Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

Melihat Keberadaan "Pajak" di Medan yang Masih Tetap Eksis

$
0
0

Ilustrasi suasana tawar menawar di pasar tradisional. Foto : James P Pardede

Di tengah gempuran supermarket dan kehadiran hypermarket di kota Medan, Sumatera Utara, pasar tradisional masih menjadi pilihan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasar tradisional di Kota Medan masih tetap eksis di beberapa tempat dan tersebar di 21 Kecamatan di Kota Medan. Pasar tradisional baru pun masih ada yang muncul di beberapa titik di Kota Medan.

Jangan terkejut kalau datang ke Medan, Anda diajak oleh teman atau sahabat Anda ke "pajak". Kata "pajak" di kota Medan adalah sebutan untuk pasar tradisional. Jadi jangan salah mengerti, bila Anda diajak ke "pajak", bukan berarti Anda diajak untuk urusan bayar pajak, tetapi itu artinya Anda diajak ke pasar.

Pelaku pasar dan pedagang di pasar tradisional di Kota Medan terdiri dari etnis Batak, Melayu, Mandailing, Minang dan Bugis, namun dominasi etnis Tionghoa sangat kentara terutama di pasar-pasar tertentu. 

Beberapa pasar di Medan ada juga yang sudah ditertibkan karena berjualan dibadan jalan. Pedagang yang tergusur itu sekarang dipusatkan di Pasar Induk Lau Cih arah ke Pancur Batu, Deli Serdang. Banyak pedagang yang akhirnya belanja ke pasar induk untuk kemudian dijual kembali di pasar tradisional lainnya di Medan.

Dari Anjangsana dan jalan-jalan ke beberapa "pajak"di Medan, kita bisa menyaksikan secara langsung bagaimana aktivitas dan interaksi warga yang terdiri dari beragam etnis itu berbaur dan menyatu di keriuhan pasar. Dari Amatan ke beberapa pasar tradisional, berikut ini adalah beberapa pasar khusus yang pedagang dan pembelinya terbilang didominasi oleh etnis Tionghoa. Mulai dari pasar Sambas yang berada di Jalan Sambas, sangat dekat dengan Tugu Tirtanadi Jalan SM Raja Medan.

Di pasar Sambas akan terdengar percakapan khas etnis Tionghoa yang datang dari berbagai penjuru Kota Medan, beberapa dari pengunjung pasar terbilang sangat sering mampir sekadar menikmati kopi sembari bersilaturahmi dengan kerabat. Keharmonisan antar warga berbeda etnis dan agama, juga terekam di pasar ini. Tak jarang seorang warga etnis Tionghoa terdengar berbahasa Batak, berbincang dengan pedagang lainnya. Terasa tak ada sekat diantara mereka yang berbeda etnis.

Perjalanan berlanjut ke Pasar Hindu di Jalan Hindu atau Perdana Medan. Pasar ini tidak terlalu luas dan hanya buka sampai siang hari saja. Lokasi pasar tradisional ini sangat dekat dengan kawasan Kesawan Medan dan Pajak Ikan Lama Medan (tempat pedagang berjualan tekstil). Pasar tradisional lainnya yang pernah dikunjungi penulis dan berbelanja kebutuhan pokok di pasar ini, namanya adalah pasar Meranti yang berada di Jalan Meranti Medan.

Lokasi pasar ini sangat dekat dengan Medan Fair Plaza dan berada di kawasan pemukiman etnis Tionghoa. Tak jauh dari Pasar Meranti, ada Pasar Petisah yang lebih akrab disebut Pajak Petisah. Di sini, boleh dibilang pedagangnya berasal dari berbagai etnis termasuk etnis Tionghoa.

Pasar tradisional lainnya yang didominasi etnis Tionghoa adalah pasar Hongkong yang lokasinya satu kawasan dengan Hongkong Plaza atau gedung Hotel Soechi Jalan Cirebon Medan. Ada juga pasar Beruang yang lokasinya di Jalan Beruang dan sangat dekat dengan Jalan Madong Lubis Medan. Kemudian pasar Bengkok yang lokasinya di Jalan Aksara, Pasar Singa di Jalan Pukat dan Pasar Timah di Jalan Timah Medan.

Pasar Titi Kuning di Jalan Brigjen Katamso yang lokasinya berada dekat dengan pembangunan Jalan Underpass dan ke arah Deli Tua. Pasar ini sedang bersolek dan dalam waktu dekat akan menjadi pasar modern bernama Pasar Tikung.

Kemudian ada Pasar Sunggal, di kawasan pasar ini setiap pagi sangat ramai karena dekat dengan sekolah Sultan Iskandar Muda dan sekolah Brigjen Katamso. Kebanyakan orang yang datang berbelanja ke lokasi ini karena sekalian antar anak ke sekolah. Menyikapi keberadaan pasar tradisional di kota Medan, berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber ada sekitar 52 pasar tradisional di bawah naungan PD Pasar Kota Medan. Keberadaan pasar tradisional ini sebagian besar dan harus diremajakan karena kondisinya sudah sangat kumuh.

Beberapa pasar tradisional di kota Medan, masih menjadi sorotan karena sering menimbulkan kemacetan lalu lintas. Untuk atasi masalah ini, PD Pasar bersinergi dengan jajaran pemerintah untuk penertiban pasar yang berjualan sampai ke badan jalan.

Siapa pun mengakui kalau pasar tradisional tidak akan lekang oleh jaman, "pajak" di Medan pun masih tetap eksis sampai sekarang.




Baca juga:
Puisi | Mengerakahi Sabda Senja
Balada Warung Murah Pinggiran Kota
Saat Superclasico "Go International"

Ayo, Ceritakan Potensi UMKM di Pelosok Negeri Versi Kamu!

$
0
0

image-berita-admin-alt-2-rev1211-1-5be8f3636ddcae2dfa444552.jpg

Keberadaan UMKM memegang peranan penting sebagai penggerak roda perekonomian nasional. Tercatat, UMKM mampu menyumbang ke Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 60,34 persen, sekaligus menyerap tenaga kerja hingga 97 persen.

Dengan luasnya wilayah Indonesia dengan karakteristiknya masing-masing, setiap daerah berpotensi memiliki keunggulan produk UMKM-nya tersendiri. Dalam perkembangannya, UMKM diharapkan bisa membawa dampak positif terhadap perekonomian ataupun sosial.

JNE sebagai perusahaan jasa kurir ekspres dan logistik sangat mendukung perkembangan UMKM hingga ke pelosok negeri. Saat ini, JNE memiliki 8 wilayah regional yaitu Sumatera, Jakarta, Bodetabekcil (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cilegon), Jabar, DIY-Jateng, JTBNN (Jawa Timur, Bali, NTT,NTB), Kalimantan, Sulampapua (Sulawesi, Ambon, Papua) yang terus berkomitmen menghadirkan layanan bagi penggunanya.

Apakah Kompasianer punya cerita unik dan menarik seputar pelaku pelaku usaha UMKM yang ada di daerah atau lingkungan sekitarmu? Ayo ceritakan keunikan tersebut dalam blog competition "Melihat Potensi UMKM di Pelosok Negeri" yang diadakan oleh JNE bersama dengan Kompasiana. Sebelum ikutan nulis, pastikan kamu simak informasi syarat dan mekanismenya berikut ini ya.

SYARAT & KETENTUAN

  • Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di Kompasiana.com
  • Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat), dan tidak sedang dilombakan di tempat lain)
  • Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana

MEKANISME

  • Tema besar: Melihat Potensi UMKM di Pelosok Negeri
  • Kompasianer diminta untuk menuliskan cerita atau profil pelaku usaha UMKM di daerah atau lingkungan sekitar Kompasianer. Selain itu juga mengulas tentang dukungan JNE sebagai industri logistik dalam menumbuhkan potensi pelaku usaha dengan menghadirkan layanan ke seluruh wilayah Indonesia
  • Periode: 12 November -- 8 Desember 2018
  • Tulisan tidak lebih dari 1.500 kata
  • Peserta wajib mencantumkan label potensiUMKMIndonesia dan JNE28Tahun dalam setiap tulisan, serta label regional yaitu:
    • Label UMKMSumatera untuk wilayah Sumatera
    • Label UMKMJakarta untuk wilayah Jakarta
    • Label UMKMBodetabekcil untuk wilayah Bodetabekcil (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cilegon)
    • Label UMKMJabar untuk wilayah Jawa Barat
    • Label UMKMDIYJateng untuk wilayah Jabar, DIY-Jateng
    • Label UMKMJTBNN untuk wilayah JTBNN (Jawa Timur, Bali, NTT,NTB)
    • Label UMKMKalimantan untuk wilayah Kalimantan
    • Label UMKMSulamPapua untuk wilayah Sulampapua (Sulawesi, Ambon, Papua)
  • Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba tidak bisa diikutkan lomba
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
  • Pemenang akan diumumkan setelah 14 hari kerja periode lomba usai

Note: Blog competition ini dibuka untuk umum, dan nantinya akan dipilih 8 pemenang artikel regional dari masing-masing 8 regional JNE. Dari delapan artikel pilihan itu kemudian akan dipilih 3 artikel favorit yang berkesempatan mendapatkan hadiah paket wisata ke Labuan Bajo dan uang tunai. 

HADIAH 

  • 8 pemenang dari 8 regional: hadiah uang tunai @ Rp 2.000.000,-
  • Grand prize 3 artikel dari 8 regional: hadiah paket wisata ke Labuan Bajo + uang saku

Note: 

  • Keberangkatan ke Labuan Bajo, meeting point di Jakarta 
  • Transport tiket pesawat dari wilayah regional masing-masing pemenang ke Jakarta akan ditanggung oleh JNE

Bagi tiga pemenang artikel favorit diharapkan untuk menuliskan 1 artikel yang menceritakan pengalaman saat pergi liburan ke Labuan Bajo bersama JNE.

Seru, ya! Ayo, segera kirimkan cerita terbaik Anda dan menangkan hadiahnya! Untuk mengikuti event Kompasiana lainnya, silakan kunjungi halaman ini. (GIL)




Baca juga:
[Video] Ekspedisi Sosial di Kota Tual, Maluku
Puisi | Mengerakahi Sabda Senja
Balada Warung Murah Pinggiran Kota

Hal-hal yang Membahayakan Pengguna Jalan

$
0
0

Ilustrasi: megapolitan.kompas.comSebagai pemakai jalan, kita semua pasti berharap perjalanan kita semua lancar dan selamat sampai tujuan. Bagi para karyawan misalnya, harapannya perjalanan dari rumah ke kantor lancar jaya tanpa ada gangguan dan kemacetan hingga selamat sampai lokasi bekerja. Begitu pula sebaliknya ketika pulang ke rumah. Bagi siswa dan mahasiswa yang hendak menuju sekolah atau kampus juga berharap hal yang sama.

Dalam menempuh perjalanan ke tempat tujuan kita dapat berjalan kaki atau mengendarai kendaraan pribadi ataupun menumpang berbagai macam moda transportasi. Kendaraan apa saja kita temui di jalan-jalan yang kita lewati.

Sangat menakjubkan melihat begitu sibuknya jalan-jalan terutama jalan raya atau jalan arteri di kota-kota besar. Setiap orang punya urusan masing-masing yang berbeda-beda di mana mereka melewati jalan yang sama.

Ada pegawai negeri, pelajar, mahasiswa, pegawai swasta, bos suatu perusahaan yang hendak meeting dengan klien, ibu-ibu yang mau ke salon atau arisan, pedagang asinan yang hendak pindah lokasi jualan dari pasar ke kompleks perumahan di pinggiran kota, petugas logistik yang hendak mengirimkan barang, atau mungkin seorang pengangguran yang hendak melamar pekerjaan di sebuah toko roti.

Saya suka mengamati perilaku orang lain dalam berlalu lintas selama di perjalanan baik ketika sedang berkendara atau naik kendaraan umum atau transportasi online. Hal yang menarik perhatian saya adalah di antara para pengendara ada yang sudah tertib berlalu lintas, tapi ada saja yang kurang mematuhi tata tertib berlalu lintas, cenderung seenaknya sendiri atau ugal-ugalan yang bisa merugikan pengendara lain.

Tulisan ini merupakan sejumlah hasil pengamatan saya mengenai perilaku berlalu lintas sebagian masyarakat, khususnya yang berpotensi membahayakan diri sendiri dan orang lain. Mungkin tidak semua pengamatan saya tercantum dalam tulisan ini karena saya menuliskan apa yang terbersit dalam pikiran saya ketika sedang menulis tulisan ini.

Tidak hanya pengendara kendaraan bermotor, perilaku pejalan kaki pun saya tuangkan ke dalam tulisan ini. Juga ada prasarana di jalan umum yang berpotensi mencelakakan pengendara kendaraan bermotor. Berikut highlight sebagai pratinjau konten tulisan ini:

  1. Pejalan kaki yang mendadak menyeberang jalan
  2. Sepeda motor yang sarat dengan barang
  3. Pengendara motor yang berteduh di bawah jalan layang
  4. Pengendara kendaraan bermotor yang menyalakan sein yang salah atau belok tanpa lampu sein atau menyalakan lampu sein tepat ketika akan belok
  5. Angkot yang mendadak berhenti menurunkan atau mengangkut penumpang
  6. Kendaraan yang tetap melaju kencang kala rombongan kendaraan ber-vorijder lewat
  7. Pengendara yang saling berbincang di jalan raya
  8. Polisi tidur yang tidak sesuai standar

Pejalan kaki yang mendadak menyeberang jalan

Sebagian pejalan kaki sudah benar menyeberang jalan di tempat yang benar, yaitu di zebra cross, pelican crossing atau jembatan penyeberangan, tetapi sebagian lainnya menyeberang tidak di tempat semestinya. Kalangan yang terakhir disebut ini sering menyeberang sendiri atau berkelompok, dengan melambaikan atau mengangkat tangan ke atas atau mengangkat benda yang mereka bawa sebagai isyarat untuk menyeberangi jalan.

Untuk pejalan kaki yang sudah benar, misalnya di zebra cross, kadang ada penyeberang jalan yang nekat menyeberang ketika kendaraan belum berhenti sepenuhnya. Kadang malah ada yang berlari yang membahayakan dirinya maupun pengendara kendaraan bermotor.

Karena berlari, penyeberang jalan yang melewati zebra cross tertabrak oleh mobil. Hal ini saya pernah saya lihat ketika melintas di sebuah jalan raya. Ini karena pengendara mobil yang jalurnya berdekatan dengan pulau jalan tidak mengetahui ada pejalan kaki yang menyeberang dengan berlari.

Beruntung pengendara mobil dengan sigap mengerem mobilnya. Namun pemakai jalan itu sempat terlempar ke arah depan mobil. Syukurlah secara fisik nampaknya penyeberang jalan itu baik-baik saja. Ia mampu berdiri dan berjalan. Tetapi saya tidak mengetahui bagaimana para penumpang mobil tersebut. Semoga tidak ada ibu-ibu hamil atau balita atau lansia di dalam mobil itu.

Dewasa ini pelican crossing banyak tersedia di jalan raya di kota-kota besar. Pelican crossing adalah zebra cross yang dilengkapi dengan fitur tambahan sehingga lebih aman. Pada pelican crossing ada isyarat lampu dan suara baik bagi penyeberang jalan maupun pengendara kendaraan bermotor. Informasi mengenai perbedaan pelican crossing dan zebra cross bisa dibaca di sini.

Sepeda motor yang sarat dengan barang

Sebagian pengguna sepeda motor adalah pedagang yang mengangkut barang dagangannya dengan tas yang diletakkan di jok bagian belakang yang disebut rengkek atau obrok atau ronjot. Tas tersebut berbahan karung, kain atau plastik.

Kadang ada yang berbentuk seperti rak besi, biasanya untuk mengangkut galon air mineral atau tabung gas. Kadang ada juga yang berupa keranjang bambu, biasanya untuk mengangkut buah atau sayur. Ada juga yang berbentuk semacam rak berbahan bambu yang umumnya digunakan pedagang sayur keliling.

Ada juga yang berbentuk gerobak yang dipasang di jok belakang motor yang biasanya digunakan oleh pedagang makanan keliling misalnya bakso, roti, bubur ayam, dan lain-lain.

Pengendara jenis ini sebagian ada yang sudah berkendara dengan baik tetapi ada juga yang kurang baik. Kadang saya tidak habis pikir dengan perilaku mereka. Misalnya ketika melewati celah antara dua mobil atau celah antara trotoar dan bus atau truk.

Mereka mengira membawa sepeda motor yang memungkinkan untuk melewati celah atapun zig zag. Memang benar mereka mengendarai motor, namun mereka mungkin tidak menyadari bahwa muatan yang mereka bawa membuat kendaraan mereka menjadi lebar. Bahkan mungkin bisa menyamai lebar mobil. Tidak mungkin mereka dapat melewati celah tersebut.

Tetapi sebagian dari mereka ini berperilaku tidak peduli. Dengan lihainya mereka berusaha melewati celah tersebut. Meskipun berhasil, tindakan mereka sangat membahayakan dirinya dan pengendara lain. Bagaimana jika muatan di belakangnya menyenggol kendaraan lain, motor misalnya, yang bakal goyah jika tersenggol.

Kerap saya temui spion yang terpasang tidak berguna karena terhalang muatan gerobak. Kadang badan spion terpasang tetapi tidak terdapat kaca cermin. Saya juga pernah menemui sepeda motor bermuatan gerobak yang menutupi seluruh bagian belakang motor hingga lampu indikator rem dan lampu sein tertutup sama sekali.

Kalau yang ini sangat berbahaya apalagi bila malam hari. Bila Anda kebetulan berada di belakangnya maka harus ekstra waspada. Kadang isyarat berbelok menggunakan tolehan kepala mereka. Jika menoleh ke kanan artinya ia hendak belok kanan, begitu jika hendak belok kiri ia akan menoleh ke kiri.

Saya pribadi selalu waspada jika berjumpa dengan kendaraan seperti ini terutama yang membawa muatan gerobak. Salah satu dari mereka ini diduga menjadi penyebab kecelakaan yang pernah membuat adik ipar saya beberapa tahun lalu mengalami kecelakaan lalu lintas.

Ia terjatuh dari motornya hingga mengalami pendarahan otak dan dirawat di sebuah rumah sakit selama dua kali selama dua minggu. Pemulihan ingatannya sendiri perlu waktu berbulan-bulan lamanya bahkan hingga lewat setahun.

Pengendara motor yang berteduh di bawah jalan layang

Jika hujan turun, Anda yang pernah melewati jalan raya di kota-kota besar mungkin pernah menjumpai sebagian pengendara motor yang memilih berteduh di jalan layang. Awalnya satu motor datang untuk berteduh, tidak lama datang motor berikutnya dan seterusnya hingga akhirnya mereka menutup satu lajur atau bahkan lebih sehingga menciptakan bottle neck parah.

Segera, jalan yang sebelumnya lancar menjadi macet, bahkan pernah sangat parah. Ini karena ada sebagian pengendara motor yang berperilaku demikian. Bila mereka berteduh sebentar untuk mengenakan jas hujan hal itu tidak masalah.

Tetapi ada beberapa dari mereka yang bahkan telah mengenakan jas hujan tetap berlindung di sana. Apalagi mereka yang tidak punya jas hujan, mereka akan bertahan di sana hingga hujan reda. Kadang ada yang masih bertahan berteduh walau hujan sudah mereda alias rintik-rintik saja.

Saya belum dapat memahami tindakan mereka yang berdampak kemacetan luar biasa di jalan. Bahkan ketika diklakson pun mereka seakan tidak memedulikannya. Mereka tidak menyadari bahwa selain kemacetan parah, ada hal negatif lainnya yaitu kecelakaan lalu lintas yang merugikan pengguna jalan lainnya.

Jika mereka belum memiliki jas hujan, saya kira penjual jas hujan kini semakin banyak. Bahkan saya lihat ada chainstore yang juga menjual jas hujan dengan harga cukup terjangkau. Saya jadi ingat salah seorang kawan yang enggan membeli jas hujan karena di motornya tidak tersedia tempat menyimpan barang. Kala saya memberi masukan supaya jas hujan dimasukkan ke dalam kantong plastik, ia juga tidak menanggapinya.

Mungkin para pengendara motor itu berpikiran sama dengan salah seorang kawan saya itu bahwa membawa jas hujan membuat repot, apalagi jika mengenakannya kala hujan datang bisa dobel repotnya.

Jas hujan memang repot, tetapi bukankah dengan berteduh di bawah jalan layang malah membuat repot ratusan atau bahkan ribuan pemakai jalan lainnya? Jika pemahaman mereka benar demikian, saya menurut saya mereka kurang memiliki tenggang rasa antar sesama pemakai jalan umum. 

Pengendara kendaraan bermotor yang menyalakan sein yang salah atau belok tanpa lampu sein atau menyalakan lampu sein tepat ketika akan belok

Sebagian pengendara motor ada yang berniat belok ke kanan atau ke kiri tetapi menyalakan lampu sein atau riting yang berlawanan arah. Sebagian dari kita mungkin kerap menuduh emak-emak yang berperilaku demikian sampai-sampai muncul meme doa agar ketika di jalan tidak menemui emak-emak yang keliru menyalakan lampu sein.

Tetapi jangan hanya menuduh emak-emak karena sebagian pria pun juga berperilaku demikian. Beberapa kali saya menjumpai pengendara pria yang keliru menyalakan lampu sein. Juga tidak hanya motor, mobil pun ada juga yang demikian. Tetapi karena biasanya kaca mobil gelap, tidak terlihat apakah pengemudinya seorang emak-emak atau seorang pria.

Terkadang ada pengendara kendaraan yang bermaksud belok kanan atau kiri tetapi enggan menyalakan lampu sein, atau menyalakan lampu sein sesaat sebelum belok. Nah, ini lebih berbahaya lagi bagi pengendara kendaraan lainnya. Apalagi jika mendadak belok, ini sangat membahayakan kendaraan di samping atau belakang kendaraan tersebut.  

Saran dari Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) mengenai cara berbelok yang baik bisa kita ikuti untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan. Anda bisa membacanya di sini.

Saya pernah beberapa kali menjumpai mobil yang tidak menyalakan lampu sein ketika belok atau pindah lajur di jalan raya. Salah satu yang saya ingat adalah sebuah mobil yang berpindah lajur secara mendadak dari lajur yang berdekatan dengan pulau jalan hingga ke deretan pertokoan di seberang jalan. Sekitar empat lajur ia lewati tanpa sekalipun menyalakan lampu sein, membuat saya yang berada di belakangnya harus sport jantung.

Saya juga ingat dulu ketika lepas kuliah pernah terlibat dalam kecelakaan gara-gara pengendara lain belok mendadak dan tanpa sein. Suatu hari saya dalam perjalanan pulang menaiki motor butut melewati suatu jalan raya. Saya sudah berada di lajur paling kiri karena memang motor yang saya kendarai tidak bisa berlari cepat.

Ketika sedang melaju, tiba-tiba dari arah kanan saya muncul sebuah motor sport yang dikendarai oleh seorang pria yang memotong jalur saya, bermaksud hendak belok di sebuah gang kecil di sisi kiri jalan. Motor sport itu sebelumnya tidak terlihat sama sekali dari spion motor saya. Saya sontak terkejut dan secara refleks membanting motor saya ke kiri, membuat saya masuk ke gang tersebut.

Kejadiannya berlangsung begitu cepat. Motor sport itu sempat menabrak badan motor butut saya, membuatnya terguncang dan roboh seketika. Pria itu tertimpa motornya sendiri tepat di mulut gang tapi syukurlah ia tidak mengalam cedera berarti.

Saya ingat ketika motornya diangkat oleh warga, mesinnya dalam kondisi menyala. Saya tidak melihat lampu sein yang menyala artinya ia belok begitu saja tanpa isyarat. Tapi ia bersikukuh mengatakan bahwa ia menyalakan lampu sein. Masalah kami waktu itu selesai dengan dibantu warga setempat. Menurut saya pengendara motor sport itu berperilaku tidak sportif, berbuat salah tetapi keukeuh tidak mengakuinya.

Angkot yang mendadak berhenti menurunkan atau mengangkut penumpang

Bila menyusuri jalanan kota-kota besar, kita perlu waspada dan berhati-hati jika kebetulan posisi kendaraan kita berada tepat di belakang angkot. Tak jarang pengemudinya membelokkan angkot ke tepi jalan atau menghentikan angkotnya secara mendadak untuk menurunkan penumpang atau menjemput penumpang di tepi jalan.

Kadang ada angkot yang posisinya di lajur tengah secara tiba-tiba membanting kendaraanya ke arah ke kiri. Ini karena ada penumpang yang meminta pengemudi angkot untuk berhenti di tempat yang ia kehendaki atau mungkin ada penumpang yang tiba-tiba sadar tujuannya telah terlewat.

Ada juga yang hendak menjemput penumpang yang melambai-lambaikan tangannya di tepi jalan. Mungkin sang pengemudi angkot baru menyadari ada calon penumpang di sana. Atau mungkin tidak menyadari kendaraannya melaju di lajur tengah sehingga mendadak mengarahkan angkotnya ke tepi jalan tanpa menggunakan sein atau menyalakan sein sesaat setelah belok.

Perilaku angkot yang demikian sangat membahayakan pengendara di belakangnya. Bagaimana jika ada motor atau mobil yang sedang melaju di lajur tengah jalan lalu mendadak angkot di depannya tiba-tiba berbelok mengarah ke tepi jalan?

Tentang angkot yang berhenti mendadak di lajur paling kiri jalan untuk mengangkut penumpang baru atau menurunkan penumpang, kerap ada kendaraan yang terjebak sehingga harus berhenti di belakangnya.

Kadang ada pengendara yang sabar menunggu hingga angkot berjalan. Tetapi ada juga yang tidak sabar menunggu membuatnya memutuskan untuk mengarahkan kendaraannya agar terbebas dari posisinya. Nah, tindakan pengendara seperti ini sangat membahayakan dirinya dan pengendara kendaraan lainnya yang berada di belakangnya.

Kendaraan yang tetap melaju kencang kala rombongan kendaraan ber-vorijder lewat

Kala ada iring-iringan kendaraan yang dipimpin oleh vorijder, pengguna jalan biasanya berusaha menepikan kendaraannya untuk membuka jalan bagi iring-iringan itu. Tapi dengan catatan jika situasinya memungkinkan.

Kadang kondisi jalanan yang macet menyulitkan pengendara untuk mengatur posisi kendaraannya agar dapat membuka jalan. Walaupun ada mobil ambulans, jika kondisi jalan macet atau padat merambat akan menyulitkan pengendara kendaraan apapun untuk memposisikan kendaraan mereka guna membuka jalan.

Suatu pagi ketika sedang dalam perjalanan menuju kantor di salah satu jalan arteri, ada iring-iringan mobil dan bus yang bakal melintas. Terdengar jauh di belakang suara raungan sirene vorijder yang makin mendekat.

Saya pun mengurangi laju kendaraan saya dan berusaha memposisikan kendaraan saya. Waktu itu kondisi jalan arteri lumayan padat. Dari kaca spion akhirnya nampak vojrider yang berjalan semakin dekat dan pada akhirnya melewati jalur di samping kendaraan saya yang sudah terbuka.

Tiba-tiba saya melihat ada satu motor sport berjalan di jalur yang sama dengan iring-iringan kendaraan yang berjalan dengan cepatnya. Ia tidak berusaha berhenti, malah semakin mempercepat laju motornya. Nampaknya ia berusaha mengikuti laju kendaraan-kendaraan dalam iring-iringan tersebut agar segera terbebas dari kepadatan lalu lintas.

Sayangnya, di belakangnya masih ada beberapa bus yang juga berjalan dengan kencang. Nahas, bagian belakang motor itu tersenggol oleh bagian depan salah satu bus anggota iring-iringan. Seketika motor itu terlempar di udara menghempaskan pengendaranya ke jalan raya. Motor itu sendiri usai melayang sesaat di udara terbanting dan berputar beberapa kali di jalan raya sebelum akhirnya berhenti. Pecahan lampu dan body motor itu berserakan di jalan. Helmnya terlempar entah kemana.

Bus yang menabrak motor itu seketika berhenti dan sejumlah penumpangnya keluar dari bus untuk membantu pengendara motor apes yang nampak bingung dengan situasi yang ia hadapi. Mungkin juga ia mengalami cedera karena nampaknya ia susah berdiri. Tetapi semoga saja ia baik-baik saja.

Pengendara yang saling berbincang di jalan raya

Saya kurang  menyukai perilaku pengendara semacam ini karena sudah jelas mereka abai dengan keselamatan diri sendiri dan berpotensi membahayakan pengendara lainnya. Mereka bahkan menutup satu lajur sehingga membuat kepadatan di belakang mereka.

Suatu waktu saya pernah menjumpai dua laki-laki yang mengendarai motornya maisng-masing saling berbincang di suatu jalan raya yang sangat ramai. Jalan itu dilewati segala jenis kendaraan: motor, mobil, bus, truk gandeng, truk trailer hingga truk pengangkut mobil.

Dua pria itu memakan satu lajur. Saya bergerak mendekati mereka dan memberi isyarat dengan klakson beberapa kali agar mereka bubar. Beberapa kali saya melakukan hal itu sebelumnya dan sukses membuat pengendara motor semacam ini bubar.

Tapi kali ini tidak disangka saya malah diumpat oleh mereka. Bahkan salah satu dari mereka mengacungkan kepalan tangan kirinya dengan muka marah seakan mengancam saya. Saya tidak mau ribut, jadi saya memacu kendaraan saya menjauhi mereka. Dari spion terlihat mereka masih saja berbincang sementara berbagai kendaraan melintas dengan cepatnya.

Lain waktu, saya menjumpai dua angkot yang berjalan sejajar di jalan raya. Nah untuk yang ini jelas dua lajur mereka gunakan. Kendaraan lain yang berada di belakang dua angkot itu memilih berjalan perlahan dengan sabar atau memberi isyarat klakson atau dengan perlahan mengarahkan ke lajur lainnya.

Polisi tidur yang tidak sesuai standar

Polisi tidur di jalan terutama di jalan kompleks permukiman dibuat dengan mempertimbangkan aspek keamanan warga setempat dari kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi. Polisi tidur menghambat laju kendaraan agar tidak melaju dengan cepat atau ngebut.

Polisi tidur atau speed bumper ini di sisi lain berdampak positif namun di sisi lain juga memiliki sisi negatif. Sisi positifnya, jalan akan terbebas dari pengendara yang gemar ngebut. Setiap kendaraan pasti akan berjalan dengan perlahan ketika melewati jalan di mana terdapat polisi tidur.

Tetapi kadang polisi tidur bisa membahayakan pengendara kendaraan bermotor, apalagi jika polisi tidur tidak dicat yang membuatnya tidak terlihat sebagai polisi tidur. Kala malam, di area tanpa atau minim penerangan, keberadaan polisi tidur ini susah diketahui oleh sebagian pengendara. Tiba-tiba saja kendaraan mereka berguncang cukup kuat ketika melewatinya.

Salah satu insiden yang pernah saya dengar yang berkaitan dengan polisi tidur membuat celaka seorang pengendara motor. Kejadiannya sudah cukup lama, belasan tahun lalu. Kecelakaan itu terjadi di jalan di sisi sebuah masjid. Seorang pengendara motor kabarnya ngebut dan nampaknya tidak tahu ada dua polisi tidur di jalan itu.

Saya tidak begitu jelas mendengar bagaimana detail informasinya. Ada info pengendara motor itu tersungkur di jalan, ada juga info lainnya kalau motornya menabrak pohon. Mungkin polisi tidur membuat motornya "terbang" sesaat ke arah pohon itu. Pengendara motor nahas itu kabarnya tewas di tempat kejadian. Kalau sudah begini, kadang polisi tidur yang disalahkan. Tetapi pengendara motor itu juga seharusnya tidak ngebut karena perilaku ngebut itu sangat membahayakan dirinya. 

Tentang polisi tidur, saya punya pengalaman ketika menaiki sebuah angkot. Waktu itu penumpangnya tinggal tiga orang dan angkot sudah lumayan dekat dengan terminal pemberhentian terakhir. Jalan yang dilewati angkot itu terdapat beberapa polisi tidur yang nampaknya cukup tinggi dan kurang disadari keberadaannya oleh sang pengemudi angkot.

Waktu itu angkot melaju dengan kecepatan sedang. Nah, ketika melewati salah satu polisi tidur, sang pengemudi tidak mengurangi kecepatan angkot. Alhasil angkot yang kami naiki meloncat lumayan tinggi, menghempaskan tubuh saya dari kursi bagian belakang angkot hingga ke depan ke arah kursi pengemudi.

Syukurlah saya tidak cedera di dalam angkot. Saya hanya kaget tapi juga agak gemetar. Kejadiannya begitu cepat. Hanya saya yang terlempar karena penumpang lainnya berpegangan erat pada kursi dan jendela angkot. Mungki waktu itu saya merasa lelah dan mengantuk sehingga tidak sempat memegang sesuatu untuk menahan badan saya.

Membuat polisi tidur itu ternyata ada aturannya. Aturan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan No.3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan. Kompasianer Fery Irawan pernah mengupas tentang polisi tidur. Anda dapat membacanya di tautan ini.

***

Saya kira masih ada sejumlah perilaku berkendara lainnya yang membahayakan bagi diri pengendara tersebut mapun bagi pengendara lainnya. Di satu sisi, kadang diri kita sudah mematuhi peraturan berlalu lintas, namun ada sebagian pemakai jalan lain yang kurang mematuhinya dan berperilaku membahayakan pemakai jalan lain.

Misalnya pemotor yang melewati trotoar ketika jalanan macet, membuang sampah di jalan, menggunakan ponsel ketika berkendara, motor yang ditumpangi oleh lebih dari dua orang, melawan arus, melanggar pintu perlintasan kereta api, tidak memasang tanda segitiga pengaman ketika kendaraan mogok atau ngeban, dan lain-lain.

Sudah banyak terjadi kecelakaan lalu lintas karena sebagian pengendara kurang mematuhi peraturan lalu lintas. Kesadaran mematuhi peraturan lalu lintas ini harus dimulai dari diri kita sendiri. Slogan "Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja" yang sering dipasang di kantor atau pabrik sebaiknya diterapkan dalam konteks lebih luas, tidak hanya di perusahaan tempat kita bekerja tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam hal berlalu lintas.


Salam Kompasiana,
Gatot Tri




Baca juga:
Banjir Hadiah di Tiap Sesi Kompasianival 2018!
[Video] Ekspedisi Sosial di Kota Tual, Maluku
Puisi | Mengerakahi Sabda Senja

Apakah Kemudahan Informasi Justru Membunuh Kita?

$
0
0

https://lifestyle.kompas.comMenulis Dengan Mesin Tik Manual

Saya pernah belajar mengetik menggunakan mesin ketik manual saat belajar di SMK. Tidak mudah menggunakan mesin ketik manual. Jika salah, harus mengulang mengetik dari awal. Membuang kertas yang tadi salah. Untungnya setelah itu, di hadapan ada saya ada komputer. Pada saat itu juga sudah mulai ada internet.

Jika mengingat mesin ketik itu, saya membayangkan bagaimana kerja keras orang dulu untuk menghasilkan tulisan. Membutuhkan mentalitas yang sabar dan tentu saja pantang menyerah. Itulah sekilas budaya menulis orang dahulu. Sarana dan prasarana yang terbatas, tidak menyurutkan usaha mereka untuk menulis.

(sumber: http://dwijuniastuti.blogspot.com/2012/11/kelebihan-dan-kelemahan-mesin-ketik-1.html)

Membayangkan Pramoedya Ananta Toer menuliskan Novel Bumi Manusia atau novel-novel yang lainnya, sungguh sangat sulit. Membaca semua karya Pram saja saya belum selesai. Bagaimana kalau diminta menghasilkan karya sebagus Novel Pram.

Kisah lain adalah Buya Hamka yang menuliskan Tafsir Al Azhar waktu di penjara. Membayangkan saja saya tidak berani. Saya tidak tahu bagaimana perjuangan Hamka menghasilkan karya-karyanya. Semua tulisannya sampai sekarang tidak lekang oleh zaman.

Masih banyak tokoh-tokoh lain yang menjadi inspirasi. Keterbatasan sarana tidak membuat mereka pantang menyerah. Berbagai jenis buku sampai sekarang masih bisa kita baca. Pemikiran mereka melintasi jejak ruang sejarah. Potret budaya menulis yang produktif secara kualitas dan kuantitas itulah yang harus kita contoh saat ini.

Tubuh Bisa Dipenjara Tapi Pemikiran Tidak

Tubuh boleh di penjara, tetapi pemikiran tidak bisa di penjara, kata Prof Rocky Gerung saat berbicara di hadapan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

Pemikiran Hamka dan Pram tidak terpenjara sampai sekarang. Saat tubuh dua tokoh ini telah menyatu dengan tanah. Pemikiran mereka selalu menginspirasi orang-orang di jaman millennial saat ini. Orang terdahulu selalu lebih hebat dibandingkan kita dalam menuliskan ide-ide pemikiran kita.

Saat ini kita hanya mampu mengembangkan teknologi informasi. Tetapi terkadang kita gagal menghasilkan pemikiran yang baru. Buku-buku yang dihasilkan masih jauh kualitasnya dibandingkan dengan karya-karya di jaman Hamka dan Pram.

Suatu pagi saya mencari bahan sebagai tambahan untuk referensi penelitian Tesis. Kaki saya menginjakkan pada perpustakaan Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampai di dalam ruang perpustakaan, mata saya dimanjakan dengan berbagai karya ilmiah dari tahun 70-an.

Mata saya tertuju pada tesis dan disertasi yang telah dicetak sangat tebal. "Masyaallah, orang-orang dulu memang hebat dalam menghasilkan karya ilmiah" Batin saya dengan penuh kekaguman.

Disertasi dengan hampir 1000 halaman, di perpustakaan Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebuah Disertasi dikerjakan sekitar tahun 1980-an akhir. Penelitian dengan ketebalan hampir 1000 (seribu) halaman. Padahal tahun itu belum ada komputer dan belum ada internet. Disertasi ditulis dengan ketikan manual. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya menyelesaikan 1000 halaman. Bagaimana juga sang penulis mencari referensi sebanyak itu. Padahal waktu itu belum ada pdf dan waktu itu belum ada yang namanya jurnal online.

Sekarang kita bisa dengan mudah mendapatkan jurnal melalui perpustakaan online. Tidak perlu lagi harus jalan ke perpustakaan jauh. Hanya dengan hitungan detik, ribuan katalog buku atau jurnal sudah di hadapan kita. Semua kemudahan itu, justru membunuh kualitas pemikiran kita.

Gagal Memanfaatkan Limpahan Informasi

Karakter sesuatu yang instan, mungkin itulah yang membunuh keilmuan kita. Berbagai kemudahan sumber bacaan, kemudahan alat misal laptop, justru tidak membuat kita produktif menghasilkan tulisan sekelas Hamka dan Pram. Ketersediaan informasi yang melimpah justru membuat produktivitas tulisan kita secara kuantitas dan kualitas belum bisa melebihi buku-buku yang dituliskan oleh Hamka dan Pram.

Tulisan ini bukan hendak mengesampingkan hasil teknologi yang telah dibuat. Segala pencapaian teknologi informasi ini sesungguhnya juga memberikan berbagai kemudahan. Tetapi, segala kemudahan itu sejalan dengan karakter kelimuan kita.

Jangan sampai dengan kemudahan yang diberikan oleh teknologi, membuat kita menjadi malas. Kita harus menjadi masyarakat yang memiliki budaya etos kerja yang tinggi. Membaca, memahami, menganalisis, mensintesis, kemudian menuliskan hasil penelitian kita, itulah ciri peradaban yang telah dicontohkan oleh Hamka dan Pram.

Bangsa yang besar adalah jika masyarakatnya memiliki semangat kerja dan belajar yang tinggi. Tanpa kerja dan belajar dengan disiplin, bangsa kita masih akan tertinggal dengan bangsa lain. Kekayaan alam kita tidak dapat kita oleh sendiri. Yang kemudian diolah oleh bangsa lain dan merekalah yang menikmatinya.

Selamatkan keadaban budaya ketimuran Indonesia dengan terus membaca dan menulis.

Salam Indonesia.




Baca juga:
Hal-hal yang Membuat Orang Dipandang Sombong
Banjir Hadiah di Tiap Sesi Kompasianival 2018!
[Video] Ekspedisi Sosial di Kota Tual, Maluku

Puisi | Kepada Siapa Aku Bertanya

$
0
0

Ilustrasi: Pixabay.com

Kepada siapa aku bertanya 
Satu biji kata adalah peluru 
Ditembakkan ke jidat lawan 
Virus berterbangan ke angkasa 
Beranak pinak di aliran darah 
Merajam otak 
Berceceran di jalan 

Kepada siapa aku bertanya 
Kebenaran adalah batu api 
Tanduran hidup bebrayan rontok 
Dihajar koloni benar sendiri 
Senyum para bocah tercekik 
Dalil suci harga mati 

Kepada siapa aku bertanya 
Pitutur dan piwulang perawan bermata jalang 
Merogoh hati menggelegak iman 
Siang dan malam menagih tuhan 
Surga kemenangan bukan impian 

Kepada siapa aku bertanya
Langit dan bumi bertarung brubuh
Ma ga ba tha nga
Angin membeku di ujung sukma
Sopo siro sopo ingsun
Dendam diwariskan turun temurun

Kepada siapa aku bertanya
Pertanyaanku belati
Merobek jantungku sendiri


Jagalan Nov 2018




Baca juga:
Uniknya Pesta Pernikahan Orang Batak Toba di Kampung Sarulla
Hal-hal yang Membuat Orang Dipandang Sombong
Banjir Hadiah di Tiap Sesi Kompasianival 2018!

Media Sosial dan Undangan Pernikahan

$
0
0

dok. decodeko.co.idSejak komunikasi semakin mudah dengan keberadaan media sosial, maka soal pengiriman undangan, katakanlah misalnya undangan buat menghadiri resepsi pernikahan, dapat disampaikan secara instan melalui dunia maya tersebut.

Namun untuk sopan santunnya, foto fisik undangannya juga disertakan pada pesan via medsos itu, termasuk dengan meng-close up nama si penerima undangan yang sudah terketik rapi pada bagian sampul. Lalu tambahkan narasi bahwa sekiranya undangan tersebut belum sampai ke alamat penerima, foto via medsos tadi mohon dianggap sebagai undangan resmi. Artinya, biaya untuk mencetak undangan tetap harus dikeluarkan.

Lazimnya undangan via medsos dilakukan antar pribadi ke pribadi (japri), bukan dari pribadi ke satu grup medsos. Memang lebih hemat waktu, bila dikirim ke grup dengan mengundang semua anggota sekaligus. Tapi karena tidak ada sentuhan personalnya, biasanya sebagian besar anggota akan menganggapnya sebagai pemberitahuan semata.

Sebagian kecil anggota grup ada juga yang memenuhi undangan tersebut. Lalu sebagai bukti kehadirannya, foto-foto saat acara resepsi langsung beredar di grup medsos pada hari-H. 

Kemudian mereka yang tidak hadir di resepsi ramai-ramai mengucapkan selamat kepada pasangan yang berbahagia atau orang tua dari pasangan tersebut, dengan diiringi doa agar kedua penganten menjadi keluarga yang sakinah.

Cukup satu orang yang berinisiatif menyampaikan ucapan selamat di grup medsos. Kemudian, tanpa dikomandoi, yang lain serentak meng-copy paste ucapan selamat dan doa itu. Lagi-lagi sentuhan personalnya jadi berkurang karena kalimatnya semua sama persis. Sampai-sampai kalau kalimat yang dicontek ada salah ketiknya, yang lain pun akan salah ketik juga, karena tak ada kemauan untuk mengedit sebelum dikirim.

Tapi okelah, memang begitu ruang percakapan di grup medsos berlangsung. Terkesan heboh, tapi sebetulnya kurang bernilai secara substansial. Lebih berbau basa basi saja.

Yang penting asal tidak melakukan kesalahan fatal saja bila mengirim sesuatu di grup medsos yang segera dibaca banyak anggotanya. Memang apa yang dikirim, bisa dihapus lagi. Namun kalau sudah terlanjur dan disambar oleh anggota lain, tentu jadi percuma juga kalau mau dihapus.

Contohnya seperti berikut ini. Seorang direktur sebuah perusahaan besar baru saja mengadakan resepsi pernikahan anak perempuannya. Sang direktur mengirim undangan hanya melalui dunia nyata, tidak ada melalui dunia maya.

Lalu pada hari H, di sebuah grup medsos yang sang direktur ikut menjadi anggota beserta teman-teman lamanya saat masih menjadi staf di awal karirnya, terpampang foto-foto dari venue resepsi yang memang terkesan mewah. Maklum, yang punya gawe kan tidak sembarang orang.

Seperti biasa, sehabis foto-foto terpampang, langsung disambut dengan ucapan selamat dari banyak anggota grup. Namun ada seorang anggota yang berkomentar nyeleneh. Ia bukannya mengucapkan selamat, tapi mengirimkan emoticon orang menangis, sambil menuding ia sudah dilupakan karena tidak diundang.

Yang menangis di medsos tersebut juga bukan sembarang orang. Jabatannya juga direktur tapi di perusahaan yang berbeda dengan sang direktur yang mengadakan resepsi. Tapi di masa awal meniti karir sebagai staf junior, keduanya satu angkatan saat diterima di sebuah perusahaan. 

Grup medsos yang dimaksud memang beranggotakan teman-teman satu angkatan. Awalnya mereka senasib. Tapi makin lama, nasib masing-masing berbeda-beda. Hanya sedikit sekali yang mencapai kursi direktur, kebanyakan  masih dua atau tiga level di bawah direktur.  Ada juga beberapa yang sudah satu level di bawah direktur.

Kebayang kan, kalau yang jabatannya rendah, saat ikut berkomentar di grup, akan penuh sopan santun. Tapi bagi mereka yang setara terkesan lebih terbuka. Itulah yang dilakukan sang pengirim emoticon, tidak perlu takut-takut, toh sama-sama direktur.

Namun rupanya balasan dari yang punya hajat, sungguh tidak terduga oleh anggota grup. Ia menjelaskan bahwa undangan tersebut telah dikirimkan ke kantor teman yang mengaku tidak menerima itu tadi. Kemudian ditambahi dengan "serangan balik" berupa gambar orang menangis yang lebih keras, karena justru dialah yang dilupakan, tidak diundang saat dulu sang pemrotes mengadakan resepsi pernikahan anaknya.

Saling protes antar dua direktur itu berakhir begitu saja, mereka tidak lagi saling menyahut di grup. Mungkin mereka sadar, hal-hal begitu, pantasnya dilakukan secara japri. Tapi mungkin juga mereka terlibat perang dingin, saling mendiamkan. Siapa tahu?

Intinya, berkomunikasi melalui grup medsos perlu kehati-hatian. Soalnya lucu juga membaca saling protes antar orang-orang yang punya kedudukan terhormat.




Baca juga:
"In Memoriam" George HW Bush
[Topik Pilihan] Bagaimana Caramu Menyikapi Pelecehan Seksual di Ruang Publik?
Pesona Bandung dalam Pertarungan Destinasi Wisata di "Variety Show" Korea

Mungkinkah Hidup akan Bertahan Tanpa Badai?

$
0
0

Ilustrasi: sains.kompas.comBanyak orang mengharapkan dan merindukan agar hidupnya tidak diterpa oleh badai. Sebuah harapan yang sangat bisa dipahami dan tentu saja harapan yang manusiawi sekali. Karena memang badai pasti tidak akan menyenangkan karena sangat mungkin akan menimbulkan kekacauan dalam hidup yang sedang aman tenteram begitu.

Tetapi, hanya segelintir orang yang sungguh-sungguh merenungkan dan lalu bertanya tentang badai dalam kehidupan ini. Seperti apakah hidup seseorang yang tidak pernah bersentuhan dengan badai?

Kemudian, saya membayangkan sebuah tanaman yang hidup dalam sebuah tempat yang aman dan tidak bersentuhan dengan badai, angin, hujan, panas, dan gangguan lainnya. Tanaman itu akan terus bertumbuh dengan cepat, besar dan nampak bongsor karena semua kebutuhannya dipenuhi dan disuapi.

Saat tanaman itu dibawa keluar dan bebas bersentuhan dengan berbagai rupa-rupa badai, maka tanaman itu pasti tidak tahan berdiri dari ancaman badai. Badannya tidak dirawat menjadi kuat sehingga dia akan tumbang, jatuh tergeletak, dan sangat mungkin akan mati.

Badai atau angin sakal sangat mungkin akan datang setiap saat di dalam perjalanan hidup seseorang. Anda dan saya akan mengalami terpaan dan hantaman berbagai rupa badai. Tidak ada orang, bahkan setiap makhluk yang hidup bebas dari terpaan, ancaman dan tekanan badai itu.

Ini menjadi sebuah kenyataan yang harus disadari oleh siapapun, bahkan itu telah menjadi hakekat hidup manusia yang hidup, yaitu badai menjadi bagian di sepanjang perjalanan hidup yang akan ditempuh. Hakekat hidup adalah berdampingan dan beriringan dengan berbagai badai.

Kekuatan, dan kehebatan seseorang akan nampak ketika menghadapi badai kehidupan. Artinya, ketika badai menerpa dengan kencangnya, sehingga Anda menjadi jatuh tergeletak. Lalu, pertanyaannya apakah Anda akan terus tergeletak saja di tanah, atau Anda bangkit dari kejatuhan dan berdiri, berlari mengejar dan mengejar apa yang menjadi destinymu.

Ketika Anda membiarkan tetap tergeletak di bawah tanah, maka akhir kisahnya jelas, yaitu kematian dan hidup akan berakhir. Saya sangat yakin, hanya orang "gila dan bodoh" yang mau mengambil pilihan terus tergeletak. Sebaliknya, orang yang hidup akan bangun, bangkit, berlari, maju, bertumbuh, berkembang dan bahkan melayang hingga setinggi-tingginya. Inilah hakekat manusia yang disebut hidup dan kehidupan.

Pesan penting dan kuat dari pikiran di atas adalah bahwa ketika Anda sudah bangun dan berlari, maka akan menemukan berbagai cara, strategi bahkan pendekatan bagaimana mengelola badai yang terus menerus datang menghampiri hidup Anda.

Salah satu nasehat bijak yang sangat maju dan revolusioner adalah jangan pernah takut menghadapi badai hidup, karena hidup itu bukan berputus asa karena akan datang badai. Sebab hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, tetapi, sesungguhnya, hidup itu berkaitan dengan bagaimana belajar menari dalam badai kehidupan.

Seperti seekor burung Rajawali, ketika badai datang menerpa dn menhantamnya, sang Rajawali akan berdansa dengan badai, dan menjadikan badai sebagai kapalnya untuk bisa terbang tinggi dan lebih tinggi lagi. Badai akan menolongnya untuk terbang lebih tinggi dan lebih ringan.

Suatu kali, Pastor Rick Warren, dalam sebuah artikel renungannya menuliskan hakekat praktis kehidupan yang sebenarnya, yaitu:

  • Setiap badai adalah suatu sekolah.
  • Setiap ujian adalah guru.
  • Setiap pengalaman adalah pendidikan.
  • Setiap kesukaran adalah untuk mengembangkan Anda.

Jadi, sesungguhnya, ini menyangkut masalah persepsi, dan sikap terhadap badai itu yang keliru, sehingga badai ditakutkan dan menjadi momok, hantu blau yang harus dihindari dan dijauhi.

Namun, seberapa kuat dan bertahan seseorang untuk terus menghindari sebuah godaan dan gangguan badai itu? Dalam setahun mungkin seorang mampu berdiri teguh dengan gagahnya, tetapi bila terpaan badai ini terus menerus sampai puluhan tahun, maka daya tahan tubuh pasti bobol adanya.

Jangan pernah melawan badai apalagi angin sakal, tetapi kelolalah badai itu menjadi alat, instrument atau sebagai sarana untuk naik dan maju lebih tinggi lagi agar dampak kehadiran Anda di dalam dunia ini menjadi nyata adanya.

Badai, seberapa kuat dan kencangnya selalu memberikan manfaat yang jauh lebih banyak ketimbang tidak ada badai sama sekali yang bersentuhan dengan hidup yang dijalani.

Badai menjadi feedback tentang daya tahan dan kondisi tubuh, fisik dan mental yang dimiliki seseorang. Bersyukurlah ketika badai menerpamu, karena itu menjadi kesempatan bagi Anda untuk belajar banyak hal, serta menemukan makna hidup yang sesungguhnya.

Tanyakan kepada orang-orang yang sudah mampu melewat dan bertahan dalam badai kehidupan, maka Anda akan menemukan banyak penjelasan yang membelajarkan hidup tentang bagaimana mengelola badai.

Cermati, sadari dan hayati bahwa dari dalam badai Anda akan  diajar untuk lebih mengerti. Memahami bahwa hidup adalah sebuah kasih karunia. Sebab, tanpa Tuhan sungguh Anda tidak ada apa apanya. Namun, bila ada Tuhan sebagai partner menari Anda saat badai menerpa, sekalipun hidup dalam badai yang sangat mengerikan, maka pasti tetap akan terasa nyaman dan indah.

Kembangkan terus sikap dan persepsi tentang memiliki  rasa hormat dan syukur dari dasar hati Anda. Sehingga tidak mudah bersungut sungut saat badai mendatangi hidupmu. Sikap ini dipastikan akan mampu  mengubah Anda menjadi pribadi yang lebih kuat dan tahan dari segala cobaan dan badai kehidupan.

Yupiter Gulo, 29 Nov 2018




Baca juga:
Pemain Indonesia Berguguran di Korea Masters 2018, "Kutukan" Berlanjut?
"In Memoriam" George HW Bush
[Topik Pilihan] Bagaimana Caramu Menyikapi Pelecehan Seksual di Ruang Publik?

Serba-serbi Bekerja di Jepang

$
0
0


Ilustrasi: www.republika.co.idMenurut data JNTO, pada tahun 2018 sampai dengan bulan Oktober lalu, total jumlah orang Indonesia yang berkunjung ke Jepang sekitar 310 ribu orang. Jumlah ini meningkat 14,5 persen dari jumlah total kunjungan sampai dengan bulan yang sama tahun lalu. 

Dari statistik ini kita tahu bahwa Jepang memang negara yang sedang naik daun sebagai objek kunjungan orang Indonesia.

Tujuan dari kunjungan ke Jepang bermacam-macam. Jepang yang mempunyai 4 musim, memang menarik untuk dijadikan target kunjungan wisata di musim apapun.

Misalnya di musim semi, wisatawan dapat menikmati indahnya sakura bermekaran di seantero Jepang. Di musim panas, selain ada banyak festival musim panas yang bisa dinikmati wisatawan, pesta kembang api pun bisa disaksikan di beberapa daerah. 

Di musim gugur, menikmati daun Momiji yang berwarna-warni bisa menjadi pilihan yang tidak bisa dilewatkan. Dan di musim dingin, wisatawan dapat menikmati lampu warna-warni yang indah, menghiasi pusat perbelanjaan, stasiun, pusat rekreasi maupun di jalan.

Selain tujuan wisata, banyak juga orang asing yang datang ke Jepang untuk mencari pekerjaan. 

Bekerja di Jepang

Memang tidak dapat dimungkiri bahwa saat ini banyak pekerja asing yang bekerja di Jepang, baik yang berstatus sebagai pekerja tetap maupun sambilan (dalam Bahasa Jepang biasanya disebut dengan arubaito). 

Jumlah pekerja asing ini diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya, karena saat ini pemerintah Jepang sedang menggodok peraturan untuk mempersiapkan jenis visa baru, dengan tujuan untuk mempermudah bagi orang asing yang ingin bekerja di Jepang.

Yang saya amati, memang di Tokyo, maupun ketika saya berkunjung ke kota besar yang lain seperti Osaka dan Kyoto, banyak pekerja asing yang bekerja (arubaito) pada sektor industri makanan dan bisnis retail seperti 7-Eleven, Family Mart, dan Lawson. 

Bahkan boleh dikatakan, saat ini memang tidak mudah untuk menemukan pekerja Jepang di sektor retail yang bertugas sebagai kasir, lalu sebagai pramusaji di restoran maupun misalnya sebagai resepsionis di hotel.

Beberapa tahun yang lalu, istilah "3K" yaitu "Kitanai-Kitsui-Kiken" populer di Jepang. "Kitanai" digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan membersihkan sesuatu yang kotor, misalnya mencuci (piring), petugas kebersihan. "Kitsui" berhubungan dengan pekerjaan yang membutuhkan fisik yang tangguh untuk melakukannya, seperti pekerjaan yang harus dilakukan dengan berdiri terus misalnya penjaga toko, maupun resepsionis. Terakhir, "kiken" berhubungan dengan pekerjaan yang beresiko tinggi, seperti pekerja yang berhubungan dengan industri konstruksi.

Pekerjaan jenis "3K" ini tidak digemari oleh orang Jepang, termasuk orang mudanya.

Menurut Biro Statistik Jepang, sampai dengan bulan Juni tahun ini, jumlah penduduk Jepang muda usia di bawah 15 tahun adalah 15.484.000 orang, usia 15 sampai 64 tahun sekitar 75.581.000 orang dan penduduk dengan usia 65 tahun keatas adalah 35.445.000 orang. Ilustrasi : wedge.ismedia.jp

Jumlah penduduk usia sampai 15 tahun mengalami penurunan sebanyak 1,14 persen, usia sampai 64 tahun penurunannya 0,71 persen, namun usia diatas 65 tahun terjadi hal yang sebaliknya, yaitu mengalami kenaikan sebesar 1,32 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu pada bulan yang sama.

Dari data tersebut, kita bisa melihat bahwa jumlah penduduk Jepang yang berusia kerja mengalami penurunan dan jumlah penduduk yang berusia 65 tahun keatas mengalami kenaikan. Akibat turunnya jumlah orang usia "kerja", ditambah dengan berkurangnya secara drastis minat orang muda Jepang untuk bekerja di sektor yang disebut "3K" seperti sudah saya tulis diparagraf sebelumnya, maka saat ini banyak orang asing yang dipekerjakan, atau lebih tepatnya, banyak tersedia lowongan kerja bagi pekerja asing di Jepang.

Jepang menyediakan visa yang jenisnya beragam sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Berbeda dengan negara tetangganya seperti Korea maupun Hongkong, Jepang memang agak sedikit ketat dan memiliki peraturan yang rumit untuk urusan ijin visa pekerjaan. 

Salah satu contoh, ada kategori visa yang memperbolehkan orang asing bekerja di beberapa sektor industri dalam rangka transfer teknologi. Visa jenis ini bernama "ginou" atau "ginou jisshuu" dalam Bahasa Jepang, yang artinya visa untuk ketrampilan khusus atau visa training. Visa jenis ini adalah visa terbanyak yang digunakan setelah visa belajar (ryuugaku), selain visa permanent residence.

Dengan menggunakan status visa tersebut, saat ini banyak orang asing yang bekerja (dipekerjakan) pada beberapa jenis industri, mulai dari industri manufaktur (misalnya pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan), maupun industri jasa (perawatan kesehatan, restoran dan hotel).

Jangka waktu berlakunya visa jenis ini berkisar antara 1 sampai 3 tahun. Visa jenis ini tujuannya sekilas terkesan bagus, yaitu untuk transfer teknologi, melalui training yang dilakukan pada tempat-tempat dimana kegiatan industri (pabrik) itu berada seantero Jepang. 

Tapi menurut hemat saya, ini hanya akal-akalan pemerintah Jepang saja untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah dengan mudah. Ujung-ujungnya, terkadang tidak ada transfer teknologi yang dilakukan. Bahkan pada beberapa kasus, seperti yang pernah saya baca di koran maupun melihat berita di televisi, terkadang ada pekerja yang harus bekerja keras dengan libur yang minimal dan gaji dibawah standar. 

Bagi pelajar, baik yang sedang belajar di sekolah bahasa (biasanya dengan jangka waktu setahun) maupun kuliah di universitas untuk mengambil gelar (yang berjangka waktu maksimal 5 tahun untuk program undergraduate), bisa bekerja sambilan (arubaito) kalau sudah menyerahkan form yang berisi permohonan untuk melalukan kegiatan diluar status visa yang dipunyai saat ini (dalam Bahasa Jepangnya disebut shikakugai katsudou kyoka). 

Formulirnya tersedia di kantor imigrasi. Dan berdasarkan peraturan, pelajar hanya boleh bekerja selama 28 jam dalam seminggu, atau bila sedang libur panjang hanya boleh bekerja selama 8 jam dalam sehari.

Kendala Bekerja di Jepang

Hal yang saya tuliskan dibawah ini mungkin bukan kendala secara khusus di Jepang. 

Namun berdasarkan pengalaman, berhubung masyarakat Jepang memang agak tertutup bila dibandingkan dengan masyarakat dari negara selain Jepang, maka hal berikut mungkin bisa jadi catatan bagi yang berminat untuk bekerja di Jepang.

Pertama adalah masalah bahasa
Bahasa Jepang memang unik, karena selain menggunakan 3 jenis huruf yang berbeda dan dipakai bersamaan, yaitu huruf Katakana, Hiragana dan Kanji, cara pengejaan satu huruf Kanji misalnya, ada bermacam-macam. Huruf Kanji yang sama bisa dilafalkan berbeda apabila disambung (di belakang atau di depan) huruf Kanji yang berbeda.

Sehingga bagi yang berminat untuk bekerja di Jepang setidaknya harus bersiap-siap, karena selain harus mempersiapkan fisik yang kuat untuk menghadapi pekerjaan, persiapan tenaga "ekstra" juga dibutuhkan untuk menguasai bahasanya. Walaupun, tingkat penguasaan Bahasa Jepang yang dibutuhkan akan berbeda, tergantung dari apa dan bagaimana pekerjaannya. 

Kemudian masalah kebudayaan
Bahasa memang menjadi salah satu unsur hasil dari kebudayaan itu sendiri. Namun di sini saya mau menekankan sisi etika dan moral pada budaya masyarakat Jepang. 

Etika yang berlaku di Jepang, tentunya berbeda dengan yang berlaku di Indonesia. Walaupun Indonesia dan Jepang sama-sama negara kepulauan, sehingga masyarakatnya sama-sama mempunyai kebudayaan yang erat hubungannya dengan maritim sekaligus agraris.

Etika di Jepang kebanyakan berlaku untuk segala sesuatu yang dilakukan oleh kelompok. Misalnya saja, jika kita sama-sama pergi ke cafetaria kantor dengan 4 orang rekan, maka sebelum 4 orang ini lengkap berkumpul di meja (karena masing-masing orang akan mengambil makanan yang berbeda), maka tidak ada seorangpun yang akan mulai makan, walaupun sudah lapar berat. Mereka akan menunggu rekan lain yang sedang antri makanan sampai kumpul bersama.

Ada lagi etika dalam bisnis, misalnya bagaimana bertukar kartu nama, menulis email kepada rekanan bisnis, posisi duduk dalam rapat dan sebagainya. Etika dalam pergaulan juga banyak, misalnya tidak sopan kalau kita bertanya umur kepada orang yang baru kita temui.

Mengenai masalah moral, dengan terbatasnya ruang penulisan dan pertimbangan tema tulisan, maka saya akan sampaikan contohnya saja. Di Jepang, orang tidak akan mengambil barang yang tertinggal, entah barang itu handphone termahal atau yang lainnya yang kelupaan atau terjatuh di jalan, di taman, di kereta api, maupun di tempat umum yang lain.

Tentunya ada banyak lagi contoh dari etika dan moral ini, yang juga harus dipahami oleh orang yang ingin bekerja di Jepang. Sehingga, kalau mereka sudah berada di Jepang, selain dapat melakukan pekerjaaannya dengan baik, juga dapat diterima oleh masyarakat (Jepang) baik dalam lingkungan kerja maupun di lingkungan tempat tinggalnya.

Banyak contoh dari orang yang tidak bisa menyesuaikan dengan masalah etika dan moral ini, kemudian melarikan diri dari pekerjaannya, karena tidak tahan godaan yang lebih bagus, atau bisa juga merasa sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 

Peran pemerintah

Saat ini, ada beberapa badan usaha swasta yang mengurusi calon tenaga kerja untuk dikirim ke Jepang. Namun dari kebanyakan kasus yang terjadi, dalam pengiriman tenaga kerja ke Jepang (atau ke luar negeri secara umum), kebanyakan pihak swasta hanya memikirkan masalah "keuntungan"nya saja. 

Seperti pengalaman saya pernah berbincang dengan rekan-rekan pekerja yang dikirim oleh badan usaha swasta, para pekerja mengatakan kadang-kadang badan usaha swasta yang mengirim mereka, tidak responsif akan permasalahan atau kendala yang dihadapi pekerja setelah mereka tiba dan bekerja di Jepang.

Oleh karena itu, kiranya akan lebih baik lagi jika pemerintah bisa berperan (lebih) aktif untuk membantu persiapan calon tenaga kerja. Apalagi karena lingkungan dimana mereka akan bekerja nantinya mempunyai kebudayaan yang berbeda, maka selain pembekalan teknis, pembekalan yang bersifat non-teknis yang berhubungan dengan kebudayaan, moral serta etika merupakan hal yang penting dan harus diajarkan juga. 

Hal inilah yang terkadang dilupakan, atau tidak dilakukan dengan serius oleh badan usaha swasta yang mengirim pekerja. Padahal, para calon tenaga kerja adalah orang muda, yang masih membutuhkan banyak bimbingan untuk hal-hal yang sifatnya non-teknis.

Penutup

Bekerja memang bisa dilakukan dimana saja. Namun bila ada kesempatan yang terbuka, khususnya bila ada lowongan bekerja di Jepang, tidak ada salahnya untuk mencoba. Apalagi pemerintah Jepang berencana akan membuka keran selebar-lebarnya bagi pekerja asing, karena mereka memang keadaan yang menyebabkannya, seperti yang telah saya tulis di awal. 

Saya yakin tidak ada yang mustahil untuk dilakukan. Tentunya dibarengi dengan iktikad baik dan semangat pantang menyerah, serta tidak lupa dengan persiapan fisik sekaligus mental yang mencukupi.

Selamat mencoba.





Baca juga:
Puisi | Untuk Kekasihku yang Masih Terjebak Masa Lalunya
Pemain Indonesia Berguguran di Korea Masters 2018, "Kutukan" Berlanjut?
"In Memoriam" George HW Bush

Fitur Kunci Artikel untuk Pengalaman Berkompetisi yang Lebih Sehat di Kompasiana

$
0
0

Perkenalkan: Fitur Kunci Artikel. Gambar oleh Tim Desain Kompasiana

Jika Anda perhatikan, pada setiap artikel di Kompasiana terdapat informasi waktu penayangan dan kapan artikel tersebut diperbarui/disunting. Apabila artikel tersebut disunting 10 kali, maka waktu pada bagian "diperbarui" akan 10 kali pula berubah sesuai dengan waktu penyuntingan yang terbaru.

Perubahan yang terekam pada fitur "diperbarui" ialah perubahan yang dilakukan baik oleh user/penulis maupun oleh Tim Moderator Kompasiana. Tim Moderator perlu melakukan penyuntingan sehubungan dengan kebutuhan peningkatan sajian kualitas konten, apabila artikel tersebut menjadi Featured Article, Artikel Pilihan atau Artikel Utama.

Dilema yang kerap terjadi adalah ketika sebuah artikel diikutkan dalam blog competition. Apabila artikel ditayangkan dalam rentang waktu penyelenggaraan blog competition, tentu artikel tersebut sah untuk dijurikan dan berkompetisi dengan artikel lainnya. Tetapi bagaimana jika Si Penulis hanya menayangkan sekadar untuk tak melewati batas deadline, tetapi kemudian menambahkan atau melakukan modifikasi setelah waktu yang ditentukan? Sah-kah artikel tersebut ikut dijurikan?

Menyikapi fenomena tersebut, Kompasiana memperkenalkan fitur baru bernama "Kunci Artikel". Dengan begitu, setiap artikel yang menggunakan label lomba akan segera dikunci oleh Tim Moderator, tak lama setelah artikel tersebut tayang.

Dengan demikian, waktu perubahan yang terekam pada bagian atas artikel hanya menginformasikan waktu penyuntingan terakhir yang dilakukan oleh Tim Moderator untuk keperluan kualitas konten bila artikel menjadi pilihan atau artikel utama (bukan oleh user/penulis). Itupun, Tim Moderator akan menjaga penyuntingan yang diberikan bersifat minor lantaran artikel tersebut ialah artikel lomba yang dalam waktu dekat akan dijurikan.

Yang akan terjadi pada sebuah artikel apabila dikenakan fitur "Kunci Artikel":

  • Penulis tidak dapat memodifikasi artikel tersebut (menyunting, menambahkan/mengurangi konten)
  • Penulis tidak dapat menghapus artikel tersebut
  • Tanda bahwa sebuah artikel dikunci ialah terdapat tanda "rantai" pada samping judul artikel

Artikel yang dikunci akan memiliki tanda berbentuk rantai di samping judul. Lihat bagian yang ditandai dengan kotak warna merah pada bagian bawah sebelah kanan gambar.

Hal ini akan diberlakukan pada blog competition selanjutnya terhitung sejak pengumuman ini tayang. Mekanisme ini akan dimasukkan ke dalam ketentuan blog competition mendatang. Bagaimana dengan blog competition yang telah dan tengah berjalan? Belum, Tim Moderator belum memberlakukan fitur ini kepada artikel blog competition sebelumnya.

Selain untuk menjaga iklim kompetisi sehat di Kompasiana, selanjutnya "Kunci Artikel" akan dipertimbangkan untuk digunakan pada fitur lain demi mendukung upaya peningkatan kualitas konten di Kompasiana. Juga untuk menjadikan Kompasiana sebagai salah satu referensi untuk menemukan informasi-informasi terpercaya ala warga.

Selamat menulis!

Salam




Baca juga:
Semburat Senyum di Posyandu Lansia Kampung Kemuning Gunungkidul
Puisi | Untuk Kekasihku yang Masih Terjebak Masa Lalunya
Pemain Indonesia Berguguran di Korea Masters 2018, "Kutukan" Berlanjut?

Quique Setien, Calon Pelatih Barcelona

$
0
0

soccerinfomania.com

Prestasi Ernesto Valverde tidak buruk-buruk amat. Tapi juga tak luar biasa. Ia memang berhasil membawa Barcelona juara La liga musim lalu, tapi gagal di Liga Champions. Quique Setien nampaknya lebih pas menangani Barcelona karena fasih memainkan tika-taka.

Tidak seperti di tim-tim lain, menjadikan Barcelona juara La liga bukanlah Sesuatu yang "wah".  Sepuluh tahun terakhir, Barcelona sudah 7 kali menjuarai La Liga. Kecuali kalau kedatangan Valverde dalam keadaan Barcelona dahaga juara karena sudah bermusim-musim tidak juara La Liga.

Setelah kehilangan Xavi dan Iniesta, Barcelona lumayan menurun. Sosok Coutinho memang sudah hampir bisa disamakan dengan keduanya, tapi gelandang lain yang baru datang masih jauh kualitasnya. 

Arthur sangat baik pengusaan bola, tapi masih belum pede melepaskan umpan kunci atau sekali-kali melewati lawan. Bahkan kelebihan Arthur menembak dari luar kotak penalty juga jarang kelihatan.

Dembele masih mudah kehilangan bola. Dan lubang terbesar Barca adalah belum mampu mendapakan wing-back kanan selevel Dani Alves. Pemain Brasil ini adalah pemberi assist yang rajin, terutama ke Messi. Juga tangguh saat menghadang lawan. Alves juga mahir memainkan sentuhan satu-dua dengan Messi. Baik Sergi Roberto atau Semedo belum mampu mencapai level itu.

Dan terasa sekali, setelah ditangani Valverde permainan tiki-taka agak berkurang intensitasnya. Dan yang paling menonjol adalah, kegigihan pemain Barca saat merebut bola di sepertiga daerah lawan agak kurang greget.

Tim yang paling greget dalam menerapkan umpan satu-dua sentuhan dan kemudian segera menekan lawan meski bola masih di sepertiga lapangan lawan adalah Real Betis. 

Apa yang dilakukan Real Betis saat melawan Barcelona di Camp Nou dua minggu lalu menjelaskan semuanya. Intinya Real Betis "lebih Barcelona" di banding Barcelona sendiri.

Pemain-pemain Real Betis begitu enjoy, meski main di depan Camp Nou. Mereka menghajar Barcelona 5-4. Sudah sangat lama sekali Barcelona kebobolan 5 gol di kandangs sendiri. Dua actor penting real Betis saat itu adalah Christian Tello dan Marc Bartra. Dua-dua alumni La Masia dan sempat menjadi pemain Barca senior saat masih ditangani Pep Guardiola.

Kalau aktornya adalah Tello dan Bartra, maka sutradara di Real Betis adalah Quique Setien. Selain menerapkan tiki-taka, Real Betis juga sangat menekankan ball possession. Di La Liga ball possession Real Betis hanya kalah dari Barcelona. Dan di Eropa mereka hanya kalah dari Barcelona, Machester City, Bayern Munchen dan PSG.

Dan semua karena Setien. Bila Valverede gagal di Liga Champions. Kemungkinan besar Barca akan melirik dan menarik Setin.




Baca juga:
Inilah 10 Relawan Terpilih Kompasianival 2018, Apakah Kamu Salah Satunya?
Semburat Senyum di Posyandu Lansia Kampung Kemuning Gunungkidul
Puisi | Untuk Kekasihku yang Masih Terjebak Masa Lalunya

Bila Sampah Bisa Berguna, Mengapa Malah Kau Buang?

$
0
0

 

Ilustrasi foto IstimewaAda sebuah peristiwa yang masih terbayang hingga kini. Saat itu, ketika sedang mengarungi lautan teduh di sebuah daerah wisata di timur Indonesia, salah satu anak buah kapal tanpa berpikir panjang melemparkan setumpuk sampah plastik ke laut.

Tidak hanya sejumlah wisatawan domestik, rombongan pelayaran itu juga berasal dari mancanegara. Para penumpang cukup kaget ketika dengan mata kepala sendiri melihat hal yang tak biasa itu. 

Salah satu wisatawan asing tak hanya menunjukkan ekspresi marah. Setengah berteriak ia memaksa anak buah kapal itu untuk menceburkan diri ke laut untuk memungut kembali sampah yang dibuang.

Ini hanya sebuah kisah dari banyak cerita tentang bagaimana kita bersikap terhadap sampah. Sikap salah yang kemudian melahirkan segudang persoalan. 

Tentu masih basah dalam ingatan kita tentang seekor paus yang ditemukan membusuk di perairan Desa Kapota, Kecamatan Wangiwangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada Senin, 19 November 2018 lalu.

Bukan hanya kematian mamalia sepanjang 9,5 meter itu yang dibicarakan. Tetapi lebih dari itu, penemuan 5,9 kilogram sampah yang mayoritas berbentuk plastik dalam hewan raksasa berjenis Sperm Wale itu.

Keprihatinan pun membuncah dari mana-mana. Tidak sedikit yang kecewa. Kita pasti tak habis pikir aneka botol, penutup galon, sandal, botol parfum, bungkus mi instan, gelas minuman, tali rafia, karung terpal, kantong kresek dan masih banyak jenis sampah lainnnya bisa sampai bersarang di lambung hewan tersebut.

Tim gabungan tengah mengukur panjang bangkai paus di Perairan Wakatobi. Foto istimewa

Kesalahan tentu tak bisa dialamatkan kepada makhluk tak berakal budi itu. Kalangan akademisi kemudian coba mencari tahu sebab kematiannya dan menelaah fenomena ini secara lebih luas. Apakah sampah-sampah itu menjadi sebab tunggal kematiannya? Mengapa paus itu bisa sampai mengonsumsi sesuatu yang bukan makanannya?

Ada yang beranggapan paus itu telah mengalami disorientasi navigasi. Akibatnya, paus itu tak bisa membedakan makanan dan non-makanan. Alih-alih mencari tahu sebab kematian, ada isu lain yang lebih krusial. Bisa jadi habitat paus tersebut memang telah tercemar sampah. Sampah telah merusak mata rantai dalam ekosistem kehidupannya.

Ilustrasi dari Kompas.com

Bila kita berkaca diri sambil melihat data yang ada, temuan sampah dalam perut paus itu bukan sesuatu yang mengagetkan. Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Minggu (19/08/2018) mengatakan Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik ke laut terbesar di dunia.

Pernyataan Susi bukan tanpa dasar. Data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton dari antaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut.

Dunia Tanpa Sampah Bukan Impian

Kantong plastik yang kita buang ke lingkungan entah secara sadar atau tidak terakumulasi dalam 10 miliar lembar per tahun atau sebanyak 85 ribu ton.

Untuk itu Susi kemudian menggagas gerakan "Menghadap ke Laut." Program yang dijalankan di 76 titik di Indonesia itu terejawantah dalam aktivitas bersih-bersih pesisir laut. Tujuannya adalah mengurangi limbah plastik yang berpotensi mencemari laut sekaligus menjadi bagian dari komitmen mengurangi 70 persen sampah plastik di lautan pada 2025.

Tentu gerakan "Menghadap ke Laut" itu adalah bagian kecil dari upaya mencapai target besar tersebut. Tidak cukup mengurangi sampah secara signifikan hanya dengan bersih-bersih pantai. Masih banyak hal krusial yang harus dibenahi.

Sebelum kita menghadap ke laut, ada baiknya kita menatap ke darat. Kita melihat bagaimana keseharian kita. Bagaimana sikap dan perilaku kita terhadap sampah. Bukankah sampah yang bersarang di laut itu berasal dari darat? Sampah-sampah itu bersumber dari rumah-rumah kita, dari pabrik-pabrik kita, dan dari lingkungan kita! Apakah kita sudah memperlakukan sampah dengan semestinya?

Bijak berplastik

Tanpa berpikir panjang terkadang kita lantas mensampahkan sampah. Padahal tidak semua sampah, terutama plastik bisa dicampakkan begitu saja. Plastik merupakan material yang sangat akrab dengan kehidupan kita. Sifatnya yang mudah dibentuk sesuai keinginan, tahan air, awet, praktis, dan proteksi yang baik menjadikannya sebagai primadona.

Kajian tentang Analisis Arus Limbah Indonesia, Rantai Nilai dan Daur Ulang yang dilaksanakan Sustainable Waste Indonesia (SWI) membuktikan bahwa 14 persen dari sampah kota di Indonesia adalah plastik. Jumlah tersebut memang masih kalah banyak dari sampah organik (60 persen). Namun sampah plastik jauh lebih banyak dari sampah kertas (9 persen), metal (4,3 persen) dan sedikit di atas sampah lainnya seperti kaca, kayu dan sebagainya yang berkontribusi sebesar 12,7 persen.

Didorong oleh kenyataan dan keprihatinan, Danone-AQUA sudah, sedang dan akan terus menggalakkan program pengumpulan dan daur ulang sampah. Sudah sejak tahun 1993, Danone-AQUA menggaungkan dan membumikan gerakan #BijakBerplastik.

Untuk menjalankan gerakan ini, Danone-AQUA bekerja sama dengan banyak pihak, mulai dari mitra hingga konsumen. Gerakan ini dimulai dengan meningkatkan pengumpulan sampah plastik. Sejumlah aktivitas dilakukan atas dasar komitmen untuk mencapai sejumlah target.

Pengolahan botol plastik bekas yakni Bali PET Recycling di Jalan Tirta Lepang, Kesiman Kertalangu, Denpasar Tmur, Kota Denpasar, Bali (Kompas.com/Iwan Supriyatna)

Danone-AQUA berkomitmen untuk mengumpulkan sampah plastik lebih banyak dari volume yang digunakan dari lingkungan Indonesia pada tahun 2025. Selain itu, perusahaan ini berkomitmen memimpin kampanye nasional untuk edukasi daur ulang, dan menggerakkan program pengetahuan daur ulang di 20 kota besar pada tahun 2020. 

Komitmen lain yang tak kalah penting adalah membuat seluruh kemasan plastinya dapat didaur ulang `100 persen dan meningkatkan proporsi plastik daur ulang di setiap botol yang digunakan sebesar 50 persen pada 2025 mendatang.

Untuk mencapai target tersebut, Danone-AQUA sudah mulai menjalankan beberapa program. Beberapa dari antaranya yang patut digarisbawahi adalah pertama, mendukung perkembangan daur ulang plastik dengan menjadi donator utama program daur ulang pertama dengan Yayasan Dana Mitra Lingkungan.

Melalui program PEDULI, Danone-AQUA menarik kembali setiap botol plastik bekas melalui jalur retailer dan distributor. Selanjutnya botol-botol bekas itu dicacah dan diekspor ke Taiwan.

Ternyata sampah plastik itu bernilai ekonomis. Karena itu sejak 2010, Danone Ecosystem dan Danone-AQUA telah mendukung bisnis sosial untuk pengumpulan sampah plastik di Indonesia. Bekerja sama dengan komunitas pemulung untuk mengumpulkan hingga 12 ribu ton sampah plastik yang siap didaur ulang. 

Kehadiran enam pusat pengumulan sampah plastik mempermudah proses distribusi. Jumlah tersebut terus bertambah menjadi 10 pusat pengumpulan sampah plastik berikut 10 fasilitas untuk komunitas pengelola sampah.

Tidak hanya bergerak di darat. Danone juga menyasar pengumpulan sampah plastik dari laut.

Jelas program ini tidak mudah. Karena itu perusahaan ini melalui induk perusahaannya ambil bagian dalam misi penelitian bersama The Ocean Cleanup. Ini merupakan sebuah perusahaan rintisan nirlaba dari Belanda yang mengembangkan teknologi canggih untuk membantu pengumpulan sampah plastik dari laut.

Kedua, program Bottle2Fashion. Dari namanya sudah tergambar seperti apa program ini. Selain diekspor ke mancanegara, sampah plastik bisa diolah menjadi produk artistik. Sejumlah produk fashion ternyata bisa dibuat dari sampah botol plastik.

Untuk menjalankan program ini Danone menggandeng H&M Indonesia. Sejak penandatanganan kerja sama pada 4 September 2017 lalu, kedua belah pihak telah menjalankan sejumlah kegiatan. Dimulai dengan memperkuat pengumuplan sampah botol plastik di Kepulauan Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, sampah botol plastik dijadikan bahan baku pembuatan produk fashion seperti sarung tangan. Menariknya, produk ini sudah dijual di seluruh gerai H&M baik di tanah air maupun mancanegara.

Danone-AQUA bekerja sama dengan H&M untuk mengolah botol plastik menjadi sejumlah produk fashion/ Kompas.com/Iwan Supriyatna

Ketiga, Danone juga masuk hingga ke sekolah-sekolah untuk menanamkan kesadaran tentang pengelolaan sampah plastik. 

Rendahnya tingkat kesadaran publik disinyalir menjadi sebab dari persoalan sampah yang ada. Kampanye Ayo Minum Air (AMIR) dan edukasi di sekolah dasar dengan berbagai mitra menjadi bentuk penyadaran sejak dini.

Danone akan terus menambah mitra sekolah agar program ini menjangkau lebih banyak anak di Indonesia. Selain itu, perusahaan ini akan mengadvokasi agar topik tentang daur ulang bisa menjadi bagian dari kurikulum pendidikan di tanah air.

Keempat, sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang bisnis dan industri, Danone juga menggandeng sejumlah lini bisnis dan perusahaan seperti Alfamart dan Telkomsel untuk menjalankan sebuah inovasi bernama Smart Drop Box. Program ini menyasar para konsumen agar mereka bisa mendaur ulang sampahnya.

Kelima, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Danone-Aqua memilki target, enam tahun mendatang seluruh kemasan 100 persen dapat didaur ulang. Selain itu meningkatkan proporsi plastik daur ulang di botol yang dipakai dari 11 persen menjadi 50 persen.

Hanya dengan semangat kebersamaan program dan tujuan baik demi mengurangi sampah plastik bisa berjalan. Untuk mewujudkan target tahun 2025, kolaborasi dan partisipasi aktif tentu tidak hanya sebatas Danone-AQUA dan para mitranya. Semua komponen dimulai dari lingkungan terkecil, para pelaku industri, hingga pemerintah harus bahu membahu.

Resepsi pernikahan Toddy Koten dan Avi di Bajawa, Flores, NTT mencuri perhatian. Gaun pengantin terbuat dari ribuan botol aqua/foto Istimewa

Danone sudah memberi contoh kepada organisasi dan industri khususnya bagaimana bertanggung jawab terhadap keselamatan lingkungan. Semuanya terkristal dalam program 3 R yakni reduce (mengurangi penggunaan plastik pada botol plastik yang tidak diperlukan), reuse (menggunakan botol plastik yang bisa didaurulang) dan recycle (ikut ambil bagian dalam proses daur ulang sampah plastik).

Sejatinya program 3 R ini bisa menjadi gerakan bersama yang bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di semua tingkatan masyarakat. Tidak hanya para pelaku bisnis dan industri semata.

Dari lingkungan terkecil seperti rumah tangga, kegiatan reduce bisa berupa pengurangan produk yang bisa menjadi sampah. Beberapa di antaranya seperti memilih produk yang bisa didaur ulang, mengurangi penggunaan bahan sekali pakai hingga membawa tas belanjaan sendiri saat berbelanja.

Sasaran dari program ini adalah mereduksi sampah yang tidak perlu. Tentu program ini berkaitan erat dengan gaya hidup. Pola hidup konsumtif yang suka boros dan menghasilkan banyak sampah diubah menjadi hemat dan efisien sehingga sampah yang dihasilkan bisa ditekan seminimal mungkin.

Sementar itu aktivitas reuse bisa dalam banyak bentuk, mulai dari yang sederhana hingga membutuhkan kreativitas tingkat tinggi. Sampah plastik bisa dimanfaatkan menjadi aneka kerajinan seperti tas atau dompet, tempat tissue, wadah pensil, hingga payung dan jas hujan.

Ilustrasi dari http://74ufiq.blogspot.com

Intinya, sampah seperti kertas, botol bekas, kaleng dan sebagainya tidak dibuang begitu saja, tetapi digunakan kembali dalam berbagai bentuk. Tidak hanya kerajinan tangan, tetapi juga dalam bentuk paling sederhana seperti dijadikan pot tanaman.

Pilah Sampah Mulai dari Rumah ala Griya Melati

Di samping itu, sampah-sampah itu bisa didaur ulang menjadi barang baru dan berguna. Aktivitas recycle ini akan mewujud dalam banyak bentuk. Misalnya, sisa-sisa kain perca dialihbentuk menjadi kain lap atau keset kaki. Atau diolah dengan teknologi tinggi seperti mengubah botol plastik bekas menjadi biji plastik untuk kemudian dicetak kembali menjadi ember, gantungan hingga pakaian.

Filistay, Menyulap Tempat Pembuangan Sampah Menjadi Homestay

Masih banyak praksis program 3R yang bisa diangkat. Bila enggan terlibat dalam salah satu program itu karena berbagai alasan, masih ada pilihan yang bisa diambil. Barang-barang yang tak terpakai bisa didonasikan atau diberikan kepada orang yang membutuhkan, ketimbang dionggok begitu saja, apalagi membuangnya secara serampangan. Lingkungan, termasuk laut bukan tempat sampah, kawan!




Baca juga:
Mengunjungi Londa, Lokasi Rumah Duka dan Pekuburan Alam
"Widows", Intrik Politik dan Perlawanan Terhadap Stereotip Janda
Keluar Rumah Tanpa Dompet, Kenapa Enggak?

Suatu Ketika di Lokalisasi Surabaya

$
0
0

Setelah penutupan, Dolly kemudian dihias dengan mural (dok. Kompas.com)

Hari itu ketiga kalinya aku berada di daerah Surabaya Barat. Pada sebuah tempat yang disebut red district-nya Surabaya. Suasana gang Dolly masa itu pada saat masih pagi dan ketika sore menjelang malam begitu berbeda. Aku melihat Surabaya dalam sisi yang berbeda.

Sekitar satu dekade yang lalu aku mendapat undangan dari sebuah yayasan penanggulangan AIDS untuk mengetahui tempat-tempat yang diduga menyebarkan AIDS dan upaya yang dilakukan Pemda untuk menanggulanginya. Tur dilakukan di dua daerah, Surabaya dan Makassar yang masa itu menjadi dua di antara daerah yang masyarakatnya banyak terjangkit oleh AIDS.

Tur kami diawali dengan berkunjung ke RSU dr Soetomo yang memiliki bangsal khusus pasien AIDS. Di situ kami dijelaskan para ODHA (orang dengan HIV/AIDS) tidak perlu dikucilkan. Mereka tidak berbahaya seperti anggapan masyarakat awam. Bertemu mereka dan bersalaman tidak membuat pengunjung tertular.

Seorang dokter bercerita bahwa ODHA perlu dukungan mental dari keluarga dan sekelilingnya. Banyak yang drop dan kemudian enggan untuk rutin meminum ARV (antiretroviral). Masih ada stigma negatif di kalangan masyarakat bahwa AIDS adalah penyakit kutukan. 

Padahal, AIDS bukan hanya karena pergaulan bebas, namun juga bisa terjadi karena transfusi darah dan jarum suntik yang tidak steril (terkontaminasi dengan darah pasien yang terinfeksi). Pergaulan bebas di sini karena sering bertukar pasangan dan tidak menggunakan pengaman berupa kondom.

Aku mendapat ilmu baru. Dulu aku takut berdekatan dengan ODHA. Kini aku melihat mereka seperti pasien penyakit berat lainnya, ya meskipun aku masih tidak setuju untuk bagian pergaulan bebasnya.

Tujuan kami berikutnya ke gang yang populer di dunia hitam Surabaya masa itu. Gang Dolly. Dolly ini sebuah kawasan di Surabaya Barat tak jauh dari stasiun televisi di Surabaya. Jalannya memiliki gang-gang yang dihuni masyarakat biasa. Di gang-gang tersebut ada anak-anak dan orang tua seperti kampung pada umumya. Gangnya bersih dan asri. Bahkan ada yang pernah mendapatkan nominasi kampung bersih dan hijau (green and clean).

Ada kekhawatiran warga biasa tersebut akan perkembangan mental anak-anaknya. Oleh karenanya ada sebuah aturan tak tertulis tentang jam bekerja  kawasan "hiburan" tersebut. Waktu itu aku pernah ke daerah sini pagi-pagi hari untuk membuat artikel tentang kampung asri di Surabaya dan memang gang Dolly sepi, tidak ada penjaja, tidak ada kesan bahwa daerah inilah yang disebut daerah kelam di Surabaya

Saat itu sekitar pukul 14.00. Kami melihat deretan rumah-rumah dengan kaca transparan lebar yang penghuninya mulai bersolek.

Rombongan kami diterima oleh seorang mantan mami yang kemudian tobat dan beralih menjadi aktivis anti AIDS. Ia beralasan trenyuh dengan nasib para PSK di sini. Ia bersama yayasan anti AIDS dan pemberdayaan perempuan kemudian mulai mengajarkan berbagai ketrampilan kepada para PSK agar ketika mereka kembali ke masyarakat memiliki ketrampilan dan bisa mencari penghasilan dengan keahliannya. Ia ikut menyosialisasikan pentingnya para tamu menggunakan kondom.

Aku lupa nama-nama mereka, mantan mami dan penghuni panti tersebut. Mantan mami itu melanjutkan kisahnya, tak mudah meminta pelanggan menggunakan kondom. Beberapa penjaga memaksa tamu untuk mengambil dan memakainya. Tapi ketika di dalam kamar tentunya mereka tak bisa mengaturnya. Seorang PSK bercerita bahwa mereka sulit memaksa tamunya untuk menggunakannya, meskipun ada juga kawannya yang bersikap tegas, tak mau "melayani" apabila tak menggunakan kondom.

Bukan Hanya tentang Kesulitan Uang

Saat mengobrol dengan beberapa PSK aku tertegun. Selama ini aku memiliki simpati khusus kepada mereka. Aku menganggap mereka korban, ada yang menjadi PSK karena perdagangan wanita dan ini sebuah realita, juga ada yang karena terbelit masalah ekonomi.

Dia mengaku berasal dari sebuah kabupaten di Jawa Timur. Keluarganya tidak ada yang tahu profesi sebenarnya karena ia mengaku menjadi pramuniaga. Dalam sehari ia bisa "melayani" 8-9 pelanggan dengan tarif sekitar Rp 150 ribu masa itu. Ia memang terbilang cantik dengan baju yang seksi.

Aku bertanya apakah kiranya dia berniat melepaskan diri dari jeratan dunia hiburan ini? Jawabannya membuatku terdiam. Ya, memang tidak semua karena alasan ekonomi dan perdagangan wanita meskipun persentasenya kecil. Ia mengaku menyukai pekerjaannya karena menganggapnya mudah.

Kunjungan ini kemudian berlanjut pada malam hari. Kami menuju berbagai tempat prostitusi di Surabaya. Di Surabaya Timur dulu ada tempat yang disebut kawasan gay, menyasar ke anak-anak muda karena di situ ada berbagai kampus. Mereka punya majalah Gaya Nusantara. Aku tidak tahu apakah majalah dan komunitas itu masih ada. 

Aku sempat mendapatkan majalahnya dan kemudian pusing membaca isinya. Ada sebuah rubrik seperti kontak jodoh yang isinya laki-laki mencari laki-laki dengan kriteria khusus. Kalangan lesbian dulu juga punya tempat khusus di sebuah taman hiburan yang buka malam hari. Aku tidak tahu untuk saat ini. 

Oh ya prostitusi itu pelakunya bukan hanya perempuan tapi juga pria dan kaum waria. Untuk pria aku pernah mendapat kabar bahwa ada di sebuah pusat perbelanjaan tak jauh dari Monkasel (Monumen Kapal Selam). Di kawasan itu juga biasanya ada waria yang menjajakan diri. Bila ada razia kadang-kadang ada yang sengaja menceburkan diri di sungai karena takut tertangkap. Tapi itu sekitar satu dekade silam, entah sekarang.

Biasanya di dalam wisma terdapat sofa dan para PSK duduk di sana sementara calon 'pengguna' bisa melihat dari kaca di luar seperti aquarium (dok Kompas)

Untuk lokasi PSK di Surabaya masa itu bukan hanya Dolly. Perjalanan kami dimulai dari sebuah jalan protokol kemudian mengarah ke makam Kembang Kuning. Di situ kata pemandu kami, PSK-nya sudah berumur. Tarifnya murah. Aku merasa ngeri karena di situ adalah pemakaman. Ya kalau tidak ada kamar, bisa jadi dilakukan di lokasi pemakaman, lanjut si pemandu. Aku mengernyit.

Dari pencahayaan lampu jalan yang samar-samar aku melihat perempuan yang berdiri di pinggir jalan. Dalam hati aku merasa sedih.

Kemudian kami menuju kawasan Jarak, di bilangan Putat Jaya, salah satu pesaing Dolly. Lokasinya tak jauh dengan Dolly. Di sini tarifnya lebih murah daripada Dolly karena usia para PSK-nya lebih tua. Alumni Dolly yang sudah dirasa tak muda juga ada yang  berpindah ke Jarak. Lokalisasi Jarak kemudian ditutup lebih dahulu, menyusul Dolly pada tahun 2014.

Tujuan terakhir kami adalah lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. Julukan yang mengenaskan. Suasananya sangat berbeda dengan saat kami ke sini siang sebelumnya. Sangat ramai, ada banyak mobil lewat di sini dan kemudian menepi. Para PSK di beberapa wisma duduk manis di sebuah sofa panjang di ruang tamu dengan kaca aquarium. 

Seorang pria berkemeja dan berdasi mendekati mobil kami dan menyodorkan sebuah buklet besar seperti buku menu. Kuduga isinya daftar mereka yang bekerja di sana dan tarifnya.

Dulu ada pro dan kontra pada saat akan dilakukan penutupan (dok. Kompas.com)

Suasana ini berbeda dengan ketika aku menginap di penginapan tak jauh dari red district di Singapura. Saat sore menjelang malam suasananya juga berbeda, sama seperti di Dolly. Ada banyak rumah dengan kaca lebar memajang para kupu-kupu malam. Tapi banyak juga yang berdiri di pinggir jalan. Tidak ada pria berkemeja rapu yang mengajak para pejalan kaki atau mereka yang bermobil untuk melihat buku 'menu' .

Keesokan harinya aku mendapat wawasan berbeda di Makassar. Kami berjumpa dengan ODHA di RSU yang penampilannya tak ada bedanya dengan mereka yang sehat. Ia bercerita mendapatkan AIDS karena sering berganti pasangan dan tak menggunakan pengaman. Saat ini ia rajin mengonsumsi ARV dan memeriksakan diri secara berkala. 

Malamnya kami bertemu dengan dua PSK jalanan. Mereka nampak kagok ketika 'dipesan' hanya untuk diwawancarai. Masalah ekonomi dan minimnya ketrampilan tetap menjadi alasan.

Prostitusi Masa Kini Apakah Terkendali?

Dolly resmi ditutup tahun 2014. Lokalisasi yang eksis puluhan tahun itu telah tiada. Namun ada yang sangsi bagaimana pemerintah mengkontrol penyebaran AIDS di daerahnya karena prostitusi sebenarnya masih eksis meski tak terang-terangan. Ada yang menggunakan kedok spa atau pijat, adapula yang menggunakan ruangan khusus di hotel.

Suatu ketika aku tersasar masuk ke sebuah forum yang anehnya ada kategori yang isinya tentang hotel dan spa di berbagai daerah yang menawarkan jasa prostitusi. Di situ ada grup WA nya juga. Aku menggeleng-gelengkan kepala saja. Prostitusi juga ada di media sosial, seperti di twitter, facebook, dan instagram. Apakah mereka terdeteksi dan terkontrol? Entahlah.

ODHA berdasarkan Komisi Penanggulangan AIDS terbanyak pada tahun 2017 masih berada di daerah Papua, Papua Barat Jawa Timur dan DKI Jakarta. Namun bukan berarti daerah lain juga bebas ODHA.

Selama masih ada laki-laki hidung belang maka usaha prostitusi mungkin masih eksis. Pelakunya bukan hanya mereka yang sulit mencari ladang penghasilan tapi adapula yang memang ingin dapat penghasilan besar secara instan. 

Masalah mengkhawatirkan yakni memonitor penyebaran AIDS dan ODHA pada era digital karena sekarang mereka sulit terdeteksi. Selain itu biasanya hanya PSK yang dimonitor, mereka lupa dengan pengguna jasanya, para laki-laki hidung belang yang menularkan ke istrinya. Oh ya PSK dan penggunanya juga bukan selalu perempuan dan laki-laki, bisa sebaliknya, juga bisa jadi sesama jenis. 

Tugas pemerintah bakal makin sulit di era digital ini. Perlu kerja sama dari berbagai pihak untuk memonitor kawasan dan kalangan yang rentan terjangkit AIDS. 

Salah satu kenangan penulis mengunjungi Dolly. Tiga di ujung kanan adalah penulis dan wakil dari yayasan penanggulangan AIDS. Pada saat itu para PSK ramah dan bersahabat (dokpri)





Baca juga:
Masukan Publik untuk Operasional LRT Jakarta
Mengunjungi Londa, Lokasi Rumah Duka dan Pekuburan Alam
"Widows", Intrik Politik dan Perlawanan Terhadap Stereotip Janda

[Topik Pilihan] Bagaimana Caramu Menyikapi Pelecehan Seksual di Ruang Publik?

$
0
0

ilustrasi: ABC News

Yang menyedihkan dari kabar atau berita tentang pelecahan seksual yang sering terjadi adalah justru ketika korban yang (kerap) disalahkan atas kejadian tersebut.

Mungkin kasusnya beragam, tapi tuduhan terhadap korban pelecahan seksual biasa sama: "Makanya lain kali kalau keluar malam jangan sendirian," atau "Kamu pakai pakaian seperti apa?"

Biar bagaimanapun kasus pelecahan seksual merupakan tindak pidana dan pelakunya bisa dihukum ketika terbukti bersalah di persidangan.

Sayangnya, kesadaran atas pelecahan seksual, baik itu di ranah privat atau ruang publik, masih menjadi diskursus yang masih jauh untuk kita indahkan. Sebagai contoh, pernahkah kamu mengintervensi pelecahan seksual yang terjadi di ruang publik? Lalu, apa yang kamu lakukan?

Atau ada yang Kompasianer ceritakan terkait kejadian pelecahan seksual yang terjadi di ruang publik? Baik itu pengalaman atau ketika mendampingi korbannya secara langsung, tentu saja. Sampaikan opini/pendapat Kompasianer terkait topik berikut dengan menambahkan label PelecehanSeksual (tanpa spasi) pada setiap artikel.




Baca juga:
Ratusan Orang akan Berlari demi Bantu Penyandang Disabilitas
Masukan Publik untuk Operasional LRT Jakarta
Mengunjungi Londa, Lokasi Rumah Duka dan Pekuburan Alam

Agrowisata Sondokoro dalam Perspektif Industri Gula Tebu Berkelanjutan

$
0
0

Agrowisata Sondokoro, sumber foto : dok pri

Sekian dasawarsa lalu, memandang kawasan PG Tasikmadoe dalam rasa manis. Gemuruh mesin saat giling tebu hingga aroma manis melumuri kami pelintasnya. Kini menikmati Agrowisata Sondokoro dan menyorotnya dalam perspektif industri tebu berkelanjutan.

Agrowisata Sondokoro

Pabrik Gula (PG) Tasikmadoe serasa menjadi jantung aktivitas warga sekitar. Kala "kadar kemanisan" industri tebu serasa agak menghambar, segeralah ditingkah dengan diversifikasi usaha. PTPN IX mewujudkan Agrowisata Sondokoro berbasis industri tebu.

PG Tasikmadoe (dok pri)

Aneka wahana wisata dapat dinikmati di kawasan terpadu ini. Wahana wisata yang merangkum kesukaan aneka usia juga aneka tujuan dari nostalgia hingga edukasi. Setiap paket dikemas terpisah sehingga pengunjung dapat memilihnya sesuai minat dan anggaran.

Sebagian dari Agrowisata Sondokoro (dok pri)

Apabila lelah berkeliling, tersedia aneka resto, kolam renang bahkan homestay. Agrowisata Sondokoro menawarkan fungsinya sebagai sarana rekreasi, edukasi, relaksasi. Edukasi melalui melihat, memegang hingga sarana audio visual.

Salah satu andalannya adalah wisata spoor alias sepur/kereta api. Tersedia 3 macam spoor yang bertenaga uap dengan pilahan jalur dan durasi perjalanan. Mau pilih spoor gula dengan durasi tersingkat. Spoor Sakarosa menghantar pengunjung menikmati jalur terowongan hingga areal pabrik gula.

Spoor Gula di Agrowisata Sondokoro (dok pri)

Spoor Sakarosa-rute terowongan-pabrik gula (dok pri)

Pengunjung dapat menikmati bagaimana glondongan kayu diempan ke perapian di loko terdepan. Energi uap yang dihasilkan untuk menjalankan kereta api ini. Yaah kereta api, kereta yang dijalankan dengan api.

Spoor Teboe di Agrowisata Sondokoro (dok pri)

Jalur terpanjang dilalui oleh spoor teboe, melewati perumahan pegawai pabrik, terowongan, areal pabrik, miniatur kebun tebu hingga areal lori. Lori pengangkut tebu dari lahan petani, memasuki pabrik di gerbang timbang.

Sepur memasuki terowongan mini (dok pri)

Pergerakan melewati kawasan perumahan dari pegawai, pihak manajemen meneguhkan bahwa pabrik gula menjadi andalan serapan tenaga kerja. Masih cukup banyak pegawai menempati rumah dinas. Untuk tingkat pengelola, cukup banyak rumah dinas besar beraura megah yang kosong.

Sensasi kebun tebu di Agrowisata Sondokoro (dok pri)

Kunjungan di luar musim giling sehingga suasana pabrik off, hanya pemeliharaan. Memohon izin petugas, kami memasuki ruangan pabrik yang paling mudah terjangkau. Melihat ruangan dan jalur gamping penanda sistem karbonatasi yang digunakan di PG ini.

Lori tebu berlatar bangunan timbang (dok pri)

Sekian puluh tahun lalu selalu merasakan kegembiraan kalau berkesempatan mengirim rantang makan siang untuk keluarga yang bekerja di dalam pabrik. Juga kunjungan study tour dari sekolah. Nah, jadi kunjungan nostalgia.

Suasana pabrik (dok pri)

Kesempatan pengunjung mengenalkan beberapa mesin kepada buah hati melalui monumen mesin giling. Peninggalan mesin kuna yang terlihat masih utuh dan kuat. Berharap kesadaran bersama baik pengunjung dan pengelola agar umur guna monumen ini berkelanjutan.

Monumen mesin giling di Agrowisata Sondokoro (dok pri)

Perspektif Berkelanjutan

Pilar keberlanjutan berkaitan dengan pendekatan 3P yaitu people berkaitan dengan ranah sosial budaya, profit merujuk pada aspek ekonomi dan planet yang berorientasi pada aspek lingkungan. Mata rantai pengait antara keberadaan agrowisata Sondokoro dan industri tebu berkelanjutan juga ditelaah dari ke 3 aspek tersebut.

Pilar keberlanjutan diolah dari aneka sumber/Dokpri

Aspek ekonomi: Industri tebu mengait pada subsistem kebun tebu yang melibatkan para penanam. Tebu akan menjadi input dalam proses pengolahan mulai dari giling hingga kristalisasi nira. Pelibatan tenaga kerja yang lumayan tinggi menjadi penggerak sektor ekonomi.

Tak pelak efisiensi dan optimalisasi produksi menjadi penyeimbang antara serapan tenaga kerja dan produktivitas tenaga. Hilirnya diharapkan mewujud pada tingkat kesejahteraan. Keberlanjutan industri tebu melalui diversifikasi usaha agrowisata ini semoga menjadi jembatan pewujud harapan.

Keberagaman sisi dalam agrowisata Sondokoro kiranya juga menjadi penguat ekonomi. Terjalin sinergi antar agrowisata dan industri tebu. Kepuasan pengunjung menjadi daya pikat promosi yang melanggengkan sektor ini.

Aspek Sosial: keriuhan tradisi cembengan menjelang kegiatan giling berlangsung sejak zaman dulu. Kawasan pabrik gula menjadi terbuka bagi umum. Aneka wahana permainan dan kios jajanan tersedia. Konon sebagai wujud syukur atas panen tebu dan mohon doa restu agar operasional pabrik lancar.

Industri gula menjadi bagian dari komunitas masyarakat sekitar. Keriuhan yang dahulu hanya berlangsung sekali dalam setahun dalam rentang waktu tertentu, kini dimodifikasi. Secara sosial agrowisata Sondokoro telah memiliki akar formatnya. Bahkan kini pengunjung penduduk sekitar meluas hingga radius tak terbatas.

Penamaan Sondokoro merangkul cerita rakyat antara Ki Sondo dan Nyi Koro. Perseteruan yang dibuhul dalam kebersatuan. Dirangkumlah nama Sondokoro perekat budaya.

Aspek Lingkungan: Untuk menikmati aura manis, kami masyarakat sekitar pabrik gula juga harus rela rumah terpapar abu dan debu pabrik yang berhembus dari cerobong raksasa. Tentunya dengan kemajuan filterisasi kini ruahan abu/debu bisa ditekan.

Cerobong tampak belakang (dok pri)

Industri tebu juga menghasilkan limbah bagas, blotong hingga tetes. Kini dengan penerapan zero waste industry kiranya tiada lagi limbah. Setiap hasil samping dapat menjadi input bagi industri ekologis lanjutannya.

Bagas selain dipres menjadi bahan bakar juga menjadi media bagi industri jamur. Blotong gumpalan hasil samping penjernihan  nira cukup kaya dengan unsur hara. Menjadi pupuk bagi lahan hamparan tebu. Belajar mengembalikan ke alam untuk menjaga kesuburan tanah.

Aneka industri pengolah tetes semisal pengolahan menjadi alkohol dan energi terbarukan bioenergi. Beberapa industri penyedap masakan menggunakan bahan dasar tetes tebu. 

Pun industri pengomposan memerlukan tetes sebagai aktivator. Dari alam kembali ke alam.

Berdasarkan telaah mini ini kiranya terwujud, Agrowisata Sondokoro dalam Perspektif Industri Tebu Berkelanjutan. 

Beberapa industri tebu melakukan diversifikasi, semisal Agrowisata Madukismo di PG Madukismo Yogyakarta. Museum gula di PG Gondang Winangun Klaten. De Tjolomadoe adalah wisata teranyar di PG Colomadu di dekat bandara A. Sumarmo Surakarta.

Ingin berkunjung? Agrowisata Sondokoro yang berada di kawasan PG Tasikmadoe ini berada di kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar. Hanya beberapa kilometer di sebelah Timur kota Surakarta.

[Catatan: postingan penyemangat para teruna kebun yang sedang belajar menyorot agrowisata dan pertanian berkelanjutan dan menyajikannya di Kompasiana.]




Baca juga:
Pendaftaran Workshop Kompasianival 2018 Dibuka untuk Umum!
Ratusan Orang akan Berlari demi Bantu Penyandang Disabilitas
Masukan Publik untuk Operasional LRT Jakarta

Puisi | Laron-laron Sehabis Hujan

$
0
0

Sumber: Pixabay

Rayap-rayap yang merayap
diam-diam di dalam tanah
dulu hanya bocah-bocah
malam-malam, basah
perlahan berubah

Laron-laron keluar bebas
belajar terbang sekali
lalu mati terlindas
berkali-kali

Meretas keheningan jadi kebisingan
berkelindan mereka pada terang
lampu-lampu di tepi jalan

Sayap-sayap rapuh yang ripuh
terjatuh, terhempas, terlepas
lalu berjalan, kembali
ke tanah, pergi
mati, pulang ke bumi

Mendendang cerita tentang
gurauan sehabis hujan
Kalau manusia
hidup saja
lalu apa
ha?

Laron tertawa
Hahahaha
hahaha
haha
ha?

***
N. Setia Pertiwi
Cimahi, 01 Desember 2018




Baca juga:
Dua Sisi Edukasi Antara Nasabah dan Pemberi Kredit
Pendaftaran Workshop Kompasianival 2018 Dibuka untuk Umum!
Ratusan Orang akan Berlari demi Bantu Penyandang Disabilitas

Cermin Air, Tak Pernah Dusta

$
0
0

Ilustrasi (Pexels)

Cermin ini tak retak
Mengapa wajah cantikku
Tak lagi memikat
Parfum yang ku pakai tak lagi nampak
Ada apa ini?

Bukankah kemarin,
Pujian keindahan menggaung dimana-mana
Untuk setiap kedipan mata
Untuk setiap senyum tipis sahaja
Di depan cermin juga di depan etalase mana saja

Aku harus kembali cantik mempesona
Menghapuskan setiap dahaga
Biarlah cermin ini kuhancurkan saja
Kemudian air menjadi cermin setia
Air tak pernah berdusta

Meski digulung ombak
Kecantikanku harus selalu nampak

Akan kubeli isi lautan semuanya
Dan kuproklamirkan kecantikan abadi pada seluruh ikan yang ada
Hanya aku yang cantik luar biasa
Setiap detik akan ku balas setiap puja
Dan hanya untukku saja
Mahluk lain tak boleh ikut serta




Baca juga:
"A Speaker's Corner" dan Kebebasan Berpendapat
Keluar Rumah Tanpa Dompet, Kenapa Enggak?
Manuskrip, Naskah Kuno di Peradong

Indah Ragam Bahasa Melayu di Pulau Timah

$
0
0

arsip pribadi

Pulau Bangka memiliki luas 11.694 km2, lebih kurang dua kali luas Pulau Bali. Ya, Anda tidak salah baca, Bangka luasnya lebih dari dua kali Pulau Bali, mungkin di antara kita ada yang belum memahami hal ini. 

Bicara mengenai Pulau Bangka, tak lepas dengan pertambangan timah dan perkebunan lada putih. Juga pantai-pantai nya yang luar biasa indah.

Potensi keindahan pantai Pulau Bangka sampai saat ini belum begitu dikenal dibandingkan tetangganya Pulau Belitung. Ya, Bangka dan Belitung memang satu provinsi, namun merupakan pulau yang terpisah.

dokprisudut pantai lain...arsip pribadi

Terlepas dari urusan pariwisatanya, Bangka memiliki keunikan dalam ragam bahasanya. Bahasa Bangka secara umum adalah bahasa melayu. 

Berbeda dengan Belitung yang sepanjang pengetahuan saya hanya memiliki satu ragam Bahasa melayu, di Bangka ada tiga ragam Bahasa melayu yang sehari-hari dituturkan oleh penduduknya.

https://contenttugas.wordpress.com

Dengan "e pepet" seperti di Malaysia
Ragam dengan "e pepet" ini bisa ditemui di daerah Mentok, Jebus dan Toboali. Kurang lebih sama dengan Belitung.

Contoh pelafalan "e pepet" adalah seperti pada kata: sepatu, cepat, gesit.

Pelafalan ini juga bisa kita temukan dalam Bahasa melayu Malaysia. Jadi orang di Mentok, Jebus, Toboali dan sekitarnya akan berkata, "Nak kemane?" untuk bertanya hendak kemana kepada Anda. Atau "Ade ape?" untuk bertanya ada apa. "Die siape?" untuk bertanya dia siapa dan seterusnya.

Dengan "e taling" seperti di Jakarta/Betawi
Penutur dengan "e taling" kita temui di daerah Sungailiat, Pangkal Pinang dan Koba. Nah, pelafalan "e" ini mirip dengan pengucapan di Bahasa Betawi. Contoh pelafalan "e taling" adalah seperti pada kata: esok, elok dan sate.

Orang Sungailiat, Pangkal Pinang dan Koba mengucapkan, "Nak kemane?" , "Ade ape?", dan "Die siape?" (ingat pakai "e taling", yaitu "e" dalam Bahasa Betawi).

Dengan "o" seperti di Palembang/Jambi
Dan terakhir, hanya di daerah Belinyu dan sekitarnya kita temui penutur dengan menggunakan "o", seperti pada melayu Palembang dan Jambi.

Orang Belinyu akan mengucapkan: "Nek kemano?", "Ado apo?" dan "Nyo siapo?"

Saking beda sendirinya dialek di Belinyu ini, orang-orang di Pangkal Pinang atau di Mentok biasa berkata, "Urang Belinyu tu, nak nye katenye lah!" (Orang Belinyu itu mau katanya sendiri saja), bandingkan dengan "Wong Belinyu tu, nek nyo kato nyo lah!"

Penggunaan "aok" atau "ok"
Penggunaan "aok" atau "ok" (dibaca ok, bukan oke) adalah sebagai kata penegas di ujung kalimat, semacam question tag di Bahasa Inggris.

"Jangan kemane-mane, aok?" atau "Jangan bilang siape-siape, ok?" ("Jangan kemana-mana, ya?" atau "Jangan bilang siapa-siapa, ya?"). Tapi sekali lagi untuk "aok" dan "ok" ini tidak berlaku di Belinyu.

Untuk maksud yang sama, penutur di Belinyu akan berkata: "Jangan kemano-mano, yo?" atau "Jangan bilang siapo-siapo, yo?"

Mudah-mudahan Anda tidak bingung. Kalau mau dieksplorasi, masih banyak lagi hal terkait ragam Bahasa Melayu di Bangka ini. Dan cara yang paling tepat mengakhiri kebingungan Anda adalah merasakannya sendiri langsung di Pulau Bangka.

Jadi kapan ikak (anda atau kalian) pegi ke Bangka?  




Baca juga:
Eritrea, "Korea Utara" di Afrika
"A Speaker's Corner" dan Kebebasan Berpendapat
Keluar Rumah Tanpa Dompet, Kenapa Enggak?

Cantiknya Pesona Bawah Laut di Sabang

$
0
0

Bersama ikan hias yang ada di Pulau Rubiah (dok pribadi)

Sabang adalah salah satu kota di Aceh. Kota ini berupa kepulauan di seberang utara pulau Sumatera, dengan Pulau Weh sebagai Pulau Terbesar. Sabang menyimpan pesona bawah laut yang memukau. 

Sangat direkomendasikan untuk pencinta wisata bahari. Keindahan bawah lautnya sangat sayang untuk dilewatkan, terutama ikan hias kecil dan terumbu karangnya.

Kalau sudah ke Banda Aceh, jangan lupa untuk menyempatkan diri untuk menyeberang ke Sabang.  Hanya sekitar 45menit dari Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh dengan kapal cepat untuk tiba di Pelabuhan Labohan, Sabang.

Dengan menggunakan kapal cepat Express Bahari 8B, kami berangkat ke Sabang tanggal 17 November 2018 jam 16.00.  Kapalnya besar dan bersih dengan tempat duduk menghadap ke depan. Tanpa terasa 45menit kemudian kami sudah tiba di Sabang.

Sampai di Pelabuhan Labohan, kami sudah dijemput oleh supir yang memang sudah dipesankan oleh teman kami, Wibendi. 

Karena kami ber-8 maka kami memakai 2 mobil, perjalanan dari pelabuhan Labohan ke tempat kami menginap berliku-liku, sehingga ditakutkan kalau hanya memakai 1 mobil yang duduk di belakang akan pusing.  

Setiba di penginapan hari sudah gelap. Kami mengakhiri perjalanan hari ini dengan ngopi sebentar di cafe Fina dan setelahnya masuk ke peraduan untuk mengisi tenaga buat besoknya.

Rencana kami tanggal 18 November 2018 adalah snorkeling dan keliling pulau. Sekitar jam 09.30 kami pun dijemput oleh tour guide untuk membawa kami keliling pulang dan snorkeling. 

Kami menyewa perahu untuk 8 jam seharga Rp 1.000.000,-, upah tour guide Rp 350.000,-, dokumentasi underwater Rp 200.000,- dan sewa alat snorkeling Rp 40.000,-/pcs. 

Perahu yang mengantar kami keliling pulau (dok pribadi)

Spot pertama kali adalah Pulau Rubiah. Setelah menitipkan koper kami ke Iboih Inn Resort, tempat kami bermalam nantinya, kami segera meluncur ke Pulau Rubiah. Dinamakan Pulau Rubiah, karena di pulau ini terdapat makam Cut Nyak Rubiah. 

Pulau ini merupakan salah satu pulau yang selalu menjadi kunjungan wisatawan, karena keindahan ikan hias kecil yang terdapat di sini.  Pulau Rubiah tidak berpenghuni. 

Tetapi terdapat beberapa warung makanan dan minuman serta sebuah penginapan yang ukurannya sangat kecil, hanya tersedia 2 kamar saja.

Begitu sampai di Pulau Rubiah, kami menunggu sebentar tour guide kami yang menyediakan mie rebus yang dimasukkan ke plastik dan dilubangi diujungnya. Ternyata tujuannya untuk memancing ikan mendekat pada saat foto underwater.

Dan lihatlah betapa banyaknya ikan yang mendekat karena dikasih makan mie rebus tersebut. Ikan-ikan di sini ternyata jinak-jinak dan tidak takut terbukti dengan banyaknya ikan hias yang berkerumun di tempat kami.

Ikan hias yang ada di Pulau Rubiah (dok pribadi)Snorkeling di Pulau Rubiah (Dok pribadi)

Setelah jam 12.00 kami pun beranjak naik untuk menikmati makan siang. Berikut menu makan siang kami: ikan bakar, kangkung, sate gurita, tempe & emping dengan semangka sebagai pencuci mulut. Karena lapar tidak pakai lama, makanan tersebut langsung ludes.

Makan siang di Pulau Rubiah (dok pribadi)Menu makan siang di Pulau Rubiah (Dok pribadi)Sate gurita (dok pribadi)

Habis makan siang, kami pun melanjutkan perjalanan dari pulau Rubiah ke pulau lain yang letaknya tidak begitu jauh dari pulau Rubiah. Terumbu karang di sini masih bagus dan tidak rusak seperti yang ada di pulau Rubiah. Berikut beberapa terumbu karang yang sempat terekam kamera. 

Terumbu karang ini bukan diambil dari satu tempat saja, tetapi dari beberapa tempat, karena kami sempat naik turun perahu untuk snorkeling menikmati ikan hias dan terumbu karang di tempat yang ditentukan oleh tour guide.

Tempat-tempat yang kami datangin tersebut ombaknya tidak terlalu besar, malah terkesan tenang sehingga tidak terlalu capek berenangnya. Tempatnya masih sekitaran pulau Rubiah. 

Tetapi nama pulaunya sudah berbeda. Saya sempat menanyakan ke bapak yang menggemudikan perahu, hanya saya sudah lupa nama-nama pulaunya :)

Coral piring (dok pribadi)Terumbu karang (dok pribadi)Terumbu karang (dok pribadi)Terumbu Karang (dok pribadi)

Sekitar jam 15.00 kami pun pulang, karena teman kami ada yang sudah kedinginan. Masih ada 2 tempat yang tidak kami datangi, salah satunya adalah tempat yang ada ikan nemonya. 

Tetapi jujur saya sudah cukup senang dan puas snorkeling di sini, melihat terumbu karang yang masih asri dan bagus serta ikan-ikan hias yang jinak disini. 

Sungguh tak henti-hentinya mengucap syukur atas karunia Tuhan yang sangat luar biasa ini. Bagi pencinta wisata bahari, pulau Rubiah dan sekitarnya ini sangat saya rekomendasikan.

Tugu KM 0
Tanggal 19 November 2018, rencananya adalah city tour. Tadinya rencananya ke Tugu Km 0 & air terjun, tetapi karena hujan semalaman dari tanggal 18 November 2018 dan sampai paginya masih hujan maka air terjunnya tidak jadi kami datangi. 

Kami hanya menyempatkan diri ke tugu Km 0 dan berhenti foto-foto di tempat yang instagramable. Berikut beberapa foto yang merekam keindahan pulau Sabang:

Berpose di depan Tugu KM 0Berpose di tulisan PULAU WEH (Dok pribadi)Berpose di Pantai Paradiso (dok pribadi)View di belakang kami adalah pelabuhan Labohan. Indah bukan? (dok pribadi)

Dengan menginjakkan kaki ke Sabang, maka tercapailah sudah perjalanan saya dari Sabang sampai Merauke (Papua).  Sungguh tidak bisa dipungkiri keindahan Indonesia memang tidak terkalahkan. 

Semoga infrastruktur yang kurang dapat segera ditingkatkan sehingga pariwisata kita bisa berkembang dengan pesat, tidak saja hanya mendatangkan turis dari lokal, tetapi juga dari  mancanegara.

Selamat pagi rekan kompasianer. Selamat bekerja....

Jakarta, 03 Desember 2018

Salam,
Sisca Dewi




Baca juga:
Penghasilan Nelayan Nener di Sidakarya Berkurang karena Proyek Wisata Hutan Mangrove
Eritrea, "Korea Utara" di Afrika
"A Speaker's Corner" dan Kebebasan Berpendapat

Reuni 212 Punya Daya Kejut, Umat Islam Dukung Prabowo?

$
0
0


Peserta aksi reuni 212 memadati kawasan Monas dan Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Minggu (2/12/2018). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj.(Antara Foto/Sigid Kurniawan)

Terlepas dengan pro kontra Reuni 212 agenda politik atau bukan, acara yang dikemas itu menurut penulis mempunyai daya kejut sendiri. Dua tahun yang lalu saat Pilkada DKI Jakarta, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) mampu mengumpulkan sekian juta umat muslim dalam format gerakan massa 212. 

Ahok, jadi musuh muslim karena beda agama dan nginjak detonator Al-Maidah. Maka terciptalah solidaritas Islam saat itu. Ahok yang digdaya, akhirnya tumbang.

Pada Minggu (1/12) pagi, panitia yang sama kembali mengumpulkan jutaan muslim (hitungan panitia) di Monas dengan bungkusan reuni dan sukses besar. 

Pada acara tersebut hadir calon presiden (capres) 02 Prabowo (08) didampingi Pak Amien Rais, Zulkifli Hasan dan tokoh-tokoh pendukung 08 dari partai politik.

08 melebur dengan tokoh-tokoh 212 dan memakai topi putih bertulisan kalimat tauhid memberikan pidato sedikit sebagai calon presiden, nyebutnya begitu. 

Massa demikian semangat mendengar sambutan habaib, terlebih ada rekaman pidato Habib Rizieq Shihab (HRS), ikon 212 yang masih di Saudi dengan pesan 2019 ganti presiden dan lainnya yang menyerang petahana. 

Lengkaplah sudah, konsep perencana yang ingin menunjukkan dan memengaruhi umat muslim Indonesia bahwa 08 didukung jutaan kaum agama Islam.

Analisis Intel-Politik

Perencananya itu ahli, ini bukan panggung politik, 08 tidak melanggar ketentuan. Jadi, Reuni 212 adalah sebuah ukhuwah islamiyah yang berarti persaudaraan Islam.

Adapun secara istilah ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah.

Dari sisi intelijen, kegiatan tersebut adalah upaya conditioning (penggalangan). Mengondisikan umat Islam untuk bersilaturahmi dalam jumlah besar, di tempat khusus dengan tujuan gerakan moral serta pernak-pernik pemahaman ukhuwah. 

Diharapkan akan tercipta kembali solidaritas serta rasa kebangkitan Islam. Itu pesan yang ditancapkan kepada hati yang hadir.

Akhirnya, dengan upaya keras panitia dalam mengomunikasikan,

Dukungan logistik yang pasti dan jelas, terciptalah semangat sekian juta orang yang datang dengan berbagai alasan. 

Dimana inti penggalangannya? Saat massa terkumpul, mereka mudah disatukan dengan tujuan panitia. 

Prabowo pidato, HRS pidato tanpa sosok (streaming), ya massa diarahkan dukung 08. Tanpa sekolah politik, tiap orang juga tahu itu gerakan politik.

Kalau dulu dalam Pilkada DKI, Ahok dituduh menista Islam, tim sukses (timses) 08 kini nampaknya sulit menjatuhkan citra Pak Jokowi seperti Ahok. 

Jokowi agamanya sama, dosa dunianya susah dicari, dan oleh rakyat kerjanya dinilai bagus. Jadi, timsesnya berusaha merebut dukungan konstituen Indonesia yang mayoritas muslim dengan bukti sukses mengumpulkan muslim di Jakarta dan sekitarnya, serta dari kota-kota yang sudah digarap.

Kegiatan ini adalah sebuah usaha cerdik untuk menang. Apakah dengan demikian 08 dapat dukungan umat Islam se-Indonesia?

Belum tentu, karena dalam politik, tiap muslim juga punya jalurnya sendiri-sendiri. Di kelompok Parpol 08, ada parpol Islamnya; PKS dan PAN. Sementara di kubu Jokowi ada PKB, PPP, pengikut Kiai Ma'ruf Amin, NU, belum lagi parpol nasionalis yang kader dan simpatisannya juga mayoritas Muslim.

Dalam rangkaian acara tersebut, Ketua Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al-Khathath mengajak yang hadir berdiri untuk mengucap sumpah Reuni 212 ke Habib Rizieq agar Syariat Allah berdaulat di Indonesia.

Kesimpulan

Pilpres 17 April 2019 masih 4 bulan lagi, dinamika politik masih bergerak. Prabowo sebaiknya jangan tersenyum dahulu. Kumpulan massa di Monas itu sangat kecil dibandingkan konstituen yang sekitar 185 juta dan belum tentu mayoritas yang hadir itu akan mencoblos pasangan capres 02.

Tapi, Pray akui timsesnya cukup cerdik memanfaatkan momentum, paling tidak punya efek pengaruh kepada swing voters dan pemilih baru. 

Sumpah kepada HRS itu semacam baiat, belum tentu laku juga. Terlalu awal dan belum diteliti motivasi mereka yang hadir. Tidak semua umat Islam di Indonesia suka kepada HRS dan ide khilafah.

Di lain sisi, Tim Kampanye Nasional (TKN) petahana harus waspada menganalisis gerakan 212 atau apalah namanya selanjutnya, yang terbukti mampu melakukan penggalangan dengan tabir Reuni 212. 

Petahana adalah pihak yang diserang, pergunakan rumus militer. Pasukan yang bertahan harus tiga kali lebih kuat dan mampu dibandingkan lawan, jadi jangan sama dengan lawan.

Hati-hati lawan politik sudah satu langkah di depan. Pasti TKN kini terkejut melihat kesuksesan Reuni 212. 

Dalam istilah golf jangan sekali-kali "Lengbet", kalau meleng disabet. Jangan sepelekan kelompok yang mengusung simbol lafaz tauhid. 

Oleh: Marsda Pur Prayitno Ramelan (Pengamat Intelijen)




Baca juga:
Pentingnya "Vitamin EPS" bagi Kenaikan Harga Saham
Penghasilan Nelayan Nener di Sidakarya Berkurang karena Proyek Wisata Hutan Mangrove
Eritrea, "Korea Utara" di Afrika

Kompasianer Medan, Yuk #BicaraBaik untuk Masa Depan Bangsa!

$
0
0

Medan #BicaraBaik bersama Semen Indonesia dan Kompasiana

Dengan hadirnya internet, arus pertukaran informasi menjadi terbuka lebar dan siapa saja bisa saling berinteraksi dan bertukar informasi. Kemudahan tersebut tentunya harus digunakan secara bijak, terutama dalam berinteraksi di media sosial. Penggunaan media sosial di Indonesia pun cukup tinggi, berdasarkan survei Hootsuite 2018 ada sekitar 130 juta orang pengguna aktif media sosial.

Semen Indonesia mengajak generasi muda di Kota Medan untuk bijak memanfaatkan media sosial dengan membuat konten kreatif dan bermanfaat. Dengan begitu, media sosial dapat memberikan pengaruh positif bagi lingkungan. Medan sendiri merupakan kota kelima dalam rangkaian acara #BicaraBaik yang digelar oleh Semen Indonesia setelah sebelumnya diadakan di Rembang, Surabaya, Tuban, dan Makassar.

Nah Kompasianer Medan, yuk ikut #BicaraBaik di media sosial! Mau ikutan? Simak dulu ketentuan kegiatan di bawah ini:

  • Tema: Medan #BicaraBaik
  • Hari/tanggal: Rabu, 19 Desember 2018
  • Waktu: 09.00 - 14.35 WIB (registrasi peserta 30 menit sebelum acara)
  • Tempat: Ghetto Caf, Jl. Iskandar Muda, Petisah Tengah, Medan Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara 20111
  • Pembicara:
    • Dolly Regar, Food Blogger
    • Yuki Anggia, Travel Blogger
  • Kuota: 10 Kompasianer
  • Aktivitas:
    • Sosialisasi dan edukasi
    • Diskusi dan tanya jawab
    • Permainan interaktif

Untuk mendaftarkan diri, segera klik tombol "DAFTAR" pada bagian atas halaman ini.

Yuk segera  daftarkan dirimu sekarang juga dan ayo jadi generasi muda yang selalu #BicaraBaik! [DIN]




Baca juga:
Akhirnya, Ada Senyuman di Wajah Fans Arsenal
Pentingnya "Vitamin EPS" bagi Kenaikan Harga Saham
Penghasilan Nelayan Nener di Sidakarya Berkurang karena Proyek Wisata Hutan Mangrove
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live