Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

Wajah Republika Setelah Eric Thohir Jadi Ketua Timses Jokowi-Ma'ruf Amin

$
0
0

tangkapan layar pribadi situs republika

Jika membicarakan Republika, saya beranggapan media Islamis Nasionalis ini  tampil sebagai oposisi pemerintahan Presiden Jokowi. Pengamatan saya sementara menyimpulkan, beberapa waktu lalu sebelum Eric Thohir menjadi ketua Timses Jokowi, Republika sangat garang menjadi oposisi pemerintahan Jokowi. Sebelum Eric Thohir menjadi Timses Jokowi, Republika merupakan media yang menurut saya memiliki dua wajah.

Republika wajah satu wajah ingin menjadi nasionalis dan wajah yang kedua ingin menjadi Islamis. Saya sebut juga, Republika akhirnya berdiri pada wilayah yang abu-abu. Pendapat hanya hipotesa saya pribadi saja, bisa jadi benar, bisa jadi tidak benar.

Saya sendiri pembaca setia Republika dan media besar lainnya misal Kompas, Media Indonesia, Jawapos, Tempo dan lain-lain. Media selain Republika ini sudah jelas berdiri pada wajah terang benderang yaitu sebagai media Nasionalis. Mereka tidak menyebut sebagai media yang berideologi agama apapun bentuknya.

Jadi sangat jelas wajah mereka (Kompas, Media Indonesia, Jawapos, Tempo dan lain-lain) berdiri sebagai penganut satu mazhab yaitu  yaitu mazhab nasionalis dan/atau mazhab nir-agamais.

Shoemaker dengan teori lapisan bawangnya menyebut salah satu faktor yang berada dalam media adalah ideologi. Apakah itu ideologi nasionalis atau pun agamais, ideologi selalu saja ada dalam media. Ideologi yang paling dominan pada media justru direpresentasikan pada pemiliknya.

Pendapat saya, ideologi pemilik media itulah yang akan menentukan arah pemberitaan sebuah media. Kita mengetahui bahwa Eric Thohir merupakan pemilik Republika. Jadilah, unsur ideologi Eric Thohir inilah yang kemudian menjadi reprentasi kepentingan ekonomi politik Republika.

Arah kepentingan politik Repulika hari ini apakah masih garang terhadap Jokowi? Masihkah Republika akan membuat berita yang mendukung Prabowo Sandi? Jika ingin mendapatkan hasil yang ilmiah tentu saja harus dijawab melalui penelitian ilmiah. Tulisan ini mungkin belum akan bisa menjawab kasus ini secara mendalam. 

Jika menggunakan teori Shoemaker tersebut maka kemungkinan sangat sulit framing pemberitaan akan garang terhadap Jokowi. Ideologi pemilik yaitu Eric Thohir secara langsung akan memengaruhi arah kebijakan redaksional Republika. Ekonomi politik yang dibangun pasti akan lebih menguntungkan kubu Jokowi Ma'ruf.

Bahkan beberapa berita Republika yang saya beberapa hari ini, Republika membuat pemberitaan yang manis terhadap pemerintahan Jokowi. Dua judu berita yang saya rasa mendukung Jokowi adalah "Presiden Jokowi Disambut Ala Raja Korea Kuno di Korsel", dan "Sikap 'Mendua' Demokrat dan Keuntungan yang Didapat Jokowi". (https://www.republika.co.id

Dengan bergabungnya Eric Thohir maka kerugian di pihak Prabowo Sandi. Kubu Prabowo Sandi saat ini kehilangan media mainstrem yang akan mendukung lewat framing dan ekonomi politik media. Satu strategi yang menusuk jantung pertahanan Prabowo Sandi dengan meminang Republika dan Eric Thohir.

Dengan kondisi di atas, tentu saja kubu Jokowi Ma'ruf diuntungkan dari pihak Prabowo Sandi. Satu kemenangan telah dikantongi oleh kubu Jokowi dan Ma'ruf Amin.

Dari sisi ekonomi politik tentu juga menguntungkan kubu Jokowi. Eric Thohir sebagai penguasaha media dan perusahaan lainnya, tentu akan menyumbangkan sokongan dana untuk kubu Jokowi. Apakah tidak ada transaksi kepentingan jika seorang pengusaha masuk ranah kekuasaan?

Dalam demokrasi kita saat ini, tidak akan mungkin bisa menang tanpa media dan ekonomi politiknya. Demokrasi kita terlalu mahal untuk diperankan seorang diri dengan mengandalkan partai politik. Strategi yang apik untuk memenangkan kontestasi politik saat ini adalah meminang pengusaha media dan pengusaha lainnya.

Demokrasi tanpa media dan tanpa uang tidak akan mungkin akan berjalan dengan sukses.




Baca juga:
Puisi │Menuju Hancur
Sertijab, Sebaiknya Menyertakan Berita Acara Serah Terima Inventaris Dinas
Siapakah Pemenang Blog Competition Tolak Angin? Yuk Lihat di Sini!

Bulan Muharram, Tahun Baru Islam dan Makna Hijrah yang Semestinya

$
0
0

Sumber ilustrasi: comingsoon.ae

Bulan Muharram adalah salah satu bulan yang mulia dalam Islam. Bulan Muharram juga menjadi bulan pembuka awal tahun Hijriah dalam sistem penanggalan Islam. 

Hijriah dan Hijrah, secara linguistik terdengar mirip. Karenanya, banyak yang memaknai Tahun Baru Hijriah, tahun barunya umat Islam sebagai peringatan pada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah).

Memang tidak sepenuhnya salah. Karena menurut sejarahnya, penetapan tahun Hijriah disandarkan pada tahun terjadinya peristiwa hijrah tersebut.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad, para sahabat meminta khalifah Umar bin Khattab untuk menetapkan kapan dimulainya atau Tahun 1 dan bulan apa yang mengawali Kalender Islam. 

Beberapa sahabat mengusulkan adalah tahun kelahiran Muhammad sebagai awal patokan penanggalan Islam. Ada pula yang mengusulkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun wafatnya Nabi Muhammad. Hingga akhirnya, pada tahun 638 M (17 H), khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun dimana terjadi hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah.

Sementara tanggal persis terjadinya peristiwa hijrah tersebut tidak diketahui pasti. Meskipun banyak ahli tarikh Islam berpendapat, Nabi Muhammad hijrah ke Madinah bertepatan dengan bulan Rabiul Awwal.

Dalam konteks perkembangan jaman terkini, peringatan Tahun Baru Islam lebih banyak dititikberatkan pada peristiwa Hijrahnya Rasulullah SAW. 

Ini memang penting, karena hijrahnya Rasulullah dan kaum Muhajirin ke Madinah menjadi tonggak sejarah perkembangan, penyebaran agama dan peradaban Islam ke seluruh muka bumi. Namun, jangan lupakan pula esensi syariat agama yang terkandung dalam peringatan Tahun Baru Islam ini.

Bulan pembuka awal tahun kalender Islam adalah bulan Muharram. Bulan ini merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Allah berfirman:

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu." (QS. At Taubah: 36)

Apa saja empat bulan haram seperti yang difirmankan Allah SWT tersebut?
Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo'dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya'ban." (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)

Menurut Ibnu Abbas, empat bulan tersebut dinamakan bulan haram (suci) karena pada bulan-bulan itu seseorang yang melakukan maksiat dosanya akan lebih besar, dan begitu pula sebaliknya, jika melakukan kebaikan maka pahalanya juga akan lebih besar.

Kedudukan bulan Muharram sebagai bulan suci sangatlah mulia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam. (HR. Muslim 2812).

Ada dua makna terkait bunyi hadist diatas. Yang pertama, Bulan Muharram betul-betul istimewa karena disebut syahrullah yaitu bulan Allah. Yang kedua, adalah anjuran untuk berpuasa di bulan Muharram, karena keutamaannya berada dibawah puasa wajib bulan Ramadhan.

Keistimewaan bulan Muharram tidak hanya diakui sebagai hak milik umat Islam saja. Pada jaman jahiliyah, umat Yahudi dan Nasrani, maupun kaum Quraisy juga menghormati bulan yang awalnya bernama Shoffar al Awwal

Pada bulan ini, umat Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram, sebagai bentuk rasa syukur pada Allah yang telah menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya.

Ibn 'Abbas r.a berkata: 

"Rasulullah SAW datang ke Madinah dan melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari' Asyura ' (10 Muharram). Beliau pun bertanya kepada mereka tentang hal tersebut. Maka orang-orang Yahudi tersebut menjawab, "Hari ini adalah hari di mana Allah telah menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta celakanya Fir'aun serta pengikutnya. Maka dari itu kami berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian". Maka Rasulullah pun menganjurkan untuk berpuasa pula di bulan Muharram. (HR. Bukhari, no 1865).

Dalam riwayat Abu Musa, selain berpuasa, umat Yahudi juga menggunakan hari Asyura sebagai sebuah festival, dan para wanita mereka akan mengenakan perhiasan dan simbol-simbol pada hari itu.

Karena itu, menurut tafsir Ibnu Hajar, motif dari perintah berpuasa pada umat Islam di hari Asyura (bulan Muharram) adalah untuk menyelisihi budaya kaum Yahudi tersebut. Umat Islam berpuasa ketika orang Yahudi tidak, karena semestinya orang tidak berpuasa pada hari perayaan. (Fath al-Bari Sharh 'ala Sahih al-Bukhari).

Datangnya perubahan jaman mendatangkan pula perubahan terhadap makna bulan Muharram. Tahun Baru Islam yang diawali dengan bulan Muharram hanya dimaknai sebagai peringatan terhadap peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW saja. 

Lebih dari itu, makna hijrah juga mengalami pergeseran akibat adanya gesekan dengan pop culture. Sekarang, setiap perpindahan lazim disebut sebagai hijrah. Pindah kerja dibilang hijrah, bahkan politikus yang pindah partai pun dikatakan hijrah pula.

Makna Hijrah sesungguhnya lebih dalam daripada sekedar berpindah tempat saja. Hijrah, secara literal berasal dari bahasa Arab yang berarti 'meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat'. 

Dalam memperingati Tahun Baru Islam, seyogyanya kita tidak hanya memperingati peristiwa hijrahnya Rasulullah dan kaum Muhajirin saja. 

Lebih dari itu, kita juga harus bisa mengambil pelajaran penting tentang arti hijrah yang sebenarnya. Kita semestinya bisa mendudukkan kembali pengertian hijrah yang telah tergeser oleh budaya pop sehingga maknanya menjadi kering, hanya sekedar lip sync untuk menggambarkan perpindahan ragawi saja.

Ketika kita bicara hijrah yang semestinya, kita tahu bahwa dalam konteks syariat Islam, Hijrah berarti meninggalkan/menjauhkan keburukan dan perbuatan munkar untuk berpindah menuju kebaikan dan jalan yang ditempuh Rasulullah, yaitu jalan Allah.

Dengan demikian, ketika datang bulan Muharram - yang didalamnya kita peringati sebagai awal bulan Tahun Baru Islam - inilah saatnya kita berhijrah dengan semestinya. 

Bulan Muharram bukanlah bulan festival, sebagaimana yang dulu dilakukan oleh orang-orang Yahudi di jaman Jahiliyah. Bulan Muharram adalah bulan yang suci, Bulan Allah dimana setiap perbuatan maksiat akan dihukum lebih berat, dan perbuatan baik mendapat pahala yang lebih besar.

Kita peringati peristiwa hijrahnya Rasulullah dengan hijrah pribadi. Yakni dengan mengisi bulan yang suci ini dengan berbagai kegiatan peribadatan sebagaimana yang dianjurkan Rasulullah. Memperbanyak puasa sunnah, memperbanyak amal kebaikan dan menghindari segala perbuatan dosa.




Baca juga:
Kuntau, Seni Bela Diri yang Hampir Hilang di Kalimantan Selatan
Sudah Rindu dengan Kompasianival?
Ngobrol ala Anak Jaksel, Alami atau Sekadar Gaya-gayaan?

"Full Time Mommy" Harus Punya Penghasilan Sendiri

$
0
0

(vemine.com)

Kita harus sepakat bahwa menjadi seorang Full Time Mommy memang pekerjaan yang sangat berat,  jadwal kerja yang tidak berbatas waktu. Mengurus anak-anak, rumah, suami. Sebuah tanggung jawab yang luar biasa. Maka tidak salah seorang ibu ternyata memiliki kekuatan lebih daripada suaminya.

Seorang ibu bisa tahan berjam-jam menggendong anaknya yang sakit atau rewel, sedangkan sang ayah hanya bisa menggendong anaknya dalam hitungan menit. Kekuatannya bukan di fisik tetapi dari instingnya  menjadi seorang ibu. Sang ibu bisa mengerjakan berbagai jenis pekerjaan dirumah mulai dari memasak, mencuci dan sebagainya. 

Bila keadaan ekonomi keluarga belum stabil. Suami belum bekerja atau sudah bekerja tapi belum bisa memenuhi semua kebutuhan pokok apalagi membiayai asisten rumah tangga untuk meringankan beban istri dirumah, maka si istri harus turun gunung untuk membantu perekonomian suami .

Dengan catatan kadang istri memutuskan untuk menjadi "full time mommy" bukan karena tidak memiliki keterampilan atau kemampuan menghasilkan uang. Bahkan seringkali sang istrilah yang punya peluang menghasilkan pendapan lebih banyak dari pada suami. Namun karena rasa tanggung jawab dan memenuhi kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Istri rela meninggalkan semua itu demi anak-anak mereka".

Di era millenial seperti sekarang dimana semua menjadi serba cepat, teknologi berkembang dengan sangat pesat. Informasi bisa diperoleh melalui genggaman. Maka menjadi ibu rumah tangga yang bisa mempunyai penghasilan sendiri menjadi terbuka dan bisa dijalankan di rumah tanpa meninggalkan peran sebagai ibu rumah tangga. Baknyak jenis pekerjaan yang bisa dilakukan seperti bisnis on line, menjual keterampilan, menjadi youtuber, menulis atau jenis pekerjaan lain yang bisa dilakukan di rumah. 

Saya mengenal beberapa teman kuliah dulu yang kuliah sampai S2 dan  memutuskan menjadi ibu rumah tangga dan menjalankan bisnis rumah dari rumah dan ternyata sukses dan  tanpa meninggalkan anak-anak mereka dengan pembantu rumah tangga. 

Mengapa "full time mommy" harus memiliki penghasilan sendiri?

a. Pendapatan  yang dihasilkan bisa menopang kehidupan keluarga. 

Apalagi penghasilan suami yang belum bisa memenuhi semua kebutuhan keluarga. Artinya bisnis yang dijalankan oleh istri bisa meringankan beban ekonomi keluarga. 

b. Bisnis istri menjadi hiburan

Mengurus rumah tangga juga menjadikan istri menjadi jumud. Rutinitas yang dilakukan tanpa diselingi dengan aktivitas lain akan membosankan. Dengan berbisnis akan membuat suasana dirumah menjadi hidup. Apalagi bila bisnis yang dijalani menghasilkan pasti lebih membahagiakan lagi.

c. Penghasilan akan memperkokoh kepercayaan diri istri

Disadari atau tidak memiliki penghasilan sendiri akan memperkokoh rasa percaya diri di depan suami atau keluarga. Ada sebagian suami yang kadang terlalu mengandalkan penghasilannya dan suka merendahkan istri karena hanya tinggal dirumah, dengan penghasilan sendiri sang istri bisa lebih pede berbicara dihadapan suami.

d. Bisa  berbagi dengan tetangga atau komunitas

Keberhasilan menjalankan bisnis atau pekerjaan sendiri di rumah bisa menjadi inspirasi bagi ibu rumah tangga lain.  Kita bisa berbagi semangat dan motivasi bagaimana menjalankan pekerjaan atau bisnis sebagai ibu rumah tangga tanpa harus meninggalkan kewajiban sebagia ibu dari anak-anak dan istri.

Semua yang dilakukan semata-mata agar kehidupan keluarga menjadi lebih baik semua bermula dari niat yang baik pula.




Baca juga:
Hati-hati, Perhatikan Produk Kemasan Sebelum Membeli
Kuntau, Seni Bela Diri yang Hampir Hilang di Kalimantan Selatan
Sudah Rindu dengan Kompasianival?

"Searching", Film Menarik dengan Sudut Pandang Unik

$
0
0

Sumber foto: deadline.com

Film "Searching" ini saya tonton di bioskop kemarin sore dan menurut saya memang unik. Disutradarai oleh Aneesh Changanty, film ini berbeda dari film bergenre thriller lainnya. 

Seperti biasa sebelum film utama dimulai, layar bioskop akan menampilkan iklan cuplikan beberapa film lain yang akan tayang di waktu-waktu mendatang. Ruangan bioskop temaram dengan beberapa lampu redup yang masih menyala.

Dan tibalah waktu dimulainya film utama, yaitu film Searching ini. Semua lampu dimatikan dan ruangan biskop gulita. Pada layar bioskop kemudian muncul tampilan desktop komputer dengan cursor anak panah di salah satu sudut layar.

Saya pikir ada sedikit kendala yang dialami oleh operator bioskop. Rupanya perkiraan saya salah. Tampilan desktop komputer tersebut memang bagian dari film dan sekaligus membawa penonton masuk dalam visualisasi yang tak terduga.

Visualisasi yang 'lain dari pada yang lain' menjadi daya tarik utama film berdurasi 102 menit ini. Saya katakan 'lain dari pada yang lain' karena alur cerita Searching dipaparkan melalui sudut pandang (POV) layar komputer, smartphone, dan cctv.

Jalan Cerita

Fim berkisah tentang keluarga dari ras Asia Timur yang hidup di AS. David dan Pamela Kim adalah pasangan suami istri yang memiliki hobi membuat video. Kisah-kisah kehidupan mereka ditampilkan seperti saat kita meng-klik atau membuka folder dan file di komputer, lalu terlihatlah tayangan video.

David dan Pamela memiliki putri semata wayang bernama Margot Kim. Margot juga dikenalkan internet sejak usia dini. Aktivitas keseharian keluarga ini direkam dan disimpan dalam file digital. 

Layaknya kehidupan masyarakat modern saat ini, keluarga Kim mengabadikan setiap momen melalui video maupun foto. Hari pertama Margot masuk TK, belajar piano, hingga masuk SMA terekam dan tersimpan dengan baik. 

Dalam berkomunikasi, mereka sering menggunakan chatting dan panggilan video. Kesan kehidupan keluarga di era digital inilah yang disampaikan oleh film ini kepada para penonton.

Dikisahkan selanjutnya bahwa Pamela Kim mengalami sebuah penyakit yang akhirnya membuatnya meninggal. David Kim menjadi single father yang merawat dan membesarkan putrinya, Margot Kim, seorang diri. 

Konflik film dimulai ketika Margot menghilang. David mencoba menghubunginya melalui telepon dan chatting, namun tak ada balasan. David pun melapor ke kepolisian untuk mencari putrinya yang hilang.

Dalam pencariannya, David didampingi oleh detektif wanita bernama Rosemary Vick. David juga mengulik laptop Margot untuk mencari jejak digital melalui akun e-mail hingga media sosial milik Margot. 

Mulai dari search history, percakapan, transaksi rekening sampai live streaming yang pernah dilakukan Margot, semua diselidiki oleh David. Banyak sisi kehidupan pribadi Margot yang akhirnya baru diketahui oleh David setelah membuka jejak Margot di jejaring sosial.

Semula detektif Rosemary Vick yakin jika Margot sengaja menghilang karena masalah pribadi. Namun setelah beberapa bukti ditemukan, David mencium sesuatu yang tidak beres atas peristiwa menghilangnya Margot.

Penonton film akan dibawa menuju kecurigaan terhadap beberapa pelaku mulai dari teman Margot di jejaring sosial hingga keluarga dekat David sendiri terkait hilangnya Margot. Hingga akhirnya detektif Rosemary Vick memberitahu David bahwa seseorang telah membunuh Margot.

Kematian Margot sepertinya akan menjadi ending dari film ini. Namun ternyata kisah terus berlanjut dengan kejutan-kejutan lain yang tidak pernah kita duga, termasuk siapa dalang di balik kejadian ini.

Kekuatan film

Ada dua hal yang menurut saya menjadi kekuatan film Searching. Yang pertama adalah plot cerita yang meskipun sederhana mengenai menghilangnya Margot Kim, namun ternyata sukar ditebak bagaimana dan siapa di balik kisah tersebut. Kejutan demi kejutan akan muncul di film ini.

Yang kedua adalah sudut pandang atau POV yang unik, yaitu sudut pandang komputer, smartphone hingga cctv. Sudut pandang ini membawa penonton seolah-olah sedang berada di depan layar komputer. Penonton seperti sedang melihat kegiatan browsing, chatting, video call, hingga live streaming yang sering kita lakukan dalam keseharian. 

Sudut pandang komputer, smartphone hingga cctv ini membuat film ini minim efek visual. Skoring pada film juga biasa-biasa saja. Namun sang sutradara Aneesh Changanty mampu membawa penonton dalam pengalaman baru dalam menonton film yang ternyata cukup menarik.

Pesan moral

Film Searching membawa pesan moral yang mendalam terkait kehidupan keluarga di era digital sekarang ini, di mana internet dan jejaring sosial semakin berkembang begitu maju dan cepat.

Hubungan orang tua dan anak di dunia nyata mungkin terlihat baik-baik saja. Orang tua bisa bertemu, berbincang dan bercanda dengan anak dalam kesehariannya. Namun di dunia maya, orang tua belum tentu mengetahui apa yang dilakukan anak di jejaring sosial.

Penting bagi orang tua untuk selalu update dengan perkembangan teknologi digital. Orang tua tidak perlu malu untuk belajar dan mengetahui hal-hal baru seputar gaya hidup anak-anak di era media sosial sekarang ini.

Bagi anak-anak, sikap terbuka kepada orang tua juga diperlukan. Permasalahan yang dialami oleh anak, harus diungkapkan juga kepada orang tua. Untuk itu orang tua perlu menyediakan waktu bagi anak mengungkapkan apa yang dikeluhkannya. 

Jika tidak, anak akan mencari jalan keluar lain seperti menjadikan media sosial untuk curhat kepada teman-teman dunia mayanya yang belum tentu memberikan solusi bagi masalah yang dialami.





Baca juga:
Koleksi Uang Lama Berlabel PMG Berharga Lebih Mahal
Hati-hati, Perhatikan Produk Kemasan Sebelum Membeli
Kuntau, Seni Bela Diri yang Hampir Hilang di Kalimantan Selatan

Siapakah Pemenang Blog Competition Tolak Angin? Yuk Lihat di Sini!

$
0
0

Kompasiana Blog Competition bersama Tolak Angin Sido Muncul

Jika masyarakat Indonesia masuk angin, sudah pasti Tolak Angin menjadi pilihan sebagai racikan tradisional yang dapat mengatasi masuk angin. Namun tahukah bahwa Tolak Angin juga berkhasiat untuk mengatasi sakit perut, mual dan muntah, meredakan batuk yang turut diakibatkan oleh masuk angin?

Kompasiana dan Sido Muncul turut mengajak Kompasianer untuk berbagi cerita dan pengalaman dalam kegunaan Tolak Angin yang bukan sekadar obat masuk angin. Setelah menerima berbagai artikel menarik dari Kompasianer, akhirnya terpilih pemenang yang layak mendapatkan apresiasi. Dan inilah nama pemenangnya:

Selamat kepada para pemenang! Segera konfirmasikan data diri Anda melalui email ke care[at]kompasiana[dot]com dan sertakan subyek "Pemenang Blog Competition Tolak Angin", dengan format data diri sebagai berikut:

  • Nama lengkap
  • Alamat
  • No. Handphone (aktif)
  • Scan/foto KTP
  • Scan/foto NPWP
  • Scan/foto Buku tabungan halaman depan

Pemenang diharapkan melakukan konfirmasi data diri dalam batas waktu maksimal 5 hari setelah pengumuman ini ditayangkan. Segala bentuk keterlambatan pengonfirmasian data diri bisa menyebabkan keterlambatan proses pencairan hadiah kepada para pemenang lainnya.

Kompasiana dan Sido Muncul mengucapkan terima kasih atas partisipasi seluruh peserta. Bagi yang belum beruntung, masih ada berbagai kompetisi di halaman event Kompasiana yang bisa kamu ikuti! [DIN]




Baca juga:
Mengapa Kita Gampang Marah Ketika Kita Lelah?
Koleksi Uang Lama Berlabel PMG Berharga Lebih Mahal
Hati-hati, Perhatikan Produk Kemasan Sebelum Membeli

Arsenal Jadi Klub Sepak Bola Pertama yang Mengudara lewat Radio

$
0
0

Arsenal | bbc.co.uk

Hari ini, Selasa 11 September 2018 diperingati sebagai Hari Radio Nasional. Tanggal 11 September merupakan awal berdirinya Radio Republik Indonesia 73 tahun silam.

Di awal berdirinya RRI, radio seperti dinukil dari tribunnews.com merupakan alat komunikasi kepada rakyat. Fungsi RRI di era 45 memang sangat penting. Kemerdekaan Indonesia tak akan pernah diketahui masyarakat di luar Jakarta tanpa peran RRI.

Fungsi dari radio bagi kehidupan manusia memang sangat vital. Ialah seorang insinyur listrik kelahiran Bologna, Italia, Guglielmo Marconi jadi orang yang bisa mengubah gelombang suara dari telegram ke radio. Temuan Marconi ini kemudian ia bawa ke London, Inggris untuk mendapat hak paten.

Pada 1900, temuan dari Marconi ini pun berhasil mengirimkan informasi tanpa kawat menyebarang ke selat Inggris. 23 tahun kemudian, radio pun memainkan fungsinya untuk memberikan informasi pertandingan olahraga pertama.

Seperti dikutip dari bbc.co.uk, pertandingan pertama dibawakan radio ialah pertandingan hoki es di Kanada antara Midland vs North Toronto pada 08 Februari 1923.

Baru 4 tahun kemudian, tepatnya 22 Januari 1927, klub asal London, Arsenal mendapat kehormatan menjadi klub sepakbola pertama yang mengudara lewat Radio. Bertanding melawan klub tertua di Inggris, Sheffield United di Stadion Wembely, laga Arsenal ini disiarkan langsung lewat siaran radio BBC.

Ialah komentator kenamaan Inggris, George Allison yang didaulat jadi penyiar dalam laga ini. Allison tak sendirian saat membawa laga Arsenal vs Sheffield, ia didampingi oleh eks pelatih Arsenal, Herbert Chapman. Laga ini sendiri berakhir dengan skor 1-1, gol Arsenal dicetak oleh Charlie Buchan sedangkan gol Sheffield tak tercatat dalam literasi.

Siaran radio Arsenal vs Sheffield ini mendapat respon yang sangat bagus bagi masyarakat Inggris. Radio BBC pun pada tahun itu langsung mengikat kontrak untuk menyiarkan sejumlah pertandingan Liga Inggris.

Radio BBC sangat percaya bahwa siaran pertandingan Liga Inggris itu akan didengar oleh mayoritas orang Inggris yang menurut data BBC saat itu hampir 30 persen sudah memiliki radio.  

Keyakinan BBC tepat, siaran pertandingan Arsenal lewat radio menumbuh minat beli orang Inggris kepada radio. Presentase pembelain radio sejak laga Arsenal mengudara terus meroket hampir 100 persen di era tersebut.

Radio BBC dari data spartacus-educational.com telah menyiarkan 100 pertandingan Liga Inggris lewat siaran radio.

Bagi Arsenal sendiri, 9 tahun setelah jadi klub sepakbola pertama yang mengudara lewat radio, klub Meriam London ini kembali jadi tim pertama yang muncul di layar televis tepatnya 1936.




Baca juga:
Yang Didapat Setelah Mereka Berpulang dari Pergi Haji
Mengapa Kita Gampang Marah Ketika Kita Lelah?
Koleksi Uang Lama Berlabel PMG Berharga Lebih Mahal

"Crazy Rich Asians", Segarnya Sajian Komedi Romantis ala Orang Kaya Asia

$
0
0

CAAMFEST.COM

Setelah dirilis di Amerika Serikat tanggal 15 Agustus lalu, film Crazy Rich Asians yang diangkat dari novel Kevin Kwan berjudul sama akhirnya menyambangi bioskop-bioskop di Indonesia di tanggal 11 September ini. 

Film yang diangkat dari buku pertama trilogi Kevin Kwan yang menceritakan kehidupan orang kaya Asia ini, mencapai kesuksesan baik secara kritik maupun pendapatan komersilnya.

Selain mendapatkan review positif dari para kritikus film dunia dan juga nilai yang mentereng pada situs Rotten Tomatoes yaitu 93% sehingga layak dilabeli certified fresh, film ini juga mampu melenggang dengan cukup percaya diri lewat pendapatan box office nya. 

Seperti dilansir dari laman boxofficemojo, dengan budget produksi sebesar 30 juta dollar AS, film ini mencetak angka pendapatan sebesar 26 juta dollar AS pada minggu pembukanya di negeri Paman Sam tersebut. 

Bahkan hingga tanggal 9 September yang lalu, total pendapatan domestik untuk film ini menyentuh angka 135,7 juta dollar AS, itupun belum termasuk pendapatan internasionalnya yang sampai saat ini baru menyentuh angka 28 juta dollar AS karena beberapa negara baru kedapatan jadwal tayang seperti di Indonesia saat ini. Nampaknya Warner Bros panen cukup banyak tahun ini berkat kesuksesan film ini dan juga The Nun yang saat ini sedang tayang.

Melihat tingginya nilai yang disematkan untuk film ini yang juga berbanding lurus dengan pendapatan box office-nya, tentunya banyak hal yang menjadi faktor kesuksesan film ini. Untuk itu, akan saya ulas pada tulisan kali ini. 

Bagi teman-teman kompasianer yang belum menonton tenang saja, seperti biasa tidak akan ada spoiler berlebih yang akan ditulis disini.

Sinopsis

themarrysue.comRachel Chu (Constance Wu) yang merupakan seorang profesor ekonomi, suatu hari diajak oleh kekasihnya yang bernama Nick Young (Henry Golding) ke Singapura untuk datang ke acara pernikahan temannya sekaligus memperkenalkan Rachel ke dalam keluarga besarnya.

Rachel yang berasal dari keluarga kalangan menengah tidak mengetahui bahwa kekasihnya selama ini ternyata merupakan anak dari orang kaya raya di Asia yang tentunya menjadi incaran banyak wanita. 

Cintanya yang tulus kepada Nick menyebabkan Rachel tidak mempedulikan latar belakang Nick, sehingga identitas keluarga Nick yang kaya raya pun tidak pernah diumbar oleh Nick selama menjalin kasih.

Sesampainya di Singapura semuanya tampak menjadi semakin rumit kala ibu dari Nick, Eleanor(Michelle Yeoh) tidak menyukai kehadiran Rachel didalam keluarga besar Young. Namun, disinilah cinta Rachel kepada Nick diuji lebih jauh lagi. 

Rachel bukan hanya dituntut untuk menggunakan sikap baik dan status terpelajarnya agar bisa diterima dalam keluarga besar Young. Lebih dari itu, Rachel harus menggunakan kemampuannya dalam mengatur strategi agar bisa keluar dari situasi sulit tersebut.

Kebudayaan Asia yang Kental

nytimes.comTidak dapat dipungkiri, salah satu penyebab kesuksesan film ini bukan hanya soal aktor, aktris dan jajaran kru yang didominasi orang Asia, namun juga menampilkan berbagai kebudayaan Asia yang kental dalam film, khususnya dari etnis Tionghoa/China. Kebudayaan yang ditampilkan pun tampak mengena bagi setiap orang Asia yang menontonnya tak terkecuali orang Indonesia. 

Mulai dari permasalahan dalam pemilihan jodoh yang harus sesuai restu orang tua, hingga kepercayaan terkait bentuk wajah yang berbanding lurus dengan keberuntungan seseorang, semuanya dapat ditampilkan dengan natural dan mengena bagi siapapun yang menontonnya.

Film ini pun menghadirkan banyak adegan yang melibatkan masakan Asia di dalamnya. Sate, pangsit, es serut, kue-kue khas jajanan pasar tradisional, hingga kepiting pedas khas chinesse food, merupakan beberapa masakan yang ditampilkan secara apik di dalam film, sehingga membuat siapapun yang menonton tertarik juga untuk mencicipi masakan tersebut. 

Dijamin, begitu keluar dari bioskop pasti akan segera lapar karena melihat makanan-makanan yang di shoot secara menarik di sepanjang film.

slashfilm.com

Adat ketimuran yang lebih mementingkan kesuksesan dan keberhasilan keluarga secara turun temurun dibandingkan mengejar passion dalam berkarier atau berkarya, juga mampu ditampilkan secara rapi di dalam film yang sekaligus juga menjadi sindiran satir dari cerita ini.

Jadi, tidak salah jika kemudian banyak orang tertarik menyaksikan film ini khususnya di Amerika Serikat, karena film ini sejatinya menghadirkan berbagai budaya dan kebiasaan orang Asia yang selama ini jarang diketahui dunia barat. Maklum, selama ini Asia selalu digambarkan sebagai pihak yang "culun" dalam berbagai film Hollywood. 

Padahal kita tahu, saat ini kekuatan ekonomi dunia justru berkembang di Timur khususnya China, sehingga anggapan bahwa Asia lebih culun dari Eropa ataupun Amerika seharusnya tidak ada. Dan film ini nampak menyanggah semua pengertian yang selama ini diyakini oleh dunia Barat tentang Asia.

Untuk itulah tak salah jika di awal pembuka film ini mengutip kata-kata Napoleon Bonaparte yang cukup terkenal dan menggambarkan keadaan Asia khususnya China saat ini. Adapun kutipannya sebagai berikut,

"Let China sleep, for when she wakes, she will shake the world."

Dari Sutradara Hingga Aktor dan Aktris, Semuanya Menyajikan yang Terbaik

Jon M.Chu (hufftingtonpost.com)Sutradara Jon M.Chu yang lebih dulu dikenal lewat film Step Up 2: The Streets, G.I. Joe:Retaliation, dan Now You See Me 2, jelas mampu menyajikan visualisasi yang apik dari novel yang juga meraih predikat international bestseller tersebut. 

Meskipun menyajikan formula standar khas film-film komedi romantis, yaitu seorang gadis sederhana yang memiliki kekasih seorang yang kaya raya, dimana jalinan asmaranya pada akhirnya membawanya kepada konflik dengan orang tua dan keluarga besarnya, namun disini Jon M.Chu mampu menawarkan bobot yang berbeda dari premis yang sejatinya sangat sederhana tersebut. 

Kita seakan "dipaksa" secara tiba-tiba untuk ikut masuk ke dalam kehidupan orang kaya raya dengan segala intrik dan konfliknya sambil berempati dengan karakter Rachel yang juga nampak kaget dengan segala perubahan hidupnya.

Constance Wu (nytimes.com)

Jon juga mampu mengarahkan para aktor dan aktrisnya untuk bisa mengeluarkan potensi terbaik mereka. Karakter Rachel yang diperankan Constance Wu misalnya, mampu menampilkan karakter perempuan dari kalangan menengah nan sederhana yang secara mendadak mengalami perubahan dalam hidupnya karena berpacaran dengan orang kaya raya di Asia. Bukan hanya itu, karakter Rachel yang terbiasa mandiri sejak kecil juga mampu ditampilkan dengan baik oleh Constance Wu.

Karakter Nick Young yang diperankan oleh Henry Golding pun mampu ditampilkan dengan maksimal. Karakter pria Asia yang punya ambisi dan idealisme hidup yang tinggi, namun disisi lain juga harus menuruti apa kata orang tua, mampu ditampilkan dengan sangat baik. Gejolak batin yang timbul jelas mampu disajikan dengan maksimal oleh Henry Golding.

Awkwafina (sciencefiction.com)

Karakter Peik Goh yang merupakan sahabat Rachel dan diperankan Awkwafina pun mampu menjadi penyegar di sepanjang film. Karakternya mampu menghadirkan tawa di sepanjang adegan yang melibatkan dirinya.

Gemma Chan dan Pierre Png (popsugar.com.au)

Pujian juga patut diberikan kepada Gemma Chan yang memerankan karakter Astrid, sepupu dari Nick Young, yang juga merupakan istri dari karakter Michael Teo (Pierre Png). 

Konflik suami istri yang berhubungan dengan perbedaan kekayaan ini mampu ditampilkan dengan maksimal oleh mereka berdua. Gemma Chan juga berhasil menjelma menjadi istri yang mampu menunjukkan kualitasnya sebagai pribadi yang tidak mengandalkan kekayaan orangtuanya, sementara dia juga harus menjaga perasaan tidak enak dari suaminya yang memiliki kekayaan lebih kecil darinya.

Scene Stealer yang Memukau

nytimes.comTidak dapat dipungkiri, film ini memiliki banyak adegan yang mencuri perhatian atau biasa disebut dengan scene stealer. Namun yang paling memorable tentu saja adegan pernikahan sahabat Nick didalam gereja, dimana dekorasi dan ornamen khas kebun memenuhi seluruh gereja. 

Ditambah ada air yang tiba-tiba mengairi jalan setapak sang pengantin wanita, tentu saja menambah kesan megah dan unik dalam pernikahan tersebut. Dijamin, setelah ini akan banyak calon pasangan yang menginginkan konsep pernikahan seperti itu.

Soundtrack dan Kostum yang Menarik

Hal lain yang menjadi perhatian dalam film ini adalah deretan soundtrack nya yang sangat memanjakan telinga. Lagu-lagu seperti Can't Help Falling in Love dan Yellow, diaransemen ulang sehingga menyajikan musik yang baru dan segar. 

Lagu-lagu berbahasa mandarin dengan iringan musik khas broadway pun juga membuat kita seakan masuk ke dalam film-film kolosal lawas dari negeri Tiongkok.

Kostum para aktor dan aktrisnya pun ditampilkan dengan cukup maksimal dan detail. Gaun dan berbagai fashion items lainnya dari merk-merk premium dunia, bertebaran di sepanjang film. Kaum hawa pasti terpuaskan melihat berbagai aksesoris wanita yang ciamik di sepanjang film ini.

Crazy Rich Asians sebagai Pembuktian Asia di Industri Hollywood

nationalobserver.comSejak tagar #OscarSoWhite bergema di panggung Oscar, dimana merupakan kritikan atas dominasi aktor/aktris barat berkulit putih dalam setiap film dan juga penghargaan film Hollywood, Crazy Rich Asians seakan menjadi pembuktian bahwa Asia pun dapat berbicara banyak di kancah perfilman Hollywood. 

Crazy Rich Asians bersama film-film seperti Get Out dan Black Panther yang didominasi aktor dan kru kulit hitam, menjadi pembuktian bahwa film berkualitas tidak harus melibatkan jajaran "kulit putih" dari negeri barat dalam proses produksinya.

Penutup

cnn.comMeskipun menggunakan latar cerita kehidupan orang kaya Asia, nyatanya film ini tetap menghadirkan cerita yang membumi dan relevan dengan kehidupan orang-orang Asia saat ini. Sajian budaya Asia yang kental jelas tidak boleh dilewatkan begitu saja.

Pun film ini seakan menjadi marketing gratis untuk negara Singapura berkat berbagai latar tempat di negara tersebut yang menarik dan eye catching di sepanjang film, jelas hal ini membuat siapapun jadi ingin mengunjungi Singapura entah sebagai kunjungan pertama atau kunjungan ke sekian kalinya.

Kekurangan dari film ini hanyalah pada penjelasan yang terlalu cepat dalam beberapa adegannya. Mungkin hal itu memang harus dilakukan mengingat durasi dari film itu sendiri. Juga beberapa adegan konflik yang ditampilkan antara Rachel dengan mantan pacar Nick nampak seperti  film komedi romantis pada umumnya.

Bagi yang sudah membaca novelnya, nampaknya film ini menghadirkan cerita yang sedikit berbeda. Bahkan laman Cosmopolitan pun sampai merangkum 23 perbedaan yang ditampilkan pada film dan novelnya. 

Namun bagi yang belum membaca, nampaknya film ini juga mampu menggugah semangat untuk membaca versi novelnya sembari menyelesaikan triloginya.

bbc.com

Jadi, bagi yang sudah rindu akan film komedi romantis yang bisa bikin senyum-senyum sendiri, rasanya tidak boleh melewatkan film yang satu ini. Komedi yang segar, adegan romantis antara Nick dan Rachel yang tidak berlebihan, juga faktor lainnya yang "Asia banget", jelas menjadi pengobat rindu bagi pecinta genre komedi romantis ini. 

Menjadi film Hollywood pertama yang didominasi orang Asia setelah terakhir kali terjadi 25 tahun yang lalu lewat film Joy Luck Club, jelas menjadi hal menarik lainnya dari film ini.

Pada akhirnya Crazy Rich Asians menjadi pembuktian bahwa Asia sekali lagi menguasai panggung perfilman dunia, setelah sebelumnya di tahun ini film To All The Boys I've Loved Before di Netflix dan Searching yang tokoh utamanya merupakan orang Asia, sukses besar dan menjadi perbincangan yang hangat di kalangan penikmat film di seluruh dunia.

So, selamat menonton teman-teman kompasianer!

Salam.

Skor: 9/10





Baca juga:
Ketika Rumah Pak Eko Terkepung Bangunan Tetangga
Laporkan Berita Penting yang Anda Temukan Lewat Whatsapp Kompasiana!
Mengurai Peliknya Proses Mutasi Kepala Sekolah Bermasalah

Puisi | Menjamah Waktu

$
0
0

Sumber ilustrasi: pixabay.com

Waktu memaksa memangkas ruang yang terlalu jauh,  
Ada ingin yang tak pernah usai

Sebab kata yang terucap, ada hasrat yang memuncak
Dari sosok Puan nun jauh di sebarang sana

Senja yang kau bilang indah itu, terakhir kali aku liat di persimpangan
Ada kita yang mulai merajut asa

Pergilah, jadikan aku rumah
Pergi jauh sampai lelah, jauh dari pelukan semesta
Pulanglah, ceritakan keluh kesah
Dekap Aku

Kenangan itu menjelma menjadi angin selatan pertengahan Oktober
Ruang dan waktu seperti tak pernah akur perihal rindu

Pasaman Barat, 16 Juli 2018




Baca juga:
Bos Penyabar pun Bisa Marah karena Kesalahan Ini
Ketika Rumah Pak Eko Terkepung Bangunan Tetangga
Laporkan Berita Penting yang Anda Temukan Lewat Whatsapp Kompasiana!

Menjadi Turis dalam Sehari

$
0
0

Desa Telaga dilihat dari tengah sungai Katingan, Kalimantan Tengah | Dok.pribadi.

Man, it seems to me, is not in history: he is history - Octavio Paz

Turis secara sederhana dapat dimengerti sebagai orang yang bepergian atau mendatangi suatu tempat demi mencari kesenangan. 

Dalam kaitan dengan "pencarian kesenangan ini", kita mungkin boleh menyusun kausalitas di balik itu secara apriori

Misalnya, dengan menemukan kesenangan baru, menjadi turis adalah menghindarakan dirinya dari hal-hal menjemukan yang menggerus batang usia ke dalam hampa. Mungkin juga dari beban-beban harian yang telah menjenuhkan, entah dari pekerjaan atau keseharian hidup yang berputar pada orbit sama sepanjang tahun. 

Mungkin saja dari kerinduan terhadap suasana tertentu, sesuatu yang eksotis di belahan bumi nun jauh di sana, yang sebelumnya hanya terimajinasikan lewat perangko, memoar atau kitab-kitab penjelajahan masa lalu; kitab dari masa kolonialisme. Mungkin juga demi melarikan diri dari masalah-masalah yang terus bertambah dari pelarian-pelarian sebelumnya. Duh.

Karena itu, turis selalu ditujukan kepada mereka yang berposisi "Outsider"?

Dalam banyak kasus, mungkin saja iya. Termasuk para turis domestik yang datang ke propinsi tetangga karena ingin menemukan lokasi baru yang menjanjikan kesenangan. Maksudnya kepada mereka yang secara sengaja merencanakan perjalanan ke daerah atau lokasi tertentu untuk menemukan kesenangan. Perencanaan disengaja itu menunjukan kehendak yang kuat sekaligus keingingan yang mendesak-desak. 

Dalam hubungan yang seperti itu, Outsider adalah mereka yang mengalami pengalaman turis tidak semata-mata untuk menghabiskan waktu luang atau sekedar demi instagramable. Ada "motif" yang lebih kuat dari itu, lebih subtil, mungkin juga lebih eksistensial. Lebih dari sekadar membayar kesenangan: saya membayar, puaskan saya!

Lewat catatan ini, saya memang tidak berkeinginan menceritakan dunia makna turis yang serius itu. Termasuk membicarakan bagaimana menjadi turis dapat saja merupakan varian dari aksi "kontra-intelijen". Semisal yang dilakukan Jhonny Deep demi kekasih semlohainya, Angelina Jolie di film The Tourist (2010).

Saya hanya ingin menceritakan bagaimana pengalaman menjadi turis terjadi lewat sebuah inversi alias pembalikan!

Bermula dari Kelas Belajar
Hari baru akan memasuki sesi makan siang dan hujan turun. Deras dan konstan. Ruangan seperti dibekap cemas. Ini kalau hujannya hingga sore, kelas belajar terancam bubar sebelum tuntas, batin saya.

Kecemasan yang makin berlebih mengingat kelas kali ini diampu oleh seorang ibu dari Australia yang sudah berpuluh tahun mengembangkan bisnis ekowisata khas sungai dan hutan. Ibu Gaye Travinsin, namanya. Kelas itu adalah kelas belajar Pengelolaan Ekowisata (Buat Pemula)

Kelas yang diikuti oleh orang-orang desa yang mengabdikan diri mereka sebagai pengurus dari Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD). Kelembagaan yang bekerja menjalankan mandat Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD) dalan perijinan Perhutanan Sosial. Jumlah mereka tak banyak. Hanya 10 orang. 12 ditambah saya dan seorang kawan.

Orang desa yang sehari-hari hidup di pinggiran DAS Katingan, Kalimantan Tengah. Perkampungan mereka yang dibentuk dari rumah-rumah panggung ini berada di kecamatan Kamipang, sekitar 3-4 jam dari Palangkaraya dengan kendaraan darat. Atau kalau menggunakan perahu besar (kelotok) dari Kasongan, ibu kota kabupaten Katingan, bisa memakan waktu sekitar 4 jam. 

Sementara sumber-sumber utama dari produksi ekonomi rumah tangga mereka adalah dari perikanan tangkap dan pemanfataan hasil hutan. 

Kelas Belajar Ekowisata ini adalah kelas pertama yang dilaksanakan untuk membangun wawasan bersama terhadap sungai dan hutan rawa Gambut sebagai ekosistem yang terintegrasi. Makna terintegrasi adalah kelestarian keduanya saling mengandaikan.

Anda tidak bisa mengharapkan sungai akan baik-baik saja jika hutannya meranggas mati, sama sebaliknya. Pada akhirnya, manusia juga tidak akan baik-baik saja. Selain itu, harapan butuh tindakan untuk menjaganya tetap hidup di batas niscaya, bukan?

Hal kedua, kelas ekowisata atau ecotourism itu dimaksudkan agar nantinya boleh mengelola keindahan sungai dan hutan atau perkampungan dan tradisi yang hidup di dalamnya sebagai asset wisata yang memberi manfaat ekonomi.

Pemanfataan keindahan lansekap sungai dan hutan di lokasi hidup mereka, dimana Bekantan dan Orangutan juga burung-burung khas hutan rawa gambut hidup di dalamnya, bukan sesuatu yang sekadar mengikuti trend. Lebih penting lagi, usaha pemanfaatan ini adalah pilihan bersama yang diambil agar boleh menemukan alternative economy yang lebih tangguh dalam menjaga kelestarian alam sekaligus sumber baru dari peningkatan kesejahteraan warga desa.

Dua tujuan besar yang juga menjadi inti nilai dari kebijakan Perhutanan Sosial itu sendiri. Terus, dengan tujuan yang sedemikian besar dan berdampak panjang, siapa yang bisa diajak berbagi pengalaman dan mimpi?

Yakinlah jika niat baik selalu menemukan persekutuannya.

Ada satu institusi bisnis ekowisata yang sudah bekerja selama sepuluh tahun Kalimantan Tengah, khususnya dalam wisata susur sungai dan pengamatan satwa yang berada di wilayah Katingan dan Seruyan. Paket wisata mereka memiliki pasar internasional, dengan tamu-tamu yang berasal dari Amerika, Jerman atau negara-negara di Asia.

Mereka adalah kelompok Kalimantan Tour Destinations (KTD) atau yang lebih dikenal dengan Wow Borneo. Ibu Gaye Travinsin adalah direkturnya. Bersama dua orang staffnya, beliau bermurah hati menuntun kami belajar Ekowisata. 

Jika kamu ingin tahu lebih banyak, silakan mengunjungi website mereka: Wow Borneo. Kalau kamu masih juga gak penasaran, noh pelototin video di bawah ini, Gengs.

Aksi Inversi: Mendadak Outsider alias Turis Sehari

Sekilas catatan menyebutkan jikalau industri turisme sendiri diperkirakan paling sedikit telah tumbuh sejak masa Roma Kuno (abad ke-8 SM). Ditandai dengan munculnya orang-orang kaya (wealthy citizens) yang memutuskan untuk menghabiskan musim panas mereka di luar kota, melakukan perjalanan di pedesaan dan pantai. 

Dalam era yang telah lebih kompleks oleh "tekanan globalisme", alasan-alasan untuk menghabiskan musim tertentu dalam perburuan kesenangan atau pemulihan kelelahan psikis khas manusia mungkin berjangkar pada kondisi-kondisi negatif modernitas. Negatifitas yang berkaitan dengan pemaksimalan prinsip-prinsip efektif dan efisien yang memaksa manusia terpelihara oleh kalkulasi-kalkulasi ala Homo Economicus seperti yang digambarkan Romo Herry-Priyono. 

Lalu bagaimana dengan saya atau kumpulan kami yang sekilas terlihat berdiri diantara tradisionalisme yang megap-megap dengan modernisme (= pertumbuhan ekonomi) yang masih entah untuk (si)apa? Apa jenis negatifitas manusia modern yang menerpa saya?

Pada proses pembalikan sebagai turis dalam sehari itu, saya mengalami beberapa "momen" yang mungkin bisa menjadi penjelasnya. Setidak-tidaknya dengan meletakkannya pada pergumulan biografis. 

Persisnya, proses pembalikan itu muncul dari ide ibu Gaye dalam melakukan simulasi. Beliau mendudukan kami sebagai turis yang mendapatkan layanan "Spirit of Kalimantan".

Saya dan teman-teman peserta lalu dituntun untuk melihat segala fasilitas dan layanan yang disediakan. 

Saya mulanya hanya berseloroh, "Jika sebelumnya, kita di kampung, ada kapal membawa bule, kita spontan berkata 'Wiih, ada bule', kali ini berbeda. Gantian kita dari kapal yang mengatakan, 'Wiih, ada kampung!', hehehe."

Serempak, semua tertawa. Saya tiba-tiba merasa ganjil sendiri. Perpindahan kata "ada bule" kepada "ada kampung" membawa saya tiba pada perasaan asing. Seolah saja, tidak pernah mengalami hidup sehari-hari di Telaga atau di desa yang terhampar sepanjang sungai Katingan. Padahal saya memiliki tahun-tahun yang berpindah di antara hulu dan hilir sungai.

Saya merasa dicabut dari pengertian atau bahkan dunia makna yang selama ini terhidupi. Ketika saya berada di atas kapal!

Dari kapal dengan layanan yang berkelas internasional--ingatlah jika Wow Borneo melayani wisatawan asing--saya melihat sebuah desa yang sederhana, dengan irama yang lambat, dengan orang-orang yang bergantung pada pemberian sungai dan hutan. Saya melihat rumah-rumah yang mengapung dengan perahu yang hilir mudik dan perempuan-perempuan yang sedang mencuci. 

Apa yang dipikirkan Robinson Crusoe atau Jan Piterzsoon Coen dari posisi seperti ini? Sekurang-kurangnya, Jack Sparrow? Ya, mana kutahu. Ingin saya membayangkan diri sebagai tuan-tuan kolonial dari Negeri di Atas Angin itu, tetapii..

Yang muncul di kepala saya, mendesak-desak di ruang batin adalah sederet pertanyaan. Nelayan Tua dan Ikan Toman | Dok.pribadiSeberapa mendalam kau memahami apa yang hidup di perkampungan itu? Seberapa utuh mengerti bagaimana model pembagian kerja dan kuasa yang hidup dalam rumah tangga dalam hubungannya dengan pemanfataan hasil sungai dan hutan? Bagaimana itu semua hidup dalam sejarah mereka yang panjang bersama pasang-surut dan perjumpaan dengan modernitas ekonomi yang mengeruk hutan? 

Bagaimana mula-mula perempuan dan laki-laki mengalami pembagian kerja yang terintegrasi pada perikanan tangkap yang dalam kekiniannya perempuan terlatih membuat ikan kering (asin) dan laki-laki terlatih memasang perangkapnya? Atau, bagaimana peran seperti itu dipelihara bertahun-tahun dan masih terwariskan dalam laku dua pasangan yang lebih muda? Terlebih ketika kota menggurita dan industri perkebunan tumbuh di pinggir halaman depan rumah mereka.

Dari sumber produksi tradisional yang seperti ini, pengharapan futuristik apa yang mereka imajinasikan? Saya terus menemukan diri seperti Friedrich Engels manakala menulis The Origin of the Family, Private Property and the State (1884). Waduh.

Dan ketika anak-anak dalam rombongan yang sedang bermain di jalan semen itu mendadak gaduh dan melambai-lambaikan tangan ke kami, saya balas melambai dan teriak, "Woooiii." Mereka tertawa. Saya yang ngeri. 

Mendadak turis dalam situasi seperti ini -dipindahkan dari pengalaman lokal sehari-hari ke dalam posisi penikmat layanan wisata-malah membuat saya jungkir balik mencurigai diri sendiri. Kamu itu ngapain aja di sini? Huhuhu.

Kelas belajar dalam praktik simulai layanan wisata ini bukan saja mengasup pengetahuan baru kepada kepala. Namun yang lebih "dramatik" adalah mengguncang semesta kesadaran yang dalam beberapa hal, seperti nyaman-nyaman saja tentang manusia Dayak, sungai dan hutannya. Padahal, sejatinya, dangkal dan menggelikan.

Kerja baru dimulai, matahari memang masih di temaram. Cuma itu yang membatin..

(Telaga, Katingan. Awal September 2018)

***




Baca juga:
Sekumpulan Huruf Mampu Meruntuhkan Negeri
Bos Penyabar pun Bisa Marah karena Kesalahan Ini
Ketika Rumah Pak Eko Terkepung Bangunan Tetangga

Verifikasi Hijau Diubah Menjadi Validasi, Begini Caranya!

$
0
0

Ilustrasi: Kompasiana

UPDATE
Mulai bulan Maret 2018, Kompasiana akan mengubah nama untuk verifikasi hijau menjadi validasi agar memudahkan Kompasianer maupun pembaca yang belum dapat membedakan hijau dan biru.

Secara teknis validasi masih sama pengajuannya, hanya mempertegas jika validasi (sebelumnya disebut dengan verifikasi hijau) adalah proses pemeriksaaan data Kompasianer secara adminstratif bukan berdasarkan kualitas tulisan. Sedangkan verifikasi (sebelumnya verifikasi biru) adalah proses penilaian Kompasianer berdasarkan kualitas yang diproduksi maupun interaksi selama ini. Baca: Kenali Verifikasi Biru Kompasiana

Proses validasi akun masih sama, untuk selengkapnya Anda bisa simak panduan di bawah ini.

======

Fitur Validasi Akun di Kompasiana sudah disematkan sejak 2011, fitur ini berupa tanda checklist berwarna hijau di samping nama pengguna. Fungsi validasi akun adalah sebagai penanda bahwa akun tersebut dapat dibuktikan keaslian identitasnya.

Adanya akun yang tervalidasi juga membuat pembaca nyaman akan konten yang ia baca, sebab mereka tahu bahwa konten tersebut ditulis oleh penulis yang jelas jati dirinya dan kontennya dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan bagi sesama kompasianer atau penulis, akun yang tervalidasi membuat aktivitas interaksi dan pertemanan semakin nyaman.

Ada pula keuntungan lain sebagai akun Kompasiana yang tervalidasi, seperti mendapat prioritas oleh Kompasiana untuk mengikuti berbagai event online dan offline (Nangkring, Blogshop, Tokoh Bicara, dan lain-lain). Selain itu pengguna juga akan mendapatkan kesempatan lebih besar untuk bekerjasama dengan Kompasiana, misalnya dalam penerbitan buku, liputan khusus, mengikuti event eksklusif, dan lainnya.

Bagaimana, tertarik untuk melakukan validasi akun? Silakan ikuti tutorial validasi akun Kompasiana berikut ini:

1. Buka Menu PengaturanLetak menuUntuk mengajukan validasi akun, Anda perlu mengisi data diri yang terletak di menu "Pengaturan". Pilih menu "Pengaturan" pada profil Anda yang terletak di pojok kanan atas.

2. Lengkapi "Profil"

Pada menu ini Anda akan diminta untuk melengkapi deskripsi profil, tanggal lahir hingga akun media sosial Anda. Menu ini membantu para pembaca untuk mengenali karakter Anda lebih jauh. Langkah pertama klik tombol "Edit", setelah semua telah terisi klik "Simpan". Data profil Anda sudah dilengkapi.

3. Pilih Menu "Data Pribadi"

Selanjutnya, pada menu "Pengaturan" pilih menu "Data Pribadi". Setelah itu klik "Edit" dan lengkapi kolom yang disediakan, serta jangan lupa untuk mengunggah scan kartu identitas.

Supaya lebih jelas, berikut kolom wajib yang harus diisi agar pengajuan validasi akun Kompasiana Anda disetujui:

  • Data identitas
  • Mengunggah scan kartu identitas
  • Jenis Kelamin
  • Nomor Kontak
  • Alamat
  • Pendidikan
  • Profesi
  • Pemasukan Per Bulan
  • Pengeluaran Per Bulan

Pilih menu

Sedangkan untuk kolom NPWP dan Nomor Rekening bisa Anda isi jika Anda ingin mengikuti serangkaian campaign dari Kompasiana Content Affiliation. Info selengkapnya bisa baca di Perkenalkan, Kompasiana Content Affiliation!

3. Mengunggah Scan Kartu Identitas

Pada menu ini Kompasiana hanya mengijinkan kartu identitas berupa KTP, SIM, Paspor, dan Kartu Pelajar yang masih berlaku untuk keperluan validasi akun. Selain 4 jenis kartu tersebut, pengajuan validasi akun Anda akan otomatis ditolak.

Untuk mengunggah scan kartu identitas cukup mudah, pengguna cukup klik tombol "Browse" untuk memilih file yang akan diunggah. Jangan lupa untuk memastikan bahwa kualitas gambar cukup baik dan tidak blur (identitas terbaca dengan jelas). Terakhir, pastikan juga ukuran file kartu identitas tidak lebih dari 1 MB dengan ekstensi file jpeg.

Bila semua dirasa sudah lengkap, langkah terakhir adalah klik tombol "Ajukan Validasi/Verifikasi" di bagian paling bawah dan klik Simpan. Bila Anda hanya klik salah satu, pengajuan verifikasi tidak dapat berhasil.

Tahap terakhir, tekan tombol

Terakhir, silakan tunggu proses pengajuan validasi akun. Biasanya lama pengajuan validasi akun memakan waktu 7 hari kerja. Bila ditemukan masalah atau pertanyaan tentang validasi akun, Anda bisa menghubungi Kompasiana melalui e-mail di kompasiana@kompasiana.com dengan subyek "Validasi Akun".

Cukup mudah bukan untuk mengajukan Validasi Akun di Kompasiana? Yuk, segera validasi akun Anda! Rasakan mengakses Kompasiana lebih nyaman dan nikmati berbagai keuntungannya. (LBT)

----

*Untuk mempermudah proses unggah berkas dan pengajuan validasi, dianjurkan menggunakan Kompasiana versi desktop/PC.




Baca juga:
Teman Setia Itu Bernama Radio
Sekumpulan Huruf Mampu Meruntuhkan Negeri
Bos Penyabar pun Bisa Marah karena Kesalahan Ini

Pertimbangan Pasien untuk Memulai Cuci Darah

$
0
0

Ilustrasi metode cuci darah.(shutterstock)Pertimbangan Pasien untuk Memulai Cuci Darah (Seri Hidup dengan Gagal Ginjal Kronik)

Halo Sobat,

Menyambung dari artikel saya sebelum ini, "Ibu Anda Perlu Cuci Darah". Prosedur cuci darah (hemodialisa/HD) menjadi pilihan untuk pasien-pasien dengan gagal ginjal kronik stadium akhir, dimana ginjal sudah tidak menjalankan fungsinya lagi sehingga perlu dibantu oleh mesin HD.

Sebagian besar pasien yang pernah saya temui, mereka umumnya merasa takut dan bahkan menolak ataupun meminta waktu untuk berpikir sebelum memutuskan untuk menjalani HD. Ketakutan ini seperti takut setelah di HD, badan semakin cepat "drop" dan ketakutan akan mitos HD lainnya.

Menurut saya pribadi, hal tersebut adalah sesuatu yang wajar, karena pasien akan menjalani suatu prosedur yang baru dan sangat mungkin untuk dilakukan secara terus menerus.Presentasi yang Dibawakan saat Penyuluhan di Ruang Hemodialisa RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Seperti pada Model psikologi oleh Kübler-Ross yang mencakup 5 fase "Fase penyangkalan (Denial), Marah (Anger), tawar-menawar (bargaining), Depresi (depression) penerimaan (acceptance)" Menjadi tugas bersama dokter, keluarga pasien, dan caregiver terkait untuk membantu pasien mengerti dan menerima kondisi pasien tersebut. Sehingga seorang pasien dapat menjalani hidupnya dengan sepenuhnya.

Polemik seorang pasien untuk memutuskan menjalani HD tidak hanya karena faktor penerimaan terhadap sakitnya tersebut. Tetapi juga terdapat beberapa faktor lain.

Seperti jadwal aktivitas sehari-hari pasien yang mungkin dapat terganggu oleh jadwal HD. Sehingga ada beberapa pasien yang berkata "Dok, saya adalah seorang karyawan saya harus masuk kerja, tapi tadi dokter bilang proses HD perlu 2-3x seminggu dan masing-masing bisa 3-4 jam." 

Pada saat ini, saya akan memberikan perumpaan seperti Handphone, yaitu "Pak, saya dapat mengerti bahwa Bapak memiliki pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan, sebaiknya kita mencari jadwal HD pada sore hari atau meminta ijin di kantor. Proses cuci darah, dapat Bapak andaikan seperti melakukan isi ulang baterai Handphone.

Tentu Bila baterai Handphone Bapak habis, Bapak akan segera mencari stop kontak terdekat untuk melakukan isi ulang baterai. Nah, hal ini sama Pak. Karena kondisi ginjal yang menurun, kita perlu cuci darah 2-3x seminggu untuk mengeluarkan racun. Anggap saja, hari-hari tersebut adalah saat Bapak untuk berisitirahat dan melakukan isi ulang baterai Bapak".

Solusi lain untuk pasien sibuk karena pekerjaan dan tidak memungkinkan untuk pergi ke Rumah Sakit rutin untuk HD adalah dengan menjalankan proses Cuci darah dengan metode CAPD (Continous Ambulatory PeritonealDialysis); yaitu proses cuci darah yang dilakukan lewat perut.

Pada perut pasien akan dipasang kateter, kemudian disambungkan dengan cairan dialisat, hingga cairan mengisi perut. Racun dalam darah akan berpindah dalam cairan yang dimasukkan tadi. Setelah itu pasien dapat beraktivitas seperti biasa.

Setelah 4-6 jam, cairan tersebut perlu dikeluarkan dan diganti dengan cairan yang baru.https://www.niddk.nih.gov/

Faktor lain untuk memulai HD adalah faktor ekonomi. Memang saat ini, Prosedur HD sudah ditanggung oleh BPJS akan tetapi faktor biaya transportasi menjadi suatu masalah tersendiri. Sewaktu saya bertugas di Kalimantan Timur dan juga Kalimantan Barat, kendala ini sering kali saya temui, karena beberapa Rumah Sakit Umum Daerah tingkat Kabupaten belum diperlengkapi dengan mesin cuci darah.

Sehingga beberapa pasien dan keluarga pasien mengutarakan "Betul dok, Cuci darahnya gratis. Tapi kami perlu ongkos dok untuk perjalanan ke RS Kabupaten tersebut dan perjalanan memakan waktu 2-3 jam sekali jalan, sedangkan kami tinggalnya di kabupaten ini"

Terakhir, faktor dukungan keluarga juga menjadi sangat penting. Terkadang pasien dengan gagal ginjal kronik yang memerlukan HD rutin, memiliki kondisi fisik yang lemah; sehingga tergantung dengan dukungan keluarga terus-menerus untuk mengantarkan ke Rumah Sakit untuk HD.

Sehingga beberapa kali, saya menemukan pasien HD yang datang ke Unit Gawat Darurat dengan sesak nafas karena kelebihan cairan dan ketika ditanyakan apakah kemarin HD. Dijawab, "Kemarin tidak HD dok, karena tidak ada yang mengantarkan"

Sebagai kesimpulan, Seorang dokter wajib mengerti bahwa meminta pasien untuk memulai HD merupakan suatu keputusan yang mungkin bisa menakutkan dan juga membutuhkan banyak pertimbangan dan persiapan. Salah satu hal yang terpenting adalah bekerjasama dengan keluarga dalam membantu Sang Pasien untuk dapat menerima kondisinya dan ikhlas menjalani HD. CAPD dapat menjadi solusi alternatif pasien dengan gagal ginjal kronik yang terkendala jadwal padat ataupun transportasi.

Sebagai catatan, tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman saya pribadi di lapangan dalam menghadapi pasien. Tidak diperuntukkan menggantikan nasihat medis atau menyinggung siapapun.

Salam sehat!




Baca juga:
[Pro-Kontra] Apa Alasanmu Membeli Buku?
Teman Setia Itu Bernama Radio
Sekumpulan Huruf Mampu Meruntuhkan Negeri

[Event Komunitas] Kurang Piknik? Ikut Click Jalan-jalan ke Hutan Mangrove

$
0
0

Hutan Mangrove (worldwildlife.org)

Hello Clickers,

Suasana di ibukota memang sering memicu stres. Entah karena kemacetan yang tidak ada habisnya, atau juga karena perilaku penghuninya yang aneh aneh-aneh. 

Karena itu, sesekali kita perlu mengendurkan ketegangan dengan berwisata. Supaya otak tidak eror dan tubuh pun bugar. Namun seringkali kita terjebak kesibukan dari hari ke hari. Untuk piknik seakan kesulitan mencari waktu luang.

Nah bagaimana jika kita piknik yang dekat saja, yaitu ke hutan mangrove Jakarta Utara. Catat tanggalnya baik baik.

  • Acara   : Menyusuri Hutan Mangrove
  • Waktu : Sabtu, 15 September 2018
  • Meeting points: Stasiun Jakarta Kota pukul 10.00
  • Fasilitas: tiket masuk dan Snack

Persyaratan:

  1. Sudah terdaftar sebagai anggota Kompasiana
  2. Sudah menjadi anggota grup Clickompasiana di Facebook
  3. Mengikuti tata tertib Kompasiana
  4. Menulis laporan di Kompasiana
  5. Follow Twitter dan Instagram Clickompasiana

Kalau mau langsung ke sana bisa menggunakan bus Transjakarta yang jurusan Pinang Ranti-Pluit-Pluit. Namun sebaiknya berbarengan dari stasiun Kota.

Cuzz daftar kan diri kamu ke kopersiana@gmail.com beserta data pribadi, no WA dan akun Kompasiana. Bagi yang mempunyai hutang tulisan tidak diperkenankan mendaftarkan diri.

Admin Clickompasiana




Baca juga:
Pak Ogah, "Stakeholder Persimpangan" yang Dipuji Sekaligus Dibenci
Menyelisik Terminologi "Emak-Emak" Millenial dari Pinggiran
Sudah Rindu dengan Kompasianival?

Jangan "Segitunya" dengan Bahasa Arab

$
0
0

The Great Course Daily

Saat saya masih kanak-kanak, saya selalu diminta untuk menghormati apapun yang bertuliskan bahasa Arab. Tidak memperlakunnya sembarangan, diduduki, atau pun diinjak.

Menariknya, saat saya pertama kali haid, saya disarankan untuk tidak membuka Alquran atau buku-buku dengan teks bahasa Arab. Saya sangat disangsikan bila saya melakukan hal tersebut. Alasannya, saya berada di dalam keadaan yang kotor.

Saya pun sering melihat banyak sekali orang yang dengan mudah terkagum-kagum kepada manusia yang pandai berbicara dalam bahasa Arab.

Mereka dianggap seolah-olah seperti sedang membacakan Alquran dengan penuh niat dan kecintaan. Dan, kekaguman ini disederhanakan menjadi pengertian sempit bahwa orang yang pandai berbahasa arab adalah orang yang memahami agama Islam.

Hal ini terang menyimpan bahaya laten bila terus dibiarkan menjadi paradigma publik terhadap Bahasa Arab yang dipandang sangat subjektif dan terlalu suci.

Yang paling terang efeknya adalah pembodohan umat dengan akal-akalan "saya bisa bahasa Arab, apa yang dikatakan saya pasti benar. jadi, nurut yah!", padahal konten yang dibawakan belum membawa maslahat bagi kemajuan peradaban.

Sekilas: Mengapa Ada Bahasa?

Bahasa dibidani dari kebutuhan manusia untuk mengungkapkan apa yang kita pikir dan apa kita rasa. Kita tidak perlu repot-repot menyuguhkan realitas murni.

Coba kalau tidak ada bahasa, bagaimana kita bisa memahamkan bahwa kita sedang lapar, sedih, murka atau butuh kasih sayang? Ingat isyarat pun bahasa.

Sehingga, bahasa memang penting dan jadi kealamiahan manusia untuk menyimbolkan apa yang kita rasa dan kita pikirkan.

Bahasa terlahir dari kesepakatan masing-masing kelompok

Ratusan bahasa tercipta dari bentukan budaya yang disepakati dan dimengerti oleh suatu kelompok. Indonesia dengan bahasa Indonesianya sendiri, diserap dari berbagai keheterogenan bahasa-bahasa inlander yang bernaung dalam kedaulatan negara ini, ditambah dari bahasa yang datang dari negeri-negeri yang pernah singgah, baik untuk berdagang, menyebarkan agama, atau menjajah.

Kita bisa temui kata seperti: ibadah, berkat, kitab, rok, handuk, wortel, sekolah, kantor, om, tante, dipinang, dll dari bahasa yang bisa kita temui pula dalam bahasa Arab, Belanda, Sunda, Melayu atau bahasa lainnya yang pernah bersentuhan dengan kehidupan sosial Indonesia di masa lampau.

Keminggris pun bukan sesuatu yang tiba-tiba lahir menjadi bahasa a la anak Jaksel yang literally gado-gado.

Seperti yang pernah diriset di salah satu artikel tirto.id latar belakang, sosial, budaya, gaya hidup anak-anak Jakselberasal dari keluarga yang sering bersentuhan dengan kegiatan-kegiatan berbahasa Inggris, baik pekerjaan maupun sekolah yang bertaraf internasional.

Begitu juga bahasa Arab, bahasa padang pasir ini bukanlah bahasa yang lahir bersamaan dengan agama Islam. Islam turun jauh belakangan sebelum bahasa Arab terbentuk.

Masyarakat pagan Quraisy tentu bukan masyarakat yang tak berbahasa, justru sebelum Islam terwahyukan, kumpulan manusia-manusia nomaden ini sudah mengenal sastra, hingga kekayaan kosakatanya jauh bila dibandingkan dengan bahasa Indonesia.

Untuk menyebutkan istilah unta saja, bisa hingga ratusan kata yang merujuk pada hewan yang sama. Tapi, untuk kosakata terkait teknologi 2000-an, Bahasa Arab pun kebanyakan menyerap dari Bahasa Inggris yang lebih maju dalam menciptakan realitas teknologi terkait, seperti telepon atau pun komputer.

Pengguna Bahasa Arab Tidak Hanya Orang Islam

Selain pengkultusan itu memang tidak baik, memang faktanya tidak semua yang berbahasa Arab adalah orang Islam. Apalagi sangat lucu kalau diterjemahkan sebagai orang suci.

Kalau begitu logikanya, harusnya orang Arab tidak usah diturunkan wahyu, toh mereka sudah pandai berbahasa Arab sejak lahir.

Seharusnya Abu Sufyan, Abu Jahal, dan orang-orang yang melakukan perencanaan licik terhadap kemajuan peradaban Islam, sudah dijamin masuk surga. Bukan malah dijanjikan siksa api neraka.

Bukankah sering dinarasikan salah satu tokoh orientalis Belanda sejak zaman SD, Snouck Hourgronje? Dia pun salah satu skill-nya, ya berbahasa Arab.

Dalam menaklukan Aceh, mengadu domba, mengatur paradigma masyarakat menggunakan seperangkat dalil yang dipelintir dengan sedikit kredibilitas berbahasa ala Rasul.

Dan hari ini pun saya jamin 100 persen, yang bisa bahasa Arab bukan hanya orang Islam. Bahkan tidak sedikit ateis yang bisa berbahasa Arab, apalagi orang Yahudi dan Nasrani yang bermukim di Yerussalem.

Dengan saya berkata seperti ini tidak berarti orang yang bukan Islam itu j a h a t. Tapi, saya hedak menekankan pengkultusan orang Islam terhadap manusia yang pandai berbahasa Arab sudah kelewat keterlaluan!

Justru, harapannya dengan kita menjadi sadar terhadap peluang penyetiran degan kepentingan-kepentingan yang malah memecah belah.

Bahasa Arab pun hanya alat!

Karena bahasa hanya alat, bukan sesuatu yang disakralkan. Untuk pikiran yang menyangsikan memegang sesuatu yang berbahasa Arab pun sangatlah tidak berdasar.

Apa hubungannya anatara mengungkapkan rasa lewat Bahasa Arab dengan meluruhnya rahim di periode tertentu?

Apalagi jika Quran diterjemahkan lebih jauh sebagai referensi ilmu, maka apakah wanita dibiarkan sampai mereda baru boleh lagi mencari ilmu?

Apa yang anda pikirkan tentang kata-kata berikut:

Ibn Al Kalb!

Kulkhara!

Al'an abook

Contoh-contoh tersebut bukanlah sapaan mulia sama sekali yang menjadikan anda bak anak masjid yang baru hattam tiga puluh juz! Mereka berarti anak anjing!, diem!, semoga ayahmu dikutuk!.

Bukankah yang terjadi malah sebaliknya, anda secara otomatis akan dicap orang urakan yang pandai berbahasa Arab.

Sehingga, ingat! Tidak semua konten yang berbahasa Arab itu adalah wahyu Tuhan!

Bukan sama dengan Merendahkan Bahasa Arab...

Dengan segala kekeliruan yang terjadi, saya tidak menggiring anda membenci Bahasa Arab. Saya meminta Anda agar bersikap biasa saja dan tidak terlalu lebay terhadap bahasa Arab. Kagum boleh, tapi jangan buta terhadap sekadar lafadz.

Bahkan, kalaupun saya ditanya bahasa yang sedang saya minati selain Bahasa Perancis adalah Bahasa Arab. Karena, harus diakui. Dengan mempelajari dan memahami bahasa Arab, banyak pintu-pintu ilmu yang menuntun saya terhadap pemahaman dan pengalaman spiritual yang sulit diungkapkan bagaimana rasa bahagianya ketika mendapatkannya.

Tapi, yang mesti dicamkan, Bahasa Arab bukan satu-satunya ilmu yang mesti dinomorsatukan bagi umat Islam. Linguistik hanyalah pintu pertama untuk memahami rujukan realitas, selebihnya mesti digali dengan ilmu-ilmu lainnya seperti antroplogi, sejarah, geografi, sosiologi, dll.

Agar keyakinan yang kita miliki bukan hanya dogma yang bisa diombang-ambing, tapi kokoh dengan pendasaran-pendasaran ilmiah, komprehensif, yang pada akhirnya bisa membawa maju peradaban.

Jadi, kalau ada yang ngaku ustadz karena bisa Bahasa Arab, jangan dulu percaya. Jangan-jangan itu Snouck Hourgronje versi 2018.

hehe. Khalas. Illaa Liqaa!




Baca juga:
Setelah "Peluk Saya", Lalu Apa?
Pak Ogah, "Stakeholder Persimpangan" yang Dipuji Sekaligus Dibenci
Menyelisik Terminologi "Emak-Emak" Millenial dari Pinggiran

Membedah Anggapan "Di Medsos Galak, Aslinya Malah Pendiam"

$
0
0

Facebook Group - ilustrasi: theverge.comAnda bisa jadi siapapun di dunia maya. Tapi jika sudah kentara profile picture kita di media sosial, itulah diri kita. Sekilas memandang mungkin tak cukup memastikan. Tapi melihat rekam jejak digital via linimasa, kadang bisa validitas identitas baru bisa didapat.

Seperti dalam artikel saya dulu Memahami Identitas Diri di Media sosial. Jika ingin membranding diri, media sosial bisa menjadi media promosi dan network yang baik. Memunculkan front stage identity yang asli, dengan keahlian bakat dan keilmuan. Tentu berimbas baik pada diri pribadi ke depannya.

Namun kadang hal ini tidak disadari banyak orang. Banyak orang memakai identitas asli guna mencemooh dan memaki di dunia maya. Walau aslinya, atau di dunia nyata kebalikannya. Orang tadi cenderung pendiam atau malah pemalu.

Lalu kini, mengapa dengan profile asli di media sosial, orang tidak ragu berperangai galak atau sarkas? Hal ini tentu berbeda jika seseorang menggunakan akun anomin. Bahasan tentang ini, baca artikel saya Media Sosial dan Kesepian Kita.

Beberapa alasan mungkin bisa saya rangkum. Namun tentu alasan berikut bersifat tentatif dan pengamatan pribadi.

Pertama, karena galaknya dalam lingkarannya saja

Lingkaran yang saya maksud adalah filter bubble atau echo chamber. Di sinilah ruang bias perspektif serupa atau homogen tercipta dan difortifikasi. Pandangan yang cenderung homogen akan menciptakan pribadi yang memiliki satu visi, misi, dan mindset.

Misalnya teman di Facebook akan terlihat sangar saat mengomentari posting bertagar tertentu. Dan kebetulan yang memposting adalah temannya yang juga berperspektif tagar yang serupa. Hal ini karena memang algoritma FB cenderung memunculkan posting serupa demi interaksi linimasa.

Kedua, muncul kesan digital tribalism dalam pribadi dalam media sosial

Karena terjebak dan terperangkap dalam echo chamber. Terciptalah sedikit kesan digital tribalism atau menjadi 'gangster' ala media sosial. Dengan komen atau posting sarkasme bahkan sumpah serapah, muncul kesan seseorang lebih superior. 

Baik posting sendiri atau mengomentari posting teman lainnya. Akan muncul kata kasar. Dengan harapan teman-teman selingkarannya ikut like, komen atau share postingnya. Dengan begitu orang tersebut merasa menjadi bagian dari komunitas atau tribalisme. Sehingga serangan kepada pribadi tidak ada atau minimal.

Social Media Addict - ilustrasi: wsimag.comKetiga, menganggap medsos sebagai entitas percuma saja

Dengan kata lain medsos sebagai dunia senang-senang belaka. Semua posting/komen cuma gurauan belaka. Jangan dianggap serius. Jika pun posting dianggap menyebar hoaks, atau merendahkan orang lain bisa meminta maaf nanti.

Asumsi demikian saya kira salah untuk saat ini. Menjadikan masalah intimidasi, segregasi, bahkan kabar bohong via medsos sebagi suatu yang sepele adalah keliru. Karena sudah ada UU ITE yang mengatur hukuman atas tindak pidana dunia maya.  

Keempat, karena menjadikan medsos sebagai medium interaksi utama

Orang yang galak dan cenderung kasar di medsos mungkin sengaja memilih pribadi seperti ini. Karena mereka ketagihan dan tak pernah lepas dengan smartphone. Mereka anggap medsos dan internet adalah 'habitat' mereka.

Mungkin orang seperti ini tak butuh orang lain selain teman-teman di Facebook. Mereka memiliki dunia dengan less stress dan less threat. Tidak ada tekanan dan ancaman. Dan mungkin orang-orang individualistik macam ini semakin menjadi jika sudah bertemu dunia maya.

Menentukan branding pribadi di medsos memang pilihan tiap kita. Namun menjerumuskan pribadi asli kita dengan konten negatif di dunia maya dapat merugikan. Apalagi saat banyak yang tahu kalau pribadi medsos kita berbeda 180 derajat dengan aslinya.

Bersembunyi dibalik akun anonim hanya untuk menjadi preman medsos pun tak jauh berbeda. Anonimitas negatif akan malah memberi beban psikologi kita nantinya.

Salam,
Solo, 13 September 2018 - 10:16 am




Baca juga:
Tulisan Ilmiah, Musuh Terbesar Mahasiswa?
Setelah "Peluk Saya", Lalu Apa?
Pak Ogah, "Stakeholder Persimpangan" yang Dipuji Sekaligus Dibenci

Sudah Ditutup Jalannya dan Terusir, Disalahkan Pula oleh Bu Lurah

$
0
0

www.tribunnews.comKasus rumah yang tak punya akses keluar masuk di Ujungberung, Bandung menjadi viral. Eko Purnomo sang pemilik rumah yang tak memiliki akses keluar masuk pun mau tak mau sejak 2016 lalu seperti dinukil dari kompas.com harus terusir dan menyewa rumah kontrakan karena hal tersebut.

Sebelum terusir dan menyewa kontrakan, Eko Purnomo yang sudah mendiami rumahnya selama 8 tahun tersebut selama 1,5 bulan sejak proses pembangunan rumah yang menutup akses keluar masuknya terpaksa harus memanjat dinding rumah tetangganya tersebut.

"Selama 1,5 bulan kemudian barulah saya disuruh pindah, mau gimana lagi karena gak ada akses jalan, padahal rumah saya baru dicat. Sakit hati. Saya keluarnya ya loncat-loncat tembok saja, begitupun pas pindahin barang. Meski begitu ada beberapa barang punya adik saya masih tersisa di dalam," kata Eko seperti dikutip dari kompas.com.

Yang menarik kemudian ialah respon dari pemerintah setempat terkait kasus Eko ini.

Lurah Pasirjati, Omi Rusmiati yang dikutip dari tribunnews.com (12/09/18) mengeluarkan pernyataan, yang menurut saya sangat tendensius, menyalahkan Eko sebagai korban.

Pertama, Omi mengatakan Eko menolak tawaran dari si pemilik rumah baru untuk membeli lahanya agar dibuat jalan keluar masuk.

"Waktu itu harga yang dikasih itu Rp 6-12 juta. Tapi Ekonya menolak tawaran itu," katanya.

Kedua, Omi menyebut dari 2 pemilik rumah baru yang menutup akses jalan keluar masuk Eko, ada yang sudah memberi akses jalan namun terkendala karena komunikasi Eko.

"Jadi akses jalan itu akhirnya dibuat, persisnya ke tembok bangunan di samping rumah Eko. Jadi, akses jalan itu dibuat pintu di tembok yang tembus ke halaman bangunan atau rumah yang berada di samping Pak Eko. Jadi sebetulnya akses jalan itu ada. Asalkan ada komunikasi dari Pak Eko,"  ujarnya.

Dari dua pernyataan ini, saya berpendapat sebagai lurah, Omi Rusmiati terkesan membela pemilik rumah yang menutup jalan keluar masuk Eko.

Soal pernyataan pertama, Eko justru menyebut bahwa dirinya sempat menawar Rp 10 juta untuk lahan sepanjang 21 meter dengan lebar setengah meter tersebut, namun justru ditolak oleh si pemilik rumah baru.

"Kalau dihitung dengan sertifikat dari dia dibebankan ke saya, kalau dihitung ya ada lah habis 167 juta,"kepada kompas.com

Terlepas pihak mana yang benar soal harga tersebut, saya menyoroti soal rasa tepo seliro yang sepertinya luput dari Ibu Lurah mencermati kasus tersebut.

Jelas dari pernyataan pertama bu Lurah, ia mengabaikan begitu saja rasa tepo seliro yang sepertinya dihilangkan oleh si pemilik rumah baru.

Dengan alasan apapun sebagai orang Timur, bukankah kita diajarkan sejak dulu soal rasa tepo seliro antar tetangga?

Pertanyaan saya, apakah dengan merelakan lahan sepanjang 21 meter dengan lebar 1/2 meter, si pemilik rumah baru tak bisa membangun rumah miliknya? Apakah harus mengorbankan kepentingan orang lain?

Namun jika kita mencermati kondisi sosial akhir-akhir ini, rasa tepo seliro sepertinya memang sekedar dongeng saja. Rasa tenggang rasa sudah sering diabaikan demi kepentingan pribadi dan golongan.

Tulisan apik dari kompasiana lain, Hadi Santoso berjudul Bila Punya Hajatan Pribadi, Jangan Asal Menutup Jalan Umum jadi contoh lain bahwa memang benar rasa tepo seliro sudah luntur.

Jika dari sekadar hajatan saja tak mempedulikan kepentingan orang lain, maka sebenarnya tak mengherankan jika kasus rumah Pak Eko bisa sampai terjadi.

Soal pernyataan kedua Bu Lurah soal akses jalan itu sebenarnya ada namun harus ada komunikasi yang baik dari Eko.

Ini menarik pasalnya, si pihak korban diwajibkan harus berkomunikasi dengan sangat baik kepada pemilik rumah baru yang menutup akses jalan.

Gejala memutarbalikkan kondisi siapa korban, dan siapa yang bukan korban sepertinya sudah jadi fenomena baru saat ini. Sejumlah pejabat dan aparatur negara sepertinya cukup mudah memutarbalikan kondisi, siapa korbannya.

Yang tak kalah menarik lagi ialah pernyataan terakhir dari Bu Lurah saat ditanya soal izin bangunan yang menutup akses jalan rumah Eko, ia malah mengatakan tak tahu menahu soal itu.

"Kalau soal itu saya enggak tahu,"

Bukankah untuk mengurus IMB, seseorang harus datang ke kantor Kelurahan?

Di salah satu persyaratan permohonan IMB rumah tinggal, ada poin yang menyebutkan si pemilik bangunan harus menyertakan fotocopy surat kepemilikan tanah dilengkapi dengan surat keterangan dari Lurah setempat.

Jika menilik dari data DUK Kota Bandung pada 2016, Omi Rusmiati sudah menjabat menjadi Lurah Pasirjati sejak 04 Februari 2013.

Artinya, jika bangunan rumah yang menutup akses rumah Eko dibangun sejak 2016, bukankah ia seharusnya tahu soal izin rumah tersebut?




Baca juga:
Sudah Saatnya Menindaklanjuti Penggunaan Vaksin MR!
Tulisan Ilmiah, Musuh Terbesar Mahasiswa?
Setelah "Peluk Saya", Lalu Apa?

"Clean Education", Sederhana tapi Bermakna

$
0
0

sumber gambar : pendidik.com.myHari ini mungkin kita menjumpai hampir di semua Sekolah yang ada di sekitar kita sudah memiliki pegawai cleaning service yang setiap hari membersihkan dan membereskan semua ruangan di penjuru Sekolah, tak terkecuali ruang kelas yang digunakan oleh para siswa untuk belajar.

Para siswa hampir di berbagai Sekolah tinggal menggunakan kelas yang sudah bersih dan tertata rapih, mereka tidak lagi ikut campur tangan untuk membersihkan dan membereskan kelas yang mereka gunakan sehari-hari untuk kegiatan belajar.

Namun di sebagian Sekolah pun masih ada yang menerapkan piket harian atau clean education untuk membersihkan dan membereskan ruang kelas yang mereka gunakan untuk belajar. Lalu sebenarnya apa urgensi dari Clean Education (piket harian) tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari sejenak mempelajari Clean Education yang diterapkan di Jepang.

Belajar O-soji dari Negeri Sakura

O-soji merupakan aktivitas yang dilakukan oleh para siswa untuk membereskan dan membersihkan seluruh sudut ruangan di Sekolah. Kegiatan ini merupakan program Sekolah yang ada di Jepang, program ini berlaku baik untuk sekolah negeri maupun sekolah swasta dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.

Kegiatan O-soji dilakukan setiap hari pasca para siswa istirahat makan siang. Setiap siswa di Jepang diwajibkan membawa lap dan peralatan kebersihan dari rumah masing-masing.

Secara teknis pelaksanaan O-soji ditandai dengan bunyi bel yang memberikan informasi kepada seluruh siswa untuk memulai aktivitas kebersihannya. Para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kebersihan, kelompok tersebut terdiri dari anak dengan jenjang kelas rendah dan anak dengan jenjang kelas atas.Sejumlah siswa di Jepang sedang melaksanakan kegiatan bersih-bersih kelas (sumber : vemale.com)Setiap kelompok memiliki kewajiban membersihkan area yang sudah ditentukan kecuali ruang guru dan ruang kepala sekolah. Semua area mulai dari ruang kelas, ruang perpustakaan, koridor, toilet, lapangan aula, sampai lapangan indoor dibersihkan setiap hari oleh para siswa.

Semua aktivitas kebersihan ini dilakukan oleh para siswa dengan penuh suka cita dan kebersamaan. Ketika ada kelompok sudah melaksanakan tugas kebersihannya, maka kelompok tersebut akan disupervisi oleh siswa lain yang sudah ditunjuk.

Siswa yang bertugas sebagai supervisor akan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa yang membersihkan, pertanyaan yang diajukan seputar area mana saja yang sudah dibersihkan dan kendala yang dihadapi ketika membersihkan area tersebut.

Ketika seluruh siswa sudah selesai melakukan kegiatan bersih-bersih dan di supervisi siswa lainnya, semua siswa membereskan kembali alat-alat kebersihan yang sudah digunakan. Para siswa menyimpan alat-alat kebersihan tersebut pada tempat yang seharusnya dan membawa kembali alat kebersihan yang memang di bawa dari rumah.

Kegiatan O-soji ini dilakukan setiap hari oleh para siswa sebagai bentuk pembiasaan yang akhirnya menjadi budaya dan diterapkan tidak hanya ketika di Sekolah saja, namun juga diterapkan ketika para siswa di luar Sekolah

Pelaksanaan O-soji ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter orang-orang Jepang sehingga Jepang terkenal sebagai negara yang bersih.

Kegiatan O-soji yang dilaksanakan di Sekolah, tidak hanya menumbuhkan rasa cinta dan kepemilikan Sekolah, namun juga bisa memberikan pelajaran kepada para siswa bahwa kegiatan bersih-bersih tersebut membutuhkan energi yang tidak sedikit.

Hal tersebut dimaksudkan agar para siswa menghargai para pekerja kebersihan di lingkungannya dan tidak mudah melakukan perbuatan yang mengotori lingkungan, seperti buang sampah sembarangan.

Bagaimana Clean Education (Piket Harian) di Indonesia?

Piket harian masih banyak dilaksanakan di Sekolah di Indonesia mulai SD sampai SMA, namun secara pelaksanaannya tidak sepenuhnya siswa yang melaksnakan bersih-bersih kelas tetapi sudah membebankan kebersihan kelas kepada pekerja cleaning service. Bahkan di beberapa sekolah di Indonesia, piket harian sudah dihapuskan. Kebersihan dan kerapihan sekolah diserahkan sepenuhnya kepada pekerja kebersihan yang disediakan oleh Sekolah.

Kondisi tersebut membuat siswa tidak memiliki rasa kecintaan dan rasa memiliki kelasnya, akibatnya masih sering dijumpai sampah berserakan di berbagai sudut kelas termasuk di bawah meja. Bahkan tidak jarang ditemukan juga bekas permen karet yang sudah selesai dikunyah dan menempel pada bagian meja.

Dalam beberapa kesempatan, siswa pun meninggalkan kelas setelah selesai pembelajaran dengan keadaan yang berserakan, para siswa beranggapan nanti juga kelasnya akan dibersihkan dan dibereskan oleh petugas kebersihan yang ada di Sekolah.

Mulai hilangnya kebiasaan piket harian di beberapa Sekolah merupakan sebuah kemunduran untuk pendidikan dan pembinaan karakter para siswa. Siswa akan dimanjakan dengan tidak ikut campur dalam kegiatan membersihkan kelas dan rasa cinta lingkungan pun akan sulit terbangun karena tidak terbiasa menjaga kebersihan kelas.

Clean Education (Piket harian) sejatinya menjadi merupakan langkah awal untuk menanamkan kecintaan akan kebersihan, sikap ini akan menjadi bekal dan modal untuk menghadapai persoalan lingkungan yang mungkin terjadi dalam kehidupannya.

Jika di kelas sudah terbiasa menjaga kebersihan dan menyimpan sampah pada tempatnya, maka sikap itu akan terbawa pada keseharian siswa baik ketika di rumah maupun di lingkungan.

Salam,




Baca juga:
Teotihuacan dan Misteri Tempat Kelahiran Tuhan
"Artificial Intelligence" Akan Mengancam Profesi Wartawan?
Mengintip Alat-alat di Laboratorium Kimia Tanah Terakreditasi

Sudah Saatnya Menindaklanjuti Penggunaan Vaksin MR!

$
0
0

Ilustrasi Measles Rubella/scroll.in

Jika satu anak terkena virus Measles Rubella (MR), ia bisa menularkan virus tersebut kepada 12-18 anak lainnya. Yang lebih berbahaya lagi, jika seorang anak sudah tertular, maka ia bisa cacat seumur hidup. Dan sayangnya, sampai saat ini, belum ada vaksin atau obat yang mampu mencegahnya, selain Vaksin MR.

Sepanjang semester pertama tahun 2017, Kementerian Kesehatan mencatat 8.099 orang suspek campak rubella dan 1.549 di antaranya terindikasi positif menderita penyakit tersebut. Angka ini dicapai hanya dalam kurung waktu Januari hingga Juli 2017. Setelah dilakukan kampanye imunisasi, angka suspek pun turun menjadi 1.045 dan yang terindikasi positif menjadi 176 kasus.

Meski berkontribusi pada kesehatan anak, banyak orang tua yang memilih untuk tidak memvaksin anaknya dengan Vaksin MR. Penyebabnya beragam, tetapi alasan yang kerap muncul ialah karena Vaksin MR terbukti mengandung enzim babi.

Menanggapi isu tersebut, pada tanggal 21 Agustus 2018 lalu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa sementara yang membolehkan penggunaan vaksin MR lantaran kondisi yang mendesak. Penerbitan fatwa ini sontak menimbulkan pro dan kontra yang kian ramai di kalangan publik.

Mengenai polemik ini, Uli Hartati menceritakan bahwa ia senang karena anak pertamanya diberi Vaksin MR. "Anak pertamaku mendapat vaksin MMR di usia 15 bulan, ... namun untuk anak kedua jadwal Vaksin MMR anak keduaku, sampai akhir tahun lalu (2016) vaksin MMR ini tidak tersedia lagi di rumah sakit, kabarnya karena mahal," tulisnya dalam artikel Setelah Divaksin MR, Anakku Bahagia!

Tak cukup pro kontra pasca-fatwa MUI, belakangan ini ramai beredar kabar Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah menyatakan penundaan penggunaan vaksin MR untuk provinsi Daerah Istimewa Aceh. Imbauan ini dikeluarkan lantaran Aceh masih menunggu sertifikasi halal MUI untuk Vaksin MR. Menggapi hal tersebut, perwakilan PBB Dita Ramadonna untuk Unicef indonesia mengatakan penundaan penyuntikan vaksin MR dapat mengakibatkan 84% populasi anak di Aceh berisiko terkena campak rubella.

Kompasianer Wais Al Qorony berpendapat, sebelum ditemukan obat lain, sungguh wajar bila MUI menyatakan Vaksin MRI haram tetapi boleh digunakan dalam kondisi darurat.

"Beda hal lain jika sudah ada yang baik tapi masih memakai vaksin MR itu baru haram dan tidak diperbolehkan. Dibuat simple aja nggak pakek ribet. Pilih selamat atau terkena dampak. Life is simple," ujarnya di laman Pro-Kontra penggunaan Vaksin MR.

Meski vaksin tersebut berasal dari derivat atau bahan turunan yang haram tetapi fatwa MUI bisa dijadikan pijakan untuk memperbolehkan dengan pengecualian. Penyebaran virus MR dapat terjadi dengan cepat jika tidak dilakukan penanganan khusus, akibatnya bisa fatal bagi anak-anak.

"Kesehatan itu mahal! Lebih baik mencegah daripada mengobati. Pentingnya untuk memberikan imunisasi MR sejak dini agar bahaya penyakit Rubella dapat dihindari bahkan cepat ditangani," tulis Nugroho N. Azhar.

Melalui tulisanya, Listhia HR mengingatkan imunisasi ini diperkirakan dapat mencegah 2-3 juta kematian setiap tahun.

"Imunisasi tidak sekadar melindungi anak-anak dari penyakit seperti difteri, tetanus, polio dan campak tetapi juga penyakit seperti pneumonia dan diare rotavirus --dua pembunuh terbesar anak di bawah 5 tahun," lanjutnya.

Lantas, bagaimana kita mesti menyikapi polemik ini? Silakan kompasianer tuliskan opini/reportase terkait hal tersebut di Pro-Kontra: MUI memperbolehkan Vaksin MR meski itu haram! (HAY/wid)




Baca juga:
Laporkan Berita Penting yang Anda Temukan Lewat Whatsapp Kompasiana!
Teotihuacan dan Misteri Tempat Kelahiran Tuhan
"Artificial Intelligence" Akan Mengancam Profesi Wartawan?

"Masokisme Politik" Gerindra-Demokrat dalam Koalisi

$
0
0

Ilustrasi: Tribunnews.com

Masokisme adalah kelainan seksual dua pihak atau pasangan. Keduanya akan merasa puas atau gairahnya memuncak jika disakiti atau direndahkan.

Hingga saat ini, sebagian besar masyarakat Indonesia mungkin masih heran melihat hubungan partai Gerindra dengan Demokrat. Keduanya mengaku sebagai pasangan, tapi di "ranjang politik" saling menyakiti.

Secara formil "de jure" kedua partai besar itu tergabung dalam satu koalisi untuk Pilpres 2019. Ibarat pasangan kekasih, mereka bukan lagi pacaran, tapi sudah sah berkeluarga untuk sama-sama menghadapi dan mewujudkan masa depan gemilang.

Pengesahan sudah dilakukan dengan surat resmi dan didaftarkan ke "penghulu" Pilpres2019, yakni KPU. Publik pun jadi saksi lewat pemberitaan media. Namun secara "de facto" keduanya terlihat suka baku hantam sendiri. Publik disuguhkan tontotan politik tak sedap. Mungkin bagi bagi Demokrat dan Gerindra hal itu biasa, tapi tidak biasa bagi publik awam politik.

Gerindra Menyakiti Demokrat

Sebelum pendaftaran resmi Capres/Cawapres ke KPU, partai Demokrat menyodorkan AHY sebagai cawapres bagi Prabowo karena dari berbagai survey, elektabilitas AHY cukup tinggi. Kalau pun bukan AHY terpilih, harus ada calon alternatif lain, dan calon itu bukan Sandiaga Uno.

Namun kenyataannya, AHY tidak dipilih Gerindra. Sandiaga Uno yang tidak diinginkan Demokrat justru dipilih. Anehnya, saat itu Sandiaga Uno merupakan kader Gerindra. Bayangkan dalam sebuah koalisi, calon presiden dan wakilnya berasal dari satu partai, seperti tak ada calon pemimpin lain yang bisa dipilih koalisi itu. Atau, anggota koalisi tersebut memang tak dianggap Gerindra?

Melihat cara pemilihan Sandiaga Uno, Demokrat lewat Andi Arief mengungkapkan kekecewaannya dengan membongkar ke publik bahwa adanya "politik uang" antara Gerindra dengan PAN dan PKS.

Sandiaga memberikan masing-masing 500 milyar kepada partai PAN dan PKS. Tak hanya sampai disitu, Andi Arief bahkan menyerang sosok personal Prabowo dengan label "Jenderal Kardus". Ini sebuah olok-olok yang merendahkan kewibawaan Prabowo yang merupakan ketua Gerindra sekaligus calon presiden.

Demokrat disakiti dalam dua hal. Pertama, AHY tidak dipilih. Kedua, orang yang dipilih Gerindra adalah orang yang semula tak diinginkan Demokrat sejak awal. Ketiga, Demokrat ditelikung dengan politik uang antara Gerindra dengan PAN da PKS. Dan kalau soal pembagian mahar koalisi, kenapa partai Demokrat tidak kebagian uang itu?

Pada masa akhir pendaftaran, mau tak mau, suka atau tak suka, Demokrat masuk koalisi Prabowo demi keberlangsungan Partai Demokrat dalam percaturan politik Pilpres 2019 dan sesudahnya. sumber gambar : tribunnews.comDemokrat menyakiti Gerindra

Dalam perjalanan koalisi, Demokrat dianggap tidak total. Demokrat setengah hati. Demokrat bermain dua kaki dengan membiarkan kader berpengaruhnya mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin yang merupakan lawan Prabowo-Sandiaga. Para kader itu punya pengaruh besar terhadap massa pemilih kedalam kubu Jokowi-Ma'ruf Amin.

Tercatat Lukas Enembe ketua DPD Demokrat yang juga Gubernur Papua, Soekarwo ketua DPD Demokrat Jawa Timur yang juga mantan gubernur, Tuan Guru Bajang (TGB) dari NTB, gubernur Banten Wahidin Halim, dan lain-lain.

Cara Demokrat berpolitik di dalam koalisi dianggap tidak etis, setengah hati dan menyakiti Gerindra. Untuk apa koalisi Prabowo terbentuk dengan mengeluarkan energi besar; dana, pikiran, waktu, nama besar, eksitensi diri dan lain sebagainya kalau nyatanya Demokrat "membuang" potensi suaranya untuk Koalisi? Sekecil apapun potensi suara dalam teritori kepartaian, seharusnya diperjuangkan karena kelak akan berpengaruh pada angka pemenangan koalisi Prabowo-Sandi.

Apapun argumen Demokrat membiarkan kadernya seperti itu, menjadikan energi koalisi berkurang atau rusak. Bukan tidak mungkin, keberadaan Demokrat tak lebih formalitas dan cari untung sendiri. Citra Demokrat rusak di mata publik dan terkesan jadi benalu di koalisi Prabowo---yang mempengaruhi citra partai Gerindra.

Mencari kepuasan dengan cara saling menyakiti?

Ketika tahapan awal pembentukan Koalisi, Gerindra menyakiti Demokrat. Dalam perjalanannya, gantian Demokrat menyakiti Gerindra. Belakangan tersiar kabar bahwa struktur tim pemenangan koalisi Prabowo-Sandi lebih didominasi orang-orang Gerindra, mulai dari Capres/Cawapres, ketua tim pemenangan, sekretaris dan bendaharanya dari Gerindra. Kalau kelak benar, lagi-lagi Gerindra menyakiti Demokrat. Akankah nanti Demokrat lakukan pembalasan?

Apakah Gerindra dan Demokrat merasa puas atau "gairah berpolitiknya" memuncak jika saling menyakiti dan salah satu direndahkan? Apakah memang begini cara mereka mengelola "rumah tangga" koalisi?

Yang terpampang di ruang publik awam adalah keduanya melakukan aksi saling menyakiti untuk mencari sensasi kenikmatan. Nikmatnya adalah disorot publik, yang berarti jadi iklan gratis berpolitik. Tapi iklan gratis tersebut jadi bumerang yang menyerang balik eksistensi Prabowo-Sandi.

Publik awam khususnya calon pemilih dibuat bingung melihat aksi masokisme politik Gerindra-Demokrat. Ada kesan koalisi Prabowo tidak kompak. Tidak satu visi dan misi perjuangan untuk pemenangan.

Para elit partainya lebih mementingkan ego dan syahwat partainya saja. Mereka dianggap tidak kredibel jadi pemimpin karena mengurus koalisi saja tak elok seperti itu, bagaimana bisa mengurus negara dan bangsa yang permasalahannya lebih kompleks?

Ketika terjadi gonjang-ganjing tentang isu "masokisme politik" kedua partai tersebut muncul, maka Prabowo dan SBY saling bertemu. Disorot media. Kedua tokoh tersebut memperlihatkan bahwa kedua pihak baik-baik saja.

Demokrat-Gerindra dicitrakan mesra dan solid di depan publik. Namun publik tentu cerdas melihat seluruh rangkaian peristiwa, time linenya tercatat di media, untuk kemudian publik melakukan penilaian sendiri. Penilaian membentuk opini pribadi dan kelompok terhadap koalisi tersebut. 

Pada akhirnya, semua itu jadi dasar menentukan pilihan dalam Pilpres mendatang. Rakyat tentu ingin memilih pemimpin yang bisa bekerja dalam tim, baik besar maupun kecil demi masa depan bangsa dan negara ini.

Pilpres2019 masih relatif lama. Pengumuman resmi struktur tim pemenangan Prabowo-Sandi rencananya akan dilakukan tangggal 20 September 2018. Setelah tim terbentuk, apakah mereka akan terus melakukan "masokisme politik"? Kita tunggu saja. Aku sih rapopo.

----
Peb14/09/2018 
Referensi ; satu, dua, tiga, empat




Baca juga:
Ini Bukti bahwa Ronaldo Bukan Segalanya bagi Real Madrid
Laporkan Berita Penting yang Anda Temukan Lewat Whatsapp Kompasiana!
Teotihuacan dan Misteri Tempat Kelahiran Tuhan

Tren "FoodPorn", "FoodGasm", dan Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama

$
0
0

foodforfitness.co.uk

Alih-alih menjual rasa, menyodorkan tampilan menggoda dan dengan bantuan sosial media, kini mampu mendatangkan laba.

Mungkin kita lupa makanan apa yang pertama kali kita makan, mungkin juga lupa akan jenis rasa yang pertama kali meninggalkan kesan di lidah, tapi, kemungkinannya besar jika makanan itu merupakan makanan buatan Ibu, atau juga makanan yang dimasak di rumah.

Istilah makanan kekinian, hits dan populer yang berhasil merebut rasa ingin tahu para netizen dan juga citizen, perlahan-lahan mengalihkan perhatian dan ingatan mereka akan kenikmatan sederhana yang sudah pernah dikecap oleh lidah.

Dari sekian banyak istilah millenial yang muncul sebagai hashtag wajib pelengkap Instagram post, ada dua terms yang lumayan bikin kepo. FoodPorn & FoodGasm, they sound freak but pretty cool. 

Makna dari kedua istilah tersebut bisa dijabarkan sekreatif mungkin dari kata-kata itu sendiri. FoodPorn = makanan porno, tidak selalu berarti negatif, makna kontekstual dari FoodPorn merujuk pada tampilan visual makanan yang mampu menimbulkan hasrat ingin makan, menggugah selera dan yang lebih magical bisa merangsang air liur menetes.

Istilah FoodPorn sudah ada sejak tahun 1980, dimana FoodPorn menjadi transaksi linguistik dalam cara seseorang menafsirkan makanan dan sensasi makanan berdasarkan sejarah yang berkembang sebelumnya mengenai eksplorasi terhadap makanan secara mendetail dan spesifik (Mcbride, 2010).

Tren FoodPorn di era social media mendatangkan peluang baru bagi para pakar kuliner khususnya para Food Stylish untuk memamerkan keahliannya 'mendandani' makanan agar secara tampilan bisa menggoda, mengirimkan khayalan-khayalan cara makan,yang mungkin membawa kenikmatan kepada otak kita, dan yang paling dibutuhkan, mampu menghinoptis banyak orang untuk mengeluarkan banyak uang demi makanan tersebut.

One thing lead to another, seolah-olah opportunity berpihak pada para pebisnis kuliner atau juga start up yang mengurusi urusan makanan, food online ordering semakin melebarkan 'wilayah kekuasaannya' dengan menggandeng beragam merchants sebagai mitra dan memanen laba, dengan foto/tampilan makanan yang bisa bikin jatuh cinta, sebagai modal utama.

Strategi ini masih dirasa masuk akal, karena sebagian besar, tampilan makanan yang memancing selera dan terlihat artistik selalu menuntut harga lebih, dan bagi para food mania di luar sana, dengan memposting gambar makanan populer di akun nstagram mereka, kepuasannya seolah terbayar dengan harga makanan yang dibeli.

Mendapat rasa senang yang tak biasa karena mengikuti tren jajanan hits yang fotogenic dan pastinya FoodPorn banget, belum tentu semua orang setuju dengan istilah FoodPorn saja. Seolah tak cukup hanya dengan mengusik mata dan memicu nafsu makan, istilah lain muncul dan menambah makna baru.

FoodGasm. Secara sederhana, Nugroho (2015: 149) mendefinisikan FoodGasm sebagai 'sensasi menyenangkan saat makan'. Dan sensasi yang dimaksud sebenarnya bukan berarti datang dari rasa yang lezat, namun efek seru yang berbeda yang bisa dirasakan dari perpaduan rasa dan cara menikmati makanan tersebut.

Contoh sederhananya, bagi sebagian orang, sensasi berbeda yang seru dan bikin candu bisa terjadi saat memakan makanan pedas, makin pedas makin besar sensasi yang dirasakan.

Bisa juga terjadi saat memakan kuning telur setengah matang, mengunyah permen lalu pecah di mulut, menggigit tulang ayam goreng dan menghisap sumsumnya, sampai yang paling sering jadi favorit banyak orang, menikmati kulit ayam goreng tepung di akhir-akhir, hanya untuk bisa merasakan betapa serunya sensasi khusus yang didapat dari melakukan hal itu.

Pada FoodGasm, rasa bukan lagi tujuan utama. Rasa yang standart dan umum akan dianggap sangat cukup saat bagaimana cara menikmatinya memberikan sensasi tersendiri dan berujung kepuasan yang sulit dijelaskan.

Banyaknya foto yang beredar dengan tagar FoodPorn dan FoodGasm seakan-akan menandakan bahwa aggapan kualitas rasa yang berkurang mampu ditutupi dan dicover dengan sempurna oleh tampilan yang menawan, serta sensasi menyenangkan saat makan yang didapatkan.

FoodPorn and FoodGasm will be a dynamic duo, makanan yang menggoda nafsu makan serta memberikan sensasi kepuasan, mungkin cukup untuk mengalahkan makanan lain yang hanya mengandalkan kualitas rasa.

Meski makanan yang telah terbukti memiliki kualitas rasa terdepan tak cukup memenuhi syarat untuk melampirkan tagar #FoodPorn dan #FoodGasm, makanan dengan kualitas rasa unggulan selalu punya pelanggan dan penggemar tersendiri.

Walaupun FoodPorn dan FoodGasm cenderung bersifat merayu dan bertujuan untuk bikin jatuh cinta, namun bukan cinta yang salah jika kita mendapatkan sensasi seru dari jenis makanannya. Dan bukan berarti semua makanan hits dengan embel-embel FoodPorn dan FoodGasm tidak memiliki kualitas rasa yang sempurna.




Baca juga:
Sildenafil untuk Mengobati Hipertensi? Jangan Bingung!
Ini Bukti bahwa Ronaldo Bukan Segalanya bagi Real Madrid
Laporkan Berita Penting yang Anda Temukan Lewat Whatsapp Kompasiana!

Bukan "Code Mixing" Anak Jaksel, Ini Tentang Kosakata "Upa"

$
0
0

Illustrasi|Nasi Lalap Ikan Asin|Ahsanfile.com

Perkembangan kosakata baru, terkait dengan sistem budaya, cara berkomunikasi dan berinteraksi where is mereka tinggal. Di tengah masyarakaat multikultural seperti Jakarta, gaya bahasa code mixing"Anak Jaksel" yang heboh belakangan ini misalnya, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor itu.

Kosakata Inggris seperti which is,like, dan literally mereka campur dengan bahasa Indonesia. Jadinya terkesan unik, seperti kicauan pemilik Twitter yang mengaku sebagai Petani Jaksel di media ini:

"...padinya ditumbuk which is bijinya lepas gitu. Nah moreafter, dikumpulin deh itu hence masi ada kulitnya its fine, baru abis itu ditumbuk2 like biar jadi beras literally" (Sumber: Twitter Nga @iyajgybg)

Wkwk! Saya tak akan membahas lebih lanjut topik itu. Tapi ini tentang kosakata lama dalam bahasa Jawa. Kosakata ini belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia, tidak juga dalam bahasa Inggris. Kosakata itu adalah "upa" (baca upo, Jawa).

*****

Kamis malam itu (13/09/2018), saya diajak kawan-kawan untuk menemani makan bersama tamu, seorang professor dari kota Makassar. Untuk kepentingan privasinya, saya sengaja tak menyebutkan namanya.

Sembari menunggu hidangan makanan, kami ngobrol ringan di warung makan yang berlokasi di pojok ujung jalan, tepatnya di Jl. Jakarta No. 51, Kota Malang.

Sang tamu berbagi pengalaman banyak hal dengan kami. Tak lama kemudian, makanan datang. Kami menikmati kerenyahan gorengan "kepiting soka" dan kehangatan "wedang jahe kelapa muda".

*****

Nah, di sela-sela menikmati hidangan itu, tiba-tiba dia nyelethuk menghangatkan suasana seraya berkata:

"Bahasa Jawa itu kaya akan perbendaharaan kata, bahkan lebih kaya dari bahasa Inggris. Misalnya untuk menyebut nasi, dalam bahasa Inggris kan cuma ada "rice"... Tapi dalam bahasa Jawa, katanya banyak sebutan untuk penggunaan yang berbeda-beda, padahal bendanya sama, nasi. Apa betul begitu?"

Spontan, saya yang berada di dekatnya merespon begini.

"Saya kira betul. Misalnya untuk menyebut nasi sepiring, disebut sego. Tapi jika nasinya hanya sebulir, disebut upo. Untuk nasi sebanyak satu jimpit, disebut sak puluk. Kalau makan nasi sebanyak itu tanpa sendok (dengan tangan), disebut muluk. 

Tanpa jeda, lalu saya melanjutkan...

"Jika nasinya sebanyak satu genggam, dikatakan "sak kepel". Untuk nasi kering, dinamakan karak. Untuk nasi yang dilembutkan, dinamakan bubur. Apabila sudah jadi kue, dinamakan "rengginang...". 

Kwkwkwk!

Belum cukup. Masih ada kosakata lain sejenis yang artinya makan dengan peruntukan yang berbeda-beda, seperti mangan, madyang, menthong, dan dahar. Nah, ada kosakata yang artinya "makan" namun terkesan kasar, maaf... kosakata itu adalah mbadhok".

Memang begitu, kan? Wkkkk! Kawan-kawan terkekeh-kekeh, merespon jawaban spontan saya :)

Ada lagi yang tak kalah serunya. Jika nasi itu disajikan sebagai tumpengan untuk disantap beramai-ramainamanya sego bancakan. Lanjutkan sendiri, hehe :)

*****

Dahulu kala, banyak kerajaan berdiri di pulau Jawa, seperti Kerajaan Majapahit, Kesultanan Yogyakarta, Mataram, dan lain sebagainya. Dalam struktur dan budaya masyarakat kerajaan, penggunaan unggah-ungguh bahasa sangat diperhatikan.

Penggunaan kata sampean atau panjenengan (Jawa) untuk kamu (Indonesia), terasa lebih menghormati dari pada kowe. Kecuali sapaan kowe dipergunakan untuk menyebut teman sejawat atau orang yang usianya/kedudukannya lebih muda dalam keluarga.

Sayang, unggah-ungguh bahasa seperti itu dewasa ini mulai luntur, terutama di perkotaan. Saya pun tak pandai bertutur dengan mengunakan bahasa Jawa halus seperti generasi terdahulu.

Untuk melestarikannya, salah satu caranya ditanamkan lewat jalur pendidikan. Kurikulum sekolah ada yang mengakomodai pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa. 

Selain itu, ada pula kamus bahasa Jawa yang dapat dikases secara online.

*****

Seperti dikenal publik, bahasa Jawa merupakan bahasa ibu yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari oleh masyarakat Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Meski menggunakan bahasa yang sama, tapi gaya penuturan bahasa di kedua propinsi itu sedikit berbeda. Di ujung Jawa Timur, ada juga bahasa Osing, bahasa Jawa khas masyarakat lokal di daerah Banyuwangi.

Jika Anda menyeberang ke Bali lewat jalur darat dilanjutkan dengan menyeberang laut via kapal, Anda akan dapat menyaksikan video-video atau lagu-lagu daerah itu diputar di kapal. Unik.

*****

Indonesia kaya akan kekayaan alam, budaya dan bahasa lokal. Sejak dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Rote.

Sembari mengenalkan Pesona Indonesia ke para wisatawan, barangkali Pemerintah perlu menerbitkan buku saku kosakata bahasa lokal. Di level nasional, ada buku saku berjudul "7 Hari Pertama di Indonesia".

Buku itu berisi kosakata dan percakapan sehari-hari dalam bahasa Indonesia-Inggris, seperti selamat pagi, terima kasih, dan lain sebagainya. Saya berhasil mengunduhnya di laman INAGOC, saat berlangsung gelaran Asian Games 2018 lalu.

Walhasil, Bahasa Jawa dan bahasa lokal lainnya itu merupakan kekayaan Nusantara. Amat sayang jika tidak dilestarikan. Jangan-jangan, ketika kita kesulitan mencari sumber penting tentang Bahasa Jawa, kita harus pergi ke Belanda, pusatnya kajian budaya Jawa, literally?

Aha... dari kosakata sebulir upa kok jadi buku saku? Yo wis, semoga bermanfaat! Setujukah Anda?




Baca juga:
Apakah Kita Sudah Menjadi Tetangga yang Baik?
Sildenafil untuk Mengobati Hipertensi? Jangan Bingung!
Ini Bukti bahwa Ronaldo Bukan Segalanya bagi Real Madrid
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live