Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

Apa yang Salah dengan Manusia Saat Ini?

$
0
0

(KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO)

"Apa yang salah dengan masa kini? 

Belum pernah terjadi sebelumnya bentuk kehidupan yang tidak menghargai ekosistem yang sehat melebihi manusia zaman sekarang. Belum pernah terjadi sebelumnya satu spesies mengubah planet bumi dan mendominasi bumi dalam skala yang luas. Manusia sekarang ini sepertinya berpikir bahwa mereka adalah penguasa atas alam dan juga mungkin berpikir bahwa mereka adalah generasi terakhir di planet bumi ini."

Demikian dikatakan oleh pendiri EEIU (Eco-Ethcs International Union) Prof. Dr. Otto Kinne. Otto Kinne adalah seorang Jerman yang memberi perhatian khusus untuk menjaga keharmonisan dan ekosistem bumi ini. Bersama komunitasnya, ia selalu menyerukan kepada setiap orang di dunia ini agar tidak sombong atau tidak rakus mengeksploitasi alam ini.

Apa yang dilontarkan Otto Kinne di atas bertujuan menyadarkan manusia agar berhenti menjadi raja atas alam dan mulai menjadi sahabat yang saling melengkapi dan memelihara keutuhan ciptaan di bumi ini.

Kompas cetak edisi Sabtu, 17 November 2018, merilis berita tentang "Ekosistem Makin Tak Seimbang." Di katakan bahwa, "Pembangunan yang hanya bertumpuh pada kepentingan ekonomi telah merusak lingkungan. Dampaknya populasi hewan menurun, kehidupan manusia pun terancam."

Kita bahkan tidak bisa lagi mengharapkan pemulihan yang berjalan secara alami. Alam telah kehilangan kendali atas dirinya sendiri akibat ulah manusia yang terus mengurasnya secara membabibuta tanpa memperhatikan pemulihan yang serius dan efektif.

Laporan dari The living Planet Report 2018, yang dikeluarkan WWF Oktober lalu, menyebutkan dampak aktivitas manusia, membuat kondisi satwa liar, hutan, lautan, sungai, dan iklim semakin buruk (bdk. Kompas, 17/11/18).

Alih-alih meregenerasi dan meregulasi dirinya, alam terus bergolak, memuntahkan bencana demi bencana yang mengancam kehidupan manusia dan mahkluk hidup lainnya. Banjir, tanah longsor, yang kita alami selama ini hendaknya memantik kesadaran kita untuk bertindak menyelamatkan bumi ini dari kehancuran total.

Ekologi dan Mitologi

Akan tetapi kita harus mulai dari mana? Memang masalah kerusakan lingkungan adalah masalah yang kompleks. Tidak hanya terjadi karena faktor ekonomi, tetapi juga dari aspek hukum, teknologi dan kebijakan politik. Tanpa menafik kekompleksan itu, kiranya kita perlu menghidupkan kembali kearifan-kearifan mitologis yang kita miliki.

Hal ini perlu kita lakukan sebagai sebuah alternatif untuk mengimbangi bahkan kalau perlu mengcounter mentalitas dominatif, konsumtif, dan eksplitatif yang menjadi biang kerusakan lingkungan.

Bangsa kita kaya dengan beragam mitologi. Masing-masing daerah memiliki beragam mitos yang menjelaskan tentang asal usul alam semesta juga kedudukan manusia dalam alam semesta. Mitos-mitos itu tampil dalam bentuk cerita atau legenda, puisi, nyanyian, mantra dan doa.

Meskipun berbeda, semua mitologi itu mengatakan satu hal: manusia itu bagian utuh dari alam. Ia bukan subjek otonom. Ia memainkan peran penting dalam proses pelestarian alam. Maka sebagai bagian dari alam, kebahagiaan manusia tidak terlepas dari relasinya dengan alam semesta.

Jika manusia bersikap baik terhadap alam, maka kehidupannya akan selamat, makmur. Sebaliknya jika ia menciderai alam, maka hidupnya akan susah.

Jadi dalam paradigma mitologi, alam itu seperti sebuah komunitas sosial. Ia memiliki daya pertahanan diri terhadap setiap perlakuan negatif lingkungan sosial manusia yang menempatinya. Ia juga memiliki mekanisme pelayanan dan reward terhadap setiap perlakuan positif dari lingkungan sosial yang menempatinya.

Pentinganya alam bagi manusia melahirkan tuntutan etis agar manusia bersikap baik terhadap alam. Tuntutan itu tercetus dalam tabu-tabu. Dengan tahu-tabu itu masyarakat primitif mendasarkan prinsip moralitas tindakannya. Baik buruknya tindakan manusia ditentukan oleh ketaatan manusia dengan tabu-tabu tersebut.

Sehubungan dengan ini berbagai bencana alam, entah banjir, tanah longsor, tsunami, kelaparan, sering dilihat dalam hubungannya dengan perilaku moral terhadap alam. Dengan itu mitologi mencetuskan suatu etika yang tidak hanya berlaku bagi manusia itu sendiri tetapi juga alam semesta secara keseluruhan.

Fakta bahwa ada peristiwa alam yang terjadi di luar jangkauan manusia seperti adanya kelahiran, kematian, bencana, juga menghubungkan alam dengan yang gaib, ilahi. Oleh budaya-budaya tertentu alam dijadikan representasi kehadiran yang ilahi.

Sakralisasi alam ini tidak semata-mata berarti mitologi, melanggengkan penyembahan berhala. Ia pertama-tama hendak menyampaikan bahwa sebagai subjek, alam sebagaimana manusia, pun harus dihormati, bahkan dengan penghormatan kepada yang ilahi.

Apa yang mau dikatakan dari semua elaborasi ini adalah bahwa mitologi menyajikan pada kita sebuah alternatif lain dalam berelasi dengan alam. Bahwa alam bukan objek yang menjadi sasaran manipulasi, eksploitasi manusia. Alam adalah subjek yang mendapat perlakuan subjektif.

Alam bahkan menentukan keberlangsungan hidup manusia. Maka berprilaku baik terhadap alam adalah berprilaku baik terhadap manusia itu sendiri. Menyelamatkan alam berarti menyelamatkan masyarakat manusia yang hidup di dalamnya.

Dalam perspektif mitologi, alam tidak hanya memiliki nilai ekonomis untuk dikeruk demi memenuhi kebutuhan jasmani manusia. Alam juga memiliki nilai sakral yang memenuhi kebutuhan rohani manusia.

Sederhana saja, siapa yang tidak tergerak hatinya oleh keindahan alam? Banyak yang bersaksi bahwa mereka memiliki relasi yang mendalam dengan pencipta berkat kontemplasi penuh hormat dan cinta akan keindahan dan keajaiban alam.

Dimensi Ontologis Alam

Dewasa ini memang orang tidak lagi mendasarkan asal usul keberadaannya kepada alam. Namun dimensi ontologis-ekologis yang digagas oleh mitos penting dalam menegaskan nilai perlunya alam bagi keberlangsungan hidup manusia.

Bagi manusia alam mutlak perlu. Alam bukanlah realitas fisik yang berada di luar diri manusia. Ia adalah entitas keseluruhan yang menyentuh hidup manusia. Maka yang menjadi tolok ukur etika perbuatan manusia bukan hanya dengan sesama manusia, tetapi terlebih keharmonisan relasi manusia dengan alam.

Dengan ini mitologi sebenarnya menawarkan suatu etika kosmik. Etika yang tidak hanya berlaku bagi manusia, tetapi juga lingkungan alam seluruhnya. Etika macam inilah yang sebetulnya paling dibutuhkan manusia dalam mengelola hidupnya yang terancam musnah akibat kerusakan ekologi.




Baca juga:
Fitur Kunci Artikel untuk Pengalaman Berkompetisi yang Lebih Sehat di Kompasiana
Nikmatnya Lontong Tuyuhan Khas Rembang yang Segar dan Pedas
Sulitnya Menerapkan Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Bidang Bisnis

Puisi | Ini Masih tentang Rindu

$
0
0

Ilustrasi (Pixabay)

Pada sekuntum mawar yang tumbuh anggun di halaman. Diam-diam rindu kusembunyikan. Kusematkan satu-satu. Di sela-sela duri yang menyerupai jeruji paku.

Aku berharap. Di suatu pagi yang masih gelap. Kau terbangun dari tidur lelap. Lalu datang bertandang. Memetik mawar itu. Merengkuhnya erat-erat di dalam dekap paling hangat. 

Pada setangkai kecubung yang tumbuh liar di lereng gunung. Kutitip rindu tiada terbendung. Kugantung rindu itu tinggi di pucuk awan.

Aku berangan. Di suatu senja ketika musim hujan mulai menyapa. Kau terkesima. Sebab, di antara rinai yang melompat-lompat. Kau melihat. Rinduku meregang begitu hebat.

Pada setangkup melati yang tumbuh bersahaja di pinggir kali. Kuselipkan rindu tiada terperi. Kurangkai hati-hati. Hingga membentuk lingkar kalung suci. Kusematkan pada leher seekor angsa. Sebagai pertanda. Setia itu selalu terjaga. 

Kelak jika takdir baik itu benar adanya. Aku ingin kau tidak saja membawakan setangkai bunga. Tapi juga mempersembahkan cinta

Ini masih tentang wangi rindu. Yang belum sepenuhnya direstui oleh waktu. 


***

Malang, 20 November 2018

Lilik Fatimah Azzahra




Baca juga:
Nasi Bungkus Gratis Setiap Hari di Kota Salatiga
Terpesona Baju Kulit Kayu Khas Dayak Deah di Tabalong
Menyoal Harga Makanan di Bandara yang "Super" Mahal

Ayo, Ceritakan Potensi UMKM di Pelosok Negeri Versi Kamu!

$
0
0

image-berita-admin-alt-2-rev1211-1-5be8f3636ddcae2dfa444552.jpg

Keberadaan UMKM memegang peranan penting sebagai penggerak roda perekonomian nasional. Tercatat, UMKM mampu menyumbang ke Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 60,34 persen, sekaligus menyerap tenaga kerja hingga 97 persen.

Dengan luasnya wilayah Indonesia dengan karakteristiknya masing-masing, setiap daerah berpotensi memiliki keunggulan produk UMKM-nya tersendiri. Dalam perkembangannya, UMKM diharapkan bisa membawa dampak positif terhadap perekonomian ataupun sosial.

JNE sebagai perusahaan jasa kurir ekspres dan logistik sangat mendukung perkembangan UMKM hingga ke pelosok negeri. Saat ini, JNE memiliki 8 wilayah regional yaitu Sumatera, Jakarta, Bodetabekcil (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cilegon), Jabar, DIY-Jateng, JTBNN (Jawa Timur, Bali, NTT,NTB), Kalimantan, Sulampapua (Sulawesi, Ambon, Papua) yang terus berkomitmen menghadirkan layanan bagi penggunanya.

Apakah Kompasianer punya cerita unik dan menarik seputar pelaku pelaku usaha UMKM yang ada di daerah atau lingkungan sekitarmu? Ayo ceritakan keunikan tersebut dalam blog competition "Melihat Potensi UMKM di Pelosok Negeri" yang diadakan oleh JNE bersama dengan Kompasiana. Sebelum ikutan nulis, pastikan kamu simak informasi syarat dan mekanismenya berikut ini ya.

SYARAT & KETENTUAN

  • Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di Kompasiana.com
  • Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat), dan tidak sedang dilombakan di tempat lain)
  • Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana

MEKANISME

  • Tema besar: Melihat Potensi UMKM di Pelosok Negeri
  • Kompasianer diminta untuk menuliskan cerita atau profil pelaku usaha UMKM di daerah atau lingkungan sekitar Kompasianer. Selain itu juga mengulas tentang dukungan JNE sebagai industri logistik dalam menumbuhkan potensi pelaku usaha dengan menghadirkan layanan ke seluruh wilayah Indonesia
  • Periode: 12 November -- 8 Desember 2018
  • Tulisan tidak lebih dari 1.500 kata
  • Peserta wajib mencantumkan label potensiUMKMIndonesia dan JNE28Tahun dalam setiap tulisan, serta label regional yaitu:
    • Label UMKMSumatera untuk wilayah Sumatera
    • Label UMKMJakarta untuk wilayah Jakarta
    • Label UMKMBodetabekcil untuk wilayah Bodetabekcil (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cilegon)
    • Label UMKMJabarDIYJateng untuk wilayah Jabar, DIY-Jateng
    • Label UMKMJTBNN untuk wilayah JTBNN (Jawa Timur, Bali, NTT,NTB)
    • Label UMKMKalimantan untuk wilayah Kalimantan
    • Label UMKMSulamPapua untuk wilayah Sulampapua (Sulawesi, Ambon, Papua)
  • Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba tidak bisa diikutkan lomba
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
  • Pemenang akan diumumkan setelah 14 hari kerja periode lomba usai

Note: Blog competition ini dibuka untuk umum, dan nantinya akan dipilih 8 pemenang artikel regional dari masing-masing 8 regional JNE. Dari delapan artikel pilihan itu kemudian akan dipilih 3 artikel favorit yang berkesempatan mendapatkan hadiah paket wisata ke Labuan Bajo dan uang tunai. 


HADIAH 

  • 8 pemenang dari 8 regional: hadiah uang tunai @ Rp 2.000.000,-
  • Grand prize 3 artikel dari 8 regional: hadiah paket wisata ke Labuan Bajo + uang saku


Note: 

- Keberangkatan ke Labuan Bajo, meeting point di Jakarta 

- Transport tiket pesawat dari wilayah regional masing-masing pemenang ke Jakarta akan ditanggung oleh JNE


Bagi tiga pemenang artikel favorit diharapkan untuk menuliskan 1 artikel yang menceritakan pengalaman saat pergi liburan ke Labuan Bajo bersama JNE.

Seru, ya! Ayo, segera kirimkan cerita terbaik Anda dan menangkan hadiahnya! Untuk mengikuti event Kompasiana lainnya, silakan kunjungi halaman ini. (GIL)




Baca juga:
Dengan Berat Hati Rasulullah Berkata, "Tidak"
Nasi Bungkus Gratis Setiap Hari di Kota Salatiga
Terpesona Baju Kulit Kayu Khas Dayak Deah di Tabalong

Nostalgia dengan Nomor-nomor Hits Musisi Belia Tempo Dulu

$
0
0

Ilustrasi: genius.com

Dosen bahasa Inggris saya saat kuliah dulu salah satunya ada yang gaul abis. Beliau yang mengaku kerap dipanggil dengan Bachteria alih alih Bahtera nama aslinya oleh teman-teman kuliahnya di Australia sana pada suatu hari tiba-tiba datang ke kelas dengan memanggul mini compo. Gayanya sudah seperti remaja Bronx tapi minus blink-blink tentunya.

Sambil mesam-mesem, pria berdarah batak itu pun memencet tombol "play" dan terdengarlah nomor milik Jon Secada yang berjudul If You Go. Lalu sepanjang 2 jam mata kuliah Bahasa Inggris itu, kelas pun dibuat ramai dengan suara kami yang sungguh merdu mendayu menyanyikan lagu pop yang tenar di era 90-an itu, Bina Vokalia aja mah lewat lah, uhuks.

Belajar bahasa Inggris melalui musik bukanlah kali pertama bagi saya kala itu karena saat di Sekolah Menengah Atas, salah satu guru bahasa Inggris saya pun melakukan hal yang sama, namun minus alat pemutar musik tentunya. Ya, saat itu ruangan kelas di SMA kan tidak didesain kedap suara, mau didamprat kelas sebelah? Nikka Costa. Ilustrasi : www.macomelosai.itNah, lagu yang dijadikan bahan ajaran kala itu adalah salah satu lagu yang populer milik Nikka Costa yang bertajuk "First Love". Remaja 80 sampai 90-an pasti pernah kesentil deh dengan lagu pop yang liriknya terasa "kok gue banget" itu, ihiks. Pemilik nama lengkap Domenica Costa itu menyanyikan lagu kebangsaan paguyuban cinta monyet ini ketika usianya baru saja menginjak 11 tahun.

Nikka Costa adalah salah satu penyanyi yang lagu-lagunya tak lekang oleh waktu. Selain "First Love" yang fenomenal, wanita yang tahun lalu merilis album Jazz bertajuk "Nikka & Strings, Underneath And In Between" itu pun terkenal dengan lagu beraroma belia lainnya seperti "I Believe in Love" serta nomor milik Melissa Manchaster yang ia nyanyikan ulang berjudul "Through The Eyes of Love". 

And now, I do believe

That even in a storm we'll find some light

Knowing you're beside me, I'm all right

Selain Nikka Costa, ada beberapa tembang bagus yang pernah dibawakan oleh para pelantun lagu yang masih kinyis-kinyis dan menjadi hits. Salah satunya adalah nomor "Ben" yang dinyanyikan oleh Michael Jackson. Suara Michael Jackson di lagu yang bertutur tentang seekor anjing bernama Ben itu sangat elok terdengar di telinga. Ben merupakan lagu solo pertama Michael Jackson yang menduduki peringkat satu di tangga lagu Amerika sana.

Ben most people would turn you away

I don't listen to a word they say

They don't see you as I do

I wish they would try to'

I'm sure they'd think again if they had a friend like Ben

Selain bernyanyi solo, pria yang berjuluk King of Pop itu pun merupakan vokalis di grup tarik suara yang berlandaskan kekerabatan "The Jackson 5". Bersama Jermaine, Jackie, Tito, dan Marlon, Michael mencetak hits di nomor ABC, "I'll be There", dan "I Want You Back". Ilustrasi : Jackson5fanclub

When I had you to myself, I didn't want you around

Those pretty faces always make you stand out in a crowd

But someone picked you from the bunch, one glance is all it took

Now it's much too late for me to take a second look

"I Love You Daddy" adalah salah satu lagu anak-anak yang masih melekat dalam benak saya hingga kini. Nomor yang dibawakan oleh musisi asal Cape Town bernama Ricardo Groenewald bersama bandnya yang lebih dikenal dengan nama Ricardo and Friends ini memiliki lirik yang inspiratif. 

Ricardo yang bersuara merdu itu baru saja menginjak usia 8 tahun ketika lagu ini menjadi hits dimana-mana. Namun sayang sekali 3 tahun silam, musisi yang pernah sepanggung dengan Stevie Wonder ketika masih belia itu harus pergi untuk selamanya karena sakit yang telah lama di deritanya. Ricardo and Friends. Ilustrasi : Lilnet.

I love you Daddy...

You are my hero (and you always in my dream)

I love you daddy oh daddy

You are my superstar

Satu lagi musisi belia jadul yang lagunya pernah mencetak hits adalah Kris Kross.  uo hip hop berusia 12 dan 13 tahun ini terkenal dengan tembang "Jump". Kris Kross sendiri terdiri dari Chris "Mac Daddy" Kelly and Chris "Daddy Mac" Smith.  

Sepanjang karir bermusiknya, mereka telah merilis 3 album yang masing-masing berjudul Totally Krossed Out, Da Bomb, dan Young, Rich & Dangerous. Grup yang dikenal dengan gaya berpakaian terbaliknya itu sempat melakukan konser terakhir pada tahun 2013 silam dalam perayaan 20 tahun karir mereka bermusik sebelum akhirnya ditinggal pergi untuk selamanya oleh salah satu anggotanya, Chris Kelly. Nomor Jump sendiri cukup lama nangkring di peringkat pertama Billboard Hot 100 yaitu selama 8 minggu berturut-turut  dan mendongkrak penjualan albumnya sendiri sehingga dapat terjual sebanyak lebih dari 4 juta kopi. 

Kris Kross. Ilustrasi : E! News

Jump jump

The Mac Dad will make you jump jump

Daddy Mac will make you jump jump

Kris Kross will make you jump jump

Uh huh uh huh

Demikian beberapa lagu dari para musisi kinyis-kinyis tempo dulu, semoga dapat mengobati kerinduan akan masa-masa silam. Masa di mana untuk mendengarkan musik harus melewati sebuah perjuangan yang heroik, misalnya harus minta lagu ke radio, gak punya kasetnya, giliran punya kasetnya eh pitanya kusut, duh.


Sekian.




Baca juga:
Menggambar Komik bersama Tahilalats di Workshop Kompasianival 2018
Dengan Berat Hati Rasulullah Berkata, "Tidak"
Nasi Bungkus Gratis Setiap Hari di Kota Salatiga

Mengapa Anak Gemar Bermain Gawai?

$
0
0

Gambar diadopsi dari www.sciencenews.org

"Your kid is not weak-willed because he can't get off his phone. Your kid's brain is being engineered to get him to stay on his phone." Ramsay Brown

Tempo hari seorang teman bercerita bahwa anaknya yang masih berusia 6 tahun kecanduan gadget (selanjutnya saya sebut gawai). "Awalnya saya kasih HP biar gak rewel, namun sekarang malah sulit untuk menarik (HP) dari tangannya" begitu keluhannya.

Gawai  dan internet merupakan paket komplit yang menyusahkan kebanyakan orangtua hari ini. Entah terpikirkan langsung maupun tidak, apa yang dirasakan teman saya juga dirasakan banyak orangtua lain, termasuk saya. Malah banyak orangtua yang menyangka anak-anak mereka telah menjadi korban gawai, kecanduan.

Apakah mereka kecanduan gawai?

Terlalu mudah. Begitu mungkin kalimat yang tepat untuk menggambarkan klaim dari sebagian orangtua tentang kondisi anak-anak mereka saat menggunakan gawai. Kecanduan (addiction) bukanlah istilah sembarangan. 

Kata kunci kecanduan adalah kurangnya kontrol seseorang terhadap hal-hal yang berdampak negatif pada dirinya. Pertanyaannya adalah apakah anak-anak kita menyadari bahwa gawai adalah hal yang buruk dan merugikan? Pertanyaan paling ekstemnya adalah apakah kita menyediakan pilihan aktivitas lainnya yang lebih menarik minat mereka?

Jika kedua pertanyaan tersebut tidak mampu kita jawab, maka perilaku mereka berselancar dan lengket dengan gawainya bukanlah perilaku pecandu. Kalau masih tidak percaya, silahkan cek definisi kecanduan dalam ini dan itu. Tuh kan, banyak banget yang harus dipenuhi jika kita mau mengatakan bahwa seseorang kecanduan. Selama kehidupannya secara keseluruhan tidak terganggu dengan gawai, sepertinya anak belum bisa dikatakan kecanduan. 

Mengapa (anak) kita menyukai gawai?

Jangankan anak-anak, banyak orang dewasa juga kesusahan untuk tidak lekat dengan gawainya kan? Mau gak saya kasih satu pertanyaan lagi, hehe. Begini, kita semua kan mempunyai hobi, jadi, kira-kira apa yang kita sebut dengan hobi dan mengapa kita siap terpaku dengannya untuk waktu yang lama? Kira-kira begitulah gawai menyaru dalam kehidupan anak-anak kita.

Begini biar lebih jelas, kata kuncinya adalah bahwa hobi dan gawai memiliki kesamaan, yaitu menyenangkan. Gawai berhubungan langsung dengan kebutuhan dasar psikologis kita. 

Secara mendasar, manusia minimal membutuhkan 3 hal, yaitu kompetensi, otonomi dan keterikatan. Itu menurut self determination theory (SDT)-nya Edward Deci dan Richard Ryan. 

Sejak tahun 1985 teori ini banyak dirujuk dalam psikologi untuk melihat bagaimana manusia terdorong untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya dan membentuk kepribadiannya.

Gampangnya gini, anak merasa memiliki dan terus meningkatkan kompetensinya dengan bermain game, medsos atau apapun yang berasal dari gawainya. Setiap game kan memiliki level, menyelesaikan sebuah level dan mencapai level baru merupkan salah satu hal yang dirasa anak mengembangkan kompetensinya.

Atau jika dia main medsos, seberapa banyak teman yang menyukai atau mengomentari apa yang dia lemparkan sama saja pemenuhan kompetensi baru bagi anak. Begitu juga saat mereka bermain youtube dan semacamnya, banyak hal-hal baru yang mereka ketahui. 

Permasalahannya, apakah kita memberikan sesuatu yang dirasa anak sebagai sebuah kompetensi baru setiap harinya? Kalau tidak, jangan salahkan anak-anak jika mereka lebih memilih main gawainya.

Kebutuhan kedua yang membuat anak-anak kita terpaku pada layar gawainya adalah perasaan otonom, independen atau mandiri. Game dan medsos memberikan pemain banyak pilihan dan membebaskannya untuk memilih. Ambil contoh dalam game, anak bisa saja memilih untuk menembak, menghindar, merangkai dan banyak lainnya. 

Begitu juga dalam menggunakan gawainya secara keseluruhan, dia bisa memilih sebuah aplikasi, menginstalnya, menggunakannya dan kemudian mencopotnya (uninstall) sesuai keinginannya. Inilah kebutuhan anak (dan juga manusia pada umumnya), mereka membutuhkan dirinya mendapatkan otonomi dari hari ke hari.

Kebutuhan psikologis pokok ketiga yang membuat anak tidak mau melepaskan gawainya adalah keterikatan. Perasaan terikat dan mengembangkan hubungan dengan sebanyak mungkin manusia lainnya adalah kebutuhan dasar manusia. 

Gawai dengan internetnya memenuhi kebutuhan anak untuk terikat dengan banyak orang. Anak bisa mengintip profil orang-orang sebelum dia membuka komunikasi dan menciptakan hubungan baru. Kelebihan lainnya adalah pengguna bisa kapanpun juga memutuskan hubungan (hampir) tanpa konsekuensi sosial seperti hubungan sosial dalam kenyataan.

Desain dan tujuan yang berbeda

"Your kid is not weak-willed because he can't get off his phone. Your kid's brain is being engineered to get him to stay on his phone." ujar Ramsay Brown, seperti dikutip oleh Haley Sweetland Edward dalam kolomnya di time.com. Jadi jangan salahkan anak-anak kita. Brown adalah salah satu pendiri Boundless Mind, sebuah perusahaan starup teknologi yang berjuang melawan kecanduan manusia terhadap teknologi. 

Kutipan di atas kurang lebih berarti bahwa anak-anak bukanlah manusia yang lemah dan tunduk dengan gawainya, melainkan karena gawai dengan teknologinya telah membuat anak-anak kita tunduk tak berdaya terus berada di depannya. Dengan kata lain, gawai dan segala apa yang ada di dalamnya dan apa yang bisa dijangkaunya adalah hal yang telah didesain sedemikian rupa untuk membuat manusia kerasan dan terlena.

Jangankan anak-anak, kita juga susah kan lepas dari gawai? Mungkin juga saat membaca tulisan ini, sotara sekalian mengabaikan komunikasi manusia-manusia di sekitarnya, hehe. 

Sekarang sudah tambah paham kan, tujuan kita (orangtua) dengan perusahaan teknologi jelas berbeda. Jika kita tidak berharap anak-anak kita bergantung dengan gawainya, mereka malah sebaliknya, karena itulah sumber penghasilan mereka.

Bagaimana menyikapinya?

Ini permasalahan yang boleh dikatakan sulit dan serius, namun juga bisa dikatakan mudah dan santai. Pada dasarnya yang pertama harus kita sepakati adalah bahwa anak --seberapa kecilpun dia---adalah manusia. Selayaknya manusia lainnya, anak membutuhkan hal-hal untuk terus hidup. Okelah kalau kita sudah memberinya asupan gizi yang baik untuk tubuhnya, tapi apakah iya kita sudah memberikan asupan juga untuk jiwanya? Ciee

Penjelasan yang agak panjang di atas sudah dipahami kan? Jadi, sudah tidak terkejut lagi kan dengan anak-anak yang lengket kayak perangko dengan gawainya? Intinya anak dan kita (orang dewasa) memiliki 3 kebutuhan dasar yang harus terpenuhi, yaitu ingin terus berkembang kompetensinya, ingin memiliki kebebasan menentukan pilihan (mandiri/independen) dan juga ingin tetap terhubung dengan dunia sosial. Nyatanya gawai dengan internet sepertinya mampu memberikan asupan ketiga kebutuhan tersebut.

Coba cek kembali kalimat terakhir yang saya tulis, "sepertinya". Artinya, seolah-olah atau nampak. Kayak iklan kecantikan itu lo bu, "nampak" cerah dan berkilau. Tapi apa iya cerah dan berkilau beneran? Itu artinya pasti ada celah yang bisa kita gunakan untuk menarik kembali anak-anak kita ke dunia yang nyata dan fana ini. Meskipun dunia ini fana bapak atau ibu sekalian, namun dunia internet lebih fana lagi lo hehe.

Okelah kalau begitu. Kata kunci adalah apakah kita menginginkan anak-anak kita tumbuh secara nyata atau abal-abal? Bila kita menginginkan mereka kembali "menginjak bumi" maka ya kita harus tunjukkan bahwa kenyataan ini lebih menarik dari gawainya. 

Banyak cara yang bisa orangtua lakukan untuk mengurangi intensitas mereka dengan gawai. Ajaklah mereka berkomunikasi dan beraktivitas yang menarik minat mereka. Jangan sedikit-sedikit dikasih HP, nanti jadi bukit loh. 

Jalan-jalan, mewarna, menggambar berkebun, membuat kerajinan sederhana adalah hal-hal yang membuat mereka mendapatkan hal-hal baru dalam kehidupannya. Tentu masih banyak lagi selain itu.

Memberikan mereka kebebasan adalah tugas kita selanjutnya saat sedang bersama anak-anak. Saya ambil contoh, ketika kita mengajaknya berkebunmisalnya, biarkan mereka berkreasi. Memang sih, seringkali mereka membuat "kekacauan". Tapi memang itulah mereka, gak usah sedikit-sedikit diaatur, karena itulah dunianya. 

Bila niatnya menanam tanaman dan jadinya banyak tanaman yang rusak, ya itukan hal yang bisa kita ajarkan pada mereka. Bahwa hasil dari pekerjaan mereka seperti itu, namun toh bisa diperbaiki lain waktu kan? Itu satu contoh, banyak contoh lainnya yang anak-anak kita bisa kita libatkan. Bahkan bisa saja kita libatkan mereka dalam aktivitas membersihkan rumah, mulai menyapu, mengepel, membuang sampah dan lainnya.

Kebutuhan terakhir menurut SDT adalah memenuhi kebutuhan anak akan keterikatan. Gak usah muluk-muluk untuk mengikutsertakan mereka perlombaan secara rutin, mulai saja dulu dalam rumah kita. Apakah komunikasi mereka dengan kita (orangtua) telah berjalan sesuai dengan keinginan mereka? 

Hayo, yang suka main gawai saat anaknya ngajak bicara siapa? Angkat tangan! Ayolah kurangi kekecewaan mereka dengan komunikasi yang hangat. Ajaklah mereka berbicara, tentang aktivitasnya seharian, di sekolah misalnya. Sukur jika bapak-ibu sekalian masih mau bercerita untuk mereka secara rutin. 

Apa? Gak bisa cerita? Masak sih? Pasti bisa, wong seharian di tempat kerja atau dengan tetangga juga kita nerocos mulu kan. Kalau kesulitan membuat cerita, kan banyak tuh buku cerita, atau kalau masih alasan juga buat beli buku cerita, ya tanya aja almukarom google. Pasti ada tuh jutaan cerita yang dimiliki mbah google.

Eh iya, saran ini bukan tata cara masak p*p mie loh, jadi mungkin efeknya tidak akan bisa langsung kayak menyeduh dan menyajikan mie. Anak kita kan manusia bapak-ibu, bukan ind*mie dan sejenisnya. Lakukan aja bertahap, dengan adonan kasih sayang yang cukup dan konsisten. Semoga saja berhasil.

Masalah anak masih sering terobsesi main gawainya, ya itu wajar. Kasih saja kesempatan, tapi ingat, dampingi mereka. Jadilah partner yang menarik untuk mereka saat bermain gawai.




Baca juga:
YouTube, Si Pengasuh Anak "Zaman Now"
Menggambar Komik bersama Tahilalats di Workshop Kompasianival 2018
Dengan Berat Hati Rasulullah Berkata, "Tidak"

Santorini, Pulau Cantik dengan Berjuta Keunikan yang Memesona

$
0
0

Santorini (dokumentasi pribadi)Never judge an island from its airport, mungkin begitu ya kesan saya saat menapakkan kaki di Santorini. Sisi baiknya airport kecil ini, dari mendarat sampai keluar airport prosesnya cepat sekali. Tidak ada jalan panjang sekali seperti di airport Athena. Sisi negatifnya, saat akan mengudara kembali, baru terasa bahwa airport JTR ini sempit dan berdesakan, Terminal Bus Cicaheum aja masih lebih bagus. Toiletnya juga hadeuuuuhhh.

Dari resensi google, nilai airport Santorini ini hanya 1,7 saja dari 1.049 penilai. Airport Cengkareng, nilainya 4,3 dari 13.758 penilai. Airport Singapore 4,7 dari 10.192 penilai. Keluhan yang menilai airport Santorini rata-rata mirip, lha yang dinilai juga mini, ya jadi sama mungkin ya. Sungguh tidak terbayangkan kondisi airport Santorini saat high season dan turis lebih banyak lagi, wah.

Di awal bulan November saja, saat kami akan terbang kembali ke Athena, banyak turis harus duduk di lantai. Bahkan kondisi setelah check-in lebih parah lagi karena harus berdesak-desakan di ruangan lebih kecil, pengap dan tertutup (karena di balik pintu sudah landasan pesawat). Tidak ada pendingin ruangan lagi.

Santorini Yang Unik dan Mempesona

beautiful Santorini (dokumentasi pribadi)Namun, siapa sih yang tidak kenal Santorini. Pulau mungil di perairan Laut Tengah milik Yunani ini, sungguh unik dan cantik. Bagaimana pun kondisi airport-nya, tampaknya tidak sampai menyetop turis untuk datang dan datang lagi ke pulau cantik ini. Dan di pulau ini pula saya temui banyak turis Indonesia, baik itu datang berombongan maupun tidak dalam grup seperti kami.

Pilihan ke Santorini di awal bulan November adalah pilihan tepat untuk berlibur. Selain turisnya tidak sebanyak di bulan Juli atau Agustus, juga saat terbang dari Jerman, yang saat kami tinggal 0-5C di Santorini dan Athena suhu menunjukkan 26C. Asyik kan melarikan diri sejenak dari dinginnya Jerman?

Sengaja kami terbang dari Athena menggunakan pesawat terpagi. Butuh kurang dari 1 jam terbang dari Athena ke Santorini. Sesampai di Santorini baru jam 8 pagi. Pulau Santorini luasnya hanya kurang lebih 76 km2, keliling dengan mobil rental saja sebetulnya sehari bisa selesai, namun sungguh sayang bila kelilingnya hanya dengan mobil. Kota-kota di Fira dan Oia sangat indah untuk diblusuki.

Pulau, yang konon termahal di Yunani ini memang menyuguhkan hotel-hotel luxus, yang melekat putih di tebing-tebing pulaunya, sehingga bila dilihat dari kejauhan memberikan kontras alam yang luarbiasa indah. Laut yang membentang biru, dan putihnya bangunan.

Awalnya beribu tahun lalu, pulau ini masih utuh hampir bulat berupa satu pulau, tapi dari beberapa kali letusan gunung berapinya membuat dari satu pulau menjadi 5 pulau. Paling terkenal adalah pulau terbesarnya, di mana kota Fira atau Thira (ibu kotanya) dan Oia berada. Jumlah penduduknya hanya 17 ribu orang.

Yang Khas Dari Santorini

Santorini (dokumentasi pribadi)

Bangunan
Warna putih dan kubah biru adalah foto-foto khas yang banyak dijepret turis di Santorini. Gang-gang kecilnya bersih dan terawat, bahkan pusat perbelanjaannya di Oia jalannya berbalut marmer, membuat saya makin heran kenapa untuk airportnya tidak ada dana.

Door to heaven (dokumentasi pribadi)Bila ke Santorini, baiknya menggunakan sepatu nyaman karena banyak naik turun tangga, bahkan kadang kemiringan tebingnya cukup curam. Kondisi ini membuat unik jalan masuk ke rumah-rumah atau hotel, di mana pintu masuk pagar dan atap bangunan sama tingginya. Atau di balik pintu, bukannya kita lihat bangunan tapi bentangan biru laut. Unik ya.

Kincir angin Santorini (dokumentasi pribadi)

Kincir Angin
Dulu konon ada 600 kincir angin yang berfungsi di pulau cantik ini. Pertama kali masuk Yunanti di abad ke-12/13. Bentuknya yang silinder dengan atap sirap berbentuk corong, sangat khas. Dengan layar putih di setang kayu, bergerak dalam porosnya menyalurkan energi angin untuk menghaluskan biji-bijian.

Kasihan keledainya, ya (dokumentasi pribadi)Keledai
Nah, binatang satu ini tidak ditemui di Marokko saja tapi di Santorini juga merupakan binatang pengangkut yang diandalkan. Bahkan bukan barang saja yang diangkut keledai ini, turis yang males naik tangga juga diangkutnya pula. Aih, saya kok kasihan ya ke itu keledai.

Fava Santorini (dokumentasi pribadi)

Makanan
Fava, nama makanan khas Santorini. Fava di Santorini itu katanya seperti Spaghetti di Itali. Bahan dasarnya adalah kacang Lathyrus Clymenum (maaf ya gak tahu bahasa Indonesianya). Kandungan karbohidrat dan proteinnya tinggi, jadi bagi vegetaris, Fava merupakan makanan ideal. Tampilannya seperti bubur sumsum tapi bukan putih melainkan kuning. Sebetulnya tidak menarik. Tapi tak disangka, saat dicoba hmmmm (seperti Mark Wienns, sambil kejap-kejap) enak lho.

Turis Berkumpul Saat Matahari Terbenam 

Semua tempat ' foto prime' penuh (dokumentasi pribadi)Yang seru lagi di Santorini ini adalah saat matahari terbenam. Di kesempatan ini juga kita bisa melihat betapa hebatnya daya tarik pulau ini dengan melihat banyaknya turis yang ada. Lihatnya di spot-spot yang terkenal, seperti di dekat reruntuhan istana.

Turis sun set (dokumentasi pribadi)Wah, saat kami ke sana sebetulnya masih satu jam menjelang matahari terbenam. Tapi ternyata, itu sudah terlambat. Semua tempat yang baik sudah ada orangnya. Akhirnya, saya memotreti yang akan motret saja, sambil mencari-cari tempat duduk KW dua, hehehe. Tapi ternyata saat itu, matahari menjelang terbenamnya tertutup awan, akhirnya banyak yang bubar sebelum matahari tuntas tenggelam. Baru deh banyak pilihan tempat KW 1, padahal Santorini tetap cantik lho, ya sudah saya jeprat-jepret deh.

Ah ... Santorini, daya tarikmu tak lekang oleh awan ataupun airport mini-mu. (ACJP)




Baca juga:
"Sepur Ndas Ireng" sebagai Magnet Wisata Alun-alun Sidoarjo
YouTube, Si Pengasuh Anak "Zaman Now"
Menggambar Komik bersama Tahilalats di Workshop Kompasianival 2018

Gelegar Desa Wisata Baru di Bali

$
0
0

Patung ksatria jatayu di desa wisata Pangsan, sengaja dibangun untuk bisa menarik minat wisatawan berkunjung ke kampung agraris tersebut.(Dokumen Pribadi)

Sejak setahun belakangan kehadirannya seperti jamur dimusim hujan. Jawa Barat misalnya menargetkan untuk menampilkan 100 desa wisata dengan berbagai keunggulannya. 

Bali tidak kalah dalam hal yang satu ini. Setidaknya di kabupaten Badung tahun depan dilakukan pembenahan terhadap 5 desa wisata baru, yaitu Pangsan dengan keunggulan pertaniannya; Carangsari dengan kebudayaan berupa tupeng tugek; Bongkasa Pertiwi dengan atraksi rafting; Sangeh dengan taman mumbul yang indah.

Juga terdapat Baha yang hadir dengan keindahan gapura yang terbuat dari batu bata beratap ilalang. Kesemuanya di masa lampau telah dikembangkan tapi mati suri karena kurangnya pendanaan.

Sembari menggandeng universitas ternama di Bali ke lima desa wisata tersebut akan direvitalisasi, mulai dari pembenahan infrastruktur sampai ke promosi. Dan yang terpenting kesiapan warganya untuk menerima kehadiran pengunjung. 

Selama ini desa wisata seperti Pinge di Tabanan, Penglipuran di Bangli ataupun Tenganan di Karangasem unggul karena kearifan penduduknya yang begitu menyatu dengan alam.

Sejatinya kampung wisata yang sekarang sudah berkibar seperti Canggu, Jimbaran, Pecatu dan Ungasan dengan Pandawa Beachnya berkembang pesat dengan proses yang jatuh bangun. 

Yang paling penting adalah keguyuban seluruh warganya untuk menerima kehadiran wisatawan dengan berbagai kelebihannya. Canggu berkembang karena ombaknya yang mirip Mentawai lengkap dengan batu cadas hitam dan tebing curam. 

Karena bule penggemar surfing kerepotan bolak balik ke penginapan di Kuta dan sekitarnya, penduduk setempat sekitar 15 tahun yang lampau berinisiatif menyewakan rumah mereka. Dan itu berkembang sampai sekarang ini, puluhan akomodasi bertaraf internasional juga villa dibangun dengan modal besar.

Dan bule yang datang ke Canggu tidak lagi pemain surfing tapi kaum milenial yang ingin menikmati suasana seperti Hawai bercampur dengan sedikit Ubud dan juga Mentawai. 

Keunggulan seperti Canggu ada di ke lima desa wisata baru yang dikembangkan Badung diatas. Penduduk tentu telah terbiasa dengan kehadiran turis yang berseliweran menggowes sepeda gunung sepanjang hari di Carangsari. Karena pemilik persewaan sepeda di Ubud biasanya melepas penggemar sepeda gunung di kawasan bernama Samuan, mereka kemudian menuruni kalan mulus melewati Cau Belayu sampai ke Ayunan.

Penduduk sekitar Baha yang ada di Mengwi juga sudah terbiasa melihat bule yang turun dari bus dan memotret penggembala itik memungut telor, atau kagum dengan petani yang memanen di sawah dengan peralatan berupa kayu berdinding jaring nilon. 

Begitu juga dengan penduduk di Bongkasa Pertiwi yang setiap hari dilintasi bule yang bersafari menggunakan mobil VW bak terbuka. Selama ini bule hanya melintas saja tanpa kesan. Dengan dijadikannya kawasan itu sebagai desa wisata diharapkan turis akan turun sejenik. Mereka bisa menikmati pemandangan, mencoba kuliner atau berbelanja barang kerajinan.

Untuk urusan wisata belanja ini desa Blangsinga di Gianyar bisa dijadikan contoh. Salah satu pemilik pasar oleh oleh menggelontorkan dana milyaran untuk membangun desa wisata atau di Blangsinga mentereng dengan nama tourism village. 

Di satu kawasan beberapa hektar dibangun tempat parkir, tempat istirahat dan tentu tempat belanja. Ini setelah pengunjung berkeliling menikmati keindahan air terjun di sungai Petanu. 

Desa wisata Blangsinga ini murni digagas oleh swasta karena mereka melihat potensi air terjun yang kondang sejak puluhan tahun yang lampau. Dengan kehadiran wisatawan yang berjibun sepanjang hari diharapkan ekonomi masyarakat berkembang dengan pesat. Tidak ada lagi keluhan pemerintah pilih kasih mengembangkan timur dan barat, atau berlebihan memberikan perhatian di utara dan selatan. 

Tempat lain yang memiliki potensi untuk mulai dilirik wisatawan adalah seputar kawasan Pasut dengan pantainya yang indah. Kawasan ini dekat  dengan Tanah Lot Tabanan, berdekatan dengan pantai yang ombaknya juga bagus.

Ada pula puri Kerambitan yang dulunya pernah berjaya sebagai tempat untuk menikmati keanggunan pura dan kekayaan budaya. Selain itu ada juga kampung bernama Beraban, Serampingan, Tegal Mengkeb yang selama ini sudah dikenal turis tapi redup karena kurangnya promosi.




Baca juga:
Meditasi Vs Hipnosis
"Le Jeu", Antara Gawai, Privasi, dan Obrolan Meja Makan
Ada AHY di Antara SBY dan Prabowo-Sandiaga

Bagaimana Caramu Mengelola Kuota Internet?

$
0
0

ilustrasi: shutterstock

Publik tiba-tiba dikagetkan kabar bahwa izin penggunaan frekuensi radio 2,3 Ghz milik PT First Media Tbk (KBLV) dan PT Internux (Bolt) dicabut pada Senin (19/11/2018).

Ketakutan itu, khususnya kepada para pelanggan kedua provider tersebut, mungkin muncul karena bagaimana nasib selanjutnya jika tidak lagi bisa beroperasi. Izin penggunaan frekuensi milik PT First Media Tbk (KBLV) dan PT Internux (Bolt) ini dicabut lantaran kedua perusahaan tersebut menunggak Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi radio 2,3 Ghz, senilai miliaran rupiah kepada pemerintah.

Namun, seperti yang diungkap Ferdinandus Setu, Plt. Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika, pelanggan Bolt yang masih aktif akan dialihkan ke operator baru, yang mau menampung pelanggan Bolt.

Kebutuhan akses internet, barangkali, sudah menjadi kebutuhan pokok bagi banyak orang. Meski memang bagi sebagian yang lain akses terhadap internet adalah privilege.

Oleh karena itu, sebagai pengguna yang aktif terhadap internet, kita sendiri mesti bisa mengelola kuota yang digunakan. Jika boleh diceritakan, Kompasianer, kira-kira berapa biaya yang kamu keluarkan dalam satu bulan untuk kebutuhan internet? Apakah itu sudah cukup? Dan, bagaimana cara kompasianer mengelola kuota internet tersebut?

Yuk bagikan pengalamanmu dalam mengelola kuota internet, baik untuk pribadi atau keluarga, dengan menambahkan label CermatKelolaKuotaInternet (tanpa spasi) pada setiap artikel.




Baca juga:
Simalakama Mengunggah Barang Hilang di Media Sosial
Meditasi Vs Hipnosis
"Le Jeu", Antara Gawai, Privasi, dan Obrolan Meja Makan

Titi DJ dan Perjalanannya sebagai Penyanyi

$
0
0

dokumentasi Pijaru

Perjalanan Titi DJ untuk berada di posisinya saat ini tidak diraihnya dengan mudah. Titi muda yang memang hobi bernyanyi mengasah bakatnya di grup kesenian milik Guruh Soekarno Putra, Swara Mahardika. Di Swara Mahardika, Titi DJ ditunjuk sebagai penyanyi latar. 

Titi juga pernah menjadi penyanyi latar untuk Vina Panduwinata yang saat itu menjadi peserta Festival Lagu Populer Indonesia. Namun yang mengubah jalan hidupnya hingga seperti saat ini adalah sosok Chris Pattikawa. 

Apa sih jasa Chris Pattikawa terhadap karier Titi DJ? Kalau ingin tahu kisah lengkapnya, saksikan langsung di Kenang-kenang ya!





Baca juga:
[HARI TERAKHIR] Jadilah Generasi Solutif dan Dapatkan Hadiahnya
Simalakama Mengunggah Barang Hilang di Media Sosial
Meditasi Vs Hipnosis

Pelajaran Penting dari Film Bela Diri Tiongkok

$
0
0

Adegan pertaruangan, representasi kekuatan kungfu China melawan dominasi bangsa Jepang dalam film Fist of Legend yang dibintai oleh Jet Li. (Sumber: https://kungfukingdom.com/fist-of-legend-movie-review/)Kekuatan Bangsa China

Apa yang dipikirkan dalam benak seseorang orang jika mendengar kata "China" atau "Tiongkok"? Jawabannya mungkin, China merupakan bangsa yang sedang bangkit menjadi kekuatan ekonomi nomor satu dunia.

Meskipun banyak perdebatan tentang keberadaan etnis China di Indonesia, kita bisa banyak belajar tentang kebangkitan budaya, politik, dan ekonomi dari bangsa ini. China, menurut saya bukan hanya sebuah negara, tetapi mereka adalah kebudayaan yang terus mengakar dalam bangsa tradisi Taichi, Kungfu, dan Shaolin.

Beberapa hari ini saya menonton ulang film masa kecil yang dibintangi oleh Jacki Chan dan Jet Li. Film yang saya tonton dan saya sukai adalah The Fist Legend dan Legend of Drunken Master. Yang pertama dibintangi oleh Jet Li dan yang kedua oleh Jacki Chan.

Dua film ini menurut saya bukan hanya sebuah tontonan. Tetapi menjadi simbol kekuatan bangsa China untuk bangkit. Tentunya sebuah film menjadi representasi budaya sebuah bangsa yang besar. Dua film yang saya tonton ini setidaknya memberikan pesan tentang kekuatan budaya-budaya Taichi dan Kungfu.

Taichi dan Kungfu inilah yang sampai sekarang tidak hilang dari tema film-film China. Misalnya, film yang membawa ideologi kekuatan Kungfu Wing Chun dalam Film IP Man 1 hingga IP Man 3. Menariknya adalah sejak era tahun 70-an hingga saat ini tahun 2018-an, film-film besutan China tidak lepas dari kebudayaan Kungfu.

Inilah sisi kekuatan bangsa China yang mungkin ingin diwariskan pada anak-anak cucu mereka. Bangsa mereka harus tetap mencintai kebudayaan mereka sendiri meskipun jaman telah berubah. China saat ini menjadi bangsa yang ekonominya menjadi kekuatan dunia dan bersaing dengan Amerika.

Meskipun bangkit dalam bidang teknologi dan ekonomi, China tidak lupa dengan kebudayaan bangsanya. Mereka justru menjadi kekuatan dunia dengan menjaga warisan kebudayaan dan terus mengembangkan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mereka kuasai, tetapi kekayaan kebudayaan bangsa mereka tetap menjaganya.

China Bangkit dari Penjajahan

Film Kungfu China, memang menjadi legenda kekuatan bangsa China itu sendiri. Seperti dua film yang telah saya sebutkan di atas, film-film China dari tahun 70-an sampai sekarang menjadi representasi kekuatan Kungfu atau Taichi. Film terbaru yang saya tonton, yang tetap membawa kebudayaan Kungfu adalah "The Body Guard From Hell"

Apa yang membedakan film tersebut dengan dua film yang saya sebutkan di dalam judul? Apa bedanya juga dengan film sebelumnya yaitu IP Man 1-3?

Pada film Fist of Legend yang dibintangi oleh Jet Li, kita bisa membaca bahwa China pernah menjadi bangsa yang miskin dan terjajah. Film Fist of Legend, selain menggambarkan kekuatan Kungfu, tetapi juga menggambarkan kemiskinan bangsa China yang masih diajah oleh Jepang.

Film ini secara ideologi politik, menggambarkan Jepang sebagai bangsa yang menjajah Bangsa China. Jepang digambarkan dengan individu Samurai yang angkuh. Pada film ini, Jepang digambarkan sedang menguasai China.

Pada film Fist of Legend dinarasikan bahwa Guru dari Jet Li, terbunuh dengan diracun. Pembunuh tersebut merupakan persekongkolan tukang masak dengan opsir Jepang. Babak akhir Film ini adalah adegan pertarungan Jet Li dengan seorang Jendral dari Jepang. Di sinilah, kekuatan Kungfu menjadi pemenang dari kekuasaan samurai bangsa Jepang.

Film yang kedua, The Legend of Drunken Master yang dibintangi oleh Jacki Chan. Film ini juga menjadi representasi kekuatan kebudayaan Kungfu. Bedanya dengan film sebelumnya adalah film ini menjadi representasi pertarungan antara China melawan dominasi Bangsa Barat.

Pada film ini dinarasikan bahwa ada sekelompok orang Barat yang berusaha mencuri warisan bangsa China yang berupa Guci dan lain-lain. Film ini secara gamblang memberikan pesan, tidak ada seorangpun yang boleh mencuri warisan kebudayaan bangsa China. Bangsa China ingin mewariskan kebudayaan mereka pada anak-anak dan cucu-cucu mereka.

Film ini sangat kental dengan gaya Kungfu Dewa Mabuk yang diperankan oleh Jacki Chan. Setiap orang mau diajak untuk menyelami kekuatan kungfu bangsa China. Film ini sangat dominan memberikan pesan bahwa sebuah bangsa harus mencintai warisan kebudayaannya. Tanpa itu, sebuah bangsa akan kehilangan jati dirinya.

Pada akhirnya kita bisa mengambil sebuah pelajaran bahwa China merupakan bangsa yang besar dengan kekuatan Taichi, Kungfu, teknologi, dan ekonomi.

Representasi Budaya Apa dalam Film Kita

Dengan film-film yang telah dijelaskan di atas, sejatinya kita bisa belajar banyak hal. Paling tidak tentang bagaimana kita harus tetap mencintai kebudayaan bangsa ini. Jika ditanyakan, apa representasi kebudayaan bangsa Indonesia dalam film-film Indonesia?

Tentu kita akan kesulitan menjawab pertanyaan tersebut. Film-film kita saat ini masih didominasi tema horror, seks, cabul, kekerasan, mitos, khayalan, dan lain-lain. Sangat jarang kita temukan film yang mengangkat tema kekuatan kebudayaan bangsa kita sendiri.

Coba kita lihat, sinetron millenial yang tayang di layar kaca kita. Representasi kebudayaan bangsa Indonesia apakah yang ditampilkan? Sinetron kita isinya tidak jauh dengan film-film kita yang isinya horror, seks, cabul, kekerasan, mitos, khayalan, dan lain-lain.

Dengan tontonan seperti itu, sangat sulit bangsa ini akan bangkit seperti bangsa China. Bangsa kita seakan kehilangan sebuah akar kebudayaan bahkan dalam film ini tidak ada kebudayaan itu. Yang ada adalah kebudayaan kekerasan tanpa rasa nasionalisme kebangsaan.

Maka, wajar jika akhirnya bangsa kita terpecah belah. Kita lebih suka saling baku hantam hingga saling menghancurkan sesama anak bangsa. Kita adalah orang-orang yang menjadi representasi tontonan film-film yang beredar di masyarakat.

Sudah seharusnya kita menjadi bangsa yang bangkit untuk mencintai kebudayaannya sendiri. Jika China punya Kungfu, kita punya Pencak Silat dan lain-lain. Kebudayaan itulah yang harus kita angkat dalam film-film nasional. Agar anak dan cucu kita kelak benar-benar mencintai warisan kebudayaan bangsa Indonesia.

Salam Indonesia




Baca juga:
Rahasia Tersembunyi di Balik Tumbuhan Sirih yang Belum Anda Ketahui
[HARI TERAKHIR] Jadilah Generasi Solutif dan Dapatkan Hadiahnya
Simalakama Mengunggah Barang Hilang di Media Sosial

Siklus Transaksi T+2 Bikin Bursa Efek Indonesia Jadi Tambah "Lincah"?

$
0
0

Ilustrasi (Pixabay)

Pada tanggal 26 November nanti, Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi memberlakukan Siklus Transaksi T+2. Lewat siklus tersebut, transaksi saham yang tadinya bisa memakan waktu tiga hari berkurang menjadi satu hari lebih cepat.

Siklus itu tentu membikin transaksi menjadi lebih efisien, terutama pada saat pencairan saham. Betapa tidak! Kita jadi tak perlu menunggu beberapa hari untuk menguangkan saham ke rekening kita. Semuanya akan tuntas dalam dua hari saja!

Walau begitu, siklus tersebut belum tentu akan berjalan lancar pada saat pembelian saham. Pasalnya, sewaktu membeli saham, kita perlu "selalu" memerhatikan ketersediaan saldo di rekening. Jangan sampai perusahaan sekuritas terus mengirimkan notifikasi kepada kita karena jumlah uang di rekening tidak cukup membayar ongkos transaksi.

Hal itu tentu dapat dimaklumi. Sebab, sewaktu kita memborong saham dengan jumlah lot tertentu, kita sebetulnya "meminjam" dana kepada perusahaan sekuritas. Jadi, saat terjadi transaksi, mereka akan "menalangi" semua biayanya terlebih dulu, dan setelah seluruh urusan beres, barulah mereka mengirimkan tagihan alias invoice kepada kita.

Tagihan itu isinya besaran biaya dan komisi transaksi. Pelunasannya dilakukan secara autodebet dari Rekening Dana Nasabah (RDN) milik kita pada tanggal yang sudah ditentukan.infobisnis.id

Kalau dana di rekening tersebut cukup, tentu tidak akan ada masalah. Namun, yang jadi persoalan ialah ketika tidak terdapat cukup uang, atau kita tidak kunjung melunasinya. Kalau itu sampai terjadi, tentu akan ada "sanksi" yang berlaku. Misalnya, saham yang sudah kita beli tadi bisa dijual paksa oleh perusahaan yang bersangkutan.

Makanya, saat akan memboyong saham, saya sering memeriksa nominal di RDN saya. Saya tentu tidak ingin saham yang sudah saya beli tiba-tiba dijual begitu saja oleh perusahaan sekuritas lantaran saya belum menuntaskan tagihan pembelian saham tersebut. Hal itu tentu bisa menyebabkan kerugian, apalagi kalau saham yang sudah saya beli sedang naik harganya.

Oleh sebab itu, pada saat melakukan transaksi saham, sebaiknya kita terus memantau jumlah dana di rekening. Apalagi, dengan diterapkannya Siklus T+2, proses autodebet berlangsung lebih singkat, hanya berselang dua hari saja sejak kita membeli saham.

Penerapan siklus T+2 sebetulnya merupakan penyesuaian dengan bursa-bursa saham lain. Sekadar info, sejumlah bursa, seperti di kawasan Eropa, Amerika Serikat, Asia Pasifik, dan Kanada, sudah lama menjalankan siklus tersebut.

Jadi, dari segi waktu, BEI sebetulnya cukup tertinggal mengimplementasikan siklus tersebut. Namun, jika menengok bursa saham di kawasan Asia Tenggara, BEI dinilai jauh lebih "gesit".

Pasalnya, bursa saham di negara tetangga, seperti di Malaysia dan Singapura, justru baru melaksanakan Siklus T+2 pada tahun depan. Mereka menunda penerapannya pada tahun ini lantaran momennya berbarengan dengan rebalancing oleh Morgan Stanley Capital International, yang berpengaruh kuat terhadap kondisi bursa di sana.

Dengan demikian, khusus di wilayah ASEAN, Indonesia menjadi negara kedua setelah Thailand, yang menerapkan siklus T+2. Meski begitu, penerapannya bukannya tanpa halangan. Ada beberapa kendala yang "membayangi" pelaksanaannya.

Satu di antaranya ialah penumpukan invoice. Maklum, kalau waktu transaksi "dipangkas" menjadi lebih cepat, tentu akan ada banyak invoice yang masuk. Apalagi kalau pada tanggal 26 nanti, pasar sedang "bergairah", dan itu menyebabkan membludaknya transaksi, jumlah invoice bisa-bisa "membengkak" daripada biasanya.

Namun demikian, hal itu telah diantisipasi oleh BEI. Jauh sebelumnya bei sudah memastikan kesiapan semua bank kustodian dan anggota bursa (broker) pada saat menjalani Siklus T+2. Jadi, biarpun akan ada keriuhan di bursa pada awalnya, seiring berjalanannya waktu, semuanya akan berjalan normal seperti biasanya.

Pelaksanaan Siklus T+2 tentu membikin bursa efek kita menjadi lebih "gesit", "irit", dan "lincah". Dengan menjalankan siklus tersebut, bursa efek kita diharapkan mampu mengimbangi bursa-bursa lainnya, dan dapat jauh lebih berkembang pada masa depan.

Salam.
Adica Wirawan, founder of Gerairasa

Referensi:

  1. Kumparan
  2. Kontan



Baca juga:
Cerpen | Arti Pulang
Rahasia Tersembunyi di Balik Tumbuhan Sirih yang Belum Anda Ketahui
[HARI TERAKHIR] Jadilah Generasi Solutif dan Dapatkan Hadiahnya

"Ralph Breaks the Internet", Parade Pop Culture dalam Petualangan Seru di Dunia Maya

$
0
0

Polygon.comSejak kehadirannya 6 tahun lalu di jajaran film animasi Disney, Wreck-It Ralph menjelma menjadi karakter yang dicintai anak-anak. Keunikan karakter dan kisah yang terkandung didalamnya menjadi alasan mengapa Ralph begitu dicintai dan dinanti kisah kelanjutannya. 

Kesuksesan Ralph di film pertamanya pun ditandai dengan pendapatannya di seluruh dunia yang menyentuh angka sekitar 471 juta dollar AS, dari budget sebesar 165 juta dollar AS.

Dari karakter penjahat gim 8 bit yang tidak memiliki sesuatu hingga menjadi pahlawan bagi keberlangsungan sebuah gim arcade lawas, Ralph kini kembali lagi dalam petualangan barunya. Petualangan yang jauh lebih seru, lebih besar dan memberikan pelajaran lebih bagi dia dan sahabat sejatinya, Vanellope.

Sinopsis

NYtimes.comSejak kejadian 6 tahun pada Wreck-It Ralph yang membuatnya menjadi pahlawan bagi dunia gim arcade, Ralph (John C.Reilly) kini menjalani hidup yang seru dan menyenangkan bersama sahabatnya, Vanellope (Sarah Silverman). Namun semuanya berubah ketika suatu kejadian menyebabkan salah satu parts dari gim arcade Sugar Rush rusak. Gim yang di dalamnya terdapat banyak karakter balap termasuk Vanellope.

Mengetahui bahwa eksistensi Vanellope dan semua penduduk Sugar Rush akan terancam jika parts gim tersebut tidak digantikan, akhirnya mendorong Ralph melakukan sesuatu untuk menolong sahabatnya. Ralph dan Vanellope pun berpetualang mencari cara yang akhirnya membawa mereka ke sebuah dunia virtual yang jauh lebih besar dan luas bernama internet.

Memiliki misi utama untuk mencari parts tersebut di situs ebay, pada akhirnya Ralph dan Vanellope disuguhi lebih banyak petualangan yang jauh lebih besar dari sekedar mencari barang di ebay. Petualangan yang menguji persahabatan mereka. Petualangan yang membawa mereka bertemu dengan banyak karakter baru. Petualangan yang pada akhirnya memberikan banyak pelajaran baru bagi mereka berdua.

Parade Pop Culture di Sepanjang Film

Reddit.comMenyaksikan Ralph Breaks the Internet tak ubahnya menyaksikan sebuah parade pop culture dalam balutan animasi CGI yang mumpuni. Jika di film pertamanya kita hanya disuguhi nostalgia karakter gim lawas semacam Sonic the Hedgehoc, gerombolan Street Fighter atau karakter Pac Man, di sekuel Ralph kali ini kita disuguhi nostalgia pop culture yang jauh lebih banyak dari film pertamanya.

Sebut saja munculnya karakter Princess, Marvel, Star Wars, tokoh-tokoh animasi Disney hingga cameo almarhum Stan Lee pun hadir di film ini. Tak hanya itu, kita pun disuguhi pop culture dari tren situs-situs di dunia maya semisal Facebook, Twitter, Youtube, Mashable, Imdb dan masih banyak lainnya yang dikemas secara cerdas dalam sebuah penggambaran masing-masing situs tersebut layaknya gedung pencakar langit yang memenuhi sebuah kota virtual bernama internet.

Kemudian pelesetan dari Google yang ada pada karakter Knowsmore (Alan Tudyk) serta situs Buzztube yang merupakan gabungan dari Buzzfeed dan Youtube merupakan segelintir cara cerdas film ini dalam mengkritik bagaimana cara kerja mereka bagi pengguna. Pun Slaughter Race yang referensinya sepertinya diambil dari gim open world semacam Grand Theft Auto, memberikan gambaran nyata sebuah gim dewasa yang ternyata justru digandrungi oleh anak-anak.

Bisa dibilang Ralph Breaks the Internet membawa gabungan keseruan nostalgia pop culture ala film Ready Player One dan Pixel ke dalam sebuah film animasi CGI. Tentunya hal ini tidak hanya membawa keseruan bagi generasi Y atau Z saja yang menyaksikan film ini, namun generasi X yang menemani putra-putrinya pun bisa bernostalgia terhadap parade budaya pop yang luar biasa melimpah tersebut.

Pengenalan Internet Dasar untuk Anak-anak

Pujian patut diberikan pada sutradara Phil Johnston dan Rich Moore serta penulis skrip Pamela Ribon (dikenal lewat film Moana). Mereka bertiga tak hanya berhasil menyajikan sebuah film petualangan dunia maya yang cukup segar dengan bumbu jokes yang efektif dalam tiap adegan, namun juga berhasil menyederhanakan unsur-unsur dasar pada internet hingga bisa dengan mudah diterima anak-anak.

Mungkin banyak orangtua yang kesulitan menjelaskan kepada anak-anaknya apa itu spam, ad blocker, virus, hingga bagaimana sebenarnya cara kerja wifi hingga kita bisa terhubung dengan dunia internet yang sangat luas. Melalui film ini nampaknya para orangtua tak perlu kesulitan lagi karena semuanya dijelaskan secara sederhana di film ini lewat berbagai karakter pendukung dan adegan yang menggambarkan suatu proses dalam internet.

Sandiegoreader.comMisalnya, Ralph yang tak sengaja masuk ke dalam router wifi harus melalui portal sesuai ip address, melewati kabel optik dan serangkaian protokol internet lainnya hingga akhirnya sampai di dunia maya yang luas. Atau karakter Spamley yang dihadang semacam petugas besar ketika mendekati avatar user, yang ternyata merupakan gambaran dari ad blocker yang menghadang spam/iklan yang mencoba masuk.

Pesan yang Kuat dalam Tiap Adegan

Usatoday.comRalph tak hanya sekadar memberikan parade pop culture, jokes ringan yang efektif atau petualangan dunia maya yang seru, namun juga pesan yang kuat dalam tiap adegannya.

Dari mulai pertemuan Vanellope dengan deretan princess legendaris Disney yang memberikan banyak pesan penting seputar isu rasial, feminisme dan girl power hingga karakter Yesss (Taraji P. Henson) si kepala algoritma yang membuka pemahaman Ralph akan dunia maya, semuanya disajikan dengan penyampaian yang sederhana namun memiliki arti yang cukup kuat.

Termasuk peringatan Yesss akan bahayanya komentar warga net di media sosial yang bisa membuat si pembacanya bisa merasa tersanjung berlebih bahkan seketika juga membuat pembacanya sakit hati karena komentar warga net yang bak pedang bermata dua. Sebuah peringatan yang cukup sederhana namun cukup kuat dalam sebuah kalimat;

"Don't ever read the comments"

Tata Musik yang Apik

Henry Jackman (Variety.com)Yang membuat film Disney selalu dinanti tak lain karena menyuguhkan musik yang apik di sepanjang film. Dan hal tersebut masih dipertahankan di film ini mulai dari elemen putri yang bernyanyi hingga scoring apik di sepanjang adegan yang berintensitas tinggi.

Henry Jackman yang dikenal sebagai penata musik untuk film-film kelas A semisal X-Men, Kingsman, Jack Reacher dan juga video gim ternama semisal Uncharted, menunjukkan kelasnya disini. Gabungan scoring orkestra dan musik elektronik menyatu apik di sepanjang film.

Bukan bermaksud spoiler, hanya saja adegan akhir yang melibatkan pertarungan seru bersama princess Disney, mampu ditampilkan dengan sangat apik berkat gabungan atau mash up lagu tema masing-masing princess yang membentuk sebuah musik latar yang megah dan unik. Tak heran jika adegan ini menjadi salah satu adegan yang mengundang crowd pleaser di bioskop.

Poin Negatif

Awn.comKekurangan di film ini tak lain karena berkurangnya porsi salah satu tokoh utama di film pertamanya, Felix (Jack McBrayer). Peran Felix nampak sengaja disingkirkan untuk bisa menampung ambisi Disney menggabungkan semua karakter dalam semesta mereka ke film ini juga memberi panggung untuk beberapa karakter baru semisal Yesss dan Shank (Gal Gadot).

Masalahnya, peran Yesss dan Shank pun sejatinya tidak begitu meninggalkan kesan mendalam meskipun memang cukup mencuri perhatian. Padahal Yesss yang tampil unik berkat pakaian dari kabel fiber optik atau Shank yang tampil berjaket kulit ala Gal Gadot sesungguhnya, memiliki potensi untuk menjadi sesuatu yang lebih besar lagi di film ini. Princess yang tampil singkat justru lebih menarik perhatian yang cukup besar di sini, bahkan lebih besar dari Vanellope, Yesss dan Shank.

Meski begitu, mungkin hal ini sengaja dilakukan untuk membuat pondasi yang kokoh untuk film ketiganya nanti yang nampaknya memang sudah memberikan petunjuk singkatnya di akhir kisah film ini. Namun intinya, unsur negatif ini tak begitu mempengaruhi keseluruhan isi film ini.

Penutup

Indiewire.comRalph jelas menyajikan hiburan lengkap yang bisa dinikmati mulai dari anak-anak hingga dewasa. Banyaknya referensi pop culture menjadikan film ini sebagai ajang nostalgia yang cukup memuaskan bagi para penonton dewasa. Pun anak-anak terpuaskan berkat banyaknya karakter Disney, Marvel dan Star Wars yang muncul di sepanjang film. Apalagi adanya karakter Princess yang hadir dengan formasi lengkap, semakin memuaskan penonton khususnya kaum hawa.

Banyaknya pelajaran yang bisa diambil di sepanjang film mulai dari arti persahabatan, perjuangan, pemahaman dasar seputar internet hingga arti pahlawan sesungguhnya tentu menjadi poin positif film ini yang bisa disajikan ke anak. Jokes yang ringan dan kadang mengkritisi beberapa hal yang sedang tren sebagai punchline nya pun cukup berhasil membuat penonton terhibur.

Oh iya, ketika film usai jangan langsung pulang dulu. Karena ada sajian video clip "Sebuah Lagu" milik Payung Teduh yang eksklusif ditayangkan pertama kali di bioskop. Lagu yang juga turut disematkan dalam album kompilasi soundtrack film ini, menyajikan nuansa jazz yang kental dan cukup catchy didengarkan. Juga tak lupa, ada adegan tambahan pada post credit scene film ini yang pasti buat fans Disney senyum-senyum sendiri.

Jadi, siapkan agendamu minggu ini untuk segera menyaksikan film ini. Ajak anak-anak, rekan ataupun pasangan untuk menikmati referensi pop culture yang melimpah serta petualangan penuh canda yang seru dari Ralph dan Vanellope. Selamat terhibur!

Salam kompasiana.




Baca juga:
Darurat Sampah Plastik, Laut Bukan Tempat Sampah
Akses Kompasiana Lebih Mudah melalui "Add to Home Screen"
Mencegah Stunting Dimulai Sejak Kehamilan

Nasabah Korban Bencana Minta Penghapusan Kredit, Bukan Keringanan Kredit

$
0
0

ekonomi.kompas.com

Bencana alam yang meluluhlantakkan beberapa daerah di tanah air seperti di Lombok dan Palu, ternyata membawa penderitaan yang berlipat-lipat bagi korbannya, sehingga pepatah "sudah jatuh tertimpa tangga" pun tidak lagi tepat untuk menggambarkannya. Mungkin pepatahnya perlu dilengkapi dengan "sudah jatuh tertimpa tangga lalu terperosok masuk jurang dan menggelepar pingsan".

Masalahnya tidak sekadar kehilangan rumah, sehingga harus membangun tempat berteduh yang baru, tapi juga atas rumah yang hilang itu, yang didapat dari kredit bank, tetap harus dicicil pengembaliannya ke bank sesuai perjanjian semula.

Coba simak kisah Dedi Arman yang dimuat Kompas (23/11) berikut ini. Penyintas gempa dan likuifaksi di Petobo, Palu, tersebut tidak lagi bisa memastikan di mana rumahnya sebab kawasan itu sudah menjadi bukit tanah setinggi 6-9 meter. Dedi baru 4 tahun mengangsur kredit rumah di sebuah bank dengan cicilan Rp 4,8 juta per bulan.

Jangka waktu kreditnya masih 11 tahun lagi, padahal seluruh harta bendanya musnah. Makanya ia tidak bisa membayangkan jika harus tetap mengangsur kredit atas rumah yang tidak ada lagi wujud fisiknya.

Sekarang para penerima kredit bank seperti Dedi di atas, membentuk "Forum Debitur Korban Bencana Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala"  yang berjuang menuntut adanya kebijakan pemutihan atau penghapusan utang dari bank sebagai wujud keberpihakan pemerintah terhadap korban bencana.

Masalahnya, beberapa bank mengeluarkan pernyataan hanya akan memberikan keringanan kredit, bukan penghapusan kredit, bagi korban bencana (Kompas, 22/11). "Keringanan kredit itu artinya tetap membayar. Itu seperti kena gempa lagi", kata Ando Wibisono, Ketua Forum Debitur tersebut di atas.

Kalau mengacu kepada istilah teknis perbankan, keringanan kredit disebut juga dengan restrukturisasi kredit. Jadi memang betul, bank dalam hal ini tetap mengupayakan penagihan terhadap kredit yang direstrukturisasi. 

Hanya saja penagihan tersebut bisa mengubah persyaratan semula tergantung pola restrukturisasi yang dipakai. Ada yang untuk beberapa tahun tidak diminta mengangsur, tapi setelah itu baru mengangsur dengan pengunduran jangka waktu pelunasan.dok. kompas.com

Ada pula yang mendapat keringanan bunga. Bahkan ada yang mendapat tambahan kredit bila pihak bank menilai  debitur yang menunggak tersebut usahanya masih prospektif, sehingga nantinya bisa mengangsur semua utangnya termasuk tambahan kredit yang baru.

Kredit yang direstrukturisasi pada akhirnya berujung pada dua kemungkinan, yakni kembali dikelompokkan pada kredit yang lancar pengembaliannya, atau bila memang debitur betul-betul tidak mampu, akan dihapusbukukan.

Ingat, istilahnya adalah hapus buku (write off), bukan hapus tagih. Hanya dihapus dari pembukuan bank, tapi tetap terdokumentasi di luar neraca (off balance sheet). Orang bank menyebutnya sebagai "harta karun" karena bila nanti, entah kapan, terdeteksi si debitur yang telah dihapusbukukan itu sudah punya kemampuan finansial, ditagih lagi.

Makanya kalaupun dalam pemaparan pihak manajemen suatu bank saat jumpa pers tentang kinerja tahunannya, menyebut jumlah kredit yang telah dihapusbuku, itu hanya secara total. Bank amat jarang mengumumkan siapa saja debitur yang mendapat fasilitas itu, termasuk dalam annual report-nya yang rinci setebal beratus-ratus halaman.

Tapi uraian di atas berlaku secara business as usual pada keseharian bank. Maksudnya tanpa ada peristiwa bencana pun, yang namanya usaha debitur ada saja yang bangkrut sehingga direstrukturisasi oleh bank.

Masalahnya, kasus di Palu adalah unusual, sesuatu yang luar biasa. Makanya memang ada dua kepentingan yang sampai sekarang belum ada titik temunya. Di satu sisi, sudah merupakan prosedur standar di bank manapun untuk selalu bertindak hati-hati (prudent), termasuk untuk menghindari kemungkinan timbulnya moral hazard, seperti hanky panky antara oknum bank dengan nasabah.

Lagi pula uang yang disalurkan bank sebagai kredit itu, pada dasarnya juga uang masyarakat, yakni dari mereka yang menabung di bank. Pasti para penabung tidak mau tabungannya tergerus karena bank menderita kerugian akibat kredit yang macet pengembaliannya gara-gara ada bencana alam. 

Di pihak lain, debitur korban bencana alam butuh kepastian bahwa utangnya ke bank sudah "diikhlaskan" bank alias tidak akan ditagih lagi. Nah, inilah yang butuh verifikasi yang akurat, agar kalaupun nanti bank melakukan penghapusan kredit, tidak ada nasabah yang bukan korban bencana yang ikut membonceng.

Jadi, masalah ini tampaknya membutuhkan langkah terobosan yang melibatkan beberapa pihak, tidak hanya bank dengan nasabah. Bahkan agaknya perlu penanganan yang bersifat politis dalam arti melibatkan pemerintah pusat dan dukungan DPR-RI.

Bank pasti butuh "payung hukum" kalau nantinya diputuskan buat menghapuskan kredit. Payung tersebut bisa berupa peraturan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga yang bertugas mengawasi perbankan di Indonesia. Bisa pula berupa Instruksi Presiden atau yang sejenis itu, yang tentu harus dikaji para ahli hukum terlebih dahulu agar tidak menabrak perundang-undangan sebagai ketentuan yang lebih tinggi. 

.




Baca juga:
Melestarikan Resep Masakan Warisan Simbah
Darurat Sampah Plastik, Laut Bukan Tempat Sampah
Akses Kompasiana Lebih Mudah melalui "Add to Home Screen"

Suka Duka Menjadi Pekerja di Perantauan

$
0
0

sumber: www.inovasee.comDalam usia yang terbilang muda saya telah memutuskan untuk menjadi perantau. Dan hingga saat ini saya sedang bermukim di Hong Kong sebagai pekerja migran. 

Dulu saya ingat sekali apa yang ada di benak kepala ini ketika membayangkan jika saya bisa bekerja jauh dari rumah ke luar pulau atau sampai ke luar negeri, terbayangkan cepat atau lambat akan menjadi orang kaya sebab mendengar desas-desus warga sekitar mengatakan gaji di luar pulau atau di luar negeri itu lumayan besar.

Rasanya ingin tertawa sendiri menyadari perjalanan merantau yang saya lakukan kurang lebih 8 tahun, tidak mengubah keadaan materi (menjadi kaya). Hidup saya masih biasa-biasa saja. Benar sekiranya kalau soal rezeki ternyata sudah diatur sama yang di atas.

Menurut saya menjadi perantau itu dibilang enak ya enak, dibilang tidak enak ya bakalan tidak enak beneran. Jadi tergantung dari kitanya sendiri yang menjalani. Sebelum membeberkan suka- citanya sebagai perantau, saya akan menyebut dukanya dulu.

Ngomong- ngomong soal duka ya? Uhm...kalau saya pribadi sebenarnya ada beberapa hal yang terasa menyerupai duka dan dari situ saya pantas menjadi murung atau tidak senang. Bagaimana pun juga semurung-murungnya saya, tetap selalu saya usahakan untuk terkondisikan. Seperti misalnya setiap kali selesai bekerja dan berada di kamar yang sempit, terasa sekali kalau saya ini sedang di perantauan. Keberadaan telepon genggam pun adakalanya membuat saya jenuh untuk hanya berkomunikasi jarak jauh. Ujung-ujungnya menulis di kertas sebagai cara mengekspresikan apa yang sedang dipikirkan dan yang dirasakan.

Di sini, saya bekerja di rumah, mengurusi keadaan rumah. Setiap hari secara sadar atau tidak, ada kalanya ingin lepas dari pekerjaan ini. Saya bayangkan teman-teman di Indonesia yang seumuran saja terlihat bisa bermain ke berbagai tempat, kalau saya? apa daya. Ini semua sudah resiko. Biasanya hati saya menjadi kalem setelah meyakini dalam hati, jika jalan saat ini yang Tuhan berikan adalah rencana-Nya yang baik (untuk saya tentunya). Duka dalam bentuk apapun selama di perantauan saya ubah menjadi sebuah harmoni yang tetap enak dinikmati.

Berikut ini suka-cita menjadi perantau berdasarkan pengalaman yang saya alami:

Bermental single fighter
Segala bentuk keputusan yang tadinya membuatku takut, pada akhirnya harus ku hadapi. Dalam proses penyesuaian diri terhadap lingkungan baru tentunya ada banyak rintangan. Single fighter harus tetap fokus terhadap pemecahan masalah dibandingkan meributkan masalah. Merantau dan jauh dari keluarga akan mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang mandiri, selalu yakin terhadap kemampuan diri dan tidak bergantung dengan orang lain.

Menjadi lebih mengerti tentang siapa diri ini
Di perantauan itu meskipun kita kenal baik dengan beberapa orang, pasti pada akhirnya dekat dengan keluarga itu rasanya lebih menentramkan sebab tidak ada sekat yang membedakan. Beda dengan keberadaan saya di sini yang sebagai pekerja dan bukan dari keluarga murni. Walaupun tidak terlalu diperlakukan diskriminatif, namun kenyamanan ada pada diri sendiri.

Ketika kita berhasil mengenali siapa diri kita, maka kita akan menjadi orang yang tidak mudah merasa iri hati terhadap keberhasilan orang lain yang terlihat lebih dari yang mampu kita usahakan. Karena kita tahu benar sampai mana kapasitas keterampilan yang kita punya itu telah dimaksimalkan. Orang yang mengerti dirinya akan mudah mengerti orang lain pula.

Apabila kita sudah bisa mengenali diri dengan baik dengan mudahnya kita akan tahu cara untuk menghibur diri setiap kali dihadapkan pada ketidak- senangan. Seperti saya misalnya cara saya mengatasi kejenuhan biasanya saya menulis, menggambar, dan mendengarkan musik.

Bertambahnya wawasan dan penguasaan bahasa
Apa yang kita lihat, dengar dan rasakan sangat signifikan sekali mempengaruhi seberapa besar wawasan kita ini. Lingkungan di perantauan tentunya berbeda dengan lingkungan asli kan ya? Keberadaan gedung yang tinggi sering membuat saya merasa terkagum-kagum untuk terus berimajinasi dan dalam hati saya yakin bahwa pendidikan itu segalanya.

Di lain sisi kita akan menguasai bahasa baru sesuai dengan tempat yang kita tinggali. Sewaktu di Pontianak, sekilas saya jadi tahu bahasa orang Melayu dan Cina Hokien, di Singapura saya jadi sering mendengar orang berbahasa Inggris dan begitu juga di Hong Kong saya menjadi bisa berbahasa Kantonis. Padahal kalau belajar bahasa lewat kursus saja perlu mengeluarkan biaya ya dan belum tentu bisa menguasai kosa kata sebanyak ini. Berkat merantau, justru saya langsung praktek berbahasa asing dengan orang-orang yang saya temui.

Berpikir secara global
Saya bayangkan jika sampai detik ini saya hanya tinggal di desa mungkin pola pikir saya masih sama seperti sewaktu saya belum merantau. Mengingat di desa belum ada buku perpustakaan yang lebih memadai. Berpikir global ini disebabkan karena saya sering melihat dan bertemu dengan orang-orang yang belum pernah saya temui sebelumnya, sehingga dari situ wawasan saya juga terbuka ketika bercengkrama dengan mereka. Apalagi  sewaktu saya di Hong Kong, saya banyak bertemu orang asing yang berasal dari negara manapun. Dalam keramaian, saya melihat mereka berjalan dengan penuh rasa percaya diri, seolah-olah mereka tahu apa tujuan hidupnya masing- masing.

Berpikir secara global sederhananya kita punya kesadaran untuk berkembang maju dengan memajukan diri kita sendiri melalui apa yang bisa kita lakukan sebab orang-orang di luar telah banyak yang sudah berlari lebih jauh dari kita. Jadi dengan berpikir global ini kita tidak lagi menghabiskan energi dan waktu untuk sesuatu yang sepele atau bermalas-malasan.

Merantau akan mengajarkan betapa pentingnya keluarga
Ibarat kalau di rumah sendiri saya bisa berbuat apa saja, tetapi kalau di perantauan (apalagi bekerja ikut orang seperti saya) menjadi tidak sebebas di rumah.

Keberadaan keluarga itu sangat penting. Dulu saya pernah kurang patuh terhadap orangtua dan pernah juga membuat marah adik kakak saya, namun setelah jauh begini rasanya jadi menyesal atas apa yang pernah dilakukannya. Lebih lagi kalau di perantauan tak jarang dihadapkan pada keadaan yang berliku sehingga membuat saya semakin rindu rumah.

Di sini saya yang masih menjadi perantaua selalu mensugesti diri jika apa yang sedang terjadi pada saya adalah bagian dari takdir-Nya. Walau kebebasan hidup saya terasa seperti dibatasi (bekerja ikut orang), saya tetap menikmatinya.

Suka duka merantau itu pasti ada dan akan selalu ada hikmahnya.




Baca juga:
Buku yang Kita Baca Dapat Menunjukkan Kualitas Diri Kita
Melestarikan Resep Masakan Warisan Simbah
Darurat Sampah Plastik, Laut Bukan Tempat Sampah

Ayo, Ceritakan Potensi UMKM di Pelosok Negeri Versi Kamu!

$
0
0

image-berita-admin-alt-2-rev1211-1-5be8f3636ddcae2dfa444552.jpg

Keberadaan UMKM memegang peranan penting sebagai penggerak roda perekonomian nasional. Tercatat, UMKM mampu menyumbang ke Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 60,34 persen, sekaligus menyerap tenaga kerja hingga 97 persen.

Dengan luasnya wilayah Indonesia dengan karakteristiknya masing-masing, setiap daerah berpotensi memiliki keunggulan produk UMKM-nya tersendiri. Dalam perkembangannya, UMKM diharapkan bisa membawa dampak positif terhadap perekonomian ataupun sosial.

JNE sebagai perusahaan jasa kurir ekspres dan logistik sangat mendukung perkembangan UMKM hingga ke pelosok negeri. Saat ini, JNE memiliki 8 wilayah regional yaitu Sumatera, Jakarta, Bodetabekcil (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cilegon), Jabar, DIY-Jateng, JTBNN (Jawa Timur, Bali, NTT,NTB), Kalimantan, Sulampapua (Sulawesi, Ambon, Papua) yang terus berkomitmen menghadirkan layanan bagi penggunanya.

Apakah Kompasianer punya cerita unik dan menarik seputar pelaku pelaku usaha UMKM yang ada di daerah atau lingkungan sekitarmu? Ayo ceritakan keunikan tersebut dalam blog competition "Melihat Potensi UMKM di Pelosok Negeri" yang diadakan oleh JNE bersama dengan Kompasiana. Sebelum ikutan nulis, pastikan kamu simak informasi syarat dan mekanismenya berikut ini ya.

SYARAT & KETENTUAN

  • Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di Kompasiana.com
  • Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat), dan tidak sedang dilombakan di tempat lain)
  • Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana

MEKANISME

  • Tema besar: Melihat Potensi UMKM di Pelosok Negeri
  • Kompasianer diminta untuk menuliskan cerita atau profil pelaku usaha UMKM di daerah atau lingkungan sekitar Kompasianer. Selain itu juga mengulas tentang dukungan JNE sebagai industri logistik dalam menumbuhkan potensi pelaku usaha dengan menghadirkan layanan ke seluruh wilayah Indonesia
  • Periode: 12 November -- 8 Desember 2018
  • Tulisan tidak lebih dari 1.500 kata
  • Peserta wajib mencantumkan label potensiUMKMIndonesia dan JNE28Tahun dalam setiap tulisan, serta label regional yaitu:
    • Label UMKMSumatera untuk wilayah Sumatera
    • Label UMKMJakarta untuk wilayah Jakarta
    • Label UMKMBodetabekcil untuk wilayah Bodetabekcil (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cilegon)
    • Label UMKMJabarDIYJateng untuk wilayah Jabar, DIY-Jateng
    • Label UMKMJTBNN untuk wilayah JTBNN (Jawa Timur, Bali, NTT,NTB)
    • Label UMKMKalimantan untuk wilayah Kalimantan
    • Label UMKMSulamPapua untuk wilayah Sulampapua (Sulawesi, Ambon, Papua)
  • Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba tidak bisa diikutkan lomba
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
  • Pemenang akan diumumkan setelah 14 hari kerja periode lomba usai

Note: Blog competition ini dibuka untuk umum, dan nantinya akan dipilih 8 pemenang artikel regional dari masing-masing 8 regional JNE. Dari delapan artikel pilihan itu kemudian akan dipilih 3 artikel favorit yang berkesempatan mendapatkan hadiah paket wisata ke Labuan Bajo dan uang tunai. 


HADIAH 

  • 8 pemenang dari 8 regional: hadiah uang tunai @ Rp 2.000.000,-
  • Grand prize 3 artikel dari 8 regional: hadiah paket wisata ke Labuan Bajo + uang saku


Note: 

- Keberangkatan ke Labuan Bajo, meeting point di Jakarta 

- Transport tiket pesawat dari wilayah regional masing-masing pemenang ke Jakarta akan ditanggung oleh JNE


Bagi tiga pemenang artikel favorit diharapkan untuk menuliskan 1 artikel yang menceritakan pengalaman saat pergi liburan ke Labuan Bajo bersama JNE.

Seru, ya! Ayo, segera kirimkan cerita terbaik Anda dan menangkan hadiahnya! Untuk mengikuti event Kompasiana lainnya, silakan kunjungi halaman ini. (GIL)




Baca juga:
Potensi Wisata Halal di Minangkabau
Buku yang Kita Baca Dapat Menunjukkan Kualitas Diri Kita
Melestarikan Resep Masakan Warisan Simbah

Kekuatan Dialog dalam Sebuah Karya Fiksi

$
0
0

Sumber:pixabay.com

Dalam menampilkan sebuah karya tulis, khususnya fiksi, dialog memiliki peran yang sangat penting. Sebab dengan adanya dialog pembaca bisa memahami unsur-unsur yang terkandung di dalam sebuah cerita. Dialog yang tercipta--yang dikemas secara apik dan menarik, akan mampu menggiring pembaca merasa nyaman mengikuti alur yang disuguhkan. 

Selain itu dialog bisa juga sebagai petunjuk untuk mengetahui perbedaan karakter tokoh-tokoh, mengetahui setting atau latar yang ada di dalam sebuah cerita.

Meski seorang penulis bisa saja menjabarkan cerita dari awal hingga akhir dalam bentuk narasi panjang minim dialog, namun kehadiran dialog tetap sangat dibutuhkan. Hal ini tentu saja untuk menghindarkan timbulnya perasaan boring akibat membaca penjabaran narasi yang panjang lebar dan monoton. 

Sejauh mana dialog diperlukan dalam sebuah karya fiksi?

Mari kita perhatikan contoh penggalan narasi berikut ini;

Pak Lukman adalah seorang yang gemar mengomentari politik. Segala sesuatu yang berbau politik akan dikritiknya habis-habisan. Tak terkecuali keadaan politik dewasa ini. Yang menurutnya tidak semakin membaik, justru membuat suasana negeri semakin kacau.

Sore itu Pak Lukman melampiaskan kekesalannya pada istrinya.

Bu Prita--istrinya sedianya ingin menyahut, tapi urung.

Selanjutnya mari kita perhatikan contoh dialog berikut ini;

"Politik di negeri ini semakin hari semakin menggelikan!" Pak Lukman berseru lantang. Istrinya ingin menyahut, tapi urung.

Dari dua contoh cuplikan narasi dan dialog di atas, kita bisa merasakan bagaimana dialog memiliki kekuatan, mampu menghidupkan dan menopang sebuah cerita tanpa harus mengurangi rasa dan greget yang ingin disampaikan oleh si penulis. Bahkan dengan adanya dialog cerita yang disampaikan terkesan lebih mudah dicerna, jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan narasi yang disuguhkan secara berkepanjangan.

Lantas, apakah dialog itu sama artinya dengan percakapan?

Tentu saja tidak. Dialog dan percakapan adalah dua hal yang berbeda. Dialog adalah sesuatu yang dibangun; sifatnya artifisial; dan hasilnya jauh lebih efisien dan lebih mudah dipercaya ketimbang percakapan biasa.

Jadi selain menghidupkan suasana dan penopang sebuah cerita, dialog mampu mengeleminasi percakapan-percakapan yang tidak penting dan mengusir gangguan irelevansi yang sering kita alami di dalam dunia nyata.

Sedang tujuan terpenting dari dialog yang dimunculkan dalam sebuah karya fiksi adalah untuk mengupas psikis karakter setiap tokoh yang dihadirkan serta berupaya menggerakkan cerita ke arah kesimpulan yang dramatis. 

Hanya dengan membaca dialog antar tokoh satu dengan tokoh lainnya, kita bisa menganalisis masing-masing karakter yang ada di atas panggung sebuah karya fiksi.

Mari kita perhatikan dialog antar tokoh berikut ini.

"Kau bedebah, Jo! Seharusnya kau mendengar semua perintahku!" Pak Lukman menghardik bawahannya, Joshua.

"Maafkan saya, Pak Lukman. Sekalipun Bapak adalah atasan saya, jika perintah yang Bapak sampaikan berseberangan dengan hati nurani, maka saya wajib menolak," Joshua menatap Pak Lukman. Tanpa sedikit pun gentar.

Dari dialog yang terjadi antar dua tokoh di atas, efektifitas dan efisiensi kalimat lebih terasa--lebih hidup dan tidak membosakan ketimbang ditampilkan dalam bentuk narasi berkepanjangan. Pembaca bisa langsung menebak perbedaan karakter tokoh antara Pak Lukman dan Joshua. Pak Lukman bertemperamen keras. Sedang Joshua tenang namun tegas.

Bagaimana? Apakah Anda sudah mempersiapkan dialog yang menarik dalam karya fiksi yang sedang Anda tulis hari ini?


***

Malang, 24 November 2018

Lilik Fatimah Azzahra




Baca juga:
Kompasianival 2018 Hadir Lagi, Sekarang Saatnya untuk Registrasi Online!
Potensi Wisata Halal di Minangkabau
Buku yang Kita Baca Dapat Menunjukkan Kualitas Diri Kita

Sudahkah Kita Menjadi Nyata di Dunia Maya?

$
0
0

Sumber : Skylineg.com

Sebelum dunia maya hadir, selain hidup di dunia nyata, manusia juga biasa hidup di dalam dunia mimpi lho, dan hal tersebut hanya bisa direfleksikan melalui lamunan, atau tidur seharian dari malam ketemu malam, kecauli bagi mereka yang nekat, hehee.

Namun, semenjak dunia maya hadir dan semakin dikenal oleh berbagai kalangan masyarakat, sepertinya bagi mereka yang sulit menerima kenyataan dan senang hidup di dunia mimpi tak perlu lagi berlama-lama hidup dalam lamunan atau tidur seharian untuk membayangkan sosoknya yang jauh dari kenyataan. Karena di dalam dunia maya, kita bisa menjadi siapa saja yang kita inginkan.

Sudahkah kita menjadi nyata di dunia maya ?

Meski dunia maya adalah wadah yang cocok bagi mereka yang terbiasa hidup di dunia mimpi, atau bisa dikenal saat ini adalah halu (halusinasi), namun untuk menjadi siapa saja di dunia maya tentulah bukan hal yang mudah diwujudkan. Kecuali, kalau seseorang sudah menguasai salah satu kuncinya, yakni perspektif masyarakat. Dan pengertian masyarakat disini adalah mereka yang turut terhubung satu sama lain di dunia maya ya.

Dalam meyakinkan atau membentuk prespektif masyarakat ini lah, kadang seseorang harus dibuat susah payah untuk menutupi sebuah kenyataan yang ada di dalam hidupnya.

Untuk mempermudah dalam menjelaskan hal tersebut, maka seperti biasa, saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya menyangkut tulisan ini.

Yakni, saat itu teman saya sedang berkunjung ke rumah memberikan hadiah karena ia tak sempat hadir di acara wisuda saya. Dan kami sempat curhat ngalor ngidul di kamar, hingga sampailah pada membicarakan salah satu teman kami (sebut saja si A) yang kuliah di universitas ternama.

Secara penampilan si A ini memang sangat mewah di dunia maya, dan kebetulan sekali teman saya yang sedang curhat ini memang tetanggaan dengan si A.

Menariknya adalah di tengah pembicaraan kami, teman saya ini  kembali bercerita bahwa ia masih rutin sekali mengadakan acara kumpul-kumpul di lingkungan rumahnya termasuk bersama si A.

Namun berbeda dengan orang-orang pada umumnya yang sering memposting kegiatan kumpul atau sosialitanya di dunia maya, sedangkan si A sama-sekali tak pernah memposting keadaan teman-temannya di lingkungan sekitar rumah.

Hingga pada salah satu acara, tiba-tiba si A dikagetkan dengan ucapan teman saya yang mengatakan kalimat seperti ini "Coba dong, sekali-kali lo post video kita-kita lagi ngumpul bareng di instagram lo, atau bilang aja lo malu kan sama temen-temen kuliah lo ?"

Cukup sampai situ saja cerita singkat yang saya berikan, karena kalau saya lanjutkan maka artikel ini akan berubah jadi artikel gosip hehee.

Setelah mencerna obrolan yang diceritakan teman saya kepada saya tersebut memang sedikit mengetuk pikiran saya untuk bertanya pada diri sendiri, yakni "Sudahkah saya menjadi nyata di dunia maya ?"

Sebab bukanlah hal yang tak mungkin bahwa perspektif kebanyakan orang tentang saya adalah sebagai sosok wanita yang bijak, pintar, menyenangkan, dan baik hati, toh karena yang mereka lihat tentang saya di dunia maya adalah demikian.

Namun perspektif tersebut belum tentu benar sepenuhnya, karena saat ini kita memang sedang hidup di dunia yang serba membingungkan.

Ambillah contoh ketika sosok si A yang tak pernah mau memposting teman-teman main di lingkungan rumahnya. Hal tersebut bisa saja ia lakukan karena ada sebuah perspektif yang ia coba pertahankan. Yakni, di mana si A adalah sosok yang mewah di dunia maya dan teman-teman di luar lingkungan rumahnya memang percaya akan hal tersebut, kemudian apabila si A dengan sengaja memposting keadaan sebenarnya yang jauh dari kata mewah di dunia maya, maka apa kata teman-teman kuliahnya nanti ?

Pun sebenarnya kehidupan seperti ini bukanlah hal yang baru atau aneh lagi, dan semua orang memang punya gaya pemikiran serta hak menjalani hidupnya masing-masing. Entah ingin menjadi seperti apa ia tentulah itu menjadi urunsan masing-masing orang, termasuk dalam dunia maya. Bahkan sekalipun seseorang ingin tampil menjadi sosok yang jauh dari kenyataan sebenarnya. 

Hanya saja dalam membentuk dan mempertahankan perspektif masyarakat tentang dirinya, tentulah tidak mudah. Misalnya saya yang mencoba untuk dikenal sebagai wanita baik-baik, maka sebisa mungkin saya harus tampil anggun, ramah tamah, dan menjaga bahasa yang baik di dunia maya. Padahal bisa saja sosok nyata saya jauh dari hal-hal seperti itu.

Pun bagi sosok si A yang terus berusaha menjadi sosok yang hidup dan berasal dari kalangan kelas atas. Hal itu adalah haknya, sekalipun ia perlu bersusah payah untuk membentuk dan mempertahankan perspektif kebanyakan orang di dunia mayanya, dengan menunjukan hal-hal yang sebenarnya sulit untuk ia dapatkan misalnya. 

Tentu itu bukanlah masalah selama orang tersebut menyanggupi kehidupan yang memang ia inginkan di dunia maya. Namun satu hal yang pasti adalah menjadi nyata di dunia maya bukanlah sebuah kesalahan, melainkan mencoba menutupi apa yang menjadi kenyataan adalah hal yang memalukan nantinya. 

Jangan terlalu asik menjadi sosok yang halu, sebab setelah berhasil menutupi satu kenyataan, maka akan ada banyak kenyataan yang perlu disembunyikan lagi, dan itu hanya akan menyulitkan saja. Salam.

Tangerang, 25 November 2018

Diana.




Baca juga:
Guru dan Peran Mulia dalam Mengubah Peradaban
Tagar #KosongkanGBK, Paradoks Cinta Sebagian Pendukung Timnas Indonesia
Cerdik Menolong Korban Kekerasan dalam Pacaran

Cerita "Papillon", Penjara Kolonial dan Drama Hambar Pelarian Diri

$
0
0

Film Papillon (2017) | Ilustrasi: hollywoodreporter.com

Aku baru saja membaca film tentang Papillon, seorang Perancis yang melarikan diri dari penjara di tanah koloni. Guyana Perancis namanya. Cerita pelarian yang dituliskan lalu diadaptasi ke dalam film. Kau jelas tidak bertanya tapi aku harus cerita. 

Papillon bukan seorang anarki; hidup tanpa ideologi. Dia penjahat dari jenis yang elite: tukang bongkar brankas, bergaya hidup kelas menengah kasta foya-foya.

Dia punya cinta dari perempuan yang tabah-sebelum segalanya musnah karena penjara, zaman berubah, menjadi miskin adalah malapetaka dan siapa yang bisa bertahan menunggu sesuatu yang simpang siur?

Tinggallah Papillon alias Henri Charrire dengan perjuangannya. Menghadapi dingin penjara dan rencana-rencana pelarian yang berantakan. Satu dekade berusaha membebaskan diri. Dia akhirnya berhasil lari, membuat novel dua seri tentang epos sendiri. Kemudian mati 29 Juli 1973. Di tahun yang sama, sebuah film dibuat karena ceritanya. Di tahun kemarin, dibuat lagi film dari cerita yang sama. 

Kali ini Charles Matthew Hunnam yang menjadi Papillon alias ButterflyCharles Hunnam adalah si Arthur dalam Legend of The Sword sebelum iniDalam arahan Guy Ricthie, Hunnam membuat Arthur terlahir lebih segar, kekinian dan yang paling penting adalah menganut jalan New Social Movement

Arthur hidup dalam narasi pelahiran pemimpin alternatif di depan monarki yang depotis serta sedang menuju rontok. Kamu bisa membacanya di Epos Raja Arthur dalam Imajinasi Progresif Guy Ritchie.

Di Papillon, dikisahkan adanya berlapis-lapis penjara. Penjara biasa, bagi mereka yang tertib menjalani jadwal harian tanpa ada rencana pelarian. penjara kedua, khusus bagi mereka yang gagal melarikan diri di tahap pertama. Penjara kecil yang membuat banyak orang gila sebab harus berhadapan dengan dinding sepanjang tahun tanpa kepastian kapan berakhir. Bergantung kehendak baik sang sipir. Tapi Papillon berhasil melawan gila. 

Sesudah itu, bersama Louis Bega yang tak lagi kaya dan istrinya memilih menikahi pengacaranya, merancang lagi pelarian kedua. Dengan kapal kecil yang bocor, mereka terdampar di pulau yang diasuh oleh beberapa orang biarawati. Disuruh bertobat, mengakui kuasa Ilahiah dan hidup sebagai manusia yang beragama secara lurus. Papillon menolak dan berusaha kabur. 

Akan tetapi penjara adalah tentakel yang memiliki mata dimana-mana. Mereka kembali tertangkap. 

Papillon dan Bega kali ini dipenjara di pulau Hantu, sebuah tempat dimana narapidana hanya menunggu atau memilih mati lebih awal. Sebuah penjara paling membunuh daya hidup. Karena itu hanya ditujukan bagi mereka yang tetap bebal dengan mimpi melarikan dirinya. Dari pulau inilah, Papillon berhasil kabur dengan rakit dari buah kepala kering yang disatukan. 

Laut yang cerah membantunya. Semesta seperti merestui usaha terakhirnya. Mungkin dengan begitu, Papillon boleh membawa kabar kepada dunia ramai tentang penjara mengerikan di tanah koloni.

Sayang sekali, dari jatuh bangun pelarian ini, kita tidak melihat kisah pembebasan diri dari penjara yang sekelas The Shawshank Redemption (1994) yang diperankan oleh Tim Robbins dan Morgan Freeman.

Film dengan latar tahun 1940-an ini berkisah seorang bankir yang dihukum karena tuduhan membunuh istri dan selingkuhan sang isti. Bankir yang merancang pelarian diri bertahun lama, dengan kehangatan persahabatan dalam penjara yang menyeret emosi. 

Tapi bukan itu yang menyeret saya terdiam di depan film yang disebut salah satu yang terbaik sepanjang masa ini. 

Saya lebih suka melihat riwayat seorang tua, yang hampir seluruh hidupnya dihabiskan masa kurungan. Yang ketika diberikan bebas malah memilih bunuh diri. Apa sebab?

Karena dia melihat dunia yang bergerak cepat dalam perubahan dan menjadi asing di luar dinding dingin penjara. Seorang tua itu bernama Brooks Hatlen. Dari matanya yang sepuh, kita bisa melihat keterasingan yang membuat para narapidana yang bebas bergumul dengan kecemasan yang mengerikan. Ia justru kembali rindu pada penjara, dunia dimana dirinya tidak menjumpai "resiko dari kebebasan". Si tua Brooks yang tragik.

Penjara tidak otomatis memulihkan manusia dari kejahatan dan ketika bebas menuntun menemukan dunia yang membuatnya menemukan kembali hakikat kesosialannya.

Singkat dikata, film yang dibesut Frank Darabont ini berdialog dengan dimensi yang subtil dari kehadiran manusia, penjara dan kebebasan. "Dialog eksistensial" yang membuat The Shawshank Redemption memang harus menjadi salah satu film terbaik sepanjang masa.

Sosok Henri Charriere, tahun 1969 | Sumber foto: J. Cuinieres/Roger Viollet/Getty ImagesPapillon gagal mencapai kualitas drama biografi yang seperti itu. 

Walaupun berusaha memberi konteks kehidupan yang penuh hura-hura lantas terpuruk, pengadilan yang korup, perlakuan terhadap narapidana yang tidak lebih baik dari menggiring hewan ke rumah jagal, serta kesewenang-wenangan sipir penjara. Termasuk tragedi remaja yang menjadi obyek dari kekerasan seksual. Tapi itu tidak cukup greng.

Banyak hal yang selintas terlihat suram dan mengenaskan sebagai latar besarnya-saya bahkan sempat membayangkan setting sedemikian hendak mengajak penonton untuk melihat kuasa irasional di balik klaim sistem hukum modern Barat, yang katanya rasional dan makin manusiawi-justru melahirkan Papillon yang seolah superhero zaman kolonial. 

Seseorang dengan semangat baja serta pikiran yang tak pernah menyerah demi kebebasan. Bukan saja bernyali lebih, dia juga mahir berkelahi. Di atas segalanya, perjuangan meraih kembali kebebasan adalah inti dari hidup manusia. Merdekaaa!!

Papillon dalam besutan Michael Noer mungkin terlalu berambisi menunjukkan ending yang happy. Mungkin terlalu bersemangat dengan arti penting kebebasan tapi kurang sabar dalam menunjukan padanan kontradiksinya: kejahatan kolonialisme. 

Aku sudah bercerita. Selesai sudah!

*** 




Baca juga:
Pesta Workshop di Kompasianival 2018!
Guru dan Peran Mulia dalam Mengubah Peradaban
Tagar #KosongkanGBK, Paradoks Cinta Sebagian Pendukung Timnas Indonesia

Memahami Kesejahteraan Guru Secara Utuh

$
0
0


sumber gambar : satelitpost

Kesejahtraan guru selalu menjadi salah satu isu hangat yang dibahas dan dijanjikan oleh para politisi setiap kali kontestasi pemilihan umum berlangsung. Para politisi yang berkepentingan mendulang suara selalu menjanjikan kesejahteraan kepada para guru dalam setiap narasi politiknya.

Namun sayangnya, janji kesejahteraan guru tersebut belum sepenuhnya terealisasi dengan baik. Semuanya masih dipandang sebagai janji manis yang hanya terucap ketika masa kampanye saja. Ketika masa kampanye sudah selesai, janji kesejahteraan guru yang diucapkan para politisi pun hanya menjadi angin lalu saja.

Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan Heru Purnomo (Sekjen FSGI) dalam sebuah talkshow di salah satu TV yang menyatakan bahwa janji politik tentang kesejahteraan guru sering kali para guru dapatkan, namun semuanya belum terealisasi sepenuhnya.

Menyoal kesejahteraan guru yang selama ini sering diangkat ketika masa pemilu berlangsung. Sesungguhunya kesejahteraan yang diharapkan para guru tidak hanya melulu tentang sebarapa besar gaji yang nantinya akan diterima oleh para guru.

Namun juga mengenai aspek lain yang menunjang kesejahteraan guru secara utuh. Seperti kebebasan akademik, perlindungan profesi guru dan kondisi kerja. Beberapa aspek tersebut mungkin selama ini jarang dibahas ketika menyinggung kesejahteraan guru.

Dalam sebuah artikel "Memaknai Kembali Arti Kesejahteraan Guru" karya Fahriza Marta yang mengutip Jurnal Review Educational Research, menjelaskan terdapat 4 faktor yang berkontribusi terhadap kesejahteraan guru.

Faktor Keamanan Ekonomi

Faktor keamanan ekonomi meliputi keamanan penghasilan yang memadai, jaminan sosial untuk kesehatan dan hari tua (pensiun) serta kepastian masa jabatan dalam posisi tertentu.

Kesejahteraan memang sangat identik dengan kondisi ekonomi yang aman, oleh karenanya penghasilan guru yang memadai dan masa tua guru yang terjamin menjadi faktor yang memberikan kontribusi besar terhadap kesejahteraan guru.

Faktor keamanan ekonomi ini menjadi faktor utama yang sering menjadi sorotan dan pembahasan ketika berbicara dan membahas tentang kesejahteraan guru.

Faktor Kemampuan Profesional

Sebagai penunjang kesejahteraan guru, faktor kemampuan profesional meliputi kesempatan guru untuk mendapat pelatihan dan pengembangan kapasitas baik guru dalam jabatan maupun guru pra jabatan.

Pelatihan dan pengembangan profesionalisme seorang guru perlu diprogramkan secara berkala, terstruktur dan yang terpenting terjangkau oleh semua kalangan guru.

Pelatihan dan pengembangan profesionalisme untuk para guru jangan sampai hanya program insidental yang hanya teraplikasi dalam satu atau dua bulan saja. Ilmu dan pengetahuan baru yang diperoleh dari pelatihan dan pengembangan sebaiknya diaplikasikan dalam setiap pembelajaran di Kelas dan terupgrade secara berkala.

Dengan semakin meningkatnya profesionalisme seorang guru, maka secara langsung dan tidak langsung akan berdampak pada tingkat kesejahteraan guru itu sendiri.

Faktor Kenyamanan Pribadi

Kesejahteraan guru tidak hanya berkaitan dengan materi saja, namun kenyamanan pribadi seorang guru pun menjadi faktor yang berkontribusi terhadap kesejahteraan seorang guru.

Kenyamanan pribadi ini tidak hanya melibatkan masalah kebebasan akademik dan sosial, tetapi juga hubungan interpesonal yang demokratis dalam situasi belajar atau pun urusan administrasi.

Kebebasan akademik seorang guru perlu dijamin sehingga guru bisa menghasilkan berbagai karya, baik karya dalam bentuk tulisan maupun karya dalam bentuk tindakan.

Begitu pun hal yang berkaitan dengan administrasi, seorang guru perlu diberikan kemudahan dalam adminstrasi pembelajaran dan administrasi lainnya. Kemudahan adminstrasi tersebut akan membuat kenyamanan dalam melaksanakan tugas bisa tercipta dan dirasakan oleh seorang guru.

Selain itu yang terpenting dalam kenyamanan pribadi seorang guru adalah perlindungan profesi guru. Dalam menjalankan tugasnya, guru membutuhkan perlindungan secara hukum sehingga bisa melaksanakan tugasnya secara maksimal.

Faktor Kondisi Kerja

Bagi sebagian yang belum tahu atau belum pernah merasakan jadi guru, mungkin mengira bahwa tugas guru hanya sekedar mengajar. Padahal tugas dan beban kerja guru itu dapat dikatakan penuh tantangan, karena proses kerjanya mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Perencanaan pembelajaran tidak bisa dilakukan hanya dalam beberapa jam saja, perencanaan pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama. Hal tersebut dilakukan demi terciptanya pembelajaran di kelas yang berkualitas.

Faktor kondisi kerja pun berkaitan dengan jumlah siswa yang diajar, jumlah siswa yang ideal tentunya menjadi harapan semua guru. Karena dengan jumlah siswa yang ideal akan menjadikan pembelajaran lebih kondusif dan bermakna.

Yang tidak kalah penting mengenai kondisi kerja ini yakni ketersediaan bahan ajar, ketersediaan bahan ajar akan membantu guru dalam melaksanakan tugasnya. Hal-hal yang bertemali dengan kondisi kerja tersebut akan berpengaruh terhadap kinerja seorang guru. Semakin baik kondisi semuanya, maka akan semakin baik pula kinerjanya.

Empat faktor yang dipaparkan tersebut memiliki kontribusi terhadap kesejahteraan guru, dengan demikian kesejahteraan guru tidak selalu tentang kondisi ekonomi. Faktor lain pun perlu diperhatikan sehingga guru bisa mendapatkan kesejahteraan secara utuh.

Harapan semua guru pastinya mendapatkan kesejahteraan secara utuh ini, keadaan ekonomi yang aman, profesionalisme yang diperhatikan, kenyamanan pribadi yang terjamin dan terciptanya kondisi kerja yang kondusif dan memadai.

Sumber Bacaan :

Tanjung, F.H. 2012. Memaknai Arti Kesejahteraan Guru. http://pendidikanantikorupsi.org/wp-content/uploads/2012/04/Makalah_Memaknai-Kembali-Arti-Kesejahteraan-Guru.pdf.




Baca juga:
Persahabatan Sejati Surat dan Kerbau Thong Kham
Pesta Workshop di Kompasianival 2018!
Guru dan Peran Mulia dalam Mengubah Peradaban

"The Whiter Shade of Pale" Sepucat Perawan Terpilih Era Romawi Kuno

$
0
0

Sumber ilustrasi: thisdayinmusic.comBeberapa tahun lalu lagu ini pernah dinobatkan menjadi lagu yang paling banyak didengarkan selama 75 tahun terakhir. Tidak bisa dipungkiri Procol Harum memang pantas menyandang gelar tersebut, karena lirik lagunya diciptakan bukan hanya melulu dari kumpulan kata kata yang dirangkai dan diberi sentuhan musik agar terdengar enak. 

Lagu ini sebetulnya penuh dengan eksperimen. Keith Reed sang pencipta lirik yang juga pecinta seni -salah satunya lukisan-lukisan karya Dally- mencoba memasukkan seni kedalam lirik yang diciptakannya. 

Bukan Keith Reed namanya kalau tidak memberikan bumbu drama didalamnya. Tidak hanya menceritakan tentang sepasang kekasih, tapi lagu ini juga sarat akan cerita.

Seperti menonton sebuah film, ada karakter, lokasi, perjalanannya, bahkan pendengar dapat merasakan dan mencium bau suasananya.

Jadi, memang ada inti yang bisa ditarik dari perjalanan tersebut dan sebetulnya sangat sederhana yaitu hubungan sepasang kekasih yang akhirnya harus berpisah karena perbedaan diantara mereka yang tidak bisa dikompromikan lagi. Sementara ide musiknya dibuat secara tidak sengaja oleh Gary Brooker vokalis Procol Harum yang juga menyukai lagu-lagu klasik. 

Pada suatu hari, Gary sedang memainkan lagu Van Bach 'Air on the G String' dengan pianonya dan berbuat kesalahan di 'bar' kedua dari lagu tersebut namun ketimbang berhenti Gary malah meneruskan dengan improvisasinya sendiri hingga terciptalah musik untuk lagu ini.The Vestal Virgins, sumber foto: istockphoto.comSeperti misteri yang ada di lukisan-lukisan Dally, sebagai penggemarnya Keith Reed pun membumbui misteri dalam lagu ini dengan menyelipkan kata-kata 'One of sixteen of Vestal virgins', satu dari 16 perawan vestals.

Lalu siapa 16 Perawan Vestals itu? Tidak tanggung-tanggung, Keith Reed membawa pendengarnya kembali ke era zaman Romawi Kuno.

Bayangkan, 700 tahun sebelum kelahiran Yesus, kalian adalah Numa Pompilius, seorang Raja di Roma dan para ahli spiritual mengatakan Dewi-Dewi Vestal akan melindungi daerah kekuasaan kalian dari mara bahaya. 

Syaratnya? Kalian harus menyalakan api suci atau Vesta dan harus menjaganya untuk tetap terus berkobar. Bagaimana caranya ? Setelah berfikir masak-masak akhirnya diputuskan bahwa satu-satunya yang mampu mengemban tugas itu adalah perawan-perawan yang terpilih.

Perawan-perawan terpilih inilah yang disebut 'The Vestal Virgins' atau singkatnya disebut Vestals. Keperawanan merupakan peranan penting dalam proses menjalankan tugas menjaga api suci Vesta agar tetap terus berkobar.

Perawan-perawan atau Vestals tersebut juga diperhatikan bibit, bebet dan bobotnya. Mereka dipilih sejak masih anak-anak sekitar usia 6-10 tahun, tidak hanya harus dalam keadaan yang prima dan tidak mempunyai cacat fisik tapi mereka juga berasal dari keturunan bangsawan. 

Upacara suci Vesta hanya dapat dilakukan oleh para perempuan yang lugu dan masih suci hatinya. Pada saat itu dipercaya apabila keperawanan mereka hilang, api suci Vesta akan padam dan ditakutkan Roma pun akan hancur. 

Vestals tidak mengemban tugas ini seumur hidup, hanya 30 tahun. Setelah itu mereka bebas menghabisi sisa hidup mereka untuk melakukan apapun yang mereka inginkan. Sebagai Vestal atau mantan Vestal mereka juga diberikan banyak fasilitas-fasilitas yang para perempuan biasa hanya cuma bisa bermimpi.

Pada zaman itu perempuan secara hukum dikontrol dan dipengaruhi oleh ayah atau suami. Mereka tidak punya pengaruh apapun dan tidak bisa memiliki properti tanah.

Tapi lain halnya dengan Vestals, mereka adalah perempuan-perempuan pilihan. Upacara yang mereka lakukan memegang peranan penting dan menjadi satu-satunya upaya untuk menjaga Roma dari kehancuran. Karena peranan itulah yang menjadikan mereka perempuan penting di Kerajaan Roma. 

Vestals tidak hanya dibebaskan dari pengaruh ayah mereka, tapi juga bisa memiliki tanah properti, bisa vote, dipercaya untuk mengurusi dokumen-dokumen penting, duduk di kelas VIP pada acara-acara penting kerajaan dan masih banyak lagi fasilitas yang diberikan. 

Awalnya ada enam gadis kecil yang terpilih di usia 6-10 tahun untuk menjalankan pendidikan khusus selama 10 tahun dan menjadi Vestals yang bertugas menjalani ritual Vesta selama 10 tahun, setelah itu mereka dianggap Vestals senior yang akan mendidik enam generasi berikutnya selama 10 tahun. Jadi total keseluruhan pengabdian adalah 30 tahun.

Sedangkan jumlah keseluruhan dalam satu group adalah 18 , enam senior, enam pelaku ritual dan enam generasi penerus. Lalu kenapa Procol Harum hanya menyebutkan 16? Kemana dua Vestals ainnya? Baca terus artikel ini yaaThe Vestals House, sumber foto: Website GeniusVestal yang telah mengabdikan dirinya selama 30 tahun dan kemudian pensiun sangatlah diincar oleh kalangan pria, disamping gelar yang menjadikan mereka wanita yang sangat dihormati juga fasilitas-fasilitas yang telah diberikan kepada mereka setelah menjadi Vestal dapat menjamin kesejahteraan hidup nantinya.

Apa yang akan terjadi apabila gadis Vestal menikah pada saat masih menjalankan tugas? Ini pernah terjadi pada saat Kaisar Roma ke-25 Elagabalus jatuh cinta pada salah satu Vestal Aquilia Severa dan memaksanya untuk menikah.

Hingga api suci Vesta pun menjadi padam. Tentu saja ini membangkitkan kemarahan Rakyat Roma yang kemudian membunuh Kaisar Elagabalus dan memotong-motong jenasahnya sebelum dibuang ke sungai Tiber. 

Lalu bagaimana nasib Vestal Aquilia Severa? Karena telah melanggar peraturan, Vestal Aquilia Severa dimasukan ke ruangan bawah tanah dengan disediakan sedikit makanan dan minuman yang mungkin hanya cukup untuk beberapa hari dan kemudian ruangan itu ditutup rapat-rapat atau secara halus Vestal Aquilia Severa telah dikubur hidup-hidup.

Marcus Licinius Crassus, seorang yang kaya raya pada zaman itu juga mencoba menarik perhatian Vestal Licinia. Ini juga mengakibatkan padamnya api suci Vesta . Mereka berdua dibawa ke persidangan. Tidak jelas vonis apa yang dijatuhkan untuk mereka berdua.

Mungkin dua kasus inilah yang dijadikan alasan kenapa Keith Reid hanya menyebutkan 16 Vestal Virgins dalam lagu 'The Whiter Shade Of Pale'.

Procol Harum sendiri kemudian memilih untuk menghilangkan beberapa bait akhir dalam lagunya, dengan alasan terlalu panjang dan dua kali lebih lama dari versi pendeknya. Atau mungkin, dengan dihilangkannya beberapa bait lagu itu Procol Harum ingin membiarkan pendengarnya memecahkan sendiri misteri hubungan sepasang kekasih tersebut atau mungkin mereka menganggap akhir cerita yang ada dalam bait itu terlalu tragis untuk di suguhkan. Sama tragisnya dengan nasib Procol Harum sendiri.

Matthew Fisher pemain drum Procol Harum pada saat lagu ini direkam menuntut Royalti dan membawa Prokol Harum empat kali ke pengadilan sejak tahun 1972 hingga 2008. Setelah 40 tahun akhirnya Matthew Fisher memenangkan kasusnya pada akhir July 2009.

Disamping telah meraih beberapa penghargaan, lagu 'Whiter Shade Of Pale' juga telah dipakai untuk 'soundtrack' beberapa film. Penyanyi terkenal pun juga telah membuat 'remake' lagu ini seperti Annie Lennox, Eric Clapton dan lain-lain.

Lagu yang berumur lebih dari setengah abad ini masih sering dinyanyikan anak-anak muda berbakat di ajang kompetisi berkelas seperti American Idol, X Factor, American Got Talent, The Voice dan masih banyak lagi.

Jadi lain kali kalian mendengarkan 'Whiter Shade Of Pale', ingatlah akan nasib gadis-gadis kecil yang terpilih itu karena sesungguhnya mereka justru tidak punya pilihan kecuali mematuhinya.

Salam.




Baca juga:
10 Hal yang Harus Kamu Ketahui Sebelum Kuliah di Mesir
Persahabatan Sejati Surat dan Kerbau Thong Kham
Pesta Workshop di Kompasianival 2018!
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live