Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

Energi Asia dari Tepi Bengawan Solo

$
0
0

Mural Susi Susanti di salah satu bagian tembok di Kampung Asian Games Pucangsawit (dok. pri).

Kampung di pinggiran Sungai Bengawan Solo itu tampak berbeda. Puluhan bendera dari berbagai negara berkibar di depan gapura masuk kampung. Gapuranya berlapis warna merah dan putih. Ketika melongok ke dalam semakin banyak warna yang terlihat. Mural-mural dalam aneka warna terpampang di dinding-dinding rumah dan deretan tembok bangunan. 

Di antaranya mural para mantan atlet dan legenda olahraga Indonesia. Sabtu (14/7/2018) siang itu Hafiz dan Petra antusias memandangi mural-mural tersebut. Terdengar suara mereka mengeja kalimat demi kalimat yang menyertai beberapa mural. Selesai satu mural, dua bocah itu kemudian mengayuh pelan sepedanya dan beralih ke mural lainnya.

Swadaya

Kampung Pucangsawit di Jebres, Solo, Jawa Tengah memang istimewa. Bukan karena di kampung ini terdapat kediaman pribadi Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo. Melainkan lebih dari itu karena Pucangsawit sejak sebulan terakhir bersolek dan merias penampilannya. Asian Games 2018 menginspirasi warga setempat untuk membuat tempat tinggalnya menjadi lebih menarik dan bermakna. Kini kampung mereka menjadi Kampung Asian Games.

Petra dan Hafiz bermain sepeda di Kampung Asian Games Pucangsawit pada Sabtu (14/7/2018) siang (dok. pri).

Salah satu warga bernama Tri yang siang itu baru saja ikut memasang bendera 45 negara peserta dan umbul-umbul Asian Games 2018, mengatakan bahwa upaya membuat kampung Asian Games di Pucangsawit dilakukan secara swadaya oleh warga sejak bulan Juni 2018.

Kampung Asian Games Pucangsawit, Solo, Jawa Tengah (dok. pri).

Warga bergotong royong membersihkan tembok, jalan, trotoar, hingga memasang umbul-umbul dan bendera. Pengecatan lukisan mural juga dilakukan bersama-sama dengan dibantu oleh sejumlah seniman Solo. Beberapa mural dibuat tiga dimensi hingga ke aspal jalan di Jalan Candi Sari dan Candi Bodro. "Sejak puasa kemarin, warga ngecatnya sampai malam dibantu lampu sorot", kata Tri.

Dari Susi Susanti hingga Jokowi

Begitu melewati gapura terpampang mural Susi Susanti yang tampak menangis sambil memegang bunga. Mural ini sangat ikonik karena mengabadikan momen saat Susi berada di atas podium tertinggi pada Olimpiade 1992. Saat itu Susi Susanti meraih medail emas dari cabang bulutangkis. Kini, ia adalah duta obor Asian Games 2018.

Gapura Kampung Asian Games Pucangsawit dengan bendera negara-negara peserta Asian Games 2018 (dok. pri).

Di seberang mural Susi Susanti pada tembok yang berbeda terdapat mural legenda basket Indonesia Liem Tjien Siong.  Menyusuri kampung lebih dalam sambil menapaki trotoar yang dicat warna-warni, akan dijumpai mural-mural lainnya. Di antaranya adalah mural Richard Sambera, legenda renang Indonesia yang merajai Asean dan Asia pada zamannya. 

Lalu ada Yayuk Basuki dari tenis, Pino Bahari dari tinju, dan Ika Yuliana dari panahan. Semua mural terlihat secara unik dan ikonik. Ada juga mural Presiden Jokowi yang mengenakan sarung tinju bertuliskan "KERJA". Mural Jokowi yang sedang bersiap-siap melancarkan pukulan tersebut bersanding dengan lukisan Menteri Olahraga Imam Nahrawi dan Walikota FX Hadi Rudyatmo yang sedang bertanding tenis meja. 

Selain menggambarkan sosok legenda olahraga dan tokoh nasional, mural-mural di Kampung Asian Games Pucangsawit juga menggambarkan tiga maskot Asian Asian Games 2018, yaitu Bhin-bhin, Kaka, dan Atung. Tak ketinggalan logo Asian Games 2018 dan slogan "Energy of Asia".

Bhin-bhin dan Atung, dua dari tiga maskot Asian Games 2018 (dok. pri).

Kebersamaan dan Keberagaman

Energi dan semangat Asian Games benar-benar terpancar di Pucangsawit. Antusiasme warga ini merupakan dukungan yang positif dan penting di tengah kekhawatiran minimnya partisipasi dan perhatian publik menyambut Asian Games 2018. 

Pada Juni lalu Presiden  Jokowi bahkan mengumpulkan sejumlah atlet, mantan atlet, dan artis dengan harapan para pesohor bisa ikut mempromosikan dan mengajak masyarakat agar lebih bersemangat mendukung Asian Games.

Warna-warni di Kampung Asian Games Pucangsawit (dok. pri).

Kesuksesan Asian Games 2018 memang hanya akan terwujud melalui kebersamaan. Meskipun arena pertandingannya ada di Jakarta, Palembang, dan beberapa tempat di Jawa Barat, tapi tuan rumah Asian Games 2018 adalah bangsa Indonesia. Pesta olahraga Asia ini adalah pesta kita.

Kampung Asian Games di Pucangsawit adalah wujud kesadaran akan makna kebersamaan tersebut. Kebersamaan dalam mensukseskan Asian Games 2018 yang juga diringi dengan nafas keberagaman. Siapa saja dan di mana saja tanpa memandang latar belakangnya perlu berperan mendukung Asian Games. Kebersamaan dalam keberagaman tidak hanya dimiliki oleh warga kampung Pucangsawit. 

Namun, juga ditunjukkan oleh para atlet yang bertanding mewakili bangsa dan negara. Oleh karena itu, pemilihan mural di Kampung Asian Games Pucangsawit pun mencerminkan keberagaman.

Petra dan Hafiz sedang memandangi mural legenda basket Indonesia, Liem Tjien Song (dok. pri).


Kejayaan

Mural-mural serta hiasan Asian Games di Pucangsawit berhasil menarik perhatian warga. Setiap sore terutama akhir pekan para orang tua berkumpul dan bersantai di tempat itu. Sementara anak-anak seperti Hafiz dan Petra memanfaatkannya sebagai tempat bermain sepeda, sepatu roda, dan sepakbola.

Mural Richard Sambera (dok. pri).

Namun, ada harapan lebih yang tersirat dari Kampung Asian Games ini. Manakala menatap lukisan mural Susi Susanti, ingatan akan dituntun agar tidak melupakan perjuangan atlet dalam mengharumkan Indonesia. 

Momen di mana Susi meraih emas olimpiade merupakan bagian dari sejarah kejayaan bulutangkis sekaligus salah satu tonggak penting bagi olahraga Indonesia. Demikian pula saat melihat lukisan Pino Bahari, Yayuk Basuki, dan lain-lain. Keringat dan pengorbanan para atlet adalah wujud perjuangan untuk mewujudkan kejayaan Indonesia melalui olahraga.

Mural Susi Susanti, duta obor Asian Games 2018 (dok. pri).

Asian Games memang arena sekaligus jembatan untuk mewujudkan kejayaan sebuah bangsa. Indonesia pernah menggapainya saat sukses menjadi tuan rumah Asian Games 1962 dan meraih posisi kedua. Memori 1962 itu pun berusaha dihadirkan lagi di Kampung Asian Games Pucangsawit melalui sebuah lukisan mural yang sangat menggetarkan hati. Di sebuah dinding bangunan tinggi ditampilkan sosok Presiden Soekarno yang sedang duduk sambil memegang payung berwarna hitam.

Mural ikonik Presiden Soekarno (dok. pri).

Dengan latar kemegahan Stadion Gelora Bung Karno, mural tersebut seakan ingin membangkitkan semangat perjuangan dan kerja keras bangsa Indonesia saat menjadi tuan rumah Asian Games 1962. 

Saat itu Presiden Soekarno memimpin langsung persiapan Asian Games, termasuk menginisiasi pembangunan berbagai arena olahraga yang sampai sekarang masih tegak berdiri dan terus digunakan.

Kini, 56 tahun berselang asa berjaya kembali di pentas olahraga terbesar se-Asia kembali dilambungkan. Ketika melihat dan mengingat nama-nama pahlawan olahraga pada lukisan mural di Pucangsawit, perhatian pun segera diarahkan pada para atlet dan semua pihak yang akan berjuang di Asian Games 2018 nanti. Ini lebih dari sekadar pesta olahraga, melainkan juga menjadi jembatan untuk mewujudkan kejayaan.

Mural Presiden Jokowi di salah satu bagian tembok (dok. pri).

Pemerintah telah mengerahkan segenap kemampuan untuk mempersiapkan dan menyelenggarakan Asian Games 2018. Para atlet pun tak perlu diragukan semangat dan perjuangannya demi mengharumkan nama negara. Selanjutnya dukungan maksimal dibutuhkan dari segenap bangsa Indonesia. Dukungan apapun bentuknya akan menjadi energi untuk para atlet, energi untuk Asian Games, dan energi untuk kejayaan olahraga Indonesia. Dari tepi Bengawan Solo, Pucangsawit telah menyumbang energi yang sangat berharga.





Baca juga:
Artis dan "Jalan Tol" Menjadi Caleg Parpol
Selayang Pandang Sistem Pendidikan di Jerman
Minim Informasi di Situs Asian Games, Pertanda Panitia Kurang Serius Promosi?

Pagination, Untuk Pengalaman Membaca yang Lebih Optimal

$
0
0

Pagination, Untuk Pengalaman Membaca yang Lebih Optimal

Melalui analytics tools terhadap situs web yang kami gunakan, ditemukan hasil analisis tentang karakter pembaca di Kompasiana dan media online secara umum.

Temuan tersebut mengungkap tentang sedikitnya pembaca online yang melakukan scrolling sampai akhir konten pada satu laman baca. Dengan kata lain, banyak pembaca yang tidak menuntaskan aktivitas membacanya hingga selesai.

Banyak indikator yang menyebabkan hal tersebut. Salah satunya adalah artikel atau konten yang disajikan tidak sesuai ekspektasi pembaca atau kemasan konten tidak semenarik judulnya.

Indikator lainnya ada pada karakter pembaca online yang cepat lelah jika membaca kemasan konten yang terlalu panjang sehingga tidak fokus. Apalagi disajikan dengan tidak rapi dan proporsional.

Kedua indikator itu telah menjadi perhatian tim produk dan teknologi kami. Apa yang kami temukan di atas menjadi salah satu alasan kenapa kami membuat pengumuman ini.

Ya, kami ingin mengenalkan pagination atau fitur indeks halaman baca di Kompasiana.

Fitur yang sebenarnya lumrah terdapat produk media online ini kami terapkan dengan mempertimbangkan banyak hal, salah satunya adalah fitur tersebut baru muncul ketika satu konten atau artikel memuat lebih dari 20 paragraf (tidak termasuk video/gambar).

Ketentuan tersebut kami tetapkan demi kenyamanan pembaca. Kami menyadari banyak pembaca online yang mengeluh saat membaca konten di portal berita yang menerapkan pagination dengan ketentuan panjang konten yang sangat minim (pendek).

Selain itu, kami memberikan pilihan bagi Anda untuk tetap dapat membaca konten dalam satu laman dengan tombol "Lihat Semua".

Dirilisnya fitur ini juga dapat dijadikan peluang bagi Kompasianer yang mengikuti loyalty program Kompasiana, seperti Kompasiana Content Affiliation dan K-Rewards yang menggunakan parameter penilaian dari perolehan pageviews dan unique visitor.

Di samping itu, pagination juga menantang Anda untuk membuat konten yang menarik dan bermanfaat agar pembaca tetap membaca konten yang Anda buat hingga tuntas, apalagi sampai memberikan rating dan komentar.

Dan, jangan lupa! Kami juga menyediakan fitur "favorit" yang bisa dimanfaatkan ketika Anda tidak punya banyak waktu untuk membaca secara komprehensif.

Khusus untuk puisi, kami berikan tips halaman dengan tutorial berikut: [Tutorial] Membentuk Larik-larik Puisi




Baca juga:
Fragmen Kecil dari Balik Tanggul Utara Jakarta
Artis dan "Jalan Tol" Menjadi Caleg Parpol
Selayang Pandang Sistem Pendidikan di Jerman

Benarkah Transfer Caleg karena Perbedaan Ideologi Politik?

$
0
0

Ilustrasi Pilkada(KOMPAS/PRIYOMBODO)

Isu transfer caleg pertama kali mengemuka dari pernyataan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan ketika menyoal salah satu anggotanya, Lucky Hakim yang berpindah partai ke Nasdem. Lucky yang merupakan anggota DPR asal PAN, justru menjadi caleg dari Nasdem dengan konon gara-gara "uang kontrak" sebesar 5 miliar rupiah. 

Isu transfer caleg ini kian santer, setelah melihat kenyataan bahwa banyak para politisi yang hijrah nyaleg dari parpol lain, bukan dari parpol pengusung sebelumnya. Modus transfer caleg ini seperti membuka borok lama soal money politics yang dulu pernah dianggap sebagai cara instan seseorang untuk membeli hasrat kekuasaan dan jabatan.

Walaupun kesan transfer caleg tak selalu linier dengan soal duit, namun sangat sulit rasanya jika persoalan perpindahan para caleg dari satu partai ke partai lainnya murni karena alasan ideologis. 

Bagi saya, ideologi politik sejauh ini sudah tergadaikan oleh nilai materialistik, kepentingan pribadi, dan bahkan privilege kekuasaan. 

Sekuat apapun dan serasional apapun alasan perpindahan seorang caleg ke kendaraan politik lain, tetap saja "nominal" materi menjadi pertimbangan yang paling utama. "Transfer politik" sepertinya menjadi tren baru di dunia legislatif, dimana parpol harus menjaring sebanyak mungkin para pesohor, terutama mereka yang eksis di dunia entertainment.

Ongkos politik tentu saja tidak murah, jika ingin para caleg masuk tidak sekadar nangkring dalam daftar urutan nomor sepatu. Angka-angka tertentu dalam penomoran urutan caleg, tentu bukan soal lemah dan kuatnya ideologi politik seseorang atau kedekatan dan pembelaannya yang luar biasa terhadap parpol, tetapi lebih diurutkan berdasar siapa yang terbesar biaya transfer politiknya. 

Itulah sebabnya, para artis tak luput tergiur akan indahnya kekuasaan, mereka banyak yang banting stir mengikuti seleksi pencalegan lewat parpol manapun jalurnya. Jadi, sulit untuk melepaskan bahwa dunia politik sama dengan dunia bisnis, berlomba-lomba menawarkan "produk" yang sudah terlebih dulu di kenal masyarakat. Semakin banyak figur yang dipilih, maka keuntungan besar sudah didepan mata tak ubahnya seperti keuntungan menggiurkan sebuah perusahaan.

Jadi, sejauh mana praktik transfer "produk" politik itu karena alasan kedekatan atau kesamaan ideologis? Saya kira, anda mampu menebaknya jika melihat perihal ongkos politik yang sedemikian besar dalam seluruh lini kekuasaan. 

Demokrasi belakangan sangat kontras dengan ajang "jual-beli" yang terkungkung dalam formalistik-pragmatis. Sulit sekali keluar dari kungkungan "bisnis" politik ini, kecuali jika kita siap menerima kekalahan demi kekalahan berkontestasi. 

Toh, aturan caleg eks napi korupsi pada akhirnya tetap dipertahankan, lagi-lagi karena soal adanya tekanan "biaya politik". Parpol bersedia menjelaskan asal-usul kenapa eks koruptor tetap diakomodasi untuk nyaleg, mungkinkah karena soal kedekatan ideologi politiknya? Tanya diri anda sendiri.

Saya kira, isu merebaknya transfer caleg semakin membuka mata publik, betapa kekuatan materi dan bukan ideologi yang tampak diperkuat. Tak ada ideologi politik, karena sejatinya ia hadir di "dunia lain" bukan dalam dunia nyata panggung kekuasaan. Wajar jika ada sebagian orang yang "gagal" menangkap makna demokrasi yang digadang-gadang menjadi sistem yang paling adil dan menerima keinginan berbagai pihak. 

Demokrasi hanya sebatas "simbol" yang diperdengungkan di permukaan, walaupun ternyata substansinya hancur berantakan. Demokrasi sekadar prosedur politik yang tak memiliki kedalaman makna, terlebih dapat memberikan dampak nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan kepada masyarakat.

Belakangan justru ramai perdebatan antarpetinggi parpol menyoal biaya transfer, masing-masing mengklaim dengan dalih kebenarannya sendiri-sendiri. Disatu pihak, bahwa proses transfer caleg itu memang ada, disisi lain justru isu itu sebatas "sampah" yang tak layak dikonsumsi oleh masyarakat. 

Itulah realitas politik yang kadang bertentangan dengan kenyataan sosial. Realitas politik tak seluruhnya diungkap, karena "wajib" disembunyikan beberapa faktanya demi lancarnya seluruh proses politik. Publik dalam hal ini tentu saja akan lebih cerdas membedakan, mana yang realitas politik dan mana kenyataan sosial yang sesungguhnya.

Tidak hanya transfer caleg, ideologi politik justru tak berlaku ketika melihat dari beberapa publik figur yang mengejutkan memilih salah satu parpol sebagai kendaraan politiknya. 

Yang lebih aneh, pilihan politik yang bersifat pribadi dan duniawi, lalu dituduh sebagai pribadi yang tidak taat agama atau bahkan melanggar agama. Itulah karena melihat seseorang dari sisi luar, berdasarkan simbol-simbol yang selama ini dipertontonkan kepada khalayak, padahal substansinya belum tentu selaras dengan simbol yang melekat yang sejauh ini dipersepsikan banyak orang. 

Politik akan melenceng jika hanya dipersepsikan "hitam-putih", karena dunia politik bukan zebra cross yang menjadi "penanda" bagi setiap orang untuk menyeberang secara aman. Dunia politik adalah jalanan umum, penuh hiruk pikuk kendaraan yang dihalalkan, salip kanan atau kiri, bahkan mungkin bertabrakan sekalipun.

Saya kira sudah menjadi rahasia umum, bahwa proses rekrutmen politik sarat dengan ongkos dan biaya politik yang jauh dari sekadar harga sapi menjelang Idul Adha. Lalu, masihkah ada kesamaan ideologi politik yang membuat banyak orang menyeberang secara bebas ke parpol manapun yang dia sukai? Sederhananya, seseorang yang dibesarkan secara ideologis dalam kurun waktu tertentu dan dalam lingkungan tertentu, pasti sudah sangat fasih dengan ideologi politik yang melekat dalam kepalanya. Perpindahan atau memilih parpol lain sebagai kendaraan politik barunya, tentu saja sangsi jika itu karena alasan kedekatan ideologi, bukan karena nilai materi.

Tetapi, itulah realitas politik dimana pada kenyataannya marak fenomena perpindahan para caleg dari satu parpol ke parpol lainnya demi mengejar berbagai kenikmatan kekuasaan. Parpol ibarat perusahaan besar yang siap meluncurkan produk politiknya ke tengah masyarakat dengan berbagai identitas yang melekat kuat yang sudah ditangkap masyarakat. 

Saya rasa, masyarakat tak lagi memilih berdasarkan pretensi latar belakang parpolnya, tetapi lebih kepada bentuk "produk" yang sejauh ini dianggap lebih "menjual" karena figurnya yang terkenal. Elektabilitas dalam hal ini ditentukan oleh popularitas, sehingga wajar jika fenomena "transfer politik" justru makin marak.




Baca juga:
Mengenang Perjumpaan dengan Amina Sabtu, Fatmawati-nya Tidore
Bambu, Tiang Bendera Kearifan Lokal
Surat Keterangan Tidak Mampu di Dunia Pendidikan dan Mentalitas Kita

Cerpen | Tentang Kunang-kunang

$
0
0

Sumber foto: pixabay

Sudah lama aku mengamatinya dari jauh. Aku bersembunyi di balik rerimbunan semak. Mengagumi indah bunganya. Bukan mempesona seperti Mawar. Bukan pula malu-malu seperti Melati. Bunga ungu kecilnya terlihat cantik, namun rapuh. Aku sangat ingin melindungi bunga-bunga itu. Sungguh, Ia adalah Bunga kenikir yang cantik.

***

Seorang anak gembala berlarian dengan riang. Mengedarkan pandangan  ke seluruh sudut padang rumput. Langkah kaki membawanya ke bawah pohon besar dekat  Kenikir. Si anak gembala duduk berteduh di bawah pohon. Menyanyikan sebuah lagu indah. Kulihat Kenikir kesayanganku itu bergoyang menikmati lagunya. Aku cemburu. Bungaku terpikat pada nyanyian anak gembala.

Sejak saat  itu, Ia terlihat bahagia. Hari-hari diisi dengan menanti anak gembala datang membawa nyanyian. Aku tetap disini. Mengawasinya, dari balik rerimbunan semak. Menahan rasa sakit saat melihat Ia berbahagia bukan karenaku.

***

Sore menjelang. Saat kulihat si anak gembala beranjak dari duduknya. Mendekati Ia yang wajahnya berbinar. Hatiku berdegup menanti apa yang akan dilakukan anak gembala itu pada bungaku.

Jerit lolong pilunya menggores hatiku. Ketika ternyata, si anak gembala memetik paksa bunganya. Membawa bunganya pergi sambil bersenandung riang. Kenikir tertunduk sedih. Aku marah pada anak gembala itu. Namun aku lebih marah pada diriku, yang tak mampu berbuat apa-apa untuk Ia, kenikir kesayanganku. Aku harus menunggu malam datang dulu, sebelum kuberanikan diri menemuinya.

***

Malam itu aku menemuinya. Sedih masih bergelayut di wajahnya. Ia masih meratapi bunganya yang hilang.

"Mengapa kau bersedih?" tanyaku menyapa.

Ia terlihat ragu-ragu sebelum akhirnya menjawab.

"Tak ada lagi bahagiaku, Bungaku telah hilang," Ia berkata padaku

"Kau tetap cantik. Jangan tutup hatimu. Kau akan terkejut saat nanti, bunga-bunga baru bermekaran dalam dirimu." Aku berusaha meyakinkannya.

Aku memujinya, menggodanya, memamerkan kerlip indahku padanya. Kukisahkan tentang indah cinta padanya. Berharap dapat mengobati lukanya. Kulakukan itu setiap malam.  Lambat laun, senyum mulai menghiasi wajah lembut itu. Kini Kenikirku, tersenyum karenaku.

Bunga baru telah mekar. Aku mengitarinya, mengamati indah dirinya. Hatiku dipenuhi bahagia, hingga rasanya nyaris memenuhi seluruh nadiku.

***

Aku mencintainya. Ia indah, jalan pikirannya penuh warna, namun rapuh. Aku takut menyakitinya, mengecewakannya. Itulah sebabnya, aku tak pernah menemuinnya di siang hari. Ia selalu kutinggalkan, tepat sebelum tengah malam. Aku tak ingin Ia melihat wujud asliku  saat matahari mengalahkan kerlip indahku, yang sangat dikaguminya. Aku takut. Ngeri membayangkan Ia kecewa melihat sisi diriku yang ini.

***

Angin kencang sore itu membuatku tak mampu terbang. Aku tergulung sapuan angin, hingga terhempas tepat pada pohon di belakangnya. Aku mengaduh, tubuhku sakit. Saat itulah dia melihatku, dibawah sinar matahari yang menelanjangiku.

Wajahnya terpana, heran melihatku. Merasa aneh melihatku tanpa kerlip indahku. Aku malu dan takut Ia kecewa. Namun aku tak dapat berbuat apa-apa.

Kubentak Ia, hingga terkejut. Aku tak ingin Ia melihatku begini. Kutepis tangannya, lalu segera terbang pergi.

Dari balik semak, tempat aku biasa memata-matainya. Kulihat kebingungan terpancar di wajahnya. Saat rautnya berubah sedih, setitik bening menetes dari sudut matanya. Hatiku sakit melihatnya sedih karenaku.

"Apa yang harus kulakukan?" bisikku

Sekalipun ingin, aku tak berani kembali padanya. Tidak setelah aku berlaku kasar padanya.

Bukankah Ia telah melihatku tanpa kerlip indah yang dipujanya?

Akankah Ia tetap mencintaiku, walaupun cahayaku tak lagi bersinar?


Tenggarong, 19 Juli 2018
*)Catatan penulis : sudah kutuliskan perasaan Kenikir pada kunang-kunang, dalam cerita "Tentang Kenikir"




Baca juga:
Di Balik Kemenangan Kotak Kosong yang Jadi Sejarah!
Mengenang Perjumpaan dengan Amina Sabtu, Fatmawati-nya Tidore
Bambu, Tiang Bendera Kearifan Lokal

Memperkaya Diri dengan Kosakata

$
0
0

Vita terlongong-longong. Bengong. Tidak mampu berkata apa-apa. Lidahnya kelu. Ia masih terpinga-pinga, tercengang keheranan, sementara kekasihnya sudah menjauh. Tiada apa pun yang ia lakukan selain terpangah. Menganga. Debu dan bisu bersaing menguasai mulutnya.

Ilustrasi: pxhere.comParagraf di atas bukanlah pembuka sebuah cerpen. Bukan pula bab awal dari sebuah novel yang tengah saya karang. Alinea tersebut semacam contoh saja. Hitung-hitung itu sajian fakta bahwa kosakata bahasa Indonesia memang kaya. Malah sangat kaya.

Mari kita sisir kata demi kata. Mula-mula saya munculkan terlongong-longong, artinya tertegun karena kaget dan bingung. Kemudian bengong, kata yang berarti termenung seperti kehilangan akal karena sedih bercampur heran. Lalu terpinga-pinga, yang masih serumpun dengan kata sebelumnya, tetapi makna khususnya tercengang keheranan. Selanjutnya kata terpangah. Kata ini semakna dengan ternganga atau menganga.

Seluruh kata yang saya cetak miring di atas merupakan varian dari kata tercengang atau terkejut. Masih ada kata lain, tetapi cukuplah kata-kata di atas sebagai contoh.

Sebenarnya ada 43 kata yang senada. Baiklah, saya suguhkan seluruh kata yang serumpun dengan tercengang atau terkejut.

Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)Perbendaharaan Kata Kita Harus Kaya

Vita menengadah. Ia melihat telaga mata kekasihnya berkaca-kaca. Sungguh, ia melengak menatap telaga bening itu kini mulai bersimbah air mata. Kontan ia menceratuk, menunduk sambil mengetuk-ngetuk meja, lalu congak-cangit. Ia mendesah seolah-olah beban berat baru saja terembus keluar dari hidungnya. Vita menjelangak, mendongak lagi, menatap mata kekasihnya lagi, dan merasakan darahnya berdesir.

Barangkali kalian berpikir buat apa memperkaya diri dengan kosakata. Barangkali kalian menyangka perbendaharaan kata perkara sepele. Barangkali kalian menganggap kosakata hanyalah soal remeh. Barangkali kalian menduga menulis akan tetap lancar meskipun kalian miskin kosakata.

Ya, kalian tidak salah. Kendatipun hanya tahu menengadah untuk melukiskan peristiwa mengangkat kepala, tulisan kalian tetap akan tiba di hadapan pembaca.

Sungguhpun cuma tahu mendongak, kalian cukup menggunakan satu kata itu dalam tulisan panjang, misalnya novel, dan memakainya hingga puluhan kali. Itu bukan perbuatan terlarang.

Tidak masalah. Paling-paling khalayak pembaca mengecap kalian Penulis Miskin Kata. Andaipun digelari demikian, santai saja. Miskin kata tidak semengenaskan miskin harta.

Yang menyedihkan kalau kalian miskin kata dan miskin harta. Beli buku susah, apalagi beli kamus. 

Jikalau stok kosakata di gudang perbendaharaan kata berlimpah, kalian tidak akan kesulitan menulis apa pun. Kalian tidak akan mengalami "macet di tengah jalan" karena kalian mampu menggambarkan ide kalian dengan kata yang tepat. Itu keuntungan pertama.

Jikalau kecerdasan gramatikal mumpuni, kalian tidak akan tersendat ketika menuangkan gagasan ke dalam tulisan. Tidak akan terjadi "benturan antarfrasa" atau "guncangan antaralinea", karena kalian dapat membedakan makna kata dan menggunakannya dengan jitu. Itu keuntungan kedua.

Jikalau kepekaan rasa baca tajam, kalian tidak akan mengalami benturan pembacaan tatkala mengendapkan dan mengeja ulang tulisan. Gagasan segar dan brilian yang ingin kalian hadiahkan kepada pembaca akan sampai ke tujuan dengan selamat dan sentosa. Itu keuntungan ketiga.

Ketiga perkara tersebut akan terpenuhi apabila kalian berkenan memperkaya diri. Ya, memperkaya diri dengan kosakata.

Pada alinea pengantar subbagian di atas, saya menggunakan lima varian ungkapan "mengangkat kepala". Bayangkan andaikan saya hanya paham satu kata, misalnya mendongak, dan kata itu terpaksa saya ulang sebanyak lima kali dalam alinea sependek itu lantaran saya tidak punya kata yang lain.

Bukan hanya itu. Bisa-bisa pembaca jemu. Bolehlah kita mengambil baju sebagai cermin. Bayangkan selembar baju kita pakai selama lima hari ke kantor. Sudah lusuh, apak keringat menguar ke mana-mana, kucel di sana-sini, dan kita niscaya risih memakainya. Malahan kehilangan rasa percaya diri.

Dengan demikian, tindakan memperkaya diri dengan kosakata bukanlah perbuatan haram yang berlumur dosa. Tulisan yang kaya akan mengayakan pembaca. Bukan sebatas kaya gagasan, melainkan kaya dalam pembabaran gagasan. Tidak peduli apa pun tulisan kalian, kosakatanya harus variatif, tepat makna, dan lezat dibaca. Itulah kunci tulisan yang kaya dan mengayakan.

Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)Melawan Rasa Malas

Matanya membelalang seakan-akan tidak percaya melihat jasad yang terbujur di hadapannya adalah ibunya. Semalam ibunya masih mendongeng untuknya, pagi tadi masih menyiapkan sarapan baginya, dan siang tadi masih membukakan pintu ketika ia pulang sekolah. Ia masih nanap, matanya membuntang, dan sesuatu yang hangat membasahi pipinya.

Ada satu virus yang menyerang hampir seluruh penulis dan orang yang suka menulis dan orang yang berhasrat menjadi penulis. Virus itu ganas. Namanya "malas". Virus yang juga menjangkiti para pemeriksa ejaan (proofreader) dan penyunting (editor). Padahal, obat mujarab untuk membunuh virus itu tidak tersedia di apotek mana pun di seluruh dunia.

Jangankan cara membeber gagasan yang ajek dan utuh, membedakan pemakaian kata saja masih kelimpungan. Contoh sederhana, banyak penulis atau calon penulis (termasuk pemeriksa ejaan dan penyunting) yang masih gelagapan apabila ditanya perbedaan antara ini dan itu, beginilah dan begitulah, suatu dan sesuatu, atau berapa dan berberapa.

Banyak juga yang bisa menjawab, namun tidak sedikit yang jawabannya cemang-cemong alias sekenanya.

Semua gara-gara virus malas. Nasib semakin nahas. Virus malas tidak hanya menghalangi syahwat membuka kamus, tetapi juga merintangi gairah membaca. Jika membuka buku, kecepatan membaca kita seketika melebihi laju kuda. Berjumpa kata yang tidak dimengerti langsung pindah alinea.

Jika membaca artikel atau berita di gawai, mata acapkali singgah di judul dan paragraf awal saja. Setelah itu main gulir ke bawah dan langsung ke alinea penutup. Spontan kita menjelma serupa juru nujum alias dukun yang mahir mereka-reka pertanda. Sesudah itu, kita main tarik simpulan sendiri. Alamak!

Coba gulirkan layar gawai kalian ke atas. Berhenti beberapa jenak pada alinea pembuka subbab. Simak dan cermati kata yang saya cetak miring. Ada tiga varian kata membelalak yang saya gunakan, yakni membelalang, nanap, dan membuntang. Tunggu, Kawan. Tidak perlu tergesa-gesa membuka kamus daring. Sudah saya siapkan tabel bagi kalian berisi varian kata membelalak. 

Silakan dinikmati.

Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)Trik Memperkaya Kosakata

"Tidak," kata Vita. "Aku bisa memaafkanmu, tetapi tidak mampu melupakan kesalahanmu," katanya lagi. Vita berkata dengan mata berkaca-kaca. Ketika kata-kata mengalir dari bibirnya, ia merasa ada yang berderak di dadanya. Rasa sakit menjalar. "Kalau kamu mau pergi," katanya sambil terisak, "pergi saja!"

Setidaknya ada satu trik memperbanyak kosakata. Trik yang mudah dan murah, meskipun tidak murahan. Trik itu adalah membaca. Naif apabila kita berharap bisa mengisi gudang kata dalam benak kita hanya dengan berangan-angan atau beringin-ingin. Suka tidak suka, kita harus rakus membaca.

Coba kalian cermati alinea pembuka di atas. Meskipun saya tata kalimat di atas dengan baik, tetap berasa janggal karena "kata dan turunan bentuknya" muncul berkali-kali. Seolah-olah tiada lagi kosakata dalam bahasa Indonesia yang semakna dengan "katanya".

Kapan-kapan, kalian buka dan bacalah sebuah novel. Hitunglah berapa kali "katanya" muncul setelah petikan dialog. Hitung sampai kalian mual-mual. Kekeringan kosakata semacam itu bukan menimpa penulis belaka, melainkan melanda penyunting juga. Sebuah buku yang tiba di pangkuan kalian adalah hasil kolaborasi antara penulis dan penyunting. Itu fakta yang mustahil ditampik.

Perhatikan pula contoh berikut.

"Semoga pelaku dihukum setimpal," harap korban.

Sejak kapan kata harap beralih fungsi menjadi penanda dialog? Saya sering menemukan kata itu digunakan oleh jurnalis di portal atau di koran. Jika ingin memvariasi penanda dialog, jangan pakai kata yang keliru. Masih ada ucap, ujar, atau tutur. Masih ada sela, sanggah, atau bantah. Kalian tinggal memilih kata paling tepat yang sesuai dengan konteks tulisan dan makna yang kalian kehendaki. Maaf, saya tidak bermaksud mengungkap aib pemburu berita yang miskin kata. Tidak juga berniat menggurui. Tidak begitu. Saya hanya ingin menyuguhkan contoh.

Kalau kita rajin membaca, pada fase lebih kerap saya namai rakus membaca, kekeliruan semacam itu tidak akan terjadi. Membaca apa? Kalau malas membuka buku, apalagi kamus, cukup baca koran atau portal di gawai yang beritanya apik dibaca. Masih malas juga? Hmmm, menulis saja dengan kosakata terbatas. Dan, saya tertawa sambil geleng-geleng kepala ketika menulis kalimat tadi.

Apakah ada trik lain yang lebih instan? 

Ada. Ambil kamus dan bakar, lalu tuangkan abunya ke dalam air, lalu aduk sampai rata, lalu reguk hingga tandas. Dan, saya kembali tertawa seraya geleng-geleng kepala. Ayolah. Kalian jangan ikut-ikutan kebiasaan "angkatan pemalas". Jangan juga memasuki "golongan kemaruk" yang dikasih satu trik masih merasa belum cukup. Padahal, itu sudah cukup asal dijalani dengan tekun.

Tanpa berniat sombong, sebenarnya ada cara instan untuk memperkaya kosakata. Baca saja beberapa tulisan saya. Bahkan tulisan receh ini juga menyajikan daftar kata. Kalau kalian cerdas, tinggal telusuri gambarnya di Pak Google, kemudian simpan. Begitu kalian butuh, tinggal buka dan gunakan. Enteng, kan?

Bagi kalian enteng, bagi saya tidak. Tabel-tabel yang saya sajikan adalah hasil dari kebiasaan saya mengulik kamus. Itu jelas-jelas bukan pekerjaan enteng. Butuh ketekunan, butuh kecermatan. Butuh waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Mengapa saya bagikan kepada kalian? Alasan saya sederhana. Berbagi itu membahagiakan.

Kata-kata saya kumpulkan, kemudian saya kelompokkan berdasarkan rumpun makna. Dokumennya saya namai Kamus Kecil Bahasa Indonesia. Kebiasaan itu bukan hobi dadakan, melainkan sudah tumbuh sejak saya masih di sekolah menengah. Sekarang sudah saya masak dan sajikan. Mari kita santap bareng-bareng. Kalian kenyang, saya senang. Sesederhana itu.

Sebelum saya tutup tulisan ini, saya tambahkan satu tabel ringkas. Siapa tahu berguna bagi kalian. Isinya tentang varian kata "mengangguk".


Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)


Ketika rasa marah membuncah di dada, ketika rasa kecewa menguasai hati, ketika rasa benci memantik hasrat pergi, cobalah tarik napas dan masuki sunyi. 

Kita terlalu sering melihat sesuatu cuma dari satu sisi. Kita hanya percaya bahwa hasil penjumlahan 7 + 7 selalu 14. Kita begitu karena itulah yang kita mamah sejak kecil. Padahal, hasilnya bisa saja segitiga apabila kita melihatnya dari sisi berbeda.

Ketika syahwat pergi menjadi-jadi, berbaliklah sejenak ke masa lalu. Kenang-kenanglah masa-masa susah yang pernah kita jalani. Hasilnya akan berbeda, seperti 7 + 7 ternyata segitiga.

Inilah tulisan terpanjang saya selama menulis di Kompasiana. Semoga kalian tidak jemu membacanya. Saya harap tulisan ini menyenangkan hati kalian dan mengenyangkan rasa lapar kalian pada kata.

Andaikan tulisan ini berguna, bolehlah kalian bagikan kepada sesama. Mana tahu ada teman atau rekan kalian yang membutuhkan. Kita tidak tahu seberapa penting sesuatu terhadap diri kita sebelum kita kehilangan sesuatu itu. Maka, simpanlah. Siapa tahu nanti, entah cepat entah lambat, tulisan ini berguna bagi kalian.

Sebagai penutup, izinkan saya berterima kasih kepada kalian yang sudah berlama-lama dan berpayah-payah membaca tulisan ini hingga rampung. Selamat memperkaya diri dengan kosakata. 

Selamat menulis dalam bahasa Indonesia yang kaya. []




Baca juga:
Sejarah Panjang Revolusi Teknologi Celana Dalam
Di Balik Kemenangan Kotak Kosong yang Jadi Sejarah!
Mengenang Perjumpaan dengan Amina Sabtu, Fatmawati-nya Tidore

Kiat Sukses Membuat Kontroversi dalam Karya Fiksi

$
0
0

Ilustrasi (pexel.com)

Sebermula ia adalah guru kelas satu kelas menengah atas. Bertahun-tahun di ruang kelas mengajar Bahasa Inggris. Ia bosan, ingin mencari "yang lebih". Ia lantas pergi ke Los Angeles, Amerika Serikat, untuk menjadi komposer lagu. Satu di antara banyak bidang yang ia pahami. Delapan tahun setelah itu, ia kembali beralih profesi: menjadi penulis!

Tiga buku pertamanya disambut baik oleh para pembaca dan kritikus. Ia dianggap mampu mencerita setara detail dan bisa menyajikan fakta-fakta secara gamblang dalam ceritanya. Singkatnya, kemampuan mengolah data dan riset sangat baik, juga serius.

Yang kurang dari semua itu, meski dipercaya oleh kritikus, hasil penjualannya tidak berbanding lurus. Beberapa bulan pertama setelah bukunya terbit hanya mencapai angka beberapa ribu kopi. Ia tahu, saat di mana buku itu terbit adalah celah sukses-atau-gagal sebuah novel mendapat perhatian. Ketiga buku pertamanya, bagi ia sendiri, gagal.

Kala itu ia sedang di Grand Gallery Louvre, Paris, melakukan riset untuk buku keempat dan kelimanya. Kedua buku tersebut adalah pertaruhan akhirnya. Jika masih gagal, maka mau tidak mau, ia akan mencari penerbit baru atau kembali alih profesi (yang terburuk: kembali ke ruang-ruang kelas, mengajar).

Meski didanai oleh penerbit untuk melakukan riset, ia beranggapan itu adalah beban. Uangnya tidak sedikit: 400.000 dollar. Itu adalah cek pertama terbesar yang ia terima selama menjadi penulis. Maka jalan yang ia ambil: membuat kontroversi dengan buku karya sendiri.

Ia melakukan itu dengan sadar, dengan penuh kesadaran malahan. Dalam bayangannya, novel terbarunya itu mesti mendapat perhatian besar oleh banyak orang. Ia ingin memecah misteri seputar kode-kode lukisan maha-agung, serta petunjuk tersembunyi dalam agama Kristen. Ia percaya, setelah selesai bukunya akan mendapat sambutan yang luar biasa dari banyak orang.

Berbulan-bulan melakukan riset, mewawancara narasumber, dan mendatangi perpustakaan mencari bahan tambahan pun rela ia lakukan.

Hasilnya, enam tahun setelahnya ia serahkan kerangka panjang novelnya termasuk detail setiap karakter kepada penerbit setelal 200 halaman. Sangat rinci. Ia tak ingin menyisakan sedikitpun ruang untuk adanya keraguan dan distraksi.

Buku itu ia berijudul "The Da Vinci Code". Beberapa tahun setelahnya ia benar-benar berhasil dengan bukunya. Buku tersebut laku hingga 200 juta kopi di seluruh dunia dan telah dialihbahasakan menjadi 56 bahasa berbeda. Setiap kali diundang sebagai pembicara, ia sudah seperti rock star. Orang-orang rela antre panjang menyambut kedatangannya, berteriak histeris. Mau berlama-lama demi mendapat tanda tangan di bukunya. Bahkan musisi sekelas Steven Tyler mau duduk manis mendengarkan ucapannya. Ia adalah Dan Brown.

***

Tentu banyak penulis yang mempunya karya sefenomenal Dan Brown. Paling tidak pasti ada satu karya masterpiece-nya. Tapi, rasa-rasa tidak banyak penulis yang dengan sengaja membuat kontroversi terhadap karyanya sendiri. Karena tidak hanya menjadi fenomenal, melainkan kontroversial.

Bahkan dalam satu wawancaranya Dan Brown mengatakan, "Aku bekerja mati-matian dalam menulis buku ini --The Da Vinci Code, maksudnya-- dan aku tidak terkejut melihat orang-orang menikmatinya."

Tapi, yang membuat Dan Brown kagum adalah bahwa benar-benar tidak menyangka orang sebanyak itu (jika dihitung dari angka penjualan bukunya sampai 200 juta kopi di seluruh dunia) bisa menikmati karyanya.

Tentu selalu ada yang menanggapi karya-karya Dan Brown lewat surel. Namun, itu setelah 2-3 tahun buku tersebut terbit. Dan, dalam waktu yang bersamaan, kerapa kali Dan Brown sedang mengerjakan novel berikutnya. Sehingga, bukan abai, fokusnya lebih tertuju pada buku yang sedang dibuat.

Bukan semangat, melainkan... kepercayaan dalam apa yang diperbuat. Meski lebih sering gagal, tapi selalu ada yang dipertaruhkan, yang lebih besar dari karyanya: (ke)hidup(an)nya sendiri.

***

"Aku bekerja mati-matian dalam menulis buku ini --The Da Vinci Code, maksudnya-- dan aku tidak terkejut melihat orang-orang menikmatinya." -- Dan Brown

Sudah membaca cerpen "Retakan dan Keinginan-keinginan di Atas Meja Makan" yang ditulis Sanad? Jika belum, cobalah sejenak selesaikan cerpen tersebut dan ada beberapa bagian yang menarik di sana. Semisal: obrolan di meja makan yang kini, barangkali, jarang kita rasakan kehatannya

Upaya yang dibangun oleh Sanad dalam cerpennya tersebut, mungkin saja, ingin mengingatkan kita apa yang pernah dan akan terjadi ketika obrolan di meja makan itu. Dengan latar pembunuhan, membuat kisah tersebut hadir dalam banyak layer.

Dari cerita tersebut juga Saand mencoba mendedah motif. Dalam hal ini: pembunuhan. Kita acap kali melihat pembunuhan sebagai tindak kriminal semata. Sedangkan, yang kadang abai dari peristiwa pembunuhan itu adalah motifnya. Kita mungkin tahu sebabnya, tapi kadang kita membiarkan latarnya. Latar tersebut yang disajikan Sanad dalam cerpennya "Retakan dan Keinginan-keinginan di Atas Meja Makan".

Cerita panjang yang sebuah motif, barangkali, hanya terjadi dalam sebuah peristiwa. Bahkan diksi yang digunakan Sanad sedikit bersayap untuk menggambarkan keinginannya membunuh: Masa pemimpin hanya tau mendatangkan pekerja dari luar, barangkali dipikirnya saya tidak bisa lagi bekerja dan berguna untuk dia.

Lahir pertentangan. Karena memang itulah yang dicari dan diharapkan. Jika tidak oleh banyak orang, paling tidak oleh kita sendiri --dengan pikiran. Bagaimana mungkin (1) di hadapan polisi ia bercerita tentang rencana pembunuhan itu yang sudah dirancang bertahun-tahun di kepalanya. Dan, (2) mengambil data empiris dengan mengaitkan perasaan perempuan dengan lagu-lagu yang mewakili suara perempuan.

Upaya-upaya seperti inilah yang dijelaskan satu per satu oleh Sanad. Jejak-jejaknya disebar ke beberapa bagian ceritanya. Menarik.

***

Dan Brown kecil selalu dipenuhi teka-teki dan kode. Satu ketika pada perayaan natal di umurnya yang kesepuluh, Dan Brown mencari sendiri kado hadiahnya dengan memecahkan masalah lewat puisi. Setiap puisi berisi sebuah huruf bilamana digabungkan dengan huruf dari puisi lain akan membentuk sebuah kata. Kata tersebut akan merujuk sebuah tempat di mana kado itu disembunyikan. Dan, tentu saja, Dan Brown berhasil.

Sandi dan kode, katanya, adalah gabungan antara matematika, musik dan bahasa. Ia dibesarkan dengan cara seperti itu oleh orangtuanya.

Sering kali kenikmatan membaca puisi adalah mencari segala hal yang tersimpan dan tersirat di dalamnya. Seperti Dan Brown kala menemukan kado natalnya.Puisi "Pertanyaan Sederhana dengan Jawaban Semenjana" yang ditulis Mim Yudiarto bisa dijadikan contohnya.

Sebelum masuk ke dalam karyanya, perubahan yang kentara bisa kita lihat dari Mim Yudiarto adalah caranya bertutur. Semakin kuat, matang dan bulat. Puisi naratif-deskriptif laiknya prosa, tidak semata menghadirkan cerita: simbol-simbol yang ditaruh melalui kata-kata.

Secara keseluruhan puisinya berkisah tentang pertanyaan-pertanyaan yang (kadang) yang tidak perlu dijawab. Tidak semua pertanyaan ada dan membutuhkan jawaban, bukan?

Simak diksi-diksi puisi "Pertanyaan Sederhana dengan Jawaban Semenjana" ini: matahari dan bulan; elang dan udara; pahit dan buah maja.

Dari ketiga bagian pembanding itu tentu kita tahu: adanya saling keterkaitan. Tidak ada yang lebih. Yang ada justru keterbutuhan antara satu dengan lainnya. Seperti kode, kata-kata dalam puisi memang semenarik itu. Saling mencari dan (lalu) menemukan.

***

Ada tiga, paling tidak, gambaran umum tentang karya Dan Brown: (1) ketertarikannya akan sejarah, (2)  pendidikan --atau, tekanan?-- dari keluarga perihal musik dan matemarika, dan (3) kegemarannya dengan misteri akan sandi juga kode-kode. Apapun karya yang Dan Brown hasilnya pasti seputar itu.

Dalam dunia kreatif kita sering mendengarnya dengan istilah Magic of Three, yaitu cara di mana kita mengotakan sudut pandang. Ketiga bagian itu biasanya terbagi menjadi Narrator POV (orang yang tidak terlibat secara langsung), Self POV (memersepsikan orang lain terlibat secara langsung), dan Character POV (memersepsikan hal-hal sebagai orang atau benda).

Tidak mudah memang merangkai ketiga bagian itu secara langsung. Namun, sadar-atau-tidak dalam menulis sebuah cerita, ketiga hal tersebut hadir. Sebab, jika satu saja tidak ada, sebuah cerita menjadi "kering".

Melihat bagaimana Dan Brown melakukan itu, tentu tidak bisa dilepaskan akan tulisan pertama yang ia buat. Semasa sekolah, tulisan pertamanya adalah sebuah esai panjang tentamg Grand Canyon. Dengan lihai, tentu saja, Dan Brown menulis secara indah: menggambarkan warna-warna lembut dan celah-celah kecil pada batu kapur.

Namun, yang kemudian terjadi adalah esai panjangnya itu dicoret-coret oleh gurunya dengan tinta merah. Dicoret sampai 90 porsen tulisannya. Dan Brown mendapat nilai C-minus dengan kalimat manis yang ditinggalkan gurunya: lebih sederhana lebih baik.

Dan Brown pun akhirnya melakukan itu ketika mengerjakan "The Da Vinci Code" yang fenomenal itu.

Mungkin, katanya, kesuksesannya dalam bercerita adalah penggunaan sewenang-wenang pada tombol "delete" di komputernya. Ia mulai mengurangi ragam kata-kata sifat dalam tulisannya.

Memangkas kata sifat dan menggantinya dengan menguatkan alur, cerita dan karakter. Magic of Three tadi, maksudnya. Kita pun akan merasakan hal serupa pada cerpen "Tiga Cerita Satu Malam" yang dibuat oleh Sapta Arif.

Sapta Arif mencoba menggabungkan ketiga bagian ceritanya dengan saling mengaitkan antara satu dengan lainnya. Caranya, seperti bagaimana dengan apa yang Dan Brown lakukan: memanfaatnya narator mendominasi cerita. Dengan begitu, tentu saja, dapat meminimalisasi kata sifat yang hadir melalaui setiap karakter.

(Hay)




Baca juga:
Ikut Ramaikan Asian Games di Kompasiana Bisa Dapat Total Hadiah Rp 32,5 Juta!
Sejarah Panjang Revolusi Teknologi Celana Dalam
Di Balik Kemenangan Kotak Kosong yang Jadi Sejarah!

Yuk Kembali ke Sangiran Melihat "Balung Buto"!

$
0
0

Dokumentasi PribadiSangiran? "Balung Buto?" apa kaitannya? Kalau kalian asing dengan kata Sangiran dan "Balung Buto" bahkan gelap sama sekali,mungkin saya akan maklum jika kamu generasi yang lahir ditahun 90 an hingga sekarang.

Tapi, kalau kalian lahir di era 80 an mundur, saya akan geleng-geleng kepala. Masa' sih nggak tahu?, karena buku pelajaran Sekolah Dasar di era orde baru sudah memuat tentang situs Sangiran. Apa sebab?

"Saya hidup di pelosok, mas".

"Bangku sekolah belum menyentuh aku, bro. Aku lebih sering bantu bapak kerja sejak kecil".

"Hei! Bung yang diatas sana!" Saya? "Iya kamu!" O yeah. "Begini, You itu beruntung hidup di Jawa. Segala akses mudah. Lha, kami? Dulu seusia bung, saya harus memupuskan niat sekolah karena keterbatasan fasilitas, biaya. Jadi jangan nyinyir. Ok? Toss dulu".

Iya deh, nggak apa-apa. Setiap individu mempunyai rekam jejaknya sendiri.

Bahkan kemungkinan dipulau jawa sendiri informasi tentang Sangiran tak semua mengetahui secara detail. Dan saya salah satu yang beruntung, karena kata Sangiran sudah tertatah diotak sejak Sekolah Dasar.

Dokumentasi PribadiKalau begitu saya akan mengupasnya kembali walau sekelumit. Bagi yang sudah tahu mungkin bisa dijadikan lonceng pengingat. Sedangkan bagi yang belum semoga bisa menambah wawasan pengetahuan. Istilahnya 'Bedo Guru ojo nganggu-Bedo konco ojo nggoda-Nduwe Ilmu Podo disebarke'

Sangiran adalah sebuah dukuh diwilayah desa Krikilan kabupaten Sragen Jawa Tengah, masuk kecamatan Kalijambe yang berbatasan dengan kabupaten Karanganyar.

Bagi para arkeolog, daerah seluas 7 km X 8 km merupakan ikon prasejarah dari masa Pleistosen. Bentang 56 km persegi adalah salah satu situs paling penting di dunia untuk mempelajari fosil manusia, disejajarkan bersama situs Zhoukoudian (China), Willandra Lakes (Australia), Olduvai Gorge (Tanzania) serta Sterkfontein (Afrika Selatan) dan lebih baik dalam hal penemuan daripada yang lain. Para peneliti dari seluruh dunia berbondong-bondong mengeksploitasi wilayah itu dengan beragam muatan kepentingan.

Di sinilah, dulu 1883, peneliti bernama P.E.C schemulling melakukan eksplorasi. Namun setelah itu dilupakan dalam rentang waktu yang panjang.

Dokumentasi PribadiDi wilayah Sangiran mata pencaharian penduduknya sebagian besar bercocok tanam sebagai petani peladang(tegalan). Otomatis aktifitas pencangkulan,penggerusan tanah, tidak terlewatkan dan menjadi bagian proses pengolahan. Akibatnya, seringkali tanpa diduga alat peladangan mereka membentur artefak berupa fosil yang oleh mereka disebut "Balung Buto" (balung = tulang, buto = raksasa). 

Awalnya penyebutan itu diberikan karena rasa ketidaktahuan atas fosil yang mereka temukan dengan ukuran besar dan bentuk yang janggal (kala itu). Berjalannya waktu dan keseringan menemukan ragam fosil (karena begitu mudahnya. 

Kadang muncul sendiri akibat gerusan air hujan) akhirnya menjadi hal biasa. Ini ternyata didengar oleh ahli antropologi berkebangsaan Jerman bernama Gustav Heinrich Ralph Von Koeningswald dan memulai penelitian dilanjut penggalian di wilayah tersebut pada 1934 dengan di bantu seorang carik desa bernama Toto Marsono (kelak menjadi Kepala desa Krikilan).

Dokumentasi PribadiUntuk menjejakkan kaki di Museum Sangiran, aksesnya sangat mudah. Andai kalian melancong di kota Solo dan berniat menuju ke sana bisa menggunakan taksi online(takol), ojek online(ojol), bus, atau armada L300 yang bersliweran. Jarak Solo ke Sangiran hanya 18 kilometer. Dekatkan?. Sekedar saran, lebih baik naik ojol atau takol. Pertimbangannya lebih cepat sampai dan tidak ribet. 

Seaedar gambaran, kalau naik bus atau omprengan L300 harus ke terminal Tirtonadi dan ambil jurusan  utara( Gemolong atau Purwodadi) nanti bilang sama kernetnya,"Mas, mandap Sangiran"(mas, turun Sangiran). 

Sebuah gerbang bertulisan SANGIRAN dipinggir jalan Solo-Purwodadi akan nampak menyambutmu. Dari sini masih ada 4 km yang wajib diarungi dengan menyusuri jalan turun naik. 

Lanjutkan naik ojek pangkalan sampai dititik lokasi. Bagaimana? Pingin sambung menyambung akhirnya sampai atau langsung naik armada online dari penginapan kalian? Pastinya lebih enak naik armada online kan? Atau kalian ingin sewa motor? Kalau itu pilihan terakhirmu kamu malah bisa jelajahi beberapa destinasi lain yang juga didirikan sebagai pendukung Museum Sangiran. 

Jaraknya paling jauh 11 kilometer; Museum Dayu, klaster Ngebung, Klaster Bukuran, Menara Pandang Sangiran. Nanti kalian akan menemukan petunjuk berupa plang bercat coklat .

Dokumentasi PribadiMuseum Sangiran yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Yang saya maksud dari segi bangunan serta tata letaknya. Saya pernah kesini 5 kali (2 kali ketika bangunannya masih model jadul dan 3 kali bangunannya sudah keren). Terakhir mengantarkan ponakan agar mereka mengenal dan tahu kalau situs ini penting dan berkelas dunia.

Bangunan yang sekarang didirikan diatas lapisan tanah berusia 1,8 juta tahun dan sudah tidak mengandung fosil.

Dokumentasi PribadiSangiran itu mirip mercusuar di tepian pantai, menjadi patokan para arkeolog untuk mendapatkan "rantai yang hilang"(missing link) dalam sejarah peradaban manusia. Walaupun kenyataanya missing link itu tidak(belum?) didapatkan di Sangiran. 

Tapi bisa jadi dikemudian hari, diwilayah ini akan ditemukan fosil yang akan menggegerkan jagat arkeolog. Dunia itu serba kemungkinan. Ditunggu saja.

Dokumentasi PribadiG.H.R von Koenigswald akhirnya melakukan ekskavasi dengan segera setelah mengetahui temuan-temuan penduduk Sangiran banyak diperlakukan tidak semestinya. Bagi warga ditepi sungai Cemara( anak sungai Bengawan Solo), balung buto yang mereka temukan bukan hal mewah. 

Jadi jangan heran jika balung buto dijadikan hiasan ditepi sawah, ganjal pintu, mainan anak-anak, saluran pipa air.

Dokumentasi PribadiRasa keilmuwanannya serta eman mengharuskan ia tinggal dirumah si carik desa. Kubah seluas 56 kilometer persegi (sebagian diantaranya masuk wilayah kabupaten Karanganyar) ia fokuskan untuk melampiaskan rasa penasarannya. 

Dibantu penduduk sekitar, von Koenigswald menerima temuan-temuan baik berupa atap tengkorak, belalai gajah purba, tulang paha, dan lain sebagainya.

Untuk itu,  pria yang lahir di Berlin, 13 November 1902 kadang harus merogoh koceknya sebagai imbalan bagi mereka. Kalau lagi bokek diganti dengan tepung ketela (pohong-bahasa jawa). Inilah simbiosis mutualisme versi jadoel..

Dokumentasi PribadiNamun sayang, ketika pecah perang dunia ke 2 dan bala tentara Dai Nippon menyerbu Indonesia, situasi menjadi chaos. Suami dari Luitgarde Beyer ditangkap dan dimasukkan ke kamp internir. Beruntung sejumlah temuan pentingnya berhasil ia kirim ke koleganya, Franz Weidenreich di Jerman. 

Beberapa temuannya itu sekarang tersimpan rapi di museum Senckenberg, Frankfurt diantaranya bagian atas tengkorak "Sangiran II" yang ia sebut Pithecanthropus erectus (anggota Homo Erectus, 1,5 juta tahun)

Dokumentasi PribadiPertengahan bulan Juli ini saya kembali menjejakkan kaki di pelataran Museum yang diresmikan tahun 2011 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh. Udara panas yang menyengat memaksa saya segera memasuki gedung. 

Setelah sebelumnya membayar restribusi sebesar 5 ribu rupiah diloket (siapkan uang pas!). Museum ini hanya buka dari hari Selasa sampai Minggu. Senin Tutup (itu paten! karena capek?). Loket buka jam 08:00 wib s/d 15:30 wib. Sedang Museumnya tutup hingga jam 16:00 wib (mohon diperhatikan biar tidak kecelek).

Dokumentasi PribadiDari halaman parkir motor (bayar 2000 rupiah) segera saya menuju koridor dengan posisi menanjak. Disana sudah ada petugas yang akan menyodorkan buku tamu. Isi saja namamu, alamat, jumlah rombongan, tujuan ke museum (bisa ditulis sebagai wisatawan atau peneliti atau jurnalisme warga atau apalah...), kasih parafmu biar manis.

Dokumentasi PribadiUsai itu langkahkan kakimu ke ruang pamer 1. Dari sinilah petualanganmu memasuki rimba belantara prasejarah dimulai. Dalam ruangan ber AC dengan dibantu penerangan yang pas banget, saya seperti diajak berkelana di masa manusia belum pakai baju/nudis. 

Hari itu saya beruntung karena pengunjung tidak terlalu ramai. Jadi bisa menikmati dan mengambil foto secara leluasa. Dulu pernah ketika mengantar ponakan bertepatan dengan libur panjang, wah...kojur, umpek-umpekan persis pasar tumpah. Dari pintu loket antrinya mengular.

Dokumentasi PribadiBeberapa artefak dipajang vertikal diruang kaca. Sebuah fosil gading gajah purba di balut diorama menjadi perhatian saya. Membayangkan masa itu apakah tidak jauh beda dengan film Jurrasic Park besutan Steven spielberg? Ah, hancurkan persamaan itu! Ini manusia purba rasa jawa! Bukan bule!? Imajinasimu terlalu nakal.

Berpindah ke ruang sebelah via koridor pendek, terlihat fosil kuda nil purba mengisi sekian meter diorama. Gambar-gambar pendukung tema menempati dinding dengan penjelasannya. Sebuah layar LCD menayangkan beberapa orang yang berhubungan dengan dunia arkeolog menjelaskan pentingnya disiplin ilmu tersebut.

Dokumentasi PribadiSelanjutnya kita menuju Ruang Pamer Dua, letaknya di dibawah. Karena kita akan dibawa menuruni anak tangga. Ruangan ini lebih luas. Beberapa artefak berukuran kecil ditempatkan dikotak kaca beserta inisial. 

Perjalanan manusia di alampada dipaparkan dengan runut lewat gambar serta tulisan. Kalian juga bisa menatap layar penjelas bagaimana tata surya terbentuk. Disitu juga dipajang pecahan benda langit (meteor purba?) yang dilindungi kotak kaca.

Beberapa kursi tersedia dibeberapa sudut. Dengan meletakkan pantat dijalinan besi, pikiran saya berkecamuk, posisi nabi Adam dalam kancah peradaban manusia dibagian mana ya? Pertanyaan ini sebenarnya puluhan kali dilontarkan banyak orang, dan mengundang perdebatan panjang.  

Dokumentasi PribadiRuang Pamer Tiga (ruang pamer terakhir), begitu masuk dihadapan kita berdiri diorama tentang sebuah kondisi kehidupan prasejarah menurut versi para peneliti. Ada beberapa testimoni publik figure ditulis dimedia kanvas, diantaranya, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Fauzi Soelaiman (duta besar RI).  

Sebuah layar LCD menayangkan video proses rekontruksi fosil, dalam hal ini tengkorak manusia purba oleh beberapa seniman patung palaentologis internasional dipimpin Elisabeth Daynes.

Dokumentasi PribadiLepas dari ruangan, sebuah taman menghiasi dengan kehadiran beberapa gazebo sebagai pelepas lelah usai mengembara di jaman prasejarah. Pohon beringin bersemayam memberikan tubuhnya untuk disandari. 

Daunnya yang rimbun membantu menghalau hawa panas siang itu. Dikomplek museum juga dihadirkan beberapa hewan (dalam kandang besi besar) seperti burung Merak, Monyet dan sebagainya. 

Mungkin sebagai obat kecewa bagi anak kecil yang rewel karena diajak puter-puter hanya melihat benda mati. Dikira akan melihat Dinosaurus sebesar gunung Lawu seperti di Jurrasic Park.

"Tuh lihat, burung merak menari indah. Bulu pantatnya mekrok (menyibak mirip kipas)"

"Huuaaa..."(si anak tetap nangis kejer-kejer).

Beberapa monyet melirik kepadaku, sinis banget. Padahal baru saja ketemu, kenal aja nggak. Cuekin saja.

Celoteh mengisi udara siang. Ibu-ibu muda duduk selonjorkan kaki berupaya menggerus kelelahan raga.

Dokumentasi PribadiDikomplek museum Fosil Sangiran beberapa lapak menempati jatah dipintu keluar. Kalau kalian ingin mengganjal perut atau mencari cindermata khas Sangiran cobalah membeli: Gantungan kunci, gelang dari fosil asli (pengakuan penjual), prototype fosil, kalung, kaos dengan gambar dan tulisan Sangiran.

Hari itu saya berjumpa dengan beberapa rombongan pelajar dari beberapa sekolah, SMP hingga SMK. Bahkan 4 bus besar milik dinas perhubungan kota Solo mengantarkan rombongan anak-anak SMP Al-Muayyad kelas VII menjadi bagian kunjungan saya di Museum Fosil Sangiran.

Dokumentasi PribadiMenurut saya, destinasi ini sungguh cocok bagi kita untuk merangkul anak-anak mengenalkan bahwa dulu nenek moyang dan kita sekarang adalah bagian dari sejarah peradaban ini.

Saya sungguh mengapresiasi pihak-pihak yang menghadirkan museum dengan segala pernik pendukung.

Saya mau kasih saran, mohon tamannya ditambah/diperluas lagi lagi ya.

[Selesai]

Dokumentasi PribadiCatatan kaki:

~ Dome Sangiran adalah harta karun yang tak ternilai harganya. Kalau kita pernah mendengar istilah emas hitam (minyak bumi), emas putih (timah) maka layak saja kalau untuk fosil disebut emas purba. Kenapa? Ternyata fosil-fosil yang ada di tanah Sangiran sekitarnya (berbau rupiah bahkan dollar) menjadi incaran penyamun lokal dan internasional. Pemburu gelap mencari celah agar dapat memburu "emas" itu.

Kasus terakhir, seorang bule Amerika diciduk aparat karena mencoba menyelundupkan ragam fosil yang kalau dinilai dipasaran internasional menyentuh angka $ 2 juta dollar! Sudah diekspos media nasional maupun lokal.

Cuma kadang saya berpikir, itu yang dijual sebagai souvenir dari fosil asli atau hanya proto saja? Kalau dari fosil asli kok dijual umum? Terpajang tanpa pengaman?

~ Beberapa sumber tulisan diambil dari wikipedia.org, koran Jawa Pos hasil liputan Taufiqurahman, majalah Tempo, sejarahpedia-id.blogspot.com. Ditulis kembali dengan gaya pribadi sesuai suara hati dibalut imajinasi, dibekingi kelincahan jemari,  ditambah seruput kopi. Makasih telah menyimak.




Baca juga:
Pengalaman Mencoba "Garuda Indonesia First Class" dari Jakarta ke London
Ikut Ramaikan Asian Games di Kompasiana Bisa Dapat Total Hadiah Rp 32,5 Juta!
Sejarah Panjang Revolusi Teknologi Celana Dalam

Iklan Penggali Kubur

$
0
0

Sumber ilustrasi: GEORGE HODAN | publicdomainpictures.netMata Rano terpaku menatap barisan kalimat kecil-kecil di deretan terbawah koran yang sedang dibacanya:

Dicari seorang penggali kubur yang berpengalaman untuk dipekerjakan di sebuah pekuburan modern dan komersial, ML.

ML? Rano mengrenyitkan keningnya. Hmm, mungkin ini perusahaan pemakaman komersial itu.

Tapi, wah! Ini dia! Iklan yang sesuai kualifikasinya. Sudah 2 minggu Rano kasak-kusuk ke sana ke mari mencari kerja. Susah sekali mendapatkan kerja dengan ijazah SMP dan pengalaman seadanya di kota. Meskipun sebenarnya pengalamannya cukup langka di zaman ini. Rano adalah penggali kubur handal di kampungnya. Tidak ada siapapun yang bisa menyamai keahliannya dalam menggali kubur.

Kecepatan, ketepatan dan keberanian adalah modal besar bagi Rano untuk menjadi juara penggali kubur. Bahkan tidak cuma di desanya. Rano seringkali mendapatkan panggilan dari desa-desa sekitar. Order bagi Rano tidak pernah sepi. Meskipun upahnya sebagai penggali kubur tidak ditentukan secara pasti, namun itu cukup untuk menghidupi istri dan 2 anaknya.

Tapi Rano kemudian memutuskan untuk merantau ke kota. Ada 3 hal yang melatarbelakangi Rano berani memutuskan demikian. Pertama, kebutuhan akan biaya sekolah anak-anaknya yang semakin besar. Upah menggali kubur hanya cukup untuk makan sehari-hari. Biaya sekolah selama ini tercukupi karena kedua anaknya masih kecil. Masih SD dan SMP. Tapi sekarang yang sulung sudah masuk SMA dan si bungsu masuk SMP. 

Apalagi si sulung sudah mewanti-wanti bapaknya kalau dia ingin kuliah dan tidak sekadar lulus SMA saja. Rano tergugah mendengar permintaan anak sulungnya itu. Dia tidak bisa mewariskan harta, kenapa tidak ilmu saja melalui sekolah tinggi yang kelak bisa merubah nasib mereka sendiri? Dia harus berusaha sekuat tenaga mendukung cita-cita anaknya!

Kedua, Jarno temannya mengiming-imingi upah yang tinggi kalau mau ikut dengannya di kota. Jarno menjanjikan sebuah pekerjaan bagi Rano. Kontraknya panjang, begitu kata Jarno. Rano langsung berhitung dalam hati begitu mendengar ajakan Jarno. Rasanya itu bisa ditabung sebagai biaya kuliah anaknya nanti.

Ketiga, ini yang sebenarnya menjadi dorongan terkuat Rano untuk berhenti segera menjadi penggali kubur. Akhir-akhir ini dia sering mendengar suara-suara yang aneh di telinganya begitu dia selesai menggali sebuah kuburan dan jenazah selesai dimakamkan. Bahkan sampai terbawa ke dalam mimpi!

Rano bukan seorang penakut. Tapi suara-suara itu sangat mengganggunya. Rintihan nyeri, jerit kesakitan, desah mohon pengampunan, suara ketawa parau tergelak-gelak, dan masih banyak lagi. Apalagi ketika Rano selesai menggali kubur untuk Mak Lamnah.

Wanita tua yang selama ini dituduh sebagai dukun teluh di kampung tetangga itu meninggal dengan cara tak wajar. Mayatnya ditemukan mengapung di sumur belakang rumahnya yang terpencil. Setelah beberapa hari baru ditemukan dan lalu dievakuasi untuk dimakamkan. 

Rano bukan hanya diperdengarkan suara-suara, tapi diperlihatkan banyak sekali penampakan! Bermacam-macam penampakan menghampiri mata Rano nyaris setiap hari. Bayi merah yang merangkak mendatanginya sambil menangis pedih seolah mencari air susu ibunya. Perempuan muda berambut panjang yang terlihat sedang hamil dan kesakitan memegangi perutnya. Seorang pemuda yang terburai isi perutnya penuh paku. Seorang lelaki paruh baya yang melambai dan memintanya memperhatikan lehernya yang terkulai tertusuk besi. 

Dan masih banyak lagi. Rano sempat membatin mungkin mereka adalah sebagian dari korban Mak Lamnah yang matinya tidak sempurna. Penampakan itu tidak memperlihatkan wajah mereka dengan jelas tapi tetap saja itu membuat Rano merinding bukan main.

Rano yang terkenal dengan keberaniannya itu mau tak mau menjadi jerih pada akhirnya. Ketika setiap hari dia dijejali pemandangan ngeri seperti itu, tak urung hatinya menciut juga. Hiiihhhh!

Pria ini teringat dia menggali lubang kubur Mak Lamnah dengan sedikit asal-asalan. Dalam galian tidak cukup. Bahkan genangan air yang cukup banyak tak dihiraukannya. Dia ingin buru-buru selesai. Lagipula segelintir orang yang mengantarkan jenazah Mak Lamnah begitu tergesa-gesa ingin pulang. Tidak ada sedikit pun ritual atau upacara keagamaan. Mereka bilang Mak Lamnah pengabdi setan. Tidak ada doa-doa yang mempan.

Satu peristiwa yang menjadi puncak ketakutan Rano adalah ketika pada suatu malam, saat dia terbangun dari tidur, kehausan dan ingin minum, keluar dari kamar menuju dapur, hanya untuk menemui sebuah pemadangan mengerikan tersaji di sana!

Mak Lamnah duduk di depan tungku! Menatap ke arah Rano dengan wajah keriput yang berlepotan tanah dan lumpur. Suaranya yang serak rendah terpatah-patah memaku tubuh Rano di ruang dapur yang tiba-tiba sesempit kuburan!

"Kk...kau...tak menyem..purna...kan matiku...peng..gali kubur....lubang ku..burku sempit..dan tak..a..da siapa...pun yang ber..doa untukku..."

Rano bergidik. Buru-buru pria itu membalikkan badan. Tak jadi minum. Tapi horror belum berhenti! Saat Rano balik kanan menuju kamar, Mak Lamnah telah menghadang di sana. Kali ini dengan penampakan yang lebih mengerikan lagi! Kain kafan yang menutupi tubuhnya koyak moyak tidak karuan. Wajahnya mulai rusak digerogoti entah cacing entah belatung yang bermunculan dari setiap lubang di sana.

Rano terpaku diam. Tidak tahu mesti berbuat apa. Dia bukan orang yang banyak hafal surat atau ayat pengusir setan. Selama ini keberaniannya hanyalah karena naluri. 

Rano tak mau lama-lama dihidangkan pemandangan luar biasa menakutkan itu. Dia bergegas membuka pintu belakang dapur lalu berlari lintang pukang menuju kemana saja. Baginya yang penting lari. Ingatan sekilas membawanya melintasi halaman belakang rumah Pak Darno. Di perempatan dekat rumah Pak Darno ada pos ronda. Dia akan berlindung dan minta tolong di sana.

Namun horror itu benar-benar belum berhenti! Rano tiba tersengal-sengal di pos ronda hanya untuk mendapati kerumunan orang-orang. Bukan orang. Tepatnya penampakan yang selama ini dia lihat. Seorang bayi merah, ibu hamil yang kesakitan, pemuda penuh paku di perutnya, pria dengan leher terkulai, semua ada di sana seolah menyambut kedatangannya. Rano pingsan serta merta!

----

Begitulah, akhirnya Rano terdampar di kota dengan harapan mendapatkan pekerjaan seperti yang dijanjikan Jarno dan melupakan profesinya sebagai penggali kubur.

Tapi apa hendak dikata, setelah kenyataan membawanya kembali menjadi penggali kubur meskipun itu di kota. Jarno berbohong. Pekerjaan yang dijanjikan tak kunjung tiba. Jarno pun menganggur saat ini.

Rano menatap galian pertamanya di pekuburan yang tertata apik ini. Perusahaan pemakaman ini sengaja tidak memakai alat berat untuk menggali lubang kuburan. Selain boros, hasil pekerjaan juga tidak sepresisi penggali manual seperti Rano.

Ini order pertama baginya. Rano memaksakan senyum. Paling tidak dia bergaji tetap setiap bulannya. Mudah-mudahan dia bisa menabung untuk anaknya. Sambil terus melamun, dari jauh Rano melihat iring-iringan 2 mobil mendatangi. Satu mobil jenazah dan satu mobil pengiring. 

Meski hari beranjak petang tapi rupanya pemakaman akan dilaksanakan saat ini juga. Aneh! Pikir Rano. Biasanya orang memilih memalamkan jenazah terlebih dahulu daripada mengubur menjelang magrib seperti sekarang.

Rano tak mau ambil pusing. Toh tugasnya sudah selesai. Dia tinggal menguruk kembali tanah dengan rapi setelah pemakaman dilakukan.

Keanehan kedua, pemakaman singkat yang hanya diikuti oleh beberapa orang itu berlangsung tanpa ritual apa-apa. Rano melihat ekspresi orang-orang yang mengantar jenazah begitu dingin. Berwajah pucat dan tanpa suara sedikitpun keluar dari mulut mereka. Dua lelaki, satu wanita hamil yang sedang menggendong bayi. Selain 4 orang petugas pengangkat peti jenazah tentu saja. Rano hampir teringat sesuatu. Tapi buru-buru menepis pikirannya sendiri. Uh! Tidak mungkin!

Pemakaman selesai. Pengangkat peti seolah tak ada waktu lagi. Buru-buru pergi bersama mobil jenazahnya. Para pengantar masih berdiri namun menjauh dari lubang kuburan. Menunggu Rano menguruk tanah menutupi makam. 

Rano menyelesaikan tugasnya. Dengan terampil penggali kubur ini mengurukkan tanah galian ke lubang kubur yang telah terisi peti mati. Bau anyir yang teramat sangat sempat menghentikan cangkul Rano. Pria ini celingukan mencari sumber bau. 

Dilihatnya para pengantar yang sedari tadi menunduk dan menutup diri dengan payung, mengangkat muka secara bersamaan. Wajah Rano pucat pasi. Menatap seorang pria paruh baya dengan leher terkulai, pemuda dengan perut penuh paku, dan wanita hamil yang meringis ke arahnya sambil menggendong bayi merah yang mulai menangis!

Rano membuang muka. Siapa tahu itu hanya bayangan kengerian yang berulang. Halusinasi! Matanya terbentur pada batu nisan yang sudah disiapkan dan tergeletak di sampingnya. Mak Lamnah, 1935-2018

Mata Rano menggelap. Tak lagi ingat apa-apa.

----

Jakarta, 20 Juli 2018




Baca juga:
Caleg dari Kalangan Artis Minus Kapasitas, Memangnya yang Non-artis Tidak?
Ikut Ramaikan Asian Games di Kompasiana Bisa Dapat Total Hadiah Rp 32,5 Juta!
Mengapa Anda Harus Memproteksi Diri saat Jenguk Kerabat di Rumah Sakit?

Sarapan Lontong Tampusing Ma Haji, Kuliner "Bahari" Khas Banjarmasin

$
0
0

Lontong Tampusing lauk kepala ikan haruan/gabus (Foto: @kaekaha)

Kuliner berbahan dasar lontong, termasuk kuliner rakyat yang relatif mudah untuk dijumpai. Hampir setiap daerah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa mempunyai kuliner berbahan dasar lontong dengan berbagai macam variasinya.

Kalau di Surabaya ada Lontong Balap, lontong kikil, dan lontong mie, di Sidoarjo ada Lontong Kupang dan Lontong Cecek, sementara di sepanjang jalur Pantura Jawa ada Lontong Cap Go Meh hasil akulturasi budaya Cina peranakan dengan masyarakat setempat, di Padang ada lontong sayur Padang, dari Medan ada Lontong Medan yang terkenal “ramai” isinya.

Dari Blora ada lontong tahu yang makannya pakai wadah daun jati dengan aroma yang khas, dari Kudus ada Lentog Tanjung alias lontong pulen dan montok dari Tanjung yang rasa sayur kotho’an-nya bikin mabuk kepayang, dari Rembang ada Lontong Tuyuhan. Di Bandung ada Lontong Kari, di Madiun ada Tepo (sebutan lontong orang Madiun) yang bisa dimakan pakai pecel, sayur lombok yang pedes maupun pakai bumbu kecap yang rasanya selalu bikin kangen dan yang terakhir dari Banjarmasin ada Lontong Tampusing!

Lontong Tampusing lauk telur itik masak habang (foto : @kaekaha)

Lontong Tampusing, Liwar banar nyamannya….
Provinsi Kalimantan Selatan, telah lama dikenal sebagai salah satu daerah yang kaya dengan ragam budaya dan adat istiadat memikat. Salah satu produk budaya masyarakat Kalimantan Selatan yang paling dikenal adalah kuliner atau masakan-khasnya yang sejak dulu dikenal “berani” rempah, sehingga memunculkan sensasi citarasa khas yang selalu pecah di lidah!

Salah satu kuliner khas Banjarmasin "bahari" (lama/tua) yang sudah melegenda adalah lontong banjar atau biasa juga disebut dengan Lontong Tampusing.

Lontong Tampusing adalah jenis kuliner berbahan dasar lontong yang dipadukan dengan sayur nangka muda dengan bumbu santan khas Banjar dan pilihan topping lauk berupa ikan haruan/ikan gabus, ayam dan telur itik yang semuanya dimasak dengan bumbu merah atau masak habang. Untuk menambah cita rasa biasanya saat penyajian ditaburi bawang goreng secukupnya.

Nama tampusing diduga diadaptasi dari proses pembuatan bungkus untuk lontong yang terbuat dari daun pisang yang diputar-putar di telapak tangan sampai berbentuk seperti corong. Setelah berbentuk corong, lalu diisi dengan beras sekitar 2-3 sendok penuh, setelah itu direbus selama sekitar 8 jam. 

Salah satu keunikan sekaligus kekhasan kuliner Lontong Tampusing ini adalah bentuk jadi dari lontong yang disajikan, yaitu berbentuk segitiga pipih dengan ketebalan 1-2 cm plus teksturnya yang lembut dan enak.Lontong Tampusing disukai oleh semua umur (foto : @kaekaha)Kalau di berbagai daerah, kebanyakan kuliner lontong lebih banyak dijual pagi hari atau untuk sarapan saja, Lontong Tampusing khas Banjarmasin ini berbeda! Untuk sarapan pagi cocok, untuk makan siang uenaak, untuk makan malam suedaaaap! Salah satu indikasinya adalah, banyaknya warung atau rumah makan Lontong Tampusing yang tetap buka pada siang, sore, malam bahkan sampai tengah malam dan semuanya selalu ramai oleh pengunjung yang sebagian bessar adalah para turis atau wisatawan dari luar daerah.

Hanya saja, waktu pagi memang waktu yang terbaik sekaligus paling mudah untuk berburu Lontong Tampusing, karena banyak pilihannya. Pada pagi hari, banyak sekali penjual Lontong Tampusing ini yang buka hanya pakai lapak di emperan toko atau bahkan pakai payung atau tenda knock down di pinggir jalan raya dan gang-gang kecil di seputar Kota Banjarmasin, bukan di warung atau rumah makan permanen.

Biasanya, mereka membuka lapak jualan setelah turun dari Sholat Subuh sekitar jam 5.30 WITA dan akan tutup setelah dagangan habis antara jam 09.00-10.00 WITA, jadi tidak terlalu lama.Lontong Tampusing Ma' Haji menjelang tutup tetap ramai (Foto : @kaekaha)

Lontong Tampusing Ma’ Haji Mahligai “Nyaman, Murah dan Cepet habis…”
Lontong Banjar atau Lontong Tampusing, sebenarnya kuliner sederhana konsumsi sehari-hari masyarakat Banjarmasin dan sekitarnya, khususnya untuk sarapan pagi. Memang, sejak pariwisata Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan mulai menggeliat mulai banyak warung dan rumah makan yang menyediakan menu Lontong Tampusing di luar jam sarapan pagi. Biasanya mereka akan buka sampai malam bahkan sampai tengah malam menjelang pagi.

Lontong Tampusing Ma’ Haji di jalan Mahligai ini merupakan langganan saya dan keluarga sejak 3-4 tahun yang lalu. Tempatnya sangat sederhana dan lokasinya menyewa di halaman toko kelontong SALAM 91. 

Sekilas, untuk mencari lokasi warung lontong Banjar atau warung Lontong Tampusing Ma’ Haji ini relatif sulit, apalagi bila mencarinya di atas jam 09.00 WITA, karena warung portable ini biasanya sudah tutup karena habis pada jam-jam itu. Bila warung sudah tutup, maka tidak akan terlihat jejak-jejak warung di tempat tersebut. Semuanya sudah bersih dan perabotan untuk jualan juga sudah disimpuni (dibereskan).Ibu-ibu ini rela antri untuk sajian lontong Tampusing terakhir (Foto ; @kaekaha)Seperti penjual Lontong Tampusing lainnya, Warung lontong Ma’Haji ini juga menyediakan kuliner khas Banjar lainnya, yaitu nasi kuning yang biasanya sudah siap sejak orang turun dari sholat Subuh di Masjid atau langgar. Biasanya, mulai saat itulah warung ini diserbu oleh pembeli sampai habis sekitar jam 09.00 pagi.

Cita rasa Lontong Tampusing versi Ma’Haji Mahligai ini menurut saya sangat pas dengan lidah saya. Paduan rasa gurih dari kuah sayur nangka bumbu santannya nyambung dengan lembutnya tekstur 2 biji lontong berbentuk segitiga pipih yang di atasnya diberi toping lauk masak habang bisa berupa telur itik, ayam atau ikan haruan/ikan gabus yang mempunyai kecenderungan rasa manis gurih, semuanya tergantung pilihan pembeli.Ma' Haji yang selalu ditemani oleh anak tercinta (Foto : @kaekaha)Satu-satunya kekurangan kuliner Lontong Tampusing di Banjarmasin ini adalah sambal pedasnya! Menurut saya sambal pedasnya tidak ada satu pun yang berasa pedasnya! Tapi, ini subyektif saya lho…. Karena kebetulan saya paling hobi makan-makanan berkuah kaldu yang pedaaaaas!

Satu porsi Lontong Tampusing di warung Ma’ Haji ini relatif murah, kalau pakai lauk ayam atau ikan haruan harganya Rp 12.000, sedangkan untuk lauk telur Itik masak habang harganya hanya Rp 10.000. Bagaimana, mau coba? Yang penting jangan kesiangan ya! Yuk jalan-jalan ke Banjarmasin….

Ini dia Lontong Tampusing (Foto : @kaekaha)

Resep Lontong Tampusing
Itu ibu-ibu atau siapa saja yang ingin mencoba membuat sajian Lontong Tampusing, resep di bawah ini bisa dicoba! Mudahan memberi manfaat untuk kita semua...

Bahan:

  • Lontong
  • Masak habang* (ayam bumbu khas Banjarmasin)
  • 300 gram nangka muda
  • 1 liter santan
  • 2 sendok teh garam
  • 2 sendok makan gula
  • Bumbu halus:
  • 2 siung bawang putih
  • 6 bawang merah
  • 1 cm kunyit
  • 1 cm lengkuas

Cara membuat:

  • Rebus nangka hingga empuk, saring, buang airnya, sisihkan.
  • Gangan nangka: Masukkan santan ke dalam panci, tambahkan bumbu halus dan nangka muda, tambahkan garam dan gula. Masak sampai matang.
  • Potong-potong lontong dan susun di piring. Siram dengan gangan nangka.
  • Tambahkan masak habang di atasnya. Sajikan.

(Sumber resep: berjutaresep.blogspot.com)

Artikel terkait




Baca juga:
Rekomendasi Capres 2019 dan Klaim Putusan para Ulama
Caleg dari Kalangan Artis Minus Kapasitas, Memangnya yang Non-artis Tidak?
Ikut Ramaikan Asian Games di Kompasiana Bisa Dapat Total Hadiah Rp 32,5 Juta!

Maraknya "e-Book" Bajakan Menjadi Duka bagi para Penulis di Seluruh Dunia

$
0
0

ilustrasi ebook (sumber:https://www.tipsiana.com)

Setelah hampir 2 bulan vakum menulis di Kompasiana, akhirnya saya kembali menulis di platform ini. Menggenapi postingan artikel ke-100 di Kompasiana, kali ini saya ingin menuliskan sesuatu yang sudah lama menjadi kegelisahan di hati saya. Hal apakah? Pembajakan buku! Tapi, pembajakan buku di sini, berupa e-book yang dibajak secara ilegal dan disebarluaskan dengan mudahnya di grup-grup Whatsapp. Atau bahkan ada yang memanfaatkan peluang, para orang-orang yang tak bertanggungjawab tersebut, tak hanya membuat e-book bajakannya versi PDF, tapi dia juga turut memperjualbelikannya. Sangat miris!

Kegelisahan ini, bukan hanya dirasakan saya sebagai seorang penulis pemula, tapi hal ini juga dirasakan oleh banyak rekan-rekan saya sesama penulis. Seperti Almira Bastari, penulis mega bestseller "Resign!" dan kawan-kawan penulis lainnya.

Beberapa bulan yang lalu, sebuah pesan masuk di Whatsapp grup saya, anggota Whatsapp grup yang saya ikut bergabung di dalamnya memang berbeda-beda profesinya. Ada yang sesama penulis, ada yang pengusaha, ada yang masih mahasiswa, tapi memang kami mempunyai passion yang sama di bidang kepenulisan. Lalu, salah satu anggota grup di Whatsapp kami pun ada yang mengirim e-book ilegal dari karya-karyanya Tere Liye. 

Tak hanya sampai di situ, di grup Whatsapp lain pun di mana saya menjadi anggota di dalam grup tersebut, banyak yang mengirim ebook ilegal tak hanya buku Tere Liye, tapi buku karya dari Andrea Hirata, Pidi Baiq, Boy Candra, Ahmad Fuadi, dan berbagai novelis terkenal Indonesia kerap dibagikan secara "mudahnya" di dalam grup Whatsapp tersebut.

Saya sangat geram, kerap kali di grup Whatsapp yang harusnya diisi dengan materi-materi tentang kepenulisan, justru dijadikan ajang untuk menyebarkan link-link ebook ilegal. 

Nah beginilah kira-kira ebook bajakan mudah tersebar di grup Whatsapp saya | sumber: dokuman pribadi

Kegelisahan saya pun juga dirasakan sama halnya oleh salah satu penerbit Indonesia. Penerbit Stilleto dalam akun instagramnya yang bernama @stilleto_book juga memposting kegelisahannya perihal maraknya pembajakan buku dalam bentuk buku digital (e-book) ini.

Caption foto yang ditulis oleh penerbit Stiletto yang juga sangat tidak terima adanya pembajakan (sumber: instagram Stilleto book)


Nah ini contoh akun-akun yang tidak bertanggung jawab menyebarkan ebook illegal (sumber: dokumen pribadi)

Dan kalian tahu apa lagi yang membuat saya miris? Mirisnya adalah, ada akun Instagram yang sengaja menjual buku-buku versi e-book mulai harga dari 5.000 rupiah. Oh My God! Kezel gak sih lu? Mungkin bagi kalian yang tidak tahu betapa susahnya untuk menulis buku dan menganggap membaca buku illegal versi buku digital (e-book) adalah suatu kewajaran, mari sini ku beritahu kalian di mana letaknya menulis hingga menjadi sebuah buku:

1. Memikirkan ide
Modal utama penulis hingga bisa menghasilkan karya sebuah buku adalah ide. Dan saya yang penulis masih amatiran ini pun merasa, nyari ide itu susah luar biasa. Semakin original ide yang keluar dari kepalanya, maka nilai tulisannya akan semakin mahal dan berharga.

Penerbit-penerbit besar di Indonesia sudah pasti hanya akan menerbitkan buku dengan ide-ide yang unik yang belum pernah ada di pasaran sebelumnya dari para penulis. Bahkan ada yang sampai begadang ketika menulis naskah sebuah buku karena memang menurut sebagian besar penulis buku, golden time penulis adalah sewaktu malam hari.

Saya pernah membaca tulisan dari Raditya Dika, yang intinya, dia pun terbiasa menulis buku itu dimulai pukul 11 malam sampai jam 3 pagi. Sungguh perjuangan yang tidak main-main yang dilakukan para penulis-penulis Indonesia.

2. Memikirkan premis
Nah setelah ide ini ada, selanjutnya adalah perjuangan para penulis buku untuk menghasilkan sebuah naskah buku adalah membuat premis. Premis itu bisa diartikan sebagai acuan, agar tulisan yang kita buat dalam naskah nanti terfokus dan tidak akan melebar ke mana-mana. Antara premis genre (naskah) buku nonfiksi dan genre buku fiksi berbeda. Buku nonfiksi itu seperti buku kumpulan kisah atau buku-buku motivasi, sedangkan buku fiksi itu adalah buku novel.

Dalam buku nonfiksi, premis kalian itu harus mencakup solusi yang kalian hadirkan kepada calon pembeli buku kalian, agar calon pembeli buku kalian tersebut tertarik untuk membaca dan membeli buku kalian. Dan jika buku yang kalian tulis adalah bergenre fiksi, maka dalam di dalam premis tersebut penting bagi kalian untuk menentukan tokoh utama, bagaimana konfliknya, dan bagaimana penyelesaian masalahnya.

Memikirkan premis memang terkadang menjadi tantangan tersendiri bagi para penulis. Banyak penulis yang sampai tidak bisa tidur (ya contohnya saya, hehe) sewaktu membuat premis. Jujur, saya mengakui menulis premis itu susah apalagi premis buku fiksi. Saya beneran salut deh sama para novelis, karena memang nggak mudah menulis cerita fiksi apalagi sampai cerita fiksi tersebut disukai para pembaca.

3. Membuat outline
Tahapan-tahapan di atas inilah yang juga saya saya lakukan ketika saya menyelesaikan buku pertama saya yang terbit di bulan juli 2017 kemarin. Saya berusaha mendisiplinkan diri sendiri dalam tahapan-tahapan membuat buku.

Setelah ide selesai, premis selesai, selanjutnya adalah membuat outline. Ya outline ini seperti gunung alur, biasanya saya buat di Microsoft Excel. Outline ini membantu kita untuk memetakan bab dan sub bab apa saja yang ingin kita masukkan ke dalam naskah buku kita nanti. Ini juga tak cukup membutuhkan waktu sehari. Karena dulu, saya menulis outline ini sampai kurang lebih seminggu.

4. Memikirkan judul
Kalau saya pribadi, lebih suka memikirkan judul sebuah buku itu terakhir setelah saya selesai menulis naskah secara keseluruhan. Tapi, bukan berarti membuat judul itu gampang. Jelas, inin susah juga lho! Ya kita juga harus observasi dulu dengan googling, kira-kira judul yang kita inginkan itu sudah ada di buku orang lain atau belum, jika sudah ada ya jangan dipakai lagi untuk buku kita. Kita di sini dituntut untuk lebih kreatif.

Kalau judul untuk novel biasanya yang bagus itu adalah menceritakan tentang tokoh utama atau setting tempat di dalam buku tersebut. seperti buku karya Ahmad Fuadi, "Negeri 5 Menara" terdengar indah bukan, bila diucapkan. Intinya be creative guys to create it!


***

Jadi menulis naskah buku hingga menjadi sebuah buku sangat berat perjalanannya. Mulai sekarang, please banget berhenti deh membajak buku secara illegal dan dijadikan e-book kemudian disebarkan atau bahkan dijual ke masyarakat. Budayakan mendukung karya dari para penulis-penulis.

Tak hanya penulis di Indonesia, tapi juga penulis dari seluruh dunia. Jika kamu memang mau membaca beli buku yang kamu ingin baca namun belum punya uang untuk membeli buku tersebut, mungkin alangkah lebih baik jika kamu meminjam buku tersebut kepada temanmu yang sudah punya. Jangan sampai ikut-ikutan tren untuk membeli e-book versi bajakan. Sumpah, itu nggak keren sama sekali kalau kamu beli e-book bajakan! (DEW)

Tweet dari Almira Bastari, penulis buku




Baca juga:
Sesudah Mas Pur Menjumpai Sepi
Rekomendasi Capres 2019 dan Klaim Putusan para Ulama
Caleg dari Kalangan Artis Minus Kapasitas, Memangnya yang Non-artis Tidak?

Seandainya Aku Jadi Menag, Ini Caraku Lawan Konten Negatif di Media Sosial!

$
0
0

Blog Competition

Dewasa ini, kita kerap menemui ujaran kebencian dan kabar hoaks di media sosial yang rentan menyinggung suku, agama, ras, dan golongan tertentu. Meski bernuansa negatif, ada saja pihak yang tidak mencari tahu kebenaran cerita, mudah terprovokasi, lalu meneruskan berita tersebut hingga menyulut ketegangan antarumat di Indonesia.

Dalam hal ini, Kementerian Agama (Kemenang) RI memiliki tugas untuk terus menggaungkan kampanye bijak bermedia sosial dan mengajak masyarakat untuk melawan hoaks dan ujaran kebencian. Komitmen ini disampaikan langsung oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam acara Kompasiana Perspektif "Menag Bercerita: Melawan Hoax, Menjaga Hati" yang diadakan di bulan Ramadhan lalu.

Nah Kompasianer, mari berandai-andai bagaimana jika Anda berada pada posisi Menteri Agama Lukman Hakim dalam menyikapi maraknya ujaran kebencian, berita hoaks, dan perilaku bermedia sosial yang tidak bertanggung jawab? Siapa tahu ide Anda dapat bermanfaat bagi upaya lebih bersahabatnya media sosial bagi semua kalangan. Bagikan opini Kompasianer tersebut dalam blog competition "Jika Aku Jadi Menag" yang ketentuannya adalah sebagai berikut:

SYARAT DAN KETENTUAN

  • Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di sini
  • Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat, dan tidak sedang dilombakan di tempat lain)
  • Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana

MEKANISME

  • Tema: Jika Aku Jadi Menag
  • Tulisan berupa opini berandai-andai jika kamu menjadi Menteri Agama, tindakan apa yang dilakukan untuk menyikapi ujaran kebencian, berita hoaks, dan perilaku dalam bermedia sosial atau aksi lainnya yang dapat menciderai kerukunan antarumat beragama di Indonesia
  • Periode Lomba: 5 Juli - 4 Agustus 2018
  • Tulisan tidak lebih dari 1.500 kata
  • Peserta wajib mencantumkan label BilaAkuJadiMenag dalam setiap tulisan yang dilombakan
  • Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba, tidak bisa diikutkan lomba
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
  • Pemenang akan diumumkan setelah 14 hari kerja periode lomba selesai

HADIAH

  • 3 artikel terbaik akan mendapatkan uang tunai masing-masing senilai Rp1.000.000,-

Untuk mengetahui kegiatan dan kompetisi Kompasiana lainnya yang sedang berlangsung, silakan klik di halaman Event Kompasiana. (GIL)

**) Begini Cara Kami Menilai Karya Lomba di Kompasiana 




Baca juga:
"Buffalo Boys" Tak Luput dari Poin Minus, Meski Menghibur
Sesudah Mas Pur Menjumpai Sepi
Rekomendasi Capres 2019 dan Klaim Putusan para Ulama

Alasan Saya Berpuasa (Walau Merupakan Seorang Non-Muslim)

$
0
0

Berpuasa memiliki banyak khasiat untuk kesehatan | pinterest.co.uk

Setiap tahunnya umat Muslim melakukan ibadah Puasa selama Bulan Suci.

Sebulan penuh mereka menahan lapar, nafsu dan dahaga selama kurang lebih 14 jam setiap harinya.

Kegiatan berpuasa memiliki banyak manfaat secara jasmani maupun secara rohani.

Umat Muslim yang berpuasa mengaku lebih tenang berpikir, dapat lebih menahan nafsu dan lapar, dan lebih bugar secara menyeluruh.

Saya pun memiliki ritual puasa setiap harinya selama 6 bulan terakhir.

Walau ritual saya tidak se-ekstrim ibadah puasa yang dijalani umat Muslim, karena saya hanya menghindari kegiatan makan selama kegiatan puasa tersebut, dan masih minum.

Dalam satu hari saya hanya makan dua kali dalam rentang waktu 6 jam saja, yaitu dari jam 2 siang hingga 8 malam (disebut juga dengan puasa berkala, atau intermittent fasting).

Saya menghindari makan sarapan pagi dan hanya minum teh atau kopi saja.

Selama 6 jam rentang saya makan dari jam 2 siang hingga 8 malam, saya mengkonsumsi makanan rendah karbohidrat, dengan kadar lemak yang tinggi contohnya ikan laut, telur, buah alpukat, sayuran, daging merah, dan kacang-kacangan.

Contoh pola makan saya dalam sehari:

Bangun tidur jam 7 pagi : Kopi / teh
Jam 8 pagi hingga 2 siang : Hanya minum air putih
Jam 2 siang : Buka puasa (breakfast) dengan daging merah dan sayuran
Jam 3 siang ke 7 malam: ngemil kacang-kacangan dan telur serta minum jus buah
Jam 7 malam: makan malam ikan laut panggang dan buah alpukat
Jam 8 malam hingga 7 pagi: hanya minum teh dan air putih lalu tidur paling telat jam 11 malam

Berarti saya berpuasa makan selama 18 jam dalam seharinya, namun masih minum dan sisanya untuk tidur.

Mengapa saya melakukan itu?

Karena berpuasa memiliki banyak sekali manfaat kesehatan.

Tujuan utama saya berpuasa adalah untuk menghindari agar tubuh mengkonsumsi karbohidrat berlebih.

Disaat tubuh kelebihan karbohidrat, maka akan memproduksi glukosa dari makanan tersebut.

Glukosa adalah molekul termudah bagi tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi.

Karena tubuh menggunakan glukosa sebagai sumber energi, maka lemak tubuh tidak digunakan untuk membakar energi, dan disimpan.

Inilah sebabnya mengapa orang yang mengkonsumsi karbohidrat berlebih cenderung mengalami kelebihan berat badan.

Terlebih lagi bila mereka jarang berolahraga dan membakar kelebihan karbohidrat dan glukosa tersebut.

Namun saat tubuh kita tidak memiliki kadar karbohidrat berlebih dan membakar lemak sebagai sumber energi, maka liver akan memproduksi ketones.

Disaat tubuh memproduksi dan memiliki kadar ketones yang optimal, banyak kelebihan jiwa dan raga yang kita bisa nikmati, diantaranya:

1. Berat badan akan stabil.
Disaat tubuh berada dalam kondisi ini, tubuh akan rutin membakar lemak dan menggunakan lemak sebagai sumber energi.

2. Kadar gula darah akan stabil dan optimal.
Banyak orang mengobati penyakit diabetes yang mereka derita dengan menjalani kegiatan puasa dan diet ketogenic seperti ini. (Diet ketogenic berarti pola makan yang mendorong tubuh untuk memproduksi ketones).

3. Kemampuan fokus, konsentrasi serta energi dan kebugaran tubuh akan berada di level optimal.
Hal ini dikarenakan lemak adalah sumber energi yang jauh lebih optimal daripada karbohidrat.
Produksi energi yang dihasilkan lemak untuk tubuh jauh lebih optimal yaitu 37 kJ/g dibandingkan karbohidrat yang hanya memproduksi 17 kJ / g.

4. Kesehatan secara keseluruhan akan membaik.
Diet ketogenic telah terbukti mengoptimalkan kadar kolesterol.

5. Tubuh tidak mudah merasa lapar dan tubuh serta pikiran lebih bugar.
Sesuai filosofi 'Makan untuk Hidup, bukan Hidup untuk Makan', banyak manfaat yang bisa dinikmati tubuh dengan tidak mengkonsumsi makanan berlebih, dan kehidupan akan menjadi lebih ideal dan bugar.

6. Disaat tubuh membakar lemak sebagai sumber energi, produksi hormon pertumbuhan otot pun (Human Growth Hormone) meningkat sampai 5-10 kali lipat. Hal ini membantu kita membentuk otot pada saat berolahraga dan memberikan kulit yang lebih cerah dan sehat.

Saya pun merasa fokus dan kemampuan berpikir meningkat serta otak terasa lebih 'encer'.

Hal ini berarti berbagai peningkatan dalam pekerjaan dan kualitas hidup.

Beberapa manfaat yang saya rasakan:
1. Tubuh tidak merasa letih setelah seharian beraktivitas

2. Tidur lebih nyenyak dan berkualitas

3. Otak dan pikiran terasa lebih lancar dan encer
Saya dapat berencana secara lebih matang dan menjalankan kegiatan tersebut dengan baik.

4. Saya lebih dapat bervisualisasi dan menggambarkan masa yang akan datang sehingga lebih siap dan matang menghadapinya

5. Memiliki lebih banyak energi untuk berinteraksi dengan orang lain dan lawan jenis

6. Perut tidak mudah merasa lapar

7. Mengurangi kebiasaan buruk menunda-nunda; karena fokus dan energi dalam level yang baik, maka saya merasa bersemangat untuk menyelesaikan kewajiban dan tugas-tugas

8. Rasakan bedanya dalam ber-VISUALISASI dan meng-EKSEKUSI menjalankan tugas dan kewajiban guna mencapai goals anda bila tubuh Anda membakar energi dari zat ketones.

Beberapa tips untuk memulai:
Idealnya agar tubuh rutin memproduksi ketones, kita perlu mengkonsumsi makanan dengan rasio:
70% lemak
20% protein
10% karbohidrat

Kehidupan modern telah membuat pola makan kita menjadi pola makan berlebih.

Terlebih lagi dengan kehidupan modern yang membuat kita banyak menghabiskan waktu duduk depan komputer tanpa kegiatan fisik olahraga yang cukup.

Pola makan modern telah membuat kita salah persepsi bahwa kita butuh makan berat sebanyak 3 kali dengan karbohidrat tinggi agar tubuh kita sehat.

Namun dengan kegiatan fisik yang minim, pola makan seperti itu hanya akan menyesatkan dan membahayakan kesehatan kita untuk jangka panjang bagi sebagian besar orang.

Untuk bisa merasakan manfaat tubuh memproduksi kadar ketones yang optimal, ada beberapa opsi selain berpuasa:

1. Untuk yang belum bisa lepas dari nasi dan karbohidrat, bisa mencoba makan dua kali sehari saja dengan porsi karbohidrat dikurangi sedikit demi sedikit seiring berjalannya waktu (menghindari sarapan menurut saya adalah pilihan terbaik).

2. Makan tiga kali namun dengan porsi minim karbohidrat atau tidak dengan karbohidrat sama sekali. (misalnya: Mengurangi porsi nasi dari 10 sendok makan menjadi 4-5 sendok makan saja)

Selamat mencoba dan rasakan manfaatnya secara jasmani maupun rohani.

Kunjungi blog saya, thetitanliving.com




Baca juga:
Goyang Lidah ala @dyodoran dan @malangfoodies di ICD 2018
"Buffalo Boys" Tak Luput dari Poin Minus, Meski Menghibur
Sesudah Mas Pur Menjumpai Sepi

Pratinjau F1 GP Jerman, Red Bull Siap Dominasi

$
0
0

Max Verstappen sumber: Lat Images

Setelah F1 rehat sejenak selama satu pekan untuk memulihkan tenaga pasca rangkaian seri F1 'Triple Header' atau balapan F1 selama tiga pekan beruntun yang melelahkan, F1 akhir pekan ini akan menggelar seri kesebelas musim ini yang bertempat di Jerman, sirkuit Hockenheim.

Sirkuit ini termasuk sirkuit yang cukup dikenal oleh pembalap dan penggemar F1 karena memang sirkuit ini sudah menggelar balap F1 sejak dulu, tahun 1970 tepatnya. Sirkuit ini mengalami beberapa perubahan. Sirkuit Hockenheim yang asli dibangun pada 1939 dan terkenal sebagai sirkuit dengan konfigurasi kecepatan tinggi karena terdiri dari trek lurus dan tikungan yang panjang dan cepat.

Pada tahun 2002, sirkuit ini didesain ulang oleh Hermann Tilke dan menghasilkan sirkuit Hockenheim yang kita kenal sekarang ini. Didesain ulang karena sirkuit yang lama (mempunyai tiga trek lurus menembus hutan yang masing-masing dipisahkan oleh chicane) dinilai berbahaya dengan dinding pembatas yang tidak aman. Selain itu, trek lurus ini dinilai 'menyiksa' mesin dari mobil F1 yang akan mengakibatkan kerusakan mesin dan transmisi.

Sirkuit ini selalu menjanjikan banyak aksi salip-menyalip. Tikungan favorit untuk menyalip ada pada hairpin di tikungan keenam, setelah trek lurus ditambah aktivasi DRS. Musim ini, sirkuit Hockenheim dikenai tambahan zona aktivasi DRS dari dua menjadi tiga. Penambahan zona aktivasi DRS akan ada di trek lurus start/finis. Cukup menarik.

Berbicara GP Jerman tentu tidak bisa lepas dari pembalap tuan rumah. Jerman terkenal sebagai pemroduksi pembalap-pembalap berbakat dalam dunia balap mobil. Sebut saja dari yang paling mudah, juara dunia F1 tujuh kali, Michael Schumacher, kemudian diikuti Sebastian Vettel, Nico Rosberg, Nico Hulkenberg, dan masih banyak lagi. Musim ini, hanya ada dua pembalap asal Jerman, Vettel dan Hulkenberg.

Khusus Vettel, sirkuit Hockenheim hanya berjarak 45 km dari daerah kelahirannya, Heppenheim. Tapi, walaupun ini adalah sirkuit yang bagaikan rumah sendiri bagi Vettel, dia sendiri belum pernah berdiri di podium tertinggi pada seri di sirkuit Hockenheim. Vettel memang pernah menang satu kali pada gelaran GP Jerman tapi, kemenangan itu datang di sirkuit Nurbugring pada 2013. Sedangkan di Hockenheim, Vettel belum pernah finis di posisi dua besar.

Ferrari datang ke Hockenheim dengan optimisme tinggi setelah menang di Silverstone dua minggu lalu. Mereka saat ini memiliki paket mesin terbaik, unggul tipis dari Mercedes. Apalagi dalam klasemen, Vettel berhasil unggul delapan poin dari Hamilton. Tentunya ini menjadi pecutan semangat bagi kuda jingrak.

Tim yang optimis meraih hasil bagus lainnya adalah Red Bull. Mereka sangat yakin akan meraih hasil kemenangan di sirkuit ini, setelah tersiksa di Silverstone akibat defisit tenaga mobil dibandingkan Ferrari dan Mercedes. Sirkuit Hockenheim sangat cocok dengan mobil Red Bull yang mempunyai paket chassis dan aerodinamika terbaik saat ini. Mereka diperkirakan akan sangat kuat di sektor terakhir sirkuit ini.

Sirkuit Hockenheim lama - sumber: racingcircuits.info

Peta sirkuit Hockenheim setelah didesain ulang - sumber: F1

LATIHAN BEBAS.

Sesi latiihan bebas kemarin adalah untuk pertama kalinya mobil F1 generasi terbaru yang lebih besar, cepat dan high downforce melindas aspal sirkuit Hockenheim. Dua pembalap Red Bull, Daniel Ricciardo dan Max Verstappen, masing-masing menguasai sesi latihan bebas satu dan dua pada hari kemarin. Keduanya unggul tipis dari Lewis Hamilton. Keunggulan mereka tidak sampai 0,100 detik dari pembalap Mercedes.

Sirkuir Hockenheim yang mengandalkan downforce sangat cocok dengan mobil RB14. Buktinya, Red Bull bagaikan dewa di sektor pertama dan ketiga. Kedua sektor tersebut mampu menutupi kekurangan di sektor tengah yang lebih banyak mengandalkan tenaga mesin, dimana mereka kehilangan 0,2 detik disana.

Waktu tercepat sekaligus mencatat rekor putaran tercepat dalam sesi latihan bebas kemarin dicetak oleh Max Verstappen dengan waktu 1 menit 13,085 detik. Terpaut 0,026 detik dari Lewis Hamilton di tempat kedua. Menariknya, sektor pertama dan ketigia antara kedua pembalap ini relatif sama. Verstappen beralasan bahwa saat melakukan putaran, dia sedikit terganggu. "Lap saya sedikit terganggu, saya terjebak traffic," ucap Max seperti yang dikutip pada lama resmi F1.

Di ujung sesi latihan bebas kedua, Max Verstappen sempat mengalami masalah pada mobilnya karena kebocoran kecil di bagian oli dan untungnya masalah tersebut dapat diselesaikan dengan cepat.

Verstappen sendiri mengakui saat ini mobil Red Bull adalah mobil yang tercepat, namun dia masih harus melihat apa yang terjadi pada hari Sabtu. "Untuk saat ini kita (yang tercepat). Mari kita tunggu dan lihat apa yang akan terjadi besok, tentu saja ketika mereka menyalakan mesin lebih kuat lagi. Mobil tidak sebaik yang saya harapkan, karena saya berharap itu akan menjadi bagus."

Pernyataan itu ada benarnya, karena memang hasil pada latihan bebas hari Jumat belum tentu merepresentasikan hasil kualifikasi atau balapan. Lewis Hamilton juga tidak mau berkaca hanya pada hasil hari Jumat. Dia sendiri melihat Ferrari yang masih menyembunyikan laju mereka yang sebenarnya dengan fakta mereka (Ferrari) begitu cepat di trek lurus. Memang, Vettel dan Raikkonen hanya finis di urutan empat dan lima, dibanding Red Bull yang memuncaki sesi. Namun, Hamilton lebih yakin bahwa ancaman sebenarnya datang dari Ferrari bukan dari Red Bull.

"Setiap Jumat (Ferrari) sandbag (menyembunyikan peforma sebenarnya), jadi tidak terlalu berarti. Mereka cepat hari ini dan esok hari akan sangat mirip dengan hari ini kecuali mereka tiba-tiba mengeluarkan lebih banyak waktu. Tapi hari ini mereka sangat, sangat cepat di trek lurus,...., Red Bull sangat, sangat cepat. Tapi, Seb (Vettel) benar-benar cepat hari ini jadi saya pikir itu akan menjadi tantangan serius," ucap Hamilton.

Dan memang benar, seperti biasa, Ferrari tidak begitu menekan pada sesi latihan bebas hari Jumat. Mengambil data sebanyak mungkin, kemudian melepaskan semua peforma terbaik di hari Sabtu dan Minggu. Maklum saja jika Red Bull dan Mercedes sangat khawatir dengan Ferrari. Vettel mengatakan bahwa dia cukup positif dan percaya diri setelah sesi latihan bebas kemarin.

"Mobil telah bekerja dengan baik hari ini. Ini hari Jumat yang (seperti) biasa. Kami mencoba sedikit (bagian) dari semuanya (yang Ferrari punya), saya pikir kami cukup cocok dengan pemilihan ban yang kami gunakan. Bahkan jika kita masih bisa mempercepat waktu lap kami, mobil itu baik-baik saja," ucap Vettel seperti yang dikutip pada laman resmi F1.

Hasil latihan bebas pertama - sumber : F1

Hasil latihan bebas kedua - sumber : F1

Simulasi Kualifikasi

1. Red Bull (Max Verstappen) 1:13.085s

2. Mercedes (Lewis Hamilton) 1:13.111s +0.026s

3 .Ferrari (Sebastian Vettel) 1:13.310s +0.225s

4 .Haas (Romain Grosjean) 1:13.973s +0.888s

5. Sauber (Charles Leclerc) 1:14.374s +1.289s

6. Renault (Nico Hulkenberg) 1:14.496s +1.411s

7. Force India (Esteban Ocon) 1:14.508s +1.423s

8. Toro Rosso (Pierre Gasly) 1:14.793s +1.708s

9. McLaren (Fernando Alonso) 1:14.836s +1.751s

10. Williams (Lance Stroll) 1:15.269s +2.184s

Simulasi balap (race pace)

1. Red Bull

2. Mercedes +0.2s/lap

3. Ferrari +0.2s/lap

4. Renault +1.3s/lap

5. Force India +1.5s/lap

6. Sauber +1.6s/lap

7. Haas +1.6s/lap

8. Toro Rosso +1.6s/lap

9. McLaren +1.9s/lap

10. Williams +2.2s/lap

Sumber data: laman resmi situs F1.

Apabila melihat dari laju balapan (race pace) Red Bull memegang posisi teratas dimana mereka unggul dua detik atas Mercedes dan Ferrari. Hal ini menunjukan akan terjadi balapan ketat antara tiga tim papan atas ini, jika melihat jarak waktu yang tipis. Daniel Ricciardo dipastikan akan memulai balapan dari posisi paling belakang akibat penalti karena ganti komponen mesin, sudah menunaikan tugas beratnya setelah menguji race pace dengan ban kompon medium dan soft.

Bagaimana dengan papan tengah?, tim Haas masih menjadi tim 'the best of the rest'. Sempat diperkirakan akan kesulitan di Hockenheim terutama di sektor terakhir dimana kelemahan Haas yang terdapat pada tikungan lambat namun, nyatanya mereka tampil bagus di sesi kemarin dengan waktu tercepat hanya terpaut 0,8 detik dari Red Bull. Kedua pembalap mereka tampak senang dengan peforma mobil, terutama pada tikungan cepat.

Hanya saja, Magnussen sedikit merasa understeer dan oversteer pada beberapa bagian. Untuk kualifikasi, mereka cukup aman dan diprediksi masuk sesi Q3 dengan mudah. Namun, dari segi race pace mereka berada di posisi ketujuh, berada di bawah Renault, Force India, bahkan Sauber.

Tim Sauber juga nampaknya akan cukup kompetitif bersama Leclerc dan Ericsson yang menyelesaikan dua sesi latihan bebas di posisi 10 besar. Secara keseluruhan, mereka mencatat waktu terbaik kelima setelah Haas. Mereka berdua mengungkapkan rasa senang dengan mobil Sauber yang mereka kendarai. "Mobil terasa bagus dan saya merasa nyaman mengendarai di trek ini," ucap Leclerc. Dari segi race pace, mereka masih dibawah Renault dan Force India tapi masih dalam jangkauan kompetitif.

Sepertinya, GP Jerman akan menjadi balapan yang berat bagi Mclaren. Dua pembalap mereka tersiksa selama sesi latihan bebas kemarin. Vandoorne bahkan mendeskripsikan sesi kemarin sebagai "hari Jumat terburuk." Selama dua sesi latihan bebas, Vandoorne tidak bergerak dari posisi juru kunci. "Ini  mungkin sudah menjadi hari Jumat terburuk saya untuk waktu yang lama, saya memiliki perasaan yang sama dengan apa yang saya alami di Silverstone, bahwa ada sesuatu yang tidak berfungsi dengan benar di mobil," ucap Vandoorne.

Waktu terbaik Mclaren selama sesi kemarin dicetak oleh Fernando Alonso, 1,7 detik lebih lambat dari posisi pertama. Alonso sendiri mengharapkan perubahan cuaca untuk hari Sabtu dan Minggu yang diprediksi akan lebih dingin (dan turun hujan). Dia sendiri percaya jika cuaca berubah, Mclaren akan punya kesempatan menembus papan tengah.

Sedangkan tim Williams, mereka dalam dua sesi latihan bebas kemarin secara konstan menggunakan 'aero paint' atau 'flo-viz paint'pada mobil mereka, terutama sayap depan. Hal ini merupakan indikasi bahwa Williams benar-benar fokus pada pembenahan mobil mereka, terutama pada masalah aerodinamika yang menyebabkan mobil menjadi tidak stabil ketika menikung.

Lance Stroll dengan 'aero paint' - sumber: motorsport.com

CUACA DAN STRATEGI BAN

Di sesi latihan bebas kemarin, cuaca di Hockenheim sangatlah panas, dengan suhu permukaan trek mencapai 50 derajat celcius. Namun, kondisi ini dipastikan beubah pada hari Sabtu dan Minggu. Saat kualifikasi, ancaman hujan akan menjadi perhatian khusus bagi tim dan pembalap karena peluang hujan pada hari sabtu mencapai 85%. Untuk hari Minggu, ancaman hujan tetap ada namun tidak sebesar hari Sabtu, dengan suhu yang diperkirakan akan dingin.

Hal ini tentunya akan menarik, terutama untuk Max Verstappen yang sudah menantikan momen seperti ini. Apabila benar hujan turun saat kualifikasi, Max akan berpeluang besar meraih pole position, karena keunggulan kecepatan trek lurus lawannya akan hilang dengan keadaan hujan.

Untuk ban, Pirelli menyiapkan tiga jenis kompon: ultra soft, soft dan medium. Konfigurasi ini sama dengan konfigurasi ban yang disediakan Pirelli di GP Tiongkok pada awal musim. Pirelli sendiri mengakui kekurangan data mengenai trek Hockenheim karena sirkuit ini tidak menyelanggarakan balap F1 musim lalu. Pirelli tidak membawa ban super soft dengan tujuan untuk menciptakan strategi yang menarik.

Ban yang digunakan pada GP Jerman - sumber: F1

Ban soft yang dibawa Pirelli rupayan hanya 0,6 detik lebih lambat dari ban ultra soft. Hal ini membawa kemungkinan, apabila kualifikasi tidak hujan, maka tim papan atas akan menggunakan ban soft saat sesi Q2 untuk menghindari dua kali pit stop. Walaupun, dengan memakai ultra soft-pun sebenarnya masih bisa untuk memakai satu stop. Kompon ultra soft bisa bertahan lebih dari 15 lap, kemudian berganti ke medium yang sanggup bertahan 50 lap.

Satu kali pit stop, lebih cepat 12 detik daripada dua kali pit stop, apabila dari memakai ultra soft kemudian berpindah ke kompon medium. Tim akan jauh lebih kerepotan memilih ban saat start seandaikan kualifikasi hujan.

PREDIKSI

Red Bull sangatlah kuat di sirkuit tipe high downforce seperti Hockenheim. Tapi, dengan menyisakan Max Verstappen di baris depan dan Ricciardo yang ada di belakang, Red Bull harus menerapkan strategi yang pas untuk Verstappen. Terutama jika terjadi hal-hal yang tidak dapat diprediksi seperti Safety Car atau tiba-tiba di pertengahan balap turun hujan.

Dan apabila semuanya berjalan mulus bagi Red Bull, Max Verstappen akan mendominasi GP Jerman dan meraih kemenangan keduanya musim ini. Asalkan mesin Renault miliknya tidak berulah. Atau dia sendiri yang berulah.

 




Baca juga:
Shannon Service dan Jurnalisme Investigasi
Resensi Film | Buffalo Boys, Koboi Rasa Lokal
Memandang Masalah Anak dari Sudut Pandang Anak

Ecophilosophy dan Cara Pandang terhadap Sumber Energi

$
0
0

Sumber ilustrasi: harmoniousearth.org

Barangkali setiap hari kita sering atau pernah mendengar kalimat-kalimat seperti ini: "Nak, gasnya habis. Tolong belikan di warung sebelah, ini tanggung sedang masak sayur." Atau mungkin ungkapan seperti ini: "Rasa-rasanya semangatku hilang. Terlalu berat beban yang kuhadapi ini. Entah bisa menghadapinya atau tidak. Aku tidak tahu."

Kalimat-kalimat di atas merupakan ungkapan mengenai sesuatu yang sedang mengalami penurunan. Sesuatu itu adalah energi, daya atau kekuatan. Yang pertama berupa energi bahan bakar untuk masak. Sedangkan yang kedua adalah energi mental psikologis dalam rangka menjalani kehidupan.

Keduanya ada dan nyata. Keduanya menjadi daya yang jika tidak diperhatikan dengan saksama, maka aktivitas akan mengalami gangguan. Keduanya sangat erat berhubungan. Dan keduanya bersumber dari sesuatu yang bisa kita sebut sebagai bumi. Bumi dalam pengertian hakiki dan bumi dalam pengertian majasi.

Bumi Hakiki dan Energi Material

Bumi hakiki adalah tempat di mana kita berpijak di atasnya. Ia merupakan salah satu planet di dalam tata surya kita. Planet urutan ketiga yang mengitari matahari. Matahari sendiri adalah bintang dan sumber utama energi bagi seluruh sistem tata surya tempat kita hidup.

Dia atas, di bawah dan di sekeliling permukaan bumi begitu banyaknya energi tersimpan dan tersebar. Angin, panas matahari, gelombang laut, listrik, panas bumi, gas, bahan bakar seperti minyak bumi, batu bara dan lain-lain adalah sumber energi dalam pengertian alami.

Hampir bisa dikatakan mustahil jika manusia bisa melepaskan diri dari ketergantungan terhadap semua sumber energi yang disebutkan di atas. Ketika bepergian bahan bakar dibutuhkan, ketika tubuh bergerak makanan dibutuhkan, bahkan ketika tidur di malam hari yang gelap sekalipun manusia membutuhkan energi.

Bisa dipastikan bahwa tanpa semua sumber energi tersebut, manusia akan mengalami kesulitan untuk bertahan hidup. Tanpa dukungan semua sumber energi tersebut, spesies manusia di muka bumi bisa-bisa musnah. Bahkan tumbuhan dan hewan juga musnah jika dukungan sumber energi di atas tidak ada.

Terhadap semua sumber energi alami terebut, manusia dituntut untuk bersikap bijak; bijak dalam memanfaatkannya, bijak dalam membagikannya. Eksplorasi energi yang berlebihan justru akan menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem kehidupan. Pembagian yang tidak bijak akan menimbulkan ketimpangan di tengah kehidupan.

Bumi Majasi dan Energi Mental

Untuk bisa bertahan hidup di atas muka bumi ini, manusia tidak hanya memerlukan sumber-sumber energi alami seperti di atas. Sebagai makhluk yang memiliki dimensi lain yang disebut rohani dan jiwa, manusia juga memerlukan energi yang bersifat mental spiritual. Energi-energi demikian bersumber dari "bumi majasi" sebagai sumber energi yang non material.

Tidak ada artinya seseorang hidup jika hanya bertumpu pada sumber energi alami yang bersifat material. Boleh saja seseorang menjadi sehat secara jasmani, mampu melakukan aktivitas keseharian yang bersifat fisik, tetapi jika ia tidak mampu atau lemah secara mental, tentu akan menjadi gangguan dalam menjalankan fungsinya sebagai manusia.

Sumber energi mental bisa sangat beragam. Keragaman ini sesuai dengan jenis energi yang dibutuhkan oleh masing-masing orang. Misalnya, terkait kemampuan mental intelektual, maka sumber energi yang harus dijaganya adalah pendidikan dan proses pembelajaran.

Terkait dengan emosi, motivasi dan semangat hidup, maka lingkungan keluarga, lingkungan sosial serta kestabilan jiwa merupakan sumber energinya. Bahkan sumber ini bisa berupa sumber spiritual berupa keyakinan dan keimanan yang tertuang dalam bentuk agama yang dianut seseorang.

Perpaduan dari semua sumber energi mental spiritual ini akan menjadikan diri tidak saja sehat secara fisik dan mental tetapi juga secara spiritual. Kehilangan salah satu jenis energi di dalam kehidupan, akan membuat manusia menjadi tidak seimbang.

Ecophilosophy sebagai Sebuah Perspektif

Belakangan telah muncul salah satu bentuk aliran dalam filsafat yang dikenal dengan sebutan ecophilosophy atau disingkat menjadi ecosophy. Secara populer, jenis filsafat ini dikembangkan oleh seorang filosof bernama Arne Dekke Eide Nss berkebangsaan Norwegia.

Mengutip dari sumber di sini, menurutnya, ecophilosophy ini adalah:

By an ecosophy I mean a philosophy of ecological harmony or equilibrium... The details of an ecosophy will show many variations due to significant differences concerning not only the 'facts' of pollution, resources, population, etc. but also value priorities.

Menurutnya, ecophilosophy adalah filsafat mengenai harmoni dan keseimbangan lingkungan. Ia tidak hanya berkepentingan dengan masalah-masalah faktual seperti sumber daya, populasi dan lain sebagainya, tetapi juga masalah nilai, norma dan etika dalam menyikapi semuanya.

Dengan pengertian lain, ecophilosophy ini adalah cara pandang untuk memberikan nilai dan kebijaksanaan ketika memandang lingkungan sebagai sumber daya yang bermanfaat bagi manusia. Memandang bahwa alam bukan semata-mata sebagai objek eksplorasi tetapi juga sebagai "mitra" manusia dalam menjalani kehidupannya.

Sebagai mitra, maka lingkungan dianggap sejajar dalam porsi dan posisinya dengan manusia. Ia bukan sebagai objek, tetapi sebagai subjek yang memiliki nilai dan harga yang harus dihormati oleh manusia. Manusia tidak boleh semena-mena terhadapnya. Karena manusia tidak bisa hidup tanpanya.

Fokus dari ecophilosophy ini adalah masalah lingkungan sebagai sumber energi dan inspirasi bagi manusia. Sebagai sebuah sumber energi berarti manusia harus bijak dalam mengelolanya. Dan sebagai sebuah inspirasi, berarti menghormati lingkungan yang mencakup kondisi sekitar seperti lingkungan keluarga, sosial dan alam semesta.

Cara berpikir filsafat ini merupakan "protes" dari cara berpikir filsafat modern yang eksploitatif dan destruktif terhadap lingkungan. Penguasaan yang "gila-gilaan" dari cara berpikir filsafat modern dengan buah ilmu pengetahuannya menjadi salah satu keprihatinan dari ecophilosophy.

Kita bisa perhatikan sekarang ini, bagaimana penguasaan lahan dan lingkungan menjadi hanya sebatas komoditas ekonomi. Pencemaran lingkungan, pemanasan global adalah sedikit contoh dari punahnya kesadaran nilai dan kebijaksanaan dalam memandang lingkungan.

Demikian juga dengan kesadaran terhadap lingkungan sosial. Manusia zaman sekarang sudah hampir menjadi "budak" dari perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Manusia seolah dianggap menjadi urutan kedua setelahnya. Kepedulian sosial menjadi terkalahkan oleh media sosial.

Ujaran kebencian dan berita-berita hoaks sudah menjadi polusi sosial di jagat dunia maya. Semua itu muncul dikarenakan manusia sudah mulai kehilangan cara pandang terhadap lingkungannya sebagai sesuatu yang bernilai. Kebijaksanaan di dalam mengelola lingkungan sosial sudah mulai menurun.

***

Maka menanamkan cara berpikir dalam mendudukkan alam dan lingkungan sebagai sumber energi yang harus dihargai, dihormati oleh manusia adalah misi dari ecophilosophy ini. Ini penting agar manusia tidak kehilangan nalar sehatnya dalam memanfaatkan lingkungan yang ada.

Ecophilosophy datang untuk ikut memberikan kontribusi filosofis dalam masalah ini. Misi dari ecophilosophy ini adalah dalam rangka menciptakan harmoni, keseimbangan, kebijaksanaan serta penilaian manusia sebagai pengguna lingkungan dengan lingkungan sebagai sumber energi bagi kelangsungan hidup manusia.

Bahwa lingkungan, baik lingkungan alami atau lingkungan sosial, merupakan "harta" tak ternilai harganya yang akan menopang kelangsungan kehidupan spesies manusia di alam semesta. Lingkungan dan alam sekitarnya adalah "mitra" bagi manusia bukan objek bagi manusia.(*)




Baca juga:
Seandainya Aku Jadi Menag, Ini Caraku Lawan Konten Negatif di Media Sosial!
Shannon Service dan Jurnalisme Investigasi
Resensi Film | Buffalo Boys, Koboi Rasa Lokal

Ayo Daftarkan Diri Anda di Indonesia Community Day 2018!

$
0
0

Dokumentasi ICD 2018

Berkomunitas sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi masyarakat Indonesia. Kebutuhan untuk bersosialisasi dan berjejaring dengan banyak orang membuat komunitas di Indonesia kian berkembang.

Berlandaskan hal tersebut, Indonesia Community Day (ICD) lahir pada tahun 2017 sebagai wadah bagi komunitas se-Indonesia untuk bertemu dan berkumpul serta saling menginspirasi dan mengekspresikan keunggulan program masing-masing komunitas.

Tahun ini, Kolaboraksi menjadi tema penyelenggaraan ICD yang akan berlangsung di Malang pada 5 Agustus 2018. Lewat ICD 2018 diharapkan dapat menjadi tempat bagi komunitas untuk dapat berkolaborasi dengan sesama komunitas dan pihak-pihak lainnya serta memberikan aksi nyata yang positif dan berguna bagi masyarakat.

Bergabung sebagai peserta

Mau menjadi bagian dari kolaboraksi bersama puluhan komunitas dan berbagai pihak lainnya? Acara ini terbuka untuk umum dan gratis loh. Ayo segera daftarkan dirimu menjadi peserta secara online di microsite ICD 2018 sekarang juga! Akan ada merchandise board game ICD 2018 untuk 3000 pendaftar online pertama.

Setelah mendaftarkan diri menjadi peserta, Anda akan menerima e-mail berisi QR Code yang menjadi bukti pendaftaran online yang telah dilakukan. Harap simpan e-mail tersebut untuk ditunjukkan saat registrasi ulang di hari H.

Bergabung sebagai komunitas (Sudah Berakhir)

Di ICD 2018 ini, ada 22 booth yang dapat digunakan komunitas terpilih untuk melakukan kegiatan. Untuk bisa mendapatkan booth, komunitas se-Indonesia berhak mendaftar pada microsite Indonesia Community Day pada menu Daftar Komunitas. Saat mendaftar komunitas wajib menuliskan gambaran aktivitas yang akan dilakukan di booth selama ICD 2018 berlangsung.

Periode pendaftaran dimulai 13 Juni-13 Juli 2018. Setelahnya panitia akan melakukan seleksi pada komunitas yang telah melakukan pendaftaran. Proses seleksi akan berlangsung pada 14-20 Juli 2018. Komunitas terpilih yang berhak mendapatkan booth akan diumumkan pada 27 Juli 2018 melalui microsite dan email.

Lalu bagaimana jika komunitasmu tidak terpilih untuk mengisi booth? Tenang, kamu dan komunitasmu tetap dapat berpartisipasi dan meramaikan ICD 2018 dengan hadir sebagai peserta. Selain itu kamu juga bisa menominasikan komunitasmu dalam ICD Awards 2018 loh.

Ya, karena selain menyediakan booth terbatas, ICD 2018 juga akan memberikan apresiasi pada komunitas yang telah menyebarkan semangat lewat aksi yang menginspirasi bagi masyarakat. Ada 2 kategori penghargaan yang akan diberikan, yaitu "Best Kompasiana Community " dan "Best Inspiring Community".

Bergabung sebagai relawan (Sudah Berakhir)

Demi kesuksesan acara, dibutuhkan dukungan dari Kompasianer dan juga masyarakat umum untuk menjadi bagian dari persiapan ICD 2018. Kamu bisa ikutan menjadi relawan LO (Liaison Officer) narasumber, seksi workshop, seksi booth komunitas, seksi hadiah & plakat, seksi konsumsi, dan VIP Room

Tertarik untuk menjadi relawan? Ayo segera daftarkan diri Anda di microsite ICD 2018. Pilih menu Pendaftaran, kemudian klik daftar sebagai relawan di kolom pendaftaran yang telah tersedia. Sebelum mendaftar, simak syarat ketentuan berikut ini!

Syarat dan Ketentuan

  • Terbuka untuk umum
  • Berusia 18-35 tahun
  • Kriteria yang diharapkan: sehat dan kuat secara fisik, cekatan, dapat bekerjasama dalam tim dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik
  • Pendaftaran berlangsung mulai dari tanggal 13 Juni – 13 Juli 2018
  • Pemilihan relawan akan dilakukan secara internal dengan mempertimbangkan profil calon
  • Penempatan pos kerja akan ditetapkan kemudian sesuai dengan kapasitas calon. Pos kerja yang tersedia adalah LO (Liaison Officer) narasumber, seksi workshop, seksi booth komunitas, seksi hadiah & plakat, seksi konsumsi, dan VIP Room. Pos kerja dapat bertambah seiring dengan kebutuhan ICD 2018.
  • Relawan terpilih akan mendapatkan uang penghargaan, sertifikat, dan kaos panitia
  • Relawan terpilih akan diumumkan melalui berita admin pada tanggal 27 Juli 2018

Jangan lewatkan kesempatan ini untuk menjadi bagian dari kolaboraksi bersama puluhan komunitas dan berbagai pihak lainnya! Ajak teman-teman dan komunitasmu untuk datang ke acara ICD 2018 pada 5 Agustus 2018 mendatang di Malang ya!




Baca juga:
"Summer in Seoul", Cerita dari Pulau Nami dan Petite France
Seandainya Aku Jadi Menag, Ini Caraku Lawan Konten Negatif di Media Sosial!
Shannon Service dan Jurnalisme Investigasi

Jika Asian Games ibarat Kondangan

$
0
0

Asian Games semestinya jadi momen untuk lebih menguatkan citra Indonesia - Gbr: Truepapua.com

Jika Anda pernah ke kondangan, di sana Anda akan melihat bagaimana para tamu datang dengan pakaian hingga riasan terbaik. Tak kurang halnya, tuan rumah pun berusaha keras untuk bisa menyambut dan memberikan jamuan terbaik kepada para tamu.

Di kampung-kampung, terkadang acara kondangan sering berujung cerita hingga gunjingan. Kalau bukan tentang tuan rumah, bisa saja tentang sesama tamu yang sama-sama datang ke kondangan tersebut. Namun, tuan rumah tetap saja menjadi yang pertama dibicarakan (atau digunjingkan).

Sekelas kondangan saja, banyak orang bisa mendadak menjadi pengamat busana, penata gaya, ahli tata rias, sampai dengan ahli desain interior. 

"Eh, manten lakinya kok mirip Mamang Cilok, ya?" ungkapan kalau melihat ada ketidakseimbangan antara pengantin lelaki dan perempuan.

"E ... do ... do ... e, manten perempuannya kok mekapan mirip penyanyi dangdut pantura, ya?" ini mengalir dari mulut yang sulit beristirahat dalam waktu lama.

"Sik, sik, sik, itu mertua dengan manten kok bisa seperti sebaya, ya?" celoteh bibir yang terlalu rajin bekerja.

Itu kondangan. Tak heran jika sepulang dari kondangan, tuan rumah harus ikhlas dengan berbagai kemungkinan, antara menuai pujian atau menjadi sasaran gunjingan.

Bagaimana dengan Asian Games? Bisa jadi lebih tragis dari kondangan. Bisa jadi, jika memang panitia yang bertanggung jawab dalam "kondangan" kelas Asia ini, terlalu berpikir yang besar-besar sampai lupa atau meremehkan hal-hal yang dipandang kecil.

Ini juga yang menjadi obrolan saya dengan sesama anggota Panitia Pelaksana Asian Games dari salah satu cabang olahraga, baru-baru ini. Kami sempat dibalut oleh perasaan gelisah, lantaran ada banyak cabang olahraga dipertandingkan, tapi masih ada banyak masalah yang masih menjadi tanda tanya.

Sebut saja soal relawan, sempat menjadi bahan perdebatan. Ada petinggi di kepengurusan--sebut saja panitia utama--yang sempat nyeletuk, karena mereka adalah relawan, sudahlah, biarkan saja mereka hanya mendapatkan sekadar apa yang layaknya didapatkan oleh relawan. 

Maksud petinggi tersebut, tidak perlulah pusing-pusing memikirkan relawan. Bagaimana soal penginapan mereka, kebutuhan mereka sehari-hari, bukanlah hal yang perlu dipusingkan terlalu serius.

Masih ada, lho, yang berpandangan seperti ini. Tanpa peduli, bahwa ini Asian Games, yang setelah berlangsung di era Soekarno baru kembali berlangsung di negeri ini di zaman Presiden Joko Widodo. Mereka terkesan alpa melihat, bahwa relawan pun adalah orang-orang yang mungkin memilih melupakan pekerjaan utama mereka, atau bahkan melupakan waktu yang biasanya mereka isi untuk mencari nafkah--untuk menambal kebutuhan kuliah sampai dengan berbagai keperluan sehari-hari.

Kami di Panpel juga menyayangkan nasib relawan yang belum jelas, apakah benar-benar bisa "dimanusiakan" sepanjang Asian Games bergulir nantinya, atau tidak. Bahwa kami di Panpel mendapatkan imbalan lebih baik daripada relawan, mungkin benar. Namun tak lantas kami harus mendiamkan kondisi relawan, yang berasal dari berbagai daerah, namun masih remang-remang, mereka nanti akan menginap di mana, dan apakah insentif untuk mereka akan cukup atau tidak untuk mencari penginapan sendiri.

Itu baru satu persoalan di tengah seabrek persoalan yang melingkari momen menjelang Asian Games ke-18 berlangsung pada Agustus nanti.

Soal itu mungkin pihak pemerintah atau instansi yang bertanggung jawab dalam memonitor sampai mengevaluasi, bisa memastikan hal-hal seperti ini tidak sampai luput. Sebab hal yang sekilar remeh-temeh begini, bukan tidak mungkin akan menjadi kerikil hingga roda Asian Games nanti berjalan tersendat-sendat.

Kemudian lagi soal atmosfer yang berhubungan dengan crowd yang bisa diciptakan sepanjang perhelatan kelas Asia itu bergulir. Sejauh ini yang menonjol cenderung hanya untuk pembuka. Di sini pihak terkait memang sudah menyiapkan pembukaan yang dapat dipastikan "wah". Meski begitu, di sini pun masih ada ironi. "Lha, kita di Panpel saja tidak bisa ikut untuk menyaksikan pembukaannya," celetuk seorang teman seraya tertawa.

Kemudian teman sesama Panpel lainnya berujar, "Ini sih bukan soal kita mesti diistimewakan. Kita disamakan dengan relawan juga, kita ikhlas-ikhlas saja. Masalahnya, ini bagaimana mereka di 'sana' bisa menganggap kita manusia, gitu, lho."

Belum lagi terkait dengan upaya membangun atmosfer ketika pertandingan demi pertandingan dimulai. Masih banyak berkelebat pertanyaan demi pertanyaan, termasuk apakah venue di masing-masing olahraga hanya diramaikan dengan atlet yang menjadi peserta saja? 

"Belum terlihat ada skenario atau rekayasa agar bagaimana semua venue nanti bisa memunculkan atmosfer yang bisa menunjukkan kemeriahan ajang sekelas Asian Games," gugat seorang Panpel lainnya, yang memang sudah punya jam terbang puluhan tahun mengurus event olahraga kelas internasional. "Semestinya ini juga perlu direkayasa, agar bagaimana venue yang ada tidak sampai sepi.

Sekarang, jangankan olahraga tidak terkenal seperti squash dan beberapa olahraga bernasib mirip, olahraga terkenal seperti sepak bola saja terancam sepi dari penonton--kecuali saat Indonesia sendiri yang sedang berlaga."

Teman yang juga pernah menjadi pengurus elite di salah satu olahraga terkenal ini menunjukkan ekspresi gundah, karena kekhawatiran jika stadion sepi, atau venue olahraga lainnya tak memiliki penonton yang menggembirakan.

"Kebayang tidak jika pertandingan sekelas sepak bola saja kemudian di stadion justru sepi. Bayangkan jika kamera TV dari berbagai negara menyorot ke tribune dan tidak terlihat keramaian penonton sepantasnya, atau bahkan tidak ada penonton sama sekali," katanya lagi. "Ini yang semestinya tidak dilewatkan. Sebab ini juga berkait erat dengan bagaimana kita menghargai tamu, menghargai pengunjung dari berbagai negara."

Kegelisahan tokoh olahraga yang sama-sama menjadi Panpel ini menular ke tengah-tengah kami sesama anak negeri yang terbilang sebagai "tim kelas dua" dalam pelaksanaan Asian Games, yang kebetulan sedang ngopi bareng beberapa malam lalu.

Sampai kemudian, saya sendiri sempat mengusulkan, bagaimana caranya agar dari Presiden sampai Menteri Olahraga, akhirnya juga harus turun tangan hingga ke level itu? Mengurus hingga melakukan rekayasa untuk menciptakan atmosfer sedetail itu? 

Satu sisi  melibatkan Presiden hingga ke urusan-urusan begitu, terkesan aneh. Bagaimana tidak, selama ini Presiden sendiri terlihat sudah berinisiatif memberikan arahan sampai dengan turut menciptakan gegap gempita dengan caranya, baik mengumpulkan berbagai pihak untuk memastikan Asian Games berlangsung dengan sesempurna mungkin, sampai dengan meng-endorse agar rakyatnya mau melihat bahwa dalam ajang ini ada pertaruhan nama Indonesia. Menjadi penentu apakah nama negeri ini akan dibicarakan dengan "mulut wangi" atau hanya jadi gunjingan orang-orang pulang kondangan.

Di sisi lain, saya juga terpikir, akan luar biasa jika pemerintah pusat dan pemerintah daerah pun sama-sama terlibat untuk membuat Asian Games bisa terlihat semeriah mungkin. Misal saja, pemerintah pusat meminta pemda dari semua daerah untuk mengirim kelompok seni sampai dengan mengirim kalangan pemuda, untuk turut meramaikan venue demi venue.

Misal saja, satu venue dikitari lagi dengan berbagai kegiatan budaya daerah. Terasa lebih "wah" jika lewat venue ke venue, ada warna daerah yang bisa diperlihatkan kepada para atlet hingga penonton dari berbagai negara yang datang. Selain juga, saat pertandingan berlangsung, jika kekurangan penonton, anak-anak muda dari daerah yang didatangkan bisa turut meramaikan area pertandingan.

Apalagi Jakarta dan Palembang (termasuk beberapa venue di Jawa Barat), adalah tiga daerah yang sejatinya tidak mudah dikunjungi oleh peminat yang ingin turut menyaksikan ajang bersejarah tersebut. Sekadar mengandalkan apa yang disiarkan di TV, tentu saja berbeda gaung dan impact bagi yang menyaksikannya. Di sinilah, Pemda di berbagai daerah bisa mengirimkan anak-anak muda mereka untuk didatangkan ke berbagai venue yang ada.

Di sana, mereka bisa memperkenalkan budaya mereka, entah lewat pertunjukan seni tertentu, memamerkan khasanah budaya atau industri tertentu, sampai dengan turut memeriahkan perjalanan pertandingan demi pertandingan. Di luar venue mereka bisa beraktivitas bermacam-macam untuk menonjolkan budaya mereka, di dalam venue atau stadion, mereka bisa turut memeriahkan pertandingan--terlepas laga yang berlangsung adalah dua negara lain dari tim-tim tamu.

Tanpa merekayasa seperti itu, stadion dan berbagai venue hanya akan ramai dan meriah ketika Indonesia bertanding. Di luar itu, bukan tidak mungkin, stadion-stadion dan berbagai venue tadi akan sepi, tanpa ruh, dan hanya menjadikan Indonesia sebagai bahan gunjingan karena bisa saja dianggap berlepas tangan untuk membuat Asian Games tetap "menyala" dari awal sampai akhir.

Sudahlah di Jakarta sempat muncul dagelan dari Pemda di sini karena cerita bambu dan bendera tamu yang dibenarkan karena dalih inisiatif rakyat kecil. Walaupun dagelan ini sama sekali tidak elok, karena di sini ada pertaruhan nama negara--bukan Jakarta saja. Harapan anak-anak negeri yang ingin nama negeri ini harum; setelah Asian Games, nama Indonesia bisa dibincangkan di pentas dunia dengan aroma dan irama menyenangkan.***
















Baca juga:
Ketika Plagiarisme Menyusupi Lembaga Intelektual, Akan Dibawa ke Mana Nasib Bangsa Ini?
"Summer in Seoul", Cerita dari Pulau Nami dan Petite France
Seandainya Aku Jadi Menag, Ini Caraku Lawan Konten Negatif di Media Sosial!

Suntikan Semangat dan Energi Warga dalam Semarak "Torch Relay Asian Games 2018"

$
0
0

Warga Biasa yang bersemangat mendukung gelaran Asian Games 2018. - Dokumen Pribadi.

Senja itu, mereka keluar dari gang-gang kecil di sebuah jalan protokol kota.

Sebagian dari mereka bahkan sudah bersiap kala mentari masih berada di atas kepala. Mereka saling berharap cemas apakah momen bersejarah yang mereka alami akan benar-benar bisa terwujud. Momen yang mungkin hanya akan terjadi dalam satu kali kehidupan mereka. Bukan Gerhana Matahari atau Kejatuhan Komet, dua fenomena alam yang menjadi perhatian mereka. Namun, momen ini adalah perhelatan besar Asian Games yang kali kedua diselenggarakan di negeri tercinta, Indonesia.

Satu hari sebelum menyaksikan euforia warga biasa itu, tepatnya Kamis (19/07/2018), saya mendatangi sebuah acara dengan tajuk Gerakan Nasional Revolusi Mental (GRNM) yang didukung oleh Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kesejahteraan Rakyat (PMK). Di sebuah hotel di Kota Malang, saya mendapat banyak ilmu yang disajikan oleh 3 pemateri dengan cukup mantap.

Salah satu poin penting dari kegiatan tersebut adalah momen Asian Games 2018 merupakan waktu yang tepat untuk memperbaiki kehidupan bangsa melalui GRNM. Setidaknya, ada 5 program yang menjadi sasaran perubahan revolusi mental ini, yakni Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia Bersatu.

Obor api Asian Games diperlihatkan saat sosialisasi GRNM. - Dokumen Pribadi

Mengapa Asian Games menjadi salah satu titik penting dalam gerakan tersebut? Bukankah pada kehidupan sehari-hari kita juga harus melakukan kelima gerakan tersebut?

Alasannya tak lain Asian Games adalah sebuah kebanggan bagi bangsa kita. Menunjukkan kepada seluruh bangsa Asia maupun dunia bahwa bangsa kita bisa menyelenggarakan perhelatan akbar ini dengan sebaik-baiknya. Dan tentunya, memperoleh prestasi yang dapat dibanggakan. Jika ingin memperoleh kesuksesan itu, maka perubahan baik juga harus segera dilakukan.

Berkaca dari kegiatan sosialisasi GRNM ini, saya lantas mencoba melihat seberapa besar revolusi mental telah mengakar di sanubari bangsa Indonesia dan seberapa meriah sambutan warga dengan kehadiran Asian Games kali ini.

Maka, pada jumat (20/07/2018), saya mengikuti kegiatan Semarak Torch Relay Jatim yang mengarak obor Asian Games dari Kota Blitar menuju Kota Malang. Kegiatan torch relay ini merupakan inisiasi dari rangkaian acara Asian Games dan juga sebagai acara sosialisasi kepada masyarakat luas. Kebetulan, rute pawai ini tak jauh dari rumah saya di daerah Sukun, Kota Malang. Di pinggir jalan yang menjadi rute pawai ini, saya menyiapkan diri.

"Ini belum Agustus, Mas. Tapi rasanya tak sabar menanti bulan Agustus tiba."

Seorang ibu-ibu yang datang dengan seorang anaknya berkelakar bahwa meski sekarang masih bulan Juli, rasanya Agustus telah tiba. Ia merasa, perhelatan Asian Games membuat lingkungan di sekitarnya lebih semarak. Tak hanya sekedar umbul-umbul, namun penantian akan prestasi atlet-altlet terbaik bangsa ini adalah harapannya.

"Kalau saya, suka sama dua pebulu tangkis yang muda itu, Mas. Yang suka dipanggil Minions itu," ia menambahkan. Dua pebulu tangkis yang ia kagumi pasti Markus Gideon dan Kevin Sanjaya. Harapannya, mereka bisa memperoleh medali emas dan menggemakan lagu Indonesia Raya.


Seorang ibu dan anaknya yang sangat mengidolakan duo Minions. Harapannya, emas bagi Indonesia bisa mereka persembahkan. - Dokumen Pribadi

Beberapa saat kemudian, kerumunan warga semakin riuh. Dari gang-gang sempit di sekitar lokasi, rombongan warga semakin banyak berdatangan. Entah dari mana kabar adanya Torch Relay ini, yang jelas mereka sangat antusias. Meski, yang akan mereka lihat bukanlah pawai Agustusan dan masih berada pada tempat yang belum diketahui dengan pasti.

Seorang warga yang tak sabar dan begitu antusias menyambut api obor Asian Games 2018. - Dokumen Pribadi

Saking antusiasnya, beberapa diantaranya mencoba untuk berada di tengah jalan lantaran kondisi jalan sudah ditutup sebagian. Untung, petugas DLLAJR tak henti-hentinya mengatur pergerakan lalu lintas dan warga yang akan menyaksikan pawai obor ini. Ada pula warga lain yang mengingatkan warga yang kurang tertib untuk kembali ke pinggir jalan.

Petugas DLLAJR yang berjibaku mengatur lalu lintas demi kelancaran semarak torch relay ini. - Dokumen Pribadi.

Tak lama, warga pun kembali tertib. Beberapa dari mereka akhirnya menemukan cara untuk bisa mengabadikan momen pawai obor Asian Games tanpa harus terlalu dekat dengan jalan raya. Melakukan zoom in pada kamera adalah salah satu solusinya. Sungguh, revolusi mental yang sederhana namun kaya makna. Seperti ujaran Bung Karno kala Revolusi Mental beliau dengungkan : Jangan lekas mau enak dan cari gampangnya saja

Cari solusi dan cari alternatif. Sama halnya dengan perjuangan atlet-atlet nasional yang berusaha keras mencari solusi atas keterbatasan dan rintangannya selama ini. Semuanya demi tujuan kebaikan yang ingin diraih. Bukankah itu juga merupakan spirit dari perhelatan Asian Games ini?


Sambil menggendong anaknya, Bapak ini mencoba semaksimal mungkin menggunakan kamera ponselnya dalam mengabadikan pawai api Obor Asian Games 2018. - Dokumen Pribadi.

Cukup lama warga menanti pawai obor Asian Games ini. Beberapa diantaranya memilih untuk duduk lantaran tak kuat berdiri lama. Seorang nenek tampak masih semangat menunggu obor Asian Games ini sambil duduk di sebuah bangku beton. Bagi beliau, ini adalah pengalaman kedua dalam hidupnya mengikuti penyelenggaran Asian Games. Pada 1962 kala remaja, sang nenek hanya sesekali mengikuti berita dari siaran radio transistor. Beliau sangat senang dengan kemeriahan Asian Games ini karena bisa mendapat hiburan dan juga ikut serta mendukung atlet kebanggaan Indonesia walau usianya tak lagi muda.

Seorang nenek yang antusias dalam menunggu api obor Asian Games 2018. - Dokumen Pribadi.

Kebahagiaan ini juga diamini oleh beberapa pedagang keliling yang turut memperoleh berkah. Salah satunya pedagang bakso yang langsung diserbu penonton Semarak Torch Relay Obor Asian Games ini. Menurutnya, even sebesar Asian Games ini harusnya bisa menjadi salah satu momen perbaikan bagi pedagang kecil sepertinya. 

Sederhananya, ada peningkatan kesejateraan dari perhelatan akbar ini. Sebuah harapan kecil namun memang harus diwujudkan karena even besar ini juga hajatan besar bangsa Indonesia. Maka tak heran jika semarak torch relay ini melewati tempat-tempat wisata yang bisa mendongkrak ekonomi lokal. Kota Malang adalah salah satu kota wisata yang beruntung dilewati api obor ini.

Kebahagiaan pedagang bakso. - Dokumen Pribadi.

Rezeki pedagang bakpao. - Dokumen Pribadi.

Spirit Energi Asian Games pada penjual jagung rebus ini. Tanpa kenal lelah ia terus menjajakan dagangannya. - Dokumen Pribadi.

Tak terasa, rombongan Semarak Torch Relay Asian Games pun tiba. Warga langsung menyiapkan mata, kamera, dan sorakan meriahnya. Gemuruh warga semakin kencang kala pelari pembawa obor melintas di depan mereka. Dengan tertib, mereka menyambut sangat antusias.

"Ayo semangat! Ayo semangat!"

Teriakan penggugah semangat terus mereka gemakan. Beberapa diantarnya bahkan memberikan lambaikan tangannya kepada para pelari yang sudah nampak berpeluh. Para pelari dengan asyiknya menerima lambaian tangan warga sambil terus berlari. Meski gelaran olahraga belum dimulai, rasa semangat bercampur haru sangat terasa. Sebuah konektivitas dukungan ikhlas yang sangat berharga. Menyatukan semangat energi untuk Indonesia agar berjaya di Asian Games 2018. Dari warga biasa yang baru saja bersemangat beraktivitas untuk kegemilangan bangsa Indonesia. 

Lambaian tangan warga yang disambut oleh pelari. Satukan semangat dan energi untuk dukung penuh Asian Games 2018. - Dokumen Pribadi,


Semoga, spirit Asia Games ini terus membara meski nantinya obor Asian Games tak lagi menyala di Indonesia.




Baca juga:
Mengenang Kejayaan Salah Satu "Dynamic Duo" NBA Terbaik Sepanjang Masa
Ketika Plagiarisme Menyusupi Lembaga Intelektual, Akan Dibawa ke Mana Nasib Bangsa Ini?
"Summer in Seoul", Cerita dari Pulau Nami dan Petite France

Mantan Wartawan Harian Merdeka Itu Bicara tentang Adam Malik

$
0
0

keystone/getty images/the straits time/tribunnews.com

Inilah foto kenangan saya bersama Joesoef Isak, mantan wartawan harian "Merdeka," pimpinan Burhanudin Mohamad (BM) Diah. Wawancara ini berlangsung pada tahun 2009 di kediamannya dan sekarang beliau pun sudah meninggalkan kita untuk selama-lamanya.

Saya sengaja datang ke rumahnya untuk membicarakan tentang almarhum Adam Malik, yang awalnya juga berprofesi sebagai wartawan. Pada hari ini, 22 Juli 2018, tepat pula kita memperingati 101 tahun Adam Malik. 

Dihitung sejak tanggal lahir Adam Malik hari ini, 22 Juli 2018, 101 tahun lalu, ketika ia lahir di Pematangsiantar,  22 Juli 1917, kita mungkin kurang mengenal beliau sebagai anak dari Sumatera Utara. Hal ini karena jarang memakai marganya Batubara itu. Namanya selalu ditulis tanpa marga. Cukup Adam Malik. Ia meninggal di usia 67 tahun di Bandung, Jawa Barat pada 5 September 1984.

Sebagai seorang wartawan, ia memiliki pemikiran yang cemerlang. Ia juga pernah diangkat Presiden Soekarno sebagai Duta Besar Indonesia untuk Uni Soviet (sekarang Rusia). Juga termasuk salah satu tokoh pendiri Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) hingga menjadi Wakil Presiden RI di masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Dokumentasi pribadi

Tentu pengalaman Joesoef Isak, yang sewaktu saya bertemu sudah berusia 80 tahun itu, lebih banyak menggambarkan sosok Adam Malik sebagai wartawan. Perkenalan mereka dimulai sejak awal 1950-an. Ketika itu Josoef Isak bekerja di harian "Merdeka," sedangkan Adam Malik adalah wartawan  kantor berita "Dimei," Jepang, cikal bakal kantor berita "Antara." Kedekatan Joesoef tidak diragukan lagi.

Menurut Joesoef, ia tahu hitam putihnya Adam Malik.  Ia tidak segan-segan menemui temannya bernama Adam Malik tersebut, setelah ia keluar dari penjara Salemba selama 10 tahun tahun 1977. Joesoef dianggap mendukung Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketika itu Joesoef mendatangi Adam Malik, karena butuh uang.

Joesoef datang bersama Sastrawan Pramoedya Ananta Toer. Mereka meminta uang dan langsung dikasih Adam Malik.. Menjelang mau pulang, Joesoef mengatakan lagi kepada Adam Malik, di rumahnya dan rumah Pramoedya belum ada telepon. Lalu Adam Malik menyuruh sekretarisnya agar kedua rumah itu dipasang telepon.

tirto.id

Pernah suatu ketika Joesoef ke Moskow, sementara Adam Malik masih menjadi Duta Besar RI untuk Moskow. Joesoef mampir ke Kedubes RI. "You punya uang?," ujar Adam Malik seraya merogoh kantong dan memberikannya kepada Joesoef. Juga pada saat wartawan dari Kanada datang ke rumah Joesoef dan minta bantuan menghubungi Wakil Presiden Adam Malik, karena sudah 10 hari tidak berhasil menemuinya, akhirnya Joesoef yang dimintai tolong. 

"Saya langsung angkat telepon dan langsung wartawan Kanada itu diterima Wakil Presiden Adam Malik, terapi harus bersama saya. Jika tidak, maka pertemuan dengan wartawan Kanada pun batal," ujar Joesoef. 

3842472343-919494f2c9-m-5b53f8435e137315e23f4555.jpg

Ketika pertanyaan hingga kepada masalah, apakah Adam Malik itu agen rahasia Amerika Serikat (CIA) ?  Joesoef tidak langsung menjawab, tetapi dia hanya menggambarkan bahwa sosok temannya itu sebagai orang yang terbuka. Jadi bukan itu yang harus ditanya, ujar Joesoef. Sebaiknya bagaimana cara pandang bangsa kita ini selama 32 tahun, ya, sudah terbelenggu. 

Joesoef mencontohkan buku "Bumi Manusia," tulisan Pramoedya Ananta Toer akan terbit, Joesoef menyerahkan naskah awal kepada Adam Malik dan menyatajan novel Pram itu bagus. Joesoef juga mendapat kabar dari Adam Malik, bahwa Ibu Tien Soeharto terpukau oleh novel berlatar belakang Wonokromo, Surabaya, itu.Tetapi begitu buku itu beredar, Presiden Soeharto  melarangnya beredar. Sekarang diizinkan lagi beredar dan bahkan novel Pram sudah ada difilmkan.




Baca juga:
Jelang Pilpres 2019 dan Mereka yang Berbondong-bondong "Balik Kanan"
Bahasa Indonesia di Bawah Ancaman
Saatnya Menyebarkan Energi Baik untuk Kehidupan!

Mengunjungi Lapas Tipikor Sukamiskin yang "Menakjubkan"

$
0
0

kompas.com

"Tolong belikan 3 porsi mie goreng, besok kita besuk teman di Sukamiskin! Dia minta dibawakan bakmi goreng. Kita naik bus aja, santai!"

Begitu bunyi pesan WA dari SS, seorang aktor film senior, Juli tahun 2016 lalu. Pesan yang sangat menarik. Sudah lama saya ingin datang ke Sukamiskin, lapas yang sangat terkenal sejak masa revolusi, karena di situ juga Bung Karno pernah ditahan.

Datang ke Sukamiskin sebenarnya bukan pengalaman baru. Sebelum tahun 90-an, pernah ke sana untuk membesuk kerabat dekat yang ditahan karena kasus kriminal berat.

Kemudian tahun 90 ada lagi kesempatan mengunjungi Sukamiskin. Kali ini bisa masuk hingga ke dalam, karena saya datang bersama rombongan Panitia Tetap FFI 1987 - 1992 yang datang untuk memghibur penghuni lapas. Waktu itu panitia mengajak artis dangdut Camelia Malik yang suka menari jaipongan saat menyanyi.

Mia, begitu ia biasa dipanggil, menyanyi dan berjaipongan di depan ratusan penghuni lapas. Waktu itu Mia sedang montok-montoknya. Badannya bagus, memiliki lekukan jelas di bagian pinggang. Bila ia meliuk-liuk, dijamin mata ogah berkedip.

"Kalau kita pulang, tuh tahanan pasti pada pusing," kata Kasino Warkop, berbisik kepada saya. Kasino (almarhum) memang selalu mengeluarkan komentar-komentar lucu di berbagai kesempatan. Bukan hanya di film atau di panggung.

Ajakan aktor senior SS untuk mengunjungi Sukamiskin sangat menarik. Karena Sukamiskin jamannow lebih dikenal sebagai tempat tahanan untuk narapidana (napi) Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).

Sejak Sukamiskin jadi Lapas untuk Napi Tipikor, selalu ada keinginan yang kuat untuk datang. Tapi apa alasannya? Mau ketemu siapa? Pejabat jelas bukan level saya.

Dari terminal Baranangsiang kami naik bus tujuan Terminal Leuwipanjang, Bandung. Dari Leuwipanjang dilanjutkan dengan naik bus Damri yang ber-AC mirip bus Transjakarta hingga ke terminal Cicaheum, kemudian disambung dengan angkot tujuan Cileunyi yang melewati LP Sukamiskin.

Singkat cerita kami sampai di LP Sukamiskin. Lapor ke petugas jaga di depan tujuan kami datang. Kami diminta menyerahkan identitas dan meninggalkan tanda pengenal. Kami diberi tanda pengenal pengunjung yang harus digantung di leher. Kami bersyukur tidak diminta meninggalkan telepon genggam.

Seorang sipir bertubuh kekar bersikap sok akrab dengan SS. Dia bersedia mengantar kami ke dalam, bertemu dengan HF, aktor tampan yang menjadi penghuni Lapas Sukamiskin, sejak 2 tahun terkahir setelah dipindah dari LP Cipinang.

"Dia tadi ada di lapangan tenis, ayo kita ke sana!" kata sang sipir. Kami memgikuti saja langkahnya hingga ke lapangan tenis. Suasana di lapangan tenis sangat ramai. Mantan Menpora AM sedang main tenis dengan napi tipikor lainnya, saya kurang begitu kenal. Kata sipir, dia mantan jaksa. HF tidak ada di situ.

Kami duduk di pinggir lapangan menyaksikan AM bermain tenis hingga selesai. Setelah itu dia berhenti, dengan ramah menghampiri kami dan mengajak makan. Di pinggir lapangan memang ada sebuah meja panjang berisi berbagai jenis makanan yang nampak sangat lezat. Masakan daerah.

"Ayo, ayo makan, saya lapar nih!" kata AM yang hari itu sedang berulang tahun. Dia dikunjungi oleh isteri, anak dan ibunya. Kami ikut menikmati makanan yang disediakan. Bakmi goreng dari restoran terkenal yang saya bawa, menghilang, entah ke mana rimbanya.

Di tempat itu ada RR, pejabat Kementerian ESDM yang ditangkap karena kasus suap di BPH  Migas, ada beberpa napi tipikor lainnya yang saya tidak kenal. Saya tidak terlalu memperhatikan, karena makanan yang kami santap terlalu lezat untuk dimakan sambil santai. Harus fokus.

Usai makan sipir mengajak kami ke saung-saung yang dibangun di lapangan terbuka di tengah lapas. Bentuknya hampir mirip dengan saung di rumah makan Sunda pada umumnya. Tiap saung berukuran rata-rata 3 X 3 meter. Di setiap saung ada tempat duduk yang nyaman, kursi panjang, meja makan dan kursinya, bahkan kompor gas dan dispenser, seperti di saung milik mantan Ketua DPP Partai Demokrat AU tempat kami menunggu HF. Di situ saya sempat dibuatkan kopi panas oleh seorang lelaki berusia 40-an yang menurut HF, jurumasak pribadi AU.

Di sebelah saung milik AU saya melihat mantan Presiden PKS LHI sedang masyuk memeluk perempuan muda, cantik. Keduanya tak bersuara seperti melakukan happening art. Di dekat mereka ada seorang perempuan muda mengenakan baju putih sedang menggendong bayi. Saya menduga dia baby sitter.

Sejak saya mencoba mengingat-ingat kasus daging sapi yang membuat LHI masuk tahanan. Ketika itu disebut-sebut nama seorang perempuan muda cantik berinisial DM, yang ketika itu berusia 19 tahun. Perempuan yang sedang melakukan happening art dengan LHI pastilah DM. Yang digendong oleh sang baby sitter pasti anaknya. Tapi mengingat usia sang bayi yang masih sangat muda, saya jadi bertanya-tanya, kapan bikinnya? Bukankah LHI sudah lebih lama masuk penjara?

"Di sini enggak perlu khawatir soal begituan. Kita sediain tempat. Tapi kalau mau pulang, ingat-ingat kitalah yang ada di dalam. Tinggalin dong buat beli rokok,"  kata HF sambil tertawa.

Menurutnya yang membedakan antara orang di dalam dan di luar Lapas Sukamiskin hanyalah kemerdekaan. Urusan kebutuhan jasmani, rohani, kebutuhan biologis, bukan persoalan besar. Rata-rata napi Tipikor adalah orang kaya, yang uangnya tidak habis begitu saja meskipun ditahan dan disita KPK.

Rata-rata napi Tipikor tidak membutuhkan bantuan materi, mereka bisa membeli. Banyak napi tipikor yang memiliki rumah mewah di dekat LP Sukamiskin supaya keluarganya bisa datang sewaktu-waktu. Salah satunya yang diketahui memiliki rumah di dekat LP Sukamiskin adalah terpidana kasus pajak, GT.

Deretan saung bambu yang ada di LP Sukamiskin bukan disediakan oleh pemerintah c/q pihak lapas, melainkan dibikin atas biaya pribadi para napi.

"Harganya 30 sampai 50 juta rupiah per saung. Kalau pemiliknya bebas, bisa dijual kepada napi lain yang berminat," kata HF.

Saya diajak berkeliling melihat-lihat saung. Dengan telepon genggam yang saya bawa, saya sempat mengambil gambar dari beberapa sudut pengambilan.

Di ujung lapangan yang menempel dengan tembok bangunan sel, terdapat sebuah panggung. Di panggung itulah, menurut HF , para napi suka mengadakan kegiatan kesenian untuk mengusir rasa jenuh, terutama saat 17 Agustus.

Tidak jauh dari panggung saya melihat beberapa napi sedang berbicara ngariung. Salah satunya adalah politikus Partai Demokrat, SB, yang terkenal dengan ungkapannya, "Masuk barang itu!". Badannya terlihat kurus, kelihatannya sedang sakit, meski pun masih nampak ceria. Beberapa bulan kemudian saya mendapat kabar SB meninggal dunia.

Saya tidak memperhatikan napi yang lain. Menurut HF, pelaku tipikor adalah orang-orang top. "Kita bisa bikin negara di sini. Apa yang kurang? Menteri ada, jenderal TNI, polisi, hakim, jaksa, anggota DPR, semua ada!" kata HF.

Setelah ngobrol ngalor-ngidul antara SS, HF dan saya, akhirnya kami harus pulang, karena hari sudah sore. Dalam perjalanan menuju pintu ke luar, kami berpapasan dengan mantan Menag, SA. Fisiknya masih nampak segar, tak ada perubahan. Saya sempat minta foto bersama dengannya. Setelah itu kami berpisah, lalu meninggalkan LP Sukamiskin.

Dalam perjalanan pulang, saya terus merenung, efek jera apa yang ditimbulkan melalui proses penahanan seperti itu. Tidak heran jika korupsi tak pernah habis, dan pelakunya beranak pinak. Para napi tipikor masih bisa menimati kemewahan, tak sulit mendapatkan apa yang diinginkan karena mereka bisa membayar semua yang diinginkan. Mulai dari barang, jasa, hingga pelayanan oleh para sipir maupun penguasa di penjara, yang berseragam maupun tidak.

Perlakuan pihak penjara terhadap Napi Tipikor sangat berbeda dibandingkan napi kriminal biasa. Apalagi untuk kelas copet, maling ayam, atau maling jemuran. Bahkan hukum syariah yang keras terhadap penzinah, pemabuk maupun penjudi di Nanggroe Aceh Darussalam, tak mampu menjangkau  koruptor.

Jadi bila melihat bagaimana hukuman dan perlakuan terhadap napi tipikor saat ini, omong kosong korupsi bisa hilang dari Indonesia. Seribu pejabat seperti Kepala Lapas Sukamiskin maupun mantan artis IK pun ditangkap, saya tak yakin Indonesia bebas korupsi. 

"Jangan terlalu serius. Kalau malu jadi orang Indonesia di luar negeri, kita balik bendera yang kita bawa. Kita ngaku aja sebagai orang Polandia!" gurau seorang teman.




Baca juga:
Menyoal Aksi Anarkis Oknum Suporter Sriwijaya FC
Jelang Pilpres 2019 dan Mereka yang Berbondong-bondong "Balik Kanan"
Bahasa Indonesia di Bawah Ancaman

Memahami Inneke, Memahami Dilema Seorang Istri

$
0
0

Inneke Koesharwati dalam pusaran kasus suami I Gambar : Kompas.com

Keluar dari Gedung KPK, wajah Inneke tampak pucat, matanya tampak sembab. Entah berapa lama dia menangis saat diinterogasi KPK. Bibirnya kelu tak bisa bicara sama sekali, bukan bisu tapi situasi yang dia hadapi amatlah sulit.

Ya, Inneke Koesherwati diperiksa KPK sebagai saksi kasus suap fasilitas mewah dan jual beli izin di Lapas Sukamiskin. Dalam sebuah operasi tangkap tangan (OTT),  KPK menangkap suami Inneke, Fahmi Darmawansyah dan Kalapas  Sukamiskin, Wahid Husen.

Sesudah itu "dunia penghakiman" dimulai bagi seorang Inneke, baik terdengar dan terlihat olehnya ataupun tidak. Inneke dianggap sebagai perempuan yang melakukan tindakan hina, tercela bahkan ada yang membawa masa lalu Inneke sebagai mantan bintang fim panas Indonesia ke dalam situasi ini.

***

Mari kita urutkan siapa Inneke dan apa yang kemungkinan dilakukannya.

Inneke adalah suami dari Fahmi Darmawansyah, tahanan lapas Sukamiskin dalam kasus suap ini terkait pengadaan monitoring satelit di Bakamla. 

Pengadilan Tipikor memvonis hukuman 2 tahun 8 bulan penjara dan denda Rp 150 juta subsider 3 bulan kurungan bagi Fahmi dan resmi ditahan sejak Mei 2017. 

Peristiwa Mei 2017 itu seharusnya menjadi bahan refleksi bagi keluarga kecil Inneke untuk menjadi lebih baik. Inneke memiliki dua orang anak dari Fahmi. Saatnya untuk berenung agar berhati-hati dalam bertindak karena berdampak pada masa depan kehidupan keluarga.

Namun setelah setahun di tahanan, Fahmi berulah. Kemarin, Fahmi ditangkap tangan melakukan suap fasilitas mewah dan jual beli izin di Lapas Sukamiskin.

Menurut informasi KPK, untuk mendapatkan fasilitas istimewa, Fahmi berani untuk memberikan sejumlah uang dalam nilai yang besar yakni sekitar 200 sampai 500 juta rupiah pada Kalapas, Wahid Husen.

Apa peran Inneke? Untuk menjawabnya kita bisa membaca kronologi penangkapan Inneke.

Inneke diamankan di kawasan rumahnya di kawasan Menteng Jakarta Selatan sesudah KPK melakukan OTT di Sukamiskin.

"Setelah dari Bandung kita menuju Jakarta. Kita menyambangi rumah IK di kawasan Menteng, dan mengamankannya pukul 01:00 WIB untuk menjalani pemeriksaan," ujar Laode M.Syarif, wakil ketua KPK.

Saat tim KPK menemukan uang sejumlah Rp 139.300.000 di sel Fahmi dan menemukan catatan terkait sumber uang, maka Inneke bisa dianggap bermain dalam dua peran, baik secara masing-masing atau melakukan keduanya sekaligus. Pertama, sebagai penyedia uang atau supplier dan sebagai kurir atau pembawa uang ke lapas. Bagi siapa? Suaminya, orang yang dicintainya.  Situasi Inneke bukanlah situasi  yang mudah.

***

Sampai di sini, saya akan bercerita sedikit tentang cerita seorang teman wanita yang memiliki suami yang juga  menjadi tahanan di lapas, sebut saja nama teman wanita itu Mira.

Suami Mira ditahan bukan karena kasus korupsi tapi kasus Narkoba.  Suaminya divonis 2 tahun penjara.

Setiap kali Mira membesuk sang suami, Mira pulang dengan berurai air mata. Mengapa? Karena berulang kali pula Mira mendengar suaminya berkata bahwa Mira adalah istri yang tak berguna karena tak berupaya agar sang suami lebih cepat keluar dari penjara.

Lebih meyakitkan lagi adalah apapun yang dibawa ke Lapas dianggap suaminya tak pernah cukup membuat suaminya nyaman di Lapas. Makanan dianggap tak enak, pakaian dianggap bukan pakaian yang bagus dan lain sebagainya.

"Siapa yang tak mau suami bahagia meski di dalam penjara" kata Mira bersedih.

"Pernah suatu saat, dia meminta untuk dibawakan Narkoba,...hmm...jika punya uang saya akan membelikannya..." ujar Mira lirih.

Tak seperti Fahmi dan Inneke, Mira dan suaminya memang bukan dari keluarga yang berkecukupan.

"Tak takut kamu ditangkap...." tanya saya. Mira terdiam cukup lama, matanya mulai berkaca-kaca.

Agamanya mengajarkan bahwa dia harus taat pada suaminya, meski seharusnya di antara itu, takut akan Tuhan adalah yang terutama. Cinta memang terkadang meniadakan hal di antara itu. 

Membesarkan anak sendirian, melewati dua kali lebaran dengan suami berada di penjara bukanlah hidup ideal yang diinginkan oleh Inneke. Membawa anak-anak untuk mengunjungi Fahmi di Sukamiskin dianggap Inneke sebagai mudik lebaran. Bahagia saat pergi, namun penuh kesedihan saat pulang.

Seperti Mira, Inneke juga berharap Fahmi mendapatkan fasilitas yang baik di Sukamiskin. Sebagai istri mereka juga takut jika harus melakukan tindakan melawan hukum untuk membahagiakan suami. Namun jika tidak demikian, apa ukuran cinta bagi mereka? Logika mereka terkadang ditaklukan oleh janji untuk selalu bersama dalam suka dan duka.

Sesudah ditangkap, Inneke menangis. Entah jenis tangisan yang mana. Tangisan Inneke bisa saja adalah tangisan penyesalan. Namun tangisan itu juga bisa dikarenakan kesedihan karena sang suami tidak mendapat kebahagiaan di penjara seperti yang diinginkannya.  

Seharusnya tahun depan, Inneke boleh berharap untuk merayakan Lebaran dengan sang suami apabila Fahmi mendapatkan keringanan hukuman, namun sepertinya harapan itu telah kandas dengan kasus ini. Hari-hari Inneke kembali suram.

Mira? Mira sementara pulang ke kampungnya karena sang mertua menganggap Mira tak sanggup menjadi istri yang baik bagi anaknya.

***

Suatu hari di waktu lampau, oma (nenek) membariskan cucu-cucunya yang sudah beranjak dewasa, semua laki-laki sebelum makan. Sebelum berdoa makan oma berkata, "Jangan pernah memberi makan anak dan istrimu dari uang tak halal. Jika kalian melakukannya, kalian adalah lelaki brengsek" ujar oma.

Brengsek..ya brengsek....

Sedangkan untuk cucu yang perempuan, oma bernasihat singkat. 

"Jika suamimu membawa uang banyak padamu tak seperti biasanya, tanyakan asal uang ini. Jangan diam saja" ujar oma yang telah meninggal belasan tahun lalu itu.

Jangan diam saja, daripada harus menangis sepanjang malam. 




Baca juga:
Drama Pergantian Pejabat di DKI Jakarta
Menyoal Aksi Anarkis Oknum Suporter Sriwijaya FC
Jelang Pilpres 2019 dan Mereka yang Berbondong-bondong "Balik Kanan"
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live