Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

Karena Hidup Tidak Selalu Sesuai Pesanan

$
0
0

koleksi pribadi_hep

"Saya tidak memesan itu! Pesanan saya Dada Goreng, bukan Paha! Jauh sekali perbedaannya dari dada ke paha. Pokoknya saya tidak terima. Saya mau sesuai pesanan saya. Titik! Telepon pun dimatikan. Selang beberapa lama, delivery rider datang lagi membawa pesanan kali ini persis sama seperti yang diinginkan konsumennya.

Andai hidup bisa seperti itu, yakni ketika suatu kenyataan tiba di hidup kita tidak sesuai harapan, kita bisa menukarnya agar persis sesuai mau kita, maka pastilah sudah banyak kenyataan hidup yang kita tukar menjadi seperti yang kita inginkan.

Dalam perjalanan hidup di dunia ini, seringkali kita bertemu dengan kenyataan-kenyataan hidup yang mengejutkan, yang tidak dinyana, yang tidak diharapkan, yang tidak diinginkan justru terjadi. Kita berharap begitu, yang terjadi begini. Kita berharap seperti ini, yang terjadi seperti itu.

Hidup memang tidak selalu sesuai pesanan. Peristiwa mengejutkan terjadi. Kejadian yang memilukan menerpa hidup. Kenyataan-kenyataan pahit, menyedihkan, menyakitkan bahkan mendukacitakan silih berganti menyisip di sela-sela kebahagiaan anak manusia.

Adakah yang memesan semua itu? Adakah yang menginginkan semua itu? Tentu tidak. Tidak ada yang menginginkan semua itu terjadi. Tidak ada yang mengharapkan apalagi mendoakan.

Tapi semua itu terjadi. Dan terjadi adalah terjadi. Tak seorang pun dapat mengubahnya menjadi tidak terjadi. Apa yang terjadi sudah terjadi. Menukarnya tak bisa, apalagi menghapusnya.

Yang ada hanyalah suka tidak suka, mau tidak mau, kita hanya bisa menjalaninya dan berusaha menerimanya walau kerap tersisa tanya di hati, "Mengapa?"; "Mengapa ini harus terjadi?"; "Mengapa saya?", dsb.

Secara garis besar, manusia memiliki dua cara pandang yang berbeda terhadap kenyataan yang dialaminya, yaitu:

Pertama: Memandang dengan Garis Pandang Vertikal.

Memandang dengan garis pandang vertikal adalah memandang dengan menarik garis tegak lurus antara dirinya dan Tuhan. Orang yang memiliki cara pandang dengan garis pandang vertikal adalah orang yang selalu menghubungkan dirinya dan segala yang terjadi di hidupnya dengan Penciptanya.

Orang yang selalu menghubungkan dirinya dan Tuhan akan selalu lebih dahulu memandang dirinya sendiri di hadapan Penciptanya. Ketika sesuatu terjadi atas dirinya, ia mendekat dan lebih dekat lagi kepada Tuhannya. Ia bersujud dan berdoa memohon petunjuk-Nya.

Dan bertanya, "Ya Allah, apakah maksud-Mu dengan kenyataan ini untuk diriku? Berilah petunjuk-Mu agar aku tidak salah menilai, tidak salah berucap, dan tidak salah bertindak hingga membuatku makin tidak berkenan kepada-Mu. Buatlah aku mengerti, apa yang Engkau inginkan aku lakukan, apa yang Engkau tegur dari diriku agar aku melakukannya sehingga aku menjadi seperti yang Engkau inginkan."

Seperti itulah orang-orang yang hidupnya selalu dipautkan kepada Tuhannya. Ia akan selalu lebih dahulu mencari Tuhan daripada mencari manusia. Bagi orang-orang dengan cara pandang vertikal, mencari tahu apa isi pesan Tuhan bagi dirinya, itu yang utama dan terutama. Ia melihat dirinya terlebih dahulu sebelum melihat sekelilingnya. 

Orang yang selalu menghubungkan dirinya dan Tuhan akan lebih ikhlas menjalani hidupnya karena ia percaya Allah punya alasan untuk memutuskan segala sesuatu menjadi terjadi di hidup manusia dan meyakini bahwa Allah punya tujuan yang sangat indah lebih indah dari keindahan yang dijanjikan oleh manusia manapun di muka bumi ini. 

Kedua: Memandang dengan Garis Pandang Horizontal.

Semua yang terjadi di dalam dunia ini selalu membawa pesan Tuhan bagi manusia untuk dibaca oleh manusia. Sebab semua yang terjadi itu tidak terjadi di luar pengetahuan-Nya. Semua terjadi dalam kemahatahuan-Nya, dalam kemahakuasaan-Nya dan dalam kedaulatan-Nya. Kita harus mencari tahu apa pesan itu.

Namun sayang, kita cenderung memandang kenyataan hidup hanya dengan garis pandang horizontal. Memandang garis pandang horizontal, yakni memandang dengan menarik garis mendatar antara manusia dan manusia. Melihat kepada manusia saja, bertanya kepada manusia saja dan mencari jawaban dari sudut pandang pikiran manusia saja, bahkan mencari sebab pada diri manusia lain.

Garis pandang horizontal hanya membuat manusia beroleh jawaban sebatas kemampuan manusia lainnya menjawabnya. Tak mampu menjawab, manusia mengarahkan manusia untuk menembus batas kemampuan manusia dengan melakukan hal-hal yang justru bertentangan dengan kehendak Allah.

Garis pandang horizontal juga memang membuat kita beroleh rincian penjelasan sebab akibat kenyataan yang kita alami secara logis dan ilmiah dari manusia-manusia yang ahli, tapi itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan, "mengapa?", di kedalaman dasar hati kita. 

Tidak puas dengan itu, garis pandang horizontal mengarahkan manusia untuk mencari sebabnya pada manusia lain. Maka telunjuk pun menuding itu karena dia, karena dia dan karena dia. Itulah garis pandang horizontal di mana manusia mencari sebabnya di luar dirinya

Enggan memandang ke arah diri sendiri untuk merenungkan mungkin sebabnya ada pada diri sendiri. Enggan membaca pesan Allah dari peristiwa yang terjadi.--- Ketika sesuatu itu terjadi di hidup kita, maka alamat pesan itu ditujukan adalah pertama-tama untuk diri kita sendiri. Allah pasti punya alasan dan punya maksud serta tujuan sehingga semua itu terjadi. Kita seharusnya mencari tahu isi pesan-Nya itu. 

Namun, orang yang hanya memandang secara horizontal tidak menganggap itu penting bahkan tidak mau tahu dengan itu. Tidaklah heran, meskipun kenyataan yang terjadi bukanlah perkara yang kecil, seorang yang tidak menarik garis lurus antara dirinya dan Tuhan tidak akan mengalami "hijrah". 

Tidak ada pertobatan. Tidak ada pembaharuan diri dan hidup karena semua pesan Ilahi yang dikirim kepadanya dalam paket yang tidak sesuai pesanan itu berlalu begitu saja tanpa kesan. Demikianlah dua cara pandang yang berbeda yang dimiliki manusia dalam memandang kenyataan hidup yang dialaminya. Cara pandang yang berbeda menghasilkan pandangan yang berbeda. 

Oleh sebab itu, sekalipun semua manusia sama punya cerita hidup yang tidak sesuai pesanan, namun manusia berbeda dalam menyikapi dan menindaki kenyataan yang dialaminya.

Ada yang menerima, ada yang tidak; ada yang kecewa dan dendam, ada yang ikhlas; ada yang bersyukur, ada yang mengutuk. Hidup yang tidak sesuai pesanan sesungguhnya menyadarkan kita bahwa ADA YANG MAHAKUASA di atas segala penguasa dan di atas segala kekuasaan yang ada di dalam dunia ini. 

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi satu detik di depan kita. Kita berpikir kita aman, tiba-tiba bahaya menerpa. Semua terjadi tanpa pernah kita tahu akan terjadi dan tanpa pernah kita harapkan akan menimpa diri dan hidup kita. Hidup tidak selalu sesuai pesanan, tetapi kita akan selalu membaca pesan dari-Nya untuk kita renungkan.--Salam.HEP.-




Baca juga:
Pagination, Untuk Pengalaman Membaca yang Lebih Optimal
Kolom Kosong dan Pembangunan Daerah
Wisata Inklusi, Wisata yang Memadukan Keterbatasan dengan Kerelaan Berbagi

Lima Alasan Kroasia Bisa Lolos ke Final

$
0
0

Domagoj Vida (Foto: FIFA/Getty Images)

Tidak ada rasa takut dalam diri kami. Kami menghormati setiap lawan, tetapi kami percaya pada kemampuan kami. 

~ Mario Mandzukic, Penyerang Kroasia

Tidak ada yang meragukan kapasitas the Tree Lions, julukan timnas Inggris, di dunia sepak bola. Betapa tidak, Inggris meraih gelar juara dunia pada Piala Dunia 1966. Meskipun itu gelar pertama, Inggris tetap dianggap sebagai negeri asal si kulit bundar. Liga mereka juga dianggap sebagai liga paling menarik dan kompetitif dibanding liga lain di Benua Biru.

Hanya saja, Inggris tidak boleh jemawa.

Kroasia siap menghadirkan kejutan. Sepakan Kuda Hitam dari Balkan itu sudah memakan korban. Argentina, juara dunia dua kali, mereka gulung 3-0 di fase grup. Nigeria, andalan Afrika, ditekuk 2-0 tanpa perlawanan berarti. Islandia, yang menghadirkan kejutan di Piala Eropa 2016, tersungkur tanpa daya dengan skor 2-1. Begitu pula dengan Denmark dan Rusia.

Berkaca pada kegigihan Modric dan kolega, ada lima alasan kuat mengapa Kroasia layak masuk final.

***

Dokumentasi Pribadi (Data Infografis: Khrisna Pabichara. Desain: Syahrul Ramadhan)Alasan Pertama: Mental Tangguh

Atas kehendak Tuhan, kami ingin mengangkat trofi Piala Dunia. Itulah tujuan kami ada di sini. 

~ Domagoj Vida, Bek Kroasia

Kroasia adalah negara kedua yang memetik kemenangan adu penalti dalam dua pertandingan berturut-turut di fase gugur Piala Dunia. Sebelumnya, Argentina melakukannya saat menggusur Yugoslavia di perempat final dan Italia di semifinal pada Piala Dunia 1990.

Adu penalti adalah perpaduan sempurna antara kekuatan fisik dan ketangguhan mental. Bahwa sebelum mencapai adu penalti harus melewati 90 menit waktu normal dan 30 menit waktu tambahan, itu benar. Akan tetapi, mental  pemain lebih dominan saat tos-tosan terjadi. Tidak hanya bagi para penembak, tetapi juga bagi kiper. Dua kali menang adu penalti secara beruntun adalah bukti sahih ketangguhan mental tersebut.

Para eksekutor harus sukses merobek jala lawan, sedangkan kiper mesti mampu menggagalkan penalti lawan. Itulah aturan mainnya. Eksekutor tidak boleh grogi, kiper tidak boleh gugup. Kroasia memiliki semuanya.

Ketangguhan mental serdadu Vatreni itulah yang perlu diwaspadai oleh Inggris. Mereka tidak boleh memandang Kroasia dengan sebelah mata. Kecuali mereka ingin menelan tangis karena tersandung dan terjerembap. 

Bila itu terjadi, harapan Vida untuk mengangkat Piala Dunia, seperti disitir Goal, sangat mungkin terwujud.

***

Alasan Kedua: Pantang Menyerah

Tim Kroasia sangat berani dan kami bangga karenanya. Kami satu keluarga besar.

~ Vedran Corluka, Bek Kroasia

Kroasia melewati dua fase gugur secara beruntun dari posisi tertinggal. Pada babak perdelapan final, Kroasia tertinggal 0-1 dari Denmark. Pada fase perempat final, Kroasia tertinggal 0-1 dari Rusia. Kroasia pantang menyerah. Mereka berhasil bangkit dan memenangi laga.

Kemasukan satu gol belum tentu mematahkan semangat, apalagi membuat Kroasia limpung dan limbung dalam menata serangan. Singkat kata, Kroasia tidak gagap saat menyerang dan tidak gugup ketika diserang. 

Ada dua contoh. Pertama, Ivan Perisic mencetak gol kemenangan melawan Islandia pada pertandingan grup terakhir mereka. Kedua, Mario Mandzukic mencetak gol penyama kedudukan melawan Denmark di menit ke-3 pada laga perdelapan final.

Pasukan Vatreni, julukan Kroasia, adalah segerombolan serdadu yang tidak kenal takut. Tidak ada rasa takut dalam diri kami. Begitu alarm dari Mandzukic, juru gedor Kroasia, kepada para penggawa Inggris. 

Pernyataan itu bukanlah pepesan kosong. Kami menghormati setiap lawan, tetapi kami percaya pada kemampuan kami. Begitu bunyi alarm kedua dari striker Juventus itu.

Bertumpu pada rentetan kemenangan yang ditorehkan Kroasia selama di Rusia, Inggris tidak boleh gegabah. Sekali ceroboh, Inggris akan mengikuti jejak Argentina, Denmark, dan Rusia sebagai tumbal Vatreni menuju babak final.

***

Alasan Ketiga: Pemain Petarung

Inggris memiliki banyak pemain muda yang hebat, tetapi kami sadar bahwa kami kuat dan tidak takut kepada siapa pun.

~ Zlatko Dalic, Pelatih Kroasia

Mario Mandzukic, Luka Modric, dan Ivan Rakitic sudah meraih banyak trofi di klub. Ivan Perisic mencetak gol kemenangan melawan Islandia pada pertandingan grup terakhir mereka. Danijel Subasic, sang kiper, menggagalkan empat tembakan penalti pada babak tos-tosan melawan Denmark dan Rusia di babak gugur.

Pada kesempatan pertama mengikuti Piala Dunia 2018, di Prancis, Kuda Hitam dari Balkan tampil memukau. Rumania mereka tekuk di perdelapan final. Lalu, Jerman mereka hajar di perempat final. Mereka tersandung di semifinal. Vatreni menyerah 2-1 di hadapan tuan rumah Prancis.

Bagi yang kangen Boban, kini dapat mengobati rindu dengan menyaksikan alot dan liatnya Rakitic. Lari tanpa kenal lelah, bertahan dan menyerang dengan baik, serta menjaga piawai keseimbangan antara lini belakang dan lini depan. Ekspresinya bak petarung tak kenal jeri. Jikalau tampil dalam performa terbaik, ia bisa menjadi pemutus serangan Inggris sekaligus perintis serangan balik.

Ivan Rakitic (Foto: FIFA/Getty Images)Inggris memang tidak menemukan perlawanan yang berarti dari timnas Swedia pada babak perempat final. Laskar Tiga Singa menang 2-0 di Samara Arena, Sabtu (7/7/2018). Akan tetapi, Kroasia bukan Swedia. Inggris tidak akan leluasa memainkan bola di lini tengah. Rakitic punya tandem sehati, Kramaric. Keduanya berwatak sama: petarung.

Sedikit ke belakang, jiwa petarung juga ada dalam diri Vida. Bek ini bagai petarung bebas yang kukuh menjaga benteng pertahanan. Pasangannya, Lovren, tidak kalah garang. Umpan silang yang jadi makanan empuk Kane mesti diantisipasi dengan baik oleh mereka. Dan, konsentrasi harus penuh hingga akhir laga.

Menyitir harapan Corluka, seperti dilansir FIFA.com, Kroasia berani bertarung. Kalau perlu, kerahkan seluruh upaya demi kemenangan. Pendek kata, habis-habisan. Seluruh penggawa harus padu sepanjang laga. Seperti keluarga, tutur Corluka. Laksana jemari dikepal, padu dalam satu tinju.

***

Alasan Keempat: Gairah Bermain

Tentu saja ketika laga dimulai nanti akan ada tekanan, namun kami saat ini benar-benar menikmati kehadiran kami di babak semifinal.

~ Mario Mandzukic, Penyerang Kroasia

Setiap memulai pertandingan, para pemain Kroasia laksana robot penuh tenaga dan kaya kreativitas. Tidak ada yang masuk ke lapangan dengan wajah bermuram durja atau mimik tertekan. Mereka bagai sekumpulan bocah yang tertawa riang mengejar layang-layang. Mereka bermain sepenuh hati, menikmati alir bola, dan meresapi kenikmatan dan kebahagiaan di lapangan.

Bermain tanpa beban, bermain tanpa tekanan.

Kami menikmati kehadiran kami di semifinal. Pernyataan Madzukic, yang dilansir Mirror, benar-benar sesuai kenyataan.

Lihatlah Subasic. Tiada jeri di wajahnya menghadapi Messi, Aguero, atau Di Maria. Kiper yang bersinar di AS Monaco itu berhasil menggagalkan empat tembakan penalti pada babak tos-tosan melawan Denmark dan Rusia di babak gugur. Lihatlah Ante Rebic. Tiada rasa takut membayang di matanya ketika berhadapan dengan bek-bek lawan yang tangguh.

Hasrat Pasukan dari Balkan ini begitu kuat untuk mengukir sejarah baru. Ketika sebuah tim bermain sepenuh cinta, memainkan tekanan sebagai tuas pengungkit tenaga, menikmati tantangan sebagai pemicu dan pemacu adrenalin, maka yang kita saksikan semata-mata kenikmatan dan kesenangan memainkan bola.

Modal itu juga dimiliki Inggris, tetapi mereka mengusung beban sebagai tim bertabur sejarah gemilangJika tidak sanggup keluar dari tekanan, Inggris akan terjelengar di akhir laga.

***

Luka Modric (Foto: FIFA/Getty Images)Alasan Kelima: Dukungan Suporter

Bagi saya, paling utama adalah bermain sebaik mungkin di setiap laga. Kami akan menunjukkan permainan terbaik.

~ Luka Modric, Kapten Kroasia

Bukan hanya warga Kroasia yang membanjiri Rusia. Sang Presiden, Kolinda Grabar-Kitarovic, menyaksikan laga perempat final bersama Davor Suker. Bahkan, Sang Presiden ikut merayakan kemenangan bersama para pemain di ruang ganti. Dukungan suporter jelas penting bagi pemain. Tak heran apabila banyak yang menganggap suporter sebagai pemain kedua belas.

Kroasia memiliki empat gelandang tengah yang memperkuat tim super di Eropa. Rakitic adalah andalan Barcelona, Modric merupakan roh permainan Real Madrid, Kovacic menjadi gelandang bertahan Real Madrid, dan Marcelo Brozovic sebagai roh permainan Inter Milan.

Akan tetapi, muara serangan tetaplah Modric. Gelandang kreatif bergelar Cruyff dari Kroasia itu adalah penerus legenda seperti Boban, Suker, Bilic, dan Boksic. Karena gocekan dan umpan mautnya, tiga tahun berturut-turut ia terpilih dalam FIFA World XI, yakni pada 2015, 2016, dan 2017. Sihir yang kerap dipertunjukkan di Real Madrid sudah ia tunjukkan selama membela Kroasia.

Sah-sah saja apabila Inggris menunggu tuah sejarah. Piala Dunia 2018 adalah edisi kelima dengan empat tim di babak semifinal yang hanya menampilkan tim dari Eropa. Sebelumnya pernah terjadi pada Piala Dunia 1934, 1966, 1982, dan 2006. Tiga dari empat turnamen itu dijuarai oleh Italia. Satu lagi, 1966, menjadi milik Inggris. Tuah itu mungkin saja terjadi. Tetapi, langkah Inggris tidak akan mudah.

Ada pemain yang bisa menggagalkan ambisi Inggris. Modric namanya. Sang Kapten pasti siap memamerkan sihir dan mengejutkan Inggris dengan sengatan umpan matang atau golnya. Perisic dan Mandzukic siap menjadi penyelesai yang mumpuni. 

Satu kemenangan akan membuat penonton bernyanyi, menari, dan berpesta.

***

Dokumentasi Pribadi (Desain: Syahrul Ramadhan)Modric tumbuh menjadi sosok yang tahan banting dan matang pada umurnya yang masih belia. Itu karena tempaan masa kecil. ia hidup dalam situasi sulit. Namun, semua bisa dilalui dan kini dia menjadi pemain luar biasa. 

~ Slaven Bilic, Legenda Timnas Kroasia

Itulah lima alasan mengapa Kroasia dapat melaju hingga ke babak final. Inggris memang bukan lawan mudah. Akan tetapi, kelima modal di atas akan menjadi azimat bagi Modric dan sekutunya.

Mumpung sudah di semifinal, sekalian bikin sejarah baru. Kalahkan Inggris. Tidak ada pilihan lain. 

Biarkan para penikmat sepak bola menjadi saksi terciptanya sejarah baru, yakni lolosnya Kroasia ke babak final dan menjadi Juara Dunia Baru. Tentu saja, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.

Selamat menunggu aksi Kuda Hitam dari Balkan. [kp]




Baca juga:
Loncatan Kehidupan Asisten Rumah Tangga Menjadi "Juragan"
Pagination, Untuk Pengalaman Membaca yang Lebih Optimal
Kolom Kosong dan Pembangunan Daerah

Pakai Pewarna Alami, Tenun Ikat Makin Memikat

$
0
0

Anggota Kelompok Penenun Tenun Ikat AKASIA di Dusun Botang, Desa Munerana, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, NTT, yang menggunakan pewarna berbahan alami. (Foto: Gapey Sandy)

Menurut tradisi adat dan budaya di Sikka - Nusa Tenggara Timur (NTT), kaum perempuan punya dua pekerjaan pokok. Pertama, morumana yang artinya menenun dan menganyam. Dan kedua, prangpladang atau memasak. Demikian disampaikan Lutgardis Bungaeldis (46), Ketua Kelompok Tenun Ikat "Akasia" yang beralamat di Dusun Botang, Desa Munerana, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, NTT.

Sesuai dengan dua pekerjaan pokok kaum perempuan itu, maka pada 2009, dibentuklah kelompok ibu-ibu yang diberi nama "Akasia". Kegiatan utamanya adalah memproduksi tenun ikat, dan juga mengolah makanan lokal untuk menambah pendapatan ekonomi rumahtangga.

"Saat pembentukan, jumlah anggotanya cuma 14 orang. Semuanya ibu-ibu. Dari tahun ke tahun, jumlah anggota terus bertambah. Pada tahun ketiga, jumlah anggota menjadi 23 orang," ujar Lutgardis yang biasa disapa Mama Gardis.

KIRI, Lurgardis Bungaeldis sebagai Ketua Kelompok Penenun Tenun Ikat bernama Akasia. KANAN, Daniel David dari lembaga Na'ni House Flores. (Foto: Gapey Sandy)

Waktu "Akasia" mulai dibentuk, kelompok ini masih senang menggunakan pewarna berbahan kimia.

"Akhirnya, pada 2017, kami bertemu dengan lembaga Na'ni House Flores, dan sejak itu kami mulai mengikuti saran dan masukan dari lembaga ini untuk meninggalkan pewarna berbahan kimia. Kami beralih memanfaatkan pewarna dari bahan alami," tutur Mama Gardis lagi.

Selain diberi masukan sekaligus diajarkan penggunaan pewarna bahan alam, kelompok penenun "Akasia" juga ikut serta dalam workshop desain yang diselenggarakan Na'ni House Flores.

"Kemudian pada Maret 2018, beberapa perwakilan dari kelompok "Akasia" juga diikutsertakan untuk mengikuti workshop tentang tenun ikat di Ubud, Bali," ujar Mama Gardis.

Motif tradisional tenun ikat Sikka dengan di tengah-tengah ada motif tekek atau tokek. (Foto: Gapey Sandy)

Menurut istri dari Hermanus Hermanto (49) ini, kendala utama yang masih pelik untuk dihadapi oleh kelompok penenun "Akasia" ini adalah pemasaran.

"Kalau bisa bantulah kami untuk memasarkan produk-produk tenun ikat yang kami produksi. Seberapa pun besar kecilnya bantuan dan juga transaksi pembelian tenun ikat produksi kelompok kami, maka akan sangat membantu sekali," ujar ibu dari empat anak ini.

Proses pembuatan tenun ikat bahkan dimulai dengan memetik kapas dari pohon yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar. (Foto: Gapey Sandy)

Mengapa pilih untuk menggunakan pewarna bahan alami?

"Karena mudah didapat, tidak beli. Sedangkan kalau kita pakai pewarna bahan kimia, kita harus membeli bahan-bahan pewarnanya dulu, padahal itu juga bisa merusak lingkungan. Efeknya juga tidak baik untuk kesehatan kita para penenun, mulai dari tangan kita menjadi agak gatal-gatal, juga sampai sakit batuk," kata Mama Gardis kepada penulis, Jumat (29/6).

Pemisahan kapas dengan bijinya. (Foto: Gapey Sandy)

Ia menambahkan, saat ini kelompok penenun Tenun Ikat "Akasia" sudah meninggalkan pewarna yang menggunakan bahan-bahan kimia.

"Jadi kalau ada penenun yang masih menggunakan bahan kimia, saya berharap untuk bisa berusaha mempengaruhi mereka supaya bahan kimia tidak usaha dipakai lagi. Karena kalau memakai pewarna bahan alam terbukti lebih menguntungkan, dan juga lebih sehat bagi diri kita para penenun," seru Mama Gardis.

Lestarikan Tradisi Leluhur, Jangan Sampai Kendur

Sementara itu, Daniel David mengatakan, tenun ikat sudah menjadi bahagian terpenting dalam adat istiadat masyarakat (Kabupaten) Sikka. Sama seperti musik dan tari.

"Ketiga hal ini menjadi elemen terpenting. Bahkan, ada juga musik dan tari yang dikhususkan untuk mengantar jenazah ke liang lahat. Tariannya dinamakan Jojuk Ole. Masyarakat adat Sikka percaya, ritual pengantaran jenazah dimaksudkan agar arwah pergi atau pindah ke dunia lain. Mereka percaya, kematian bukan akhir dari segala-galanya tapi hanya perjalanan pindah ke dunia lain," jelas pria yang berasal dari Maumere ini.

"Lantas, mengapa tenun ikat menjadi bagian hidup? Karena digunakan ketika melakukan ritual adat mulai dari kelahiran, pernikahan, kematian, syukuran, membangun rumah adat dan masih banyak lagi," sambung David.

Proses pemipihan dan penghalusan kapas. (Foto: Gapey Sandy)

Mirisnya, lanjut Daniel, sejak tahun '70-an lalu, Pemerintah memperkenalkan penggunaan warna berbahan kimia untuk digunakan dalam proses pembuatan tenun ikat.

Ketika itu, pemakaian pewarna bahan kimia digencarkan dengan iming-iming bahwa bahan pewarna kimia ini sangat cepat daya kerjanya, hanya dalam tempo lima menit maka penenun sudah akan bisa memperoleh warna yang diinginkan.

"Selain itu, disebut-sebut juga bahwa kalau menggunakan pewarna bahan alam akan menghasilkan warna kain tenun ikat yang jreng, cerah, sehingga banyak orang di seluruh dunia pasti akan suka. Karena proses pewarnaannya cepat, proses kerjanya cepat, dan hasil karya tenun ikatnya juga jreng, maka harga jual tenun ikatnya juga bisa relatif lebih murah," keluh Daniel.

Kapas yang sudah dipipih lalu dibuat gulungan demi gulungan. (Foto: Gapey Sandy)

Akibat dari gencarnya "promosi" agar supaya para penenun tenun ikat menggunakan pewarna berbahan kimia, maka dampak pencemaran lingkungan yang ditimbulkan pun juga luar biasa.

"Dampaknya sangat luar biasa sekali karena seluruh Sikka hampir melupakan kearifan untuk menggunakan pewarnaan bahan alam. Bayangkan saja, kalau untuk penggunaan satu kain tenun ikat menghabiskan air yang sudah dicampurkan pewarna bahan kimia sebanyak 20 liter, lalu dalam satu hari ada seribu ibu-ibu yang menenun, maka sudah terjadi pencemaran lingkungan akibat sebanyak 20.000 liter air berbahan kimia," ucapnya.

"Itu baru pencemaran dalam satu hari. Lalu bagaimana kalau air tercemar pewarna bahan kimia itu dibuang dalam rentang waktu seminggu, sebulan, setahun, lima tahun, sepuluh tahun?" ujar Daniel dengan nada kesal.

Proses pemintalan kapas menjadi benang untuk kain tenun ikat. (Foto: Gapey Sandy)

Daniel menambahkan, kalau sekarang ini sering terdengar banyak orang di sini mengeluhkan kualitas panen buah kakao yang tidak bagus, maka sebenarnya hal demikian bukan menjadi hal yang aneh lagi.

"Saya tidak heran, karena semenjak tahun '70-an, di sini sudah berlangsung 'gerakan' pencemaran alam dan lingkungan," prihatinnya.

Proses menenun tenun ikat dengan membuat pengaturan motif dan desain. (Foto: Gapey Sandy)

Tenun ikat biasa dipakai dalam upacara adat. Untuk acara yang terkait dengan kematian seseorang misalnya, maka anggota keluarga yang lain harus membawa satu kain tenun ikat milik mereka masing-masing. Kain-kain tenun ikat ini kemudian diserahkan untuk keluarga yang tengah dirundung kedukacitaan.

"Syaratnya, kain tenun ikat yang akan diserahkan tersebut tidak boleh yang sudah dijahit, atau ada jahitannya. Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah, kalau untuk upacara adat, kain tenun ikat yang akan digunakan harus memiliki rumbai-rumbai benang pada masing-masing ujung kainnya. Rumbainya pun harus diperhatikan lagi, tidak boleh ada bekas pemotongan rumbai pada setiap bagian paling ujung dari rumbai. Artinya, rumbai harus utuh," ujar Daniel.

Daniel David memperlihatkan posisi simbol mama yang selalu berada di tengah dan lebih besar porsi motif desainnya. (Foto: Gapey Sandy)

Lutgardis Bungaeldis memperlihatkan sarung tenun ikat yang khusus dipergunakan kaum pria saja. (Foto: Gapey Sandy)

Jadi, kalau ada yang hendak membeli kain tenun ikat dengan rumbai-rumbai benang pada kedua ujung sisinya, harus diperhatikan jangan sampai ada bekas potongan pada ujung rumbai. Kalau ada bekas potongan maka menandakan bahwa kain tersebut pernah digunakan untuk upacara adat kematian.

"Sebenarnya pula, kain tenun ikat yang pernah digunakan untuk upacara adat tidak boleh diperjualbelikan. Kain itu harusnya dijahit atau dipakai sendiri saja. Tetapi mungkin karena tekanan dan kebutuhan ekonomi, maka kain tersebut terpaksa dijual ke pasar," kata Daniel lagi.

Oh ya, bagaimana juga tuh dengan kain tenun ikat yang khusus dipakai pria?

"Tenun ikat yang biasa digunakan kaum perempuan tidak boleh dikenakan oleh kaum pria. Begitupun sebaliknya. Ya, kecuali kalau digunakan untuk selimut tidur, misalnya. Tenun ikat untuk pria lebih rumit pengerjaannya, karena motif dan desain disusun satu per satu dari sisi dalam. Dengan kata lain, ketika proses penenunan, barulah motifnya disusun. Beda dengan kain atau sarung untuk kaum perempuan yang langsung ditenun sekaligus dengan motifnya," terang Daniel.  

Motif Tenun Ikat dan Makna Simboliknya

Beberapa contoh motif dan makna filosofis tenun ikat juga dituturkan Daniel. Antara lain, pada setiap kain tenun ikat yang biasa dipakai untuk upacara adat, di bagian tengahnya selalu terdapat motif garis tengah yang lebih lebar dibandingkan dengan sisi kiri maupun kanannya. "Kata 'tengah' dalam bahasa di sini disebut hina. Selain itu, kata hina juga berarti Mama. Kenapa simbol Mama ada di bagian tengah? Jadi sebenarnya, orang zaman dulu sudah melukiskan melalui motif tenun ikat, bahwa simbol Mama ada di bagian tengah karena Mama adalah pusat atau sumber dari kehidupan. Artinya juga, Mama harus selalu dilindungi dan dijaga," urai Daniel.

Pewarna bahan alami (Eco Color). Warna kuning diperoleh dari kunyit dan kulit pohon nangka. (Foto: Gapey Sandy)

Pewarnaan benang tenun ikat. Warna biru indigo diperoleh dari tanaman indigofera. (Foto: Gapey Sandy)

Simbol Mama - dengan garis yang paling besar - dan biasa ada di bagian tengah kain tenun ikat diapit oleh mowak atau dua garis yang sama motif di sisi kiri maupun kanan.

"Mengapa dua mowak yang mengapit simbol Mama bentuknya sama? Karena, itu menjadi simbol dari suami, dan juga simbol dari anak sulung laki-laki. Kedua mowak ini mengapit kiri-kanan, menjaga dan mengawal simbol Mama. Ketika bapak atau suami pergi jauh maupun meninggal dunia, maka anak sulung laki-lakilah yang akan menggantikan posisi ayah untuk menjaga Mama, sekaligus menjadi kepala rumahtangga yang menggantikan bapak," jelas Daniel lagi.

Ada juga motif tenun ikat yang bentuknya berupa titik-titik. Inilah yang dinamakan buweng atau teman, sahabat, yang sudah seperti bahagian dari keluarga sendiri.

"Ada acara apapun, apalagi upacara adat, buweng pasti diundang untuk hadir, meskipun tidak memiliki hubungan darah kekeluargaan," jelas Daniel yang pernah sempat dianggap menabrak aturan leluhur para penenun karena mengembangkan motif dan desain tenun ikat bercorak kontemporer. "Yang motif kontemporer kami maksudkan untuk memenuhi selera pasar secara umum, bukan digunakan untuk upacara adat."

Dalam satu helai kain tenun ikat terdapat sekaligus simbol Mama (hina), bapak dan anak sulung laki-laki (mowak), serta simbol teman atau sahabat (buweng). Artinya, yang demikian mengandung arti persatuan dan kesatuan yang makin menguatkan keutuhan keluarga juga suku.

Daniel menyebutkan, tenun ikat Kabupaten Sikka dari segi motif adalah menjadi yang paling kaya rupa. "Ada sekitar seratus lebih motif tenun ikat Sikka, dan baru 52 motif yang dilindungi oleh Kementerian Hukum dan HAM," terangnya.

Warna-warni benang yang diperoleh dari pewarnaan menggunakan bahan-bahan alami (eco color). Menjadikan industri tenun ikat sebagai pekerjaan ramah lingkungan karena tidak menggunakan pewarna bahan kimia. (Foto: Gapey Sandy)

Diantaranya adalah motif Jen Tiujen. Jen itu sendiri, menurut banyak orang diartikan sebagai pengaruh kuat kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme. Motifnya berupa lekung siku atau pertemuan antara titik, garis, garis lengkung dan siku yang kemudian memberi makna atau membentuk sebuah simbol.

Lantas berapa lama waktu untuk membuat satu kain tenun ikat?

"Untuk satu kain tenun ikat dengan motif-motif tertentu, pengerjaan desain motifnya saja bisa menghabiskan waktu sampai sepuluh hari. Sedangkan untuk proses menenunnya bisa memakan waktu sampai sepuluh hari. Jadi, kira-kira butuh waktu 20 hari, untuk menyelesaikan satu kain tenun ikat. Tapi, kalau penenunnya disiplin dalam proses pengerjaannya, yaitu mulai dari jam 09.00 pagi sampai 16.00 sore, maka proses penenunannya bisa saja selesai dalam empat hari," ungkap Daniel seraya menambahkan bahwa proses pengerjaan bisa lebih lama lagi hingga 1 - 1,5 bulan apabila harus menambah dan membuat lagi pewarna bahan alaminya.

Adapun bahan untuk pewarnaan alamnya menggunakan beraneka ragam tetumbuhan yang ada di sekitar lingkungan. Misalnya, warna biru dihasilkan dari tanaman nila, indigofera (Bahasa Sundanya adalah daun tarum; Bahasa Jawanya adalah tom), warna merah dari akar mengkudu, warna kuning dari kunyit atau beberapa kulit pohon seperti nangka juga mangga, warna coklat pun dihasilkan dari olahan daun kakao, warna hijau yang soft dibuat dari olahan daun mete, dan masih banyak lagi.

"Bagi kami, segala jenis tanaman bisa menjadi penghasil warna atau sumber warna alami. Saat ini, kami juga sedang mengembangkan tanaman nila India yang kami datangkan dari Bali, dan sepertinya lebih cocok untuk ditanam di pegunungan seperti di Sikka," ujar Daniel senang.

Sisa bakaran berwarna biru akan menempel di permukaan sendok besi apabila benang tenun ikat dibakar. Pertanda memang benar menggunakan pewarna bahan alami berupa tanaman indigofera. (Foto: Gapey Sandy)

Menenun secara tradisional. Menggunakan warna benang biru indigo yang dihasilkan dari tanaman indigofera. (Foto: Gapey Sandy)

Meskipun semua tanaman bisa menjadi sumber warna, tapi masalah yang cukup rumit adalah bagaimana meramu pewarnaan bahan alami ini sehingga warnanya bisa 'terkunci' alias tidak boleh luntur. Jadi, teknik meramu warnanya harus tepat dan sempurna.

Membedakan Tenun Ikat Pewarna Alami dengan Kimia

Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara membedakan antara tenun ikat yang pewarnanya menggunakan bahan alami dengan kimia?

"Kalau kain tenun ikat yang menggunakan bahan kimia, dari sisi warna memang terlihat lebih terang," jelas Mama Gardis.  

Sementara itu, Daniel David menambahkan, untuk membedakan tenun ikat yang menggunakan pewarna alam dengan bahan kimia, bisa dilihat dengan bantuan sinar matahari. "Kalau untuk yang menggunakan pewarna alam, kain tenun ikatnya tidak akan memantulkan warna. Ia akan tetap soft. Beda dengan yang menggunakan pewarna kimia, kalau diletakkan di bawah sinar matahari maka akan terlihat menjadi silau," imbuhnya.

Salah satu motif tenun ikat yang bercorak kontemporer. (Foto: Eet Etih Suryatin)

Kelompok Penenun Tenun Ikat Akasia di Dusun Botang, Desa Munerana, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, NTT, yang berkomitmen untuk tidak mau menggunakan pewarna berbahan kimia. (Foto: Gapey Sandy)

Ada trik lain untuk membedakan pewarna alam dengan bahan kimia. Khususnya untuk kain tenun ikat yang warnanya biru indigo.

"Kalau menggunakan pewarna biru alami dari daun indigofera akan bisa dengan mudah diketahui kebenarannya. Caranya? Potong sedikit saja benang yang berwarna biru indigo dari salah satu ujung kain tenun ikat. Lalu letakkan di atas sendok besi dan bakar secara cepat saja," terangnya.

"Kalau kain tenun ikat ini menggunakan pewarna biru alami dengan tanaman indigofera, maka warna biru bekas bakaran benang biru tadi akan tersisa atau menempel di permukaan sendok. Tapi, kalau kain tenun ikat ini memakai pewarna bahan kimia, maka tidak akan menempel bekas bakaran berwarna biru indigo di permukaan sendok, kecuali hanya menyisakan abu hitam dari bekas bakaran benang," imbuh Daniel.

Yang pasti, pemakaian pewarna bahan alami harus terus digalakkan, karena yakinlah, memang "Tenun Ikat Sikka, Memikat dan Disuka".

Dusun Botang sendiri kalau dari Bandar Udara Frans Seda di Maumere, jaraknya sekitar 21 km, atau butuh waktu sekitar satu jam dengan bermobil.  

o o oOo o o

Baca juga reportase lainnya:

Hangatnya Adat Sambut dan Lepas Tamu di Kabupaten Sikka

Tonton VLOG-nya di sini.

Tuhan Titipkan Sorgum lewat Tangan Maria Loretha

Saksikan VLOG-nya di sini.




Baca juga:
Lima Alasan Kroasia Bisa Lolos ke Final
Karena Hidup Tidak Selalu Sesuai Pesanan
Menelusuri Kelam Jejak Ratu Banten di Pulau Edam

Jakabaring Membuat Jakarta Antara Ada dan Tiada

$
0
0

dokpri

Selama 5 tahun belakangan ini saya begitu bangga jadi warga DKI Jakarta. Di ibukota inilah berbagai perubahan keren terjadi. MRT mulai dibuat, Transjakarta dibereskan armadanya jadi brand bus Eropa, trotoar jadi lapang dan bersih, sungai bersih dari sampah. Dan sebagainya. Rasanya kalau kita ke daerah selalu ingin bilang "Makanya pilih pemimpin yang mau kerja."

Saya tidak punya niat menjelekkan pemimpin DKI Jakara saat ini. Lebih baik kita beri beliau kesempatan kerja dengan tenang untuk bisa membuktikan dirinya sebagai pemimpin. Namun ya kenyataannya agak lain, saat ke Palembang, semua kebanggaan sebagai warga ibukota itu sirna. Warganya hampir semuanya tahu dan antusias dengan perhelatan ini, sementara warga DKI Jakarta jangankan di dunia nyata, di media sosial saja senyap.

Saya, dengan penuh berat hati, mesti mengakui Sumatera Selatan jauh lebih siap menyambut Asian Games 2018.

Dari hal paling sederhana saja, kebersihan dan ketertiban misalnya, Palembang sudah jauh lebih berbenah, sementara Kota Tua, Jatinegara, dan Tanah Abang di Jakarta makin semrawut. Trotoar mulai banyak terlihat dan rapi. Sementara trotoar Sudirman, malah belum siap sebulan jelang perhelatan karena terlalu rajin bongkar pasang desain sekedar untuk nambahin jalur motor.

Penginapan atlet di Jakabaring banyak yang sudah jadi dan siap huni, berdiri dengan cantik menghadap matahari terbit. Jauh lebih bagus dari yang sudah ada di Senayan atau yang saat ini disiapkan di sekitaran Waduk Sunter.

dokpri

LRT? Sudah 100% siap. Tinggal nunggu seremonial peresmian dan launchingnya saja. Setiap warga yang saya temui sudah tak sabar mau coba. "Siap mau coba naik bolak balik keliling Palembang, makasih Pak Jokowi!" kata seorang gadis cantik berjilbab dari sekitaran Mal OPI. Mal OPI didirikan dekat sekali dengan Jakabaring, mungkin maksudnya supaya jadi tempat rekreasi dan membeli oleh-oleh para atlet sebelum dan setelah bertanding. Mal ini ramai dan sesak, sama sekali tidak menujukkan gejala kelesuan ekonomi seperti yang dituduhkan politisi oposisi kita.

Saya disarankan oleh teman perjalanan saya, Thomas J Bernadus, untuk membeli beberapa peralatan penunjang perjalanan di mal OPI, termasuk power bank karena terus terang HP saya rakus baterai, apalagi sering dipaksa LIVE berjam-jam untuk dokumentasi perjalanan dengan sinyal 4G. Alhamdulillah dapat powerbank dengan kapasitas 20.000 mAH.

"Di sini murah, kaya gituan bisa dapat sekitar 400 ribuan saja," kata Tommy. Sebagai perbandingan, powerbank dengan kapasitas sama mesti saya beli dengan harga 600 ribuan di toko serba 10 ribu di Pasarbaru, Jakarta.

Tommy juga menyarankan membeli charger USB 4 colokan untuk ngecharge di hotel. Namun saya tolak karena dari laptop sudah ada dua slot USB dan dari charger drone ada dua lagi. Ditambah lagi dengan charger di mobil ada 5 slot, jadi rasanya mubazir kalau membeli charger lagi.

Keputusan ini agak saya sesali karena akhirnya membuat saya sering terpaksa harus menghidupkan mobil dan menghabiskan bensin untuk ngecharge berbagai gadget sekaligus. Padahal kalau dibeli, saya bisa numpang di mana saja di kafe-kafe untuk ngecharge.

Balik ke topik Jakabaring Sport City ..

Jadi pada mau menikmati Jakabaring? Walaupun yang terkenal megah stadionnya, saran saya justru datanglah ke Jakabaring Rowing Lake. Ini adalah danau di bagian timur Jakabaring Sport City. Danau di sini airnya bening dan ada taman yang menghadap tenggara. Jadi saat matahari terbit di pagi hari, kita bisa menonton

dokpri

Lazimnya proyek baru dibuka, pasti ada saja petugas yang sok kuasa menanyai izin ini itu saat kita memotret. Namun Jakabaring sama sekali beda! Saat ada petugas mengetok kaca mobil saya, saya sempat menghela napas panjang, saya pikir dia akan bertanya ini itu saat saya mengambil gambar. Ternyata tidak! Dia malah ngomong begini.

dokpri

"Maaf bang, tolong parkirnya lurus aja biar nanti terlihatnya rapi dan mudah keluar lagi," lalu memberi aba-aba kepada saya untuk memutar mobil sedikit. Alamak, ternyata mereka sudah disiapkan untuk melayani pengunjung dan akhirnya membantu saya untuk parkir! Jauh sebelum Asian Games dimulai, ternyata Palembang sudah sangat siap, bahkan ke kultur ramah para penjaganya.

Bahkan warga satu persatu memenuhi jalanan di sekitar Jakabaring dengan sepeda, dari cara membawa sepeda yang tidak lagi kebingungan dengan jalurnya, menandakan mereka memang sudah terbiasa di sini dan menggunakan venue ini jauh sebelum saya datang. Semua sudah serba siap!

Berbagai venue lainnya seperti panahan, stadion renang, dan lainnya juga sangat rapi dan bersih. Wisma atletnya juga mengundang decak kagum.

dokpri

Di sini juga terdapat helipad, mungkin untuk keperluan helikopter liputan dan kondisi darurat. Dan dari sini saya dan Tommy mendapat kesempatan mencoba drone untuk mengambil beberapa gambar. Tidak ada petugas yang komplen atau reseh menanyakan izin. Mereka tampaknya malah senang kalau ada yang mendokumentasikan dan mempromosikan Jakabaring.

Menjelang malam sebelum pulang, kami merapat ke bagian depan yang ada sign neon besar, menandai venue keren ini. Setiap pengunjung yang saya tanyai selalu berkata siap membantu Pakde Jokowi meramaikan Asian Games 2018. Tentunya dengan membeli tiket dan menonton pertandingan. Bahkan ada pula yang dengan lucu menambahi sendiri kalimat siap dukung dua periode tanpa diminta, hahaha.

"Salam Pak Jokowi, kami siap ramaikan Asian Games dan cobain LRT. Dua periode ya pak..."

Mereka juga berebut minta kaos #JKWadalahkita yang kebetulan saya pakai dan memang tersedia stoknya di bagasi mobil Toyota Calya saya. Mau tak mau karena sudah mau memberi testimoni ya tak bisa saya tolak permintaannya.

Namun ada satu poin yang saya rasa perlu diperhatikan penyelenggara Asian Games, yaitu para pedagang kaki lima yang ada di sekitaran bundaran Jakabaring.

"Kami ini senang dan siap dukung Pak Presiden Joko Widodo sukseskan Asian Games. Tapi tolonglah Pak kami ini diakomodasi di dalam, secuil tempat saja untuk berdagang dan menikmati kemeriahan langka ini," demikian request Bapak A (namanya minta disamarkan).

Jadi intinya mereka yang mengaku dulu sering berjualan di dalam kompleks olahraga Jakabaring, lalu berharap tetap dapat kesempatan berjualan di dalam selama perhelatan berlangsung.

"Buat kita bayar pun tak masalah, asal tidak terlalu memberatkan. Jangan pedagang makanan besar saja yang difasilitasi." demikian mereka berharapnya dilibatkan dan mengais rezeki.


dokpri

Ya.. tentu untuk apalagi kita menyambar kesempatan jadi tuan rumah Asian Games kalau bukan karena ingin memajukan warga di sekitar venue olahraga kan? Sayang kalau karena ada event ini mereka malah "terusir"

Di luar tangkapan keluhan itu, saya rasa memang hebat nian Palembang bisa menyiapkan kotanya dan bersolek dalam waktu singkat.

Karena itulah, baru kali inilah saya sebagai warga ibukota merasa malu karena Jakarta kini ketinggalan jauh dari Palembang dalam urusan persiapan menyelenggarakan Asian Games.

Semoga Pak Anies bisa mengejar ketertinggalannya dari Palembang dalam sebulan terakhir, ya!




Baca juga:
Mengenal Kuliner Khas Suriname di Belanda
Lima Alasan Kroasia Bisa Lolos ke Final
Karena Hidup Tidak Selalu Sesuai Pesanan

Piala Dunia 2018 Hanya Milik Korea Selatan dan Penggemar K-Pop

$
0
0

Pedihnya kekalahan Jerman terlihat dari gambar ini | riautrust.com

Meski, Timnas Korea Selatan telah angkat koper setelah mengalahkan Jerman pada fase Grup F, tampaknya kompetisi bergengsi sejagad di dunia ini masih milik negeri Ginseng. Sebab, selain membuat juara bertahan pulang lebih awal, boyband asal Korea Selatan resmi menjadi bintang di pembukaan parta final 14 Juli nanti.

Drama yang dibuat oleh oppa-oppa tampan di lapangan hijau adalah salah satu laga termanis sepanjang perjalanan Piala Dunia 2018 di Rusia. Coba lihat, adakah gempita dunia maya dan trending topic yang menghalalkan segala cara usai Korea Selatan permalukan Jerman?

Tampaknya belum. Kini, hanya terdengar desahan sesaat, riuh sebentar, dan biasa saja karena negara-negara jagoan telah tumbang. Sudut pandang para pecinta bola adalah saat Jerman, Brasil atau Argentina bahkan Portugal sebagai tim terkuat masih tersisa di laga.

Bahkan, mereka rela bergadang untuk meneriaki gol saat Messi mendekati gawang atau Ronaldo mengumpan bola. Duduk di depan televisi sekarang hanya untuk memulihkan rasa penasaran siapa yang akan menang dan berhasil menaklukkan musim yang belum bersalju di Moskow.

Korea Selatan telah pulang duluan. Tidak ada lagi drama dengan happy ending seperti saat melumpuhkan pertahanan Jerman di menit-menit terakhir.

Semua akan ingat bagaimana kepala tertunduk Mesut Oezil saat keluar dari lapangan di Kazan Arena. Sorotan kamera ke arah megabintang Arsenal itu tidak bisa menutupi kesedihannya karena Heung-min yang hanya merumput di Tottenham berhasil melumpuhkan langkahnya.

Berulangkali kenangan itu diputar, pemain Timnas Jerman tidak akan pernah melupakannya karena telah 'menganggap' Korea Selatan bukan lawan sepadan.

Begitulah drama yang bisa berubah apa saja di lapangan hijau. Dukun pun yang bertindak semena-mena bisa kenal offside bahkan penalti.

Gempita Korea Selatan tak terkalahkan. Gaung penggemar terhadap negeri para aktor dan artis hebat ini mulai mengubah paradigma terhadap tampan dan cantik rasa plastik.

Mungkin memang masih dipandang sebelah mata, tetapi setelah tahu soal kekuatan mereka di Piala Dunia 2018, maka tak bisa dielak bahwa ajang dunia terbesar ini hanyalah milik Korea Selatan dan juga penggemar K-Pop!

Pertandingan Korea Selatan melawan Jerman memang manis yang menjadi pahit. Gesitnya tiap pemain dalam membela negaranya memang telah menjadi hal yang sangat wajar dan tidak perlu dibesar-besarkan.

Kemudian, muncul hal-hal yang ringan, mungkin dianggap nggak penting tetapi sangat berguna untuk menjadi sebuah aroma yang menyegarkan. Hal itu adalah theme song yang membawa pengaruh besar terhadap gaung Piala Dunia itu sendiri. 

Tiap ada Piala Dunia, saat itu pula masuk sebuah lagu latar yang akan diingat sepanjang waktu. Tak ada lagu latar akan hambar rasanya Piala Dunia. Bahkan, beberapa orang termasuk saya selalu menunggu lagu latar Piala Dunia tiap tahunnya.

Kita tak pernah lupa dengan dentum Waka Waka (This Time for Africa) dari penyanyi cantik Shakira. Lagu yang dinyanyikan bersama grup musik Afrika Selatan, Freshlyground, menjadi theme song untuk Piala Dunia 2010. K'naan juga menyemarakkan olahraga sejuta umat itu dengan lagu Waving Flag di tahun yang sama.

Theme song paling fenomenal barangkali milik Ricky Martin yang diberi judul La Copa De La Vida. Lagu latar dengan bait terkenal go go go, ale ale ale, diciptakan untuk Piala Dunia 1998 di Perancis. Lagu ini tidak hanya memuncaki tangga lagu Billboard tetapi berhasil meraih Pop Song of the Year pada tahun 1999.

FIFA tampaknya ingin mengulang sukses theme song untuk Piala Dunia. Jika lagu-lagu yang telah saya sebutkan seperti Waka Waka atau La Copa De La Vida, dihadirkan khusus untuk momentum Piala Dunia, berbeda dengan tahun 2018 di mana organisasi terbesar sepak bola dunia ini mengubah strategi. Saya tidak tahu pasti alasan mengapa FIFA tidak 'mengeluarkan' dana khusus untuk sebuah theme songala Rusia dengan menggandeng musisi papan atas dunia. 

Mungkin juga pendapat dari Alex Stone, selaku manager media sosial Piala Dunia 2018 menjadi takaran yang manis. Stone menyebut bahwa pemilihan lagu untuk theme song Piala Dunia 2018 berdasarkan reaksi penggemar di seluruh dunia.

Maka, hasilnya cukup mencengangkan dan inilah kuasa penggemar K-Pop yang tidak bisa dibendung. FIFA akan mengelar 'seremoni' penutupan Piala Dunia 2018 di Stadiun Luzhniki, Moskow.

Tentu saja, penutupan ini menjadi momentum yang sangat dinantikan oleh seluruh dunia. Semua mata tertuju kepada penerima tropi; baik negara maupun pemain terbaik.

Penutupan Piala Dunia sendiri tak bisa dibendung auranya, lebih cadas, berenergi dan tentu saja akan menjadi kenangan paling manis. Di saat itu pula, lagu-lagu latar akan diputar dengan semerbak.

Sebenarnya, FIFA telah melakukan voting di tiga media sosial terbesar saat ini yaitu Twitter, Instagram dan juga Facebook. Akun Twitter @FIFAWorldCup dengan pengikut sebanyak 6,9 juta telah melakukan voting pada 4 Juli 2018. Lagu-lagu yang dipilih oleh FIFA adalah Fake Love dari BTS, Power dari EXO, Mi Gente dari J Balvin dan The Middle dari Zedd. 

Hasil vote menunjukkan selisih yang sangat tipis antara dua boyband papan atas Korea Selatan, EXO dan BTS. Di mana, EXO keluar sebagai pemenang untuk lagu Power. Sebagai catatan, lagu Power juga menjadi theme song di acara penutupan Olimpiade Musim Dingin ke-23 di PyeongChang, Korea Selatan. Tak hanya itu, lagu Power juga jadi bagian dari The Dubai Fountain di menara tertinggi dunia Burj Khalifa, Dubai, Uni Emirat Arab.

Sumber dari screenshot @FIFAWorldCup

Sumber screenshot @olympicchannel

Kekuatan Power dari EXO memang tidak bisa dikalahkan. Namun, bagi penggemar Bangtan Boys atau BTS juga tidak bisa berkecil hati karena melalui voting Instagram lagu Fake Love berhasil menyingkirkan Hey Brother dari Avicii dan Waving Flag dari K'Naan. Jawaban akun @fifaworldcup dengan pengikut 10,3 juta setidaknya bisa melegakan penggemar BTS. Stone juga menambahkan jawaban melalui akun Twitter miliknya, @AlexStone7, yang menguatkan lagu BTS akan bersanding dengan We One EXO yang sejak debut tahun 2011 selalu memuncaki tangga lagu. Tulis Stone,"Great news. We also ran a poll on Instagram. Fans of both group are winners! Enjoy the rest of the day/evening.

Catatan dari saya pribadi, lagu Fake Love memang tidak bisa menjadi sebuah theme song yang melegenda karena liriknya menceritakan kisah cinta yang teramat dalam. Sejauh ini, BTS belum menemukan lagu-lagu motivasi seperti Power dari EXO atau Into the New World dari Girls' Generation yang mengubah pola pikir untuk terus maju dan meraih prestasi.

Voting lain dilakukan melalui Facebook di mana FIFA menyandingkan Waving Flag dari K'Naan dengan The Cup of Life dari Ricky Martin dan We Will Rock You dari Queen dengan Ice Ice Baby dari Vanilla Ice. Hasil vote ini menempatkan Waving Flag dan We Will Rock You sebagai theme song yang akan diputar bersama Power dan Fake Love.

Saya pikir, hasil voting di tiga media sosial ini telah menunjukkan betapa musik dan visual Korea Selatan telah menguasai dunia. Piala Dunia 2018 yang penuh drama di Rusia tidak hanya milik penggemar olahraga tetapi juga penggemar musik. Musik telah mengubah dunia. Lagu EXO dan BTS tentu saja bukan 100% ditulis dalam lirik berbahasa Inggris namun nuansa yang berbeda menjadi nilai tersendiri.

Ini adalah waktu K-Pop menguasai dunia. Tidak mudah untuk Power atau Fake Love masuk ke arena yang hanya disegari oleh pria gagah perkasa, seperti yang dielu-elukan penggemar bola. Kembali lagi, mereka yang disebut olahan plastik adalah mereka yang sebenarnya mencambuk mulut cadas dan tangan kesemutan yang terus menghujat.

Saya tidak tahu sebelum FIFA mengumumkan secara resmi kedatangan EXO atau BTS di malam penutupan Piala Dunia 2018. Saya cuma yakin, jika keduanya didatangkan maka bukan lagi trending topic dunia yang menggelora tetapi lebih daripada itu. Bisa dibayangkan bagaimana pecahnya Stadiun Luzhniki dengan teriakan pengemar kedua idola dunia ini. Saya tahu, untuk mendatangkan EXO dan BTS tidak mudah terkait jadwal padat mereka. 

Namun, ini adalah Piala Dunia, ini adalah momentum yang membuat kedua idola lebih dikenal dunia, terlebih untuk mereka yang kurang pekerjaan selalu menyudutkan olahan plastik dibalik tampannya penyanyi Korea Selatan.

FIFA tentu saja sanggup memboyong EXO dan BTS untuk menarikan Power dan Fake Love dengan berapapun biayanya. Apakah FIFA mau menyulap stadiun penutupan Piala Dunia dengan 'konser' mahal itu? Kita tidak tahu. Tidak ada yang tidak mungkin. EXO dan BTS bisa menunda jadwal lain hanya untuk datang ke Rusia. Jika ini benar-benar terjadi, maka tak bisa dielak lagi bahwa Piala Dunia 2018 hanya milik Korea Selatan!

Jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda saat ini dan malam puncak penutupan Piala Dunia 2018 akan lebih semarak lagi jika ada EXO dan BTS sambil ngemil Kacang Garuda. Kamu penasaran bagaimana hentakan Power atau Fake Love? 

Nah, menurut kamu, cocok lagu mana untuk menjadi theme song Piala Dunia 2018? 




Baca juga:
Menguak Kisah Cinta Minke dan Annelies di "Bumi Manusia"
Mengenal Kuliner Khas Suriname di Belanda
Lima Alasan Kroasia Bisa Lolos ke Final

Begini "Kode" Ideal Pasangan Milenial

$
0
0

gabrielruhl.com

Cowok kalo suka nyewek dibilang hebat 
Cewek yang berlaku sebaliknya dibilang murahan 
Cowok nakal dan genit itu lumrah 
Cewek berlaku sebaliknya dikatai dunia akan kiamat

(Obrolan di Warung Tomcat Singaraja, Minggu 8 Juli 2018)

Beberapa hari yang lalu saya janjian makan dengan seorang teman. Tempat makan itu cukup populer di kalangan anak muda di kota tempat kami tinggal. Biasanya, suasana akan semakin ramai menjelang sore hingga malam. 

Maklumlah, pelanggannya kebanyakan anak kuliahan yang aktivitas rutinnya sudah mentok-pagi kuliah, siang buat tugas, sore sampai malam hang out. Nuansa laris manis warung ini juga terasa dengan wara wirinya abang-abang ojek Grabb yang setia menantikan pesanan pelanggan.

Tatkala sedang asik menikmati pemandangan ABG2 bening yang berseliweran memesan makanan, sambil bersenda gurau, kami berdua tersadar bahwa umur tak lagi muda. Ternyata sudah seperempat abad plus 3, itu artinya sudah mendekati kepala 3. Umur yang terlalu tua untuk hadir di ruang-ruang yang didominasi anak milenial. 

Obrolan ngalor ngidul dua sahabat lawas ini sampai ke pembahasan yang serius-nostalgia tentang kriteria perempuan ideal di masa-masa kuliah dulu. Dari cerita itu saya merasakan dua hal, kebanggaan sekaligus penyesalan. Kebanggaan karena saya tidak pernah "nakal" alias alim plus jaim. Masa kuliah saya lewati sebagai pria "baik" dengan label mahasiswa yang jujur, rajin, dan aktivis.  

Penyesalan karena rasa itu justru baru muncul hari ini. Jika saja ada permintaan yang ingin dikabulkan, saya ingin kembali ke masa kuliah dulu. Menikmati waktu dengan kegiatan yang lebih menantang adrenalin. Namun, tulisan ini tidak hendak membahas umur kami yang semakin menua atau obrolan yang out of the context. Hadirnya tulisan ini justru diinspirasi oleh pertemuan tadi, yakni tentang kode-kode yang memunculkan kategori pasangan ideal. 

Saya beruntung memiliki banyak teman yang umurnya lebih muda, kelahiran antara 1992-1995. Mereka inilah generasi milenial akhir yang selalu up to date perkembangan teknologi, film, suka traveling meski memiliki 1 kelemahan-budaya literasinya rendah. 

Melalui merekalah saya bisa menggali informasi sedalam-dalamnya tentang bagaimana mereka selaku milenial mempersepsikan kategori pasangan yang ideal. Hal ini juga yang menjadi alasan saya memberikan tambahan kata "milenial" pada judul artikel ini.

Sebagian besar kawan laki-laki memberikan jawaban tentang imej kecantikan ideal tampaknya masih belum bisa lepas dari nilai-nilai tradisional yang menggariskan bahwa bagian terpenting yang harus dimiliki seorang perempuan untuk dijadikan sumber perhatian adalah kecantikan fisik. 

Kapitalisme media massa yang memiliki peran besar dalam mengkonstruk imej kecantikan belum bisa memberikan alternatif lain tentang makna kecantikan, khususnya bagi laki-laki. Meskipun jaman sudah menunjukkan bahwa konsep kecantikan selalu berubah, tetapi selalu ada nilai dasar yang dijadikan patokan bahwa kecantikan adalah kondisi yang tercipta karena adanya harmoni dan kesimetrisan antara wajah, tubuh serta mentalitas seseorang.

Dari kriteria kecantikan ideal yang didominasi unsur fisik itu, saya mencatat setidaknya ada 6 kepribadian seorang perempuan untuk menjadi pusat perhatian laki-laki, yakni pemalu, cantik, materialistis, pengertian, tomboy, dan sederhana. 

Perempuan cantik biasanya sadar dirinya menarik. Bukan hanya modal muka, tampilan body goals-nya bisa jadi magnet utama yang membuat mereka menjadi pusat perhatian lelaki. Tidak mengherankan jika perempuan jenis ini cenderung sombong dan tinggi hati. Perempuan sederhana biasanya tidak ingin menonjolkan kelebihan yang dimilikinya meskipun mereka pintar, hebat dan cantik. 

Mereka cenderung kalem dengan kelebihan itu dan memilih untuk diam. Pribahasa silent is gold nampak cocok dengan perempuan dengan pribadi pendiam ini. Perempuan tomboy adalah perempuan yang penampilannya mirip laki-laki. Celana panjang dipadankan dengan kaos, wajah polos tanpa make up, rambut - entah pendek maupun panjang dibiarkan berantakan, paling banter dikuncir ekor kuda, sepatu sneakers-jarang pakai high heels mewarnai penampilan santai pribadi yang satu ini

Sebaliknya, apa kira-kira sifat laki-laki yang bisa membuatnya mereka populer di mata perempuan? Hipotesis awal bahwa laki-laki terlihat menarik di mata perempuan karena mampu tampil misterius nampaknya menjadi kenyataan. 

Hal ini wajar mengingat teman perempuan yang saya tanyai rata-rata adalah penggila drama Korea yang memang kerap menampilkan tokoh utama laki-laki sebagai pribadi yang misterius. Namun, sebelum sifat misterius itu memiliki kesan kuat di mata perempuan, seorang laki-laki harus mampu menampilkan sisi unik dari diri mereka. Unik akan membuat mereka tampil berbeda dari teman-temannya. 

Tampil beda akan melahirkan rasa penasaran sehingga mendorong rasa ingin tahu untuk mengenalnya lebih dekat. Perempuan merasa banggga bisa dekat dengan lelaki yang menurutnya unik. Sebab, dalam keunikan mereka menemukan kemisteriusan. Kebanggaan akan berlipat manakala mereka berhasil menerobos kemisteriusan itu dengan hubungan istimewa.

Selain harus tampil unik, seorang laki-laki harus menampilkan imej yang tidak jauh dari karakter tokoh utama dalam drama Korea yakni ganteng, kece, imut, dan humoris. Seorang laki-laki dilarang untuk bersikap angkuh, bandel, cerewet, suka berbohong egois, gombal, suka berbuat jahat, suka nyinyir, suka ngomong jorok, pribadi yang rapuh dan payah, lola alias lelet, pengecut, telat mikir, munafik dan kikir. 

Meski demikian, nampaknya laki-laki yang ideal seperti di atas hanya ada dalam mimpi. Beberapa teman secara jujur menyatakan bahwa ketampanan itu bukan sekedar fisik semata, terpenting adalah sifat-sifat yang menyenangkan dan membuat nyaman.

Berbeda dengan laki-laki yang menjadikan unsur fisik sebagai ketertarikan utama terhadap lawan jenis, perempuan lebih mengutamakan laki-laki yang sanggup menghadapi kenyataan, memiliki sikap jujur, dan pemberani. Laki-laki yang memiliki gaya hidup sehat juga perlu mendapat perhatian seperti tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol dan tentunya tidak suka "jajan" sembarangan. 

Pada akhirnya, perempuan cenderung akan memberikan respon kepada laki-laki yang mampu memberikan sinyal-sinyal kehangatan, kedekatan dan perlindungan terhadap berbagai jenis bahaya.

Kesemuanya itu dapat diungkapkan dalam bentuk perhatian, suara yang meyakinkan, atau bahkan sentuhan. Hal terpenting, perempuan tidak tertarik dengan organ "intim" laki-laki.

Hal-hal teknis dan praktis lainya misalnya seorang laki-laki harus bisa menjaga penampilannya, mampu unjuk diri melalui prestasi, tidak malu-malu dan bisa berteman dengan sahabat-sahabat pacarnya. 

Untuk mengetahui apakah laki-laki disenangi atau tidak oleh perempuan bisa diketahui dengan melihat gestur-memperhatikan tatapan dan cara bicara.

Jika si perempuan merasa tertarik, tanpa sadar pupil matanya akan membesar, sebalikya bila si perempuan bicara dengan nada yang terlalu lambat, berhati-hatilah, sebab bisa jadi itu tanda bahwa perempuan tidak tertarik atau mulai bosan.




Baca juga:
Secuil Cerita dari Lapangan Tiananmen
Menguak Kisah Cinta Minke dan Annelies di "Bumi Manusia"
Mengenal Kuliner Khas Suriname di Belanda

Sepakbola Tak Lagi Soal Pemain atau Pelatih, Tetapi Big Data

$
0
0

Sumber : Forbes, Goal

Saat Tim Nasional Sepakbola Jerman bertemu Argentina pada babak adu pinalti perempat final gelaran Piala Dunia FIFA 2006, penjaga gawang Jerman saat itu, Jens Lehmann, membawa selembar kertas ke dalam lapangan. Kertas itu diduga merupakan 'contekan' yang ditulis oleh pelatih kiper Jerman yang berisi tips tentang bagaimana menghentikan penendang penalt Argentina. Hasilnya? Jerman menang 4-2.

Percepat satu decade kemudian dan penjaga gawang saat ini, Manuel Neuer memiliki cara yang sedikit lebih maju untuk menghentikan penendang penalt Italia dalam adu penalti yang dimenangkan Jerman 6-5 untuk maju ke semi-final Piala Eropa 2016.

Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB) bekerjasama dengan perusahaan software Big Data untuk mengembangkan dua teknologi baru yang memaksimalkan potensi analisa big data untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan tim-tim lawan sebelum kompetisi dimulai.

Aplikasi pertama menyediakan informasi mengenai karakteristik permainan lawan, kecenderungan strategi penyerangan dan pertahanan lawan serta formasi yang digunakan.

Teknologi kedua, disebut Penalty Insights Function, dimaksudkan untuk membantu penjaga gawang dan para pelatih menemukan pola dalam bagaimana para lawan mereka mengambil tendangan penalti.

Kedua aplikasi diakses para pemain dan pelatih di ruang ganti menggunakan gadget yang terhubung langsung pada platform berbasis cloud. Dengan begitu, mereka dapat melihat secara real time bagaimana formasi lawan mereka dan membantu para pemain untuk benar-benar fokus.

Sebagai contoh, jika pemain seperti Mario Goetze ingin mencari seorang lawan menggunakan aplikasi Challenger Insights, dia akan menemukan data pribadi dari pemain yang dicari, kekuatan dan kelemahan pemain tersebut, serta sekitar enam video klip yang mendemonstrasikan kemampuannya di lapangan.

Untuk mendapatkan keuntungan taktikal, banyak tim yang mengubah formasi pada detik-detik terakhir untuk mengecoh lawannya. Biasanya, semua tim akan menyiapkan 'bocoran' tentang formasi yang dipakai lawan, namun kemudian lawan akan mengubah formasi dan pemain pada detik terakhir sehingga membuat semua 'bocoran' tersebut menjadi tidak berguna.

Untuk aplikasi Challenger Insights-nya, perusahaan Big Data bekerja sama dengan universitas khusus olahraga bernama Sporthochschule Cologne untuk mengumpulkan dan menganalisa setiap pemain dan tim lawan pada Piala Eropa 2016. Ketika lawan mengubah formasi, jajaran pelatih akan meniru perubahan tersebut ke dalam aplikasi melalui fungsi sederhana drag-and-drop.

Ada lagi hal lain jika menyangkut pengembangan Penalty Insights Function, pengembang dari perusahaan big data menyatakan bahwa tim Jerman memiliki persyaratan kunci: Aplikasi tersebut harus cukup sederhana untuk membantu para pemain menganalisa data yang ada dengan sendirinya. 

Sebagai contoh, Neuer dapat menemukan lawan yang lebih mungkin menjadi penendang penalti dalam sebuah pertandingan, bagaimana mereka tampil ketika menendang di bawah tekanan -- atau jika tim mereka tertinggal, apakah mereka akan lebih mungkin menendang bola ke pojok kanan atas dekat mistar atau pojok kiri bawah, dan kemungkinan skenario-skenario lainnya.

Data referensi historis yang dibutuhkan disediakan oleh Heim:Spiel untuk kemudian diproses oleh perusahaan big data partner. Skenario-skenario berbentuk video klip yang menunjukkan para pemain lawan mengambil tendangan penalti dalam berbagai situasi juga diambil dari database video yang disediakan oleh situs pihak ketiga.

Perkembangan teknologi ini berjalan dengan baik di timnas Jerman karena kebanyakkan dari pemain yang ada di timnas saat Euro 2016 adalah bagian dari generasi milenial, yang telah akrab dengan teknologi.

Pengembangan aplikasi tentang ini telah dilakukan selama lebih dari satu decade, namun salah satu penerapan pertama analisa Big Data tersebut terjadi saat Piala Dunia 2014 di Brasil, di mana Jerman keluar menjadi pemenangnya. Asosiasi Sepakbola Jerman menggunakan aplikasi yang disebut Match Insights yang memungkinkan para pelatih untuk menyaring klip-klip pertandingan untuk melihat bagaimana pemain tampil dalam situasi tertentu dan menganalisa data pertandingan.

Aplikasi itu juga dilengkapi oleh aplikasi mobile bernama Team One App, yang memungkinkan para pemain dan pelatih untuk saling berbagi video, gambar, taktik, serta berkomunikasi secara internal.

Bahkan secara teoritis, teknologi yang dimanfaatkan dalam pengembangan aplikasi untuk asosiasi sepakbola Jerman dapat memberikan saran mengenai strategi dan taktik kepelatihan, namun hal ini tidak terlalu menarik minat dari pihak-pihak yang terlibat.

Bisa diterapkan di Indonesia

Jika bicara soal sepakbola, tentu saja bicara juga soal Indonesia. Minat masyarakat Indonesia pada olahraga ini begitu besarnya hingga ke level junior pun tidak kehilangan antusiasme dari penontonnya. 

Sayangnya, pasar dan dukungan yang begitu besar ini tidak diimbangi dengan prestasi yang gemilang. Timnas Indonesia hampir selalu keok di berbagai turnamen yang diikutinya, stigma negative yang menempel pada penonton sepakbola juga turut memperburuk kompetisi nasional yang ada di negara ini.

Namun perlu diingat bila nantinya PSSI memutuskan untuk menggabungkan teknologi big data dengan sepakbola seperti yang dilakukan Jerman, mereka tidak perlu jauh-jauh mencari piranti lunak yang dapat membantu mereka, karena di Indonesia pun sudah ada piranti analisa big data yang kompeten untuk semua industri bernama Paques.

Mengusung fitur self-service analytic, Paques bisa memudahkan semua orang dari berbagai latar belakang, termasuk atlet, untuk mengoperasikannya secara sederhana.

Mungkin masih sangat jauh bagi Indonesia untuk masuk piala dunia apalagi menerapkan teknologi yang digunakan oleh Jerman, tapi tidak ada kata terlalu lambat untuk mencoba, dan jika tiba saatnya nanti Indonesia menggabungkan teknologi dan olahraga, lebih spesifiknya sepakbola dan big data, maka Paques bisa jadi solusinya.




Baca juga:
3 Kelemahan Terbesar Coach Indra Sjafri
Secuil Cerita dari Lapangan Tiananmen
Menguak Kisah Cinta Minke dan Annelies di "Bumi Manusia"

Melakukan Hubungan Seksual Usai Melahirkan, Amankah?

$
0
0

sumber: im.mtv.fi

Go Dok - Setelah melahirkan si buah hati, tentu Anda dan pasangan harus mengesampingkan terlebih dulu beberapa kepentingan pribadi demi kesehatan ibu dan bayi. Salah satu hal yang harus Anda dan pasangan kesampingkan adalah perihal jadwal berhubungan seksual. Hal ini tentu tidak lagi dapat Anda lakukan sesering sebelumnya ataupun setiap hari. Faktanya, Anda berdua justru harus menunggu beberapa saat sebelum bisa bercinta lagi. Nah, bagi pasangan yang baru pertama kali memiliki momongan, tentu akan ada kebingungan tentang kapan waktu yang tepat untuk melakukan hubungan seksual pasca melahirkan.

Sebenarnya, jarak aman untuk melakukan hubungan seksual pasca melahirkan adalah 2 minggu setelah melahirkan bagi wanita karena pada masa itu biasanya masih terus mengeluarkan darah dan masih berisiko tinggi mengalami pendarahan (hemorrhage) atau infeksi rahim. Tak hanya itu, beberapa pendapat juga mengatakan bahwa dibutuhkan waktu sekitar 3 minggu bagi pendarahan pasca melahirkan (lochia) untuk berhenti. Namun, jika Anda memiliki jahitan di area perut karena melahirkan dengan operasi, dokter lebih menyarankan untuk menunggu lebih lama, yaitu sekitar 6 minggu.

Bagaimana jika pasangan ingin bercinta lebih awal?

Tentu waktu yang disarankan dokter bukan penentu utama bagi Anda untuk berhubungan seksual pasca melahirkan. Banyak wanita merasa belum siap bercinta kembali bahkan setelah lewat masa 6 minggu. Hal ini wajar, karena akan banyak emosi yang memenuhi diri Anda setelah melahirkan, dan hubungan seksual pasca melahirkan tentu harus dilakukan saat Anda benar-benar merasa nyaman dan siap, tanpa tekanan. 

Banyak pula pria yang meskipun sudah sangat "kebelet" ingin kembali bercinta, menahan dirinya karena merasa tidak pasti dan takut menyakiti. Jika Anda tetap ingin menjalaninya, Anda bisa memuaskan pasangan tanpa melakukan penetrasi. Sentuhan dan seks oral bisa menjadi jalan keluar, sembari bermesraan tanpa harus benar-benar bercinta.

Adakah tips yang bisa dijalani dalam berhubungan seksual pasca melahirkan?

  • Jujurlah terhadap pasangan, jika Anda merasa sakit atau tidak nyaman, langsung katakan ini padanya. Berdua, Anda bisa memeriksanya dan jika tidak ada luka serius, Anda bisa memintanya berhenti sesaat sebelum mencoba lagi untuk membangkitkan gairah Anda.
  • Gunakan lubrikasi buatan, di mana dalam beberapa kasus wanita tidak bisa menghasilkan cairan lubrikasi sebanyak biasanya saat melakukan hubungan seksual pasca melahirkan. Karenanya, siapkan pelumas buatan yang banyak dijual untuk mengatasi hal ini.
  • Cobalah bermesraan terlebih dulu, hal ini penting agar Anda secara bertahap terbiasa kembali disentuh secara intim oleh pasangan. Jangan lupa untuk tidak terburu-buru dalam berhubungan seksual pasca melahirkan. Mulailah dengan pelukan, sentuhan sayang, dan ciuman-ciuman mesra terlebih dulu.
  • Cobalah posisi Woman On Top, karena posisi ini membuat Anda lebih bisa mengatur kedalaman dan kecepatan penetrasi pasangan. Hal ini penting, agar Anda bisa segera berhenti saat merasa sakit.

Nah, itu dia fakta-fakta tentang melakukan hubungan seksual pasca melahirkan. Semoga bermanfaat!




Baca juga:
Ayo Daftar Menjadi Bagian dari Kolaboraksi di ICD 2018 Malang!
Jamak Digunakan, Apakah Padanan Kata "A La Carte" dalam Bahasa Indonesia?
Menggubah Kapal Tahun 1914 Menjadi Hotel "Masterpiece" Tingkat Dunia

Ironi Dua Tim Anak Imigran di Piala Dunia 2018

$
0
0

Tim nasional Perancis dan Inggris di Piala Dunia 2018. Foto: Reuters.

Akhirnya Perancis dan Inggris bernasib berbeda di Piala Dunia 2018 ini. Pada babak semifinal, Perancis mengalahkan tim penuh talenta Belgia dengan skor tipis 1-0. Sedangkan perjalanan Inggris dihentikan oleh tim kuda hitam Kroasia di semifinal dengan kekalahan 1-2 setelah masa perpanjangan waktu.

Di Stadion Luzhniki Moskow besok Minggu, Perancis akan bertanding untuk meraih gelar juara dunia yang kedua. Satu-satunya titel kampiun yang pernah mereka genggam sejauh ini adalah saat tampil di kandang sebagai tuan rumah yaitu tahun 1998. Partai final menghadapi Kroasia itu sendiri adalah ulangan semifinal Piala Dunia 1998 yang dulu dimenangkan Perancis.

Sementara Inggris akan berebut 'hadiah hiburan' melawan Belgia dalam pertandingan third-place play-off yang akan digelar di Stadion Saint Petersburg besok Sabtu. Walau kalah di babak semifinal, namun langkah Inggris hingga babak semifinal ini sudah merupakan kemajuan pesat dibandingkan pencapaian mereka dalam edisi-edisi Piala Dunia sebelumnya. Mereka kalah namun tetap menuai pujian dan simpati publik.

Tim Inggris, kalah di babak semifinal namun tetap dipuji. Foto: standard.co.uk

Kehadiran Perancis dan Inggris hingga babak-babak akhir di Piala Dunia 2018 ini sebenarnya di luar dugaan banyak orang. Mereka tidak terlalu dijagokan saat sebelum turnamen dimulai. Negara-negara seperti Jerman, Brazil, Spanyol dan Argentina lebih diunggulkan oleh berbagai bursa taruhan dan judi bola seluruh dunia untuk mampu bermain hingga fase semifinal.

Catatan penampilan keduanya sama-sama baik. Perancis sangat hebat karena belum pernah kalah: lima kali menang dan satu kali seri. Inggris kalah satu kali yaitu dari Belgia di babak grup, lalu sukses mengakhiri kutukan sejarah tidak bisa menang adu penalti pada Piala Dunia saat mereka mengandaskan Kolombia di babak perdelapanfinal.

Sundulan kepala Samuel Umtiti di menit ke-51 pada babak semifinal menghadapi Belgia sukses membawa Perancis ke final Piala Dunia. Dengan sumringah ia merayakan golnya sambil sedikit menari sebelum dipeluk oleh para pemain Perancis lainnya. Pemain berusia 24 tahun ini memang dilahirkan di Kamerun, namun hati dan jiwanya terpatri untuk tim nasional (timnas) Perancis.

Sundulan kepala Samuel Umtiti di babak semifinal Piala Dunia 2018. Foto: Associated Press.

Cerita yang hampir sama juga terjadi pada Inggris. Raheem Sterling adalah salah satu pemain yang banyak diapresiasi atas perannya bagi timnas di Piala Dunia 2018 ini. Ia dilahirkan di kota Kingston, Jamaika dan baru pindah ke Inggris mengikuti orangtuanya saat anak-anak. Namun ia berulang kali mengatakan bahwa dirinya merasa lebih sebagai orang Inggris daripada orang Jamaika.

Oleh publik khususnya para warganet, Perancis dan Inggris diberi predikat sebagai "tim anak imigran" di Piala Dunia 2018. Hal ini karena skuad kedua negara Eropa itu diisi oleh mayoritas pemain keturunan dari negara lain dan bahkan beberapa diantaranya tidak dilahirkan di tanah Perancis atau Inggris. Mereka adalah anak dan cucu para imigran yang berpindah ke Perancis atau Inggris puluhan tahun yang lalu.

Perancis yang punya julukan Tim Ayam Jantan ini diperkuat oleh empat belas pemain keturunan Afrika. Di bawah mistar gawang ada Steve Mandanda (Kongo). Lalu ada Djibril Sidibe (Senegal), Samuel Umtiti (Kamerun), Presnel Kimpembe (Kongo), Adil Rami (Maroko) dan Benjamin Mendy (Senegal) di barisan pertahanan.

Para petarung lapangan tengah berdarah Afrika di timnas Perancis adalah Paul Pogba (Guinea), Corentin Tolisso (Togo), Blaise Matudi (Angola/Kongo), N'Golo Kante (Mali), Steven Nzonzi (Kongo), Nabil Fekir (Aljazair). Sedangkan di lini depan, ada Ousmane Dembele (Senegal/Mali/Mauritania) dan Kylian Mbappe (Kamerun).

Selain dari Afrika, masih ada lagi pemain tim Les Bleus yang berlatarbelakang non-Perancis lainnya. Ayah dari Raphael Varane berasal dari Martinique, teritori Perancis di Karibia. Lucas Hernandez memiliki darah Spanyol dari keluarga bapaknya. Sedangkan kedua orangtua Alphonse Areola mempunyai garis keturunan Filipina.

Skuad multiras di timnas Perancis saat ini. Foto: Reuters.

Tim The Three Lions Inggris juga dipenuhi oleh para pemain keturunan. Namun berbeda dengan koneksi Afrika yang kuat di Perancis, Inggris lebih kental dengan latar belakang Karibia. Pemain-pemain itu adalah Fabian Delph (Guyana), Danny Rose (Jamaika), Raheem Sterling (Jamaika), Ashley Young (Jamaika), Kyle Walker (Jamaika), Ruben Loftus-Cheek (Jamaika), Marcus Rashford (St. Kitts), Jesse Lingard (St. Vincent and the Grenadines). Mereka didukung oleh dua bintang Liga Premier Inggris dengan garis keturunan Afrika yaitu Dele Alli (Nigeria) dan Danny Welbeck (Ghana).

Kakek, nenek, ayah, dan/atau ibu dari para pemain keturunan Afrika, Karibia dan negara lain tersebut adalah imigran yang datang nun jauh dari benua di seberang lautan untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Perancis dan Inggris adalah dua negara Eropa yang terpandang akan kemapanannya sejak dulu kala.

Selain itu, ada juga kaitan sejarah yang kuat di antara mereka karena negara-negara tersebut berada dalam status koloni Perancis atau Inggris selama puluhan bahkan ratusan tahun. Negara-negara bekas jajahan Inggris bahkan sampai saat ini masih tergabung dalam organisasi persemakmuran atau yang disebut Commonwealth.

Koneksi Commonwealth yang sangat terasa di tim Inggris. Foto: FourFourTwo.

Beberapa puluh tahun yang lalu, kapal-kapal dari berbagai negara Afrika dan Karibia bersandar di pelabuhan-pelabuhan di Perancis dan Inggris membawa para imigran, terutama laki-laki usia produktif. Kedatangan mereka memang diatur secara sistematis karena imigran dibutuhkan untuk mengisi kekosongan tenaga kerja, khususnya di sektor informal. Kemudian, mereka menjadi warga negara Perancis atau Inggris, menetap, berumahtangga dan memiliki anak cucu.

Talenta yang dimiliki oleh anak-anak keturunan Afrika dan Karibia di Perancis dan Inggris ini sangatlah luar biasa. Oleh karena itu, pelatih kedua timnas tidak mungkin menutup mata untuk tidak memanggil mereka masuk dalam skuad di turnamen-turnamen internasional seperti Piala Dunia dan Piala Eropa dalam beberapa dasawarsa terakhir.

Kehadiran begitu banyak pemain keturunan di timnas Perancis dan Inggris pada Piala Dunia 2018 ini disyukuri oleh kedua pelatih kepala. Baik Didier Deschamps (Perancis) maupun Gareth Southgate (Inggris) selalu mengatakan bahwa skuad mereka adalah wujud dari keberagaman yang ada di negara mereka. Dalam wawancara dengan media Inggris, Southgate bahkan menyebut bahwa keberagaman ini adalah identitas Inggris yang harus dibanggakan oleh seluruh warga.

Gareth Southgate bersama para pemain tim Inggris. Foto: Skysports.

Namun benarkah warga Perancis dan Inggris sangat bangga akan keberagaman yang muncul dari eksistensi para imigran dan keturunannya di negara mereka? Di sinilah ironi itu muncul.

Ada celetukan usil yang bilang bahwa orang Perancis dan Inggris sejak dulu hanya menyukai bakat-bakat luar biasa di bidang olahraga yang dimiliki para anak-anak keturunan imigran. Tapi mereka tidak mau menerima sepenuhnya bahwa imigran-imigran itu masuk ke dalam lingkungan mereka dan menjadi bagian dari bangsa Perancis dan Inggris di era modern.

Mereka baru ingat dan mengakui kontribusi signifikan dari para keturunan imigran ketika Kylian Mbappe sudah mengoleksi tiga gol bagi Les Bleus atau di momen saat gol Dele Alli mengunci kemenangan Inggris atas Swedia sekaligus mengantarkan negara Ratu Elizabeth itu lolos ke semifinal Piala Dunia lagi sejak terakhir tahun 1990.

Ironi itu sangat terasa karena sentimen pada imigran semakin menguat dan sedang panas-panasnya di kedua negara tersebut beberapa tahun belakangan ini. Salah satu faktor yang membuat mayoritas masyarakat Inggris memilih Brexit atau keluar dari keanggotaan Uni Eropa tahun lalu disinyalir adalah karena ketidaksetujuan mereka pada kebijakan penerimaan imigran yang diterapkan oleh Uni Eropa. Laporan akan adanya ujaran kebencian dan tindakan rasis juga meningkat di kota-kota besar di Inggris pasca Brexit.

Aksi anti imigrasi di kota Newcastle, Inggris tahun lalu. Foto: mintpressnews.com.

Demikian juga dengan Perancis yang masyarakatnya antipati pada kehadiran imigran karena menganggap mereka adalah biang dari kasus-kasus kriminalisme dan terorisme akhir-akhir ini. Memang harus diakui bahwa sejumlah pelaku kasus itu adalah oknum berlatar belakang dari keluarga imigran yang punya masalah kejiwaan atau berpaham radikal. Tapi melakukan generalisasi bahwa anak-anak imigran adalah kantong masalah sosial adalah suatu kekeliruan besar.

Pemerintah Perancis juga semakin ketat dalam membuat kebijakan terhadap imigran. Pada awal Juni lalu, Perancis baru saja terlibat konflik dengan Italia karena kedua negara sama-sama ngotot tidak mau membuka pelabuhannya bagi kapal Aquarius milik LSM kemanusiaan yang membawa para imigran berstatus pengungsi dari Afrika. Ini sangat menyedihkan karena kapal lalu terombang-ambing di Laut Tengah tanpa kepastian selama berhari-hari dan terancam tenggelam jika cuaca buruk datang.

Sangat mudah bagi kita untuk menemukan di internet berbagai cerita memilukan tentang perlakuan buruk yang diterima oleh para imigran di Perancis dan Inggris. Kata-kata seperti "Go home to your country!", "Leave this country or you die!" atau hinaan-hinaan lain yang menyerang identitas ras berulangkali didengar oleh para imigran, bahkan oleh anak cucu mereka yang sebenarnya tidak punya tempat lain untuk pulang karena Perancis dan Inggris adalah tanah kelahirannya.

Demonstrasi menentang kehadiran imigran di depan Istana Versailles. Foto: Getty Images.

Sepak terjang dua tim imigran yang masing-masing menorehkan rekor tersendiri di Piala Dunia ini mungkin tidak akan langsung menghilangkan semua pandangan atau perlakuan buruk yang diterima oleh imigran di Perancis dan Inggris. Namun setidaknya kontribusi Paul Pogba dan kawan-kawan bagi Perancis serta Jesse Lingard dan kawan-kawan untuk Inggris bisa membuka mata banyak orang di negaranya masing-masing.

Narasi bahwa para keturunan imigran ini punya andil besar dalam mengangkat martabat bangsa secara internasional dan menghadirkan kebanggaan di dalam negeri dengan prestasi di Piala Dunia 2018 kini perlahan memenuhi media-media. Masyarakat secara tidak langsung dibuat sadar dan teredukasi dengan pemahaman tersebut. Rasa toleransi dan solidaritas sebagai sesama anak bangsa pun diharapkan muncul.

Walaupun terkesan utopis, namun tidak ada salahnya bagi kita untuk berharap bahwa kesuksesan Perancis dan Inggris di Piala Dunia 2018 ini akan punya dampak pada isu imigran. Semoga saja aksi-aksi rasisme dan sentimen pada para imigran di Perancis dan Inggris dapat perlahan berkurang. Demikian juga kebijakan-kebijakan pemerintah menyangkut arus masuknya imigran juga lebih manusiawi.

Patut dinanti apakah tim anak imigran ini bisa menjuarai Piala Dunia 2018. Foto: footballplayerpro.com

Selamat bertanding di babak final untuk Perancis dan di perebutan juara ketiga untuk Inggris! Kita tunggu apakah perjalanan dua tim anak imigran ini bisa berakhir dengan manis. Untuk dua pertandingan pamungkas Piala Dunia 2018 akhir pekan besok, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda! Dengan ditemani Kacang Garuda, pasti pengalaman nonton bola akan makin menyenangkan.




Baca juga:
TGB, Ronaldo, dan Bagaimana Seharusnya Mencintai
Ayo Daftar Menjadi Bagian dari Kolaboraksi di ICD 2018 Malang!
Jamak Digunakan, Apakah Padanan Kata "A La Carte" dalam Bahasa Indonesia?

Rindu Menyerutup Teh ala Baduy

$
0
0

Dokumentasi PribadiRINDU. Perasaan yang tiba-tiba muncul tanpa perencanaan. Tidak melulu terhadap sesama mahluk hidup. Tetapi bisa juga terhadap suasana dan nuansa yang pernah dialami. Dan ini yang pernah saya rasakan. Rindu akan tradisi yang terjadi saat berada di pedalaman Baduy.

Beberapa tahun yang lalu saya pernah mengikuti perjalanan ke Baduy dalam. Sebuah suku yang dikenal sangat menjaga adat istiadat dan tradisi yang telah diterapkan. Tak bergeming atas kemajuan teknologi dunia luar.

Baduy adalah suku yang mendiami daerah pegunungan Kendeng, desa Kanekes. Berada di wilayah Leuwidamar, Lebak, Banten. Baduy terbagi menjadi dua wilayah perkampungan. 

Yaitu perkampungan Baduy Luar dan Perkampungan Baduy Dalam. Di perkampungan Baduy Luar tradisi yang dijalankan masyarakat setempat berbeda dengan tradisi yang ada di perkampungan Baduy Dalam. 

Di perkampungan Baduy Luar kita masih bisa menjumpai masyarakat sekitar yang penampilannya seperti orang kebanyakan. Yang mengenakan kaos atau daster. Tapi tidak demikian dengan masyarakat yang ada di perkampungan Baduy Dalam. Masyarakat di sana hanya mengenakan pakaian dari hasil tenunan mereka juga. 

Dokumentasi Pribadi

Bagi laki-laki berupa kain yang dililit sebatas lutut menyerupai sarung dengan atasan berupa baju dengan warna hitam atau putih. Tak ada warna lain. Sementara para perempuan kebanyakan hanya mengenakan kemben atau kain yang dililit sebatas dada. Itu berlaku juga terhadap anak-anak perempuan dan gadis-gadis Baduy Dalam. Sayang tidak bisa mendokumentasikan suasana di sana. Sebab itu merupakan larangan keras bagi mereka yang memasuki wilayah perkampungan Baduy Dalam.

Tak hanya itu, banyak larangan-larangan lain seperti tak boleh menggunakan sabun dan pasta gigi saat mandi di sana. Agar tidak mencemari sungai. Sebab sungai merupakan sumber kehidupan di sana. Tempat untuk mengambil air masak dan juga tempat melakukan aktivitas bersih-bersih badan serta mandi dan juga mencuci pakaian.  

Jadi pada saat berada di perkampungan Baduy Dalam kita akan melihat lalu lalang masyarakat di sana, terutama kaum perempuan yang wira-wiri ke sungai dengan tubuh terbuka, hanya mengenakan kemben. Tanpa alas kaki. Menjinjing bakul berisi cucian atau menggendong bambu yang digunakan untuk mengambil air. Atau hendak mandi di sungai begitu saja.

Ya, begitu saja. Artinya tinggal melepas kain yang dikenakan dan meletakkannya dibalik bebatuan. Lalu dengan santainya mereka berendam di dalam air sungai untuk membersihkan tubuh. Dan itu yang juga saya alami saat berada di sana. Agak malu karena tak terbiasa. Tapi seru saat mengenang semua.

Dokumentasi Pribadi

Selama berada di sana tak ada aktivitas berarti yang bisa saya lakukan, selain ngobrol-ngobrol dengan masyarakat sekitar yang mengerti bahasa Indonesia. Sebab mayoritas dari mereka tak paham bahasa Indonesia. Kecuali mereka yang kerap keluar kampung. Bahasa sehari-hari yang mereka gunakan adalah bahasa Sunda.

Di perkampungan Baduy dalam tak ada aliran listrik. Jadi pada malam hari suasana begitu gelap pekat. Hanya lampu-lampu minyak yang mereka gunakan sebagai penerangan di rumah-rumah. Karena sudah terbiasa, anak-anak tetap lincah bermain dan berlari-lari dalam gelap. Saya memilih duduk manis sambil menikmati suguhan teh yang disediakan.

Cara minum teh mereka pun tidak seperti yang biasa saya lakukan. Di sini saya disuguhi segelas teh tawar hangat dalam gelas yang terbuat dari bambu. Lalu semangkuk irisan gula aren dalam mangkuk yang terbuat dari batok kelapa. 

Untuk menikmati teh hangat tersebut saya harus mengulum gula aren yang sudah disediakan. Baru mencecep teh tawar yang ada di gelas bambu. Awalnya kikuk dan bingung saja. "Kenapa tidak dicampur dan diaduk langsung saja seperti kebiasaan saya dalam menyeduh teh." Tetapi itulah adat kebiasaan mereka. Yang ternyata seru dan mengasyikkan juga. Dan saya rindukan kembali ketika sudah kembali ke rumah.

Dokumentasi PribadiUntuk mengobati kerinduan akan suasana seperti itu, terkadang saya melakukan hal itu kembali ketika ingin ngeteh syantik di rumah. Menyiapkan secangkir teh tawar sebab tak memiliki cangkir bambu. Lalu mengiris-iris gula aren  untuk disesap. 

Ditemani sekerat kue rangi asli Betawi, rasanya sudah nikmat sekali. Cukup sebagai pelepas rindu akan suasana ngeteh di perkampungan Baduy Dalam. Sebab untuk mengulang perjalanan ke sana tak mudah. 

Butuh fisik kuat dan mental baja. Sebab kita benar-benar berjalan kaki untuk memasuki perkampungan Baduy, baik Baduy Luar maupun Baduy Dalam. Luar biasa, sebab masih tetap terjaga seperti itu. 

Padahal jaraknya dengan ibukota tidak terlalu jauh dan terbuka luas akses untuk menuju modernisasi. Tapi itulah Baduy. Suku yang masih kuat menjaga tradisi. (EP)




Baca juga:
Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Kaya
TGB, Ronaldo, dan Bagaimana Seharusnya Mencintai
Ayo Daftar Menjadi Bagian dari Kolaboraksi di ICD 2018 Malang!

Menulis, Idealime dan Judul Tulisan

$
0
0

Foto : pixabay.com

Menulis itu bagian dari mengekspresikan perasaan juga pemikiran, dan itu harus disampaikan secara jujur bukan karena keterpaksaan. Itulah yang Saya rasakan ketika menulis. Tidak ingin terbebani oleh hal-hal lain, juga tidak ingin terbebani oleh kebutuhan lain.

Dalam memposting sebuah tulisan saya agak selektif dalam memilih media online yang ber-platform media sharing, hal ini juga dikarenakan aturan-aturan yang berlaku pada media tersebut. Beberapa Kali saya mendaftarkan diri untuk menjadi member sebuah media online, tapi begitu melihat tulisan-tulisan yang diposting dengan style judul yang monoton, akhirnya Saya batalkan untuk memposting Tulisan.

Bagi Saya dalam memilih judul pun dibutuhkan kenyamanan. Judul sebuah tulisan dibuat bukan karena berbagai tuntutan, tapi berdasarkan kelayakan dan kepantasan Juga menarik serta terlihat seksi. Memang tidak bisa dipungkiri, bahwa sebuah judul Tulisan adalah merupakan jendela bagi pembaca, tapi membuat judul sebuah tulisan hanya karena kebutuhan tersebut bagi Saya adalah pemaksaan.

Secara Hakikat apa pun yang Kita tuangkan harus merdeka dari segala macam tuntutan, bagaimana mengekspresikan pemikiran dan perasaan secara jujur tanpa terbebani apappun. Kalau kebetulan memang sebuah Tulisan yang diposting judulnya pun menarik, itu semua memang begitu adanya, bukanlah sesuatu yang memang sudah direncanakan.

Menulis itu memang harus idealis, karena dengan Cara itulah Saya ingin membangun Karakter Tulisan yang sesuai dengan kepribadiannya Saya. Pada awalnya memang banyak dipengaruhi Cara penulisan orang lain. Namun untuk menjadi diri sendiri Kita tidak perlu harus terus menerus meniru Gaya penulisan orang lain, karena Karakter setiap orang tidaklah sama.

Membuat atau memilih judul sebuah tulisan itu sama sulitnya dengan menulis isinya, karena memang judul sebuah Tulisan itu manifestasi dari isi sebuah tulisan. Judul sebuah tulisan memang sebuah Hal yang penting, tapi isi sebuah tulisan Juga lebih penting dari judul itu sendiri, karena dalam isi itulah Kita mengekspresikan semua pemikiran dengan segenap rasa.

Di Media Online untuk mencapai tingkat keterbacaannya sebuah tulisan, banyak yang membuat judul yang menarik, bahkan Juga tidak segan-segan memanipulasi pembaca dengan Judul. Kadang antara judul dan isi tidak Ada relevansinya. Judulnya mengundang untuk dibaca, tapi isinya malah tidak ada apa-apanya. Hal seperti itu sekarang sedang marak dimedia online, karena page view sebuah tulisan Akan menghasilkan Rupiah bagi penulisnya.

Memang menghasilkan uang dari sebuah tulisan itu bagi sebagian orang adalah Mata pencaharian, itu sah-sah saja, tapi uang bukanlah segala-galanya, jangan sampai hanya karena mengejar uang Kita mengabaikan moral dan etika, bahkan membunuh cita-cita secara perlahan-lahan. Tetaplah menulis dengan jujur, karena dengan menulis Kita tidak hilang dari sejarah dan peradaban. Itulah yang dipesankan Pramoedya Ananta Toer.




Baca juga:
Ketika "Environmental Quotient" Bisa Selamatkan Lingkungan
Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Kaya
TGB, Ronaldo, dan Bagaimana Seharusnya Mencintai

Wuzhen, Venesia di Negeri Tirai Bambu

$
0
0

Kartu Pos CN-2486400 (https://www.postcrossing.com/)

Perasaan saya ketika menerima kartu pos dari Cina (atau Tiongkok) selalu campur aduk. Jika kartu pos yang saya terima sesuai dengan daftar keinginan saya, pasti saya akan langsung senang. Tapi, ketika saya menerima kartu pos yang berisi aksara Cina, rasa bingunglah yang pertama kali muncul. Ketika bagian depan tidak menjelaskan apa-apa, selalu ada keterangan gambar di bagian belakang.

Sayangnya, kebanyakan keterangan juga menggunakan bahasa Cina. Akhirnya saya selalu berharap si pengirim menulis sesuatu tentang kartu pos tersebut. Untuk kartu pos ini, untungnya, si pengirim menjelaskan gambar apa yang terpampang di depan kartu pos.

Dia menjelaskan bahwa gambar tersebut adalah salah satu sudut kota Wuzhen. Wuzhen sendiri ia deskripsikan sebagai kota air (water town). Rasa penasaran pun muncul karena saya sama sekali tidak melihat ada 'air' di kartu pos itu. Pada akhirnya, internetlah tempat aku mencari tahu tentang Venesia di Negeri Tirai Bambu.

Mengenal Kota Air Wuzhen

Kota Air Wuzhen merupakan bagian dari kota Tongxiang, provinsi Zhejiang, kurang lebih 140 km berkendara dari Shanghai. Wuzhen merupakah salah satu dari 6 kota kuno yang terletak di selatan sungai Yangtze, sungai terpanjang ketiga di dunia. Semenjak awal peradaban manusia, sungai Yangtze menjadi tulang punggung peradaban Cina dengan menyediakan air segar untuk kebutuhan pertanian, perikanan dan kehidupan.

Kanal di Wuzhen. Foto oleh Han Yiyi (commons.wikimedia.org)

Wuzhen sendiri tidak terkoneksi langsung dengan sungai. Kemunculan Wuzhen diawali dengan pembangunan kanal untuk memperluas jangkauan sungai Yangtze. Kanal-kanal yang dibangun untuk membangkitkan Wuzhen-lah yang kini tetap awet mengalir di tengah kota.

Sampai hari ini, Wuzhen masih mempertahankan bentuk aslinya walau sempat melakukan beberapa kali renovasi. Bangunan penduduk masih terbuat dari bertegel abu-abu dan bertembok bata hitam yang dilapisi plamur putih atau tidak dilapisi sama sekali. Jembatan-jembatan yang terbuat dari batu terbentang di atas kanal untuk menghubungkan satu sisi kota ke sisi lainnya.

Secara tradisional, Wuzhen terbagi ke dalam empat bagian: Dongzha, Nanzha, Xizha dan Beizha. Dari empat daerah tersebut, hanya Dongzha dan Xizha yang menjadi destinasi wisata. Sedangkan dua yang lainnya dimanfaatkan sebagai zona residensial para penghuni.

Kegiatan di Wuzhen

Hal yang membedakan Wuzhen dengan Venisia asli adalah sejarah yang terkandung di dalamnya. Beberapa museum didirikan sebagai pusat dokumentasi sejarah peradaban Cina. Salah satu museum yang terletak di Wuzhen adalah museum Budaya Bebat Kaki di daerah Xizha. Museum tersebut menampilkan sepatu-sepatu wanita Cina yang sangat kecil dan foto-foto mereka membebat kaki mereka dengan kain sehingga kaki mereka bisa muat dengan sepatu. Hal tersebut dilakukan karena zaman dulu, wanita Cina menganggap kaki kecil adalah suatu taraf kecantikan.

Pemandangan yang tidak mungkin dilewatkan di daerah Xizha adalah 'jembatan di atas jembatan' yang terdiri dari dua jembatan bersejarah. Jembatan pertama adalah jembatan Tongji yang menghubungkan sisi barat dan timur sungai, sedangkan yang lainnya adalah jembatan Renji yang terbentang dari selatan ke utara. Masing-masing jembatan sudah melewati beberapa kali renovasi walau masih berusaha mempertahankan bentuk aslinya.

Di daerah Dongzha, wisatawan dapat menemukan lebih banyak museum. Salah satunya adalah museum ranjang kuno yang diklaim sebagai museum ranjang kuno pertama di Cina. Ranjang yang dipamerkan merupakan ranjang-ranjang besar berukir dari zaman dahulu. Selain museum ranjang, terdapat pula museum kostum tradisional yang memamerkan berbagai kostum tradisional Cina untuk berbagai perhelatan.

Museum Mao Dun. Foto oleh Gisling (commons.wikimedia.org)

Di samping museum yang memarkan benda peninggalan zaman dahulu, ada juga museum untuk mengenang tokoh-tokoh bersejarah dari Wuzhen. Satu yang paling masyarakat banggakan adalah bekas tempat tinggal Mao Dun, mantan menteri kebudayaan Cina tahun 50-60an dan novelis terkenal. Salah satu karya Mao Dun menceritakan kehidupan masyarakat Wuzhen. Kini, museum Mao Dun terbagi ke dalam tiga area pameran: 'Wuzhen: Kampung Halaman Mao Dun', 'Jalan Mao Dun', dan 'Bekas Tempat Tinggal Mao Dun'.

Tokoh yang dikenang tidak hanya dari era Cina modern. Di Wuzhen juga berdiri satu paviliun untuk mengenang kisah dari Dinasti Tang (618-907) tentang dua orang bernama Lu. Paviliun tersebut dibangun Lu Tong yang menyelamatkan Lu Yu, seorang ahli teh, yang keracunan ketika mengunjungi Wuzhen. Sebagai balas jasa, Lu Yu mengajarkan Lu Tong cara-cara meracik teh hingga Lu Tong membuka toko teh di paviliun rumahnya. Sebagai penghormatan kepada gurunya, Lu Tong memberikan nama paviliun Fanglu yang berarti paviliun 'pertemuan Lu'.

Selepas bertamasya, wisatawan bisa mampir ke warung-warung makan untuk mencicipi masakan ikan khas Wuzen. Selain ikan, ada juga makanan tradisional lainnya seperti Qing Tuan (bola-bola nasi lengket berwarna hijau dan manis) yang dimakan bersama daging biri-biri yang digoreng sebentar sebelum dimasak dalam kecap. Selepas makan, wisatawan bisa mencuci mulut dengan kue Gusao.

Bagi yang ingin mengunjungi Wuzhen, dapat menumpang bus atau kereta dari Shanghai. Sesampainya di Wuzhen, tersedia fasilitas shuttle bus yang menghubungkan Xizha dan Dongzha. Untuk menikmati kanal, pengunjung bisa menaiki perahu atau menyewanyal Di Xizha, terdapat bus wisata yang bisa dinaiki untuk melihat-lihat sekeliling Xizha dengan murah.

Tertarik untuk mengunjungi Venisia dari Timur ini?

Sumber: Situs travelchinaguide.com




Baca juga:
Prinsip "Asal Anak Diam" Masihkah Berlaku untuk Saat ini?
Ketika "Environmental Quotient" Bisa Selamatkan Lingkungan
Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Kaya

Lulusan "Siap Pakai", Apakah Lembaga Pendidikan Kita Memproduksi Celana?

$
0
0

Sumber ilustrasi: istimewaSaya paling heran dan masygul membaca promosi banyak kampus yang mengandung kalimat "kami melahirkan lulusan yang siap pakai".

Siap pakai?

Pertama, dari segi bahasa saja, penggalan kata yang lazim disebut frasa itu sudah layak dipertanyakan keakuratannya. "Pakai" adalah kata kerja yang umumnya dilekatkan dengan pakaian, topi, sepatu, atau apapun yang dikenakan di tubuh.

Maka kalimat "saya memakai celana jins" adalah berterima karena jins memang sejenis pakaian yang kita kenakan di badan. Untuk mengungkapkan makna "mengambil manfaat dari sesuatu barang dengan cara mengoperasikannya" ada kata "guna". 

Maka, kalimat "saya menggunakan gunting untuk memotong tali itu" adalah berterima. "Saya memakai gunting untuk memotong tali itu" secara semantik akan mengandung arti bahwa saya mengenakan gunting di kepala atau kaki saya untuk bisa memotong tali itu. Aneh, tidak lazim, dan menggelikan.

Kembali pada hal "lulusan siap pakai". Maka, ungkapan itu menyiratkan makna bahwa setelah lulus dari kampusnya, para insan muda terdidik itu akan dikenakan oleh pihak majikan. Jika Anda adalah majikan itu, di bagian tubuh mana Anda akan memakai para lulusan itu? Mungkin akan enak kalau dipakai di perut supaya tidak masuk angin. Atau lebih enak lagi dipakai di bagian sedikit di bawah perut supaya . . . Ah, sudahlah.

Kedua, ungkapan "lulusan siap pakai" menyiratkan makna bahwa lembaga pendidikan tinggi tak ubahnya seperti mesin pabrik yang bekerja sesuai standar tertentu dengan urutan yang sudah baku pula untuk menghasilkan para lulusan yang "siap dikenakan (dipakai)".

Kalau demikian, apa bedanya perguruan tinggi dengan pabrik celana dalam? Keduanya sama-sama berfungsi dengan mengoperasikan mesin-mesinnya sesuai dengan SOP dan standar baku sehingga menghasilkan lulusan yang mutunya sesuai standar pula.

Maka rasanya tidak salah grup band Pink Floyd dengan lagunya "The Wall" mengkritik pedas sistem pendidikan yang hanya mencetak manusia-manusia berpikiran seragam seperti ini. Tidak keliru pula seorang pembicara di TED bernama Sir Ken Robinson menceramahkan dengan elok pemikirannya bahwa sekolah telah membunuh kreativitas.

Kenapa perguruan tinggi bisa seperti ini? Mungkin tidak terlalu keliru untuk menduga bahwa kampus telah menjadi subordinat kaum industrialis. 

Disadari atau tidak (mungkin lebih banyak tidaknya), para pendidik di kampus telah mengikuti dan mengaminkan cara pikir kaum industri yang mengutamakan keseragaman, kecakapan kognitif akademis, dan pembakuan perilaku dan cara berpikir.

Karena itu, ketika berbicara tentang lulusan pun, mereka dengan sendirinya akan mengatakan, "Inilah para lulusan kami yang sudah kami cetak dan proses sedemikian rupa sehingga siap Anda pakai."

Kalau kecurigaan bahwa kampus memang subordinat dunia industri ternyata adalah hal lumrah yang sudah sepantasnya dimaklumi, ya baiklah. 

Kalau memang faktanya demikian ya sudahlah. Namun aspirasi untuk mengasah kreativitas, daya berpikir kritis, orisinalitas, dan semangat kewirausahaan yang tidak jarang berakar dari cara pikir di luar kotak (out of the box) barangkali perlu dikaji ulang. Semua itu bertentangan dengan praktek penerapan standar baku dan keseragaman yang selama ini telah nyata-nyata membelenggu cara pikir sivitas akademik di banyak kampus.

Lalu apa alternatif yang lebih baik untuk menggantikan ungkapan "lulusan siap pakai" tersebut? Sederhana saja solusinya: hapuskan ungkapan itu dari wacana kampus baik ke dalam maupun ke publik luas. Ganti saja dengan yang lebih elok: "Kami melahirkan para lulusan yang mempunyai semangat juang, siap untuk berpikir kritis, kreatif, dan berkarakter baik."

Melahirkan, bukan mencetak. Ya, karena kata "melahirkan" lebih menyiratkan perjuangan dan pergumulan di dalam untuk kemudian melepas sang bayi itu lahir sebagai insan yang sehat dan menatap mantap ke masa depan, entah apapun bentuknya masa depan itu . . .




Baca juga:
Harun Yahya dan Citra yang Ternoda
Tenanglah Kaum Tertolak PPDB, Semua Sekolah Akan Favorit pada Waktunya
Gelang Haji Bukan Cenderamata, Jangan Saling Bertukar

Menjadi Unik Lewat Karya Musik Bareng NDX AKA dan Unda Undi Band di ICD 2018

$
0
0

NDX AKA dan Unda Undi Band siap meramaikan panggung ICD 2018

Musik dangdut tidak pernah terlepas dari masyarakat Indonesia. Seperti yang kita tahu, musik dangdut telah menjadi musik universal yang mampu menghipnotis dan mempersatukan masyarakat dari berbagai kalangan dan tingkat usia tanpa malu-malu.

Berangkat dari semangat itu, NDX AKA, duo musik asal Imogiri, Yogyakarta mengemas kreativitas mereka dengan memadukan musik hip hop, dangdut, campursari, ska, keroncong, dan reggae. Lagu-lagu bernuansa patah hati dan galau yang biasanya terkesan menye-menye dibuat sedikit berbeda dengan lantunan suara ala rapper.

Duet yang digawangi oleh Yonanda Frisna Damara dan Fajar Ari ini sekaligus ingin memasyarakatkan bahasa jawa melalui media musik yang lebih mudah diterima oleh siapapun. Tak heran, lagu-lagu dari NDX AKA ini bisa diterima dengan hangat di tengah masyarakat. 

Sederetan lagu seperti 'Sayang', 'Kelingan Mantan', 'Salah Kekancan', 'TTM (Tewas Tertimbun Masa lalu)', 'Kimcil Kepolen', 'Bojoku Ketikung', dan 'Terminal Giwangan' menggaung hingga ke daerah pelosok.

Genre musik yang memadati industri musik di kota Malang sangat beragam. Kota Malang juga punya banyak band-band indie yang berjaya dengan lagu-lagunya yang nge-hits.

Tak hanya dangdut hip hop ala NDX yang mendapat tempat di hati masyarakat. Musik genre pop-retro-rock n roll juga punya panggung dan penggemarnya tersendiri.

Untuk urusan musik genre pop, nama Unda Undi Band sudah tidak asing lagi. Band yang terbentuk sejak awal tahun 2005 ini mengusung musik pop dengan gaya yang lebih ceria. Unda Undi Band terdiri dari personil M. Harsya Mahendra (bass/vokal), Helmi Mulawarman (gitar/vokal), Riezky Gama Rinadi (gitar/vokal), dan Wira Kusumanata (drum/vokal). Formasi tersebut semakin lengkap dengan kehadiran biduanita cantik nan manis Dimastika Willy Sembada dan Stefani Bareta.

Band asli Malang yang karya-karyanya terinspirasi band legendaris The Beatles, Koes Plus, dan Benyamin ini telah merilis album pertamanya "Semua Harus Baru" pada tahun 2009. Lagu "Pulsa Abis" di album pertama mereka ini sempat merajai chart musik radio-radio swasta tanah air. Dalam aksi panggungnya, personil Unda Undi Band juga selalu tampil unik eksentrik dengan mengusung tema retro-psychadelic.

Keunikan khas dari NDX AKA dan Unda Undi Band bisa kamu saksikan langsung di acara Indonesia Community (ICD) 2018 yang akan diadakan di Taman Krida Budaya Malang pada 5 Agustus mendatang.

Segera daftarkan dirimu jadi peserta ICD 2018 di www.icd.co.id. Saatnya bergabung bersama komunitas, netizen, dan blogger untuk berkolaborasi bersama untuk melakukan aksi nyata positif!









Baca juga:
Buah Hati Baru Masuk Pesantren, Ini Tips Atasi Rasa Kangen pada Anak
Harun Yahya dan Citra yang Ternoda
Tenanglah Kaum Tertolak PPDB, Semua Sekolah Akan Favorit pada Waktunya

Kenapa Ya Banyak Pemain Bola Punya Tato?

$
0
0

memphis-depay.mato.media

Saat nobar dengan teman-teman, ada yang nyeletuk, "Pemain bola banyak yang bertato ya, ada yang di tangan, kaki, di badan juga ada. Biar apa ya?" Pertanyaan itu langsung disambut dengan beragam jawaban, tetapi pada umumnya jawaban mengarah ke satu hal yaitu biar keren. Ya teman saya banyak yang bilang begitu.

Saya pun punya jawaban yang sama, mungkin para pemain bola itu merasa keren dengan tatonya. Kenapa bisa ada jawaban seperti itu? Ya karena tato itu sebuah karya seni. Seni itukan untuk estetika, ya "keren" itu estetika. Itu adalah jawaban "kira-kira" saya memandang tato bagi mereka yang bertato. Mungkin dari Lionel Messi sampai Raheem Sterling punya alasan seperti itu. Dan melalui sepak bola, mereka dilihat oleh orang seluruh dunia. Oleh karena itu butuh penampilan yang keren.

Main boleh saja di satu lapangan, tetapi yang menonton seluruh dunia. Beda dengan etalasi di mal yang hanya dilihat oleh orang yang datang ke mal itu saja. Apalagi bagi pemain yang tampil di liga, hampir setiap minggu akan muncul di TV bak artis sinetron yang tayang seminggu sekali. Bedanya mereka ditonton oleh orang dengan jumlah yang jauh lebih banyak, apalagi jika disirakan ke seluruh dunia.

Oleh karena itu setiap pemain akan berusaha untuk memperlihatkan kemampuan terbaik, termasuk penampilan. Ada yang klimis dan ganteng seperti Christiano Ronaldo, ada yang urakan tetapi jantan seperti Ibrahimovic dengan tatonya. Tetapi ada juga yang low profile yang hanya mengandalkan skill bermain seperti Mo Salah dengan rambut kriwilnya.

Apakah ada hubungannya tato dengan kemampuan bermain? Saya kira tidak (BTW pertanyaan ini gampang banget ya). Contoh Ronaldo dan Salah ga punya tato, tetapi bermainnya ciamik! Jadi saya pikir murni hanya untuk penampilan. Bagaimana dengan percaya diri? Mungkin juga ke sana. Bagaimana dengan Messi atau Neymar yang jago bermain bola dan punya tato? Saya pikir mereka sudah jago bermain bola sebelum punya tato.

Karena pada akhirnya hampir seluruh dunia menyaksikan, bisa jadi ada orang yang menirukan mereka, termasuk meniru punya tato. Namanya juga gaya, seperti budaya yang bisa membawa pengaruh kepada yang lain. Merekapun lantas membuat tato juga di badan, walaupun mungkin hanya untuk keasikan pribadi atau untuk ditunjukan ke orang.

Nah sehubungan dengan itu, kita harus berhati-hati. Artinya jangan sampai tato itu pada akhirnya menjadi penyesalan karena ikut-ikutan, seperti ikut gaya pemain bola. Tato itu susah dihilangkannya, hawatir menyesal kemudian.

Saran saya, kita ikuti atau tiru kemampuan mereka bermain saja. Karena terkadang gaya ga ada artinya kalau ga punya kemampuan sebenarnya. Siapa tahu dengan fokus pada kemampuan, kita semakin jago bermain bola, bukan jago bergaya.

Sekian.




Baca juga:
[HARI TERAKHIR] Daftarkan Keterlibatan Komunitas Anda di ICD 2018!
Buah Hati Baru Masuk Pesantren, Ini Tips Atasi Rasa Kangen pada Anak
Harun Yahya dan Citra yang Ternoda

Ketika Obat Hipertensi Berpotensi Timbulkan Kanker

$
0
0

Ilustrasi: Shutterstock

"Maaf, Dok. Valsartan ditarik dari peredaran. Sebaiknya jangan dipakai dahulu," kata apoteker rumah sakit.

Kebetulan memang obat ini yang generiknya pun harganya per butirnya lumayan mahal dan kalau diberikan ke pasien BPJS Kesehatan harus memiliki syarat bukti adanya gangguan fungsi ginjal yang relatif parah, sehingga diperlukan jenis ini.

"Oh, tidak apa-apa, saya ganti dahulu dengan jenis lainnya. Alasannya kenapa, ya?" tanya saya penasaran.
"Kabarnya ada komponen aktifnya tercampur zat yang memicu kanker, dok," jawabnya.

Valsartan adalah sejenis obat penurun tekanan darah golongan "angiotensi II receptor blocker" (ARB) yang bekerja membuat pembuluh darah lentur dan tidak kaku, dengan demikian tekanan darah relatif dapat menurun karena hentakan aliran darah dari jantung yang kuat dapat melewati pembuluh darah yang elastis dan tidak sempit.

Badan pengawas obat Eropa dan Amerika memeriksa obat ini secara berkala dan menemukan bahwa zat aktif yang diproduksi oleh perusahaan Zhejiang Huahai Pharmaceuticals di Linhai, China mengandung N-Nitrosodimethylamine (NDMA), bahan kimia organik yang sangat berpotensi memicu kanker.Tensi meter (Dokumentasi Pribadi)

Zat berbahaya ini sebenarnya dipakai untuk campuran bahan bakar, pestisida dan bahan-bahan plastik, sehingga menjadi pertanyaan mengapa dapat mengontaminasi Valsartan ini. Apakah ada hubungannya dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan China? Kita tidak sebetulnya tahu, yang pasti sudah 22 negara menarik obat ini dari pasaran.

Walaupun berpotensi membuat kanker, namun semua pasien jangan langsung menghentikan obat ini mendadak tanpa penggantinya yang sepadan menurut dokter masing-masing karena dapat saja terkena komplikasi "stroke" atau serangan jantung mendadak kalau tidak makan obat. Segeralah menemui dokter untuk pengalihan ke jenis obat lain.

Ini membuktikan pengawasan obat jangka panjang tetap dilakukan secara teratur di setiap negara dan kalau ada temuan-temuan efek samping yang berbahaya bukan tidak mungkin obat-obat jenis tertentu ditarik dan dilarang edar. Apalagi obat yang harus dimakan setiap hari dan seumur hidup, maka kemungkinan mendapat kanker sangat besar.

Adakah Kompasianer yang rutin minum obat ini? Segeralah ke dokter anda dan gantilah dengan obat hipertensi dan jantung yang sama cocoknya dengan valsartan untuk mencegah efek samping jangka panjang maupun komplikasi jangka pendek. Tetaplah tenang, karena kanker tidak tumbuh secepat kereta yang akan lewat.

Kompal Kompasiana




Baca juga:
Kabar Hoaks Ini, Harus Putus di Kamu!
[HARI TERAKHIR] Daftarkan Keterlibatan Komunitas Anda di ICD 2018!
Buah Hati Baru Masuk Pesantren, Ini Tips Atasi Rasa Kangen pada Anak

Toilet Disabilitas di Jepang Memang Terdepan!

$
0
0

Dokumentasi pribadi

Pintu masuk toilet disabled, jelas terlihat. Lihat foto, di sebelah kiri atas pada gambar-gambar logo, toilet ini diperuntukkan bagi siapa saja. Dari gambar dijelaskan bahwa toilet itu untuk kaum disabled, orang tua, ibu hamil, bayi atau keluarga.

Mari cari tahu lewat artikel ini, jika mau semakin peduli dengan kebutuhan toilet kaum disabilitas.

Toilet disabled
Mungkin orang tidak pernah berpikir, apa-apa saja ya, yang dibutuhkan kaum disabilitas? Apa saja fasilitas khusus untuk mereka? Perlu diketahui bahwa kebutuhan mereka tidak hanya jalur pedestrian. Bukan hanya tangga, lift atau jalur-jalur khusus. Karena disabilitas itu bukan hanya orang cacat fisik. Tidak bisa melihat. Tidak bisa mendengar atau tidak bisa berjalan.

Disabilitas juga termasuk orang-orang yang sakit. Sindrom dengan lemah mental. Orang-orang tua yang sehat tetapi sering cape. Memakai tongkat atau stroller. Bahkan, anak-anak kecil pun bisa dibilang disabilitas, karena bisa sering jatuh jika di undak-undakan. Atau terjepit. Dan sebagaian.

Alat-alat bantu mereka bukan hanya sekadar tongkat atau kursi roda saja, tetapi jika juga harus memikirkan cara bagaimana manuver-manuvernya, khususnya untuk kursi roda.

Jika kursi roda biasa, manuvernya butuh tempat yang luas. Tidak bisa hanya sekadar tempat kursi roda bisa masuk, tetapi jika harus berbalik arah, akhirnya jursi roda harus didorong mundur. Lalu, bagaimana jika si disabilitas ini tidak ada yang mendampingi? Tidak gampang untuk disabilitas ......

Jika kursi roda elektrik, manuvernya bisa pivot. Bertumpu pada titik pusat. Sehingga tidak terlalu butuh tempat untuk memutar. Karena kursi roda elektrik memang diciptakan untuk disabikitas yabg nemang harus mandiri, seperti aku.

Ketika kami harus ke toilet, kami membutuhkan ruang khusus untuk privasi lebih lagi. Baik butuh bersama dengan pendamping, atau dengan kursi roda. Dengan asumsi kursi roda biasa yang membutuhkan ruang cukup besar. Contohnya untukku sebagai seorang arsitek, toilet disabled pemakai kursi roda membutuhkan tempat minimal 2m x 3m, dengan fasilitas-fasilitas khusus!

Dokumetasi pribadiPada gambar di atas terlihat pintu masuk toilet disabled. Pintu ini adalah pintu geserdengan tombol (lihat foto sebelah logo kanan, ada tombol hijau untuk membuka dan warna merah untuk menutup). Lebar pintu minimal 90 cm untuk kursi roda besar, dengan kisi-kisi pintu untuk suara jika si user di dalam butuh bantuan dengan teriakan, jika dia tidak menemukan tombol emergensi.

***

Jika di Jakarta, baru ada toilet-toilrt disabled hanya di mal-mal besar, tidak demikian di luar negeri. Di semua titik toilet di ruang publik, pasti tetap ada toilet disabled. Dan jika di Jakarta toilet disabled yang hanya ada di mal-mal besar, pun tidak memasukkan "ruang bayi" dalam toilet disabled, di luar negeri selalu memasukkan "ruang bayi" di dalamnya.

www.pinterest.com

Ini minimal kebutuhan luas ruang toilet disabled, untuk manuver-manuver kursi roda, dengan daun pintu geser/sliding, bukan pintu membuka ke luar apalagi ke dalam. Karena tidak mudah bagi pengguna kursi roda menjalankan maju atau mundur untuk membuka dan menutup pintu.

Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadiToilet biasanya dilengkapi dengan sandaran yang cukup nyaman untuk pengguna, tombol flush yang selalu berada di dinding supaya pengguna tidak sulit memutar tubuh ke belakang.

Di Jepang juga terdapat pilihan tombol untuk air panas, hangat dan dingin, keras atau pelan, dll. Dan selalu disediakan tisu lebih dari satu gulung.

Dekat kloset selalu terdapat wastafel kecil, supaya pengguna tidak harus cuci tangan di wastafel yang sebenarnya, melainkan bisa dilakukan di depan atau di dekat klosetBelasan tombol, bahkan ada suara music, bagi yang membutuhkannya ..... Dokumentasi pribadi

***

Kecuali di negara-negara besar yang ruang publiknya juga besar (termasuk Indonesia), mereka memilih ruang bayi atau toilet bayi berbeda dengan toilet disabled. Itu sah-sah saja. Tetapi yang penting, kebutuhan kaum disabilitas, termasuk bayi dan ibunya untuk menyusui, terpenuhi.Dokumentasi pribadiDokumentasi pribadi Jika ada ruang lebih besar, toilet disabled ditambah dengan ruang bayi, atau justru tempat tidur bagi disabled dewasa seperti ini:Dokumentasi pribadi

Tempat bayi untuk ganti popok, yang dapat dilipat, serta closet bayi yang digendong ibunya. Dokumentasi pribadiDi negara-negara yang sungguh sudah dan sangat peduli kepada kaum disabilitas, fasilitas di dalam toilet disabled amat sangat terpenuhi.

Memang bervariasi luas ruangnya, tetapi fasilitas mininalnya harus benar-benar lengkap. Fasilitas minimal adalah kloset (sering kali khusus) yang full lengkap dengan tombol-tombolnya. Untuk air panas, air dingin. Lalu ada wastafel, juga dengan air panas dan dingin. Lengkap juga dengan pegangan stainless steel di hampir setiap titik ruangan. Dengan ruang sekitar 2m x 3m.

Jika ruang semakin besar, di dalamnya ada bidet. Dan ruang bayi. Ada tempat tidur bayi yang bisa dibuka dan tutup. Wastafel tambahan serta toilet khusus yang dirancang untuk bayi yang digendong oleh ibunya. Dan kesemuanya itu, lengkap dengan pegangan-pegangannya, serta tombol untuk air panas, hangat dan dingin. Dan semua konsep ini memakai energi listrik.

Selama aku sebagai bagian dari disabled dunia selama 8,5 tahun ini, aku merasakan kenyamanan yang terbaik adalah di toilet disabled di Jepang. Dengan tombol-tombol yang sangat meringankan untuk kami, serta fasilitas-fasilitas yang nyata dan sangat mengerti bagi kami, toilet disabled benar-benar memberikan makna hidup yang luar biasa untuk kami.

Tidak ada toilet disabled yang sebaik di Jepang. Sebagai negara teknologi, Jepang memang bisa menjadi "pemimpin" untuk sebuah patokan, bahwa toilet disabled Jepang sangat nyaman. Tombol-tombolnya mungkin sampai puluhan, dan tanpa beranjak dari kloset pun, kaum disabilitas mampu mengurus dirinya sendiri tanpa harus membebani orang lain .....

Aku pernah menulis khusus tentang toilet disabled untuk Singapore, dan ini belum semua di titik-titik kota. Hanya beberapa saja, salah satunya di beberapa mal di Orchard Road. Tetapi tidak di tempat yang lain.

Memang tidak murah untuk membangun kepedulian. Akan ada yang dikorbankan. Salah satunya tentang dana. Atau estetika.

Tetapi jika bicara tentang estetika, itu bisa dikamuflase dengan detil-detil yang menarik. Tetapi tentang dana, memang harus diniati untuk membangunnya. Karena misalnya, dengan membangun toilet yang nyaman seperti di Jepang, membutuhkan dana bisa ratusan juta, tetapi end-user-nya hanya segelintir saja. Sehingga, sangat dimengerti jika toilet disbled harus mengantre untuk menjadi toilet disabled yang benar-benar nyaman .....

Tetapi, kaum disabled adalah bagian dari warga dunia yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama, sehingga mau tidak mau, kaum disabled pun berhak atas pelayanan yang sama dari pemerintah.

Kepedulian itu memang harus dari hati .....

By Christie Damayanti

Silahkan baca tulisanku di sini:
"Tolong Pedulikan Kami: Adakah yang Tahu dan Peduli dengan ‘Toilet Disabled?"

***




Baca juga:
Gejala Anomie di Danau Toba
Kabar Hoaks Ini, Harus Putus di Kamu!
[HARI TERAKHIR] Daftarkan Keterlibatan Komunitas Anda di ICD 2018!

Mengalahkan Thailand Lebih Bergengsi dari Sekadar Juara 3

$
0
0

Sumber ilustrasi: bolasport.comMenjadi tuan rumah dan didukung langsung oleh ribuan suporter di stadion, nyatanya tidak dapat membangkitkan penggawa muda Garuda memiliki mental juara.

Hasilnya, untuk ke sekian kali, Indonesia tersungkur di tangan Malaysia.

Saat Indonesia meladeni Malayasia, bila membandingkan posisi penjaga gawang saja. Sejak menit awal, penjaga gawang Malaysia sangat percaya diri di bawah mistar. Hingga akhirnya dapat menjadi pahlawan kemenangan setelah berhasil memblok dua tendangan anak Garuda.

Tengok betapa mindernya penjaga gawang kita. Gol penyeimbang Malaysia pun hanya dilihatnya saja.

Setali tiga uang, demikian juga dengan pemain Garuda lainnya yang bahkan hingga adu pinalti pun tak percaya diri memenangkan tim. Praktis hanya Sang Kapten yang dapat dijadikan contoh bagi penggawa lain. Berjuang hingga titik darah penghabisan, terus meladeni permainan cepat lawan, tak pernah kehilangan menit bermain dan terus dapat diandalkan.

Memang meski dukungan suporter tidak dapat membantu menaikkan mental pemain, Indra Syafri pun cukup berperan membuat kinerja Tim U-19 tidak pernah konsisten dalam bermain. Karena komposisi pemain yang diturunkan berbeda di setiap gym.

Terlebih, kekuatan Timnas U-19 di sektor tengah menjadi berkurang tatkala Indra menempatkan Egy menjadi second striker yang membuat serangan sangat Egy sentris dan sangat mudah dibaca Malaysia yang memiliki penjaga gawang super percaya diri.

Beberapa saat lagi, pasukan Garuda akan kembali meladeni Thailand. Apakah segala hal yang menjadi kekurangan Timnas U-19 akan diulang lagi oleh Indra dan pasukannya.

Jangan-jangan dengan alasan rotasi, sejatinya Indra masih ragu dengan tim utama yang dimilikinya sehingga bersembunyi di balik kata-kata ingin mencetak pemain, bukan ingin merebut gelar juara.

Sementara para pemain pun menjadi korban, karena menjadi kurang solid disetiap pertandingan yang akhirnya memaksakan diri di menit akhir mencari kemenangan.

Ayo semua penggawa U-19, percaya diri dan cerdas. Ayo Indra, tunjukkan Anda dapat memasang pemain terbaik dalam meladeni Thailand. Jangan sampai suporter berteriak, karena mereka lebih tahu mana pemain terbaik yang seharusnya masuk skuat sejak menit awal.

Meskipun sekadar meraih juara 3, tapi lebih penting lagi tidak kalah kedua kali di event ini oleh Thailand.

Ayo para pemain, cerdas intelegensi dan personaliti lah sehingga kita semua dapat melihat kalian bermain dengan penuh percaya diri. Tidak membuat rugi.

Piala Asia sebentar lagi. Mungkin pelatih dan pemain di U-19 ini yang akan tetap berpartisipasi mewakili negeri atau sebagian diganti. Libas Thailand!




Baca juga:
Cara Mendapatkan Visa India secara Gratis
Mengenal Nestor Pitana, Wasit Final Piala Dunia 2018
Cara Membesarkan Hati Anak Didik kala Mereka Kalah Bertanding

Menyoal Etika Menteri yang Menjadi Caleg

$
0
0

Sumber ilustrasi: ShutterstockMantan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) yang kini menjabat sebagai Ketua Tim Ahli Wakil Presiden, Sofjan Wanandi mengatakan, dirinya sudah mendengar kabar kemungkinan sejumlah menteri di Kabinet Kerja mengundurkan diri demi menjadi caleg.

Pengakuan itu disampaikan Sofjan di Kantor Wakil Presiden, Rabu (4/7). Menurutnya, ada kemungkinan sejumlah menteri akan menjadi caleg namun belum ada bukti soal peluang tersebut.

Pernyataan Sofjan langsung mendapat respons dari berbagai pihak. Apalagi hari-hari ini sudah dimulai pendaftaran bakal calon legislatif (caleg) dan selanjutnya akan ditetapkan secara resmi oleh KPU bulan September mendatang. Masa kampanye sendiri akan berlangsung pada 23 September 2018 sampai 14 April 2019.

Presiden Jokowi terkesan memberikan kelonggaran kepada anggota kabinetnya yang akan maju sebagai caleg. Alih-alih memerintahkan mundur, Jokowi hanya memerintahkan mereka agar mengambil cuti.

Sementara itu, tanggapan partai politik juga beragam. Sejauh ini, hanya Nasdem yang bersuara keras dan tegas melarang kadernya yang saat ini masih menjabat sebagai menteri untuk ikut berkompetisi di pemilihan legislatif mendatang.Ilustrasi (Foto: merdeka.com)

Ketua Umum Nasdem Surya Paloh memerintahkan Menteri yang berasal dari Nasdem harus menuntaskan tugasnya di kabinet kerja membantu pemerintahan saat ini sampai tuntas di tahun 2019. Saat ini ada 2 kader Nasdem yang menjadi Menteri: Siti Nurbaya (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dan Enggartiasto Lukita (Menteri Perdagangan).

Sementara partai politik lain belum ada yang berani mengambil langkah serupa. Bahkan, mereka terkesan memberi "angin" pada kadernya yang saat ini masih menjabat sebagai Menteri, untuk maju sebagai caleg.

Secara regulasi, memang tidak ada yang dilanggar ketika seorang Menteri maju sebagai caleg. Komisioner KPU RI Viryan menjelaskan, aturan soal menteri yang menjadi caleg memang tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu dan PKPU Nomor 20 Tahun 2018.

Aturan untuk menteri yang hendak menjadi caleg memang tidak tercantum pada PKPU 20/2018. Pasal 7 aturan terkait yang mengatur persyaratan bakal caleg tak mencantumkan ketentuan untuk menteri.

PKPU itu hanya mengatur kewajiban pengunduran diri bagi kepala daerah, kepala desa, perangkat desa, ASN, TNI, Polri, karyawan BUMN, BUMD, dan penyelenggara serta pengawas pemilu yang hendak menjadi caleg.

Etika 
Jika tidak ada aturan yang dilanggar, lalu apa yang salah? Secara legal formal memang benar, tidak ada yang salah dan tidak ada aturan yang dilanggar. Namun, ketika kita bicara soal etika, ternyata ada hal-hal yang berpotensi menjadi persoalan.

Kita harus sepakat dengan sikap Nasdem yang ingin kadernya menuntaskan tugas secara paripurna di kabinet sampai 2019. Saat mengutus kadernya sebagai menteri, bukankah semua partai politik mengatakan sudah mewakafkan kadernya menjadi pembantu Presiden?

Kalau sekarang, ada menteri yang berniat maju sebagai caleg, entah dia mengundurkan diri atau cuti, tentu dapat dipastikan kinerja di kementerian menjadi terganggu. Itu berarti, program pembangunan pun bisa terganggu. Fokus sang menteri akan terbelah antara menjalankan tugas publik di pemerintahan dengan kepentingan diri sendiri untuk meraih suara calon pemilih.

Potensi pelanggaran etika lainnya adalah penyalahgunaan posisi, sumber daya dan kewenangan yang dimiliki sebagai seorang menteri. Mereka sangat berpotensi menyalahgunakan jabatan dan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi dan partai.

Mencari pengganti mereka di sisa waktu yang hanya satu tahun lagi pun sepertinya terkesan mubazir. Semestinya, sisa waktu satu tahun ini bisa dimanfaatkan untuk mengerjakan sekaligus menuntaskan program/target yang sudah dicanangkan pemerintahan periode ini di masing-masing kementerian.

Lebih mengkhawatirkan lagi, di antara 34 kementerian di Kabinet Kerja, ada 16 kementerian yang dipimpin oleh menteri yang berasal dari partai politik. Bisa dibayangkan, bagaimana nasib pemerintahan ini, jika para menteri tersebut kompak dan sama-sama maju sebagai caleg?

Ketika yang bersangkutan, penyelenggara, partai politik, bahkan Presiden sekali pun tak terlalu mempersoalkan langkah menteri yang ingin maju sebagai caleg, maka nantinya akan kembali pada para pemilih.

Apakah akan tetap memilih dan memberi kesempatan, atau justru "menghukum" mereka yang telah sengaja mengangkangi etika?

*** 

Jambi, 14 Juli 2018




Baca juga:
"100 Meters to Change Your Life"
Cara Mendapatkan Visa India secara Gratis
Mengenal Nestor Pitana, Wasit Final Piala Dunia 2018

Rumah Adat Wologai yang Memuliakan Mama

$
0
0

Rumah adalah ibarat mama. Ada banyak nilai hidup dan penghargaan yang disematkan kepada mama di rumah adat Desa Adat Wologai Tengah, Ende, Flores. (Foto: Gapey Sandy)Status mama atau ibu di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), begitu istimewa. Kain tenun ikat (Kabupaten) Sikka misalnya, punya motif yang menjunjung tinggi peran seorang mama. Dalam satu kain tenun ikat ada motif yang punya ukuran lebih besar dibanding motif lain. Motif ini ada di posisi tengah atau dalam bahasa lokal disebut 'hina' yang menyimbolkan mama. Mengapa posisi motif untuk simbol mama ini ada di tengah? Tak lain karena semua mengagungkan mama dan dianggap sebagai sumber atau pusat kehidupan.

Jadi, kalau kebetulan punya kain tenun ikat di rumah, perhatikan bagian tengahnya, selalu saja ada motif yang dibuat lebih besar ruang ukurannya. Itulah simbol 'hina' alias mama. Tapi ingat, motifnya yang tradisional ya, dan biasa digunakan kain tenun ikat itu untuk upacara adat. Bukan yang sudah masuk ke ranah motif kontemporer yang diproduksi guna memenuhi selera pasar.

Bukan cuma di kain tenun ikat saja status mama begitu penuh penghargaan. Di Kampung Tradisional atau Desa Wologai Tengah di Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, Flores -- sekitar 23 km dari lokasi wisata Danau Kelimutu -, rumah-rumah adat di kampung ini juga dianggap sebagai simbol representasi dari seorang mama. Rumah adalah mama.Peta perjalanan dari Danau Kelimutu menuju Kampung Tradisional Wologai Tengah, Ende, Flores. (Foto: Gapey Sandy)Gapura selamat datang di Kampung Tradisional Wologai Tengah. (Foto: Gapey Sandy)

***

Saya dan rombongan tiba di Kampung Tradisional Wologai Tengah ini dengan menempuh perjalanan selama sekitar 50 menit bermobil dari Desa Koanara, Moni, Flores. Moni ini semacam wilayah khusus yang menjadi tempat penginapan para wisatawan domestik maupun mancanegara sebelum melanjutkan perjalanan ke Taman Nasional Kelimutu (Kelimutu National Park). 

Biasanya, wisatawan berangkat dari tempat penginapan di Moni ini sekitar jam 04.00 pagi, sebelum waktu Subuh. Kenapa musti pagi-pagi buta? Ya, sudah tentu untuk mengejar momentum matahari terbit (sunrise) dan menikmatinya di puncak Kelimutu. [Untuk tulisan mengenai Kelimutu, insya Allah nanti akan saya sajikan secara khusus ya].

Kondisi fisik jalan raya yang kami tempuh dari Danau Kelimutu ke Kampung Tradisional Wologai Tengah sangat bagus. Pemandangan alam sekitar juga berkesan sekali. Keseringan yang kita jumpai adalah pemandagan di sisi kiri berupa tebing batu cadas yang seolah seperti hendak longsor.

Pada beberapa kawasan tampak memang ada bekas-bekas longsoran tanah bebatuan itu. Pemerintah Daerah setempat pun sigap melakukan perbaikan, selain mengantisipasi musibah longsor dengan membangun tanggul-tanggul berbatu kali sebagai penahan pergerakan tebing. Ngeri melihatnya, membayangkan kalau benar-benar kejadian longsor. Na'udzubillah.Suasana pemandangan di sepanjang Jalan Raya Ende -- Dotukeli yang indah. (Foto: Gapey Sandy)Hati-hati tebing longsor di beberapa titik Jalan Raya Ende -- Dotukeli. (Foto: Gapey Sandy)Sedangkan di sisi kanan, pemandangan menjanjikan alam pebukitan dan pegunungan yang menghijau. Tak jarang, di curamnya jurang terlihat sawah-sawah dan kebun milik warga yang melenakan mata memandang. Sesekali mobil kami melewati sisi pucuk pohon kemiri yang tumbuh menjulang dari curamnya dataran bawah ke pinggir jalan raya di atasnya. Kemiri memang menjadi salah satu hasil panen andalan masyarakat sekitar. Selebihnya, jalan raya beraspal mulus yang berkelak-kelok kami lalui dengan nyaman.

Sekitar jam 11 siang kami di Kampung Tradisional Wologai Tengah tepatnya di Jalan Raya Ende -- Detukeli KM 43. Suasana sepi langsung menyambut kami. Hampir tak ada tanda-tanda kehidupan. Hanya terlihat beberapa wanita penduduk sekitar yang terlihat sedang berjalan kaki di dekat Kantor Kepala Desa. Tak terlihat ada pos penjagaan di jalan masuk yang dipasang gapura sederhana. Di atas gapura yang beratapkan seng ini tertulis ucapan "Welcome to Wologai Traditional Village". Melewati gapura ada lahan cukup luas untuk parkir kendaraan wisata.

Sebelum masuk lebih jauh ke Kampung Tradisional ini, biasanya pemandu wisata harus melapor lebih dulu ke Kantor Kepala Desa. Saya kurang tahu persis ya, mungkin mengisi buku tamu semacam administrasi dan kulonuwun lainnya. Hal yang wajar dan biasa sajalah, namanya juga blusukan ke kampung orang, betul enggak.

Sebelum masuk ke area Kampung Tradisional Wologai Tengah, silakan lapor kedatangan dulu di Kantor Kepala Desa. (Foto: Gapey Sandy)

Penataan infrastruktur jalan di Desa Adat Wologai Tengah yang baik. (Foto: Gapey Sandy)

Selesai pemandu wisata melaporkan diri di Kantor Kepala Desa yang tempatnya ada di sisi bawah jalanan, kami pun berjalan sekitar 300 meter menuju akses masuk kampung. Dari tempat mini bus kami parkir, sudah kelihatan sebenarnya sebagian rumah-rumah adat warga Wologai Tengah yang bentuknya sangat unik [lihat aja tuh di fotonya ya]. Kelihatan paling jelas adalah atap-atap rumah yang menghitam dan disusun dari ijuk.

Langkah kaki kami makin cepat seiring rasa penasaran ingin segera memasuki area kampung adat ini. Oh ya, sebelum menaiki beberapa anak tangga yang sengaja dibentuk menjadi semacam tanggul dan pelataran cukup lapang dari batu kali, di sisi kanan jalan masuk kami melihat ada satu pohon beringin yang berukuran raksasa. Begitu besar. 

Daunnya rimbun banget. Bahkan akar-akarnya pun begitu besar dan kekar. Entah berapa usia pohon beringin yang kesannya kok angker banget ini. Heheheee ... tapi biar pun angker, tetap ada spot untuk berfoto yaitu persis di tengah-tengah akar pohon yang besar-besar dan membentuk seperti semacam mulut goa. Haddeeeuuhhhh ... bikin merinding bulu romaku.

Tiba-tiba, langkah kami berhenti. Belum juga masuk ke tengah perkampungan, seorang ibu tampak setengah berlari dan seperti memberi instruksi kepada kami. Rupanya, ibu ini mengingatkan agar kami lebih dulu mencari dan menemui Bapak Tua. Tak hanya memerintahkan kami agar menemui Bapak Tua, ibu ini pun menunjukkan arah untuk bisa menuju ke rumah si Bapak Tua.

Pohon beringin raksasa seolah menyampaikan ucapan selamat datang. (Foto: Gapey Sandy)

Siapakah Bapak Tua yang dimaksud, saya kurang paham. Tapi dalam hati pasti berpikir, mungkin tetua adat, pemangku adat dan semacamnya. Ya, semacam permisi, nderek langkung atau kulonuwun (lagi) lebih dahulu. Begitulah adat kesopanan bertamu yang mau enggak mau harus dan tetap berlaku.

Sambil terus berjalan menuju ke arah rumah Bapak Tua, perjalanan jalan kami sudah mulai memasuki setengah lingkaran pertengahan kampung. Persisnya di sisi kiri kampung. Rumah-rumah adat sudah mulai semakin jelas. Rumah kayu dan bertingkat seperti rumah panggung tapi pendek, alias tidak menyatu dengan tanah. Ada tiang-tiang yang menyangga lantai kayu rumah. Tiang-tiangnya berdiri di atas bebatuan yang disusun rapi, tingginya sekitar satu meter. 

Untuk naik ke rumah panggung ini pasti ada tangga kayu yang langsung terhubung dengan ruang terbuka sebagai "teras kayu". Tentu ada pintu kayu dan jendela kayu. Di sisi kiri dan kanan tangga kayu ada ukiran dan pahatan bergambarkan aneka binatang, tetumbuhan dan manusia. Ada juga ukiran senjata laras panjang. Waaaahhhh ... sungguh ukiran sekaligus hiasan rumah yang menyimpan banyak cerita bersejarah penuh daya pikat kalokayak ginisih.

Setiap rumah-rumah adat yang berbentuk limas dengan bagian penampang atas mendatar ini seolah menghadap ke arah tengah-tengah kampung. Di pertengahan kampung inilah menjadi semacam altar bebatuan untuk melakukan upacara adat. Saya lihat altarnya seperti semacam pondasi candi. Batu-batu disusun rapi bertumpuk-tumpuk. 

Tingginya sekitar dua meter. Jadi saya dan rombongan tidak bisa melihat ada apa sebenarnya di atas atau di altar bebatuan tersebut. Selain juga, pemandu wisata sudah mengingatkan untuk jangan menaiki altar, karena dipercaya sebagai tempat keramat atau yang disucika. Walaaahhhhh ... makin bikin kepo surepo.

Rumah adat hunian warga di Kampung Tradisional Wologai Tengah, Ende, Flores. (Foto: Gapey Sandy)

Rumah adat khusus untuk upacara adat lengkap dengan altar datar tempat meletakkan aneka sesembahan untuk para leluhur. (Foto: Gapey Sandy)

Di bawah dekat altar bebatuan berundak - dan di beberapa rumah adat yang ada -, saya melihat ada semacam bangunan kotak persegi panjang lengkap dengan tutup kotaknya juga. Enggak seberapa besar sih ukurannya. Bangunannya dari batu besar dan sepertinya dari putih atau ehmmm, memang dicat putih, saya kurang yakin. Tampilannya pun beda sendiri. Konon, disinilah makam para leluhur. Weleeehhhh, untung saya enggak sembrono dengan naik-naik ke atas tutup kotaknya ya.

Sekali lagi, suasana nampak sepi menyelimuti kami. Di rumah-rumah adat ini tidak nampak seorang pun. Saya malah cuma melihat ada biji kopi yang dijemur di atas lapak plastik warna biru juga di bebatuan.

Ada biji kopi yang sudah mengelupas kulitnya sehingga memunculkan biji kopi berwarna keputihan, tapi ada juga yang masih terbungkus dengan daging buah kopinya. Saya melihat juga ada yang menjemur biji kemiri, mirip batu koral seukuran lebih dari ibu jari. Tak ada yang menjemur baju apalagi peralatan dapur, semua di sini rapi dan resik lho.

Tanpa Mama Semua Sunyi

Penataan rumah ke rumah di kampung ini sengaja dibentuk melingkar mengitari Tubu Kanga atau pelataran atau altar paling tinggi yang biasa dipakai sebagai tempat ritual adat. Bangunan rumah punya panjang sekitar 7 meter dengan lebar 5 meter, dengan tinggi banguan rumah sekitar 4 meter sementara atapnya mungkin bisa sampai 3 meter.Rumahnya bertingkat dan biasanya di kolong rumah dijadikan tempat memelihara ternak. (Foto: Gapey Sandy)Penataan kampung berbentuk lingkaran, dan semua rumah-rumah adat menghadap area tengah sebagai tempat melaksanakan upacara adat. (Foto: Gapey Sandy)Karena rumah-rumah adat di sini bertingkat, maka pada bagian kolong rumah atau lewu dulunya dimanfaatkan untuk memelihara ternak, babi, ayam dan lainnya. Sedangkan ruang tengah sudah pasti digunakan menjadi tempat tinggal. Lotengnya sebagai tempat menyimpan barang-barang yang akan digunakan saat ritual adat.

Sesudah hampir mengitari sekeliling perkampungan, sampailah kami di rumah Bapak Tua. Sesuai sebutannya, ia memang sudah tua meski belum terlalu renta. Dengan ramah, sosok berkaos kerah warna abu-abu kehitaman ini keluar rumah dengan senyum yang hangat dari balik pintu kayu rumah. Rambutnya sudah beruban. Kulitnya legam. Tapi perawakannya kekar.

"Nama saya Aloysius Leta. Usia saya 64 tahun. Istri saya bernama Maria. Anak saya ada tujuh orang, dan cucu saya sepuluh orang dan semuanya laki-laki," ujar Bapak Tua memperkenalkan diri.Aloysius Leta salah seorang warga yang mengaku sudah merupakan generasi ke-13 dari Suku Lio di Kampung Tradisional Wologai Tengah, Ende, Flores. (Foto: Gapey Sandy)Karya ukiran dan pahatan bentuk rumah adat di Kampung Tradisional Wologai Tengah, Ende, Flores. (Foto: Gapey Sandy)Aloysius mengaku sebagai generasi ke-13 dari Suku Lio yang masih mempertahankan adat dan keaslian Kampung Tradisional Wologai Tengah. Ia juga menjadi semacam juru bicara dari para tetua adat. Tak heran, apabila ada tamu atau wisatawan yang datang, maka ia yang akan bertugas menemani dan memberi berbagai penjelasan. "Kampung adat ini merupakan yang tertua di Kabupaten Ende. Adat istiadatnya sangat terpelihara dengan baik dan sangat kental kami jalankan," tuturnya.

Ia melanjutkan, jumlah rumah-rumah adat yang ada di Kampung Tradisional Wologai berjumlah 22 bangunan. Terdiri dari 6 bangunan rumah upacara adat, 4 buah bangunan lain, dan 12 bangunan lainnya merupakan rumah hunian masyarakat adat. "Rumah yang saya huni ini namanya Sa'o Soko Ria. Semua rumah bentuknya sama, tapi namanya beda-beda," ujarnya.

Di Wologai Tengah ini, ujar Aloysius, rumah sangatlah bermakna. "Rumah adalah mama, benar-benar mama. Karena itu, pada setiap kiri dan kanan pintu yang ada di bangunan rumah adat sini, selalu terpajang patung kayu maupun ukiran yang (maaf) berwujud buah dada mama. Jadi, rumah itu adalah mama, menurut kepercayaan adat Suku Lio di sini," ujarnya seraya menambahkan bahwa suasana perkampungan saat ini sunyi karena ini adalah Hari Minggu dan hampir semua orang pergi beribadah ke gereja.Menjemur buah kopi di Wologai Tengah. (Foto: Gapey Sandy)Menjemur kemiri di Wologai Tengah. (Foto: Gapey Sandy)Adapun gambar-gambar yang ada di ukiran kayu sisi luar teras rumah banyak mengandung arti nilai-nilai harga diri dari seorang mama. Artinya begini, kalau rumahnya itu sendiri adalah merupakan simbol dari mama, maka ukiran dan pahatan yang beraneka gambar ini adalah nilai-nilai yang melambangkan harga diri mama.

"Karena begitu berharganya mama, maka kami warga Suku Lio mengangkat mama ke permukaan. Tanpa mama mungkin sunyi. Mama sangat mulia dalam ciptaan Tuhan, maka kita sangat menghormati mama. Dari mama, oleh mama, untuk mama. Jadi kita sebagai laki-laki tidak boleh kesana--kesini, harus setia. Dari rahim, oleh rahim, untuk rahim, tanpa Mama sunyi," jelasnya.

Ditambahkan Aloysius, kedudukan mama sangat tinggi dibandingkan dari semua yang ada di kehidupan manusia. "Mama sangat berharga, sangat mulia dalam ciptaan Tuhan," jelasnya sambil menyebutkan bahwa di Kampung Tradisional Wologai Tengah ini tercatat ada 33 kepala keluarga. "Sedangkan jumlah warganya mencapai 230-an jiwa."Ukiran di sisi tangga masuk rumah menjadi keunikan sekaligus keindahan tersendiri karena mengandung berbagai makna filosofis selain menjadi saksi bisu sejarah dan perjalanan waktu juga. (Foto: Gapey Sandy)

Ukiran di sisi luar rumah. (Foto: Gapey Sandy)Dalam satu tahun, lanjutnya lagi, ada dua kali upacara adat besar (Keti Pare) yaitu ketika pasca panen -- padi, jagung, kacang-kacangan -, sekaligus memberi makan-minum untuk para leluhur atau dinamakan Pati Ka. "Pelaksanaannya selama satu bulan yaitu pada tanggal 25 Agustus sampai 25 September. 

Sedangkan upacara lainnya dalam skala kecil (Keti Uta), dilaksanakan setiap bulan. Misalnya, pasca panen pucuk daun bunga buah yang pertama. Acaranya kami laksanakan selama satu minggu. Pelaksanaan upacara-upacara adat ini dilakukan di rumah-rumah adat yang memang dikhususkan untuk upacara adat," urainya.

Khusus pada setiap tanggal 14 Agustus, Suku Lio melakukan upacara adat Pati Ka Du'a Bapu Ata Mata di Danau Kelimutu. "Tidak semua warga hadir ke Kelimutu, paling tidak hanya tetua adat atau mosalaki saja," jelasnya. 

Apa saja larangan para tamu dan wisatawan selama berkunjung di kampung ini?

Aloysius menjelaskan, jangan masuk ke area tengah perkampungan. "Ada larangan yang berlaku di sini dan harus dipatuhi. Khususnya areal yang ada di bagian tengah perkampungan ini. Bagi para pengunjung atau wisatawan yang hadir, belum diizinkan masuk ke areal tengah perkampungan untuk sementara, sampai upacara adat dilangsungkan. Artinya, ketika upacara adat besar tadi dilaksanakan, maka kami membuka izin seluas-luasnya kepada pengunjung atau wisatawan yang hadir untuk bisa masuk ke area pertengahan kampung," urainya.Lahan bagian atas tempat upacara adat ini posisinya ada di tengah-tengah kampung. Wisatawan tidak diperkenankan masuk ke area atas ini, kecuali pada saat upacara adat besar dilangsungkan. (Foto: Gapey Sandy)Batu-batu besar yang dibentuk pipih lalu disusun bertingkat-tingkat dan berundak. Di atas itulah tempat warga Suku Lio di Kampung Tradisional Wologai Tengah melakukan upacara adat. (Foto: Gapey Sandy)

Selain itu, katanya pula, ada satu batu di atas area pertengahan kampung ini, yang disebut batu ajaib. "Pengunjung atau wisatawan tidak boleh menyentuhnya," ujar Aloysius.

Larangan sementara dan terbatas ini, menurut Aloysius, karena di sekitar area tengah perkampungan ada bangunan-bangunan makam leluhur. "Sedangkan dalam adat tradisi kami, diyakini betul bahwa setiap arwah-arwah dari orang yang meninggal dunia akan berkumpul di tiga danau yang ada di Kelimutu, meskipun jasadnya dimakamkan di kampung ini," jelas Aloysius.

Oh ya, Aloysius mengatakan, bagi pengunjung atau wisatawan yang ingin menginap di kampung tradisional ini dipersilakan. "Ada rumah hunian warga yang bisa digunakan untuk home stay atau menerima tamu menginap, apakah itu wisatawan domestik maupun mancanegara," ujarnya sambil menjelaskan pula bahwa soal pernikahan antar sesama warga suku Lio misalnya, tidak terdapat larangan. "Pernikahan boleh saja dilakukan, karena bukankah darah itu sama-sama merah. Begitu juga kalau warga kami yang merantau ke berbagai daerah kemudian menikah dengan warga suku lain, ya tidak mengapa."Patung kayu ukiran dan pahatan karya Aloysius Leta. Wisatawan boleh beli. (Foto: Gapey Sandy)Foto bareng dulu dengan Aloysius Keta sebelum meninggalkan Kampung Tradisional Wologai Tengah, Ende, Flores, NTT. (Foto: Gapey Sandy)Rasanya tidak cukuplah berkunjung ke Kampung Tradisional Wologai Tengah ini cuma sekitar satu jam. Tapi apa boleh buat, waktu sudah meleset dari tengah hari.

Sedangkan jadwal take off pesawat terbang saya dari Bandar Udara Haji Hasan Aroeboesman Ende adalah jam 14.40. Yaahhh ... mungkin lain waktu bisa ke sini lagi, ke Kampung Tradisional Wologai Tengah yang menyimpan kisah cerita misteri tentang konon pernah adanya kendang yang dibuat dari kulit perut manusia. Uuupppsss ...

o o O o o

Baca juga tulisan sebelumnya:




Baca juga:
Kenapa Kita Gandrung Dengan Kata "Viral"?
"100 Meters to Change Your Life"
Cara Mendapatkan Visa India secara Gratis
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live