumahnya itu kan, tanah. Betul-betul tanah itu, rata. Rumahnya masuk ke dalam tanah, tanah yang di foto, tanah, tanah! 'Terus saya mau pulang ke mana?' Akhirnya mereka sampai sekarang dia masih di tenda pengungian terus kan, tapi memang yang korban itu yang rumahnya masuk ke tanah rumahnya betul-betul habis. 

Istilahnya kalau kita baju di badan. Modal baju yang penting nyawa selamat. Dari 0 gak ada apa-apa lagi, tingal nyawa. Makanya mereka ambil bantuan banyak baju,"

"Disana tuh sekarang yang rusak itu kena likufaksi katanya tanahnya pengen diganti. Setau saya update terakhir, diratain semua gak dijadiin bangunan lagi ada yang dipindahin tapi gak tau di mana tapi kalau lokasi di Palu banyak sih tinggal pemerintahannya aja mau di mana."

Memang, saat memiliki kesempatan meliput di acara Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), di Gedung Kementerian ATR/BPN, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (18/10/2018), Menteri ATR/BPN, Sofyan A. Djalil mengakui bila pemerintah memiliki niatan merelokasi penduduk ke tempat yang lebih aman.

"Tanah itu tidak bisa digunakan lagi dengan perumahan, nanti orang-orang akan dipindahkan. Itu tugas pemerintah melakukan relokasi dan membangun tempat yang lebih aman, jauh dari patahan. Tanah yang tadi sudah tenggelam, mungkin  bisa jadi tanah pertanian, nanti kita lihat,"

"Secara teori dan hukum, hak itu hilang kalau tanahnya musnah tapi kan ini tidak musnah tapi sudah berubah sama sekali. Nanti kita lakukan penataan ulang kalau bisa kita kembalikan, mana tanah siapa tapi tidak bisa dibuat untuk hunian," laniutnya.

Nantinya akan dibuat rencana ke depan mengenai zonasi rawan bencana untuk mengatur daerah mana saja yang dapat digunakan untuk hunian di Kota Palu dan Donggala. Namun akan ditetapkan zonasi yang disepakati antara pemerintah pusat dan daerah agar perencanaannya dapat dieksekusi secara matang.

"Ada empat stakeholder yang nanti akan menyelesaikan masalah ini, ATR/BPN masalah tanah, ESDM, Badan Geologi mastikan zonasi rawan bencana, dan Kementrian PUPR badan pengembangan infrastruktur wilayah dan dikordinir Bapenas untuk pembangunan Palu ke depan lebih ramah."

"Kita akan tegas kalau tidak tegas mungkin masyarakat akan lupa di 10 tahun ke depan RDTR (Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang) kita masih banyak yang harus diselesaikan sekitar 2000 kawasan di Indonesia, sekarang baru sekitar 45 yang memiliki Perda,".

pengungsi, UNHCR

Meninggalkan kampung halaman menuju wilayah asing yang, mungkin, jauh lebih tidak beradab dibanding sebuah pedesaan yang mengandalkan toleransi serta tenggang rasa, rasanya sulit. Individualisme telah mengakar di tiap kota yang mengutuk dirinya dengan sebutan metropolitan dan mengagungkan hidup dengan bermacam kemewahan.

Namun apa daya, keadaan memaksanya. Ketiadaan tempat yang layak ditambah berkah dari Tuhan karena memberkatinya anak berusia balita saat bencana berlangsung membuatnya pasrah. Menguatkan langkah kaki menuju tanah harapan harus di siapkan, bermodal nekat dan menumpang hidup dari sang kakak.

Trauma yang dibawa sejak kejadian di Palu masih membayangi. Suara gemuruh membuat hatinya was-was. Alam bawah sadarnya memberi sugesti untuk lari, gemuruh layaknya pistol yang ditembakan oleh juri balap lari untuk memulai start. Lari. siapa yang berani melawan gulungan ombak setinggi 11,3 meter itu.

"Kalau mikirnya pertimbangannya, ya adik perempuan mau, lalu istri mau, anak kalau dia bisa ngomong juga pasti mau. Daripada di pengungsian kan di sini tidur di kamar gak perlu takut bencana. Saking traumanya, bukan saya saja mungkin juga orang Palu pada umumnya dengar orang tutup kulkas atau tutup mobil, pagar, udah ancang-ancang mau lari pokonya yang suaranya seperti gemuruh itu lah yang kenceng. Saya juga gitu pertama kali saya datang itu, 2 sampai 3 hari saya datang ke Jakarta setiap ada yang tutup mobil pasti angkat pantat siap-siap lari."

Dengan matanya yang tak terlalu bulat tapi cukup dalam dari kelopak mata membuat siapa saja yang melihatnya menggangap bila Fiki merupakan orang yang tegas. Namun keteguhan itu tetap saja luntur ketika berbicara tentang keadaan sang anak dan detik-detik menegangkan ketika merasakan bencana sedahsyat itu.

www.undispatch.com

Air dengan cepat menggenangi bola matanya, sesekali dia coba tegar dan mendongakan kepalanya ke udara agar air suci itu tak menetes membanjiri pipi yang memiliki bekas jerawat di beberapa titik. Beruntunglah, ajakan dari kawan di sebelah kanan untuk bertanding dapat menyudahi percakapan tersebut.

Akhirnya kami bertanding sepak bola di konsol permainan. Dia memakai Juventus, klub yang tentu saja dia benci tapi Fiki pasti lebih tak tega bila klub impiannya, Milan, dengan materi pemain ala kadarnya dijadikan makanan empuk klub raksasa, Paris Saint German kala itu. Skor berkesudahan 2-1 untuk kemenangan Juve, pemenang harus ditentukan melalui babak perpanjangan waktu.

Kemenangan ini sengaja diberikan agar luka Fiki sedikit terobati, dalam bertandingpun kami saling bercanda apalagi taktik yang kala itu dipakai adalah parkir bus, sehingga pemain hebat macam Cristiano Ronaldo, Paulo Dybala, dan Blaise Matuidi bebas melayangkan tembakan roketnya dari luar kotak pinalti gawang yang dijaga oleh Gialuigi Buffon.

Elakan seperti itu wajar saja bila dilukiskan oleh penulis, bukan? Toh banyak juga politisi yang berkilah. Apalagi bila menemukan fakta seperti ini, sebuah keadaan nyata yang dirasakan langsung oleh pengungsi.

Mengingat potensi bencana di Indonesia cukup besar, masalah-masalah ini harus segera ditanggulangi dan berbagai alat deteksi bencana kembali diaktifkan atau dilengkapi untuk mengurangi korban. Kembali menertibkan warga yang mendirikan rumah di atas tanah rawan bencana harus dilakukan agar kejadian likufaksi nantinya tak kembali terulang.

Semoga 2019 duka tidak lagi membayangi dan isak tangis menjauh dari perjalanan Indonesia mejejaki tangga menggapai impian yang mirip bola, bergulir ke sana kemari. Menunggu untuk dikontrol oleh kaki-kaki mungil rakyat.




Baca juga:
Menelikung Agama Lewat "Politik" Imam Salat dan Wudhu Seciprat
Nekat Terabas Pintu Perlintasan, Pria Ini Tewas Tersambar Kereta
Beri "Minum" Kendaraan Anda Sesuai Spesifikasi

Telat dalam Rapat Darurat PSSI

$
0
0

Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi| Herka Yanis Pangaribowo/Bola/Juara.Net

Darurat, itu sifat rapat PSSI yang akan digelar 3 Januari 2019 di Jakarta.

Rapat darurat itu merupakan respon PSSI terhadap berbagai masalah yang ada saat ini. Respon lainnya sudah ditunjukkan dengan pembentuan Komite Ad-hoc untuk menangani kasus pengaturan skor yang jadi sorotan belakangan ini.

Pembentukan Komite Ad-hoc itu dimaksudkan agar pengambilan keputusan pada kasus yang diselidiki akurat, dengan data yang komprehensif. Diharapkan komite itu bisa terbentuk sebelum kongres tahunan PSSI pada 20 Januari 2019 mendatang.

Kedaruratan sifat rapat itu merupakan yang pertama kalinya disampaikan ke publik oleh PSSI. Bisa jadi rapat darurat sebelumnya juga pernah diadakan tapi tidak diketahui kapan dan tentang apa. Pernyataan yang keluar biasanya berupa "Hasil rapat Exco PSSI memutuskan...."

Tiga hal krusial akan dibahas dalam rapat darurat itu, seperti dikatakan anggota Exco PSSI, Gusti Randa, yakni persiapan kongres PSSI di Bali, 20 Januari 2018, isu pengaturan skor dan rencana kerja sama dengan Satgas Antimafia Sepak Bola.

Pertemuan itu, jelas Gusti Randa, digelar sebagai respons dari permasalahan yang menimpa Exco PSSI belakangan ini.

Terkait dengan Exco PSSI, saat ini ada dua anggotanya yang tak aktif lagi. Pertama, Hidayat yang menyatakan mundur pada 3 Desember 2017 dan mendapat sanksi dari Komdis PSSI. Ia dinyatakan bersalah setelah namanya disebut oleh Manajer Madura FC, Januar Herwanto karena membujuk agar mengalah menjelang laga melawan PSS Sleman di 8 besar Liga 2.Foto : twitter.com/@katakitatweet

Kedua, Johar Lin Eng yang dicokok polisi pada 27 Desember 2017 dan jadi tersangka pengaturan skor di Liga 3 setelah adanya pengaduan dari mantan manajer Persibara Banjarnegara, Lasmi Indriyani. Turut terseret dalam kasus itu anggota Komdis PSSI, Dwi Irianto serta mantan anggota Komite Wasit, Priyanto dan wasit futsal, Anik Yuni Artikasari.

Menyimak alasan yang jadi dasar rapat darurat itu, PSSI semestinya berbicara dengan lebih lugas kepada publik, bahwa persoalan besar yang ada di tubuh PSSI saat ini bukanlah apa yang terjadi di tubuh Exco. Lebih dari itu adalah makin merosotnya kredibilitas PSSI.

Kemerosotan itu yang membuat publik memberikan applause kepada Satgas Antimafia Sepak Bola dan tidak menyatakan simpatinya atas nasib yang menimpa Hidayat atau Johar Lin Eng. Tidak juga berempati atas kerja yang dibanggakan oleh Sekjen PSSI, Ratu Tisha yakni PSSI mampu menyelenggarakan 10 even internasional.

Ke-10 even internasional tersebut adalah AFF Girls, AFF Woman, AFF U-16, AFF U-19, AFF Club Futsal, AFF Futsal, AFF Beach Soccer, AFC Club Futsal Championship, AFC U-19 dan terakhir Asian Games.

Sayangnya keberhasilan jadi penyelenggara 10 even internasional tidak dibarengi oleh prestasi di timnas Indonesia. Dari 10 itu, hanya satu saja yang berhasil dimenangkan yakni saat timnas U-16 juara Piala AFF U-16 di Sidoarjo, Jawa Timur. Tak heran muncul pernyataan sinis: "PSSI itu federasi atau event organizer?"

Sebagai organisasi olahraga paling popular dan seksi, diperebutkan banyak pihak untuk jadi pengurusnya, PSSI tak bisa lagi mempertahankan posisinya untuk pasif atas segala isu. Berbagai komentar negatif seharusnya jadi tantangan tersendiri untuk ditanggapi dengan bijak dan cerdas.

Dalam dua tahun kepengurusan Edy Rahmayadi, tak terlihat adanya suatu isu strategis yang dilontarkan oleh PSSI. Mereka lebih suka bersikap reaktif, memberikan tanggapan atas isu yang berkembang.

Tak Bisa Dipaksa

Pemanggilan pengelola 76 akun sosial media melalui Komdis PSSI misalnya, itu bukan langkah yang cerdas. Apalagi dikemas dalam nada ancaman akan dilaporkan ke kepolisian jika tidak mau dipanggil untuk dimintai keterangan atau membawa bukti soal pengaturan skor seperti dalam postingan akun sosmed itu.

panggilan-undangan-pssi-5c2c7e606ddcae5a4e2f7207.jpgSikap tergesa-gesa itu, seperti dalam pernyataan awal yakni "PSSI memanggil 76 akun sosmed" dan "akan menyerahkan ke pihak kepolisian," justru makin membuat merosot tingkat kepercayaan publik. Apalagi jelas Komdis PSSI tak punya kewenangan memanggil akun-akun sosmed untuk dimintai keterangan, karena mereka (seperti dalam pasal 3 Kode Disiplin PSSI) bukan bagian dari keluarga sepak bola (football family).

Istilah "memanggil" itu kemudian berubah jadi "mengundang", yang tercermin dalam pernyataan PSSI di media, juga di website-nya. Juga tak lagi ada tebaran ancaman bagi akun sosmed yang tidak datang, atau ada yang datang tapi tidak membawa bukti. Sebagai catatan, hanya satu akun sosmed yang datang memenuhi panggilan Komdis PSSI pada 29 Desember 2018 lalu.

Meski masih dibayangi kecaman dalam tagar dan yel-yel #EdyOut, PSSI masih punya waktu dua tahun untuk mencoba memperbaiki citranya. Tentu ini butuh ekstra kerja keras, penanganan komunikasi yang baik, dengan pengurus yang mudah dihubungi pers terutama Sekjennya.

Harus dihindari pernyataan reaktif yang justru membuat simpati publik merosot. Termasuk di dalamnya perubahan tutur kata dari Edy Rahmayadi sendiri saat menjawab pertanyaan pers.

Tak lagi perlu membuat publik semakin dibuat gerah dengan beberapa pernyataan Ketua Umum PSSI yang tidak substansial. Seperti komentarnya yang menohok saat menjawab pertanyaan Aiman Witjaksono di Kompas TV, dan pernyataan dirinya bahwa "jika wartawan baik, maka timnas juga akan baik".

Tak lagi perlu membuat masyarakat semakin bertanya-tanya apa jadinya PSSI nanti jika dalam membuat pernyataan saja sang Ketua Umum sudah membuat khalayak bingung. Apalagi pernyataan dagelan itu sampai disoroti media asing seperti FOX Sports Asia.

Kisah perjalanan Shackleton bersama 27 anak buahnya menjelajahi benua Antartika pada tahun 1914 bisa jadi inspirasi tentang kepemimpinan. Meski pada akhirnya misi ini gagal karena kapal mereka tertahan bongkahan es, namun kepemimpinan Shackleton ini menjadi legenda akan keberhasilan pemimpin mengatasi krisis yang terjadi.

Kisah Shackleton itu memberi pelajaran penting bagi kita, bahwa sebagai pemimpin ia tidak memerintahkan anggotanya untuk melakukan hal-hal yang dikendaki, tetapi merangkul dan mengajak untuk mencari solusi dan keluar dari krisis secara bersama-sama. 

Tak perlu menyalahkan orang atau pihak lain terhadap krisis yang ada. Dibutuhkan upaya mencari jalan keluar yang paling logis dan bisa memuaskan semua pihak. Diharapkan organisasi dapat keluar dari krisis, dan jika pun nantinya menghadapi krisis yang lain, tetap bertahan dan menghapinya dengan lebih baik.

Tak cukup hanya mengakui kekurangan, tapi lebih penting bagaimana publik melihat bahwa ada upaya serius dari PSSI untuk mengembalikan kredibilitasnya yang terlanjur terjun bebas.

PSSI akan kembali dicintai dengan adanya integritas dan prestasi. Cinta yang tak bisa dipaksa dengan ancaman atau gertakan. ***




Baca juga:
Demi Kita yang Disibukkan oleh Batas Toleransi
Menelikung Agama Lewat "Politik" Imam Salat dan Wudhu Seciprat
Nekat Terabas Pintu Perlintasan, Pria Ini Tewas Tersambar Kereta

"DreadOut" dan Metafora Gawai di Tengah Sajian Horor Tanggung

$
0
0

Sumber ilustrasi: Nimpuna.netPertama kali memainkan versi demo video gim Dreadout di tahun 2014 silam, saya langsung yakin bahwa gim ini akan menuai sukses besar setidaknya di Indonesia.

Gameplay yang seru, unik dan mengingatkan akan trilogi gim horor fenomenal asal Jepang di tahun 2001 berjudul Fatal Frame, menjadi beberapa alasan mengapa gim ini memiliki potensi untuk disukai para gamer. Kapan lagi memainkan karakter cewek SMA yang begitu kerennya mengalahkan hantu hanya dengan kamera handphone bukan?

Dan ternyata dugaan saya benar. Video gim yang dijual di platform Steam ini kemudian menuai kesuksesan bahkan hingga ke luar negeri. Gim racikan developer Digital Happiness asal Bandung yang terwujud berkat crowdfunding ini dipuji lantaran menyajikan deretan karakter hantu lokal yang cukup fresh dan belum banyak dikenal gamer internasional. Gim Dreadout (Pantau.com)Selain itu, gim ini pun memiliki sisi grafis, visual efek dan sound effect yang mumpuni meskipun tidak bisa dibilang spesial. Tak lupa, berkat review positif dari youtuber gim terkenal Pewdiepie jugalah yang pada akhirnya semakin memantapkan langkah Dreadout di kancah internasional.

Kini, 5 tahun setelah rilis gimnya, Dreadout mengikuti jejak video gim horor sukses lainnya seperti Resident Evil, Silent Hill dan Alone in the Dark yaitu diangkat ke layar lebar. Menjadi video gim Indonesia pertama yang sangat sukses di pasar internasional yang kemudian diangkat menjadi sebuah film, Dreadout nampak menjanjikan sebagai sebuah film yang segar dan unik pada awalnya.

Bagaimana tidak, semua elemen dalam film ini nampak disiapkan dengan sangat matang. Pemilihan Kimo Stamboel (Headshot,Killers) sebagai sutradara dan penulis, Fajar Yuskemal dan Aria Prayogi(Dwilogi The Raid, Apostle) di kursi departemen musik dan sound effect, hingga pemilihan bintang muda potensial dengan fan base luar biasa seperti Caitlin Halderman dan Jefri Nichol, menjadi beberapa alasan mengapa film ini nampak menjanjikan kualitas yang sepadan.

Tapi apakah semuanya kemudian berjalan sesuai ekspektasi? Ya mungkin saja bisa iya, bisa juga tidak. Apalagi mengingat kutukan movie based on video game nampak masih menjadi momok menakutkan, tak hanya bagi segenap kru pembuat film namun juga bagi fans gim itu sendiri.

Sinopsis

Kincir.comJessica(Marsha Aruan), Beni(Irsyadillah), Dian(Susan Sameh), Alex(Ciccio Manassero), Erik(Jefri Nichol) dan Linda(Caitlin Halderman), merupakan kelompok remaja yang menginginkan reputasi lebih melalui siaran langsung petualangan gaib di postingan media sosial mereka. Mereka kemudian memilih apartemen kosong nan angker sebagai pilihan petualangan mereka.

Kang Heri(Mike Lucock) yang menjaga apartemen tersebut kemudian mempersilakan mereka masuk dengan syarat tidak boleh melewati lorong yang terpasang garis polisi. Namun rasa penasaran yang tinggi menyebabkan mereka menghiraukan larangan Kang Heri. Merekapun akhirnya masuk ke sebuah unit yang juga terpasang garis polisi dan menemukan banyak keanehan seperti kulit ular hingga beberapa perkamen antik.

Salah satu perkamen tersebut memiliki tulisan tersembunyi yang hanya bisa dibaca oleh Linda. Ternyata, bacaan tersebut membuka portal ke dimensi lain dan membawa mereka menemukan berbagai fakta dan petualangan baru. Sebuah petualangan yang kelak memberi banyak pelajaran bagi mereka, khususnya bagi Linda dan kekuatan supranatural dalam diri serta gawainya.

Sebuah Prekuel yang Seru Namun Kurang MaksimalBrilio.comDengan status film ini sebagai prekuel dari video gimnya, seharusnya film ini bisa menyajikan origin story yang kuat. Bagaimana kisah latar belakang Linda atau mengapa kemudian flash dari kamera handphonenya bisa mengalahkan para dedemit yang berkeliaran, seharusnya bisa lebih dimaksimalkan. Karena sejatinya prekuel itu bagaikan sebuah kertas putih yang bebas dicorat-coret hingga membentuk sebuah gambar baru yang bisa disambungkan dengan cerita aslinya.

Namun sama seperti film hollywood adaptasi gim lainnya, Dreadout nampak terjebak diantara keinginan untuk mempertahankan pengalaman bermain gimnya atau menciptakan pengalaman sinematik yang baru. 

Hasilnya, Dreadout cukup berhasil dalam memvisualisasikan gameplaynya yang seru ke versi sinematik, namun gagal dalam membangun kisah asal muasal yang kokoh. Dengan kata lain, visual gim ini akan memuaskan penggemar gimnya namun ceritanya akan memberi banyak lubang bagi penonton awam.

Meskipun berhasil memberikan beberapa  penjelasan tambahan yang tak ada dalam gimnya, tak bisa dipungkiri Dreadout justru lebih cocok menjadi kisah alternatif gimnya alih-alih menjadi sebuah prekuel. Meskipun bukan fans garis keras, tapi saya bisa katakan bahwa Dreadout belum berhasil menyajikan kisah prekuel yang maksimal dan sesuai keinginan fans gimnya.

Metafora Gawai dan Horor TanggungBeritagar.idMenyebut film ini sebagai film horor nampaknya kurang pas. Film ini justru lebih cocok disebut sebagai thriller atau bahkan action thriller berkat banyaknya adegan aksi hit n run yang menegangkan. Sementara unsur horornya justru kurang greget dan terkesan tanggung.

Film ini didominasi jumpscare yang cukup mengagetkan, meskipun di beberapa adegannya terkesan dipaksakan dan tak maksimal. Kemunculan hantu yang sangat sedikit pun cukup mengecewakan mengingat gimnya sendiri memiliki stok hantu yang melimpah. Pocong celurit yang ikonik pun jadi nampak sangat biasa dan tak terlalu menghadirkan keseraman yang maksimal.Id.bookmyshow.comNamun dibalik semua itu, hadirnya Linda dengan gawai yang selalu sedia di tangan dan menjadi pembasmi hantu paling ampuh nampak menjadi metafora kehidupan remaja bahkan setiap orang masa kini. Gawai begitu diandalkan dan nampak menjadi secercah kehidupan di tengah dunia yang dianggap kejam dan menakutkan. Sebaliknya, begitu gawai mati dan tak berdaya, si pengguna pun menjadi ikut tak berdaya dan tak tahu harus berbuat apa.

Sebuah metafora yang sejatinya berjalan dengan sangat efektif di tengah horor yang tak berjalan maksimal. 

Teknis Film yang Cukup Baik

Ketika melihat nama Kimo Stamboel di kursi sutradara dan penulis, sangat yakin bahwa film ini akan memiliki teknis memukau namun lemah dalam pengembangan karakter. Harus diakui teknis film ini mulai dari set tempat yang sangat mirip dengan gim nya, CGI yang oke hingga desain karakternya sangat memukau. Hanya saja lemahnya pengembangan karakter khas film-film Kimo bahkan Mo Brothers sebelumnya masih dipertahankan di film ini.

Seperti Headshot yang sangat terlihat bergantian dan menunggu giliran saat adegan bertarung, Dreadout pun seperti itu. Seperti pada adegan menggedor pintu, masuk ke dalam kolam gaib, atau adegan melawan hantu semuanya terlihat seperti menunggu giliran dan tidak cukup natural. Kimo Stamboel (entertainment.kompas.com)Namun memang, ciri khas Kimo seperti pengambilan gambar dari sudut pandang orang pertama, dari sudut pandang gagang senjata yang ditebas serta aerial shoot masih ditampilkan dengan sangat baik. 

Apalagi saat menggunakan sudut pandang layar handphone, suasana mencekam dan horor sangat terasa khas film-film Kimo. Hanya saja, Kimo nampak bermain aman dengan berkurangnya unsur gore ciri khas nya yang kemungkinan dilakukan agar bisa diterima oleh penonton yang lebih luas.

Kepiawaian Aria Prayogi dan Fajar Yuskemal pun rasanya sudah tak bisa diragukan lagi. Scoring dan sound effect yang mereka buat selalu bisa membangun intensitas adegan hingga membuat jantung berdebar. Sebuah sajian musik latar dan sound effect yang tentunya berkelas internasional.Kaorinusantara.co.idTak lupa, peran para bintang muda seperti Caitlin Halderman, Jefri Nichol dan Marsha Aruan juga patut diacungi jempol. Meskipun masih terasa kurang lepas dan hanya mengumbar kata "anjing" dalam setiap adegan yang menyebabkan konflik, namun akting mereka sudah cukup baik sebagai para penyintas dunia gaib. 

Bahkan peran Marsha Aruan di film ini bisa dibilang yang paling menjanjikan, karena mampu menampilkan karakter anak SMA yang tak hanya menyebalkan namun juga cukup seram pada beberapa adegannya.

PenutupLifestyle.bisnis.comDengan segala kekurangannya, sejatinya Dreadout tidak bisa dibilang buruk juga. Mencoba mengadaptasi video gim ke dalam film memang bukan perkara yang mudah. Selain karena gim memiliki perspektif sendiri dari setiap pemainnya, gim juga sudah memiliki visual dan cerita yang kokoh yang mengena di hati setiap pemain. 

Maka memvisualisasikan ulang ke dalam versi sinematik jelas merupakan hal yang tak bisa dianggap remeh dan apa yang dilakukan Kimo tentunya patut untuk diapresiasi.

Keputusan berani memang dalam mengangkat gim horor ini ke dalam film, mengingat banyak karakter aneh yang belum biasa dilihat penonton awam. Apalagi bagi penonton yang tidak mengerti film ini berasal dari gim, pasti akan berdecak sebal begitu melihat karakter pocong yang menggunakan celurit bukan melompat. Wajar saja, karena penonton Indonesia masih menyukai horor mainstream dan belum terbiasa dengan sajian horor nyeleneh

Pada akhirnya Dreadout sukses menyajikan thriller seru dan menyenangkan khas gameplay gimnya, namun sangat minim unsur horornya. Beberapa adegan horor yang coba dibangun melalui suara gamelan jawa, kesurupan atau hantu kebaya merah yang terbang kadang berakhir dengan eksekusi yang biasa saja dan tak maksimal. 

Dreadout kemudian terjebak menjadi film yang hanya mengumbar jeritan alih-alih memberikan jalinan kisah yang kokoh dan hanya menjadi semacam metafora hubungan gawai dan kehidupan remaja saja.

Jika anda menyukai tipikal horor atau thriller yang seru, unik dan tak peduli terhadap jalan ceritanya, maka film ini bisa menjadi pilihan tontonan minggu ini. Namun jika anda menyukai horor atau thriller dengan penceritaan yang kokoh seperti film-filmnya Joko Anwar, maka sudah pasti tidak akan anda temukan di film ini.

So, mengingat ada Keluarga Cemara sebagai lawannya, maka menjadi PR besar bagi Dreadout untuk bisa memenangi persaingan. Pengaruh word of mouth dari masing-masing penonton di hari pertama juga kelak akan menentukan siapa jawara film Indonesia yang rilis perdana di minggu pertama tahun 2019 ini.

Selamat menonton Kompasianer.

*Ok lah kali ini saya berikan skor untuk Dreadout. Melihat usaha maksimal Kimo Stamboel mencoba genre baru meskipun eksekusinya mengecewakan, maka masih Berbaik hati saya beri nilai 6/10 heuheuheu.

Percayalah, diluar sana lebih banyak yang memberi nilai lebih sadis dari saya :')




Baca juga:
Perdagangan Internasional, Komoditas Pertanian Kita
Punya Berita Penting yang Anda Temukan? Segera Laporkan ke WhatsApp Kompasiana!
Antara Wajah Bipolar atau Multipolar Politik dalam Pilpres 2019

Torro Margens, Wong Pemalang yang Bangga akan Kotanya

$
0
0

(KOMPAS.COM/DIAN REINIS KUMAMPUNG)Saat di Pemalang, saya bertelepon dengannya. Menggunakan bahasa Pemalangan -- yang ngapak mirip Tegal, bukan Banyumas.

"Oh, rika nang Pemalang. Mangan nggrombyang, ra?" tanya Mas Torro. Tanyanya, makanan khas Pemalang yang banyak bertebaran di sebelah utara alun-alun Pemalang. Makanan yang kerap diudapnya. Selain soto dekem.

Gayeng pembicaraan. Namun tiba-tiba dari HP-nya muncul suara manis manja. Ternyata Paramitha Rusady, merebut HPnya. Ia penasaran dengan bahasa kami -- saya dan Mas Torro. Dan Mitha pun (yang saya kebetulan kenal juga) mencoba berbahasa Pemalang. "Kiye inyong!" kata artis adik Ully Sigar Rosady.

Ya, Torro Margens asli Pemalang. Kelahiran Paduraksa, 6 km dari arah kota ke selatan di mana saya tinggal -- dekat alun-alun kota. Margens bukan nama sok-sokan, tapi justru cara ia menghormati ayah-ibunya. Margens itu singkatan Maryam (ibu) dan Genjor (ayah)nya. Namanya sendiri Sutoro. Tapi pernah ngomong pada saya: Arane sebenere Wustoro.

Mas Torro intens ke Pemalang ketika saya mendirikan TV Pemalang. Di mana ia mengisi acara, menjadi juri lomba akting, dan meresmikan perkumpulan peminat akting warga Kota yang diampit Tegal dan Pekalongan. Ia, tahun 2002 masih tetap dengan mobil Toyota kijang yang disebutnya sebagai mobil berjalan. 

Karena di dalamnya penuh isi perlengkapan kalau ia syuting sewaktu-waktu: tas, sepatu, baju, sarung dan semacamnya. Sehingga kalau saya naik mobil tuaya itu, ia perlu membereskan dulu pakaian yang digantung dari rumahnya di Jati Kramat, Bekasi, tak jauh, sekira 1.5 km dari rumahku, di Jati Asih.

Sesugguhnya Mas Torro seorang pemain teater sejak remaja. Ia penggemar film India, tak heran kalau bisa nyanyi lagu India. Di mana ia pernah bermain bersama Teater Populer-nya Teguh Karya dalam naskah-naskah serius, terjemahan lakon drama Sovyet atau Eropa. 

Juga seorang sutradara yang bersertifikat, tahun 1980-an: Lukisan Berdarah. Dan salah satu tonggaknya ketika menjadi Tigor, sebuah TV Play TVRI menyambut Hari Sumpah Pemuda (1984). Ia dipuji Mas Arswendo Atmowiloto untuk garapan sutradara TVRI yang menjadi satu-satunya televisi yang punya acara drama saat itu.

Setelah istri pertamanya meninggal, yang kerap diajak ke Pemalang, ia menikah dengan wanita asal Sukabumi. Di mana saya pernah diajak ke sana, di bilangan Jalan Bhayangkara, tak jauh dari rumah Desy Ratnasari. 

Saat itu, saya menjembatani pertemuan dengan Mbak Amiroh yang akan mencalonkan sebagai Bupati Pemalang. "Inyong nurut sampeyan baelah, Kang," katanya kepada saya saat diminta sebagai calon Wakil Bupati. Ia menurut apa kata saya dalam soal politik di daerah yang ditinggalkan hampir 40 tahun ke Jakarta.

Kebanggaan sebagai orang Pemalang membuatnya ditarik-tarik ke ranah politik itu, sampai memintaku ke rumahnya di Jati Kramat, ketika ada orang Pemalang yang akan mencalonkan diri sebagai Bupati. "Sampeyan mrene, ngancani inyong," pintanya agar saya menemaninya saat akan dipinang sebagai calon wakil bupati.

Hingga suatu ketika saya diminta ke Hotel di Pemalang, di mana Mas Torro sedang menunggu orang (lain) yang akan mennggandengnya sebagai Wakil Bupati. Namun semuanya tak kesampaian. Artinya, tidak sempat menjadi calon wakil bupati. 

Ia justru membuat film Babad Tanah Pemalang. "Sampeyan ora balik. Mbok mbantu inyong. Aku luruhna pemain dan figuran." Mas Torro meminta saat saya mencarikan pemain figuran sedang ada pekerjaan menulis buku di Banten.

Ya, itu tak lain karena ia pernah meresmikan perkumpulan orang-orang Pemalang yang minat acting, saat saya menjadi penggagas dan pengelola TV Pemalang. Ia dengan gayanya yang entengan, begitu saat pagi-pagi datang ke Pemalang atas undangan saya untuk mengisi acara di TV Pemalang. "Sameyan metu, keluar. Sebelum kakiku menapak di tanah, duit sudah disiapkan, ya?"

Begitulah gaya Mas Torro, yang dikenal sebagai aktor pemeran tokoh antagonis. Meski ia bangga telah (pernah berperan) menjadi Polisi, Haji, Kyai dan tokoh bersih.

Meski saat membawa acara Uka-uka di TPI (MNC Sekarng), kerap mengundang saya ke lokasi di studio TPI di Pintu 2 TMII, Jakarta Timur hanya sekitar 7 km dari rumah kami. Dan dengan entengnya, ia akan membagi uang. "Ana rejeki, kiyeh," sambil memasukkan uang ke kantong saya.

Jumat dinihari, 4 Januari 2019 lelaki gagah dan kerap bermimik sangar dan suara berat dalam aktingnya itu meninggal dunia, dan akan dimakamkan di Sukabumi -- di mana ia belakangan kerap mengajar akting di sana.  

Selamat jalan, Mas Torro. ***  




Baca juga:
Deretan Mobil Paling "Menghebohkan" 2018
Perdagangan Internasional, Komoditas Pertanian Kita
Punya Berita Penting yang Anda Temukan? Segera Laporkan ke WhatsApp Kompasiana!

Menciptakan Konflik dalam Sebuah Karya Fiksi

$
0
0

Sumber: Vodafone.de

Pada umumnya sebisa mungkin orang menghindari masalah atau enggan menghadapi masalah. Tapi tidak demikian dengan para penulis fiksi. Mereka justru berharap akan selalu bertemu masalah. Atau kalau tidak mereka yang akan memburu masalah itu.

Apakah itu berarti penulis fiksi adalah orang-orang yang suka dirundung masalah?

Eits, tunggu dulu. Pernyataan ini tentu saja berkenaan dengan karya tulis. Bukan personility-nya.

Sebuah karya tulis, khususnya cerpen atau novel, tanpa menghadirkan sebuah masalah tentu membuat cerita yang disuguhkan terasa hambar. Kurang greget. Lempeng. Ibarat sayur kurang bumbu. Tidak sedap untuk dicicipi apalagi dinikmati.

Mari kita perhatikan contoh petikan cerpen berikut ini.

Sejak lahir Aisyah sudah hidup berkecukupan. Apa saja yang diinginkan bisa diwujudkan. Ketika dewasa Aisyah menikah dengan seorang pengusaha kaya raya dari Jakarta. Lengkaplah sudah kebahagiaan Aisyah.

Jika cerpen di atas stuck sampai di situ, hingga ending tidak mengetengahkan masalah sama sekali--hanya menceritakan kehidupan mapan dan aman Aisyah, tentu pembaca tidak bakal menemukan daya tarik atau magnet yang memesona. Bisa jadi pembaca akan sesegera mungkin meninggalkan cerpen tersebut. Malas meneruskan membaca hingga tuntas.

Harap diingat, daya tarik cerpen atau novel tidak terlepas dari penyajian masalah yang disuguhkan. 

Selanjutnya kita menyebut masalah tersebut dengan istilah konflik. 

Pengertian koflik sendiri menurut salah seorang pakar adalah: 

Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).

Selanjutnya Konflik dibagi menjadi 2, yakni konflik eksternal dan internal.

Kita coba simak cuplikan kisah berikut ini,

Kejadiannya begitu cepat. Telon tahu-tahu sudah menyerang Yu Nah. Mencakar wajah perempuan itu berkali-kali hingga pemilik tubuh tambun itu memekik kesakitan dan kabur tunggang langgang meninggalkan kamarku. (Dari: Perempuan Kaldera)

Usai membaca cuplikan tersebut Anda tentu bisa membayangkan adegan yang tengah terjadi. Bisa jadi ikut merasakan ketegangan antar tokoh dalam cerita. Bagaimana Yu Nah menjerit-jerit dan si Telon mengeong ribut. 

Penggambaran konflik eksternal ini memang mengacu pada tujuan agar bisa langsung terlihat dan dirasakan oleh pembacanya.

Sekarang mari kita bandingkan dengan lanjutan kisah tersebut.

"Apakah Ibu harus menceritakan semuanya padamu, Nur? Mengapa Yu Nah begitu membencimu?" Ibu berkata pelan. Kali ini aku menggeleng.

"Tidak, Bu. Tidak perlu. Yang penting Ibu sangat menyayangiku. Itu saja sudah cukup," aku mendekatkan wajahku. Mencium harum pipi Ibu.

Apa yang Anda rasakan usai membaca cuplikan di atas? Suasana batin yang mengharu biru, tentunya. Inilah kekuatan konflik internal. Tanpa harus mengetengahkan adegan fisik secara brutal sudah mampu mengacak-acak emosi pembacanya. 

Namun demikian, pada konflik internal pembaca musti berhati-hati. Disarankan membaca intensif, yakni membaca secara teliti dan seksama. Bukan membaca sepintas atau scanning. Sebab konflik batin penyuguhannya berbeda dengan konflik fisik. yakni dilakukan secara tersirat. Tidak nyata atau langsung bisa terlihat. Sebelum pembaca benar-benar membaca secara tuntas tentu akan sangat sulit menemukan konflik batin yang terjadi antar tokoh yang berinteraksi di dalamnya.

Lantas langkah apa yang bisa dilakukan seorang penulis fiksi dalam upaya berburu konflik demi memberi greget pada karya fiksi mereka?

Berikut ini tips-tips yang bisa dijadikan sebagai pijakan awal.

Buang Jauh-jauh Rasa Minder

Bagi penulis pemula, adakalanya perasaan minder mendadak mucul. Pertanyaan seperti: bagaimana nanti pembaca menilai tulisan saya, dan bla-bla-bla, bisa jadi membuat penulis mentok tidak bisa melanjutkan karya yang sudah ditulisnya. Dalam hal ini mengabaikan kesan pembaca sangat disarankan. Menulislah sebebas-bebasnya. Jangan pikirkan pendapat orang lain.

Memulai Masalah dari Hal Kecil

Sebenarnya tidak sulit menciptakan sebuah konflik dalam suatu cerita fiksi. Kita bisa memulainya dari masalah kecil yang tampak sederhana. Sebagai contoh, cerpen Aisyah yang hidupnya mapan di atas kita coba selipkan sedikit 'masalah'. Umpama, suami Aisyah tiba-tiba mengalami kebangkrutan atau hadirnya orang ketiga di antara mereka.

Dari masalah kecil tersebut kita bisa mengembangkannya menjadi masalah besar. Memunculkan Aisyah sebagai tokoh yang berbeda. Dari perempuan yang terbiasa dilayani, hidup mewah tak kurang sesuatu apa, menjadi Aisyah yang harus berjuang demi mengembalikan keadaan ekonomi keluarga termasuk upaya merebut kembali hati suaminya.

Dari sini konflik akan terus bergulir.

Atau bisa juga kita memulai konflik dari diri Aisyah sendiri. Bagaimana jika perempuan mapan ini ternyata diketahui menyandang suatu penyakit? Apa yang harus dilakukan suaminya untuk menyembuhkannya?

Nah, dari tokoh Aisyah yang semula terkesan aman-aman saja, bisa kok kita ciptakan beragam konflik. Baik konflik fisik maupun konflik batin.

Melatih Kepekaan Terhadap Lingkungan Sekitar

Bagi seorang penulis, hal sekecil apa pun bisa menjadi bahan tulisan yang menarik. Kepekaan terhadap lingkungan sekitar adalah pundi-pundi ide yang tidak pernah kering untuk digali. Tinggal bagaimana pintar-pintarnya penulis itu mengolahnya. 

Kepekaan terhadap lingkungan bisa kita mulai dan kita latih dari lingkungan terdekat. Semisal dari seputaran rumah, tetangga atau apa saja yang kita temui sehari-hari.

Untuk contoh, Anda bisa menggali konflik dari kondisi rumah tangga Anda. 

"Apa?! Rumah tanggaku aman-aman saja, kok! Suamiku sangat baik dan anteng. Orangnya penyayang. Tidak sombong, dan..."
Yakin? Bagaimana dengan kebiasaan mendengkurnya itu? Apakah Anda merasa nyaman tidur di sampingnya?
Atau,

"Istriku perempuan paling baik di dunia ini. Hampir tidak kutemukan kekurangan pada dirinya? Ups, tapi tunggu! Ia--cuma memiliki satu kekurangan. Malas mandi..."

Wah, ternyata tanpa kita sadari terdapat begitu banyak masalah di sekitar kita yang bisa diangkat menjadi sebuah cerita fiksi. Jadi bersyukurlah jika hidup Anda tidak pernah sepi dari konflik. Anda tidak perlu repot-repot menciptakannya. Cukup sesegera mungkin memindahkannya ke dalam bentuk tulisan.

Hayuuk, tunggu apa lagi. Buruan menulis dan sajikan konflik Anda semenarik mungkin!

***
Malang, 04 Januari 2019
Lilik Fatimah Azzahra




Baca juga:
3 Hal yang Membuat Manchester City Pantas Unggul Atas Liverpool
Deretan Mobil Paling "Menghebohkan" 2018
Perdagangan Internasional, Komoditas Pertanian Kita

[Pro-Kontra] Koruptor Diborgol Saat Keluar Rutan, Bikin Jera atau Tidak

$
0
0

Foto: kompas.comKomisi Pemberantasa Korupsi (KPK) mulai menerapkan pemasangan borgol bagi para tahanan yang keluar dari rutan. Pemasangan borgol ini bermaksud untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai gerakandan sanksi sosial bagi para tahanan KPK.

Juru bicara KPK Febri Diansyah menuturkan tindakan ini dilakukan lantaran adanya opini mengenai perbedaan perlakuan antara pelaku pidana umum dan khusus. Selama ini, ketentuan untuk memborgol tangan terpidana telah termaktub dalam Peraturan KPK dan Jaksa Agung demi alasan keamanan, tetapi memang belum diterapkan pada pelaku pidana khusus. 

Bagaimana pendapat Kompasianer tentang pemborgolan ini? Apakah akan memberi efek rasa malu dan jera kepada para koruptor atau biasa saja?




Baca juga:
Tentang Gapura Pengantin dalam Adat Bali
3 Hal yang Membuat Manchester City Pantas Unggul Atas Liverpool
Deretan Mobil Paling "Menghebohkan" 2018

Secangkir Sanger Gayo dan Max Havelaar

$
0
0

Sanger dan Jajanan Pagi Takengon (Foto : Dokumentasi Pribadi)

Sanger Gayo dari Takengon

Pagi ini, saya menyeruput secangkir kopi. Bukan kopi Sanger Gayo Takengon favorit saya. Tapi cukuplah, Kopi Arabica Gayo Organic produksi Koperasi Kopi Perempuan Kokowagayo. Ini adalah oleh oleh dari sahabat saya, dik Dati Fatimah. Simpanan untuk obat kangen, yang harus selalu ada. 

Dataran Tinggi Gayo di Takengon selalu ngangeni. Saya sudah bolak balik ke Takengon sebanyak 5 kali. Untuk urusan pekerjaan. Atau untuk menghadiri perkawinan putra Ibu Rahmah, Ketua Koperasi Ketiara. Atau sekedar untuk urusan menikmati kopi Sanger ini.

Di luar Sanger, tentu ada Danau Laut Tawar yang indah. Udara sejuk. Ikan Depik Goreng. Ketan bakar.  Tapi, beberapa cangkir Sanger lagi di hari yang sama, pada akhirnya tetaplah ikhlas kuterima. 

Sempat bertanya apa arti Sanger.

"Asal cerita Sanger berasal dari kedai kopi Solong di Banda Aceh", begitu tuturan pemilik kedai kopi Kenary langganan saya di daerah Kabayakan, Takengon. "Karena mahasiswa di Banda (Aceh) sering "tongpes" alias kantong kempes dan tak mampu membeli kopi susu dalam gelas besar, maka 'Sanger' sajalah. Iya, Sanger itu Sama Sama ngerti", gelaknya. 

Pahamlah saya, mengapa Sanger dihidangkan dalam cangkir kecil. Dan oleh karenanya, harga jadi miring. Bagaimana tidak? Untuk secangkir kopi Arabica yang nikmat luar biasa, kita cukup bayar Rp 10.000. Dan, di manapun di belahan dunia ini, tak akan kita dapatkan Sanger seenak dan seindah yang ada di Takengon. 

Saat ini Takengon memang kesohor sebagai salah satu pemasok kopi Arabica Gayo terbaik di pasar international, khususnya Amerika dan Eropa. Karena tuntutan pasar, kopi Arabica Gayo yang diekspor ke kedua pasar tersebut adalah kopi Arabica Gayo bersertifikasi organik.

Kopi ini diekspor dalam bentuk biji kopi 'green been' yang dihasilkan dari pertanian organik. Sementara proses 'roasting' dilakukan di Negara tujuan. Tentu saja pelaku bisnis kopi di kedua benua tersebut sangat diuntungkan dengan melakukan 'roasting' dan menjualnya kepada konsumen. 

Di samping kopi Arabika Gayo dengan sertifikasi organik, cukup banyak kopi Arabica Gayo yang dieksport ke Eropa dan Amerika dengan menggunakan sertifikasi Fairtrade. Tak kurang dari 28 unit usaha eksportir kopi Gayo yang menempuh sertifikasi Fairtrade. 

Fairtrade memfasilitasi adanya perdagangan adil antara produsen atau petani, pedagang, bisnis dan konsumen. Perdagangan dengan keadilan di seluruh rantai nilai.

Bentuk badan usaha pengekspor kopi bersertifikasi Fairtrade adalah koperasi. Bentuk usaha koperasi yang menghormati prinsip sukarela, mandiri, demokrasi, dan tata kelola ini menjadi menarik. Terutama dengan situasi mati surinya koperasi di negeri ini. Padahal, Koperasi adalah soko guru ekonomi yang ditetapkan konstitusi. 

Anggota koperasi Fairtrade, yaitu petani kopi, mendapatkan keuntungan tambahan melalui pembagian 'fee premium' dari eksport kopinya. Petani bisa memanfaatkan dana premium untuk perbaikan jalan di sekitar rumah petani.

Bisa untuk membangun klinik kesehatan. Bisa juga untuk membangun PAUD. Atau bisa untuk pemeriksaan kanker serviks. Atau untuk pelatihan. Petani sebagai anggota koperasi yang menentukan penggunaan fee premium. Kesemuanya diputuskan dalam rapat komisi premium yang dilaporkan dalam rapat anggota.

Satu contoh saja. Koperasi Pedagang Kopi Ketiara di Takengon yang didirikan oleh beberapa pengepul dan pedagang kopi pada 2009, telah menyerahkan pemanfaatan dana premium kepada petani. Ketua koperasi Ketiara, Rahmah, yang sejak kecil melihat orang tuanya menjadi pengepul dan pedagang kopi, bangga pada Koperasi yang dipimpinnya.

"Ketika saya menikah, saya mendapatkan sebidang kopi seluas 1 hektar. Karena Kopi adalah satu satunya yang saya pahami, jadilah saya petani kopi. Tahun 1997 saya serius geluti kopi. Jadi pengepul kopi. Pedagang kopi. Agen lebih besar. Eskportir. Dan sekarang ketua Koperasi Ketiara. Sebagai Koperasi Kopi Fairtrade, petani senang. Mereka mendapatkan pembagian jasa premium. Mereka bisa gunakan dana untuk beli alat pertanian. Bisa juga untuk bangun jalan di perkampungan. Juga untuk bangun klinik kesehatan. Petani yang putuskan". 

Saat ini, anggota koperasi Ketiara adalah lebih dari 1.700 orang. Tiga puluh persen antaranya adalah perempuan. Di tahun 2017, Koperasi Ketiara yang terdiri dari lebih dari 1.800 unit kebun kopi ini, mengekspor lebih dari 2.600 metrik ton kopi. Ini prestasi. 

Menarik, ketika mencoba memahami proses sertifikasi kopi Organik dan Sertifikasi Fairtrade. Pernah saya tanyakan kepada Riska, salah satu staf baru yang cerdas di Koperasi Ketiara.

"Mudah. Ketika audit sertifikasi organik, kita fokus pada tanamannya, kebunnya. Memastikan tidak ada penggunaan pupuk dan pembasmi hama non organik. Semua harus organik. Ketika audit sertifikasi Fairtrade, kita fokus pada kesejahteraan petani".

Koperasi Ketiara hanyalah satu dari sekitar 28 Koperasi Fairtrade yang ada di Takengon da Bener Meriah, Aceh Tengah. 

Kopi Gayo dan Max Havelaar 

Kejayaan kopi Arabica Gayo yang diekspor ke daratan Amerika dan Eropa, dan sebagiannya melalui sertifikasi Fairtrade tidaklah terlepas dari semangat yang ada pada Novel Max Havellar.

Novel Max Havelaar atau Lelang Kopi Perusahaan Hindia Belanda karya Multatuli ini terbit tahun 1860. Ada andil besar Max Havelaar pada kehidupan bukan hanya petani kopi di Takengon, tetapi juga petani kecil di berbagai negara. 

Sang penulis, Multatuli yang artinya 'sudah lama menderita' adalah nama samaran Douwes Dekker, seorang asisten regen (bupati) Lebak, Jawa Barat. Selaku asisten regen (bupati), ia pernah menulis pengaduan tertulis tentang ketidakadilan budaya perdagangan di wilayah Lebak kepada sang bupati Belanda ini. 

Tentu saja, pengaduan itu ditolak. Douwes Dekker lalu mengundurkan diri dari posisinya dan ia kembali ke Eropa. Ia, akhirnya, menetap di Brussels. Di sinilah, Douwes Dekker menterjemahkan keluhan dan aduan lamanya dalam bentuk novel. Sebuah Max Havelaar.

Hanya sebulan Douwes Dekker menulisnya. Namun, proses dan perjuangan untuk menerbitkannya cukup tidak biasa. Douwes Dekker mengirim manuskrip ke seorang kawannya, seorang penulis yang juga ahli hukum, Jacob van Lennep. Di tangan Van Lennep, manuskrip Max Havelaar mengalami editing dan sensor besar, sebelum kemudian dibawanya ke penerbit.

Novel yang mengungkapkan kemarahan penulis pada budaya perdagangan yang eksploitatif dan busuknya kolonialisme Hindia Belanda ini menjadi narasi dunia. Multatuli menuliskan kejahatan budaya dagang Belanda yang menyedot keuntungan perdagangan kopi dan produk lainnya dari Hindia Belanda melalui suatu Novel. 

Novel ini bercerita tentang banyak hal. Seperti campur sari. Sebuah novel, sekaligus biografi, serta kisah cinta orang Jawa. Ada Batavus Droogstoppel, seorang pedagang kopi yang kikir. Ada kisah pegawai di kantor kabupaten Lebak, Jawa Barat. Yang ini biografi penulis. Juga ada kisah cinta Saijah dan Adinda yang haru sedih. Juga ada puisi puisi yang penulis selipkan. 

Tidak lazim. Tanpa struktur. Tapi mengalir dan melengkapi. Orang boleh memilih. Seperti tulisannya di Bab 15 "Pembaca, saya mencari jawaban bagaimana itu, dan itulah mengapa buku saya begitu membingungkan. Ini adalah kartu pola penjual... tentukan pilihan Anda". 

Dengan gaya tulisan yang satiris, Multatuli membeberkan budaya berdagang Belanda yang hanya mengeruk keuntungan. Multatuli menggugat pejabat kolonial yang korup dan memuji mereka yang berusaha mendobrak ketimpangan tersebut.

Saija dan Adinda adalah gambaran cinta dunia manusia Jawa yang mengharukan. Inipun mungkin sebagai gambaran betapa upaya upaya orang Jawa untuk hidup bahagia sejahtera tidaklah mudah dicapai. 

Adalah Pramoedya Ananta Toer yang pertama kali memperkenalkan buku ini di Indonesia melalui sabatnya di Lekra. Pram menyebutnya sebagai buku yang melawan kolonialisme. Tentu saja, buku ini sempat tidak boleh beredar di jaman Order Baru.

Di Indonesia, kita mengenal Max Havelaar yang diterjemahkan oleh HB Yassin. Jauh sebelumnya, novel ini menghebohkan pemerintah Belanda. Buku ini merubah secara radikal kebijakan dagang Belanda di luar negeri. Atau, bisa dikatakan merombak kebijakan kolonisasi Belanda.

Di Belanda, Max Havelaar bukan hanya menjadi bacaan wajib di sekolah. Sebuah Museum Multatuli juga didirikan untuk menghormati nilai nilai Max Havellar. Lalu, seberapa, kita orang Indonesia mengenal Max Havelaar dan spirit yang diperjuangkan Multatuli?Max Havelaar (Foto : Dokumentasi Pribadi)Max Havelaar dan Perdagangan Adil

Dalam perkembangannya. Max Havellar sendiri menjadi latar sejarah hadirnya gerakan perdagangan adil di sekitar tahun 1980an, yang kemudian disebut sebagai Fairtrade di Belanda.

Gerakan ini kemudian menyebar ke Swiss dan negara negara di Eropa dan Amerika. Sebagai gerakan, terdapat 10 prinsip yang dihormati dan dipraktekkan.

Pertama, memberi kesempatan ekonomi kepada kelompok produsen yang selama ini tidak diuntungkan. Kedua, transparansi dan akuntabilitas. Ketiga, praktek dagang adil. Keempat, pembayaran harga adil. Kelima, memastikan tak ada pekerja anak. Keenam, Komitmen pada tak adanya diskriminasi dan penghargaan pada kesetaraan gender dan kebebasan berasosiasi. Ketujuh, kepastian pada kondisi kerja yang baik. Kedelapan, Peningkatan kapasitas. Kesembilan, promosi perdagangan adil. Kesepuluh, penghormatan pada lingkungan.

Lahirnya gerakan perdagangan adil atau Fairtrade oleh pengikut Max Havelaar kemudian disusul dengan dorongan membuat label dan sertifikasi produk perdagangan yang menjalankan prinsip Fairtrade. Saat ini, bukan hanya produk pertanian seperti kopi dan teh saja, tetapi juga kerajinan tangan. Bahkan paket wisata dengan label Fairtrade juga ada. Rasanya ini potensi bagi negeri ini. 

Memang, sebagai gerakan, sertifikasi dan praktek perdagangan, Fairtrade juga bukan tidak menuai kritik. Pada beberapa kondisi, tingkat kemahalan dari proses sertifikasi dan audit tahunan Fairtrade menyebabkan hanya sebagian kecil petani dapat menikmati keadilan perdagangan di dunia perdagangan yang kompetitif dengan konteks sistem Free Trade. Petani lain yang tidak berhasil mendapatkan sertifikasi Fairtrade tetap menjadi petani kecil yang miskin.

Max Havelaar lebih dari Fairtrade. Max Havelara lebih dari kemarahan pada kolonialisme. Max Havelaar mempengaruhi secara radikal pemikiran tentang relasi dan budaya perdagangan dunia dan kekuasaannya. Selain itu, tentu saja Max Havelaar adalah bagian penting dari sejarah kemerdekaan Indonesia dan sejarah kebijakan Belanda. 

Spirit perjuangan Max Havelaar seharusnya masih relevan untuk masa kini. Tentang proses partisipasi dalam relasi kuasa perdagangan. Tentang bentuk perekonomian dan perdagangan alternatif yang memastikan semua pemain mendapat keuntungan yang adil. Tentang tata perdagangan yang adil, beretika, dan bertanggungjawab. 

Kopi saya sudah dingin. Dan, rasanya saya harus mencari upaya untuk bisa kembali ke Takengon. Untuk mendapatkan kembali secangkir Sanger Gayo Takengon. Tapi secangkir tidaklah cukup untuk teman membaca ulang Max Havelaar. 

.




Baca juga:
Ingin Akun Kompasianamu Tervalidasi, Ini Caranya!
Tentang Gapura Pengantin dalam Adat Bali
3 Hal yang Membuat Manchester City Pantas Unggul Atas Liverpool

3 Alasan Pentingnya Penetapan Tersangka Pengaturan Skor

$
0
0

Brigjen (Pol) mengatakan bahwa tersangka pengaturan skor akan diumumkan minggu depan I Gambar : Kompas.com

"Minggu depan konstruksi hukumnya sangat jelas siapa-siapa saja yang akan ditersangkakan terkait masalah pidana dan alat bukti yang dimiliki penyidik" - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Gedung Rupatama Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (4/1/2019)

Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola terus bergerak dengan cepat. Pernyataan Brigjen (Pol) Dedy Prasetyo di atas seperti hendak menegaskan bahwa penanganan kasus match fixing atau pengaturan skor nasional akan memasuki babak baru.

Rencananya pekan depan, Satgas Antimafia bola akan menetapkan tersangka terkait kasus dugaan pengaturan skor dalam sepak bola nasional. Status kasus akan ditingkatkan dari penyelidikan menjadi penyidikan.

Dalam proses penyidikan ini, paling tidak ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, analisa alat bukti yang dimiliki dari hasil gelar perkara dianggap sudah memadai. Kedua, ada terduga yang akan ditetapkan sebagai tersangka.

Langkah cepat memang sudah dilakukan oleh Satgas. Sudah ada empat orang terduga yang sudah ditangkap oleh Satgas, yaitu; Johar Ling Eng (anggota Komite Eksekutif PSSI sekaligus Ketua Asosiasi Provinsi PSSI Jawa Tengah), Priyanto (mantan anggota Komite Wasit PSSI) beserta anaknya, Anik Yuni Sari, dan Dwi Irianto alias Mbah Putih (anggota Komisi Disiplin PSSI (nonaktif)).

Keempat orang ini diciduk sesudah Satgas mengembangkan laporan pengaturan skor yang terkuak dengan amat terbuka dalam acara Mata Najwa "PSSI Bisa Apa Jilid I & II".

Pecinta sepak bola nasional tentu menanti hasil kerja Satgas dan menunggu penetapan tersangka dari kasus ini. Meskipun terlihat sudah cukup terbuka---bahkan menganggap bahwa yang ditangkap itu adalah tersangka, namun penetapan tersangka secara resmi menjadi sungguh penting. Mengapa demikian? Paling tidak ada 3 (tiga) alasan yang dapat dikemukakan.

Pertama, penetapan tersangka akan menjadi pintu masuk untuk membuka tabir lain dari kasus pengaturan skor. Harus diakui masih ada berbagai pertanyaan di kasus ini, berkaitan dengan peran para terduga.

Contohnya, Polisi mengatakan bahwa Johar dan Dwi Irianto alias Mbah Putih berperan sebagai broker dalam pengaturan skor di Liga 3. Kedua orang penting PSSI ini menjadi perantara antara pemesan skor dan wasit yang dapat diajak 'kong kali kong' dengan klub sepakbola.

Jika itu benar dengan status sebagai tersangka, maka Satgas sudah dapat fokus untuk mengejar kira-kira siapa wasit atau pemain yang pernah terlibat dengan Johar dan Dwi. Jumlahnya diperkirakan cukup banyak.

Kedua, penetapan tersangka oleh Satgas akan mencambuk Komdis PSSI agar bekerja lebih keras lagi. Di mata pecinta bola, prestasi Satgas yang berkaitan dengan kasus ini sudah jauh meninggalkan PSSI. Jika PSSI baru menghukum "ringan" klub PSMP Mojokerto dan orang "kecil" Krisna Adi, maka Satgas sudah menangkap para aktor intelektual di balik dugaan pengaturan skor.

Secara internal PSSI bahkan belum berhasil membujuk anggota Exco, Hidayat, yang juga diduga terlibatu untuk memenuhi panggilan Satgas, Hidayat masih mangkir hingga saat ini.

Akan tetapi, juga harus diakui  bahwa PSSI sudah cukup kooperatif dengan mengutus Sekjen mereka, Ratu Tisha yang harus bolak balik berdiskusi dengan Satgas tentang penanganan kasus ini.

Pertanyaan menarik yang dapat diajukan adalah jika Johar Eng Ling benar-benar ditetapkan sebagai tersangka, apakah PSSI akan juga memberikan hukuman terhadap orang yang sama atau malah masih akan terus memberi bantuan hukum kepada yang bersangkutan seperti yang diberitakan oleh berbagai media selama ini?

Ketiga, penetapan tersangka menjadi simbol dari optimisme bahwa sepak bola nasional akan bersih di masa mendatang. Sejak dahulu kasus apapun yang terjadi di PSSI seperti dagaelan yang tak elok ditonton oleh para pecinta bola.

Contohnya, tahun 2015, ketika Bambang Suryo (BS) dihukum seumur hidup untuk tidak terlibat dengan aktivitas sepak bola nasional karena pengaturan skor oleh PSSI,  tahun 2018 BS tiba-tiba sudah muncul dan aktif lagi di sepak bola sebagai manajer Metro FC. Dikabarkan kasus BS sudah dipulihkan oleh PSSI. Absurd.

Eh, sekarang BS dihukum seumur hidup lagi, karena berani buka-bukaan di acara Mata Najwa. Mungkin hanya di PSSI, ada dua kali hukuman seumur hidup tidak boleh berkecimpung di sepak bola nasional pada orang yang sama. Benar-benar terlihat sebagai sebuah dagelan.

Kali ini sesudah Satgas Antimafia turun tangan, kita berharap hal itu tidak terjadi lagi. Ancaman hukuman penjara tentu akan berdampak pada aspek-aspek lain yang membuat karir orang itu di sepak bola benar-benar akan tamat, mati dan tidak bangkit lagi.

Jika bersih, maka kita dapat optimis  terciptanya momentum agar sepak bola nasional diisi oleh pelaku sepak bola yang benar-benar menjunjung semangat sportivitas di dalam dan di luar lapangan.

Artinya, selangkah demi selangkah pembersihan, dan perlawanan yang masif terhadap pengaturan skor di sepak bola nasional kita akan memberikan dampak baik bagi sepak bola dalam negeri. 

Sepak bola memang bukanlah tempat bagi para mafia. Sepak bola terlalu indah untuk diduduki dan diatur oleh mereka. Penjara adalah tempat terbaik bagi para mafia.




Baca juga:
[Foto] Warga Histeris Saat Kunjungan Presiden Jokowi di Ponorogo
Cerpen | Diceritakan Angin tentang Kota yang Hancur
Realitas Hukum di Era "Post Truth"

Budaya Saman Gayo dalam Jelajah Alam Leuser

$
0
0

Dokumentasi pribadiMenjelajah Kawasan Ekosistem Leuser penuh dengan sejuta cerita yang sulit untuk dilupakan. Seakan selalu terngiang di dalam kepala akan pengalaman singkat itu. Panorama hamparan pegunungan, lereng perbukitan, dan aliran sungai yang menyejukkan mata. Leuser bak sebuah rimba raya tak berbatas, tempat satwa langka dan endemik hidup besar tanpa campur tangan manusia.

Hutan rapat yang kaya keanekaragaman hayati di dalamnya sekaligus penopang kehidupan di sekitarnya. Leuser, hutan hujan tropis yang begitu luas dan masyhur ada di tanah Sumatera, bukti suburnya setiap jengkal tanah nusantara. Menjelajahnya seakan memberi tanpa Indonesia begitu luas dan majemuk masyarakat.

Keindahan alam Leuser begitu identik dengan Tarian Saman, tarian yang melegenda dan sudah terkenal hingga ke mancanegara. Seakan Tarian Saman jadi perlambangan Suku Gayo, suku yang sudah lama mendiami daratan tinggi Leuser. Budaya Gayo begitu kental dan mengakar kuat yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Beberapa bulan yang lalu, saya mendapatkan kesempatan unik untuk menyusuri alam Leuser dan menjelajah segala ragam budaya yang mereka miliki. Pengalaman pertama ke daratan Gayo terasa begitu istimewa saat diberikan kesempatan datang dan berkunjung langsung di sebuah Desa di bawah kaki Gunung Leuser. Lokasi terdekat bagi para pendaki tangguh yang ingin naik ke puncak Gunung Leuser. Desa itu bernama Agusen.

Tak lengkap rasanya ke Kawasan Ekosistem Leuser andai tak berkunjung ke Desa Agusen, memberikan pilihan destinasi unggulan. Pengunjung seakan merasakan berjalan di perkebunan serai wangi dan kopi yang terhampar luas, mencicipi segelas kopi dari aliran anak Sungai Alas. Semua terasa begitu syahdu setelah mandi di air aliran anak Sungai Alas dan disambut dengan hangatnya segelas kopi hangat Agusen.

Desa tersebut dulu terkenal dengan aktivitas penanaman tumbuhan yang terlarang pemerintah yaitu ganja (Cannabis sativa). Sulit medan dan jauhnya akses ke Kota Blangkejeren dalam menjual berbagai hasil alam seperti tomat, cabai, dan kopi seakan membuat masyarakat yang kurang pengetahuan menggunakan cara pintas. Mereka yang gelap mata pun menanam tumbuhan ganja karena punya nilai mahal meskipun risiko jeruji besi mengintai.

Namun kini Desa Agusen coba membersihkan diri dari anggapan desa ganja namun jadi desa ekowisata nan elok dikelilingi tebing menawan. Akses jalan pun mulus tanpa lubang, berbagai sentra pertanian dan persawahan warga dengan mudah bisa bisa bawa ke kota. Tumbuhan haram tersebut tidak pernah terdengar atau bahkan diingat kembali, seakan membangun kembali desa yang indah dengan penduduk nan ramah.

Kontur Alam Gayo Lues dan Desa Agusen yang menawan

Memang begitu pantas Gayo Lues merupakan disebut dengan negeri seribu bukit, hamparan pegunungan tinggi terhampar. Pada Kabupaten Gayo Lues ada sebanyak sebelas kecamatan yang di dalamnya terhimpun 253 desa.

Hampir sebagian besar topografi Gayo Lues identik dengan hutan hujan tropis dan pegunungan, masyarakat menggantungkan hidupnya dari budidaya pertanian dan hasil alam dari Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).Dokumentasi pribadiDesa Agusen berada berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser, jaraknya hanya 51 dari puncak Gunung Leuser. Ada lebih dari 200 kepala keluarga yang mendiami Agusen dengan latar belakang suku Gayo. Medan yang harus dilalui cukup berat dan berliku untuk bisa tiba di sana. Desa Agusen berjarak 40 kilometer dari Kota Blangkejeren, Namun tak perlu khawatir karena jalannya sudah beraspal dan mulus walaupun sedikit sempit.

Hingga sampailah di sebuah Desa Agusen, desa kecil di bawah himpitan pegunungan Leuser. Desa yang ada di lembah sempit, dibelah oleh anak Sungai Alas yang jernih dan alirannya terdengar seperti simfoni. Ada bukit cinta yang berdiri tegak di arah utara desa tersebut, dari atas seakan pengunjung bisa melihat secara jelas Desa Agusen yang elok. Padi yang menguning atau kebun kopi yang mulai ranum buahnya.

Masyarakat yang mendiami Agusen umumnya berasal dari Suku Gayo dan sedikit campuran dari Suku Batak dan Jawa. Mereka sangatlah menjunjungi tinggi adat dan istiadatnya yang sudah ada turun-temurun. Budaya para leluhur yang terus dilestarikan sekaligus berkesinambungan dengan alam Leuser, penopang hidup masyarakat sekitar.

Budaya Saman lintas zaman yang mengakar kuat

Pengalaman ke Leuser begitu identik dengan masyarakat Suku Gayo, mereka menunjung tinggi adat dan budaya para leluhur. Ada banyak keunikan yang lahir di tanah mereka, tentu saja Tarian Saman yang telah mendarah daging bagi masyarakat di sana. Sejak pertama sekali diperkenalkan Syekh Saman dalam berdakwah dan mengenalkan ajaran agama Islam di tanah Gayo.

Anak-anak di Gayo Lues sejak kecil sudah terbiasa dan sangat telaten di setiap gerakan dari  Tarian Saman.  Seakan menjadikan tarian penyambut berbagai simbol dakwah ajaran islam. Budaya Tarian Saman akan terus dilestarikan hingga ke anak cucu kelak sebagai warisan budaya masyarakat Gayo.

Saya seakan bisa melihat anak-anak di sana dengan memperagakan Tarian Saman dari dekat. Seakan tetap mempertahankan jati diri budaya dan identitas mereka sebenarnya. Mereka berlatih siang dan malam, melatih kekompakan tim sampai terbentuk ritme irama yang sesuai dengan anjuran syekh. Sesuai dalam norma di dalam tarian itu yang mencerminkan sifat sopan santun, kekompakan, nilai agama, dan kepahlawanan.

Pakaian penarinya berwarna dengan kombinasi hitam, kuning, dan merah jadi ciri khas Suku Gayo. Tanpa ada iringan alat musik namun hanya menggunakan suara dan tepuk tangan penari dengan kombinasi menepuk dada serta pangkal paha.

Pemain Saman berjumlah ganjil dengan dua orang yang memberikan aba-aba setiap gerakan. Semua gerakan itu begitu padu dan kompak, Syekh sangat perhatian melihat gerakan para penari dan melantunkan syair-syair Saman nan merdu.

Pada tahun lalu, Tarian Saman berhasil memecahkan rekor yang melibatkan 10.000 penari. Jumlahnya bertambah sampai hari H pelaksanaan acara, tercatat ada 12.262 ribu penari dari penjuru Gayo ikut serta dalam pemecahan rekor fenomenal tersebut. Setiap gerakan Tarian Saman punya makna filosofi mendalam khususnya menjaga nilai agama, kearifan lokal budaya, dan alam setempat.

Saya pun harus mengakhiri perjalanan singkat di sana, seminggu waktu yang pendek buat dijalani. Pengalaman tak terlupakan saat di Leuser dan Desa Agusen seakan menyimpan sejuta cerita yang saya simpan di dalam memori.

Tarian Saman dari anak-anak Agusen di sana seakan begitu membekas, di tengah era globalisasi mereka tetap menjunjungi tinggi budayanya. Membekas jadi goresan kumpulan kata dan tulisan bahwa Indonesia begitu memesona akan alam, budaya, dan masyarakatnya.




Baca juga:
Avanza-Xenia 2019 Cuma Gitu Aja, Yakin?
[Foto] Warga Histeris Saat Kunjungan Presiden Jokowi di Ponorogo
Cerpen | Diceritakan Angin tentang Kota yang Hancur

Bagaimana Jika Sepeda Motor Diberlakukan Sistem Ganjil-Genap?

$
0
0

Sejumlah petugas Dinas Perhubungan DKI Jakarta berjaga-jaga di lokasi uji coba penerapan sistem ganjil-genap di Jalan DI Panjaitan, Jakarta Timur, Senin (2/7/2018) (STANLY RAVEL/Kompas)

Sepanjang musim libur Natal dan Tahun Baru 2019 tiba-tiba ada yang berbeda dengan wajah Jakarta: langit biru dan udara segar bisa dinikmati dengan cuma-cuma.

Tentu ini bukan tanpa alasan, karena sejumlah sumber polutan yang selama ini mengungkung Jakarta meninggalkan kota sementara waktu. Tetapi setelah masa libur selesai, rasa-rasanya semua akan kembali seperti sedia kala.

Namun, melalui ditandatanganinya Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 155 Tahun 2018 tentang pembatasan lalu lintas dengan sistem ganjil-genap oleh Gubernur Anies Baswedan, artinya kebijakan ganjil genap untuk mobil pribadi diperpanjang tanpa batas waktu. Memang pengaruhnya secara langsung tidak terasa, tapi setidaknya dengan kebijakan ganjil-genap tersebut bisa sedikit mengurangi kejamnya macet di Ibukota.

Menurut Anies, mengutip dari Harian Kompas (1/1/2019) mengatakan, kebijakan yang akan didorong sebenarnya adalah memperbanyak warga yang menggunakan moda transportasi umum massal.

Hal inipun sejalan dengan meningkatnya penumpang Transjakarta sebesar 31 persen pada 2018 dengan melayani 189,77 juta pelanggan. Pencapaian prestasi tersebut, menurut Direktur Utama Transjakarta Agung Wicaksono, didukung dengan penambahan rute sebanyak 33 menjadi 155 di akhir 2018 dari yang sebelumnya hanya 122 layanan di tahun 2017.

Akan tetapi tiba-tiba saja muncul wacana tentang pembatasan pengguna sepada motor di Jakarta. Bagaimana jika sepeda motor juga diberlakukan sistem ganjil-genap?

Selain karena pengguna sepada motor sudah sangat banyak. Dari laporan yang dikeluarkan Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) merilis, ekitar 80 persen komposisi dari sekitar 16 juta kendaraan di kawasan DKI Jakarta dan sekitarnya sepeda motor. Lebih dari 50 persen perjalanan warga di DKI Jakarta menggunakan sepeda motor.

Melihat persentase angka tersebut, data yang dimiliki Kepolisian Daerah Metro Jaya telah mencatat: sepanjang Januari-November 2018 terdapat 5.400 kejadian kecelakaan lalu lintas, sekitar 4.255 kecelakaan melibatkan sepeda motor.

Tetapi bagi Hafid Sirad yang setiap hari menggunakan sepeda motor dari dan ke Jakarta menolak jika ganjil-genap diberlakukan. Menurutnya itu tidak adil, meskipun jika kebijakan tersebut benar diujicobakan. Ada dua alasan mendasar mengapa ia menolak, (1) menurtutnya kalau sepeda motor bukan penyebab utama dari kemacetan. Setelah itu, (2) fasilitas jalan untuk mobil sudah banyak disediakan oleh pemerintah, seperti jalan tol.

Baca juga: "Say No to Ganjil Genap untuk Motor"

Lalu sudah ada jalur cepat dan jalur lambat. Sudah begitu Hafid Sirad kembali menegaskan, jalur cepat diperuntukan untuk mobil, tidak untuk motor.

"Jalur lambat? Dijalur ini motor masih harus juga berbagi dengan mobil. Dan seringnya motor malah dipinggirkan," lanjutnya.

Jika mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang manajemen dan rekayasa, analisis dampak serta kebutuhan manajemen kebutuhan lalu lintas, sebenarnya pembatasan sepeda motor sesuai dengan undang-undang bisa dilakukan dari pemberlakuan jalur khusus, penutupan jalan untuk sepeda motor, atau menaikkan tarif parkir.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskannya di Jakarta, Kamis (3/1/2018). "Solusinya bukan di pembatasan motor kok. Solusinya itu pada lebih banyak naik kendaraan umum. Ini adalah solusi antara. Jadi solusi antara cukup sampai mobil saja," katanya.

Memang masih perlu ada kajian mendalam lagi perihal penggunaan sepeda motor dibatasi dalam aturan ganjil genap di DKI Jakarta. Namun, bukankah kalau kita masih rindu dengan Jakarta dengan udara segar dan langit biru cerah ini bisa jadi solusi alternatifnya? Bagaimana menurut Kompasianer?




Baca juga:
Lewotana, Perekat Persatuan dan Toleransi Orang Lamaholot
Avanza-Xenia 2019 Cuma Gitu Aja, Yakin?
[Foto] Warga Histeris Saat Kunjungan Presiden Jokowi di Ponorogo

Kenapa Pasien yang Mengalami Stroke Berulang Sering Bicara Ngawur?

$
0
0

Sistem Lymbica otak (dok.pri)"Kenapa ayah saya suka bicara ngawur, dok? Saya mau kasih makan, katanya mau kasih racun. Anak saya mau mengajak main, malah dibentak, katanya mau mencekik. Tetapi terkadang diam sekali atau terkadang normal." Tanya seorang teman yang ayahnya berusia 60 tahunan sudah terkena "stroke" untuk kedua kalinya.

Awalnya hanya darah tinggi biasa di 160-190 mmHg sistole, tetapi kontrol darahnya tidak teratur, belakangan tangan dan kaki kanan lemah, dapat berjalan tetapi pincang, lalu dirawat 5 hari dan dapat berjalan normal kembali sebulan kemudian dengan bantuan fisioterapi dipijat dan disinari "infra red" dan latihan gerakan.

Tetapi setelah merasa "normal" lagi, kebiasaan tidak makan obat darah tinggi dan pengencer darah kambuh lagi. Alasannya terkadang lupa kontrol atau pergi ke luar kota dan tidak sempat kontrol, sehingga setahun kemudian kurang lebih, kena serangan "stroke" keduanya. Sistem Lymbica otak (dok.pri)Seperti biasa kelumpuhannya bertambah berat, perawatannya di rumah sakit lebih lama, penyembuhan lemas di tangan dan kakinya menjadi 2 bulanan dan ada gejala tambahan itu tadi, bicara ngawur.

Jawaban saya kurang lebih begini, penyebab "Stroke" ada yang pembuluh darah otaknya tersumbat oleh emboli (gumpalan sel dan kolesterol yang beredar di darah), ada yang tersumbat oleh penebalan di pembuluh darah itu sendiri oleh proses aterosklerosis dan ada yang terjadi karena pembuluh darahnya pecah.

Apapun mekanismenya, selalu ada sel-sel otak yang mati kalau terjadi "stroke", kelemahan otot, sensoris ataupun fungsi luhur tergantung lokasi yang terkena.

Fungsi luhur ada di tengah-tengah otak, biasanya mencakup ingatan, moralitas, kemampuan intelektual, emosi dan hal-hal yang bersifat kerohanian lainnya, biasanya akan tertekan kalau ada kurang lebih 100 cc pembengkakan di otak akibat adanya proses edema jaringan selama "stroke".

Pasien dapat saja pelupa, ngawur, menjadi tidak sopan bicaranya, suka marah-marah dengan atau tanpa sebab maupun menangis sendiri.

Cara mengatasinya tetaplah mengendalikan tekanan darah ideal dibawah 135/85 mmHg, dengan obat hipertensi (Calcium cannel blocker, ARB, ACE inhibitor, diuretik, penghambat beta maupun penghambat tekanan darah central), aspirin sebagai pengencer darah, anti kolesterol, diuretik, bila perlu obat penenang dan antideperesi. Fisioterapi juga dapat mempercepat pemulihan gerakan, tetapi sebaiknya dilakukan saat tekanan darah sudah normal.

Psikiater maupun psikolog dapat dilibatkan kalau bicara ngawur dan gangguan kejiwaan atau ingatan setelah serangan ulangan "stroke" ini tidak berkurang bahkan bertambah-tambah setelah secara fisik si pasien relatif stabil.

Maka dari itu pola hidup sehat harus dijaga untuk masyarakat yang sudah 40 tahun atau lebih, jika sudah ada gejala darah tinggi atau kencing manis, makanlah obat secara teratur dan jangan sering menganggap diri "sudah sehat".Sumber : facebook.com/Kompal




Baca juga:
Ingin Akun Kompasianamu Tervalidasi, Ini Caranya!
Lewotana, Perekat Persatuan dan Toleransi Orang Lamaholot
Avanza-Xenia 2019 Cuma Gitu Aja, Yakin?
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live