Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

Puisi | Ketika Langit Jatuh Cinta

$
0
0

ilustrasi: pixabay

Kuberi kau satu petunjuk. Dimana persisnya letak telunjuk. Saat kau ingin menuding biang perkara. Penyebab senja kali ini begitu merana. 

Buanglah tatapanmu ke arah langit yang terhuyung-huyung. Orang bilang langit sedang nandang wuyung. Terhadap apa. Kepada siapa. Tak satupun yang sanggup menerka.

Kau tak akan pernah menduga. Kepada siapa langit akhirnya memutuskan jatuh cinta. Dengan alasan apa pula langit nampak menderita.

Patah hati.  Bisa jadi. Putus asa.  Mungkin saja. Ketika langit jatuh cinta, dengan perantara hujan yang bersedia menjadi mata-mata, birunya lalu bertekuk lutut, separuh hatinya tercerabut;

1) Kepada seorang anak kecil yang bersenandung lirih. Menyebut nama kedua orang tuanya dengan bibir bergetar. Menyerupai doa yang diterbangkan ke angkasa. Berharap doanya sampai di gerbang surga. Menemui kedua orang tuanya di sana.

2) Kepada seorang wanita yang sibuk mengumpulkan air susunya yang tumpah. Demi bayinya yang juga mengumpulkan tangis di rumah. Hasil memulungnya hari ini. Tak cukup untuk membeli sekaleng susu. Tapi mulutnya mengulum senyum. Bersyukur masih bisa mengumpulkan batu-batu. Untuk menghidupi sebuah tungku.

3) Kepada seorang nenek yang terpeleset air kencingnya sendiri. Di depan sebuah rumah sakit besar yang nampak kokoh dan sakti. Nenek itu mengelus trotoar tempatnya berbaring. Ucapkan terimakasih telah sudi menerimanya bermalam. Menunggu waktu yang beku.  Dicairkan matahari.

Langit bukan pemilih yang rumit. Langit tahu persis apa itu pahit.  

Ketika langit memutuskan untuk jatuh cinta. Maka di situlah letak sesungguhnya dari rasa iba, yang tak pernah mengada-ada.


Bogor, 26 Juli 2018




Baca juga:
Mengenang Syafiuddin Kartasasmita, Sampai Mati Melawan Korupsi
Artis Jadi Anggota Legislatif, Apa Untungnya Bagi Rakyat?
Kethoprak Banyumas Empas-empis Nyaris Habis

Menanti Juara Dunia Bulu Tangkis Terbaru dari Indonesia

$
0
0

Beberapa hari mendatang bakal digelar Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2018 yang berlangsung di Nanjing Olympic Sports Centre, China. Kita menantikan kehadiran juara dunia bulu tangkis terbaru dari Indonesia. 

Setahun silam, pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi juara dunia ganda campuran di Glasgow. Tetapi, Tontowi/Liliyana memutuskan absen mempertahankan gelar juara dunia pada tahun ini, karena mereka lebih memfokuskan diri untuk merebut medali emas Asian Games. 

Duet kawakan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang merebut titel juara dunia ganda putra tahun 2013 dan 2015, juga absen di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2018. Pihak PBSI memilih empat pasangan putra yang lebih muda dalam Kejuaraan Dunia tahun ini.

Pihak PBSI sudah menetapkan 12 ganda serta 7 pemain tunggal Indonesia untuk mengikuti Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Nanjing. Peluang juara terbesar buat Indonesia ada di sektor ganda putra. Sektor ganda campuran, ganda putri, serta tunggal putra juga punya potensi jadi juara. Sedangkan di sektor tunggal putri, cukup berat peluang menjadi juara dunia.

HAFIZ/GLORIA TUMPUAN JUARA PENGGANTI TONTOWI/LILIYANA

Tanpa kehadiran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, para ganda China dan Malaysia kini jadi favorit juara dunia ganda campuran. Unggulan pertama dari China, Zheng Siwei/Huang Yaqiong, sudah memenangkan gelar turnamen bergengsi Indonesia Masters dan Malaysia Open di tahun 2018. 

Unggulan ke-7 dari Malaysia, Goh Soon Huat/Shevon Jemie Lai, performanya sedang on fire. Goh/Shevon baru saja menjadi kampiun turnamen Singapore Open setelah di final mengalahkan Tontowi/Liliyana. 

Hafiz Faizal dan Gloria Widjaja/ foto: bwfbadminton.com

Indonesia sekarang menggantungkan harapan kepada duet Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja untuk merebut juara dunia ganda campuran. Hafiz/Gloria punya kans untuk menjadi juara, karena performa mereka sedang ciamik. Dua pekan lalu, Hafiz dan Glorian sukses meraih juara turnamen Thailand Open Super 500. 

MENANTI KEJAYAAN DUET MINIONS 

Ganda putra Indonesia sudah berulang kali menjadi juara dunia. Dimulai dari keberhasilan Tjun Tjun/Johan Wahjudi menjadi juara dunia tahun 1977, hingga kesuksesan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menjadi juara dunia pada tahun 2015.

Setahun lalu, Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro hanya menjadi runner-up Kejuaraan Dunia, setelah di final kalah oleh ganda China, Liu Cheng/Zhang Nan.

Di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2018, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo jadi tumpuan utama Indonesia untuk menjadi juara ganda putra. Duet yang akrab dijuluki Minions tersebut punya potensi besar buat merebut gelar juara dunia tahun ini. Mereka sudah meraih 4 gelar juara di sepanjang tahun 2018, yakni pada turnamen Indonesia Open, All England, India Open, dan Indonesia Masters.

Marcus Gideon-Kevin Sanjaya kandidat favorit juara dunia/ foto: pbdjarum.org

Potensi meraih gelar juara dunia ganda putra juga bisa diharapkan kepada pasangan Indonesia lainnya, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Pasangan muda tersebut tampil apik hingga pertengahan tahun 2018. Fajar/Rian berhasil merebut juara turnamen Malaysia Masters.

Berry Angriawan/Hardianto juga dapat diharapkan mempersembahkan gelar juara dunia buat Indonesia. Berry/Hardianto berhasil meraih gelar juara turnamen Australian Open dua bulan silam. 

Marcus Gideon/Kevin Sukamuljo, Fajar Alfian/Rian Ardianto, serta Berry Angriawan/Hardianto, ditempatkan sebagai unggulan di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2018. Penantang terberat mereka dalam perebutan gelar juara dunia bakal datang dari ganda-ganda Denmark, Jepang, dan China. 

BERHARAP GREYSIA/APRIYANI CETAK SEJARAH

Sejak Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis pertama kali digelar pada tahun 1977, ganda putri Indonesia belum pernah sekalipun menjadi juara. Ganda putri China mendominasi, secara beruntun meraih gelar juara dunia sejak tahun 1997 hingga 2017.

Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2018 menjadi kesempatan yang bagus buat Greysia Polii/Apriyani Rahayu untuk mencetak sejarah sebagai juara dunia ganda putri pertama dari Indonesia. Greysia/Apriyani sedang dalam performa terbaik. Mereka di tahun 2018 telah meraih gelar juara Thailand Open dan India Open.

Greysia Polii-Apriyani Rahayu/ foto: bwfbadminton.com

Juara bertahan asal China, Chen Qingchen/Jia Yifan, serta empat pasang wakil dari Jepang bakal jadi lawan terberat buat Greysia Polii/Apriyani Rahayu di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2018.

ASA JUARA TRIO TUNGGAL PUTRA 

Hendrawan jadi tunggal putra Indonesia terakhir yang merebut titel gelar juara dunia di tahun 2001. Kita berharap salah satu dari trio pemain tunggal putra Indonesia di Kejuaraan Dunia 2018 ada yang naik podium tertinggi.

Tiga pemain tunggal putra Indonesia dalam ajang ini, semuanya ditempatkan sebagai unggulan. Anthony Sinisuka Ginting ditempatkan sebagai unggulan ke-12, Tommy Sugiarto unggulan ke-13, Jonatan Christie unggulan ke-15. 

Tommy Sugiarto-Anthony Ginting-Jonatan Christie/ dokumentasi foto yosstory.com

Di usianya yang ke-30, Tommy Sugiarto masih bisa berprestasi bagus di beberapa turnamen. Tommy Sugiarto sukses menjadi juara Thailand Masters Super 300, serta jadi runner up Thailand Open Super 500 di tahun 2018. 

Penampilan Anthony Ginting masih belum stabil. Namun, Anthony Ginting sulit dikalahkan oleh lawan bila dalam performa terbaik. Ginting mampu menjuarai turnamen elit Indonesia Masters 2018. Jonatan Christie penampilannya masih labil. Tetapi, Jonatan sempat membuat prestasi sebagai runner up di turnamen New Zealand Open 2018. 

Butuh perjuangan berat bagi Tommy, Ginting dan Jonatan untuk menjadi juara dunia. Viktor Axelsen, Chen Long, Shi Yuqi, Kento Momota dan Lin Dan adalah favorit juara. 

Sedikit keuntungan bagi trio tunggal putra Indonesia, dua pesaing juara lainnya, Son Wan Ho dan Lee Chong Wei mendadak mundur dari Kejuaraan Dunia karena menderita sakit. Sehingga menambah besar kans juara dunia bagi Tommy Sugiarto, Anthony Ginting dan Jonatan Christie.




Baca juga:
Kalau Anak Sudah Begini, Siapa yang Harus Menyelamatkan Mereka?
Mengenang Syafiuddin Kartasasmita, Sampai Mati Melawan Korupsi
Artis Jadi Anggota Legislatif, Apa Untungnya Bagi Rakyat?

Jenis Pengetahuan Instan yang Bermanfaat bagi Kehidupan

$
0
0

Sumber ilustrasi: shutterstock.com

Bicara pengetahuan adalah bicara tentang teori epistemologi. Sudah sejak zaman para filosof Yunani Kuno, urusan pengetahuan ini terus dibahas tanpa kandas. Seolah tidak ada habisnya membahas tentang teori pengetahuan ini. Sejatinya, memang tidak akan pernah habis teori pengetahuan ini jika dibahas.

Berbagai mazhab teori pengetahuan muncul mulai dari empirisme, rasionalisme, kritisisme, idealisme dan lainnya. Itu saja hanya merupakan teori pengetahuan klasik produk para filosof zaman dulu. Di zaman kontemporer ini ada epistemologi kiri, epistemologi kanan, dekonstruksi, hermeneutik, genealogi pengetahuan dan teori-teori lainnya yang memusingkan kepala jika dibahas satu per satu.

Tetapi, dari teori apa pun pengetahuan dilahirkan, jika terkait dengan kebutuhan manusia untuk menjalani kehidupannya di dunia ini, hanya ada beberapa jenis pengetahuan yang dibutuhkan. Beberapa teori pengetahuan yang ada mungkin saja tidak berguna ketika sudah menyangkut hidup seseorang dari sudut pandang praktis dan fungsionalnya.

Pengetahuan di sini bisa berupa pengetahuan teoretis, pengetahuan praktis, keterampilan, kognitif, afektif, psikomotorik atau konatif. Semuanya kita sebut saja sebagai pengetahuan. Pijakan dari klasifikasi di bawah mengacu kepada kebutuhan praktis sehari-hari dan pendekatan fungsional dari pengetahuan.

1. Pengetahuan tentang Profesi

Apa yang dilakukan oleh kita untuk bekerja dalam rangka bertahan hidup bisa disederhanakan dengan sebutan profesi. Setiap orang tentunya memiliki profesi sebagai kegiatan pokok yang dengannya dia bekerja untuk bisa melanjutkan kehidupannya. Ada yang jadi dokter, pedagang, buruh, petani dan lain-lain.

Setiap profesi yang dijalani, pastilah membutuhkan pengetahuan sesuai bidangnya. Tidak mungkin yang bekerja sebagai guru tidak mengetahui dan menguasai pengetahuan yang diajarkan. Begitu pula dengan profesi lainnya. Sehingga istilah profesional selalu mencerminkan kemampuan dalam bidang pekerjaan yang menjadi penopang utama bagi kehidupan.

Ketidakmampuan dalam menguasai profesi tertentu, akan berakibat pada menurunnya kualitas kehidupan. Orang yang menganggur, meskipun bukan melulu disebabkan karena ketidaktahuan terhadap pekerjaan tertentu, tetapi itu menandakan kekurangan daya saing dalam bidang pekerjaan. Daya saing sangat erat dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan kerja tentunya.

2. Pengetahuan tentang Interaksi

Manusia tidak hanya hidup sendiri dengan profesinya tanpa terlibat dengan lingkungannya. Manusia membutuhkan kegiatan sosialisasi, spiritualisasi dan transendensi. Jika sosialisasi berarti hubungan interaksi dengan sesama manusia dan juga alam sekitarnya, maka spiritualisasi dan transendensi menyangkut hubungan dengan Tuhan sebagai penciptanya.

Interaksi dengan sesama manusia dan lingkungan mengharuskan orang menguasai pengetahuan yang terkait dengannya. Sopan santun, etika, bahasa, budaya dan pengetahuan lainnya dibutuhkan untuk mendukung kegiatan interaktif dengan sesamanya. Melalui pengetahuan itu, orang tidak akan terisolasi secara sosial dan komunal.

Berinteraksi dengan alam sekitarnya juga membutuhkan pengetahuan. Bagaimana kita bisa tahu perjalanan dari Solo ke Jakarta jika tidak tahu bedanya antara Jakarta dan Yogyakarta. Bagaimana bisa makan nasi sebagai cara manusia bertahan hidup jika ia tidak tahu bedanya nasi dengan limbah gergaji.

Bagi mereka yang meyakini adanya Tuhan, interaksi dan komunikasi dengan-Nya juga membutuhkan pengetahuan khusus yang disebut dengan pengetahuan agama. Hanya dengan pengetahuan itu, orang akan tahu bagaimana Tuhan menurutnya dan bagaimana ia berhubungan dengan-Nya.

3. Pengetahuan tentang Hobi

Teori kuno tentang kebutuhan manusia selalu dibagi tiga; kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan tersier. Jika mau lebih berbau akademis lagi, teori kebutuhan Maslow bisa dijadikan pelengkap. Jenis-jenis pemenuhan kebutuhan itu, memerlukan pengetahuan khusus yang berbeda dari satu dengan yang lainnya.

Demikian juga dengan pengetahuan tentang hobi ini. Ada orang yang hobi memelihara burung, maka kemestian bagainya adalah pengetahuan tentang burung. Gunanya salah satunya agar  dia terhindar dari penipuan akibat ketidaktahuannya tentang burung emprit dan burung jalak. Hobi yang lainnya juga demikian.

Misalnya lagi adalah hobi memancing, menulis, musik, menonton film, touring dan seabrek hobi lainnya yang antara satu orang berbeda dengan yang lainnya. Semakin banyak hobi yang disukai, semakin banyak tuntutan pengetahuan yang harus dimilikinya, minimal pengetahuan dasarnya. Semua hobi membutuhkan pengetahuan untuk memenuhinya.

4. Pengetahuan Tambahan Lainnya

Zaman sekarang ini perolehan pengetahuan lebih mudah dari zaman-zaman sebelumnya. Guru universal manusia yang kita sebut Google, dengan mudahnya dan tanpa bayaran siap mengajari manusia tentang apa pun yang dia tidak tahu. Cukup dengan mengetikkan kata kunci saja, maka seabrek informasi tentang pengetahuan tertentu bermunculan.

Untuk apa semua pengetahuan yang mungkin tidak relevan dengan semua pengetahuan di atas tadi? Ya untuk nilai tambah pribadi saja; tidak lebih dan tidak kurang. Zaman sekarang, orang yang banyak tahu tentang sesuatu akan dianggap jadi rujukan walaupun belum ada jaminan atas kebenarannya.

Ketika bersosialisasi, orang sering ngobrol ngalor ngidul tidak jelas arahnya, tetapi antara satu dengan yang lainnya bisa nyambung. Nah, nyambung itu barangkali merupakan bukti bahwa orang memiliki pengetahuan tambahan walaupun pengetahuan tersebut bukan pengetahuan profesi, interaksi dan hobi baginya.

***

Kirannya, klasifikasi di atas bukanlah merupakan upaya penyederhanaan dan reduksi dari kompleksnya jenis, hakikat dan kegunaan pengetahuan. Membahas tentang keluasan teori pengetahuan memerlukan waktu dan keseriusan mendalam. Karena teori pengetahuan merupakan bagian dari aktivitas berfilsafat yang rumit, njlimet dan mbulet yang belum tentu bermanfaat secara fungsional bagi setiap orang.

Sehingga "penyederhanaan" tentang pengetahuan dalam rangka menjalani kehidupan di dunia ini, hanya didasarkan pada fungsional tidaknya sebuah pengetahuan bagi manusia. Karena tidak ada gunanya juga orang mempelajari pengetahuan yang tidak bermanfaat dalam menunjang kehidupannya.

Misalnya, kita tidak perlu tahu ada berapa jumlah gunung di Planet Mars dan sejak kapan air di Planet Mars mengering (itu pun jika pernah ada). Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan sia-sia dan tidak fungsional bagi kehidupan praktis manusia sekarang.

Namun, jika hanya sebagai pengetahuan selingan dan hiburan boleh-boleh saja. Berarti ia masuk dalam klasifikasi pengetahuan kegemaran atau hobi; hobi yang keren. Keren karena Planet Mars dijadikan hobi. Tentu ini merupakan sesuatu yang "wow gitu".(*)




Baca juga:
(Tidak) Mengabaikan Esensi di Tengah Gemerlap Resepsi
Kalau Anak Sudah Begini, Siapa yang Harus Menyelamatkan Mereka?
Mengenang Syafiuddin Kartasasmita, Sampai Mati Melawan Korupsi

Puisi | Politik Hari Cemburu

$
0
0

Sumber Gambar: pixabay.com

Jika kepergian menyenangkan hatimu, biarlah puisi yang menenangkan hatiku. Sebab tiada yang dapat melukai hatiku yang pemaaf dan jauh dari sesak sesal.

Hatimu memasuki hari yang sarat benci, puisi memasuki hatiku yang dipeluk sunyi. Hatimu tergugu, tiada yang ditinggalkan marah selain gairah benci sepanjang hari.

Cinta menunggui mata yang marah, puisi memeluki tabah yang tubuh. Tidak ada yang ditinggalkan angan bagi kepulangan yang masih akan.

Kamu sibuk menumpuk cemburu, puisi masih terus memupuk rindu. Tidak ada yang ditinggalkan angin bagi ranting yang dicerai daun.

Cemburu seperti politik uang: setengah mati dicaci, tetapi diam-diam dinanti. Di panggung jadi lawan yang dimaki-maki, di punggung jadi teman yang dikasihi.

Kandangrindu, 2018




Baca juga:
Ketawa Bareng 3 Komika Stand Up Comedy Indo Malang di ICD 2018, Yuk Lah!
Menikmati Deru dan Debu di Kawasan Bromo
Peran Penting Satpam Perumahan yang (Kadang) Terabaikan

Film "Kafir: Bersekutu dengan Setan", Menikmati Horor dalam Bingkai Artistik

$
0
0

Puteri Ayudya dan Nadya Arina dalam film

Film horor ternyata tidak semata-mata soal cerita yang menakutkan; meneror penonton dengan ujud hantu yang seram; kemunculannya yang misterius; atau efek kejut dari musik dan tata suara menggelegar mengagetkan penonton. Film horor juga bisa dibuat artistik, menggunakan konsep sinematografi yang baik sehingga bisa dinikmati gambar-gambar dan alur ceritanya.

Produser film Ir. Chand Parwez Servia dan anaknya Fiaz Servia, sutradara Azhar Kinoy Lubis, penulis scenario Rafi Hidayat dan Upi Avianto bersama Penata Fotografi Yunus Pasolang, mewujudkan hal itu melalui film berjudul Kafir -- Bersekutu Dengan Setan. Tentu saja penata artistik yang mampu menerjemahkan isi skenario, kemampuan sutradara serta para pemain yang cukup lentur memerankan tokoh-tokoh dalam film, sangat membantu, menjadikan sebuah ensamble yang melengkapi untuk mewujudkan sebuah karya sinematografi yang baik.

Korban santet

Film ini mengisahkan sebuah keluarga dengan dua orang anak yang sudah kuliah. Mereka adalah Herman (Teddysyah) sang kepala, Sri (Puteri Ayudya) ibu dari anak-anak yang sudah besar itu, serta kedua anak mereka Andi (Rangga Azof) dan Dina (Nadya Arina).

Suatu ketika saat sedang makan malam, Herman tiba-tiba kesakitan, tersedak, mulutnya memuntahkan beling dan meninggal dengan cepat. Pasca kematian Herman, keluarga tersebut mulai terusik. Sang Ibu, Sri mendapat teror-teror gaib dan sikapnya mulai aneh dan seringkali ketakutan. Sri lalu mendatangi Jarwo (Sujiwo Tedjo), dukun yang telah dikenalnya. Jaro mengatakan Sri diguna-guna oleh seseorang yang benci kepadanya.

Jarwo lalu datang ke rumah Sri, menerawang mahluk gaib yang suka mengganggu Sri dan menangkapnya. Di rumah tempatnya membuka praktek, Jarwo menunjukkan kepada Sri kemampuannya memusnahkan mahluk gaib yang telah ditangkapnya. Namun Jarwo kalah kuat. Dia mati terbakar.

Melihat ibunya yang sering ketakutan, Andi dan Dina berusaha mencegah agar kejadian yang menimpa Bapak tidak menimpa Ibu. Mereka mencari penyebabnya demi menyelamatkan sang Ibu.

Berbeda

Film horor merupakan genre yang telah mendominasi perfilman Indonesia dalam lima tahun terakhir ini. Keberhasil film "Pengabdi Setan" menjadi film horor terlaris dengan 4,5 juta penonton, kemudian disusul dengan Danur dan beberapa film horor lainnya yang mencetak di atas 1 juta penonton, membuat produser film di Indonesia ramai-ramai mengangkat tema ini, kemudian melibatkan sutradara-sutradara terbaik di Indonesia. Hasilnya genre horor semakin menarik untuk ditonton, karena memiliki nilai artistik yang semakin bagus.

Kafir -- Bersekutu Dengan Setan adalah sebuah film yang dirancang dengan cermat, tidak semata-mata mengandalkan visual maupun audio yang bisa meneror penonton, tetapi bisa memanjakan penonton dengan konsep gambar-gambarnya yang indah, tata cahaya artistic dan komposisi yang betul-betul diperhitungkan. 

Bagi penggemar fotografi, ini adalah film yang wajib ditonton. Gambar-gambar yang dihasilkan adalah hasil konsep yang matang. Bahkan untuk pengambilan gambar di luar ruangan (outdoor) komposisi dan tone dirancang dengan baik, menggunakan filter pada lensa yang membuat gambar memperkuat suasana pengadeganan.

Walau pun berusaha menghadirkan gambar-gambar menawan, sutradara Azhar Kinoy Lubis tetap mampu menjaga nilai dramatik, plot yang apik dan bisa diikuti. Tidak ada teror penonton melalui kehadiran hantu yang tiba-tiba dengan efek suara keras mengagetkan. Musik yang dikerjakan oleh Anggi Narottama dan Bemby Gusti dalam film ini tidak berlebihan dan dibuat-buat seperti film horor kebanyakan.

Kinoy Lubis lebih menggiring penonton untuk masuk ke dalam suasana adegan yang mencekam, melalui kondisi rumah tua, lampu-lampu temaram, suara-suara lirih dari lagu yang diputar dari piringan hitam maupun piano yang kadang berbunyi sendiri. Kalau pun ada suara gelegar, bukan dari musik yang disetel keras, melainkan bunyi halilintar saat hujan deras. Kilatan-kilatan cahaya halilintar justru menimbulkan kengerian tersendiri.

Kinoy juga mencoba memberikan sentuhan yang jarang muncul dalam film horor Indonesia, yakni gerakan-gerakan benda tanpa sentuhan tangan manusia, dan asap hitam yang masuk ke langit-langit. Efek visual itu cukup memberikan kesan misterus dan menambah tekanan kengerian bagi penonton.

Tata artistik dalam film ini sangat mendukung visualisasi. Gambar terasa penuh, benda-benda yang muncul dalam gambar memperkuat situasi yang ingin ditampilkan. Lihatlah suasana dalam ruang praktek dukun Jarwo yang sangat mistis dan mencekam.

Namun bila kita kembali pada adagium "tidak ada yang sempurna di dunia ini", tentu saja ada kelemahan juga dalam film ini. Casting (pemilihan) pemain masih menjadi masalah klasik dalam film Indonesia. 

Para pembuat film masih diliputi sindrom tertentu, sehingga pemilihan pemain untuk memerankan tokoh tertentu sering mengabaikan logika. Dalam film ini, tokoh Herman dan Sri terkesan masih terlalu muda untuk menjadi orangtua bagi kedua anak yang sudah beranjak dewasa seperti Andi (mahasiswa) dan Dyna (pelajar SMA).

Pembuat film masih diliputi ketakutan-ketakutan yang tidak pernah dilawan, yakni memilih pemeran orangtua yang sesuai dengan usia anak-anaknya. Dalam sinetron televisi malah, banyak tokoh orangtua -- terutama tokoh ibu -- yang nyaris sebaya dengan usia anaknya, hanya diberi warna putih pada rambutnya. Secara fisik tak kalah segar dengan anaknya.

Apakah pemilihan pemain seperti itu kiat untuk berjualan semata atau hanya ketakutan-ketakutan tidak berdasar yang tak berani dilawan, fenomena itu terus berlangsung sampai saat ini.  Sejauh ini penonton memang tidak mempersoalkan (atau memang suka) sehingga pembuat film melakukan kompromi yang sesungguhnya telah mengurangi nilai artistik sebuah film.

Dalam film ini untungnya sutradara Azhar Kinoy Lubis mampu mengeksploitir kemampuan pemain sehingga kelemahan penokohan tidak terlalu terasa. Para pemain dalam film ini memang telah mengerahkan segala kemampuannya, sehingga akting mereka terasa total dan sangat wajar dengan karakter yang diperankannya. Semua itu tentu tidak lepas dari kecermatan sutradara.  

Kafir -- Bersekutu Dengan Setan adalah sebuah film bergenre horor yang berbeda dengan film dengan genre serupa yang telah ada, meski pun ada sedikit yang "menyerupai" film Pengabdi Setan di sini, baik dalam tema maupun pengadegan yang dibuat. Namun itu tidak mempengaruhi keasyikan menikmati film ini.

Bagi penggemar film Indonesia fanatik yang belum menyaksikan film ini, mungkin berpikir ini adalah remix dari film berjudul Kafir (Satanic) karya sutradara Mardali Syarief (almarhum) tahun 2002. Kebetulan produsernya sama dan juga dibintangi oleh Sudjiwo Tedjo.

Dalam film arahan Mardali Syarief itu Sudjiwo Tedjo berperan sebagai Kuntet yang berprofesi sebagai dukun santet. Ia menjual jasa ke berbagai lapisan masyarakat. Hasil kerjanya membuat kehidupannya mewah, tetapi tidak memberi kebahagiaan istri dan anaknya yang dikucilkan dalam pergaulan masyarakat.

"Film ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan film Kafir terdahulu," kata produser film Ir. Chand Parwez Servia sebelum pemutaran film Kafir -- Bersekutu Dengan Setan di Bioskop XXI Epicentrum Jakarta, Kamis (26/7/2018). "Kebetulan saja judulnya sama dan pemainnya juga Sudjiwo Tedjo," tambah Parwez.

Keduanya memang berbeda. Sutradanya berbeda, sebagian besar pemainnya berbeda dan hasilnya pun berbeda. Kafir -- Bersekutu Dengan Setan akan beredar di bioskop pada 2 Agustus 2018. Mungkin saja pendapat penonton juga akan berbeda dengan isi tulisan ini.




Baca juga:
Mengajak Sekolah-sekolah untuk Peduli Persoalan Lingkungan
Ketawa Bareng 3 Komika Stand Up Comedy Indo Malang di ICD 2018, Yuk Lah!
Menikmati Deru dan Debu di Kawasan Bromo

Akhirnya Tembus Jalan Lintas Rampah-Poriaha

$
0
0

Foto: Jalan Rampah-Poriaha yang masih proses pengerjaan.

GERIMIS di Jumat (27/7/2018) pagi membasahi permukaan jalan hotmix yang mulus itu. Jalur yang kami lintasi ini adalah jalan nasional yang baru dibangun. Persisnya Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) penghubung Desa Rampah, Kecamatan Sitahuis ke Poriaha, Kecamatan Tapian Nauli, di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Catatan: Marihot Simamora

Bersama dua rekan jurnalis, kami berangkat dari Kota Sibolga dengan mengendarai mobil pribadi. Misinya membuktikan apakah benar jalur lintas barat (bagian dari Jalinsum Tarutung-Sibolga) itu sudah bisa dapat dilewati dengan nyaman.

Animo pembuktian itu kuat karena pembukaan jalan ini sebenarnya sudah sejak beberapa tahun lalu digagasi oleh pemerintah daerah setempat. Setelah direstui oleh pemerintah pusat, tetapi kemudian pengerjaannya tersendat-sendat karena polemik pembebasan lahan, khususnya di wilayah Poriaha, Desa Tapian Nauli II.

Sekedar informasi, proyek jalan ini ditangani Satker PPK 12 BBPJN Sumatera Utara Kementerian PU. Pada tahap awal didanai oleh APBN secara multiyears. Belakangan lanjutannya ditopang oleh dana bantuan program WINRIP, kerjasama pemerintah RI dengan World Bank (Bank Dunia).

Selain itu, pembukaan jalan ini juga merupakan solusi dari sulitnya truk-truk berbadan besar melewati terowongan sempit Batu Lobang pada Jalinsum Tarutung-Sibolga, di Simaninggir, Kecamatan Sitahuis.

Jalur ini pun akan mempermudah akses transportasi umum dari wilayah Barus sekitarnya ke arah Kota Medan (lintas timur). Serta terkoneksi ke jalan menuju kawasan industri PLTU Labuan Angin.

Foto: Salah satu tikungan ganda di Jalan Rampah-Poriaha.

Sekitar pukul 09.00 WIB kami masuk dari simpang/arah Poriaha. Simpang ini hanya sekitar 9 km dari Kota Sibolga. Belok kanan dari Jalinsum Sibolga-Barus.

Plank larangan melintas karena ada pekerjaan proyek jalan yang dipajang di simpang perempatannya malah menambah rasa penasaran. Jadi kami hiraukan saja dengan pemikiran putar balik sampai dimana jalan yang dapat dilewati.

Persimpangan itu cukup lebar dan mulus. Lebar jalannya sekitar 20 meter. Beberapa ratus meter kemudian lebar jalannya mulai mengecil, antara 6-10 meter.

Dilihat dari batu penanda yang dipancang di tepi jalan, panjang jalan dari Poriaha ke Rampah sekitar 18 km. Berarti kalau dari Kota Sibolga (via Poriaha) totalnya menjadi 27 km. Sementara kalau dari Kota Sibolga ke Rampah (langsung) hanya 15 km.

Sepanjang jalan hingga ke km 10 kondisi aspalnya sangat mulus. Ada juga berapa jembatan. Tapi marka dan rambu jalannya tampak masih terpasang hingga ke km 7. Dan masih ada bagian yang tak dibangun parit beton, serta lampu penerangan jalannya masih sangat minim.

Sementara itu di km 8 terlihat masih ada pekerjaan pelebaran dan pengaspalan jalan oleh kontraktornya PT Nusa Konstruksi Engineering (NKE).

Umumnya elepasi kelok-kelokan pada jalur ini tak setajam pada jalur langsung Rampah-Sibolga. Dan, lebih banyak jalan lurusnya serta lebih minim jurang.

Tapi untuk kondisi medannya, tetap membelah perbukitan yang otomatis menciptakan tanjakan dan turunan. Yang paling riskan pada kelokan ganda di km 9.

Foto: Truk tronton saat melintas di Jalan Rampah-Poriaha.

Manik (50-an), seorang sopir truk tronton yang kami wawancarai mengaku lebih nyaman melintasi jalur tersebut. Karena kondisi jalan lebih mulus, meskipun terdapat tanjakan dan turunan yang menantang.

"Kalau kondisi kendaraan dibawah 60 persen, saya rasa berbahaya kalau lewat sini," ucap pria yang hendak ke Kota Sibolga itu.

Dia juga mengatakan, meski selisih waktu tempuh lebih lama 30 menit (dibandingkan langsung Rampah-Sibolga), namun tingkat keausan ban lebih rendah.

"Karena jalur ini kebanyakan lurusnya," kata sopir yang baru dua kali melintasi jalur tersebut.

Terpisah, sopir truk gandeng bermuatan alat berat, Hutagalung (30-an), mengaku baru pertama sekali melewati jalur baru ini. Alat berat yang dibawanya itu dari Medan menuju Barus.

"Ini aku baru pertama lewat sini. Cuma memang sebelumnya sudah tanya-tanya info dari Medan. Karena operator alat berat gak ikut, jadi gak mungkin lewat dari Batu Lobang," kata pria berambut pirang itu.

Dia juga mengakui kalau beberapa tanjakan panjang pada jalur ini cukup menantang. "Kalau armada kita gak fit 80 persen, janganlah," sebutnya.

Foto: Truk gandeng yang melintas di Jalan Rampah-Poriaha.

Sebagai jalan yang belum diresmikan, jalan lintas Rampah-Poriaha memang masih sepi. Di sisi kiri kanan jalan didominasi area perkebunan karet rakyat, hutan, lahan tidur, dan beberapa titik pemecah batu tradisional. Mendekati Desa Rampah, barulah lebih sering didapati rumah penduduk.

Selain itu, belum ada bengkel atau pun tambal ban yang memadai. Begitu juga rumah makan yang sekaligus dapat menjadi "rest area". Yang ada hanya warung-warung kecil.

Akhirnya perjalanan kami hari itu tembus ke Rampah dalam waktu sekitar 35 menit dengan kecepatan rata-rata 40 km per jam. Semoga mulusnya Jalan Rampah-Poriaha dapat memperkuat simpul kawasan ekonomi lintas barat. (*)




Baca juga:
Tambah Umur (Tak Perlu) Tambah Gendut
Mengajak Sekolah-sekolah untuk Peduli Persoalan Lingkungan
Ketawa Bareng 3 Komika Stand Up Comedy Indo Malang di ICD 2018, Yuk Lah!

Saatnya Menyebarkan Energi Baik untuk Kehidupan!

$
0
0

Kompasiana Blog Competition - Energi Baik untuk Kehidupan

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia pasti membutuhkan energi. Salah satunya ialah gas bumi yang secara konsisten didistribusikan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) demi mendukung kebutuhan bahan bakar masyarakat dan pelaku industri.

Untuk dapat berkarya dan berinovasi, manusia juga membutuhkan energi baik dari lingkungan sekitarnya. Senyum, dukungan moral, sosok inspiratif, akses transportasi memadai, atau pendidikan yang layak, adalah contoh kecil energi baik yang menjadi "bahan bakar" seseorang menjadi pribadi berkualitas. Kelak, energi baik yang ia dapatkan dapat berdampak positif bagi orang lain. Begitu seterusnya hingga tercipta masyarakat yang saling sokong dan produktif.

Kompasianer punya kisah atau opini mengenai energi baik di sekitar Anda? Energi baik dapat berarti apa saja (motivasi, inspirasi, keunggulan, atau potensi positif lainnya di sekitar Anda). Ayo, bagikan dalam blog competition "Energi Baik untuk Kehidupan". Sebelum ikutan, simak syarat dan mekanisme berikut ini.

SYARAT DAN KETENTUAN

  • Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di sini
  • Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat, dan tidak sedang dilombakan di tempat lain)
  • Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana

MEKANISME

  • Tema: Energi Baik untuk Kehidupan
  • Tulisan berupa kisah pengalaman atau opini Kompasianer tentang hal yang berkaitan dengan energi baik (motivasi, inspirasi, keunggulan, atau potensi positif lainnya di sekitar Anda)
  • Periode Lomba: 16 Juli -- 15 Agustus 2018
  • Tulisan tidak lebih dari 1.500 kata
  • Peserta wajib mencantumkan label EnergiBaik dalam setiap tulisan yang dilombakan
  • Peserta wajib follow akun Instagram @gas_negara @kompasianacom dan Twitter @Gas_Negara
  • Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba, tidak bisa diikutkan lomba
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
  • Pemenang akan diumumkan setelah 14 hari kerja periode lomba selesai

HADIAH

  • Juara 1: uang tunai sebesar Rp. 5.000.000,- 
  • Juara 2: uang tunai sebesar Rp. 3.000.000,-
  • Juara 3: uang tunai sebesar Rp. 1.500.000,-

Untuk mengetahui kegiatan dan kompetisi Kompasiana lainnya yang sedang berlangsung, silakan klik di halaman Event Kompasiana. (GIL)

 **) Begini Cara Kami Menilai Karya Lomba di Kompasiana




Baca juga:
Konsumsi Gizi Seimbang, Penghasilan pun Berkembang
Tambah Umur (Tak Perlu) Tambah Gendut
Mengajak Sekolah-sekolah untuk Peduli Persoalan Lingkungan

"Clouds of Sandwich Phenomenon", Keindahan Tak Terduga di Gunung Batur

$
0
0

Sumber: Koleksi Pribadi

Sabtu (21/7), Pukul 1.30 dini hari, telepon saya sudah berdering. Jemputan yang saya sewa datang tepat waktu untuk mengantarkan saya pada trekking starting point ke Gunung Batur. Tujuan awal saya melakukan trekking ini adalah untuk melihat sunrise dari puncaknya. 

Gunung ini merupakan salah satu gunung yang terkenal di Bali. Gunung berapi aktif ini yang terletak di kecamatan kintamani sering dijuluki sebagai "ibu" dari Gunung Agung. 

Julukan ini diberikan karena Gunung Batur terlebih dulu ada jika dibandingkan dengan Gunung Agung. Bahkan, keterkaitan antara kedua gunung ini dialogikan dalam nilai spiritulitas budaya bali sebagai pasangan hidup, di mana Gunung Agung dianggap perwujudan pria (Purusha), sedangkan Gunung Batur merupakan perwujudan Pradhana (perempuan). Hal ini dipercaya masyarakat Bali bahwa kedua gunung ini merupakan satu kesatuan utuh yang hadir di Bali untuk memberikan kesuburan dan kesejahteraan.

Setelah menjemput saya, driver tersebut segera melajukan mobilnya ke Seminyak untuk menjemput dua orang wisatawan asing dari Australia. Selama perjalanan kami, kami berkenalan satu dengan yang lain. Mereka berasal dari kota Perth. Sebuah kota yang kata mereka di dominansi oleh dataran rendah/ padang belantara. Jadi, trekking gunung adalah hal yang pertama bagi mereka. 

Sebelum sampai di trekking starting point, kami berhenti untuk sarapan subuh di suatu lokasi sekitar area Ubud, sekaligus bertemu dengan dua rekan lain grup kami yang berasal dari Hungaria. Simple breakfast yang disajikan berupa roti tepung pisang datar dengan pilihan menu minuman kopi atau teh panas. Cuaca dingin tajam mulai terasa karena kami telah memasuki area dataran tinggi di Bali. Kemudian kami berenam termasuk driver, bergegas menuju starting point yang berada pas di kaki gunung batur supaya tidak terlambat mengejar sunrise.

 Sesampai di starting point tersebut, kami sudah ditunggu dengan banyak tour guide yang kebanyakan dari lokal sini. Maka jangan heran, sempat saya disangka sebagai tour guide yang oleh tour guide lain. Persepsi ini begitu kental karena masih jarang orang Indonesia (lokal) trekking ke gunung ini karena mayoritas besar yang mereka pandu berasal dari luar negeri.

Lama perjalanan menuju puncak kira-kira 2 jam lebih. Setiap orang dibekali dengan lampu senter, karena hari masih gelap. Perjalanan yang mendaki, terjal berbatu serta terkadang tercium bau belerang menjadi tantangan yang harus dilewati. Tidak jarang pemandu kami membawa kami ke jalan pintas, namun dengan konsekuensi lebih terjal sehingga kewaspadaan diri agar tidak tergelincir perlu kami tingkatkan. 

Makanya, pemandu jalan selalu bertanya berulang-ulang kondisi kami, termasuk apakah kami mau rehat sejenak atau lanjut menempuh perjalanan. Selama perjalanan kami melihat langit subuh begitu cerah, walau di bagian timur bintang tidak tampak, pertanda terdapat gumpalan awan yang menghalangi. Udara yang dingin selama trekking nyaris tidak terasa karena panas tubuh ydan keringat yang mengalir selama berjalan dan mendaki. 

Grup kami ternyata diisi oleh orang-orang yang kuat berjalan dan mendaki, buktinya kami tidak pernah berhenti/ istirahat, kecuali ketika pemandu kami minta izin sembayang di suatu titik ber-statue, dan tentu, saat sampai di puncak.

Akhirnya, tibalah kami di puncak gunung Batur dengan badan penuh dengan  keringat, lelah yang pekat, dan tentu kaki yang mulai terasa pegal-pegal. Pemandu jalan segera mencarikan lokasi yang strategis agar kami dapat menikmati terbitnya matahari. Saat kami duduk, udara dingin pucak Batur makin tajam menusuk celah-celah tubuh, apalagi saya yang hanya memakai sendal dan sweater tanpa jaket. 

Untuk mengurangi rasa dingin, saya mencoba memutari puncak gunung tersebut. Ternyata pas dibelakang kami, terdapat lekukan kaldera gunung yang sangat eksotis. Kaldera ini menjadikan puncak gunung Batur terbagi menjadi tiga area yaitu east point, west point, dan summit.

Sumber: Koleksi Pribadi

Mentari mulai terbit, gunung dan danau disebrang kami mulai tampak jelas. Keindahan Indonesia dari ketinggian makin merekah, walaupun saya sempat kecewa karena sunrise yang ditunggu tidak optimal. Awan ternyata makin menebal di arah timur sehingga menutupi cahaya fajar yang menyingsing. 

Namun, Tuhan mengajak saya melihat sisi keindahan lain yang tak diduga, yaitu bentangan awan yang megah. Bentangan awan ini membuat seolah-olah melayang-terbang, atau berada di suatu negeri awan. Bahkan lekukan-lekukan awan yang rata menghampar, membuat diri ini ingin lompat dan berenang di ke dalamnya.

Kemegahan hamparan awan tadi sejatinya membuat kami puas. Namun, rasa puas kami makin berlipat, saat kami hendak turun. Saat itu, kami menemukan satu spot yang menyajikan pemandangan tak biasa. Pemadangan yang menyajikan awan pada dua sisi yang berhadapan, atas dan bawah, serta mengapit sisi puncak gunung Abang yang berhadapan langsung dengan gunung batur. 

Saya menamakan momen itu sebagai clouds of sandwich phenomenon, karena kedua awan tadi bagai roti sandwich yang mengapit gunung Abang sebagai sosisnya. Jangan heran, pekat lelah di tubuh seolah sirna seketika saat menikmati keindahan yang tak terduga ini. Sungguh, "atraksi" awan pada gunung setinggi 1.717 meter di atas permukaan laut ini sangat kuat membekas manis di hati dan menarik diri untuk datang kembali.

Sumber: Koleksi Pribadi




Baca juga:
Waspada! Oknum Ini Mengaku Wartawan dari Kompasiana dan Kompas.com
Konsumsi Gizi Seimbang, Penghasilan pun Berkembang
Tambah Umur (Tak Perlu) Tambah Gendut

Pesona "Vitamin Sea" di Pantai Poto Batu

$
0
0

Landmark Pantai Poto Batu di Kabupaten Sumbawa Barat, NTB (dok. pri)."Lihat ke kiri!". Suara Pak Arie membangunkan kembali kesadaran kami yang kebanyakan sudah hampir tertidur di dalam bis. Rasa lelah menyergap karena sejak pagi-pagi buta kami sudah bergerak mengunjungi beberapa tempat dan mengikuti sejumlah kegiatan. Siang itu pun kami sedang dalam perjalanan dari Jereweh menuju Kertasari di Kabupaten Sumbawa Barat. 

Ucapan Pak Arie dituruti oleh beberapa di antara kami yang segera mengarahkan pandangan menembus kaca jendela bis. Entah siapa yang memulai meminta bis untuk berhenti, tapi sekejap kemudian kami semua sudah turun dan mendapati diri berada di sebuah pantai yang indah. Poto Batu namanya.

Pantai Poto Batu di kejauhan (dok. pri).

Pantai Poto Batu berada tak jauh dari Labuhan Lalar di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Perjalanan dari Jereweh menuju Poto Batu kami tempuh melalui jalanan beraspal yang tidak terlalu ramai. Agak mengherankan karena jalan tersebut adalah akses penghubung antara ibu kota Sumbawa Barat, Taliwang, dengan sejumlah daerah di sekitarnya. 

Mendekati Poto Batu beberapa ruas jalan menyempit dan aspalnya kurang rata. Oleh karenanya kendaraan perlu berjalan lebih pelan. Apalagi, jika berpapasan dengan kendaraan besar seperti bis atau truk. 

Perkampungan nelayan dapat dijumpai di sepanjang perjalanan menuju Pantai Poto Batu. Rumah-rumah sederhana dan kapal-kapal nelayan menggerombol di sekitar muara sungai yang mengarah ke laut. Melihat perkampungan nelayan di pesisir Sumbawa Barat merupakan pengalaman tersendiri.

Pantai Poto Batu dengan pasir yang lembut (dok. pri).

Selain perkampungan nelayan, panorama khas pesisir lainnya juga bisa dinikmati. Di kanan-kiri jalan dijumpai kebun dan tanaman bakau, berikut sejumlah orang yang sedang beraktivitas. Pohon-pohon kelapa berbaris memagari landskap pesisir.

Untuk benar-benar menjejak Pantai Poto Batu kami harus melangkah menuruni jalan tanah di antara kebun kelapa. Hal ini karena permukaan jalan raya terdekat dengan Poto Batu lokasinya lebih tinggi empat hingga lima meter dibandingkan permukaan pantai. 

Poto Batu sungguh memesona. Garis pantainya panjang dan bersih. Siang itu hampir tidak ada pengunjung lain selain rombongan kami. Sejauh mata memandang ke arah laut yang terlihat adalah bentang samudera luas dengan payung langit biru begitu cerah. Ke arah sebaliknya hijau pepohonan menampilkan kontras yang menyejukkan.

Batu karang memagari Pantai Poto Batu (dok. pri).

Meski pasir pantainya bukan pasir putih, tapi butirannya lembut dan tidak lengket sehingga kaki terasa nyaman melangkah. Semakin nyaman karena tubuh dibelai oleh hembusan angin yang sejuk dan membuat dedaunan kelapa ikut melambai-lambai. 

Berada di tepi Pantai Poto Batu seperti menyaksikan tarian gelombang air laut yang bergerak ritmis dan berulang menghampiri pasir pantai. Setiap kali mencapai tepi, gelombang itu membentuk gulungan-gulungan kecil yang menghamburkan pasir. Sesaat buih tertinggal, lalu lenyap, tapi kemudian gelombang kembali menyapa.  

Batu-batu karang menyembul di atas pasir Pantai Poto Batu (dok. pri).

Air laut di sekitar Pantai Poto Batu juga bersih dan bening. Kami bisa mendekat sampai beberapa meter ke arah perairan. Tapi sebaiknya berhati-hati dan jangan terlalu jauh dari pantai karena Poto Batu memiliki banyak batu karang yang tersebar di beberapa titik di dekat pantai. Batu-batu itu membuat air laut yang bergerak ke arah pantai terhempas lebih kencang. Menurut informasi pada saat-saat tertentu banyak orang yang datang ke Poto Batu untuk memancing ikan di atas baru-batu karang tersebut.

Batu-batu karang dengan beragam bentuk dan ukuran menjadi membuat Pantai Poto Batu semakin memikat (dok. pri).

Meski demikian keberadaan batu-batu karang justru menjadi daya pikat utama di Pantai Poto Batu. Selain ukurannya yang beragam, bentuknya juga bervariasi. Ada yang memanjang, bulat, dan runcing. Satu batu terlihat sangat unik karena berukuran besar dan berbentuk seperti segitiga dengan ujung yang tumpul. Pada bagian tengah batu terdapat lubang mirip mulut gua. Konon batu berlubang inilah yang menjadi asal-muasal penamaan Poto Batu. 

Dari kejauhan batu berlubang itu memang terlihat sebagai landmark Poto Batu. Di bagian puncaknya tertancap sebuah tiang bambu dengan bendera merah putih. Batu itu juga ditumbuhi sedikit rumput dan sebuah pohon kecil. Sayangnya dijumpai coretan tangan-tangan usil yang tidak bertanggung jawab di atas batu.

Pantai Poto Batu dari balik bebatuan karang (dok. pri).

Sengatan matahari siang itu seolah tak dirasakan lagi. Kantuk dan lelah seketika sirna. Kami enggan buru-buru kembali ke bus meski sebenarnya tidak tertulis Poto Batu pada daftar agenda kami hari itu. Untuk sesaat kami tidak peduli. Apa boleh buat, pijar pasir dan air laut, langit biru, hembusan angin yang segar, serta pemandangan di sekeliling Pantai Poto Batu telah memikat kami. Keterlaluan jika "vitamin sea" seperti ini dilewatkan begitu saja.




Baca juga:
Saatnya Menyebarkan Energi Baik untuk Kehidupan!
Akhirnya Tembus Jalan Lintas Rampah-Poriaha
Film "Kafir: Bersekutu dengan Setan", Menikmati Horor dalam Bingkai Artistik

Bila Vandalisme Dikecam, Apakah Setiap Mural Asian Games Sedap Dipandang?

$
0
0

Petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) Kelurahan Pondok Pinang membersihkan coretan-coretan yang mengotori mural Asian Games 2018 di perempatan Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan, Rabu (25/7/2018). Gambar dan keterangan gambar dari KOMPAS.com/NURSITA SARI

Apa yang ada dipikiran Anda ketika melihat fasilitas publik yang telah dipercantik tiba-tiba dirusak? Bagaimana reaksi Anda bila karya seni dan barang berharga dirusak? Apa yang terlontar dari mulut Anda melihat tembok putih, apalagi telah diperindah dengan mural dan dekorasi misalnya, dipenuhi berbagai coretan? Apa yang bisa Anda simpulkan dari perilaku tangan-tangan jahil yang mengganggu pemandangan dengan tulisan-tulisan tak pantas?

Itulah kenyataan yang kerap kita temukan dalam bentuk dan jenis berbeda. Bukan hal baru di negeri ini melihat fasilitas umum yang baru selesai dibangun segera berubah warna dan rupa hanya dalam tempo hari, bahkan jam. Coretan berupa nama geng atau suporter klub sepak bola tertentu di dinding sekolah, jembatan, hingga rambu lalu lintas. Demikian juga tulisan nyeleneh dan "lebay"semisal "aku chayank kamuh" yang menghiasi area wisata dan tempat umum lainnya. Bahkan tulisan dan coretan-coretan juga menyasar bangku dan kursi di sekolah.

Vandalisme di tempat wisata benteng alam? Yohanes Kurnia Irawan/suarapetualang.blogspot.com

Hampir jarang fasilitas umum di tanah air kita benar-benar terjaga dari ulah vandalisme. Begitu juga benda seni, situs atau benda bersejarah, hingga tempat rekreasi yang menampilkan keindahan alam tak pernah luput dari incaran kaum vandal.

Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), vandalisme merupakan "perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya)" atau "perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas." Definisi ini tak jauh berbeda dari yang dimaksudkan kamus Merriam-Webster sebagai "willful or malicious destruction or defacement of thing of beauty or of public or private property." 

Istilah ini diwacanakan pertama kali pada 1974 oleh Henri Gregoire, Uskup Blois. Istilah itu mengacu pada perusakan karya seni yang terjadi pada waktu Revolusi Prancis, kemudian digunakan secara luas di Eropa.

Sebenarnya vandalisme berasal dari kata vandal.  Berakar kata Vandalus, bahasa Latin dengan "vandali" untuk bentuk jamaknya. Kata ini mengacu pada nama sebuah suku kuno di Jerman. Nama ini muncul pertama kali dalam sejarah Romawi. Sejarawan Romawi seperti Tacitus menyebut mereka sebagai "Lugi."  Nama mereka bisa berarti "pengembara" atau "wanderer" yang berasal dari kata Proto-Germanik, "wandljaz"

Bersama bangsa Goth, mereka dipersalahkan atas kerusakan kota Roma pada tahun 455. Meski kedua suku bangsa ini tidak sepenuhnya menjadi aktor tunggal atas kehancuran kota yang indah itu, oleh penyair Britania Raya, John Dryden terlanjur dicap sebagai bangsa yang kasar dan berjiwa merusak. Perusakan terhadap benda-benda seni seperti patung kemudian mengerucut dalam pengertian vandalisme.

Terlepas dari aneka referensi yang tentu saja masih bisa diperdebatkan, vandalisme bisa disederhanakan sebagai perilaku tak bertanggung jawab yang merusak dan membuat jelek benda-benda atau barang yang indah dan berharga baik yang menjadi milik pribadi maupun fasilitas umum. Sekiranya cukup jelas apa yang dimaksud dengan tindakan merusak dan membuat jelek!

Banyak hal bisa dijadikan contoh. Banyak kasus bisa diangkat. Ruang pribadi maupun publik kita tak pernah benar-benar steril dari aksi kaum vandal. Hal ini semakin  menjadi keprihatian bersama di tengah usaha pemerintah dan berbagai pihak mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Event akbar empat tahunan itu akan berlangsung dalam hitungan hari. Namun berbagai fasilitas yang telah dipersiapkan dengan penuh perjuangan malah dinodai oleh coretan-coretan.

Kenyataan ini menjadi perhatian serius pemerintah DKI Jakarta dalam beberapa waktu belakangan. Beberapa kasus yang terjadi di ibu kota dan daerah sekitar tidak hanya membuat pemerintah marah, tetapi juga mendatangkan sesal dan kecewa dalam diri banyak pihak.

Sebagai contoh. Mural Asian Games di Lebak Bulus dicoret-coret oleh oknum tak bertanggung jawab. Peristiwa itu diprediksi terjadi sekitar Rabu, 25 Juli 2018 dini hari lalu. Gambar dekoratif terkait pesta olahraga antarbangsa Asia di dinding glassfiber reinforced cement (GRC) perempatan Pondok Indah Mall, Jalan Iskandar Muda, Pondok Pinang, Jakarta Selatan, disarati tulisan tak pantas. Ada kata-kata "Fuck You Public Enemy" dan "You Buff, I Buff" menggunakan piloks. Serta beberapa tulisan kecil menggunakan kapur tulis.

Hal serupa juga terjadi di tembok depan Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Jawa Barat. Padahal tembok tersebut belum lama dipugar sebagai salah satu venue cabang sepak bola Asian Games. Stadion yang berkapasitas sekitar 30 ribu tempat duduk itu akan menggelar pertandingan pembuka antara Indonesia menghadapi Taiwan, 12 Agustus mendatang.

Tembok depan Stadion Patriot Candrabhaga Kota Bekasi tercemar oleh coretan orang tak bertanggungjawab/Tribunnews.com

Itulah beberapa contoh kasus yang mengemuka dan sempat menjadi pembicaraan luas. Sulit menjamin tempat-tempat lain benar-benar bersih dari vandalisme. Jangankan mural atau dekorasi lain terkait Asian Games. Bila kita perhatikan fasilitas lain di ibu kota misalnya, tak luput dari vandalisme. Tidak hanya tembok gedung, pagar pembatas jalan,  flyover (jalan layang) dan underpass pun tak luput dari tindakan kaum vandal.

Vandalisme jelas merugikan. Hasilnya tentu membuat penampilan tak sedap dipandang alias mengganggu pemandangan. Bahkan bisa mengganggu kenyamanan. Siapa tidak terganggu bila mendapatkan tulisan tak pantas terpampang nyata di hadapan banyak orang? Siapa yang tak risih bila mendapatkan nama, tempat tinggal, atau identitasnya dijadikan bahan olok-olokan dan caci-maki? Siapa yang tak malu bila asal usul, lembaga dan almamaternya disebut-sebut dan dipromosikan secara luas secara tak proporsional?

Terkait Asian Games, pemerintah dan pihak terkait terpaksa harus bekerja ekstra untuk membersihkan dan memoles ulang. Tentu kita tidak ingin vandalisme itu menjadi tontonan dan pembicaraan banyak orang dari mancanegara.

Apa jadinya bila tangan-tangan jahil itu beraksi atau beraksi kembali setelah perhelatan Asian Games? Sudah barang tentu sulit bagi pemerintah atau pihak terkait kembali memberikan perhatian khusus. Tidak hanya waktu dan tenaga, juga butuh fulus. Nasibnya bisa jadi akan sama seperti di tempat-tempat lain yang membutuhkan waktu tidak singkat untuk membereskannya.

Lebih jauh lagi, aksi ini menjadi pekerjaan besar bersama untuk mendapatkan akar masalah dan solusi agar tak selalu berulang. Tidak cukup dengan menjatuhkan sanksi dan memberikan hukuman kepada pelaku untuk mendatangkan efek jera.

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama pernah mengatakan sanksi terhadap para pelaku tidak akan menyelesaikan persoalan. Tidak ada landasan hukum yang secara spesifik mengatur misalnya terkait sanksi yang manusiawi seperti kerja sosial. Sekalipun para pelaku bisa dipidana, persoalan tidak beres dengan sendirinya. Bahkan Ahok sempat berseloroh ruang tahanan tak akan pernah cukup menampung para pelaku karena saking banyaknya pelaku dan potensi kejadian yang terus berulang. Apalagi bila para pelaku itu berasal dari kalangan anak-anak dan remaja. 

Begitu juga dengan memasang kamera pengawas atau CCTV di setiap sudut. Toh CCTV itu hanya akan membantu mengidentifikasi para pelaku. Namun belum menyelesaikan masalah.

Ada sebab lain yang perlu ditelusuri. Banyak hipotesis mengemuka. Perilaku negatif ini bisa dikaitkan dengan faktor psikologis seperti tekanan kejiwaan. Kita pun bisa mendapatkan sebabnya pada situasi ekonomi dan kecemasan akan masa depan. Bisa juga pada ledakan emosi yang tak terkontrol kemudian dimanifestasikan dalam tindakan destruktif seperti merusak fasilitas umum. Bisa juga terkait aktualisasi diri pada kelompok atau individu yang sedang dalam masa pencarian identitas atau jati diri.

Hal terakhir ini kemudian mengarahkan para pelaku dari kalangan anak-anak atau remaja. Namun tindakan seperti itu tidak semata-mata menjadi monopoli mereka. Tidak sedikit kaum vandal berasal dari kelompok dewasa. Termasuk juga dari mereka yang gemar akan graffiti. Kata ini berasal dari bahasa Latin, graphium yang berarti tulisan.

Ya, graffiti bukan sebuah tindakan atau aksi remeh-temeh. Ia bisa dipandang sebagai karya seni. Tidak sedikit kita mendapatkan graffiti di dinding, tembok, atau fasilitas umum yang mendatangkan rasa takjub. Tidak sedikit pula graffiti yang bernilai seni tinggi dan menjadi kekhasan daerah atau wilayah tertentu.

Demikian juga mural. Berasal dari bahasa Latin, murus (dinding), kata ini mengacu pada lukisan permanen di tembok, dinding dan sejenisnya. Seperti graffiti, karya seni ini pun akan menjadi soal bila dilakukan tidak pada tempat yang semestinya.  Pertanyaan kini, apakah mural dan berbagai dekorasi terkait Asian Games itu mengambil tempat yang pantas dan tampil dalam rupa yang pas? Ini soal lain yang membutuhkan ruang tersendiri untuk menjawabnya.

Terlepas dari itu, adalah baik bila karya seni itu dibuat pada tempat yang tepat dan mengambil wujud yang elok. Tentu kualifikasi tepat dan elok ini bisa diperdebatkan. Seni adalah soal rasa dan selera, yang kadang tidak bisa diperdebatkan. Namun setidaknya, elok dipandang dan mendapatkan apresasi luas alih-alih kebingungan, bahkan kecaman dan mengganggu kenyamanan. Kita harapkan kaum vandal bisa mengalihkan perhatian dan sasaran dari merusak fasilitas umum kepada kreasi lain yang lebih positif untuk menambah semarak ruang publik.

Jelas menjadi tugas dan PR besar kita untuk membebaskan ruang bersama dari tindakan tak terpuji ini. Setidaknya dimulai dari momen Asian Games. Menjadikan masa kurang lebih sebulan ini sebagai momen "metanoia" atau pertobatan dari aksi-aksi tersebut. Selanjutnya menjadi refleksi dan tanggung jawab bersama untuk menjadikan tangan kita sebagai sarana untuk menyalurkan kebaikan, kenyamanan, dan ketentraman.




Baca juga:
"Clouds of Sandwich Phenomenon", Keindahan Tak Terduga di Gunung Batur
Saatnya Menyebarkan Energi Baik untuk Kehidupan!
Akhirnya Tembus Jalan Lintas Rampah-Poriaha

Saatnya Persib Bandung Konsisten dan Melupakan Juara Paruh Musim

$
0
0

Tim Persib Bandung (Fernando Randy/Bola/Juara.Net)

Setelah berhasil meraih juara paruh musim Liga 1, Persib Bandung masih harus membuktikan konsistensi permainan mereka pada putaran kedua ini. Juara paruh musim tidak ada artinya jika mereka tidak mampu mempertahankannya hingga kompetisi usai. Namun demikian posisi teratas di paruh musim akan menambah rasa percaya diri para pemain untuk tampil lebih bersemangat. Ketika Sabtu (28/7/18) ini, di Stadion 17 Mei Banjarmasin, Barito Putra menang atas Madura United dalam pekan ke 18, maka puncak klasemen akan direbut kembali oleh Tim asuhan Jackson F Tiago ini.

Apakah Persib Kehilangan Posisi di Puncak Klasemen?  

Rasa optimis Barito Putra merebut kembali puncak klasemen dari Persib bukan tanpa alasan. Perhatikan mereka sangat produktif dan belum pernah kalah bermain di kandangnya. Dari 17 pertandingan, tim berjuluk Laskar Pangeran Antasari ini sudah menyarangkan 30 gol ke gawang lawan.

Walaupun begitu, Jacksen F Tiago selalu berpesan jangan sampai anak asuhnya jemawa. Samsul Arif Munip dan kawan-kawan harus tetap fokus karena Madura United disebutnya bukanlah lawan yang mudah dikalahkan.

Barito Putra dan Madura United (Foto Liga-indonesia.id)

"Madura United merupakan kekuatan baru dalam sepak bola Indonesia. Mereka punya pemain di atas rata-rata dan pemain asing berkualitas. Tapi Barito Putera sudah fokus untuk menghadapi pertandingan," kata Jacksen seperti dilansir Liga-indonesia.id (27/7/18).

Benar Persib terancam kehilangan posisi di puncak klasemen namun Tim asal Bandung ini memiliki kesempatan untuk kembali merebut posisi tersebut dalam laga mereka yang ke 18. Lawan yang harus dihadapi Maung Bandung adalah tuan rumah PS Tira di Stadion Sultan Agung, Bantul pada Senin (30/7/18). Inilah laga pertama Persib di putaran kedua Liga 1.

Cara Cerdas Mario Gomez

Pada putaran pertama Persib hanya mampu bermain imbang dengan PS Tira di Stadion GBLA, Bandung. Hasil tersebut menjadi pemacu semangat para pemain untuk menuntaskan rasa penasaran mereka. Modal untuk menang atas PS Tira sangat terbuka melihat pencapaian Persib saat mengalahkan Persebaya pada Kamis (26/7/18) di kandangnya.

Ghozali Siregar, Dedi Kusnandar dan Ezechiel (Foto Persib.co.id)

Dalam laga tersebut cara cerdas Mario Gomez terlihat ketika menempatkan Supardi Nasir diposisi yang biasa di tempati Febri Hariyadi yang harus absen karena dipanggil Luis Milla. Sementara posisi bek kanan yang biasa ditempati Supardi, diisi oleh Henhen Herdiana. Ternyata strategi ini berhasil, Supardi mencetak dua gol dalam laga tersebut.

Agung juga ditempatkan sebagai pengganti Jonathan Baumann yang juga tidak bisa bermain. Pemain muda ini bermain sangat baik sesuai keinginan Mario Gomez. Pergerakkannya sangat memudahkan Ezechiel bermain merusak pertahanan Persebaya.Jonathan Baumann (Foto Persib.co.id)

Dalam laga pekan ke 18 melawan PS Tira, dipastikan Abah Gomez akan menurunkan pemain dengan komposisi yang lain ketika Jonathan Baumann dan Patrick Wanggai sudah boleh lagi bermain. Hanya saja lini pertahanan harus kehilangan Bojan Malisic akibat hukuman Komdis namun masih ada Indra Mustafa yang bisa mengisi posisinya.  

"Menjadi juara di separuh musim ini memang hal yang positif bagi kami. Tapi, ini baru setengah perjalanan. Masih banyak pertandingan berat yang harus kita hadapi. Tidak ada waktu untuk berleha-leha. Kita harus terus bekerja keras," ujar Gomez kepada situs resmi Maung Bandung, Persib.co.id (27/7/18).

Benar apa yang dikatakan Mario Gomez, tidak ada waktu untuk berleha-leha, tantangan baru selalu menunggu di depan sana. Untuk bisa meraih juara dalam sebuah kompetisi yang ketat seperti Liga 1 ini, dibutuhkan konsistensi dalam mempertahankan permainan dengan level tinggi. 

#hensa28072018




Baca juga:
Susuri Trotoar Keren, Cara Asyik Menikmati Indahnya Surabaya
"Clouds of Sandwich Phenomenon", Keindahan Tak Terduga di Gunung Batur
Saatnya Menyebarkan Energi Baik untuk Kehidupan!

"Mission Impossible - Fallout" Lebih Banyak Aksi Ekstrem dan Melebihi Ekspektasi

$
0
0

Tom Cruise banyak menjalankan aksi menantang sendiri (dok. iMDB)"Semakin besar penderitaan semakin besar perdamaian" (Mission Impossible - Fallout)

Benarkah syarat terjadinya perdamaian dunia apabila terjadi bencana besar dan penderitaan? Ancaman bencana besar untuk membentuk tatanan dunia baru yang hendak diluncurkan pasukan teroris, The Apostle, membuat Ethan Hunt (Tom Cruise) dkk berburu dengan waktu menghentikan penghancuran besar-besaran.  Dalam instalasi keenam Mission Impossible ini Ethan Hunt dihadapkan dua pilihan, menyelamatkan nyawa jutaan manusia atau melindungi orang-orang yang disayanginya.

Ethan Hunt, Benji Dunn (Simon Pegg), dan Luther Stickell (Ving Rhames) gagal menjalankan misi, mengamankan plutonium yang bisa digunakan sebagai bom nuklir berkekuatan dahsyat. Plutonium tersebut hendak digunakan jaringan teroris The Apostle yang terhubung dengan The Syndicate untuk mendukung kegiatan terornya.

Trio tersebut melanjutkan misi dari Impossible Missions Force (IMF) itu dengan melakukan pendekatan ke perantara penjual yang disebut The White Window (Vanessa Kirby). Ada rumor salah satu pimpinan teroris, John Lark, hendak menemui dirinya. Salah satu anggota CIA, August Walker (Henry Cavill) pun ikut untuk mengawasi agen IMF tersebut berhasil melaksanakan misinya.

Dalam menjalankan misi tersebut terdapat berbagai kejutan, salah satunya kehadiran Ilsa Faust (Rebecca Ferguson), agen MI6, yang keberpihakannya dipertanyakan. Masa lalu dan kehidupan pribadi Ethan Hunt juga diungkap. Ethan juga lagi-lagi dihadapkan pada pilihan yang menyulitkan.

Filmnya Di Atas EkspektasiMission Impossible 6 tetap menarik diikuti (dok. iMDB)

Awalnya aku enggan menonton sekuel Mission Impossible ini. Aku kurang suka film yang terlalu banyak sekuelnya seperti The Fast and The Furious. Gara-gara trailer-nya sepertinya menjanjikan dan ada wajah-wajah lama seperti si cantik Rebecca Ferguson dan Michelle Monaghan, maka aku tertarik untuk menontonnya. Rupanya tak rugi aku menghabiskan waktu hampir 2,5 jam menontonnya. Filmnya di atas harapan. Aku menikmatinya, meskipun sudah agak bisa menebak twist dan musuh sebenarnya.

Penonton disuguhi banyak aksi-aksi yang menantang adrenalin. Aksi-aksi ekstrem ini banyak dilakukan sendiri oleh Tom Cruise. Mengingat usianya yang sudah tak lagi muda maka aku memberikan dua jempol akan totalitasnya. Rebecca Fergusson kembali tampil sebagai agen yang mematikan (dok. iMDB)

Dari segi cerita, ada unsur kelanjutan dari film Mission Impossible sebelumnya. Di antaranya sosok Syndicate, Ilsa Faust dan sosok petinggi Syndicate yang pernah diulas di film kelima. Ada juga sosok masa lalu Ethan Hunt yang membuat Ethan begitu merasa bersalah dan ingin melindunginya.

Karakter film ini yang menurutku paling mencuri perhatian adalah August Walker yang diperankan Henry Cavill. Ia sosok yang cool dan sombong. Ia kadang-kadang meremehkan kemampuan Ethan dan suka memojokkannya.

Henry Cavill, pemeran August Walker, ketika disandingkan dengan Tom Cruise rasanya sebanding, meskipun jam terbang Tom Cruise lebih panjang. Bahkan Henry nampak lebih keren karena Tom Cruise, 'saingannya' juga sudah tak lagi muda. Si 'Superman' ini sebelumnya juga pernah berperan dalam film bergenre mata-mata, sehingga peran ini tak asing baginya.

Henry Cavill tampil keren dalam MI 6 (dok. iMDB)

Skoring musik dalam Mission Impossible 6 ini dikerjakan oleh Lorne Balfe (13 Hours: The Secret Soldiers of Benghazi, iBoy). Musik tema khas Mission Impossible karya Lalo Schifrin yang muncul di serial televisi tetap dipertahankan dengan komposisi yang berbeda. Sedangkan musik dalam trailer film menggunakan Friction Imagine Dragon. Coba dengerin deh lagunya. Lagunya seru dan enak didengar untuk memompa semangat.

"Sebuah film penutup bulan Juli yang asyik. Aksinya ekstrim dan kualitasnya di atas ekspektasi"

Detail Film:

Judul: Mission: Impossible - Fallout

Sutradara : Christopher McQuarrie

Pemeran: Tom Cruise, Henry Cavill, Ving Rhames, Simon Pegg, Rebecca Ferguson, Sean Harris, Angela Bassett, Vanessa Kirby, Wes Bentley, Alec Baldwin, Frederick Schmidt, dan Michelle Monaghan

Genre: Spy, petualangan, action

Skor: 7.5/10




Baca juga:
Menjadi Penulis adalah Sebuah Kebanggaan, Benarkah?
Susuri Trotoar Keren, Cara Asyik Menikmati Indahnya Surabaya
"Clouds of Sandwich Phenomenon", Keindahan Tak Terduga di Gunung Batur

Seandainya Aku Jadi Menag, Ini Caraku Lawan Konten Negatif di Media Sosial!

$
0
0

Blog Competition

Dewasa ini, kita kerap menemui ujaran kebencian dan kabar hoaks di media sosial yang rentan menyinggung suku, agama, ras, dan golongan tertentu. Meski bernuansa negatif, ada saja pihak yang tidak mencari tahu kebenaran cerita, mudah terprovokasi, lalu meneruskan berita tersebut hingga menyulut ketegangan antarumat di Indonesia.

Dalam hal ini, Kementerian Agama (Kemenang) RI memiliki tugas untuk terus menggaungkan kampanye bijak bermedia sosial dan mengajak masyarakat untuk melawan hoaks dan ujaran kebencian. Komitmen ini disampaikan langsung oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam acara Kompasiana Perspektif "Menag Bercerita: Melawan Hoax, Menjaga Hati" yang diadakan di bulan Ramadhan lalu.

Nah Kompasianer, mari berandai-andai bagaimana jika Anda berada pada posisi Menteri Agama Lukman Hakim dalam menyikapi maraknya ujaran kebencian, berita hoaks, dan perilaku bermedia sosial yang tidak bertanggung jawab? Siapa tahu ide Anda dapat bermanfaat bagi upaya lebih bersahabatnya media sosial bagi semua kalangan. Bagikan opini Kompasianer tersebut dalam blog competition "Jika Aku Jadi Menag" yang ketentuannya adalah sebagai berikut:

SYARAT DAN KETENTUAN

  • Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di sini
  • Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat, dan tidak sedang dilombakan di tempat lain)
  • Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana

MEKANISME

  • Tema: Jika Aku Jadi Menag
  • Tulisan berupa opini berandai-andai jika kamu menjadi Menteri Agama, tindakan apa yang dilakukan untuk menyikapi ujaran kebencian, berita hoaks, dan perilaku dalam bermedia sosial atau aksi lainnya yang dapat menciderai kerukunan antarumat beragama di Indonesia
  • Periode Lomba: 5 Juli - 4 Agustus 2018
  • Tulisan tidak lebih dari 1.500 kata
  • Peserta wajib mencantumkan label BilaAkuJadiMenag dalam setiap tulisan yang dilombakan
  • Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba, tidak bisa diikutkan lomba
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
  • Pemenang akan diumumkan setelah 14 hari kerja periode lomba selesai

HADIAH

  • 3 artikel terbaik akan mendapatkan uang tunai masing-masing senilai Rp1.000.000,-

Untuk mengetahui kegiatan dan kompetisi Kompasiana lainnya yang sedang berlangsung, silakan klik di halaman Event Kompasiana. (GIL)

**) Begini Cara Kami Menilai Karya Lomba di Kompasiana 




Baca juga:
Merangkul Gawai Menjadi Anggota Keluarga
Menjadi Penulis adalah Sebuah Kebanggaan, Benarkah?
Susuri Trotoar Keren, Cara Asyik Menikmati Indahnya Surabaya

Membuka Mata di Festival Kopi Bogor 2018

$
0
0

Meracik kopi di Festival Kopi Bogor 2018 (foto by widikurniawan)

Sabtu, 28 Juli 2018 pagi, di area pelataran Stadion Pakansari Cibinong, Kabupaten Bogor, dan sepertinya saya masih kepagian datang ke tempat ini. Melirik ke layar smartphone, waktu masih berkisar setengah 8 pagi. Banyak stand di Festival Kopi Bogor 2018 yang belum membuka lapaknya.

"Sebentar lagi juga ramai," cetus seorang pemuda, tampaknya panitia.

Mata saya tertuju pada sebuah stand yang telah dikerumuni beberapa orang di depannya. Saya mendekat dan terlihat sesosok pria dibantu oleh dua orang lainnya, tengah meracik kopi.

Pengunjung yang mengerumuni pun terlihat antusias, meski terlihat wajah-wajah lelah yang belum tersentuh kopi di pagi ini. Terutama itu tuh, bapak petugas polisi yang mungkin saja semalam bertugas hingga larut malam. Jelas butuh kopi beliau ini.

Festival Kopi Bogor 2018 di area parkir Stadion Pakansari, Cibinong (foto by widikurniawan)

"Saya dua Pak, robusta satu, arabika satu," pesan saya ketika tiba giliran saya, pesan dua gelas untuk saya dan istri saya.

Nah, ngapain lagi datang ke Festival Kopi kalau tidak pesan kopi? Apalagi buat saya, kalau belum ngopi di pagi hari, mata ini rasanya belum terbuka penuh. Maka datang ke festival ini benar-benar membukakan mata saya.

Sambil meracik kopi, bapak peracik kopi itu terlihat ramah melayani pertanyaan dari pengunjung. Ya, makna sebuah festival begini tentu bertemunya petani dan pemilik usaha dengan para penikmat kopi. Maka wajar jika ada tanya jawab dan diskusi yang tak berjarak. Sangat beda dengan ngopi di kafe kebanyakan.

"Pak, bedanya kopi diseduh sama disaring apaan ya?" tanya seorang pemuda.

"Kalau diseduh biasanya rasa kopinya lebih terasa kuat, tapi kalau disaring rasanya lebih clean gitu. Bagi saya sih soal selera juga ya, saya lebih suka diseduh tubruk gitu, jadi asli rasa kopinya lebih keluar. Selera sih ya, nggak ada yang salah juga," jelasnya.

Sepakat Pak. Ngopi ngapain ribet sih? Mau diseduh atau disaring oke saja, yang penting tetap ngopi dan cocok di lidah.

Menghadirkan kopi terbaik dari berbagai daerah (foto by widikurniawan)

Diskusi yang saya dengar kadang terasa asing di telinga. Hmm, obrolan penikmat kopi profesional rupanya. Saya mah apa atuh, wong ngopi di rumah berbekal satu sachet Kopi Liong Bulan nan legendaris seharga seribu dua ratus rupiah per bungkus saja sudah happy rasanya.

Semakin siang, semakin banyak pula stand yang buka. Mereka datang dari berbagai kecamatan di Kabupaten maupun Kota Bogor, memamerkan ragam produk kopinya. Demikian pula stand-stand dari daerah lain di Jawa Barat dan daerah penghasil kopi terkenal seperti Gayo dan Sidikalang.

Ngopi dulu biar melek (foto by widikurniawan)

"Kita di Bogor ini tiap kecamatan memang sedang digalakkan untuk menghasilkan minimal satu kopi andalan," kata seorang penjaga stand.

Sayangnya, ya sayangnya saya tidak menemukan ada stand Kopi Liong Bulan yang sejatinya telah menjadi kopi kebanggaan warga Bogor dan sekitarnya. Apakah karena dia sachetan? Apakah karena pabriknya saja terlihat misterius? Ah, entahlah.

Digelar selama tiga hari, sejak tanggal 27 hingga 29 Juli 2018, Festival Kopi Bogor 2018 ini merupakan jilid kedua dari acara serupa di tahun sebelumnya. Tapi perhelatan tahun ini terasa lebih istimewa dengan gelaran yang lebih rapi dan yang paling penting: "Instagramable".

Kemeriahan Festival Kopi Bogor 2018 (foto by widikurniawan)

Tahun ini pun Festival Kopi Bogor menjadi bagian dari perhelatan Hari Krida Pertanian (HKP) sehingga di bagian lain area parkir Stadion Pakansari, terdapat pula deretan stand hasil pertanian dari berbagai daerah di Bogor dan Jawa Barat.




Baca juga:
Ketika Bekas Napi Korupsi Ngotot Jadi Bacaleg
5 Keuntungan Menjadi Penyelenggara Piala Dunia 2018 bagi Rusia
Bagikan Cara Enakmu Memulai Hidup Sehat dan Menangkan Hadiah Jutaan Rupiah!

Latah Mural

$
0
0

Graffii - Foto milik @motulz

Jangan-jangan saya sendirian satu-satunya orang yang sangat tidak suka dan tidak setuju dengan ide mengecat perkampungan atau pemukiman padat? Terlebih dilakukan TANPA melibatkan orang atau pihak yang kompeten dibidang seni visual, misalnya seniman, desainer, atau arsitek mungkin? Jadi semacam membiarkan warga bebas bermain cat, mewarna, dan menggambar apa pun yang mereka suka.

Mural atau gambar di dinding sebetulnya sudah ada sejak manusia purbakala. Ada banyak ditemukan gambar atau coretan karya manusia purba di dalam goa-goa yang ada di Indonesia. Bahkan gambar dinding tertua di muka bumi ini pun salah satunya ada di Indonesia. 

Penemuan gambar dinding tersebut konon dijadikan penanda sebagai titik awal manusia menggunakan otak kreatifnya. Di abad pertengahan gambar dinding merupakan simbol kemewahan, dinding gereja-gereja dan istana digambar oleh ahli-ahli seni rupa Eropa. Seniman yang kebagian proyek menggambar dinding (mural) ini pun menjadi seniman seleb pada masa itu.

Kilas balik mural

Di zaman moderen, mural atau gambar dinding pindah keluar ruangan. Penggambarnya orang biasa, warga, atau rakyat yang ingin menyampaikan uneg-uneg, kritik, atau kemarahannya atas pemerintah sebagai pengelola kota. Gambar dinding ini dilakukan secara liar, diam-diam, bahkan ilegal yang dikenal dengan sebutan graffiti.

Coret-coretan graffiti ini awalnya hanya berbentuk tulisan dan simbol, seperti yang kita pernah tahu ada di buku-buku sejarah Indonesia graffiti bertulisan "Merdeka Ataoe Mati" atau "Ajo Bung!". Gaya tulisannya ngasal, seenaknya, dan sembarangan, jauh dari kaidah-kaidah estetika. Karena memang bentuk graffiti tersebut hanyalah penyampaian pesan saja, bukan medium estetika. 

Seiring perkembangan graffiti mulai menjadi bentuk seni tersendiri. Seni perlawanan, pemberontakan, dan menentang kemapaman pemerintah. Tidak heran bentuk seni graffiti jalanan ini terkenal sekali sejak jaman Keith Haring hingga Banksy.

Tahun 1990-an, tren grafitti makin marak di kalangan anak muda kota. Salah satunya karena tren Tari Kejang atau Breakdance. Sebuah tarian kaum papa yang berupaya eksis di tengah masyarakat menengah Amerika. 

Ciri dari aktivitas Tari Kejang ini adalah dilakukan di gang-gang sempit, kumuh, gelaran kardus sebagai alas menari, tape compo, dan dinding yang penuh dengan coretan graffiti dengan cat semprot (Pylox). Sejak itu, kegiatan coret-coret dinding adalah tindakan perlawanan yang bisa terkena hukuman. Karena dinding bersih sebuah kota adalah simbol keteraturan, kemapanan, dan sebuah keniscayaan sebagai kota yang berbudaya.

Memasuki awal tahun 2000-an, kemajuan produk cat berkembang pesat. Teknologi pecampuran pigmen warna dengan komputer pada cat tembok dapat menghasilkan warna-warna yang sangat beragam. 

Sejak itulah penawaran warna cat tembok di pasaran memiliki sangat banyak pilihan. Yang mana ternyata kehadiran cat tembok dengan pilihan warna ini menjadi sebuah daya tarik bagi seniman mural. Mengapa? karean cat tembok menggunakan bahan campuran air, bukan minyak, thinner, atau alkohol. Cenderung mudah dibersihkan, mudah dicampurkan, dan yang terpenting adalah murah harganya dibanding jenis cat lainnya.

Kampung warna-warni

Kehadiran cat tembok dengan ragam warna menghasilkan tren mural yang makin menjamur. Berawal dari hanya sekedar menghias gapura 17-an, dinding kosong di kawasan perumahan, hingga kemudian mulai beralih ke komersil ketika dimanfaatkan oleh produsen provider selular untuk mengecat dinding rumah dengan warna brand mereka sebagai "papan reklame" iklan provider selular. 

Bayangkan di masa itu hampir setiap rumah di sepanjang jalan Pantura di cat warna-warni oleh perusahaan provider selular. Termasuk tiang-tiang beton jalan layang seperti di Yogyakarta dan beberapa kota lainnya. Pengecatan ini berbayar, alias ada ongkos dan upahnya. Sejak itu bermunculanlah "pengrajin" mural atau tukang cat dinding untuk promosi berbayar.

Perusahaan cat tentu ikut ketiban rejeki, jika dulu penjualan cat hanya meningkat saat menjelang Lebaran, kini sepanjang tahun ada saja proyek mengecat dinding, jembatan, tembok lapangan, hingga trotoar. Yang lebih gilanya lagi,  pengecatan ini mulai masuk ke perumahan dan perkampungan padat, dengan tujuan kampung yang tadinya kumuh jadi terlihat cantik dan artistik dengan pengecatan warna-warni. 

Kondisi ini jelas unik dan menarik publik karena awalnya tindakan coret warna-warni ini tidak umum dilakukan dalam skala pemukiman. Lantas masuk media sosial, dilipun media massa, dan munculah kampung tersebut sebagai destinasi wisata untuk foto-foto. Pemerintah daerah terkejut dan mendadak terkenal, karena liputan media berduyun-duyun datang ke kampung yang sebetulnya kumuh tapi warna-warni. 

Kali Code Yogyakarta - Foto milik @motulz

Sejak itulah pemerintah daerah mulai "berbaikan" dengan seni jalanan graffiti yang dulu dianggap pemberontak, liar, dan ilegal. Jika dulu graffiti dilakukan oleh seniman jalanan (street artist), kini untuk mengecat kampung cukup membagi-bagikan cat ke warga dan membebaskan mereka ingin mengambar atau memberi warna apa. Tidak ada persiapan perancangan, terlebih di beberapa daerah tidak melibatkan pihak-pihak yang kompeten dalam seni visual.

Mural pemerintah daerah

Mural dengan cat tembok sudah jadi bedak atau gincu di banyak kawasan/daerah/bangunan/dinding/dan seterusnya yang kumuh. Penggunaan catnya juga asal, asal cat tembok, akrilik murah, atau bahkan cat tembok putih yang dicampur dengan bahan pigmen atau bibit warna. Kena hujan sebentar atau dindingnya lembab, maka cat tadi akan belang-belang.

Ada banyak pemerintah daerah atau kota yang latah dengan tren mural ini. Alasannya sama, yaitu mempercantik dan jadi daya tarik wisatawan, umumnya jadi tempat selfie. Bukan hanya dinding rumah tapi tempat umum dan sarana publik pun jadi korbannya. Terlebih jika proyek ini harus menggunakan anggaran daerah? 

Lalu tidak melibatkan pihak atau orang-orang yang kompeten seperti seniman, desainer, atau arsitek? Akan kemana sebetulnya arah proyek ini? Bisa-bisa cuma dijadikan proyek tahunan saja demi ada dana yang bisa keluar, lalu warga cukup gembira, pendatang bisa foto-foto, dan media dapat berita? Manfaat nyata untuk warga sendiri apa ya kira-kira? Merasa terhibur karena warna-warni? menghilangkan stress atau malah bikin stress?

Kini, fenomena latah mural ini mulai memasuki babak perhelatan internasional yaitu Asian Games 2018 di ibu kota negara kita. Tidak sedikit tembok, tiang jalan, pembatas jalan, trotoar, bantaran kali dan lainnya, berubah menjadi kertas gambar yang seolah sah dan boleh untuk diberi warna dan gambar apa saja. Partisipasi warga menjadi kata kuncinya, tanpa perlu ada yang bisa bertanya apa konsep idenya? bertanya apa alasannya? atau bahkan untuk mempertanyakan "apakah memang harus mural ya?"

Saya pernah kenal seorang kepala dinas di Pemprov DKI dulu. Saya suka sekali melihat foto-foto yang di-posting beliau yaitu progres pembangunan jembatan, jalan layang busway, bahkan proses pembangunan tiang pancang LRT. Saat itu saya memohon kepada beliau agar meminimalisir penggunaan cat pada bangunan-bangunan tersebut. 

Alasan saya sedernaha, pertama karena material cat itu sesungguhnya mudah kotor dan pudar karena polusi. Akhirnya warnanya makin kotor dan sangat jelek sekali. Lebih celakanya lagi adalah saat melakukan revitalisasinya, cat tersebut bukannya dibersihkan tapi di cat ulang lagi (ditimpa) di atas cat pertama yang sudah kotor tadi. 

Lalu alasan kedua, seringkali pemilihan warnanya ngasal dan sembarangan. Okelah ada warna hijau dan kuning yang katanya warna khas betawi, tapi ada jembatan di Menteng yang diwarna serampangan dengan warna-warna marong (kontras dalam bahasa Betawi). Bayangkan, sebuah ibukota bisa cemong dengan warna-warni yang pemilihan warnanya pun tidak dilakukan dengan mengkonsultasikan pada pihak-pihak yang kompeten.

Kini.. rasanya saya tak berdaya, menatap kota ini - Jakarta, yang sekarang sedang merayakan sebuah perhelatan besar yaitu membombardir ibukota secara kolosal dan masif dengan bergalon-galon cat akrilik warna-warni di semua tempat dan bebas sebebas-bebasnya. Saya sudah tidak dapat membedakan mana itu estetika? artistik? kotor? cemong? atau berantakan?

Bagi saya, sebuah kota akan terasa hangat dan hidup jika memiliki banyak seniman. Terlebih, sebuah kota akan terasa artistik dan estetik jika dalam pembangunannya melibatkan seniman, desainer, atau arsitek. Bukan sekedar mandor, pemborong, dan developer saja.


**Tulisan diambil dari blog pribadi saya - Motulz.com




Baca juga:
Saatnya Menyebarkan Energi Baik untuk Kehidupan!
Tiga Pemain Indonesia Berpeluang Juara di Akita Masters 2018
Ketika Bekas Napi Korupsi Ngotot Jadi Bacaleg

Etika Unggah Foto dan Video Anak di Media Sosial

$
0
0

shutterstock.com

Baru saja kita merayakan Hari Nasional Anak 2018. Ada baiknya jika di Hari Nasional Anak, tugas orangtua bukan hanya masalah mendidik anak, memberikan gizi anak yang baik, tetapi juga mengenal etika mengunggah foto dan vido anak di Media Sosial (Medsos).

Banyak foto anak yang bertebaran di Medsos, apalagi jika foto yang berhubungan dengan promosi dari sebuah produk. Seolah para ibu lupa apa makna dibalik upload atau unggah foto dan video anak di medsos.

Walaupun tak menang dalam lomba atau jadi "influencer" sekali pun, para ibu merasa bangga jika foto dan video anaknya sudah mendapat "like" banyak atau komen terbanyak.

Motivasi lainnya apabila ibu merasa bangga dengan kelucuan anak, kepintaran anak, atau kelulusan anak.

Mengunggah foto anak di media sosial sebagai ekspresi kebanggaan orangtua memang tidak salah dilakukan, tapi kita juga perlu ingat hal-hal ini sebelum menyebarkannya di jagad maya:

Privasi Anak

Pemasangan foto dan video di medsos itu seharusnya juga menghormati privacy anak. Selalu sebelum memposting foto dan video anak, sebaiknya orangtua tak ada salahnya minta izin kepada anak.

Apakah anak mengerti tentang izinnya? Mungkin dengan usia dini anak belum mengetahui makna izin yang diberikannya. Tetapi penghormatan orangtua kepada anak selaku pribadi sangat penting sekali dilakukan. Anak yang sudah diajak bicara adalah pribadi yang patut dihormati sekaligus permintaan izin jika ia setuju jika foto atau videonya boleh diunggah di media sosial.

Melindungi Data Pribadi Anak

Sebagai orangtua kita tentunya telah mengenal literacy tentang media sosial itu adalah platform terbuka yang dapat dibuka, dibaca oleh siapa pun baika yang mengenal atau tidak mengenal kita.

Keterbukaan media sosial itu harus disikapi secara hati-hati oleh orangtua saat memposting video maupun foto anak. Jika ingin memposting dan memberikan caption, tak perlu memberikan nama yang jelas, lokasi rumahnya, sekolahnya bahkan hal-hal yang sangat pribadi. Hal ini tentu untuk menghindari kejahatan maupun kriminalitas yang dapat terjadi karena adanya data pribadi yang sangat lengkap.

Waspadai pelaku kejahatan

Sebagaimana telah diuraikan di atas, jika data pribadi anak diberikan data lengkap, bahkan dengan peta dimana dia bersekolah. Seseorang yang berniat jahat akan menangkap data itu sebagai bahan untuk melakukan kejahatan.

Suatu kemungkinan yang tak pernah kita pikirkan, lebih baik kita hindari sebelumnya. Kejahatan siber dan di dunia maya ada di sekitar kita. Pengintai data sekarang ini sangat mengharapkan munculnya data yang lengkap.

Perundungan

Apa yang dipikirkan oleh orangtua tidak sama dengan apa yang dipikirkan oleh anak atau teman anak. Orangtua berpikir "Ach ini foto sangat lucu karena anak sedang tidur sambil menguap!".

Begitu diunggah dan dilihat oleh teman anak, teman anak akan menggoda, mem"bully dengan apa yang disebut "lucu" itu dengan tapi sesuatu yang memalukan oleh teman-temannya. Oleh karena disarankan agar orangtua memilih foto atau video yang tidak memancing munculnya peundungan pada anak. Demi anak, harus dipikirkan risiko apa jika teman-temannya melihat foto atau video yang diunggah itu.

Mengatur Pengaturan Publik

Sekarang ini setiap platform media sosial memiliki pengaturan sesuai dengan kebutuhan. Pengaturan baik itu private atau publik. Jika hal itu menyangkut tentang keluarga atau anak-anak aturlah unggahan konten dengan hindari menggunakan pengaturan publik.

Lebih baik memilih dengan private karena kita sebagai orangtua hanya menyimpannya foto dan video itu khusus untuk kepentingan diri sendiri bukan untuk kepentingan orang lain atau publik.

Di semua negara yang maju semua video maupun foto anak tidak diperbolehkan dikonsumsi untuk kepentingan publik. Orangtua akan dipersalahkan dan akan ditindak bersalah.

Risiko Unggah di Medsos

Kita perlu memahami apa artinya risiko dan konsekuensi segala sesuatu yang sudah diunggah secara publik dapat digunakan bebas oleh siapa saja.

Jadi kita tidak bisa menyalahkan siapa pun apabila di kemudian hari ternyata foto atau video itu menjadi viral dan digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Risiko selalu dari orang yang mengunggah karena jejak dunia maya itu selalu dapat ditelusuri sekali pun kita sudah hapus di tempat posting kita. Tapi jejaknya masih dapat diinvestigasi dan diambil oleh mereka yang mengerti dunia teknologi.

Akhirnya, menjadi orangtua bijak dalam posting video dan foto anak jadi suatu peringatan agar kita tidak menyesal di kemudian hari apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.




Baca juga:
Kuliner Adelaide, Cerminkan Keanekaragaman Budaya
Saatnya Menyebarkan Energi Baik untuk Kehidupan!
Tiga Pemain Indonesia Berpeluang Juara di Akita Masters 2018

"The Spirit of Korea"

$
0
0

Tribun Travel - Tribunnews.com

Siapa yang tidak kenal Samsung, LG, Hyundai, Daewoo, dan KIA? Pasti dari kita semua ada yang pernah memakai produk-produk tersebut. Made in Korea. Negara ginseng itu kini tengah menggilas kita dengan produk-produk elektronik dan budaya popnya.  Bintang-bintang pop Korea digilai generasi muda Indonesia. Korean wave melanda dunia. Indonesia? Mungkin sibuk dengan sinetron politik tanpa henti dan tak gunanya itu.

Itulah Korea. Namun untuk menjadi Korea (Selatan) yang seperti ini bukan perkara mudah untuk bangsa Korea. Mereka harus melalui pahit getir perang dan penjajahan. Jatuh-bangunnya perekonomian. Perjalanan gerakan buruh yang panjang. Jaya dan bangkrutnya perusahaan-perusahaan sampai inovasi yang gemilang.

Korea yang sebenarnya bukan hanya seperti yang dibayangkan orang dengan bintang-bintang filmnya yang gagah dan cantik-cantik. Untuk mencapai kejayaan, bangsa Korea (Selatan) harus menempuh jalan yang panjang.

Korea adalah nama untuk sebuah bangsa yang tinggal di Semenanjung Korea di dekat perairan Jepang dan berbatasan dengan China di bagian utara. Korea kini terbelah menjadi dua buah negara: Korea Selatan yang demokratik-liberal dan Korea Utara yang komunis. Kedua negara Korea ini dipisahkan oleh ideologi politik dan ambisi yang berbeda. Terpisah akibat oleh Perang Korea. Korsel didukung AS dan negara-negara Barat sedangkan Korut didukung (bekas) Uni Soviet dan China.

Kini Korsel digolongkan sebagai negara maju di dunia. Korsel bukan lagi bangsa paria. Korsel pernah dijajah Jepang dan perempuan-perempuannya dijadikan jugun ianfu, budak seks tentara Jepang pada Perang Dunia II. Perbudakan ini menimbulkan trauma sendiri bagi bangsa Korea dalam berhubungan dengan Jepang. Namun di sisi lain, Jepang mewariskan disiplin dan teknologi kepada bangsa Korea.

Korsel pasca Perang Korea dilanda kehancuran luar biasa. PD II dan Perang Korea mewariskan trauma besar bagi bangsa Korea.  PBB menyatakan perang terhadap Korut dan menyerukan agar negara-negara Barat melibatkan diri dalam perang tersebut. Keterlibatan negara-negara asing turut menambah beban perang tersebut, termasuk AS. Tidak bisa dipungkiri, AS telah berperan besar mengusir  tentara komunis Korut kembali ke utara. Namun banyak keluarga yang terpisah akibat perang. Perang memang tidak mewariskan kebaikan.

Pada dekade berikutnya, Korsel mulai bangkit. Berbagai macam infrastruktur dibangun seperti jalan raya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Perusahaan-perusahaan besar Korsel (Chaebol)) jatuh bangun seperti LG, Hyundai, Samsung, dan Daewoo. Dari Korea kita bisa belajar bagaimana keuletan bangsa itu dalam membangun dirinya sendiri. Bagaimana mereka bisa melangkah di tengah terpaan zaman. Bangsa Korea cenderung homogen. Mereka mempunyai etika sendiri yang digali dari budaya, nilai-nilai Konfusianisme dan agama Budha. Konfusianisme sendiri masuk dari China.

Negara-negara yang menganut Konfusianisme mempunyai etika hidup sendiri seperti penghormatan kepada orang yang lebih tua, menghargai pendidikan, kemandirian, kewiraswastaan, kerja keras, rajin menabung, hemat, dan lain sebagainya. Bangsa Korea cenderung ulet dan pekerja keras karena mereka memiliki keterbatasan sumber daya alam. Secara tradisional, bangsa Korea adalah petani padi. Hamparan sawah terbentang luas di pedesaan. Mereka juga pemakan ikan seperti halnya bangsa Jepang.

Semangat Korea untuk bangkit patut kita teladani. Tidak hanya mengagumi bintang-bintang K-Pop saja. Bangsa Korea telah melalui pahit-getirnya kehidupan.  Perjalananan bangsa Korea melampaui jelas tidak mudah. Mereka harus berani menghadapi ancaman dan tantangan. Korsel pernah dipimpin oleh diktator militer. Namun rakyat kemudian menggulingkannya. Demokrasi berjaya di Korsel hingga kini.

Di Korsel, bukannya tidak konflik politik. Perbedaan ideologi dan pendapat  sudah menjadi makan sehari-hari rakyat Korsel. Sering kali di parlemen terjadi adu mulut dan baku hantam. Naik-turunnya presiden dan menteri karena korupsi dan penyalahgunaan wewenang menjadi biasa. Namun demokrasi mereka bekerja. Check and balance berjalan dengan baik

Memang dibandingkan dengan kita, Indonesia jelas lebih besar, lebih majemuk, dan lebih kaya sumber daya alam.  Namun produktivitas kita rendah. Daya saing kita meningkat tetapi masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga. Bangsa kita terkena kutukan sumber daya alam.

Kita tidak lebih terdidik dibandingkan mereka. Korsel adalah bangsa dengan tingkat literasi tertinggi di Asia. Selain itu, sistem pendidikan Korea juga sangat kompetitif. Mereka mendorong generasi muda Korea untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Mereka beranggapan karena tidak mempunyai sumber daya alam mereka harus meraih ilmu pengetahuan dan teknologi setinggi-tingginya.

Perusahaan-perusahaan Korea merancang berbagai macam produk mutakhir siap jual. Mereka mengapalkannya ke negara-negara berkembang dan juga negara-negara maju. Korsel memang bukan China. Produk-produk Korsel dan China jelas berbeda. 

Perusahaan-perusahaan China melakukan peniruan mentah-mentah terhadap produk-produk perusahaan yang lebih mapan. Namun Korsel melakukan modifikasi dan menambahkan rancangan mereka sendiri. Handphone Korea, misalnya, jelas bukan jiplakan produk serupa dari Barat.

Bangsa Korea berhasil melakukan inovasi terhadap produk-produknya. Mereka juga melirik negara-negara berkembang untuk menanamkan modalnya. Korsel berupaya tmembangun soft-diplomacy di negara-negara berkembang. 

Indonesia merupakan salah-satu negara tujuan investasi tersebut. Korsel membangun pusat-pusat penelitian, pusat pengembangan bahasa Korea, dan membuka program studi Korea di beberapa universitas di Indonesia. Korsel berusaha memperkenalkan budaya Korea di beberapa negara Asia. Hal ini dilakukan agar rakyat di negara-negara tersebut menjadi konsumen produk-produk Korsel.

Korsel bersama China dan Jepang berusaha menjalin kerjasama dengan ASEAN. Korsel sangat membutuhkan negara-negara ASEAN sebagai mitra dialognya. Kerjasama ekonomi antara Korsel dan ASEAN telah terjalin erat. Di masa mendatang kerjasama ini terus dimatangkan di berbagai bidang. Di Korsel sendiri, adan universitas Hankuk yang mengajarkan bahasa-bahasa asing --termasuk bahasa Indonesia kepada mahasiswa-mahasiswi Korea.

Hubungan Indonesia dan Korsel sendiri telah terjalin lama. Indonesia membeli beberapaa peralatan perang produk Korea seperti pesawat tempur, kapal selam, meriam, tank, dan lain sebagainya. Kerjasama ini akan dilanjutkan di Indonesia. Indonesia akan belajar ke Korsel untuk membuat alutsista. Di masa depan, Indonesia dengan bantuan Korea akan membangun kapal selamnya sendiri di Indonesia.

Sebagai sebuah bangsa yang tengah membangun, Indonesia harus belajar kepada Korea.  Korsel tidak punya sumber daya alam, tapi punya sumber daya manusia yang maju. Indonesia harus move on dari kondisi sekarang yang kurang menguntungkan. Mereka punya tekad untuk menjadi negara maju. Indonesia pun harus bertekad untuk menjadi negara maju di masa mendatang. Dan hal ini bukan tidak mungkin. Ekonomi  Indonesia terbesar ke-16 di dunia. Indonesia digadang-gadang akan menjadi negara maju di masa depan. Untuk itu generasi muda Indonesia harus mempersiapkan diri.

Belajar kepada negara lain bukan sesuatu yang hina. Indonesia harus menjadi bangsa pembelajar. Indonesia pernah mengecap pahit-manisnya perjalanan sebuah bangsa. Kita hanya perlu membenahi diri agar terus menjadi negara maju di masa mendatang.




Baca juga:
"Stadhuis Schandaal", Romantika Cinta Era Kolonial untuk Milenial
Kuliner Adelaide, Cerminkan Keanekaragaman Budaya
Saatnya Menyebarkan Energi Baik untuk Kehidupan!

Saat Dokter (Dibayar) Merekomendasikan Alat Kontrasepsi Bermasalah

$
0
0


Ilustrasi: Vemale.com

Saat Christina Potts, seorang guru bagi anak berkebutuhan khusus di Petersburg (Indiana), melahirkan anak kembar pada tahun 2006 yang merupakan anak ketiga dan keempat; dia dan suami sepakat untuk menggunakan alat kontrasepsi permanen. 

Maka dia pun berkonsultasi dengan dokternya, Dr Cindy Basinski, untuk melakukan pengikatan tuba fallopi (tubektomi) untuk mencegah kehamilan. Namun sang dokter mengatakan bahwa itu bukan pilihan yang tepat bagi seorang ibu dengan empat anak yang masih kecil-kecil karena akan butuh masa pemulihan yang agak lama paska operasi dan itu pasti bakal merepotkan Christina.

Cindy pun, menurut Christina, dengan sangat persuasif  merekomendasikan untuk menggunakan Essure, semacam  implan  yang dapat langsung ditanamkan di vagina dan pemasangannya bahkan bisa langsung dilakukan saat itu juga di ruang periksa dengan prosedur sederhana mirip seperti tes rutin Pap smear. Akhirnya Christina pun mengikuti saran itu.

Namun ternyata berlawanan dengan ucapan Dr Cindy, Christina malah harus menderita selama setahun penuh paska pemasangan implan itu. 

Sakit kepala, rasa nyeri yang bervariasi, keram perut, dan kelelahan ekstrim mendera ibu dari empat anak itu sedemikian parahnya sampai dia harus bergantung pada pertolongan anak sulungnya, yang baru berusia 8 tahun, untuk mengurus ketiga anaknya yang lain.Essure (doc. abcnews.go.com/ed.WS)

Essure yang ditanamkan di tuba fallopia untuk memblokir sperma mencapai sel telur itu betul-betul sangat menyiksa hingga Christina terpaksa harus menjalani histerektomi untuk mengangkat rahim dan tuba fallopia-nya untuk menyingkirkan Essure sekaligus mengakhiri penderitaan berkepanjangan itu.

Essure adalah salah satu produk dari Bayer, sebuah perusahaan farmasi dan alat kesehatan terkenal asal Jerman yang memiliki jaringan pemasaran sangat luas di seluruh dunia, dan alat kontrasepsi tersebut ternyata punya efek samping yang membuat penggunanya harus menanggung rasa sakit dan kelelahan level ekstrim.

Christina ternyata tidak sendirian karena ada sebuah grup tertutup (private ) di Facebook bernama Essure Problems yang memiliki 37,000 anggota dan lebih dari 12,000 perempuan yang bergabung di dalamnya menyatakan bahwa mereka telah menjalani histerektomi atau prosedur bedah lain untuk menyingkirkan implan tersebut dari tubuh mereka.

Menariknya, baik Christina maupun pasien lain ternyata tidak berkonsultasi lagi dengan Dr Cindy saat didera rasa sakit paska pemasangan Essure karena mereka menilai bahwa dokter tersebut kelewat semangat setengah memaksa saat merekomendasikan implan tersebut. 

Hal itu membuatnya bertanya-tanya apakah sang ginekolog menyarankan implan Essure untuk kebaikan pasien atau karena dokter itu telah dibayar oleh perusahaan yang membuat alat kontrasepsi tersebut?

Banyak studi yang telah dilakukan oleh para peneliti antara lain di University of North Carolina, Yale University, George Washington University, dan Harvard Medical School menunjukkan bahwa saat para dokter meneria bayaran dari perusahaan farmasi/alat kesehatan, maka mereka cenderung untuk lebih sering meresepkan obat-obatan yang dibuat oleh perusahaan tersebut.

Analisa data federal AS yang dilakukan oleh jaringan televisi berbayar CNN menunjukan bahwa pada periode Agustus 2013 -- Desember 2017, Bayer telah menggelontorkan dana senilai $2,5 juta untuk membayar 11,850 dokter terkait untuk membayar jasa konsultasi dan pelayanan lain terhadap pasien yang terkait penggunaan Essure. Pembayaran ini tidak melanggar hukum di negara Paman Sam tersebut, namun sangat kontroversial.

Dr Martin Makary, profesor bedah sekaligus pakar keselamatan pasien dari Johns Hopkins Medicine, mengatakan bahwa meski etis saja bagi sebuah perusahan farmasi untuk membayar para dokter untuk melakukan riset, namun dia meragukan bahwa 11,000 lebih dokter yang dibayar Bayer dilibatkan dalam berbagai riset yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.

"Jadi itu terlihat seperti sogokan."Paparnya,"Mereka mempermainkan sistem dan mengupah para dokter (untuk mensukseskan penjualan Essure, -pen.)"

Dr Cindy yang menangani Christina adalah salah satu dokter penerima bayaran tertinggi dari Bayer untuk merekomendasikan Essure, berdasarkan data federal, dia telah menerima $168,068 sepanjang Agustus 2013 sapai akhir 2017 lalu. Atau sekitar 80 persen dari total dana Bayer untuk Essure yang dialokasikan pada para dokter di Indiana. Sementara secara nasional, Cindy adalah satu dari hanya tiga dokter yang memperoleh lebih dari $100,000.

Minggu lalu badan yang menangani makanan  dan obat-obatan di AS, US Food and Drug Administration (FDA), mengemukakan keprihatinan mereka tentang keamanan penggunaan Essure. 

Lembaga ini dalam kesempatan yang sama menyatakan bahwa pemakaian implan tersebut memiliki sejumlah resiko serius bagi pasien berupa rasa nyeri yang persisten, menimbulkan lubang-lubang  (perforasi) pada rahim dan tuba fallopi, serta bergesernya alat itu ke pelvis atau perut.

Bayer sendiri, yang  harus berhadapan dengan lebih dari 16,000 tuntutan hukum  dari para pengguna Essure di AS karena berbagai efek samping paska pemasangannya, mengumumkan akan menarik produk itu dari pasaran  AS akhir tahun ini karena merosotnya angka penjualan.

Cukup menarik bahwa perusahaan raksasa itu melakukannya hanya beberapa hari sebelum jaringan teve Netflix menayangkan film dokumenter berjudul  The Bleeding Edge (TBE) pada Jumat (27/7) lalu. 

Duet pembuat film Kirby Dick dan Amy Ziering, nominasi Oscar untuk film documenter The Invisible War  serta  The Hunting Ground,  itu melakukan investigasi terhadap industri alat kesehatan yang beromset $400 biliun. 

Netflix mendeskripsikan investigasi Kirby dan Amy  dengan 'menguji sejumlah peraturan yang longgar, ketertutupan perusahaan, dan berbagai insentif yang dikeluarkan untuk mendongkrak keuntungan yang membuatpara pasien harus bertarung dengan resiko setiap harinya'.

TBE menampilkan kiprah sekelompok perempuan yang selama bertahun-tahun telah melobi Kongres AS untuk melarang penjualan Essure. Di situ salah seorang anggota kelompok , Ana Fuentes, menggambarkan rasa sakit luar biasa dan perdarahan kronis yang dialaminya akibat menggunakan impan itu. Akibat komplikasi medis tersebut, Ana tak mampu lagi bekerja dan membayar sewa rumah hingga terpaksa harus merelakan keempat anaknya dirawat di panti asuhan.

Bayer tentu saja tidak terima dengan tayangan Netflix yang disebutnya 'salah arah dan memicu  pemikiran yang keliru' tentang produknya, seperti halnya Dr Cindy Barinski yang juga menyatakan bahwa dia tidak akan sudi menerima bayaran dari Bayer bila tak yakin produknya bagus.

Pasien, sebagai konsumen jasa maupun produk kesehatan, memang dituntut untuk lebih kritis dalam merespon nasehat maupun tindakan yang diberikan dokter dalam memulihkan kondisi kesehatan mereka. Jangan segan bertanya lebih detil pada dokter yang bersangkutan atau minta pendapat dari dokter-dokter lain sebelum memutuskan untuk menjalani prosedur yang beresiko tinggi.

Referensi:

1




Baca juga:
Mau Nulis Artikel Malah Jadi Buku
Belajar dari Suhanan, Pencipta Pemusnah Sampah Sederhana
Mengenang Kejayaan Atletik Indonesia di Asian Games

Stagnansi Suasana Puskesmas

$
0
0

www.manajemen-pembiayaankesehatan.net

Pukul 10 pagi saya berangkat ke Puskesmas Bantarsari. Karena sebenarnya saya akan pergi ke Sidareja, saya sengaja mampir ke Puskesmas dulu karena merasa kurang enak badan. Kebetulan Puskesmas Bantarsari tidak jauh dari rumah. Saya mencoba mengupas persepsi saya - mungkin juga persepsi orang kebanyakan - tentang Puskesmas di wilayah pedesaan. 

Suasana cukup ramai ketika saya sampai di pelataran parkiran depan Puskesmas. Ada banyak motor terparkir dan beberapa mobil, termasuk mobil ambulans yang terparkir di depan pintu masuk puskesmas. Main aman kalau menurut saya, karena kondisi di parkiran sangat panas, sedangkan tidak ada tanda-tanda kondisi darurat yang mengharuskan mobil untuk ready to go mengantar pasien. Mobil ambulan malah terparkir di depan pintu masuk Puskesmas yang terdapat atap. Sedikit dimaklumi, untung saja bukan mobil pejabat atau pegawai Puskesmas.

Masuk ke dalam ruang tunggu, saya sudah hafal teknis ketika berobat di Puskesmas. Situasi sial yang cukup bermanfaat. Sialnya, saya beberapa kali sakit dan harus berobat di Puskesmas ini. Manfaatnya, saya jadi mengetahui teknis ketika harus berobat. Bayangkan waktu pertama kali ke Puskesmas, saya kebingungan bagaimana teknis berobat.

Sedikit untung juga ketika dulu pertama kali ke Puskesmas sempat diberitahu oleh ibu saya tata cara mulai daftar di pendaftaran, masuk ruang periksa, sampai mengambil resep obat.

Ternyata pada saat masuk ruang tunggu ada banyak pasien yang sudah mengantre. Saya mengambil nomor antrean dan harus menunggu sekitar 20 nomor. Kondisi yang sangat membosankan ketika harus menunggu begitu lama. Pikir saya, bisa digunakan untuk ke mana dulu. Tapi, sembari baca-baca tread yang informatif di ponsel, saya bersabar untuk menunggu.

Menyoal Pelayanan Pasien

Ada saja kejadian unik di Puskesmas. Di loket pendaftaran terdapat ibu-ibu yang sedang mendaftar dan tiba-tiba ada calon pasien lain yang bersanding di samping ibu-ibu tadi. Ternyata, calon pasien yang ada di samping ibu tersebut belum mengambil nomor antrean. Saya rasa, orang itu baru pertama kali ke Puskesmas.

Kejadian lainnya adalah ketika nomor antrean milik saya sudah dekat untuk dipanggil. Saya dapat nomor 93. Ibu-ibu yang mendapatkan nomor antrean 92 maju ketika nomornya dipanggil. Saat ditanya kartu identitas, kartu berobat, BPJS, maupun KTP, ibu tersebut bilang tidak ada. Kartu berobat tidak ada dan KTP tidak dibawa. 

Saat ditanya oleh petugas Puskesmas mengenai alamat ibu tadi, si ibu bilang lupa. Jadi, untuk RT dan RW nya bilang "kayaknya". Lalu, petugas pendaftaran mempersilakan ibu tadi untuk bertanya dulu ke anaknya yang kebetulan sedang ngopi di warung depan Puskesmas. Dan dipanggil lah saya selaku pemegang nomor antrean berikutnya.

Sembari saya mendaftar, saya bergeser ke petugas lainnya karena untuk memberi ruang ke ibu tadi yang telah kembali setelah memanggil anaknya yang ada di warung depan dengan menyebutkan alamat lengkap ibunya ke petugas pendaftaran. Lalu, saya duduk kembali ke bangku antrean menunggu dipanggil ke ruang periksa. 

Poin saya adalah lagi-lagi soal teknis operasional, fasilitas, dan kemampuan sumber daya manusia pegawai Puskesmas yang belum modern.

Tapi, kemudian saya berpikir, sebenarnya mana yang lebih utama. Teknologi yang mengimbangi manusia atau manusia yang harus mengimbangi teknologi? Sebab, di lingkungan pedesaan, kebanyakan orang masih tradisional dan belum kenal teknologi. 

Jadi, ketika teknologi di Puskesmas  sudah modern, apakah orang desa bisa mengimbanginya?

Saya rasa bisa. Teknologi diciptakan untuk semua orang dan berfungsi untuk membantu memudahkan pekerjaan manusia. Kalau penggunaan teknologi malah membuat repot, artinya penggunaan teknologi itu tidak tepat guna dan tidak tepat sasaran.

Seperti gambaran kejadian tadi, bahwa seorang ibu yang tinggal di pedesaan harus kebingungan ketika ditanya alamat lengkapnya. Padahal, fasilitas yang dimiliki Puskesmas seharusnya sudah bisa mengakomodasi pasien yang apalagi sudah berusia, atau lanjut usia.

Bolehlah bermimpi, kalau seandainya sebuah Puskesmas memiliki alat identifikasi kependudukan yang sangat canggih.

Sebagai contoh, misalnya ketika ada seorang pasien yang sudah lanjut usia tidak membawa alat identitas kependudukan apa-apa ketika ingin berobat. 

Tetapi karena Puskesmas telah memiliki alat canggih dengan cara scanning melalui sidik jari, sehingga data pasien akan secara otomatis terbaca di sistem komputer itu akan lebih memudahkan pasien. Ini juga akan sangat membantu ketika diterapkan di banyak instansi pelayanan publik lainnya.

Jangan terlalu serius, ini baru seandainya saja. Toh, sumber permasalahan yang menjadi kendala utama di hampir seluruh lembaga pelayanan publik adalah soal dana. Rasanya, belum kuat kalau lembaga semacam Puskesmas memiliki alat seperti itu. Di rumah sakit saja belum tentu bisa. Tapi, tidak ada yang tidak mungkin. 

Perubahan Lambat

Dulu, beberapa tahun yang Lalu, Puskesmas yang biasa saya gunakan untuk berobat terletak di dekat Pasar Sitinggil, Desa Rawajaya, Kabupaten Cilacap. 

Saat ini, lokasi nya sudah dipindahkan di Desa Bantarsari berada di sebelah Polsek Bantarsari. Terlepas dari problem soal pembebasan lahan dan sebagainya yang sempat saya dengar beberapa waktu yang lalu di media sosial lokal, nyatanya lokasi yang sekarang lebih strategis dan mampu untung menampung lebih banyak pasien karena tempatnya Lebih besar.

Lokasinya agak menjorok ke dalam dari jalan raya, tidak seperti lokasi yang dulu sangat mepet dengan jalan raya dan berseberangan langsung dengan sekolah Dasar, sehingga suara anak sekolah akan sangat berisik dan tidak kondusif.

Saat lokasi Puskesmas telah dipindah, saya berharap ada perubahan cepat yang akan terjadi. Maksudnya, perubahan drastis ke arah yang lebih baik. Mulai dari fasilitas, pelayanan, maupun sikap ramah para pegawai Puskesmas.

Tetapi, pada kenyataannya perubahan itu belum secara signifikan terlihat. Soal fasilitas sebenarnya sudah mulai ada perbaikan. 

Bisa dilihat dari meja registrasi yang dulu, di Puskesmas yang lama masih memakai loket seperti loket stasiun dengan pembatas kaca antara petugas resepsionis dengan calon pasien. Sekarang sudah lebih baik karena menggunakan meja seperti halnya meja teller di bank dan menggunakan sistem komputer. 

Terkait dengan pelayanan, saya agak bingung ketika pelayanan yang diberikan seperti kurang maksimal. Pada saat saya berobat, setelah menyelesaikan administrasi di meja pendaftaran, saya menunggu untuk dipanggil masuk ke ruang periksa.

Setelah menunggu beberapa saat saya pun dipanggil. Hanya sebentar saja saya diperiksa. dan sedikit ditanya sakit apa dan kemudian dicek tekanan darahnya. Saya berpikir se-simpel itu kah. Mungkin karena saya tidak terlihat seperti orang yang sedang sakit, jadi lebih cepat diperiksa nya. 

Saya pun kembali disuruh untuk menunggu di kursi antrean depan ruang resep. Agak lama saya menunggu, ternyata saya tidak kunjung dipanggil. Ada sampai lebih dari tiga pasien yang sudah dipanggil untuk mengambil resep obat yang mungkin juga dia masuk ruang periksa setelah saya.

Ini aneh menurut saya. Lalu saya mencoba bertanya kepada petugas yang ada di ruangan tempat mengambil resep dan jawabannya saya masih harus menunggu karena nanti akan dipanggil untuk masuk ke ruang periksa lagi. Padahal saya sudah harus keluar dari Puskesmas karena masih ada urusan yang harus saya selesaikan. 

Dengan berpikir positif, bahwa ada pasien lain yang mungkin lebih membutuhkan pemeriksaan kesehatan yang harus didahulukan, seperti lansia atau anak-anak, saya tetap sabar menunggu.

Terlepas dari suasana ramainya Puskesmas oleh pasien pada saat itu, karena bertepatan dengan hari senin, pada akhirnya setelah menunggu total hampir 3 jam akhirnya saya dipanggil untuk kembali diperiksa dengan singkat dan bisa mengambil resep obat.

Mengenai keramahan petugas, saya rasa tidak semua petugas sudah bersifat ramah. Ada beberapa yang sudah sangat ramah terutama kepada pasien yang sudah lansia, tetapi ada yang mungkin karena sifatnya yang 'judes' jadi terlihat seperti bersikap kurang ramah kepada pasien. Saya rasa, aspek modernitas dalam hal pelayanan di Puskesmas juga termasuk keramahan petugas. Di era modern seperti sekarang ini orang bisa melihat sendiri bagaimana pelayanan di berbagai tempat. 

Dari situ kita bisa melihat keramahan petugas yang melayani orang lain dengan penuh antusias sehingga terkesan ramah. Apalagi instansi pemerintahan, jika tidak ramah maka akan ditinggal oleh masyarakat. Tidak seperti instansi swasta, keramahan menjadi hal wajib karena sebagai salah satu aspek persaingan dengan lembaga swasta lainnya agar tidak tertinggal. Maka, para pegawai di Puskesmas juga harus lebih melihat aspek keramahan dalam melayani pasien.

Harapan Perbaikan secara Cepat

Instansi kesehatan seperti Puskesmas rasanya akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat untuk berobat. Selain lebih murah dan bisa menjangkau semua kalangan, kesehatan orang saat ini juga semakin tak terkendali karena banyaknya aktivitas yang dilakukan dan pola menjaga kesehatan yang semakin tak terkendali. Belum lagi ditambah dengan lingkungan sekitar yang semakin tidak sehat.

Puskesmas sebagai tempat berobat harus lebih cepat dalam melakukan perbaikan ke arah yang lebih baik. Kalau tidak, akan semakin banyak klinik praktik yang buka dan melayani pasien dengan lebih simpel dan lama-kelamaan Puskesmas akan semakin ditinggalkan oleh pasien karena tidak menarik. 

Ada banyak  calon perawat, bidan, dokter yang masih dalam tahap studi di perguruan tinggi. Kalau mindset wirausaha mereka sudah jalan, bisa-bisa akan banyak orang yang menawarkan praktik pengobatan dengan lebih inovatif dan lebih terjangkau.

Lihat saja seperti moda transportasi publik yang sekarang sudah lebih simpel dan cepat berbasis teknologi. Transportasi online sudah mengikis tranportasi konvensional.

Begitu pula dengan warung-warung kopi biasa dan warteg atau minimarket modern yang tersaingi dengan banyaknya tempat nongkrong ala cafe untuk anak muda. Bisa ngopi, makan, nongkrong, dan ngerokok dengan santai, plus wifi pula.

Perubahan menjadi tempat berobat yang lebih baik untuk kalangan masyarakat semua golongan harus segera dilakukan oleh Puskesmas agar tidak terjadi stagnansi suasana seperti sekarang. Anggaran ditambah tetapi pelayanan tidak kunjung membaik.

Kalau masih stagnan, Puskesmas akan kalah dengan tempat praktik berobat perorangan yang lebih simpel, apalagi bisa melayani BPJS. Karena perubahan adalah keniscayaan, maka berubah itu perlu.

Salam sehat sejahtera untuk kita semua.




Baca juga:
Enak Mana, Layar Gawaimu atau Makananmu?
Mau Nulis Artikel Malah Jadi Buku
Belajar dari Suhanan, Pencipta Pemusnah Sampah Sederhana

Data Kemiskinan, "Mainan" Lama Para Politisi

$
0
0

bps.go.id

Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 menjadi lebih hangat, disebabkan tidak hanya ada dua pemilihan serentak, yakni: Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg). Tetapi juga, munculnya variabel-variabel gejolak sosial yang dimainkan oleh para kontestan. 

Salah satunya adalah kemiskinan dan ketimpangan sosial. Penulis berasumsi, bahwa kemiskinan akan menjadi isu yang seksi disetiap kontestasi politik. Oleh sebab itu, latar belakang tersebut menimbulkan beberapa pertanyaan. 

Pertama, Bagaimana Kemiskinan menjadi komoditas dan instrumen politik menjelang pemilu 2019? (Pertanyaan Mayor). Kedua, bagaimana pandangan oposisi melihat tingkat kemiskinan? Ketiga, bagaimana Petahana selama ini mengatasi kemiskinan? Keempat, bagaimana masyarakat menilai upaya pengentasan kemiskinan saat ini? Kelima, bagaimana peluang pemilu 2019 dan keterkaitanya dengan isu kemiskinan? (Pertanyaan minor).

Kemiskinan menjadi salah satu instrumen politik, guna memunculkan dan memainkan isu ditengah masyarakat. Teka-tekinya adalah jika kebijakan petahana sukses, maka menjadi keuntungan elektoral bagi petahana. Namun, jika kebijakan petahana wan-prestasi di bidang pengentasan kemiskinan, maka menjadi poin elektoral bagi oposisi. 

Maka dititik inilah, kemiskinan menjadi komoditas bagi perpolitikan di tanah air. Sebagaimana Muttaqin ungkapkan, bahwa Kemiskinan menjadi salah satu produk politik yang terimplementasikan dalam kebijakan-kebijakan publik. Dalam bahasa lain, kemiskinan terdesain secara sengaja melalui penciptaan struktur-struktur politik yang tidak memungkinkan masyarakat memperoleh akses yang sama. Dimensi ini menjadi ironi tersendiri bagai negara yang mestinya mempromosikan keadilan dan kesejahteraan sosial.

Kemiskinan dalam Perspektif Oposisi

Kemiskinan selalu menjadi salah satu variabel instrumen politik saat menjelang pemilu. Sebagaimana diketahui, 2018/2019 merupakan tahun politik. 

Dua dimensi perpolitikan, baik petahana maupun oposisi membutuhkan dukungan elektoral atau tingkat keterpilihan. Bukti kemiskinan menjadi ruang diskusi politik saat ini, adalah ungkapan dari para politisi oposisi akhir-akhir ini. Prabowo Subianto sebagai tokoh oposisi menyebutkan angka kemiskinan RI naik 50 %. 

Dalam sistus Detik.com, Jum'at (27/7), Prabowo menyebutkan, bahwa dalam lima tahun terakhir, angka kemiskinan mengalami peningkatan. Salah satu faktor penyebabnya adalah rusak dan lemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.

Tokoh oposisi lainnya, juga menyebutkan hal serupa. Dalam situs Kompas.com, pada tahun lalu (14/06/2017), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebutkan, bahwa angka kemiskinan relatif tinggi. Menurutnya, pemerintah harus serius mengatasi persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial. 

Bahkan, ia menyebutkan bahwa kemiskinan adalah permasalahan mendasar bagi bangsa, tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi negara-negara lainnya. Menurutnya,  pemerintah perlu  mengubah orientasi penanggulangan kemiskinan. Tidak hanya orientasi penanggulangan yang tertumpu pada sifat duniawi atau benda, tetapi juga pengentasan harus mengangkat harkat dan martabat masyarakat yang tidak mampu.

Secara eksplisit, pada Kamis (26/07/2018), SBY kembali menyebutkan angka yang relatif tinggi. Menurutnya, terdapat 100 juta penduduk miskin yang harus ditanggulangi. SBY mengungkapkan jumlah orang miskin itu menjadi salah satu dari lima persoalan negara saat ini. 

Upaya pada pemerintahan SBY dua periode juga telah dilakukan, antara lain: Pemberian Bantuan Langsung Tunai, Beras Rakyat Miskin, dan Jaminan Kesejahteraan Sosial. Meskipun, tragedi seperti meninggalnya salah satu keluarga di Jawa Tengah karena kelaparan terjadi.

Kemiskinan dan Petahana

Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai instrumen pengukur dari elemen pemerintah acap kali menanggapi munculnya data dari para politisi oposisi. Berdasarkan catatan BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia per September 2016 adalah 27,76 juta jiwa atau 10,7 persen dari total penduduk Indonesia. Angka ini turun dibandingkan Maret 2016 sebesar 10,86 persen.

Mengutip data BPS, periode Maret 2018 jumlah orang miskin di Indonesia tercatat 25,95 juta. Jumlah ini menurun 633 ribu orang dari posisi September 2017 yang sebanyak 26,58 juta. Angka tersebut terus mengalami penurunan, BPS menyebutkan, jumlah orang miskin di Indonesia sudah berada di posisi single digit. Karena turun 0,30% dibanding September. Pada Maret 2018 posisi persentase kemiskinan tercatat 9,82% lebih rendah dibanding sebelumnya 10,12%.

Namun, angka kemiskinan antara kota dan desa sangat tinggi sekali. Angka kemiskinan di desa 13,20% atau hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kota yang sebesar 7,02%.

BPS menyampaikan penurunan angka kemiskinan per Maret 2018 dikarenakan beberapa faktor, seperti inflasi umum periode September 2017-Maret 2018 sebesar 1,92%, rata-rata pengeluaran perkapita/bulan untuk rumah tangga yang berada di 40% lapisan terbawah selama periode itu tumbuh 3,06%.

Secara kuantitatif data BPS, menunjukkan progres nyata kebijakan pemerintah di era saat ini. Dengan penguatan program penanggulangan kemiskinan. 

Tidak hanya itu, secara kualitatif, pemerintah terus berupaya mensinergikan kementerian dan lembaga terkait dengan Himbara (Himpunan Bank Negara). Implementasi kebijakan tersebut antara lain; Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Beras Sejahtera (Rastra), Program Indonesia Sehat (PIS/KIS), Program Indonesia Pintar (PIP), BPJS Ketenagakerjaan untuk Upah Buruh harian lepas. Rumah Tinggal Layak Huni, Pupuk dan Gas bersubsidi,  serta Listrik subsidi.

Skema pendistribusian atas intervensi kebijakan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan salah satunya dengan menyiapkan pendampingan. Proses pendampingan secara pro aktif berkontribusi pada aspek tepat sasaran dan tepat jumlah atas berbagai upaya penanggulangan kepada masyarakat  tidak mampu sebagai sasaran.

Akhir-akhir ini, Kementerian Sosial merilis hasil kerjanya, bertajuk 'Strategi PKH sebagai episentrum Social Justice for All'. Pemerintah meyakini bahwa PKH, adalah program pendukung utama, bahkan menjadi program prioritas nasional. 

Berbagai hal signifikan berhasil membuktikan banyak hal, antara lain: Pertama,  Berkurangnya tingkat kemiskinan dan kesenjangan. Kedua, menjangkau daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan antar negara. Ketiga, menjadi episentrum program-program penanggulanan secara terintegrasi. Keempat,  meningkatkan inklusi keuangan, termasuk akses pada kredit UMKM. Kelima, menurunkan angka gizi buruk dan stunting. Keenam, meningkatkan capaian pendidikan dan mengurangi angka putus sekolah.

Oleh sebabnya, program ini terus mendapatkan perhatian pemerintah, setidaknya dibuktikan dengan penambahan kuota Keluarga Penerima Manfaat, dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada 2014, jumlah penerima manfaat berkisar 2,7 juta. 2015, mengalami peningkatan sebesar 3,5 juta. Pada 2016 menjadi 5,9 juta, dan mengalami peningkatan signifikan pada 2017/2018 sebesar 10 juta penerima manfaat. Dan hal ini telah menyumbang defisit kemiskinan sebagaimana data BPS di atas.

Para Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH beserta Pendamping Sosial.dokpri

Meskipun demikian, selama empat tahun terakhir, pemerintah harus mengevaluasi berbagai catatan buruk kemiskinan. Kematian akibat  gizi buruk di Agats, Papua pada 2017 hingga berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB). 

Belum lagi, kondisi terbaru melanda di 2018, yakni, kematian akibat kelaparan yang mendera 3 warga suku terpencil di Desa Maneo Rendah, Kecamatan Seram Utara Timur Kobi, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, pada Selasa (24/07/2018).

Pandangan Masyarakat terkait Kemiskinan

Sederhananya, secara kuantitatif terdapat metode guna mengukur tingkat kepuasan masyarakat pada aspek perekonomian. Aspek perekonomian linear dengan pelebaran kemiskinan.  Kondisi terbaru saat ini, tingkat kepuasan publik pada era Jokowi-JK mengalami penurunan dibading periode Maret 2018. Hasil riset dari Alvara Research Center, menyebutkan bahwa:

"Tingkat kepuasan masyarakat turun dari 77,3 persen pada Februari menjadi 73,8 persen pada Mei. Masyarakat yang tidak puas naik dari 20,8 persen menjadi 23,2 persen. Sedangkan masyarakat yang merasa puas jumlahnya menurun dari 68,8 persen menjadi 65,9 persen. Begitu pula dengan masyarakat yang merasa sangat puas menurun dari 7,2 persen menjadi 6,8 persen dan yang merasa sangat puas sekali turun dari 1,3 persen menjadi 1 persen. Masalah ketenagakerjaan, seperti penyediaan lapangan kerja dan kesejahteraan tenaga kerja, masih mendera,"

Lembaga survei Indo Barometer merilis hasil survei terhadap tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (JK). Survei dilakukan pada 15-22 April 2018 di 34 provinsi. Hasilnya menunjukkan, bahwa Kepuasan Publik terhadap kinerja pemerintah mencapai 65 %. Salah satu titik tumpu kepuasan publik adalah  aspek bantuan bagi rakyat kecil sebesar 13,8 %.  Hal itu berarti, segala sinergitas bantuan sosial pengentasan kemiskinan mendapatkan penilaian tersendiri dari masyarakat.

Peluang Pemilu 2019 dan Kemiskinan

Sebagaimana hipotesa di awal, bahwa jika petahaa  berhasil dengan segala program sosialnya, maka bonus elektoral akan menjadi unsur menangnya di Pemilu 2019. Sebaliknya, jika segala program pro sosial, dinilai masyarakat masih minim dan kurang menunjukkan tingkat keberhasilan, bahkan diasumsikan tidak tepat sasaran, maka petahana dan partai koalisi pemerintahan mengalami defisit elektoral. 

Defisit elektoral tersebut berpeluang menjadi komoditas politik dan instrumen yang 'seksi' bagi kubu oposisi. Bagi oposisi, semestinya harus menawarkan terobosan dan inovasi terkait kebijakan pro kemiskinan nantinya. Sedangkan, bagi petahana, harus terus mensinergikan dan mengoptimalkan berbagai cakupan program strategisnya.

Namun, tampaknya, isu kemiskinan tidak lagi menjadi hal yang 'seksi' pada pemilu 2019, karena terdapat isu-isu lainnya bagi oposisi yang lebih strategis . Apalagi, dalam berbagai survei, petahana masih mendominasi angka elektoral hingga saat ini. Sebagaimana hasil survei litbang Kompas pada Mei, menunjukkan bahwa sebanyak 67 % masyarakat merasa puas dan akan kembali memilih petahana pada pemilu mendatang.

Belum lagi, apa yang disampaikan oleh politisi oposisi, data yang terungkap berbanding terbalik dengan hasil kerja BPS akhir-akhir ini. Sehingga antitesa tersebut justru akan  menggerus tingkat acceptabilty calon penantang petahana. Berbagai tanggapan netizen justru cenderung mengkiritisi data kemiskinan yang dicetuskan  oleh SBY dan Prabowo Subianto di berbagai media sosial.

Refleksi dari tulisan ini, penulis mengisyaratkan agar kemiskinan dan kesenjangan sosial tidak menjadi bahan 'obrolan politis' yang 'seksi' bagi para politisi. Seyogyanya, semua pihak bersatu padu, bersinergi dan bersama-sama mengatasi berbagai macam persoalan kemiskinan yang ada. Semua sektor, baik pemerintah dan usaha, budaya dan agama mempunyai tanggung jawab menghadapi persoalan kemiskinan.

Artikel Ini telah diterbitkan pada dosenngapayak.wordpress.com dengan judul artikel: Kemiskinan: Komoditas dan Instrumen Politik yang 'Seksi' Jelang Pemilu 2019.

sumber rujukan:

[1] Ahmad Muttaqin, "Pengarusutamaan Gender dalam Penanggulangan Kemiskinan", Jurnal Studi Gender dan Anak, Yin Yang -- STAIN Purwokerto, (Yinyang, Vol. 5 No. 1 Jan-Jun 2010 pp. 88-102)

[2] finance.detik.com. Diakses pada 28 Juli 2018, Pukul. 16.45 Wib

[3] regional.kompas.com. Diakses pada 28 Juli 2018, Pukul. 16.51 Wib

[4] finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis. Diakses pada 28 Juli 2018, Pukul. 17:07 Wib

[5] bps.go.id. Diakses pada 28 Juli 2018, Pukul. 17:11 Wib

[6] news.detik.com. Diakses pada 28 Juli 2018, Pukul. 17.43 Wib

[7] nasional.tempo.co. Diakses pada 28 Juli 2018, Pukul. 17:58 Wib

[8] tribunnews.com/nasional. Diakses pada 28/07/2018, Pukul. 18:04 Wib

[9] nasional.kompas.com. Diakses pada 28 Juli 2018, pukul. 18:16 Wib




Baca juga:
Pesona Gua Maria Kerep Ambarawa
Enak Mana, Layar Gawaimu atau Makananmu?
Mau Nulis Artikel Malah Jadi Buku
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live