Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

Perubahan Mekanisme Imigrasi Calon Haji Kian Lancarkan Ibadah ke Tanah Suci

$
0
0

Dirjen Imigrasi saat rapat koordinasi pelaksanaan kegiatan embarkasi/debarkasi haji (Foto: dok. Ditjen Imigrasi)

Perbaikan pelayanan bagi jemaah haji dari tahun ke tahun tidak kenal henti. Mulai pembenahan sistem transportasi, katering, pemondokan, dan layanan kesehatan sudah sering didengar meski berbagai kekurangannya selalu saja mencuat kala penyelenggaraan ibadah haji itu berlangsung.

Pada tahun ini, patutlah para pemangku kepentingan dari kalangan Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag bersyukur. Pasalnya, ya, ada kabar gembira dari Dirjen Imigrasi yang menyangkut perubahan layanan di sejumlah embarkasi haji.

Perubahan layanan itu tentu akan membawa pengaruh besar bagi layanan di embarkasi. Tegasnya, mulai 2018 ini ada perubahan alur pemeriksaan keimigrasian. Pemeriksaan dokumen perjalanan calon jemaah haji (caljah) asal Indonesia tidak lagi di Imigrasi Bandara Arab Saudi.

Tahun-tahun sebelumnya, anggota jemaah haji Indonesia menjalani pengambilan data biometrik berupa sidik jari dan foto di Imigrasi Bandara Arab Saudi, tetapi mulai tahun ini seluruh proses tersebut dilakukan di Tanah Air.

Hal ini dimaksudkan untuk kelancaran proses pemeriksaan dokumen anggota jemaah haji. Kita patut bersyukur. Sebab, bila diingat pengalaman sebelumnya, jemaah haji (khususnya yang berusia lanjut) mengalami kelelahan di Imigrasi Bandara Arab Saudi. Belum lagi hambatan faktor komunikasi dan banyaknya jemaah haji Indonesia belum paham prosedur pengurusan dokumen kala berada di Bandara Arab Saudi.

Dirjen Imigrasi Ronny F Sompie, saat Rapat Koordinasi Pelaksanaan Embarkasi atau Debarkasi Haji, Asian Games, Asian Para Games, dan Annual Meeting IMF World Bank 2018 pada Kamis (5/7) di Jakarta, menyebut untuk sementara proses ini akan dilakukan di 13 embarkasi haji dan 5 embarkasi haji antara.

Begini, pemeriksaan Imigrasi di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Foto | hajiumrahnews.

Guna menyukseskan rencana tersebut, nantinya akan ada petugas Imigrasi Arab Saudi dan pihak ketiga yang melakukan proses pengambilan data biometrik para calhaj.

Dengan adanya perubahan itu, ke depan, antre 4 hingga 5 jam di Imigrasi Bandara Arab Saudi diharapkan tidak terjadi lagi. Hal ini tentu saja memudahkan anggota jemaah haji dari Tanah Air untuk diberikan cap kedatangan oleh Imigrasi Arab Saudi.

Ronny F Sompie mengaku bahwa perubahan alur pemeriksaan keimigrasian itu akan diberlakukan di Bandara Soekarno - Hatta sebagai pilot project. Tentu saja hal itu diharapkan dapat membuahkan hasil menggembirakan sehingga ke depan dapat diberlakukan di embarkasi lainnya.

Dengan diberlakukannya perubahan proses keimigrasian Arab Saudi di Tanah Air, maka calhaj tidak perlu menjalani proses pemeriksaan keimigrasian lagi setelah mendarat di Bandara Arab Saudi. Enak, kan?

Rencananya, dalam waktu dekat ini, pemeriksaan keimigrasian dilakukan di Embarkasi Aceh, Medan, Padang Palembang, Batam, Jakarta, Bekasi, Solo, Surabaya, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, Lombok, Gorontalo, Lampung, Palangkaraya, Jambi, dan Bengkulu.

Ditjen Imigrasi, untuk mendukung rencana tersebut, tengah melakukan persiapan. Terutama menyangkut sumber daya manusia, perangkat pemeriksa keimigrasian berupa Border Control Management (BCM), dan cap keimigrasian.

Catatan, sumber bacaan satu dan dua




Baca juga:
Meriahkan Pesta Bola Terbesar Dunia di Kompasiana dan Menangkan Uang Tunai Total Rp 20 Juta!
Mengamankan Website dengan 5 Langkah Sederhana
Perempuan yang Lembut dan Ceria Itu Bekerja sebagai Tukang Ojek

"Ant-Man and the Wasp" dan Pembekuan Ide Mesianisme

$
0
0

Ant-Man adn the Wasp | Marvel.com

Yes! I'm gonna call you ANT-onio Banderas!

-Ant-Man

Dari berjilid cerita tentang pahlawan-pahlawan super produksi Marvel, dimulai dari Kapten Amerika, Iron Man, Spider-Man, satuan elit Avengers, Black Panther hingga perang kolosal berjudul "Infinity War", ada satu benang merah yang bikin kita seharusnya merasakan lelah.

Karena itu, saya ingin menunjukan adanya pergeseran dari kelelahan di atas. Anda boleh menyebutnya sebagai “romantisasi domestik”. Olehnya, saya akan mengambil perbandingan secara kasar cerita dua pahlawan super yang kebetulan bersamaan memasuki sekuel kedua.

Keduanya: Deadpool dan Ant-Man.

Dalam kebutuhan ini, kita bisa mulai dengan membandingkan dua fundamen. Dua fundamen —bisa disebut sebagai “alasan dari keberadaan”. Pertama adalah bagaimana seorang pahlawan dilahirkan sedang kedua, bagaimana ia menerjemahkan tanggung jawabnya terhadap dunia sekitarnya.

Raison d’etre
Wade Wilson memiliki masa lalu sebagai satuan elit dalam pasukan pembunuh. Memiliki pengalaman dalam beberapa perang. Walau tidak terlalu jelas keluarga seperti apa yang melahirkannya (beda dengan Iron Man, misalnya) sangat terlihat jika dirinya tidak terlalu ambil pusing dengan tata krama dan tetek bengek moral lainnya.

Hal mana dipelihara oleh lingkungan pergaulan identik dengan kekerasan dan perburuan kesenangan; berisikan orang-orang sumbu pendek, mesum dan lagi konyol. Walau begitu, walau hidup dalam dunia malam yang “anarkis”, Wade Silson sejatinya menyimpan suasana hati yang hampa.

Sedangkan Scott Lang adalah seorang ayah dengan anak perempuan yang sangat dicintai. Anak perempuan dari pernikahan yang broken home. Dalam dirinya hidup juga kriminal yang gagal dan master teknik yang nirfaedah.

Sesudah tiga tahun dalam penjara, ia kesulitan kembali ke masyarakat yang normal. Sementara saat yang sama, ia ingin menjadi ayah yang bisa membahagiakan putri kecilnya. Pada titik sedemikian, ihwal hampa pada psikis Scott adalah ketidakmampuannya merealisasikan cinta dalam tanggung jawab yang penuh.

Singkat cerita, dalam diri Wade dan Scott, hidup kehampaan yang awet.

Kehampaan yang menerpa keduanya berakar pada prinsip yang sama. Yakni mengenai laki-laki yang selalu ingin menjadi sosok berguna, sebagai tumpuan harapan. Lelaki membanggakan, yang hidupnya bermakna.

Tak ada dasar motivasional yang pada kehendak seperti ini selain Eros.

Hidup Wade berubah sejak bertemu kekasihnya yang semlohai serta teroris yang sedang mengembangkan senjata pembunuh handal. Sementara itu, hidup Scott bergerak maju sejak bertemu Dr. Hank Pym dan anak gadisnya, Hope van Dyne.

Cerita bagaimana mereka bertemu adalah usaha melawan keputusasaan.

Wade yang patah harap setelah tahu kanker yang menggerogoti membuat hidupnya tak akan lama. Sebab ingin sembuh agar bisa hidup dengan kekasihnya, ia percaya pada janji kelompok teroris. Sementara Scott Lang, yang ahli bobol brankas dan menerobos rumah, karena melakukan pencurian di rumah Dr. Pym.

Wade Wilson akhirnya menerima prosedur penyembuhan yang membuatnya terlahir baru. Kekasih Vanessa ini tiba-tiba mewarisi “ilmu Rawarontek” dengan paras tidak lebih bagus dari ubur-ubur. Ia kini berbahaya sebagai killing machine dengan hati pecinta yang rapuh.

Scott Lang tidak mengalami pergumulan sejenis. Pencurian yang dilakukannya adalah skenario yang sudah diatur Dr. Hank Pym. Pym memang mencari orang yang berada di titik nadir hidupnya. Perlahan-lahan, ia mengubah pecundang ini menjadi lelaki berguna dengan teknologi temuannya. Ia ikut menyelamatkan teknologi dari salah guna maniak.

Wilson Wade kemudian menjadi Deadpool, Scott Lang menjadi Ant-Man.

Selebihnya, pada seri pertama, kita melihat Deadpool dan Ant-Man yang membuktikan diri dengan segala macam aksi-aksi heroik, kekonyolan, hingga aksi-aksi “amoral” yang menjauhkan mereka dari citra pahlawan super berakhlak mulia. Mereka sekadar lelaki yang ingin bermakna pada apa yang mereka cintai dengan sangat.

Keluarga adalah koentji!
Pada seri kedua, kita melihat spirit yang sama. Masih tentang laki-laki yang melawan kehampaan dan berusaha berjuang bagi cinta sejatinya. Akan tetapi, pada narasi Deadpool, spirit ini malah dirusak.

Sebab apa?

Deadpool yang brutal, jorok, mesum dan bolak-balik konyol itu tidak pernah dibebani oleh misi penyelamatan dunia. Citranya sangat jauh dari Capt. America, Iron Man, Thor, Hulk, Vision, atau Black Widow, bahkan remaja galau berbungkus Spider-Man. Singkat kata, Deadpool bukanlah tipikal yang dipelihara oleh satuan elit penjaga bumi, pelindunga manusia,apala, apala ... bernama Avengers.

Pada seri kedua, Deadpool dibebani misi penyelamatan masa depan dengan terlebih dahulu menanggung “hukum karma kekerasan”: Vanessa mati oleh peluru dari gangster yang pernah dihajarnya. Selengkapnya bisa didalami di Deadpool 2”, Emansipasi Cinta Berujung Hambar.

Dalam kondisi krisis narasi besar (baca: ketika pahlawan super adalah mereka yang menyelamtkan manusia dan melindungi bumi dari kehncuran lewat rangkaian peperangan yang merusak), Ant-Man hadir dengan ide yang simpel di balik tampilan visual yang canggih dan dialog-dialog yang menyisipkan banyak lelucon.

Ide itu adalah perjuangan untuk mengembalikan istri Dr. Pym yang terkurung dalam semesta kuantum (Quantum Realm). Janet van Dyne telah berpuluh tahun mengalami masa tua sendiri di sana. Janet terkurung dalam remesta kuantum itu sesudah aksi menyabotase nuklir Rusia bersama suaminya semasa Cold War.

Ibunda dari Hope ini harus dibebaskan dengan terowongan yang bisa mengirimkan manusia ke dasar semesta kuantum, ke koordinat di mana target berada. Masalahnya, selalu saja, ada penjahat yang ingin merebut tunnel tersebut (dalam laboratorium portable) dan ada kehendak lain yang berusaha memanfaatkanya demi menyelamtkan jiwa manusia lain. Sebagaimana terwakili dalam sosok Bill Foster, mantan kolega Dr. Pym dan Sonny Burch.

Apa yang diperjuangkan Ant-Man dan Wasp bersama Dr.Pym akhirnya berhasil. Janet yang telah sepuh berhasil dikembalikan ke alam manusia. Happy Ending! Kita melihat Ant-Man yang juga adalah “Family Man”.

Dalam dirinya, hidup spirit yang selalu mengutamakan keluarga sebagai fokus dari segala perjuangan untuk bahagia. Terlebih, sebagai seorang ayah yang harus menjadi terbaik dalam keadaan apa pun.

Dengan kata lain, ikatan-ikatan darah adalah eksistensi yang riil. Bukanlah kehadiran negara, bangsa, patriotisme, atau nasionalisme yang cenderung mengorbankan hubungan-hubungan cinta individual dan domestik. Lingkungan cinta kasih yang pertama kali membuat manusia mengada adalah keluarga, cinta dari orang-orang terdekat. 

Negara akan selalu menciptakan kedisiplinan tertentu, menuntut pengorbanan tertentu atau membuatnya berantakan dengan beban-beban historis lewat judul-judl besar, namun keluarga tetaplah ekstensi yang selalu harus memiliki derajat otonominya sendiri.

Dus, saya kira, di balik bungkus tampilan bergenre Action Sci-Fi, Ant-Man and the Wasp adalah drama keluarga . Film besutan Peyton Redd ini lumayan menghibur di tengah kelelahan kita dengan naras-narasi besar para mesiah. Karena itu juga, narasi Ant-Man kali ini sejatinya adalah "kritik atas imajinasi pahlawan super". 

Kritik yang mengusulkan semacam pembekuan terhadap dominasi ide mesianisme.

***




Baca juga:
Dongeng Bapak dan Pertengkaran di Media Sosial
Meriahkan Pesta Bola Terbesar Dunia di Kompasiana dan Menangkan Uang Tunai Total Rp 20 Juta!
Mengamankan Website dengan 5 Langkah Sederhana

Partisipasi Indonesia di MACFEST 2018, Festival Melanesia di Honiara Solomon Islands

$
0
0


Delegasi Indonesia (dokumentasi pribadi)Festival Seni dan Budaya Melanesia ke-6 atau yang disingkat MACFEST 2018 kali ini dilaksanakan di Honiara, Ibu Kota negara Solomon Islands. Festival ini ialah acara yang mempertemukan dan menampilkan segala bentuk budaya dan seni negara negara yang tergabung dalam MSG yaitu Papua Nugini, Solomon Islands, Fiji, dan Vanuatu.

Indonesia turut diundang mengisi festival ini karena ada beberapa provinsi negara kita dianggap mempunyai kesamaan budaya dan seni dengan mereka, dan secara historis memiliki hubungan kekerabatan. Wilayah yang dianggap memiliki kekerabatan tersebut antara lain Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Sementara itu hadir pula Timor Leste dan Australia dengan kesenian Aboringinnya sebagai negara undangan yang juga ikut berpartisipasi.

Taiwan kali ini turut serta karena Taiwan adalah sponsor terbesar dalam penyelenggaraan festival kali ini. (dokumentasi pribadi)Stan Indonesia diisi dengan pemutaran film memperkenalkan tentang kebudayaan Melanesia di Indonesia, tempat-tempat wisata, dan seperti apa penampakan provinsi-provinsi yang mempunyai budaya Melanesia di Indonesia.

(dokumentasi pribadi)

stand Indonesia (dokumentasi pribadi)

Para penonton sangat antusias menyaksikan dan membaca majalah mengenai budaya dan provinsi-provinsi di Indonesia yang sekerabat dengan budaya mereka. Setelah film usai diputar, disediakan sesi kuis tanya jawa mengenai Indonesia. Semua pertanyaan terjawab semua dan peserta yang berhasil menjawab itu pun tersenyum mendapatkan hadiah dari panitia.

bersama warga Solomon Islands (dokumentasi pribadi)

suasana Macfest (dokumentasi pribadi)

Para penari dari Provinsi Papua Indonesia dengan membawa bendera Merah Putih juga tampil di Arena Utama. Pementasan tari tersebut disaksikan oleh sekitar 1000-an penonton. Di tengah tarian, MC dari panitia ikut menjelaskan tentang Papua yang merupakan salah satu dari beberapa provinsi di Indonesia yang memiliki budaya Melanesia. Penjelasan tersebut disambut tepuk tangan hangat dari masyarakat Solomon Islands yang memang terkenal mempunyai budaya sangat ramah dengan siapa saja.para penari dari Papua Indonesia (dokumentasi pribadi)Semoga dengan keterlibatan peserta Indonesia, hubungan negara kita dengan Solomon Islands bisa meningkat lebih baik di masa datang.

Terima kasih pemerintah Solomon Islands, Terimakasih ketua MSG, panitia MACFEST, dan deluruh pihak yang telah mendukung delegasi Indonesia di MACFEST 2018 di Honiara kali ini.Warga Solomon Isands di stand Indonesia (dokumentasi pribadi)

Indonesia dengan Merah putihnya (dokumentasi pribadi)Dan akhirnya dari kami warga Indonesia, selamat merayakan Hari kemerdekaan Negara Solomon Islands yang ke-40 pada tanggal 6 Juli 2018.

May God bless your country, amen.




Baca juga:
Jokowi Terancam, Harga Minyak Akan Tembus 100 Dollar
Dongeng Bapak dan Pertengkaran di Media Sosial
Meriahkan Pesta Bola Terbesar Dunia di Kompasiana dan Menangkan Uang Tunai Total Rp 20 Juta!

Masa Depan Bisnis Kelapa Sawit Indonesia, Sebuah Equilibrium Baru?

$
0
0

dokumentasi pribadiPemandangan yang sudah menjadi lumrah saat terbang menuju Ketapang melalui Pontianak, ketika sebelum pesawat mendarat, terpapar luas hamparan hijau tumbuhan yang tertata rapi. Jarak tanamnya kira-kira 3 meter antartumbuhan. Setelah mendarat, semua jelas bahwa hamparan itu adalah kebun kelapa sawit. Kelapa sawit bisa kita temukan di hampir seluruh daerah di Indonesia terutama di daerah Sumatera, Kalimantan, dan sebagian Papua.dokumentasi pribadi

Kelapa sawit sebagai komoditas pertanian, sering mendapatkan label buruk dikarenakan tumbuhan ini mengancam keberadaan hutan khususnya di Indonesia. Tidak sedikit NGO yang bersuara keras terhadap laju perkembangan kelapa sawit Indonesia. Tidak lestarinya pengelolaan seperti pembukaan lahan dengan cara membakar dan penanaman di atas lahan gambut menjadi isu yang sangat krusial.

Selain itu, transparansi juga menjadi salah satu masalah yang berusaha untuk dipreteli oleh para aktivits-aktivis lingkungan. Mulai dari perolehan izin, status kawasan, hingga hubungan perusahaan kelapa sawit dengan masyarakat. Untuk yang terakhir, beberapa kebijakan kemitraan dengan masyarakat bukan sesuatu yang asing lagi dilakukan oleh perusahaan sebagai bagian dari kebijakan yang diterapkan perihal pemberdayaan masyarakat seperti program petani plasma dan masih banyak lagi. Namun, masih banyak hal yang harus dibenahi dari pembangunan kelapa sawit Indonesia.

Dalang bencana alam?
Masih segar dalam pikiran saya ketika dosen kebakaran hutan di tempat saya kuliah dulu menceritakan tentang kebakaran hutan hebat tahun 1997 dan berlangsung hingga tahun 1998 dengan tujuan untuk membuka lahan. Asapnya sampai ke negara tetangga. Lalu terjadi lagi di tahun-tahun selanjutnya hingga saat saya menyelesaikan kuliah pada tahun 2015, terjadi kebakaran hebat di Indonesia yang menjadi fokus pemerintahan saat itu. 

Pemberitaan diramaikan dengan pembahasan kebakaran hutan. Kebakaran hutan sedang merayakan ulang tahunnya (hal ini karena setiap tahun terjadi kebakaran hutan). Yang menarik dalam kebakaran hutan saat itu, pemerintah menetapkan ada 23 perusahaan ditetapkan sebagai pembakar hutan (baca: "Perusahaan Pembakar Hutan yang Dijatuhi Sanksi oleh Pemerintah")

Sanksi yang dijatuhkan mulai dari pencabutan hak usaha, pencabutan izin lingkungan, hingga pembekuan izin. Pembukaan lahan dengan cara membakar dinilai sangat murah dan efektif untuk selanjutnya ditanami tumbuhan dan salah satu yang menjadi primadona saat itu hingga saat ini adalah kelapa sawit. Hal ini pun terulang lagi satu tahun setelahnya. 

Namun, yang menggelitik adalah kepolisian RI menerbitkan SP3 atas kasus kebakaran hutan yang melibakan 15 perusahaan. Padahal pola yang dilakukan sama, baik perseorangan maupun korporasi.

Dikarenakan beberapa hal yang sudah disebutkan di atas, kelapa sawit sebagai komoditas "suci" yang menguntungkan, mendapat perhatian dunia. Kelapa sawit dianggap sebagai komoditas paling berdampak buruk bagi lingkungan dan biodiversitas Indonesia. 

Rasanya terlalu berlebih jika masyarakat Indonesia tidak dihadapkan kepada kenyataan bahwa kelapa sawit bukan satu-satunya penyebab degradasi lingkungan di Indonesia. Masih ada sektor lain seperti pertambangan contohnya. Lalu apa kabar pertambangan Indonesia?

Pengelolaan bertanggung jawab
Para aktor dalam pengembangan kelapa sawit sadar bahwa perspektif global terhadap kelapa sawit menentukan masa depan komoditas ini. RSPO atau Roundtable for Sustainable Palm Oil sebagai lembaga sertifikasi kelapa sawit secara berkala merevisi prinsip dan kriteria dalam pelaksanaan kegiatan usaha kelapa sawit berkelanjutan. Semua masalah lingkungan dan sosial tercakup dalam prinsip dan kriteria tersebut. 

Walaupun pada kenyataannya, tetap saja kita sulit untuk menemukan produk kelapa sawit yang sudah bersertifikat. Terlepas dari hal itu, dengan hadirnya lembaga sertifikasi ini untuk mengintervensi kebijakan kegiatan perkebunan kelapa sawit menjadi satu langkah teknis untuk menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, pada prinsip dan kriteria yang diterbitkan RSPO, masyarakat terdampak juga menjadi tanggung jawab perusahaan. 

dokumentasi pribadi

Prinsip konservasi yang dituangkan dalam Nilai Konservasi Tinggi bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan sosial, mulai dari biodiversitas, ekosistem, hingga kelangsungan penghidupan masyarakat. Tersisa regulasi mengenai penanaman di atas lahan gambut. Lahan gambut sebagai struktur tanah unik yang berfungsi sebagai penampung air saat musim penghujan dan menjadi cadangan air saat musim kemarau perlu dipelihara. 

Dengan keunikan strukturnya pula, lahan gambut sangat rentan terbakar, terlebih lagi, sawit merupakan tanaman yang rakus air. Banyak kasus tercatat dari desa yang gambutnya ditanami kelapa sawit, desa tersebut mengalami krisis air. Penanaman di atas lahan gambut is a no go!

Langkah dan inisiatif dari semua pemangku kepentingan dan willingness dari perusahaan untuk berkolaborasi dan berkompromi membawa angin baru untuk terwujudnya equilibrium baru kebermanfaatan lingkungan. Perlu kita sadari bahwa kualitas jasa yang diberikan lingkungan terhadap makhluk hidup tidak setinggi jaman dulu. 

Kita tidak bisa naif untuk tidak mendukung keberlangsungan usaha tanaman yang berasal dari Amerika Selatan ini. Harus kita sadari bahwa dengan adanya usaha ini, pergerakan ekonomi daerah memperlihatkan perkembangannya. Namun, kita juga harus menjaga dan meningkatkan kesadaran dari pengelolaan sawit yang berkelanjutan dengan menjadi konsumen yang bertanggung jawab pula.

Perihal rencana tata ruang 
Undang-undang 26 tahun 2007 pasal 17 ayat 5 secara jelas menyatakan dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan suatu kawasan hutan paling sedikit 30 persen dari luas daerah aliran sungai yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan tata air dan mencegah terjadinya bencana alam seperti banjir, erosi, sedimentasi, dan krisis air. 

Dalam hal ini, pemerintah provinsi dan kabupaten bertanggung jawab langsung untuk menentukan rencana tata ruang wilayah yang akan menjadi dasar pembangunan daerah masing-masing. Namun, dalam perjalanannya, banyak konflik yang terjadi yang tak lain adalah konflik antara kawasan dan konversi kawasan hutan. Politik agraria yang terjadi adalah usaha tarik menarik kepentingan dalam hal penguasaan lahan. Pertarungan antara bisnis dan kelestarian alam.dokumentasi pribadi

Hal ini menimbulkan dilema dan konflik kepentingan. Mengutip data BPS tahun 2016, kelapa sawit menyumbang sebesar 429 triliun rupiah terhadap PDB nasional dengan kenaikan produktivitas rata-rata dua ton per hektar. Hal ini sangat menggiurkan dan menjadi penggerak ekonomi utama nasional maupun daerah. 

Akibatnya, arah tarik menarik perihal rencana tata ruang lebih memihak kepada pelaku bisnis. Penelitian yang dilakukan oleh UGM pada tahun 2017 tentang rencana tata ruang wilayah provinsi Kalimantan Tengah menyebutkan luas kelapa sawit pada tahun 2010 mencapai 95% dari luas Kalimantan Tengah dan hanya tersisa 700.000 hektar atau sama dengan 5% dari total lahan secara keseluruhan. 

Yang lebih mengejutkan lagi, Kabupaten Kapuas sebagai bagian dari wilayah provinsi Kalimantan Tengah mengeluarkan izin perkebunan, kehutanan, dan pertambangan seluas 1.861.080 hektar, sedangkan luas Kabupaten Kapuas itu sendiri hanyalah 1.499.990 hektar, defisit 361.180 hektar.

Hal ini jelas disebabkan oleh carut-marutnya regulasi dan perencanaan terkait tata ruang wilayah. Miskoordinasi terlihat jelas ditambah dengan rendahnya pengetahuan tentang pembangunan berbasis lingkungan. Kemudian diperparah dengan politik praktis yang terjadi di pelataran birokrasi yang mengharuskan seseorang memutar otak untuk terlihat indah setiap 5 tahun sekali. Ditambah pernyataan dari salah satu guru tentang wacana kelapa sawit sebagai tanaman kehutanan. Anjing menggonggong, musafir berlalu.

Lalu, bagaimana sebaiknya?
Terlepas dari kontribusi yang dihasilkan kelapa sawit terhadap perekonomian Indonesia dari mulai kontribusinya terhadap PDB hingga pembukaan lapangan kerja, masa depan sektor kelapa sawit masih terlihat sangat cerah walaupun banyak tekanan khususnya dari dunia internasional dan sektor perkebunan khususnya kelapa sawit akan terus terhempas oleh angin kritik tentang pengelolaan sektor tersebut. 

Hal ini akan dipermudah oleh birokrasi yang ugal-ugalan. Pemerintah sebagai garda terdepan pelindung lingkungan Indonesia diharapkan menyolidkan komitmennya terhadap pembangunan berbasis lingkungan. Hal ini dituangkan dalam perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi hingga daerah dan juga paket hukumnya. 

Melalui rencana strategis tersebut, dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan tersebut dapat ditoleransi. Tujuan dari pemantapan rencana tata ruang wilayah adalah menghasilkan equilibrium baru terhadap pemanfaatan sumber daya. Walaupun tidak bisa mengembalikan jasa lingkungan yang sudah terhabisi, setidaknya hal ini bisa dipertahankan tingkatan yang masih bisa ditoleransi. Peran pemerintah sangat vital.

Selain pemerintah, masyarakat juga diharapkan untuk meningkatkan kesadaran akan praktik yang bertanggung jawab dimulai dari mengetahui asal-usul produk yang dikonsumsi apakah dari praktik yang bertanggung jawab atau tidak. Walaupun belum ada portal yang menyediakan secara jelas barang apa yang sudah tersertifikasi atau belum, namun perusahaan yang sudah tersertifikasi bisa dilihat di laman RSPO di www.rspo.org

Selain itu, masyarakat dari lapisan aktivis NGO dan konsultan diharapkan mengawal perusahaan yang beroperasi di Indonesia agar menjaga stok karbon/hutan tersisa, nilai konservasi tinggi, dan juga masyarakat terdampak. Perusahaan juga diharapkan untuk berkolaborasi dan berkeinginan menghasilkan keseimbangan bagi terciptanya pembangunan berbasis lingkungan. 

Sebagai warga negara, kita masih ingin merasakan jasa lingkungan yang dihasilkan alam Indonesia dan juga pasti mengharapkan anak cucu kita untuk mendapatkan jasa yang sama. Hal ini tidak akan terwujud tanpa adanya kerja sama antara pemerintah pengusaha dan masyarakat luas.




Baca juga:
Menghindari Arus Politisasi Agama, TGB Dukung Jokowi Dua Periode
Jokowi Terancam, Harga Minyak Akan Tembus 100 Dollar
Dongeng Bapak dan Pertengkaran di Media Sosial

Pagination, Untuk Pengalaman Membaca yang Lebih Optimal

$
0
0

Pagination, Untuk Pengalaman Membaca yang Lebih Optimal

Melalui analytics tools terhadap situs web yang kami gunakan, ditemukan hasil analisis tentang karakter pembaca di Kompasiana dan media online secara umum.

Temuan tersebut mengungkap tentang sedikitnya pembaca online yang melakukan scrolling sampai akhir konten pada satu laman baca. Dengan kata lain, banyak pembaca yang tidak menuntaskan aktivitas membacanya hingga selesai.

Banyak indikator yang menyebabkan hal tersebut. Salah satunya adalah artikel atau konten yang disajikan tidak sesuai ekspektasi pembaca atau kemasan konten tidak semenarik judulnya.

Indikator lainnya ada pada karakter pembaca online yang cepat lelah jika membaca kemasan konten yang terlalu panjang sehingga tidak fokus. Apalagi disajikan dengan tidak rapi dan proporsional.

Kedua indikator itu telah menjadi perhatian tim produk dan teknologi kami. Apa yang kami temukan di atas menjadi salah satu alasan kenapa kami membuat pengumuman ini.

Ya, kami ingin mengenalkan pagination atau fitur indeks halaman baca di Kompasiana.

Fitur yang sebenarnya lumrah terdapat produk media online ini kami terapkan dengan mempertimbangkan banyak hal, salah satunya adalah fitur tersebut baru muncul ketika satu konten atau artikel memuat lebih dari 20 paragraf (tidak termasuk video/gambar).

Ketentuan tersebut kami tetapkan demi kenyamanan pembaca. Kami menyadari banyak pembaca online yang mengeluh saat membaca konten di portal berita yang menerapkan pagination dengan ketentuan panjang konten yang sangat minim (pendek).

Selain itu, kami memberikan pilihan bagi Anda untuk tetap dapat membaca konten dalam satu laman dengan tombol "Lihat Semua".

Dirilisnya fitur ini juga dapat dijadikan peluang bagi Kompasianer yang mengikuti loyalty program Kompasiana, seperti Kompasiana Content Affiliation dan K-Rewards yang menggunakan parameter penilaian dari perolehan pageviews dan unique visitor.

Di samping itu, pagination juga menantang Anda untuk membuat konten yang menarik dan bermanfaat agar pembaca tetap membaca konten yang Anda buat hingga tuntas, apalagi sampai memberikan rating dan komentar.

Dan, jangan lupa! Kami juga menyediakan fitur "favorit" yang bisa dimanfaatkan ketika Anda tidak punya banyak waktu untuk membaca secara komprehensif.




Baca juga:
Sisi Bali yang Mati Mendadak karena Kehadiran Jalan Pintas
Menghindari Arus Politisasi Agama, TGB Dukung Jokowi Dua Periode
Jokowi Terancam, Harga Minyak Akan Tembus 100 Dollar

Dilema Ibu Rumah Tangga, Antara Bekerja atau "Resign"

$
0
0

(plimbi.com)

Setiap orang ingin meraih kesuksesan. Sukses dalam pekerjaan, sukses dalam studi atau dalam berkeluarga. Semua pilihan, tergantung diri kita sendiri.

Saat ini, ada beberapa pasangan yang menunda punya anak setelah menikah. Hal itupun pilihan karena pertimbangan untuk meraih kesuksesan dalam hal keuangan atau pekerjaan lebih dulu. Namun, kebanyakan pasangan memilih untuk segera merencanakan kehadiran anak dalam keluarga barunya. 

Setiap kehadiran anak akan disambut dengan sukacita oleh keluarga, apalagi bagi mereka yang sudah lama menantinya. Tapi setelah itu akan muncul masalah bagi pasangan yang bekerja. Siapa yang akan menjaga si kecil?

Mencari pengasuh bukan hal yang mudah. Kadang sudah cocok orangnya tapi bayarannya terlalu mahal, atau sebaliknya. Beberapa pengalaman teman sudah punya pengasuh yang tepat tapi tiba-tiba minta pulang izin karena sesuatu hal tapi tidak kembali lagi. Akhirnya harus mencari pengasuh baru.

Dalam setahun saja bisa punya pengasuh dua atau tiga orang. Ini sangat menguras pikiran dan tenaga, karena harus mengajari mereka dari awal dan belajar karakter mereka. Tidak hanya orang tua, anak pun harus beradaptasi dengan pengasuh-pengasuh barunya. Hal itu kurang baik juga bagi perkembangan anak.

Memutuskan resign untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya adalah hal yang sangat berat dan rumit. Selain pendapatan akan berkurang, ibu juga sering tidak siap dengan hal-hal baru. Bahkan bisa mengalami depresi karena keputusan itu. Butuh kesiapan hati dan pemikiran yang matang.

Bagi seorang wanita pekerja yang tiba-tiba menjadi seorang ibu rumah tangga, apalagi tidak mempunyai asisten rumah tangga sangatlah berat dan melelahkan. Banyak hal yang harus dikerjakan, mulai dari mengurus anak, memasak, menyuci, menyetrika, mengepel dan lain sebagainya. Pekerjaan yang sama setiap hari.

Menjadi IRT berarti sulit memiliki "me time" dengan teman-teman yang bisa diajak ngobrol sambil minum kopi, nonton kalau ada film baru, atau sekadar pergi ke salon untuk memanjakan diri. Jangankan ke salon, untuk merawat diri sedikitpun kadang tidak lagi sempat. Dulu terlihat rapi dengan make up di wajah, sekarang sudah bau amis, pesing, dan kucel. Bukankah itu membosankan?

Saya juga punya pengalaman yang sama. Setelah punya anak, saya tetap bekerja. Saya bersyukur karena si kecil diasuh oleh saudara sendiri, adik suami. Namun demikian, banyak hal yang terlewatkan olehku di masa emas anakku. 

Waktuku hanya sedikit buat si kecil. Pulang kerja kadang sudah lelah dan ingin istirahat. Saat berangkat kerja si kecil masih tidur karena jadwal kerja yang masuk sangat pagi. Rasanya sangat sedih.

Awal tahun ini, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti bekerja di usia keduapuluh bulan anakku. Awalnya sangat berat buatku. Hari-hari yang sangat membosankan. Pendapatan pun berkurang. Saya harus bijaksana untuk mengatur keuangan. Dua bulan pertama, saya sangat sulit untuk menikmatinya. Namun melihat perkembangan si kecil dan semua kelucuannya rasanya semua terbayar.

Semakin hari saya semakin menikmati dan bersyukur buat keputusanku itu. Banyak hal yang bisa kuajarkan kepada si kecil dan teladan hidup yang membuat dia juga semakin pintar. 

Perkembangannya bisa kulihat setiap hari. Hampir tidak ada yang terlewatkan. Sekarang kusadari, semua ini tidak dapat dibeli oleh apapun. Bagiku uang bisa dicari tapi waktu tidak akan bisa terulang.

Ada banyak orang yang nyinyir. Mengapa berhenti bekerja? Kan, bisa bayar pengasuh? Masa capek-capek kuliah ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga? Tapi itu kuabaikan. Saya justru salut dengan wanita yang akhirnya berani memutuskan berhenti bekerja demi menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Apalagi mereka yang punya pekerjaan atau jabatan yang bagus dan bahkan sudah lulus S2. Itu adalah sebuah pengorbanan besar. Karena dia ingin memberikan yang terbaik bagi keluarganya, khususnya anak.

Bagaimana bila suaminya tidak bekerja, atau punya pendapatan yang tidak cukup? Bagaimana kalau sudah menjadi aparatur negara atau punya jabatan yang tinggi sehingga sayang untuk ditinggalkan? Bukankah kita harus tetap bekerja?

Saya sarankan, tetaplah bekerja sesuai panggilan hidupmu. Karena menjadi ibu rumah tangga yang berkualitas, bukan harus berhenti bekerja. Wanita bisa tetap maksimal menjadi ibu jika setiap pulang kerja bisa memanfaatkan waktunya dengan anak.

Saat tidak kerja atau waktu libur pakailah bersama anak bukan malah sibuk dengan handphone atau hobi. Pantau mereka sesempat dan sesering mungkin. Jangan lalai. Jangan sampai si kecil lebih dekat dengan pengasuhnya, atau malah jadi punya karakter yang kurang terarah karena kita tidak mengerjakan peran kita dengan baik. 

Di masa sekarang ini, banyak anak yang sudah berontak di masa kecil mereka. Banyak pengasuh berusaha hanya agar anak diam dengan cara apapun, bukan mendidik mereka. Karena itu dengan mengerjakan peran sebagai ibu dengan baik anak bisa tetap terarah. Dan ada lagi banyak cara untuk menjadi ibu yang terbaik. Memang tidak seberuntung dan semaksimal kami yang sudah resign, tapi kalian bisa memberikan yang terbaik.

Jujur saja, saya sering melihat banyak ibu yang tidak bekerja namun tidak mengerjakan peran sebagai ibu dengan maksimal. Banyak di antara mereka yang hanya kumpul bareng dan menggosip. Atau menjadi ibu yang menghabiskan waktunya untuk kesenangan diri sendiri sehingga anak-anaknya terabaikan.

Jadi ukuran ibu yang terbaik bukan karena bekerja atau tidak bekerja. Sebaliknya, bagaimana kamu sebagai ibu mensyukuri peranmu, menikmati peranmu dan mengerjakan peranmu dengan baik. 

Hargai setiap waktu bersama suami dan anakmu dan bahagiakan mereka dengan segala daya dan upayamu. Kurangilah menggerutu walau kamu lelah. Karena terlalu banyak hal yang layak kita syukuri dari apa yang Tuhan percayakan bagimu.

Salam dari Ibu Rumah Tangga




Baca juga:
Belajar Sejarah Pergerakan Nasional di Museum Dr Soetomo
[KJOG] Isi Akhir Pekan dengan #BelanjaKonten "Street Food" bareng Nela Margha JogjaTaste
Kita, Cinta, dan Kata Depan

Bandung Boseh, Wisata Ramah Lingkungan Sambil Keliling Ikon Kota

$
0
0

Shelter Sepeda Boseh|Dokumentasi pribadi

Boseng keliling Bandung gitu-gitu aja? Ayo Nge-'Boseh'!

Siapa sih yang tidak kenal Kota Bandung? Kota kembang yang terkenal akan peuyeum, batagor dan bolu oleh-oleh khas Bandung. Juga keindahan taman kota dan arsitektur bangunan yang adem dilihat merupakan ciri khas tersendiri. Jika para sobat traveler ingin mengabiskan waktu liburannya bersantai, Bandung pilihan yang tepat! 

Bandung paling dikenal sebagai kota ramah lingkungan. Mulai dari tempat sampah pemilah yang tersedia dimana-mana, komunitas yang peduli lingkungan, taman terbuka hijau dan juga fasilitas pendukung budaya ramah lingkungan, seperti sepeda keliling kota, Boseh!

Dinas Perhubungan Kota Bandung baru saja merilis penyewaan sepeda keliling kota, Bike On The Street Everybody Happy (Boseh). Shelter peminjaman sepeda Boseh ini tersebar luas di Bandung. 

Boseh menggunakan sistem kartu top-up dan punya sistem anti-maling tersendiri. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi kemacetan berwisata di Bandung, berolahraga dan juga menerapkan budaya ramah lingkungan!

Shelter atau tempat peminjaman Boseh tersebar di seluruh Bandung dan saat ini ada 30 shelter dengan 300 sepeda, antara lain:

  1. Jalan Ganesha
  2. Taman Lansia
  3. Taman Cibeunying
  4. Taman Pramuka
  5. Cihampelas
  6. Taman Musik Centrum
  7. Gedung Pos Jalan Riau
  8. Loop Station Museum Geologi
  9. Alun-Alun Utara
  10. Alun-Alun Selatan

Dan masih banyak lagi. Ketersediaan jumlah sepeda dan lokasi shelter dapat dilihat dari aplikasi smartphone Boseh yang gratis diunduh!

Aplikasi Boseh di Android| Screenshoot Dokumentasi pribadi

Untuk pembuatan kartu boseh dapat dilakukan dengan petugas boseh di 3 shelter , yaitu:

  1. Taman Cibeunying
  2. Loop Station Museum Geologi
  3. Alun-Alun Utara

Pembutan kartu boseh pun ga ribet! Anda hanya perlu menunjukkan KTP/Paspor/Kartu Pelajar untk pendaftaran, mengisi formulir dan membuat pin. Petugas boseh pun akan membantu kalian cara untuk meminjam boseh. 

Untuk meminjam sepeda, pertama, letakkan kartu pada box sepeda dan masukkan pin. Kemudian pilih nomor sepeda yang ingin dinaiki, lampu pada dock speda akan nyala dan tarik sepeda. Gampang kan? Namun jangan lupa untuk mengembalikan lagi sepedanya ke dock dan menempelkan kartunya setelah selesai untuk memotongan transaksi.

Biaya pembuatan kartu sebesar Rp 30.000 per kartu dan untuk peminjaman dikenakan biaya Rp 1.000 satu jam pertama dan Rp 2.000 untuk jam selanjutnya. Kartu yang digunakan menggunakan sistem top-up jadi dapat diisi ulang pada shelter atau Indomaret. 

Pembuatan Kartu Boseh di Shelter|Dokumentasi pribadi

Nah, kalau udah jadi kartunya, tinggal nge-'boseh' deh! Untuk kalian yang ingin keliling Bandung tapi bingung rutenya kemana, nih saya akan sharing pengalaman saya nge-boseh menjelajahi ikon kota Bandung! 

Rute Bandung Boseh oleh Merci F Y|Dokumentasi pribadi

Pertama, saya registrasi kartu di Taman Cibeunying. Kemudian bersepeda kearah barat laut sejauh 550 m dan sampai di Taman Lansia. Di sebelah kanan Taman Lansia bagian utara terdapat shelter boseh Loop Station. Di sana saya parkirkan sepeda kemudian jalan di Taman Lansia yang terkenal akan patung dinosaurusnya. 

Setelah itu lanjut ke Museum Geologi seberang Taman Lansia. Cukup membayar Rp 3.000 Anda dapat berjelajah melihat peradaban kuno manusia dan dinosaurus serta awal mula alam semesta. 

Bersepeda di Taman Cibeunying|Dokumentasi pribadi

Museum Geologi|Dokumentasi pribadi

Tidak jauh dari Museum Geologi, lurus ke Jalan Diponegoro dan disana ada Gedung Sate, ikon Kota Bandung. Didalam Gedung Sate ada 2 museum yaitu Museum Pos dan Museum Gedung Sate. 

Untuk memasuki Museum Pos tidak dipungut biaya, namun terdapat tiket masuk sebesar Rp 5.000 untuk museum Gedung Sate. Didepan Gedung sate pun terdapat lapangan olahraga yang baru saja direnovasi, Gasibu. 

Gedung Sate|Dokumentasi pribadi

Selanjutnya bersepeda lagi melintasi Jalan Diponegoro sehingga sampai di Jalan Ir. H Djuanda atau dikenal sebagai Kawasan Dago. Jalanan di Dago tidak begitu sulit karena kendaraan tidak padat ramai dan jalanan tidak belok-belok. 

Di Dago ada banyak sekali tempat kuliner, butik dan tempat oleh-oleh bandung dan juga tersedia 7 shelter boseh sepanjang jalan dago. Walaupun Dago terletak di tengah kota, suasana sejuk dan santainya itu kerasa banget. 

Kebetulan saya naik sepeda pada minggu pagi, jadi ada Car Free Day Dago di sana. Tempatnya cocok bagi yang mencari baju & kuliner murah sambil berolahraga. Di Dago sendiri ada 3 taman yaitu Taman Ganesha ITB, Taman Dago dan Taman Radio. 

Bersepeda di Dago|Dokumentasi pribadi

Lanjut menelurusi Jalan Dago, ada perempatan lamput merah dan saya lurus lagi menuju Jalan Merdeka. Di Jalan Merdeka terkenal akan mall Bandung Indah Plaza, Gramedia, Balai Kota Bandung dan Taman Vanda. 

Saya meletakkan sepeda di shelter Taman Vanda kemudian jalan menuju Taman Balai Kota Bandung. Wah, kalau di Taman Balai Kota sih banyak banget tempat wisata yang indah. Mulai dari patung monumen Dewi Sartika, playground, tempat nge-gym, Sungai Cikapayang, Gembok Cinta, Labirin dan Taman Sejarah.  

Taman Sejarah di Balai Kota BDG wisatabdg.com

Dari Taman Vanda, lurus kemudian belok kiri pada pertigaan menuju Jalan Lembong. Di sebelah kanan jalan ada museum yang terkenal banget sama sejarah militer kota parahyangan, Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Tiket masuknya pun gratis, namun biasanya pengunjung bayar sumbangan seikhlasnya. 

Museum Mandala Wangsit Siliwangi| Dian Mardiana

Sehabis dari Museum Mandala Wangsit SIliwangi, belok kanan ke Jalan Markoni kemudian belok kiri ke Jalan Naripan. Terdapat perempatan Jalan Bbraga dan lurus sehingga sampai ke Museum Konferensi Asia Afrika. 

Shelter sepeda pun tersedia didepan Savoy Homann. Museum Konferensi Asia Afrika ini merupakan tempat yang penting bagi sejarah politik bandung dan Indonesia. Dengan biaya masuk gratis, kita dapat menikmati foto-foto sejarah dan bukti-bukti konferensi ini. Kemudian di samping museum biasanya ada pameran bazaar makanan dan juga dapat foto dengan cosplayer!

Asia Afrika|Dokumentasi pribadi

Kalau ke Museum Asia Afrika, Alun-Alun Kota Bandung yang hanya berjarak 200 m dari Museum juga patut dikunjungi. Masjid Alun-Alun ini sekarang menjadi indah dengan lapangan luas rumput sintetis. Walaupun sekadar mengitari Alun-Alun Kota Bandung ini, terasa sekali nuansa sejarah bandung dengan bangunan yang tua dibalut dengan ciri khas Bandung. 

Alun-Alun Kota Bandung|Dokumentasi pribadi

Shelter pemberhentian terakhir yaitu Alun-Alun Utara Bandung, disana terdapat operator juga untuk top-up kartu juga. Saya menyimpan sepeda kemudian menempelkan kartu boseh sehingga terdapat tulisan transaksi selesai. 

Perjalanan mengitari ikon kota bandung ini membutuhan waktu 3-4 jam bersepeda, namun tidak terlalu capai karena sudah terbalas oleh keindahan kota ini. Saya sarankan bersepeda pada pagi atau sore hari. 

Yang patut diingat ketika bersepeda keliling Bandung itu jaga jasmani, taati rambu-rambu, jangan merusak dan mencuri sepeda, dan jagalah lingkungan. Bandung Juara!

Pengembalian Sepeda di Shelter Alun-Alun Utara|Dokumentasi pribadi

Boseh, wisata ramah lingkungan|Dokumentasi pribadi




Baca juga:
Seandainya Aku Jadi Menag, Ini Caraku Lawan Konten Negatif di Media Sosial!
Belajar Sejarah Pergerakan Nasional di Museum Dr Soetomo
[KJOG] Isi Akhir Pekan dengan #BelanjaKonten "Street Food" bareng Nela Margha JogjaTaste

Menulis dan Melukis, Keduanya Butuh Kreativitas

$
0
0

koleksi pribadi

Menulis dan melukis adalah aktivitas manusia yang memerlukan kerja tangan dan pikiran. Kerja tangan artinya diperlukan sebuah keterampilan, sedangkan kerja pikiran artinya diperlukan sebuah ide kreatif. Jika keduanya dipadukan, maka penulis dan pelukisnya bisa melejit menjadi seorang penulis atau pelukis yang ternama.

Selama ini banyak penulis dan pelukis yang kurang memahami makna kreativitas dalam karya mereka. Akibatnya, mereka terjebak dengan pekerjaan rutinitas yang terkadang membuat mereka bosan. Bisa ditebak, karya mereka pasaran dan banyak dilakukan oleh penulis dan pelukis lainnya. Akibatnya, mereka harus bersaing keras untuk bisa muncul kepermukaan sebagai orang yang namanya diperhitungkan.

Berbicara tentang kreativitas, maka kita harus menggali makna kata tersebut terlebih dahulu. Menurut https://kbbi.web.id, kata 'kreativitas'  mengandung makna: 1 kemampuan untuk mencipta; daya cipta; 2 perihal berkreasi; kekreatifan. Berdasarkan makna tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peran pikiran didalamnya yaitu 'mencipta' atau 'daya cipta'. 

Mengapa kita perlu kreatif?

Seorang penulis dan pelukis yang melakukan aktivitasnya secara kreatif cenderung lebih menonjol dibandingkan dengan teman-teman mereka yang seprofesi. Jika mereka bekerja tidak kreatif, maka hasil karya mereka menjadi biasa-biasa saja. Tidak ada hal yang istimewa, sehingga tidak heran kalau masyarakat kurang mengenalnya. Sebaiknya, jika mereka kreatif, maka karya mereka terlihat berbeda. Hal ini tentu sudah membuat perhatian masyarakat. Apalagi kalau ditunjang dengan keterampilan (skill) sesuai dengan bidangnya, maka karya mereka lebih mudah dikenal masyarakat.

Saya ambil contoh perbedaan kerja kreatif dan kerja tidak kreatif. Misalnya ada dua orang penulis yang menulis tentang profil seseorang pengusaha sukses. Penulis pertama menulis kisah tokoh lengkap, dengan cerita masa lalunya yang pernah kandas dalam membangun usahanya. Dijelaskan juga perjuangan sang tokoh dalam upaya untuk kembali bangkit dari keterpurukannya, pandangan hidupnya, kiat-kiat suksesnya. Selain itu juga dilengkapi dengan foto-foto pendukung dan testimoni dari teman sejawatnya.

Sementara itu penulis kedua hanya mengangkat dari sisi sukses sang pengusaha, seperti pencapaiannya sekarang dari sisi materi, gaya hidupnya, dan kegiatannya sehari-hari. Cara menulis seperti ini cenderung lebih mudah, karena kurang ada pendalaman dalam menggali sisi lain sang tokoh. Waktu yang diperlukan untuk menulisnya juga relatif lebih cepat. 

Namun, ketika kita browsing di internet dan mencari tulisan yang membahas kehidupannya, terlalu banyak penulis yang membahas topik yang sama. Akibatnya tulisan terasa hambar dan terkesan biasa. Berbeda dengan tulisan yang dibuat oleh penulis kreatif.

Hal yang sama juga berlaku untuk pelukis. Seorang seniman yang kreatif cenderung berpotensi menjadi orang terkenal dan sukses. Pelukis yang berkarya dengan kreatif tidak akan melukis secara asal-asalan. 

Setiap karya yang akan dibuatnya selalu dipikirkannya terlebih dahulu. Selalu ada konsep yang matang dan pesan yang jelas serta terukur dalam setiap karya yang akan dirilisnya. Meskipun nanti proses penciptaan karyanya cenderung lebih lama, tetapi hasilnya sesuai dengan penggarapannya.

Pelukis kreatif tidak mau melukis sesuatu yang sama dengan karya orang lain. Dia selalu mencari sesuatu yang baru dan berbeda. Setiap karyanya selalu memiliki ciri khas dan tidak latah ikut-ikutan gaya melukis seniman lainnya. Tidak heran kalau karyanya akan menonjol dan unik, sehingga kolektor sulit mencari pembandingnya. Kalaupun nantinya harga yang ditawarkan sang pelukis lebih mahal dari lukisan biasa, kolektor atau pecinta seni sangat berpotensi membeli lukisannya.

Berbeda dengan pelukis yang kurang kreatif dan berkarya secara monoton. Lukisan satu dengan lukisan lainnya selalu mirip dengan karya orang lain, baik dari sisi objek yang dilukis maupun dari sisi teknik melukisnya. 

Kolektor yang melihatnya pun tidak merasa ada sesuatu yang istimewa dari karya pelukis tersebut. Akibatnya lukisan karyanya teronggok lama di galeri atau di rumahnya sendiri, tidak laku dan sepi pembeli. Kalau sudah begini, jangan salahkan pecinta seni yang tidak mau mengoleksi, tapi lebih baik intropeksi diri.       

Kreativitas melahirkan keunggulan

Salah satu manfaat bekerja kreatif adalah keunggulan dalam berkompetisi. Kreativitas bukan sekadar menciptakan sesuatu, tetapi melahirkan sebuah karya  bermutu yang bisa dipertanggungjawabkan keasliannya. Menciptakan sesuatu memang tidak harus selalu baru, tetapi pekerjaan yang dilahirkan dari hasil meniru biasanya tidak terlalu istimewa dan tidak bertahan lama. 

Namun, bagi para penulis dan pelukis yang ingin maju dan dikenal banyak orang, menciptakan sesuatu yang baru merupakan sebuah tantangan baginya untuk menapak level yang lebih tinggi dalam strata sosial kehidupannya.

Melakukan kerja kreatif itu seru. Kita selalu diajak berpikir dan mencari sisi lain yang tidak biasa. Kerja otak semakin keras, membuat otak menjadi semakin cerdas. Selalu mencari jalan keluar terhadap masalah yang ada dalam pikiran. Jika tidak bisa cara satu, maka dilakukan alternatif lainnya. Selalu muncul pilihan yang membuat kita mendapatkan sisi terbaik ketika membuat sebuah keputusan.

Saat penulis dan pelukis tertentu melakukan kerja seninya secara kreatif, itu artinya mereka sedang menciptakan keunggulan dalam berkompetisi. Mengapa dikatakan seperti itu? Hidup ini selalu dihadapkan dengan kompetisi. 

Bahkan, sejak dalam kandungan, kita sudah menang dalam berkompetisi mengalahkan calon bibit manusia lainnya. Begitu pula ketika sudah lahir ke dunia ini. Oleh sebab itu kita perlu memiliki nilai tambah agar selalu berpeluang menjadi orang yang unggul. Salah satunya adalah bekerja secara kreatif.

Jadilah penulis dan pelukis kreatif, jangan jadi orang biasa, maka sejarah hidupmu akan terpatri sebagai orang yang punya arti di dunia ini.

Salam pena kreatif

J. Haryadi

Penulis, trainer, dan motivator 

   




Baca juga:
46 Tahun Usia RSKO dan Mengulik Lebih Dalam Program Rehabilitasi Narkoba
Seandainya Aku Jadi Menag, Ini Caraku Lawan Konten Negatif di Media Sosial!
Belajar Sejarah Pergerakan Nasional di Museum Dr Soetomo

Whitney, Sisi Pilu Kehidupan Seorang Diva

$
0
0

Dokumenter yang memilukan (www.imdb.com/ed.WS)

Para selebriti berbagai bidang yang berlimpah prestasi, kemewahan, dan puji-sanjung penggemar selalu diidentikkan dengan kebahagiaan yang nyaris sempurna. Itu sebabnya banyak fans yang gagal paham kenapa bintang-bintang pujaan mereka malah memilih bunuh diri atau terjun di dunia narkoba sebagai pelarian diri dari kenyataan yang tak sesuai dengan hasrat.

Film dokumenter Whitney  besutan sutradara Kevin Macdonald, pemenang Oscar tahun 2000 untuk kategori Academy Award for Best Documentary Feature lewat film One Day In September (1999), yang dirilis Jumat (6/7) lalu di AS memaparkan, fenomena serupa yang menimpa penyanyi balada dan aktris legendaris yang tercatat di Guinness Book of Record sebagai perempuan penerima penghargaan terbanyak tahun 2009. Dialah Whitney Elizabeth Houston (9 Agustus 1963 -- 11 Februari 2012).

Whitney yang berdurasi dua jam itu memaparkan jelajah kehidupan Sang Diva dari mulai pencapaian kesuksesan karir yang gilang gemilang sampai ke epilog tragis kematiannya di kamar mandi hotel Beverly Hilton (Los Angeles). Tenggelam saat berendam, hasil otopsi yang dilansir beberapa bulan kemudian menunjukkan bahwa keracunan kokain dan serangan jantung adalah dua faktor pemicu tewasnya ibu dari Bobbi Kristina Brown itu.

Perkawinan yang kacau dengan penyanyi R&B Bobby 'bad boy' Brown, ketergantungannya pada narkoba selama bertahun-tahun, dan tur musikal yang digadang-gadang untuk mengorbitkannya lagi pascakevakuman panjang terpaksa harus dibatalkan karena kondisi kesehatan Whitney memang sangat kritis, yang ditengarai merupakan beban psikis yang sudah tak tertanggungkan lagi oleh penyanyi yang album-albumnya sukses terjual sampai ratusan juta kopi di seluruh dunia itu.

Macdonald yang memadukan gaya feature melalui pendekatan semi jurnalistik, termasuk dengan melakukan rangkaian wawancara terhadap 70 narasumber yang mayoritas merupakan teman dekat dan bagian dari keluarga besar Houston.

Memang, berupaya menghadirkan kisah nyata dan bukannya dongeng klise tentang kesuksesan karier yang berakhir dengan mimpi buruk seorang mega bintang bukan pekerjaan mudah.

Semua tokoh yang muncul, termasuk Kevin Costner yang menjadi lawan main Whitney dalam debut aktingnya di film The Bodyguard (1992) yang dinobatkan harian USA Today sebagai salah satu dari 25 film paling dikenang sepanjang masa pada tahun 2007, bahkan ibunya Cissy Houston, tampil sebagai diri sendiri.

Begitu pula mendiang Whitney melalui arsip-arsip rekaman penampilan dan wawancaranya dengan berbagai media. Menarik untuk menggali apa tanggapan Sang Bintang tentang antusiasme para pemujanya.

"You want our blood, but you don't want our pain," begitu pandangan Whitney terhadap sikap para penggemar pada bintang-bintang idola mereka sebagaimana yang diungkapnya dalam sebuah wawancara dengan majalah Ebony pada tahun 1991. Saat itu ketergantungannya pada narkoba dan berbagai tekanan psikis serta pengalaman traumatik yang melatari kecanduannya itu belum menjadi konsumsi publik.

Ada banyak fakta baru menghebohkan yang berhasil diungkap oleh Macdonald dan ditampilkannya dalam Whitney, seperti kasus kekerasan seksual yang dialami penyanyi bersuara emas itu saat masih kanak-kanak. Dan pelakunya, Dee Dee Warwick, sepupunya sendiri, yang merupakan putri dari penyanyi Dione Warwick.

Hal itu pula mungkin turut jadi pemicu munculnya gosip seputar terjalinnya kisah cinta sesama jenis antara Whitney dengan mantan manajer/asisten yang juga teman baiknya, Robyn Crawford.

Hubungan yang ditolak keras oleh lingkungan sosialnya itu tentu saja menjadi tambahan beban psikis yang sepertinya kian menumpuk saat kedua orangtuanya memutuskan berpisah dan sang ayah, John Houston, yang dipujanya malah menggugat Whitney untuk membayar $100 juta pada tahun 2002 melalui perusahaannya.

Banyak pecinta Whitney yang menilai film arahan Macdonald itu kurang berimbang dalam memaparkan perjalanan hidup penyanyi kesayangan mereka yang meraih 415 jenis penghargaan atas karirnya di tahun 2010 ( termasuk 6 Grammy Awards, 2 Emmy Awards, 30 Billboard Music Awards, 22 American Awards ).

Berbagai prestasi yang diraih Whitney semasa hidupnya dianggap hanya muncul sekadarnya saja karena sang sutradara pada paruh akhir film lebih fokus pada kecenderungan Sang Diva merusak diri sendiri dengan obat-obatan dan minuman keras.

Lagu-lagu hit Whitney yang ditampilkan sepanjang film hanya bersifat ilustratif saja, tak ada pendalaman tentang proses penghayatan yang dilakukan atau bagaimana sebenarnya perasaan Whitney terhadap lagu-lagu yang dibawakannya.

"Whitney itu seorang jenius, proses kreatifnya tidak terlalu menarik untuk ditampilkan."Kilah Macdonald,"Seperti sihir yang jadi tak memukau lagi kalau dipaparkan terlalu detil dan Whitney dalam kondisi terbaiknya adalah sebentuk sihir yang murni."

Film Whitney sukses meraih penghargaan di Edinburgh International Film Festival 2018 untuk kategori Best Documentary Feature Film  dan mendapat dua nominasi di Cannes Film Festival 2018 memang bakal mengharu biru para pecinta fanatiknya.

Sekaligus, menyadarkan bahwa cinta terbesar seyogianya diawali dengan belajar mencintai diri sendiri apa adanya seperti lirik  salah satu hit Whitney yang berjudul The Greatest Love of All. Semoga.

Referensi:  5




Baca juga:
Sistem Zonasi dan Pemerataan Kualitas Pendidikan yang Dilematis
46 Tahun Usia RSKO dan Mengulik Lebih Dalam Program Rehabilitasi Narkoba
Seandainya Aku Jadi Menag, Ini Caraku Lawan Konten Negatif di Media Sosial!

Problematika dalam Proses Pengangkatan dan Penyumpahan Advokat di Indonesia

$
0
0

Ilustrasi: Times Union

Baru-baru ini kembali terjadi polemik dalam dunia advokat, di mana salah satu organisasi profesi ini bermaksud mengkonversi masa bakti pensiunan penegak hukum dan militer menjadi masa magang dalam profesi advokat. 

Dengan kata lain dapat dimaknai bahwa seseorang yang hendak menjadi advokat dengan latar belakang pensiunan penegak hukum dan militer tidak perlu menjalani proses magang profesi advokat. 

Menurut hemat penulis, hal ini tentu menjadi masalah, namun realitanya adalah bukan satu-satunya masalah yang timbul dalam proses pengangkatan dan penyumpahan advokat, bahkan setiap tahapannya tidak luput dari problematika tersendiri.

Dalam dunia hukum, dibandingkan dengan profesi yang lain misalnya Notaris, sepertinya profesi Advokat ini lebih eye catching, setidaknya pada masa kontemporer di mana dengan bantuan media menjadikan citra profesi ini jauh dari kesan sebuah profesi serius dan dingin. 

Mari sejenak kita tinggalkan kesan yang didapat dari jauh dan menyelam bersama seraya melihat-lihat secara lebih dekat tahapan-tahapan yang harus dilalui agar seseorang dapat menyandang profesi yang satu ini.

Sebagai sebuah profesi, tentu mempunyai tangga-tangga yang harus ditapaki hingga akhirnya bisa menjalankan profesi ini seutuhnya. Masalahnya adalah, tidak setiap tangga yang harus ditapaki oleh seorang advokat sudah merupakan tangga steady kokoh yang terbukti dapat melahirkan advokat paripurna. 

Tahapan-tahapan yang harus dilalui ketika seseorang ingin menjadi Advokat tidak lepas dari kondisi-kondisi yang tidak ideal. Setidaknya saat ini, tahapan-tahapan dimaksud adalah penuh bolong disana-sini dan menjadi kewajiban bagi yang peduli untuk menambalnya.

Sejak tahun 2003, profesi Advokat mempunyai landasan hukum melalui Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat (Undang-undang Advokat), di dalamnya mengatur bahwa untuk dapat diangkat menjadi Advokat mensyaratkan agar terlebih dahulu mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA).

Kemudian lulus Ujian Profesi Advokat (UPA) dan magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor Advokat "Magang", hingga akhirnya berhak untuk diangkat dan disumpah menjadi Advokat.

Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA)

Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Advokat berbunyi sebagai berikut: "Yang dapat diangkat sebagai Advokat adalah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum dan setelah mengikuti pendidikan khusus profesi Advokat yang dilaksanakan oleh Organisasi Advokat".

Yang kerap menjadi masalah adalah pelaksanaan pendidikan profesi advokat dilaksanakan secara singkat, bahkan kilat. Jangka waktu pelaksanaan yang 'dipadatkan' seringkali ditemui dan dengan metode transfer pengetahuan yang terbilang mandiri, kerap kali pemateri hanya menerangkan orientasi suatu materi pembelajaran saja, selebihnya calon advokat berusaha mendalami secara sendiri dibantu dengan setia oleh lembar-lembar photo copy makalah yang diberikan. 

Bisa ditebak, praktik demikian kadangkala hanya mengedepankan dampak ekonomi dari kejar setoran penyelenggara saja, yang memang biaya pendidikannya tergolong tidak murah, tanpa memikirkan lebih jauh mengenai peningkatan kualitas keilmuan calon advokat.

Hal sebagaimana tersebut di atas tentu bukan satu-satunya masalah terkait pendidikan khusus profesi ini, kurikulum dan ketimpangan pemateri antara daerah satu dengan yang lainnya juga kerap ditemui. 

Bahkan sepengalaman penulis, kerap kali pemateri bukan dari latar belakang advokat, meskipun mungkin maksudnya adalah baik, namun menurut hemat penulis seyogianya pendidikan disampaikan oleh pemateri dengan kompetensi dan kapasitas profesi advokat, bukan yang lain.

Ujian Profesi Advokat (UPA)

Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Advokat mengatur bahwa salah satu syarat untuk diangkat menjadi Advokat adalah lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat. Ujian sedianya adalah tolok ukur dalam menilai kompetensi seorang calon advokat. 

Kompetensi dalam bidang apa? Kompetensi dalam bidang ilmu hukum, khususnya ilmu hukum yang berkaitan langsung dengan profesi advokat. Diantaranya dapat dirujuk secara sederhana pada bidang hukum acara, baik hukum acara perdata, pidana dan lainnya.

Pada rentang waktu yang penulis lalui, dari sisi materi pengujian sudah cukup baik dan relevan dengan konteks pekerjaan yang nantinya akan dilakukan, meskipun hal ini tentu saja terbatas pada bekal secara teori. 

Dan kadang kala hal ini saja tidak cukup. Hanya saja, yang menjadi perhatian penulis saat ini adalah menurunnya passing grade untuk kelulusan calon advokat. Bahkan waktu sebelum penulis mengikuti ujian ini, lulus UPA adalah perihal yang tergolong sulit, bahkan beberapa kolega sampai dua atau tiga kali mengikuti UPA baru kemudian lulus. Dibutuhkan keseriusan proses belajar untuk melaluinya. 

Beda dengan kondisi saat ini, konon dalam hal ujian tertulis, tidak lagi terlalu dipermasalahkan kesalahan antara membuat gugatan wanprestasi dengan gugatan perbuatan melawan hukum, padahal dalam dunia praktik hal ini tentu saja sangat penting menyangkut analisa masalah hukum yang akan ditangani.

Lebih mudahnya perihal ujian profesi advokat ini ditengarai terjadi sebagai akibat dari perebutan massa calon advokat setelah terjadinya perpecahan organisasi advokat yang realitanya kembali menjadi 'multi bar'. 

Kondisi ini menjadikan lulus ujian advokat menjadi lebih mudah, namun kualitas lulusan juga menjadi menurun kompetensi keilmuannya. 

Akumulasi kerugian yang harus ditanggung di hilir adalah rendahnya kompetensi keilmuan seorang advokat yang harus ditanggung klien. Belum lagi permasalahan bahwa di luar organisasi yang penulis ikuti, sebut saja organisasi advokat 'X', justru menerapkan kebijakan 'ujian' yang sangat jauh berbeda.

Magang

Salah satu ketentuan Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Advokat juga mensyaratkan magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor Advokat. 

Idealnya magang dimaksud adalah sebagai 'pra kondisi' melihat dan mengalami secara langsung tugas-tugas dari seorang advokat dalam menjalankan profesinya. Menurut hemat penulis magang ini sederhana sana, yaitu upaya mereplikasi dalam konteks yang baik dan benar dari perspektif hukum atas sebuah profesi yang kelak dijalankannya.

Adapun permasalahan yang kemudian timbul saat ini, seperti diskresi atas penafsiran magang oleh sebuah organisasi tertentu, tentu di luar kewajaran. Mari kita umpamakan, seorang yang belajar tekun selama dua tahun berturut-turut untuk membuat mie ayam, setidaknya setelah dua tahun mendekati dan tahu betul akan tata cara membuat mie ayam. 

Meskipun tetangganya setiap hari selama sepuluh tahun sudah ahli membuat bakso, tentu saja bekal ilmu membuat bakso tidak dapat dijadikan alasan untuk kemudian seseorang telah kompeten membuat mie ayam. Keduanya adalah menghasilkan hal yang berbeda, meskipun jika ditarik-tarik dan dipaksakan ada saja yang mengklaim persamaannya.

Permasalahan yang sudah lama dan menjadi 'gunung es' dalam konteks magang ini adalah 'magang KTP', magang yang hanya sekedar memenuhi salah satu syarat administrasi pelantikan advokat. 

Bisa ditanyakan kepada ketua-ketua organisasi Advokat versi manapun, tentu kalau jujur, ia tidak akan bisa menampik. Bisa dibayangkan, seseorang yang didatangi calon klien dan setuju untuk membuatkannya semangkuk mie ayam akan tetapi tidak pernah mempunyai pengalaman empiris dalam membuat semangkuk mie ayam, atau pernah mempunyai pengalaman empiris membuat bakso, namun tentu saja yang dituntut dalam hal ini adalah pengalaman empirisnya dalam membuat semangkuk mie ayam. 

Magang adalah proses yang penting. Proses yang secara empiris bermaksud meningkatkan kapasitas dan kompetensi calon advokat dalam menjalankan profesinya kelak.

Pengangkatan & Pengambilan Sumpah

Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Advokat mengatur mengenai pengangkatan Advokat

"Untuk dapat diangkat menjadi Advokat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: warga negara Republik Indonesia, bertempat tinggal di Indonesia, tidak berstatus sebagai Pegawai Negeri atau Pejabat Negara; Berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun, berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat, magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor Advokat, tidak pernah dipindana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih, dan berperilaku baik, jujur, bertanggungjawab, adil, dan mempunyai integritas yang tinggi."

Syarat dimaksud tentu sedianya adalah hasil dari proses legislasi di DPR ketika mensyahkan Undang-undang Advokat, meskipun penulis tidak setuju seluruhnya atas syarat-syarat dimaksud, misalkan terkait diaturnya mengenai syarat umur minimal untuk diangkat menjadi advokat, bukan syarat maksimal umur yang dapat diangkat menjadi advokat. Namun hal ini selayaknya menjadi soal tersendiri.

Persoalan pengangkatan dan pengambilan sumpah advokat adalah titik krusial, karena banyak pihak yang memiliki minat dan kepentingan namun seringkali enggan mengumpulkan syarat-syaratnya dan kalah oleh rasa malas dalam menempuh proses-prosesnya. 

Ada korelasi yang kuat antara realitas 'multi bar' organisasi advokat saat ini dengan permasalahan pengangkatan dan pengambilan sumpah advokat. Laksana penjual kecap, semua organisasi advokat menyatakan dirinya nomor satu dan berhak menyelengarakan pengangkatan dan pengambilan sumpah advokat.

Penulis mempunyai pengalaman pahit terkait proses pengangkatan dan pengambilan sumpah advokat, dikarenakan setelah menapaki proses magang dua tahun berturut-turut tidak juga diangkat dan disumpah dikarenakan pada waktu itu selalu saja digagalkan oleh organisasi advokat lainnya, dan hal ini berlangsung dua tahun setelah waktu yang disyaratkan, sehingga kumulatif menjadi empat tahun menunggu pengangkatan dan pengambilan sumpah advokat.

Sebaliknya saat ini, proses pengangkatan dan penyumpahan advokat seolah memasuki musim semi, laksana bunga yang bermekaran, berbagai organisasi advokat berlomba-lomba menyelenggarakan pengangkatan dan pengambilan sumpah advokat. 

Tentunya dengan syarat dan ketentuan yang ditafsirkan pada masing-masing organisasi advokat. Berita baiknya adalah meningkatnya secara kuantitas jumlah calon advokat yang diangkat dan disumpah. 

Berita kurang baiknya adalah calon advokat yang diangkat dan disumpah secara kualitatif bisa dikatakan cenderung menurun. Tidak mengherankan jika kemudian hari dalam berpraktik ditemukan advokat-advokat yang kurang cakap dalam menjalankan profesinya, bahkan kerapkali hanya mengandalkan argumentasi pasal 'pokoknya' dan kedekatan personal dengan cara 'minta tolong'.

Bahkan membela klien dengan cara-cara melawan hukum, yang jauh sekali korelasinya dengan kompetensi yang seharusnya dibangun oleh seorang advokat.

Atas realita serta permasalahan-permasalahan yang ada dalam setiap tahapan pengangkatan dan penyumpahan advokat di atas, sepantasnya para advokat sendiri agar semakin mawas diri menyikapi cobaan yang timbul. 

Meskipun profesi yang satu ini telah dapat dilacak asal-usulnya pada zaman Romawi kuno, agaknya untuk konteks Indonesia ke depannya masih akan terus diuji oleh zaman guna membentuk jati diri profesinya.




Baca juga:
Horee, K-Rewards Akan Berlangsung hingga Akhir Tahun!
Tips Mengatur Aktivitas Ibadah Haji di Masjidil Haram
Dosen dan Mahasiswa Harus Menjadi Manusia Pembelajar

Pabrik Mobil ESEMKA di Boyolali Segera Diresmikan dan Produksi

$
0
0

Pabrik ESEMKA di Boyolali | foto yosepefendi

Kebetulan, Senin, 2 Juli 2018 lalu saya berkunjung ke Solo, untuk kegiatan "syawalan". Saat itu, saya rencanakan untuk sekalian mampir ke Pabrik ESEMKA di Boyolali, setelah acara Syawalan. Ya, untuk lihat bagaimana perkembangannya. 

Bagi saya, perkembangan ESEMKA menarik untuk diikuti. Terlepas dari peran, pengaruh atau dampak politik di dalamnya. Bukan saya tidak mau melihat unsur politik di dalamnya yang banyak diributkan netizen, tapi saya lebih tertarik membahas teknologi dan asal usulnya.

Sebelumnya, perlu saya tekankan bahwa kata "segera" pada judul adalah opini saya, tidak ada keterangan resmi dari pihak Esemka. Kata "segera" saya simpulkan dari berbagai informasi yang saya peroleh dari masyarakat sekitar lokasi pabrik Esemka di Desa Demangan Kabupaten Boyolali dan kerabat Mereka yang bekerja di sana. 

Mengapa tidak cari informasi ke Pihak ESEMKA langsung? Dari pengalaman, sepertinya Mereka masih akan merahasiakan. Semoga saya tidak salah menyimpulkan. Kalaupun salah/kurang tepat, mohon dimaafkan. Lagian, masih suasana Syawalan juga ini.

Oke, langsung saja. Setiba di Pabrik ESEMKA yang masih dikelilingi lahan persawahan, saya dikejutkan dengan perkembangan yang cukup signifikan terkait prasarana. Berikuti ini perkembangannya:

Bagian Depan Pabrik Sudah "Rapi"

Bagian Depan Pabrik Perakitan ESEMKA di Boyolali | foto yosepefendiDalam beberapa bulan ini, tampaknya pihak ESEMKA benar-benar berbenah. Wajar, Mereka mengejar target peresmian pada pertengahan tahun ini, bisa bulan Juli ini atau Agustus bulan depan. 

Beberapa bulan lalu saat saya berkunjung, pintu bagian depan yang menjadi gerbang utama akses masuk masih menggunakan pintu sekadarnya. Namun, saat ini sudah menggunakan pintu gerbang permanen.

Selain penambahan pintu, kini pagar depan pun sudah tertutup rapat. Dahulu, orang-orang yang lewat dapat dengan bebas "mengintip" bagian dalam, juga bisa mengamati sebagian aktifitas pekerja. Tapi kini, sudah tertutup rapat. Privasi perusahaan sudah mulai dibangun. Pembuatan pintu yang lebih layak dan menutup rapat pagar depan, berhasil memberi kesan rapi, selayaknya perusahaan (besar) pada umumnya.

Dua Gedung Baru Sudah Selesai Dibangun

Gedung yang baru selesai dibangun | foto: yosepefendiBeberapa bulan lalu, pihak ESEMKA mulai menambah unit prasarana produksi, yaitu membangun 2 gedung (dijadikan 1) yang berada di bagian belakang. Informasi terkait hal tersebut, sudah saya tuliskan pada artikel sebelumnya, "Perkembangan Pabrik Mobil Esemka Jelang Peresmian". 

Dua gedung yang berada di sebelah jalur Test Drive ini ditarget harus selesai bulan Mei 2018. Entah kapan tepatnya dinyatakan selesai, yang pasti saat ini gedung tersebut telah berdiri kokoh. 

Dengan adanya 2 gedung baru ini, rasanya membuat "pabrik" perakitan ESEMKA ini pantas disebut "pabrik". Secara fungsi, jelas keberadaan gedung tersebut sangat dibutuhkan dan membantu proses produksi.

Pabrik perakitan mobil tentu butuh ruang yang luas. Secara visual, semakin meyakinkan bahwa "itu lho pabrik perakitan mobil ESEMKA, lumayan luas to?" Tentu jangan dibandingkan dengan pabrik mobil milik perusahaan otomotif yang sudah besar dan mapan.

gedung yang baru selesai dibangun | foto: yosepefendi

Nah, dengan selesainya pembangunan 2 gedung baru ini, maka rencana peresmian pada pertengahan tahun ini bisa segera terwujud. Eh, btw, bulan Juli ini masih bisa kan dianggap "pertengahan tahun"? Bisa sih. Telat-telatnya, mungkin Agustus bulan depan.

Peralatan/Mesin Produksi Sudah Mengisi Pabrik ESEMKA

Di gedung utama yang berada di tengah lokasi pabrik, memang sudah dilengkapi peralatan produksi. Pada Maret 2018 lalu, CNN Indonesia menyebarkan berita yang berisi foto-foto kondisi di dalam pabrik ESEMKA. Dari foto tersebut, tampak jelas bahwa gedung utama sudah dilengkapi dengan line produksi dan ada beberapa kendaraan yang telah dirakit di sana. Foto tersebut tampaknya cukup untuk meyakinkan masyarakat yang masih ragu dengan keberadaan pabrik perakitan mobil ESEMKA.

Nah, bagaimana dengan sarana produksi di gedung baru? Berdasarkan informasi yang saya himpun dari beberapa warga sekitar lokasi pabrik ESEMKA di desa Demangan Boyolali ini, diketahu bahwa pada bulan Ramadhan kemarin, ada belasan truk besar masuk ke pabrik ESEMKA. Kedatangan truk besar tersebut cukup menarik perhatian warga dan menimbulkan kemacetan lalu lintas, karena memang akses jalan masuk masih relatif kecil. 

Meskipun belasan truk besar tersebut masuk pada malam hari yang relatif sepi kendaraan, namun tetap saja memaksa truk tersebut untuk lewat secara bertahap. Terlebih, pada beberapa titik jalan, ada tikungan tajam. Mobil kecil saja sulit berpapasan, - harus hati-hati-, apalagi jika berpapasan dengan truk besar.

Masih menurut warga yang salah satu kerabatnya bekerja di pabrik ESEMKA tersebut, truk tersebut mengangkut peralatan/mesin produksi. Saat ini, pihak ESEMKA tengah sibuk instalasi peralatan/mesin produksi tersebut. Nah, ini juga menjadi indikasi kuat bahwa pabrik ESEMKA di Boyolali ini akan segera diresmikan. Jika diasumsikan bahwa proses instalasi butuh waktu 1-2 bulan, bisa lah peresmian akhir bulan Juli ini. Bisa. Hehehe....

Sembari proses intalasi peralatan/mesin produksi, jangan-jangan part/komponen mobil ESEMKA lagi di perjalanan menuju pusat perakitan di Boyolali ini. Sehingga, saat proses peresmian nanti, pabrik sudah benar-benar siap produksi: peralatan produksi sudar terpasang dan komponen siap dirakit. Kan cakep!

Oke, sekian dulu laporan singkat perkembangan pabrik ESEMKA di Boyolali. Berikut ini saya lampirkan laporan dalam bentuk video. Kita tunggu bagaimana perkembangan selanjutnya. Salam Otomotif!




Baca juga:
Dokter Ini Relawan Kemanusiaan Sekaligus Panutan Generasi Milenial
Horee, K-Rewards Akan Berlangsung hingga Akhir Tahun!
Tips Mengatur Aktivitas Ibadah Haji di Masjidil Haram

Eksklusivitas Kota Lama Semarang Saat Sore

$
0
0

Berfotolah sebelum dilarang dan baterai habis. - Dokumen Pribadi.

Saya datang terlalu siang.

Saya tahu itu. Matahari masih terik tatkala Bus Trans Jateng menurunkan saya di Halte Layur Semarang. Apesnya, saya ternyata salah turun. Tempat yang saya dambakan masih cukup jauh. Merundungi nasib bukanlah hal yang bisa dilakukan.

Seiring langkah kaki yang berirama menuju ke arah selatan, tetiba saya menemukan jembatan besar. Kombinasi warna merah dan jingga jembatan yang menyala sangat pas jika dipadupadankan dengan cuaca terik kala itu. 

Jembatan Mberok, nama jembatan besar itu. Penghubung tempat yang saya dambakan dengan dunia luar. Tempat para penguasa Belanda begitu digdaya melakukan pemisahan penduduk berdasarkan warna kulit. Kota Lama Semarang. Itulah tempat yang saya maksud.

Jembatan Mberok, pintu gerbang Kota Lama Semarang.- Dokumen Pribadi

Saya bertemu dengan beberapa wanita baya yang menggendong dagangan atas jembatan. Dari arah Stasiun Semarang Tawang, mereka berjalan keluar dari tempat yang dulu begitu eksklusif ini. Entah berapa pundi rupiah yang mereka dapat, yang jelas mereka kini menuju tempat pemberhentian Trans Semarang. Kembali ke istana mungil masing-masing dan menikmati masa istirahat senja dengan tenang.

Selepas melintasi jembatan, saya menemukan kegamangan kembali. Beberapa percabangan yang menghadirkan aneka bangunan tua membuat saya gamang untuk melangkah. Diantara percabangan itu, saya memutuskan menyusuri Jalan Empu Tantular. Di ujung jalan ini, berdiri megah sebuah bangunan tua dengan kolom-kolom yang menopang jendela. Pandangan saya kemudian teralih kepada motif-motif ukiran candi Jawa yang berada pada dua menara ringan di sisi kiri dan kanan.

Gedung PT Pelni. - Dokumen Pribadi.

Aha, saya tiba-tiba bersorak kegirangan. Saya menemukan bangunan Gaya Ekletisisme dan menduga bangunan bercat putih milik PT Pelni ini dibangun sekitar tahun 1910 hingga 1925. Penemuan bangunan yang mirip dengan bangunan di kawasan Jalan Rajawali Surabaya ini membuat saya semakin semangat. Langkah pun kini beralih ke Jalan Merpati yang tampak cukup ramai dengan para penggila foto. Seperti yang saya duga, mereka akan datang mencari kebanggaan dengan datang ke sini.

Sepanjang jalan itu, gaya bangunan yang saya temui masih hampir-hampir mirip. Antara Gaya Belanda dan Gaya Ekletisisme. Dominasi dua gaya bangunan yang dibangun awal 1900an hingga 1920an itu disebabkan masa itu terjadi pelaksanaan sistem desentralisasi dari pemerintah pusat kolonial di Batavia. Kota-kota di Jawa termasuk Semarang diberi wewenang untuk mengatur sendiri wilayahnya namun dengan pengawasan pemerintah pusat. 

Sistem desentralisasi ini membuat perkembangan ekonomi yang cukup signifikan. Perkembangan yang sebenarnya sudah terjadi sejak Terusan Suez dibuka sehingga jalur pelayaran Asia-Eropa semakin ramai dan diikuti ramainya kegiatan pelayaran di Semarang. Aneka bangunan pun terbangun yang kini masih bisa saya saksikan di kawasan Kota Lama ini.

Semangat memotret. - Dokumen Pribadi.

Berdiri megah dengan kekhasan masing-masing, aneka bangunan tersebut ternyata menyisakan sebuah masalah. Walau tergambar secara implisit, masalah itu terekam dalam jejak sejarah Semarang. Apalagi, kalau bukan masalah penduduk. 

Perkembangan kota yang semakin luas membuat daerah di sekitar Kota Lama ini menjadi semakin padat. Lingkungan kumuh seperti drainase buruk menjadi momok bagi warga yang bermukim di kawasan luar sekitar Kota Lama kala itu. 

Kematian yang melanda banyak penduduk terutama pribumi ini membuat pemerintah kolonial kala itu membuat desain kota baru dengan membangun pemukiman di kawasan perbukitan seperti daerah Candi. Kini, daerah itu dikenal dengan Semarang atas. Usul pemindahan ini dikemukakan oleh dr. De Vogel, seorang dokter humanis yang tak tega melihat warga Semarang terus berjatuhan akibat wabah penyakit pes. 

Walau ditentang, proyek perluasan kota ini akhirnya terlaksana. Namun, tetap saja menyisakan sebuah eksklusivitas bagi daerah Kota Lama ini. Sebuah ironi karena seakan tak tersentuh oleh kaum pribumi.

Eksklusivitas yang hingga kini masih bisa saya rasakan ketika melihat sebuah bangunan besar yang dijaga oleh beberapa petugas keamanan. Sebuah museum 3 dimensi dengan harga tiket yang cukup tak terjangkau berdiri megah di depan saya. Sempat ingin merasakan sensasi museum yang diberi nama mirip perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan itu, niat tersebut saya urungkan. Menyimpan beberapa lembar rupiah untuk menikmati gemerlap malam dari Bukit Gombel mungkin jadi pilihan tepat.

Museum DMZ Kota Lama Semarang.- Dokumen Pribadi.

Saya memilih duduk di sebuah bangku yang berada tak jauh dari museum itu. Alunan Lagu Tanjung Mas Ninggal Janji dalam aransemen musik bossa nova pun menghentak. Menyeruak diantara para pengunjung yang terus tanpa ampun memotret diri demi kebanggaannya. 

Kebanggaan yang begitu paripurna dengan leluasanya ruang gerak bagi mereka. Tak seperti tempat serupa yang saya temui di Malioboro, mereka masih bisa melakukan jepretan tanpa takut tersenggol dengan ramainya pejalan kaki. Kondisi yang akan menghasilkan karya fotografi luar biasa.

Tempat ini begitu luas. Saya baru merasakan itu ketika kembali menyusuri jalan-jalan dengan nama-nama burung ini. Jalan Branjangan menjadi peristirahatan saya selanjutnya. Di jalan yang cukup teduh ini, saya kembali menemukan gaya bangunan Gaya Ekletisisme dengan motif dan jendela lengkung mendominasi. Dibanding tempat lain, jalan ini cukup sepi. Tak tampak penggila foto yang berseliweran.

Sejenak, saya mencoba menerawang suasana. Membayangkan hidup saat Sarekat Islam mulai tumbuh di kota ini. Menyuarakan ketidakadilan pemerintah kolonial, gelora semangat organisasi itu masih bisa saya rasakan. Apalagi, beberapa pesepeda ontel berseliweran menambah kesempurnaan terawangan saya. Sayang, beberapa mobil yang melintas membuyarkan lamunan saya. Kembali, saya harus realistis. Ini sudah 2018.

Suasana jadul yang shyahdu. - Dokumen Pribadi

Karena harus realistis, saya mencoba realistis terhadap waktu yang ternyata tak terasa semakin sore. Saya pun beranjak menuju Jalan Garuda. Kontras dengan Jalan Branjangan, jalan ini cukup ramai. 

Tampak anak-anak milenial mengekspresikan kegembiraannya dengan menenteng kamera. Lagi dan lagi, ratusan jepretan kembali terekam. Masih didominasi latar bangunan dengan berjendela lengkung, suasana tampak semarak dengan hadirnya beberapa ikon pemanis seperti becak kayuh.

Becak kayuh sebagai pemanis foto.- Dokumen Pribadi

Siapkan perlatan foto dengan lengkap. Bisa jadi, anda akan menjadi bintang. - Dokumen Pribadi.

Tak jauh dari sana, suasnaa semakin ramai dengan kehadiran Taman Garuda yang telah dipermak sedemikian rupa oleh Pemkot Semarang. Jajaran tanaman hias memenuhi taman itu ditambah cukup banyak tempat duduk membuat pengunjung betah berlama-lama untuk menikmati nostalgia. 

Tak jarang, mereka juga menikmati seduhan kopi hangat yang dijajakan warung kopi di sekitarnya. Walau diburu waktu, tak afdol rasanya saya tak menikmati sejenak suasana indah sore itu.

Taman Garuda. Satu jepretan tak akan cukup.- Dokumen Pribadi.

Suasana indah namun cukup mengganggu dengan banyaknya anaka-anak kecil hingga orang dewasa yang asyik bermain gawai tanpa melihat kondisi sekeliling. Pasti, mereka adalah penduduk sekitar. Fasilitas internet gratis di taman ini rupanya juga menimbulkan kecenderungan baru. 

Jika dulu Kota Lama dikenal dengan kawasan eksklusif dengan pemisahan warna kulit, kini sifat eksklusif itu berubah. Tak lain dan tak bukan, eksklusif dengan gawai masing-masing. Ah sudahlah, itu hak mereka menikmati indahnya sore. Toh, sekarang tak ada lagi pemisahan ras antara pribumi dan bukan di kota ini. Semuanya sama, boleh menikmati asal dengan bijak.

Eksklusif bermain gawai. - Dokumen Pribadi.

Perjalanan saya akhiri menuju salah satu Gereja Protestan yang begitu saya kagumi. Gereja yang termasyhur ini bernama GPIB Immanuel alias Gereja Blenduk. Bangunan megah dengan kubah besar ini berdiri di dekat taman yang diberi nama Taman Srigunting. 

Tak seperti tempat sebelumnya, suasana begitu ramai. Memotret dengan nyaman cukup sulit di tempat ini. Padahal, di dalam imajinasi saya, keaslian suasana "tempo dulu" yang dihadirkan di bagian ini tak seasli bagian Kota Lama yang lain. Entah karena selera, yang jelas nuansa jadul tanpa banyak perubahan sana-sini membuat saya lebih kerasan.

Taman Srigunting yang ramai. - Dokumen Pribadi.

Tur singkat ini harus saya akhiri di jalan sempit menuju Satlantas Polrestabes Semarang. Masih banyak pojok-pojok Kota Lama yang belum saya jelajahi. Namun, saya cukup puas dengan perjalanan kaya makna di sebuah "kota kecil" ini. Kota kecil nan eksklusif yang seakan terpisah dari lingkungan sekitarnya.

 

Sumber:

Luar jaringan

Colombijen, F, dkk. 2005. Kota Lama, Kota Baru. Sejarah Kota-kota di Indonesia Sebelum dan Setelah Kemerdekaan.  Yogyakarta : Penerbit Ombak.

Dalam jaringan

(1), (2)




Baca juga:
Belajar Kearifan Lokal dari Petani saat Hadapi Fenomena Embun Beku
Dokter Ini Relawan Kemanusiaan Sekaligus Panutan Generasi Milenial
Horee, K-Rewards Akan Berlangsung hingga Akhir Tahun!

Ikut Ramaikan Asian Games di Kompasiana Bisa Dapat Total Hadiah Rp 32,5 Juta!

$
0
0

Blog competition APP Sinarmas

Gelaran pesta olahraga Asian Games 2018 semakin dekat.Tak hanya tuan rumah Jakarta dan Palembang saja yang bersiap, namun seluruh masyarakat Indonesia pun sudah menunjukkan antusiasme menyambut pesta olahraga terbesar kedua di dunia ini. Para atlet nasional yang akan bertanding pun tak kalah semangat berlatih untuk memberikan yang terbaik untuk Indonesia.

Nah bagaimana denganmu, Kompasianer? Pastinya kamu tidak sabar menantikan Asian Games 2018. Sembari menunggu opening ceremony Asian Games 2018, yuk bagikan antusiasme kamu dalam Kompasiana Blog Competition bersama APP Sinar Mas! Sebelum mulai menulis, simak rincian kompetisi di bawah ini dulu yuk:

SYARAT & KETENTUAN

  1. Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di Kompasiana.com
  2. Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat), dan tidak sedang dilombakan di tempat lain).
  3. Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana.
  4. Peserta wajib like Facebook Fan Page APP Sinar Mas
  5. Peserta wajib membagikan artikel blog competition di media sosial Facebook dan/atau Twitter

MEKANISME

  • Tema: Bersama Satukan Energi Untukmu, Indonesiaku di Asian Games 2018
  • Tulisan mengenai ajang perhelatan olahraga Asian Games 2018 sebagai momen kebanggaan bagi Indonesia. Tulisan dapat meliputi kesiapan infrastruktur, cabang olahraga, atlet nasional, dan antusiasme masyarakat Indonesia menyambut Asian Games 2018.
  • Periode: 1 Juli -- 15 Agustus 2018
  • Tulisan tidak lebih dari 1500 kata
  • Peserta wajib mencantumkan label UntukmuIndonesiaku dan AsianGames2018 dalam setiap tulisan
  1. Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba tidak bisa diikutkan lomba.
  2. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.
  3. Pemenang akan diumumkan setelah 14 hari kerja periode lomba usai.

HADIAH

  • Juara 1: uang tunai sebesar Rp 10 juta
  • Juara 2: uang tunai sebesar Rp 7,5 juta
  • Juara 3: uang tunai sebesar Rp 5 juta
  • 10 Artikel favorit: uang tunai masing-masing sebesar Rp 1 juta

Ayo, segera kirimkan karya tulis terbaik Anda dan menangkan hadiahnya! Untuk mengetahui event Kompasiana lainnya, silakan kunjungi halaman ini. (DIN)




Baca juga:
Pola Cair Tunjangan Profesi Dapat Mengganggu Konsentrasi Guru
Belajar Kearifan Lokal dari Petani saat Hadapi Fenomena Embun Beku
Dokter Ini Relawan Kemanusiaan Sekaligus Panutan Generasi Milenial

Persiapkan Diri Sebelum Anak Masuk Pesantren

$
0
0

suasana di Pondok Pesantren- Koleksi pribadi

Memasuki bulan Juli, biasanya identik dengan datangnya tahun ajaran baru. Anak- anak masuk ke kelas atau sekolah, lengkap dengan semua yang serba baru. Mulai dari seragam (bagi anak baru), buku pelajaran, alat tulis, sepatu dan perlengkapan pendukung sekolah lainnya.

Khusus anak yang lepas dari sekolah dasar atau menengah, setahap melangkah ke sekolah yang lebih atas. Meninggalkan sekolah lama, beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Mendapatkan suasana baru, dengan guru dan teman-teman baru.

Sementara anak jelang dewasa, lulus sekolah atas bersiap menembus kampus pilihan. Mengikuti ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri, dengan tingkat kompetisi yang tinggi pula. Mereka berusaha lebih keras, dengan persaingan lebih ketat dengan siswa lain dari seluruh penjuru negeri.

Bukan hanya anak-anak yang sibuk, orang tua dijamin tidak kalah sibuk plus repot. Musti menyiapkan dana tidak sedikit, bersedia ngider kesana kemari mengurus ini dan itu. Ikut menyiapkan berkas yang belum lengkap, serta membeli peralatan sekolah sebagaimana lazimnya. 

Pendaftaran sekolah dengan sistem online, mensyaratkan pendaftar datang ke sekolah guna mendapatkan token. Semoga segala jerih payah, kelak menjadi berkah dengan hasil gemilang- Amin.

Anak yang baru lulus sekolah dasar dan atau menengah, beberapa ada yang memilih masuk Pondok Pesantren.  Model pendidikan di Pesantren memang terbilang unik, sebagian besar santri diharuskan menginap. 

Selama duapuluh empat jam anak berada di asrama, tentu banyak pengalaman akan didapatkan oleh anak. Yang biasanya sedikit-sedikit mengadu ke ayah dan atau ibu, tidak lagi bisa lagi ketika tinggal terpisah. 

Kebetulan saya adalah orang tua, yang mengirimkan anak ke Pesantren --selepas madarasah Ibtidaiyah. Hal ini menjadi pengalaman pertama, mengingat saya dulu (dari SD s/d kuliah) menempuh pendidikan di sekolah umum.  Atas alasan minim pengalaman, saya menyiapkan diri dari jauh hari. Sehingga tidak terlalu kagok, ketika mendapati suasana yang cukup berubah. Melalui artiel ini, saya ingin berbagi pengalaman, seputar persiapan masuk Pondok Pesantren.

Hal-hal Perlu dipersiapkan sebelum Masuk Pesantren

Buat Kesepakatan Jauh hari

Memutuskan masuk pesantren, relatif berbeda dengan mendaftar masuk sekolah umum. Seperti saya mention di paragraf atas, anak dan orang tua akan terpisah jarak dan ruang. Keputusan nyantri, sebaiknya menjadi kesepakatan dua belah pihak (anak dan orang tua). Jangan sampai anaknya yang pengin, tapi orang tuanya malah kendor begitu juga sebaliknya.

Agar kesepakatan terjadi, semua hal sebaiknya dipertimbangkan jauh-jauh hari. Saya berasumsi, Pesantren dengan sistem boarding, tentu membutuhkan kesiapan lebih terutama materi dan mental. Mengantisipasi banyak pertimbangan, bisa direncanakan sejak anak duduk di kelas, misalnya empat atau lima.

Kerap ngobrol dari hati ke hati, guna mempersiapkan mental si anak dan atau orang tua. Ada lho, orang tua saking sayangnya, tidak betah berpisah dengan anak barang sehari saja dengan berbagai alasan. Pun dari pihak si anak, ada yang tidak siap kalau tidak bertemu dan melihat ayah ibunya saban hari.

Tentukan Pesantren yang Hendak dituju

Di Indonesia, sudah sangat banyak Pondok Pesantren didirikan. Ada yang modern ada yang salaf (tradisional), ada yang perpaduan dari modern dan salafi. Kita bisa mengetahui lebih jauh, visi dan misi dari Pesantren yang bersangkutan. Sekaligus bisa melihat lulusan yang sudah dihasilkan, dari pesantren yang bersangkutan.

Hal ini sangat penting, untuk mengetahui lebih dekat Pondok Pesantren tempat menuntut ilmu. Hal ini juga untuk menepis persepsi tentang beberapa nama pesantren yang dikabarkan negatif.

suasana di Ponpes- Koleksi pribadi

Pesantren Bukan Menara Gading

Meski berbasis ilmu agama, tidak serta merta yang masuk pesantren dijamin anak yang sudah alim. Anak masuk pesantren, berasal dari latar belakang keluarga berbeda-beda. Sama seperti sekolah umum lainnya, ada anak yang berperilaku usil, ngomong dengan kalimat sembarangan, bahkan ada yang masih malas shalat wajib.

Di Pondok Pesantren, seperti halnya sekolah umum, ada anak yang masih perlu bimbingan dan perhatian khusus. Beberapa orang tua berharap, pesantren menjadi tempat mendidik anak menjadi lebih baik.

Anak-anak kita, yang sudah dipersiapkan dari rumah (sholatnya, ngajinya, ibadah lainnya), musti diberi pemahaman akan kondisi ini. Bagaimana cara memilih teman baik, bisa dijadikan sahabat untuk berbagi cerita -- selain kita orang tuanya. Jangan sampai, anak-anak luntur semangat, karena salah memilih teman, atau setelah merasakan kehidupan keseharian di pesantren.

Didik Anak Mandiri

Anak yang tinggal di pesantren, mau tidak mau dituntut melakukan apa-apa sendiri. Mereka memiliki jadwal berkegiatan harian, dimulai dari sebelum sholat subuh. Diawali dengan sholat malam, pada hari tertentu (biasanya senin kamis) dilanjutkan makan sahur. Setelah shalat subuh, ada jadwal membaca kitab dan ibadah sunah lainnya.

Namun jangan khawatir, pesantren modern juga mengajarkan pelajaran umum (Bahasa, IPS, IPA, Matematika). Jam pelajaran umum, biasanya mulai pukul tujuh pagi sampai jam duabelas -- tergantung peraturan pesantren bersangkutan.

Namun ada hal lain didapati anak, yaitu pendidikan kemandirian dari kegiatan keseharian tersebut. Seperti mandi tanpa disuruh -- seperti kalau di rumah--, makan harus ambil sendiri, nyuci (terutama pakaian dalam) dan peralatan makan dikerjakan sendiri. Beberapa hal saya sebutkan, bisa jadi jarang dilakukan anak kalau masih ada di rumah.

Koleksi pribadi

Pendidikan Karakter

Saya cukup kaget, ketika menjenguk anak di pesantren. Anak saya makan dengan tempe balado, tampak lahap dimakan sampai tak bersisa. Padahal dengan menu yang sama, dulu dia tidak doyan saat masih di rumah. Perubahan ini menggugah perasaan, mengingat anak ini dulu cukup pemilih dalam soal menu makanan.

Pada orang yang lebih tua, anak-anak diajarkan hormat. Pada orang tua -- ayah dan ibu teman anak lain--, juga dihormati layaknya orang tua sendiri. Hal ini tampak, ketika saya datang menjenguk, teman-teman anak saya ikut menghampiri dan salaman -- sambil menempelkan ujung hidung di bahu tangan saya.

Ada peraturan di pesantren, anak tidak boleh memegang handphone, sehingga komunikasi tidak bisa dilakukan seenak hati, ada jadwalnya telah ditentukan pihak pesantren. Hal ini membuat perubahan sekecil apapun pada anak, bisa didapati saat jadwal berkunjung orang tua. Saya membayangkan, bagaimana dengan anak yang bertahun-tahun tinggal di pesanten. Karakter ini akan tertanamkan dan terpupuk, hingga mereka dewasa dan terjun ke masyarakat.

-00o00-

Dari obrolan dengan anak setiap kunjungan, saya merasakan perubahan terjadi pada anak saya. Membuat saya  berketetapan hati, terus belajar dan mengembangkan diri sendiri, agar bisa mengimbangi anak. Pun para pendidik, selalu membuka ruang diskusi, melalui group WA yang sudah dibuatkan.

Pasti masih banyak persiapan, yang bisa jadi terlewat dari tulisan ini. Namun, secara garis besar setidaknya terwakili melalui artikel sederhana ini. Semoga di lain kesempatan, saya bisa mengisahkan hal lain dari sudut pandang orang tua, yang memiliki anak menuntut ilmu di Pondok Pesantren.




Baca juga:
Pagination, Untuk Pengalaman Membaca yang Lebih Optimal
Pola Cair Tunjangan Profesi Dapat Mengganggu Konsentrasi Guru
Belajar Kearifan Lokal dari Petani saat Hadapi Fenomena Embun Beku

Gara-gara "Body Shaming" Malah Bikin "Self Blaming"

$
0
0

missmuslim.nyc

Silaturrahmi merupakan sunah dari rasulullah yang harus kita jadikan budaya. Bertemu kerabat, keluarga dan teman sekolah adalah sebuah bentuk silaturrahmi. Banyak hal yang bisa diobrolkan ketika reuni dengan teman lama.

Namun, ada saja hal-hal yang kadang tidak mengenakkan hati dan menjadi suasana pertemanan menjadi tidak akrab lagi.

"Udah lama ga ketemu yaa.. kok lo gendutan sekarang? 

"Dietlah, nanti susah lakunya," 

"Kapan punya anak? Gue aja udah mau 2,"

Berbagai tanggapan mungkin pernah kita rasakan dan membuat kita menjadi nyesek dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Niat awalnya pengen ketemu teman lama ngobrol masa-masa kuliah, sekolah dan masa kecil malah dirusak oleh first impression orang yang secara spontan mengomentari fisik kita.

Ketika kita ga terima kalau dibilang kerempeng/gendutan, mereka malah bilang "biasa aja dong, kok baperan sih?" Hey! Seriously, "jangan baper" bukanlah justifikasi buat tidak berempati, dan bukanlah pembenaran kalo body shaming itu diperbolehkan.

Kita tidak pernah tahu apa yang telah mereka lalui sehingga menjadi seperti sekarang...

Teman saya pernah bercerita, dia pernah dibilang "kok gendutan sih?" dan tahu gak, dia langsung nangis. Orang yang nanya gitu tidak tahu kalo dia habis hamil, dan keguguran. You know-lah, dampak selama hamil ya berat badan naik, dan kegugurannya juga barusan banget. Tapi kita ga pernah tahu kan kan story behind siapapun.

Menurut saya, orang itu sangat tidak sopan dan tidak bisa mengontrol hati dan pikirannya sehingga pernyataannya membuat orang sakit hati

Akhirnya self blaming...

Saya pun pernah mengalamin hal seperti ini. Temen saya spontan komen di sosial media mengenai feed saya, "badan lo jelek banget kaya bapak-bapak anak 3". Awalnya saya anggap hanya candaan yang bikin kita lebih deket aja sih dibawa santai aja. Tapi lama-kelamaan saya sering mendapatkan kesan pertama dengan pernyataan demikian dari orang-orang.

Lama-lama saya menjadi menyalahkan fisik saya sendiri dan menyesalkan apa yang pernah dilakukan dan menyebabkan fisik saya kurang enak dan tidak layak dipandang teman.

Saya minder dan tidak percaya diri

Padahal saya sangat mensyukuri apa yang saya miliki selama ini sebelum "negara api tersebut menyerang". 

Di luar negeri, begitu ketemu orang, pertanyaan pertama kali yang dilontarkan adalah "apa kabar?", "lagi ada kesibukan apa sekarang?". Pertanyaan-pertanyaan seperti ini menurut saya lebih membangun dan berkualitas dibandingkan dengan basa-basi yang mejurus ke fisik seseorang. Ingat, sebelum justifikasi orang kita ga pernah tahu story behind-nya seseorang.

Sebaiknya, bersikaplah lebih sopan jika bertemu dengan orang-orang. Excited boleh, tapi harus bisa dikontrol sebelum berbicara dan lebih mementingkan perasaan dan kasih sayang. 

Peneliti Kristin Neff, PhD dari California University mengatakan agar kita tidak melakukan body shaming dan self blaming, kita perlu memiliki 3 hal ini:

  • Self-kindness: ketika diri kita mendapat penolakan atau kritik terhadap fisik kita, kita sering menyalahkan diri sendiri dan mengakibatkan stress lalu merasa gagal terhadap apa yang seharusnya diinginkan orang. Bersikaplah dengan berbelas kasih dan pengertian terhadap diri sendiri, maka kita dapat lebih meredam dampak buruk self blaming.
  • A Sense of Common Humanity: Pada umumnya manusia itu menderita, fana dan tidak sempurna. Kita tidak pantas untuk berbasa-basi tidak sopan dengan pernyataan yang menjurus ke fisik seseorang. Kita tidak pernah tahu apa yang telah dialami sesorang sehingga menjadi seperti sekarang. Pekalah terhadap rasa kemanusiaan.
  • Mindfulness: berpikir lebih sadar terhadap hubungan pikiran dan perasaan. Semakin mampu kita mengontrol diri semakin tinggi tingkat kesadaran seseorang. Jika kita tidak bisa mengontrol ketika mengalami body shaming, maka kita akan mudah mengalami depresi dengan menyalahkan diri secara berlebihan. 

Saya pribadi pun pernah melakukan hal ini kepada orang. Namun, dengan semakin maraknya fenomena ini saya temui dari cerita teman dan feed sosial media, saya lebih banyak belajar dan memahami bahwa bad things, caused the worst impact for someone.

Kita memang tidak bisa mengontrol jempol dan lidah, tapi kita punya hati dan otak untuk mengontrol jempol dan lidah itu.




Baca juga:
Mencari Final Ideal Piala Dunia 2018
Usai Susu Kental Manis, Berikutnya Susu Formula?
Saling Menghargai dalam Menyikapi "Hijrah"

Saatnya Nobar dan Diskusi Film Indie "Alang Alang Kumitir" bersama KOMiK

$
0
0

Dokumentasi KOMiKHai-hai Komikers dan seluruh pecinta film Indonesia!

Kali ini KOMiK Kompasiana bekerja sama dengan Freeaktivitas, mau ngadain screening dan diskusi film indie yang berjudul "Alang-Alang Kumitir".

Film pendek berdurasi sekitar 30 menit, ditulis dan disutradarai langsung oleh Agung Jarkasih. Di usianya yang masih relatif muda, Agung Jarkasih ini sudah menelurkan beberapa karya diantaranya "Tangan-Tangan Kecil 2" yang tahun lalu juga dilakukan screening bersama para komikers di acara Ngoplah.

Agung Jarkasih bisa menjadi salah satu role model, anak muda yang sukses membawa film "Alang-Alang Kumitir" ini ke dua kompetisi film internasional. Yaitu di Bucharest International Film, masuk sebagai selection official dan menjadi finalis di Indie Best Film Festival, California. Keren banget ya!

Serunya lagi, kegiatan kali ini tidak hanya nonton bareng aja nih, kita juga akan diskusi dengan Agung Jarkasih dan tim mengenai seluk-beluk maupun pengalaman selama pembuatan film indie.

Alang-Alang Kumitir, bercerita mengenai semesta yang memiliki tujuh lapisan langit. Manusia sendiri menempati lapisan langit pertama yang disebut alam dunia. Hannas (nafsu) adalah seseorang yang memilki kehidupan di hutan.

Suatu hari, saudaranya pergi meninggalkan hutan mencari alang-alang kumitir, sebuah tempat yang lebih tinggi dari langit ketujuh. Melihat saudaranya pergi, Hannas mencoba mencari arti dari alang-alang kumitir dan menempatkan dirinya dalam pencarian.

Daripada penasaran, yuk segera daftar nobarnya. Catat tempat dan waktunya ya!

  • Nama Event: Nobar dan diskusi "Alang-alang Kumitir"
  • Hari/Tanggal: Sabtu, 21 Juli 2018
  • Pukul: 12.30 WIB - selesai
  • Tempat: Teater Mini, Perpustakaan Nasional RI Lantai 8, Jalan Medan Merdeka Selatan No. 11, Senen, Gambir, Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110

Pendaftaran bisa melalui link ini ya https://bit.ly/alangalangkumitir.

Yuk nonton yuk nulis ^0^

Salam Komik !

dok- KOMiK





Baca juga:
Memeluk Kincir Angin Raksasa di PLTB Sidrap
Mencari Final Ideal Piala Dunia 2018
Usai Susu Kental Manis, Berikutnya Susu Formula?

Belajar Rendah Hati Menerima Informasi dari Kecil

$
0
0

www.nfer.ac.uk

Saat aku mengangkat jemuran siang ini, aku melihat seorang gadis kecil berambut panjang yang sesenggukan di teras sebelah rumahku. Di sampingnya ada seorang anak laki-laki berambut jabrik dan dan seorang gadis lainnya yang berambut keriting.

Gadis berambut keriting itu tersenyum padaku memamerkan gigi kecilnya yang kecoklatan karena pengaruh obat. Anak laki-laki berambut jabrik itu juga menatapku sedangkan gadis yang berambut panjang masih menundukkan kepala sambil sesenggukan. 

Di sisi lain terasnya, aku melihat mama gadis berambut panjang itu sedang menggendong bayi.

"Pada ngapain?" tanyaku mendekati gadis berambut keriting.

"Indri nangis," jawabnya menunjuk temannya yang masih tertunduk.

"Kenapa?" tanyaku lagi.

"Tadi lagi latihan nulis sama Mama Indri, trus Indri nulisnya huruf A di tengah kata pake huruf besar," jawab gadis keriting itu. "Trus Mama Indri sama Naura bilang, huruf A kalau di tengah ditulis kecil. Eh, Indrinya malah nangis."

"Guru Indri bilang kalau nulis harus kayak gitu. Kalau gak gitu nanti salah," tukas Indri sambil sesenggukan. "Indri dari TK diajarinnya kayak gitu."

Aku sudah membuka mulutku ketika Mama Indri mengedipkan matanya. Akupun mengurungkan niatku untuk mengeluarkan suara.

Ketika tangis Indri sudah mereda dan dia main lagi bersama Naura dan teman yang lainnya, Mama Indri mendekatiku.

"Kayak begitu tuh, yang kadang bikin saya kesel," kata Mama Indri. "Indri mah susah kalo dikasih tahu sama saya. Kalau kata gurunya itu. Ya udah itu. Ya walaupun bukan guru kan saya pernah sekolah."

Aku manggut-manggut.

Saat masuk ke dalam rumah, aku menyalakan laptop kemudian menyambungkan koneksi internet. Saat aku melihat media sosial, lini masa penuh dengan debat kusir orang-orang. Perdebatan orang yang meyakini bahwa apa yang dia tahu dan apa yang dikatakan orang lain itu salah. Jadilah perdebatan yang tidak berujung.

Entah mengapa, aku merasa 2 hal ini ada kaitannya. Jika sikap Indri, yang tidak bisa menerima masukan dari orang lain, ini terus berlanjut. Tidak menutup kemungkinan dia akan menjadi seperti orang-orang yang suka berdebat di internet. Aku tidak menyumpah. Hanya memprediksi masa depan dengan fakta yang ada sekarang.

Aku tidak pernah bosan menceritakan tentang kisah Hayun yang bersekolah di Australia (ceritanya ada di artikel ini). Di sekolah Hayun, Hayun diajari untuk rendah hati dalam menerima informasi. Gurunya sendiri tidak saklek mengatakan bahwa apapun yang keluar dari mulutnya adalah benar. Saat menjelaskan tentang sesuatu, gurunya berkata bahwa it can be right, it can be wrong.

Aku jadi teringat bertahun-tahun lalu saat aku masih duduk di bangku sekolah. Saat itu, ayahku menemukan catatan pelajaranku. Dalam catatan itu tertulis jika tegangan normal aki motor saat mesin dimatikan adalah 10 Volt. Ayahku kemudian menegurku, "Tegangan normal aki motor itu 12 volt, Meta. Kok kamu nulis ngawur gini sih?"

"Lah, kata guruku 10 volt," sahutku membela diri.

"Sini kamu..." kata ayahku mengajakku membaca bukunya dan menunjukkanku bentuk dari aki motor. Ayahku yang merupakan seorang dosen elektronika dan hobi membongkar motor memberikan ceramah padaku. Intinya, dia bilang tegangan normal aki motor saat mesin dimatikan adalah 12 volt. Tegangan itu bisa naik saat mesin dihidupkan sampai 14 koma sekian volt.

Besoknya, aku membicarakan ini tentang tegangan aki ini pada guruku. Guruku keukeuh dengan pernyataannya karena di buku yang dibacanya tertulis seperti itu. Ketika aku menunjukkan buku milik ayahku, guruku berkata bahwa di sekolah yang memberi nilai adalah beliau. Bukan ayahku. Jadi aku diminta untuk menyesuaikan diri.

Saat aku cerita dengan ayahku, ayahku juga memintaku untuk menyesuaikan diri. Katanya, yang penting aku tahu bagaimana yang benarnya. Sejak saat itu aku males dengan yang namanya sekolahan.

Ada yang perlu ditingkatkan dalam sistem pendidikan kita. Hal-hal dasar seperti karakter baik, budi pekerti, dan sifat-sifat lain seharusnya ditanamkan pada anak didik. Sifat-sifat yang harus lekat pada mereka sampai mereka dewasa.

Ilmu pengetahuan dan informasi mengenai apapun sekarang ini sangat mudah diakses. Ilmu kefarmasian yang dulunya hanya bisa dinikmati oleh ahli farmasi kini terbuka lebar. Tidak hanya tenaga kesehatan saja yang bisa mengaksesnya tapi juga masyarakat umum lewat teknologi bernama internet.

Sehingga bila orientasi sekolah masih sebatas memberikan informasi baru pada anak didik, ini benar-benar ketinggalan. Orang awam bisa saja sama tahunya dengan apoteker tentang obat karena orang awan ini membaca jurnal-jurnal tentang obat. Namun apoteker harus memiliki sikap dan kebijaksanaan yang berbeda dengan orang awan. Nah, sikap dan kebijaksanaan apoteker ini yang harus ditanamkan oleh pendidik di jurusan farmasi maupun di program profesi apoteker.

Tentu saja melatih karakter anak bukan hanya tanggung jawab guru saja. Itu adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, guru, dan masyarakat. Namun bila seorang guru mencontohkan sikap angkuh, agak sulit muridnya untuk diajari sikap rendah hati.




Baca juga:
Begini Antisipasi Pemerintah Mengatasi Panas Ekstrem di Musim Haji
Memeluk Kincir Angin Raksasa di PLTB Sidrap
Mencari Final Ideal Piala Dunia 2018

Rasa Unik Kopi Punggel, Nikmat Tuhan di Gunung Gilingan

$
0
0

Dokumentasi Pribadi

Kekuasaan sang Kholiq sungguh maha segala-galanya. Hanya lewat satu jenis kopi yang rasanya unik pun ilmu pengetahuan yang konon disebut ahli, menjadi kocar-kacir.  

Percaya atau tidak, di Pegunungan Gilingan, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta, ada satu jenis kopi langka. Yang oleh masyarakat setempat dinamakan Kopi Punggel.

Kopi ini secara fisik bentuknya kecil-kecil (atau dalam kategori kopi digolongkan dalam jenis Kopi Arabica) dan berbeda dengan kopi jenis Robusta yang bentuk fisiknya bulat besar-besar.

Tetapi Kopi Punggel memiliki rasa pahit yang sangat tajam sehingga diyakini sebagai jenis kopi robusta. Namun ketika diminum dalam keadaan setengah dingin, maka rasa asam kopi arabica juga muncul cukup tajam.

Aneh bukan? Berbagai penelitian pun dilakukan oleh sejumlah ahli termasuk oleh Dinas Perkebunan DIY. Namun sampai saat ini mereka belum bisa menyimpulkan apakah Kopi Punggel masuk dalam jenis arabica atau robusta.

Dokumentasi Pribadi

Staf Dinas Perkebunan DIY, Jumanto, ketika ditemui di lereng Pegunungan Gilingan, mengatakan, bahwa bertahun-tahun uniknya Kopi Punggel tetap menjadi misteri yang susah disibak.

 "Lalu kita mengambil suatu kesimpulan, barangkali inilah kopi khas Pegunungan Gilingan Girimulyo, yang memang diciptakan Tuhan, untuk menyibak eloknya wilayah ini," katanya.

Pegunungan Gilingan berada pada 900 meter di atas permukaan laut, dengan hawa yang sejuk, dan cenderung dingin.

Karena rasanya yang unik ini, kemudian Dinas Perkebunan DIY mengajarkan kepada masyarakat teknik mengolah kopi secara alamiah, dan mendorong ditasbihkannya Kopi Punggel sebagai cinderamata bagi para wisatawan yang berkunjung ke berbagai destinasi wisata di wilayah ini.

"Sadar akan keunikan Kopi Punggel, maka masyarakat di wilayah ini kami ajak untuk menjadikan Kopi Punggel sebagai hadiah istimewa bagi siapapun yang berkunjung ke wilayah ini baik sebagai wisatawan maupun tamu," kata Marjiyanto, Ketua Kelompok Petani Teh dan Kopi, di Pergunungan Gilingan.

Maka kemudian diajarkanlah teknik pengolahan kopi tradisional kepada warga masyarakat, dan mereka juga diajarkan teknik menyedu kopi yang baik.

Dokumentasi Pribadi

Kepada wisatawan yang berkunjung di berbagai destinasi wisata di kawasan Pegunungan Gilingan atau Bukit Menoreh, Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo, maka mereka akan diajak untuk singgah di Kampung Teh Dan Kopi (Kampung Teko) untuk menikmati uniknya Kopi Punggel.

"Bukan hanya menikmati sajian, mereka juga boleh menikmati hebohnya menggoreng kopi dengan tungku alam, mengsangrai, dan menyedunya sendiri, sesuai dengan selera yang mereka mau."

Dengan cara ini, kami ingin memperlihatkan kepada khalayak bahwa Kopi Punggel yang beraroma unik, kombinasi antara kopi arabica dan robusta, bukan buatan manusia, tetapi kopi unik pemberian Tuhan," kata Marjiyanto.

Bagi wisatawan atau tamu yang berkunjung ke wilayah lereng Pegunungan Gilingan, dipastikan akan membawa oleh-oleh Kopi Punggel, dan bisa menikmati berbagai pemandangan indah alam sekitarnya, tanpa harus dipungut retribusi.

"Mereka yang berwisata, mereka akan mendapatkan layanan sebagaimana sahabat, teman, bahkan saudara. Bisa ngopi di mana rumah warga manapun, mereka bisa parkir dihalaman rumah siapapun, tanpa harus bayar parkir, dan kehadiran mereeka ke wilayah ini akan disambut dengan hangat tanpa basa-basi," katanya.

Dokumentasi Pribadi

Jika wisatawan atau tamu ingin mendukung pelestarian Kopi Punggel sebagai kopi unik yang kini tengah diupayakan warga, maka bisa menyumbang dengan membeli Kopi Punggel kemasan dengan harga antara Rp. 20.000 per paket.

Begitulah sebuah cerita unik dari Pegunungan Gilingan, Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta yang dikaruniani alam indah dengan satu jenis kopi yang rasanya unik, yang tidak pernah ada duanya di dunia.

Menurut cerita, kenapa Kopi Punggel (perpaduan arabica dan robusta) ini tumbuh di wilayah ini, karena disinilah tempat yang subur dengan kelembaban yang sangat terjaga, karena adanya mata air murni yang mengalir di bawah Gua Kiskenda hingga sekarang ini. 

Pengelolaan tanah dan lingkungan yang nyaris tanpa kimia (alamiah), sebagaimana adat budaya warga setempat, menjadikan kopi unik ini sebagai hadiah terindah dari Sang Maha Pencipta. ****




Baca juga:
Ayo Daftar Menjadi Bagian dari Kolaboraksi di ICD 2018 Malang!
Pengalaman "Resign" Sebelum Mendapat Pekerjaan Pengganti
Begini Antisipasi Pemerintah Mengatasi Panas Ekstrem di Musim Haji

Paradigma Usang Pemimpin yang Gagal, Segeralah Pindah ke Paradigma Baru

$
0
0

(Sumber: cannadianinnovators.org)

Tidak mudah menjadi seorang pemimpin dalam era sekarang ini. Oleh karena perubahan yang terjadi begitu cepat, dan sulit dideteksi apa yang akan terjadi besok atau bulan depan, maka dituntut kemampuan extra dari seorang pemimpin untuk mengelola perubahan yang terjadi itu.

Era sekarang sering digambarkan dengan isu-isu global yang mengarahkan perubahan yang terus terjadi, yaitu Sosial Media, Globalisasi, Mobile commerce, Geopolitic war, Renewable techonologies and Smart mechines, OutsourcingPerubahan iklim dan kelangkaan sumber daya, Telecommuting dan virtual teams, CybercrimeRedistribusi kekuatan ekonomi. Hal-hal inilah yang diperhadapkan kepada seorang pemimpin. 

Dengan dinamika perubahan seperti ini, harus diakui bahwa tidaklah mudah mencari seorang pemimpin yang hebat atau pemimpin yang efektif. Kecenderungan yang terjadi adalah krisis kepercayaan kepada seorang pemimpin semakin meningkat, karena perilaku pemimpin banyak yang menipu dan berbohong kepada pengikutnya, tidak setia pada janji dan sumpahnya. 

Kejadian ini bisa diamati yang selalu muncul dalam pemberitaan, baik di media cetak maupun di media televisi, sosial media dan sebagainya.

Seorang pakar dan penulis buku tentang Kepemimpinan, Richard Daft (2016) dalam buku teksnya mencatat apa yang terjadi di Amerika Serikat misalnya, dengan mengatakan bahwa "hampir setiap bulan ada laporan baru mengenai seorang pemimpin yang berbohong, menyesatkan, atau menipu karyawan, pelanggan, atau pemerintah. Tidak heran survei menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap pemimpin menurun dan kecurigaan atau ketidakpercayaan terhadap pemimpin meningkat". 

Ini sebuah fenomena ironis di zaman modern dan kemajuan teknologi informasi yang sangat canggih saat ini. 

Walaupun harus diakui bahwa pemimpin yang berkualitas dan hebat serta efektif banyak ditemukan dimana-mana, tetapi kecenderrungan peningkatan jumlah pemimpin yang gagal dengan perilaku yang tidak benar, menjadi sesuatu yang serius untuk dicermati. 

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa para pemimpin yang gagal, tidak berkualitas dan tidak efektif adalah mereka yang masih mempertahankan Paridigma Usang (Old Paradigm Leader) dalam memimpin.

Paradigma usang atau juga disebut paradigma tradisional yang sudah tidak sesuai dan mampu lagi mengelola perubahan yang terjadi di dalam organisasi, dan lebih banyak menciptakan permasalahan dalam organisasi ketimbang kemajuan yang akan diraih.

Makna Dasar Kepemimpinan : Pemimpin dan Pengikut

Para peneliti Manajemen dan Kepemimpinan mengakui bahwa defenisi kepemimpinan ini berubah dan berkembang sangat luar biasa. Bahkan seorang pakar kepemimpinan, James McGregor Burns menyimpulkan bahwa kepemimpinan "adalah salah satu fenomena yang paling diamati dan paling tidak dipahami di bumi." 

Mendefinisikan kepemimpinan telah menjadi masalah yang kompleks dan sulit dipahami karena sifat kepemimpinannya sendiri sangat kompleks dan terus menerus berubah.

Walaupun demikian, perlu sebuah pengertian sederhana tetapi representatif tentang leadership atau kepemimpinan ini, yaitu yang mengatakan bahwa "kepemimpinan adalah hubungan yang saling mempengaruhi antara pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan dan hasil nyata yang mencerminkan tujuan bersama diantara mereka"

Pengertian kepemimpinan ini menyimpulkan, terdapat komponen kunci yang menjadi makna dasar tentang leadership itu, yaitu (i). Kepemimpinan melibatkan pengaruh (Influence); (ii) Terjadi di antara orang-orang; (iii) Orang-orang itu dengan sengaja menginginkan perubahan yang signifikan; (iv) Perubahan mencerminkan tujuan bersama antara para pemimpin dan pengikut (follower).

Kepemimpinan melibatkan pengaruh atau influence. Mempengaruhi berarti hubungan antar manusia tidak pasif; namun harus difahami bahawa yang mempengaruhi adalah multiarah dan tidak memaksa. 

Saling mempengaruhi berarti ada timbal baliknya, bukan saja pemimpin yang mempengaruhi tetapi pengikut juga dapat mempengaruhi pimpinan. Di sebagian besar organisasi, atasan memengaruhi bawahan, tetapi bawahan juga mempengaruhi atasan.

Orang-orang yang terlibat dalam hubungan kepemimpinan menginginkan perubahan yang substantif,  kepemimpinan menciptakan perubahan, tidak mempertahankan status quo. Sebagai tambahan, perubahan yang dicari tidak didikte oleh para pemimpin tetapi mencerminkan tujuan para pemimpin dan bersama pengikutnya. 

Apalagi, perubahan adalah menuju hasil yang baik bagi pemimpin dan para pengikut, masa depan yang diinginkan atau tujuan bersama yang memotivasi mereka. Aspek penting dari kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama dalam satu visi, satu tujuan, satu mimpi dan satu kapal. 

Dengan demikian, kepemimpinan melibatkan pengaruh untuk membawa perubahan menuju masa depan yang diinginkan dan lebih baik, berkualitas dan membahagiakan tentunya.

Selain itu, kepemimpinan adalah kegiatan manusia, berbeda dari dokumen administrasi atau kegiatan perencanaan. Kepemimpinan terjadi antara orang-orang, karena kepemimpinan melibatkan orang, sehingga harus ada pengikut. 

Seorang ilmuwan, musisi, atlet, atau pemahat kayu dapat menjadi pemimpin dalam bidang keahliannya tetapi bukan pemimpin sebagaimana yang memiliki pengikut terlibat. Pengikut  atau follower adalah bagian penting dari proses kepemimpinan  dan semua pemimpin terkadang juga pengikut. Pemimpin yang baik tahu cara mengikuti dan mereka memberi teladan bagi yang lain.

Salah satu stereotipe penting yang harus difahami dengan sungguh-sungguh, menyatakan bahwa pemimpin merasa bahwa mereka berada di atas orang lain, ini tidak benar sepenuhnya. Karena kenyataannya, kualitas yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif adalah sama dengan yang diperlukan untuk menjadi pengikut yang efektif.

Pengikut yang efektif berpikir untuk diri mereka sendiri dan melaksanakan tugas dengan energi dan antusiasme sendiri. Mereka berkomitmen untuk mengerjakan sesuatu di luar kepentingan mereka sendiri, dan mereka memiliki keberanian untuk membela apa yang mereka percayai.

Pengikut yang baik bukanlah orang yang begitu saja mengikuti seorang pemimpin. Pemimpin dan pengikut yang efektif kadang-kadang bisa menjadi orang yang sama, memainkan peran yang berbeda pada waktu yang berbeda. 

Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang teridiri dari para pemimpin dan pengikut dengan semua orang yang sepenuhnya terlibat dan menerima tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi.

Saat ini, musti dimengerti bahwa kepemimpinan itu bisa saja datang dari siapa pun. Ketika kita berhenti menyamakan kepemimpinan dengan kehebatan dari visibilitas publik, maka akan menjadi lebih mudah untuk melihat peluang kita sendiri untuk kepemimpinan dan mengenali kepemimpinan dari orang-orang yang berinteraksi setiap hari. 

Pemimpin datang dalam berbagai bentuk dan ukuran, dan banyak pemimpin sejati bekerja di belakang layar. Kepemimpinan yang memiliki hasil besar seringkali dimulai dari kecil.

Ada peluang untuk menjadi pemimpin di sekitar kita yang melibatkan pengaruh dan perubahan menuju tujuan maupun hasil yang diharapkan. Para pemimpin organisasi akan datang dari mana saja dan di mana saja. Kepemimpinan adalah cara untuk bertindak dan berpikir yang tidak ada hubungannya dengan jabatan atau posisi formal dalam organisasi.

Sumber: natoma.com

Kenyataan Baru bagi Seorang Pemimpin

Saat ini dan hari-hari mendatang, bila Anda sedang dalam posisi seorang pemimpin maka hari-hari yang dihadapi dan dikelola dengan benar adalah hal-hal yang berkaitan dengan isu-isu besar seperti Sosial Media, Globalisasi, Mobile commerce, Geopolitic war, Renewable techonologies and Smart mechines, Outsourcing Perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya, Telecommuting dan virtual teams,  Cybercrime, hingga pada Redistribusi kekuatan ekonomi. 

Sebuah kenyataan, sebuah dunia yang sama sekali berbeda sebelum 10 tahun yang lalu. Dan dipastikan akan terus berubah dan berbeda dalam segala aspek, arah, dinamika, tantangan dan tentu saja strategi mengelolanya.

Perubahan besar sedang terjadi di dunia berarti para pemimpin saat ini menghadapi tantangan yang tidak dapat mereka lakukan bahkan bayangkan beberapa tahun yang lalu. Dalam sebuah survei oleh Center for Creative Leadership ditemukan bahwa sebesar 84 persen pemimpin yang disurvei mengatakan definisi kepemimpinan yang efektif berubah secara signifikan dalam beberapa tahun pertama abad kedua puluh satu yang baru dijalani 15 tahunan ini. 

Bahkan sebelum teknologi informasi mobile dan sosial media  mulai membentuk kembali kehidupan pekerjaan sehari-hari. Keterhubungan dan mobilitas sosial menjadi aspek utama yang harus dieklola oleh seorang pemimpin.

Hasil-hasil pemikiran para sejarawan dan bahkan para ilmuwan percaya bahwa dunia kita sedang mengalami transformasi. Lebih mendalam dan jauh jangkauannya daripada yang dialami sejak zaman modern dan Revolusi Industri lebih dari 500 tahun yang lalu. Pemimpin hari ini beroperasi di dunia di mana sedikit yang pasti, kecepatannya tanpa henti, dan segalanya lebih kompleks.

Paradigma Usang ke Paradigma Baru

Kenyataan dunia baru yang telah berubah sangat drastis dalam segala aspek, maka pemimpin harus meninggalkan paradigma usang, paradigma tradisional dan segera berpindah dalam wilayah paradigma modern yang lebih maju.

Transformasi ini membutuhkan transisi dari Paradigma Kepemimpinan Tradisional masuk kedalam Paradigma Kepemimpinan Baru nan Modern.  

Paradigma adalah pola pikir bersama yang mencerminkan secara fundamental pola berpikir seorang pemimpin tentang melihat dan memahami dunia ini. Atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa paradigma adalah cara memandang dunia ini dan dengan cara memandang demikian, akan menentukan sikap, langkah dan perilaku mengelola dunia ini.

Dalam ranah kepemimpinan, dikenal juga paradigma kepemimpinan yang usang dan sama sekali tidak efektif untuk mengelola organisasi, karena akan banyak menimbulkan permasalahan ketimbang kinerja yang baik.

Terdapat lima macam paradigma usang seorang pemipin yang tidak berkualitas dan akan menemui kegagalannya, yaitu (i). Stabilazer, (ii). Controller, (iii). Competitor, (iv). Diversity Avioder, dan (v). Hero.  Sementara itu, ada juga lima aspek Kepemimpinan Paradigma Baru, yaitu (i). Change Manager, (ii). Facilitator, (iii). Collabolator, (iv). Diversity Promoter, dan (v). Humble.

PertamaFrom Stabilier to Change Manager

 Di masa lalu, banyak pemimpin berasumsi bahwa jika mampu melakukan hal-hal yang berjalan dengan baik terus menerus dan mantab maka organisasi akan sukses. Namun dunia sekarang ada di dalamnya gerakan perubahan yang konstan dan dijamin tidak ada lagi yang pasti. Jika seseorang pemimpin masih memiliki ilusi adanya stabilitas pada awal abad kedua puluh satu ini dipastikan organisasinya atau perusahaan yang dimpimpinnya sudah hancur dan gulung tikar.

Kejadian-kejadian maha dahsyat yang terjadi diberbagai belahan dunia beberapa tahun terakhir menjadi bukti konkrit tentang terjadinya gerakan perubahan yang memaksa seorang pemimpin untuk tidak lagi berpikir stabilitas. 

Sekadar contoh, Gempa dahsyat di Jepang pada tahun 2011 memicu gelombang tsunami besar-besaran dan merusak reaktor nuklir di pembangkit listrik Daiichi Fukushima dan menyebabkannya penutupan beberapa perusahaan, menciptakan gangguan rantai pasokan produsen di seluruh dunia. Setelah bencana tersebut, para manajer di Tokyo Electric Power Company (Tepco) dikritik karena gagal bertindak cepat mendinginkan reaktor di Fukushima.

Contoh lainnya, The Arab Spring, sebuah gelombang protes revolusioner di dunia Arab itu dimulai pada akhir 2010, telah menciptakan lingkungan yang hiruk-pikuk untuk bisnis yang beroperasi di wilayah ini serta meningkatnya ketidakpastian dan ketidakstabilan perusahaan di seluruh dunia. 

Ketidakstabilan tetap meningkat di seluruh dunia dunia Arab menyebabkan masalah bagi organisasi lokal dan asing.

Lihat misalnya yanga terjadi di Uni Eropa (UE), Spanyol, Irlandia, dan khususnya Yunani mengalami kesulitan membayar hutang mereka, menyebabkan kemungkinan perpecahan sistem euro (mata uang tunggal yang diadopsi oleh negara-negara Uni Eropa). 

Pemimpin perusahaan multinasional melakukan bisnis di negara-negara Uni Eropa harus bersiap menghadapi yang terburuk dan mengambil langkah melindungi diri sendiri, serta mempertimbangkan apa yang akan dilakukan jika  kembali ke mata uang nasional.  

Mempertahankan sesuatu yang stabil sesungguhnya menjadi usaha yang sia-sia belaka. Yang dibutuhkan adalah upaya dan reaksi gerak sangat cepat agar tidak ketinggalan mengikuti perubahan yang ada dan akan terus ada. Bila perlu harus mendahului perubahan itu. Ini artinya paradigma stabilitas tidak menjadi jawaban persoalan yang ada.

Pemimpin terbaik hari ini menerima keniscayaan perubahan dan krisis dan memanfaatkannya, mereka sebagai sumber potensial energi dan pembaharuan diri. Kemampuan beradaptasi adalah semboyan hari ini.  

Bahwa kesuksesan organisasi hasil dari pemimpin yang bisa tetap tenang, fokus, dan disiplin dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan yang tak terelakkan.

Kedua, From Controller to Facilitator

Para pemimpin yang sedang berkuasa pernah percaya bahwa kontrol yang ketat dibutuhkan organisasi yang berfungsi efisien dan efektif. Hirarki organisasi yang ketat, pekerjaan terstruktur dan proses kerja, prosedur yang terperinci dan mengikat semua orang, bahwa orang-orang di puncak memiliki kekuatan dan mereka yang berada di bawah tidak memiliki kuasa apapun.

Saat ini, asumsi usang tentang distribusi kekuasaan tidak lagi bisa diterima. Penekanan pada kontrol dan kekakuan berfungsi untuk memadamkan motivasi, inovasi, dan moral sehingga bukan lagi  menghasilkan capain yang diinginkan tetapi ambruknya moral dan semangat kerja karyawan.

Pemimpin yang efektif berbagi kekuasaan ketimbang menimbunnya dan menemukan cara untuk meningkatkan kemampuan otak organisasi dengan mendapatkan semua orang yang terlibat dan berkomitmen dalam organisasi. 

Alih-alih menjadi pengendali, pemimpin adalah fasilitator yang membantu orang melakukan dan menjadi yang terbaik dengan menghilangkan rintangan untuk mencapai kinerja yang baik, membuat orang menyukai apa yang mereka butuhkan, memberikan kesempatan belajar, dan menawarkan dukungan dan umpan balik.

Ini berarti modal manusia menjadi lebih penting daripada modal finansial. "Ide atau gagasan jauh lebih penting daripada materi".  Bila semua organisasi membutuhkan pekerja menjalankan mesin delapan jam sehari, sistem komando dan kontrol tradisional umumnya bekerja cukup baik, tapi kesuksesan hari ini tergantung dari kapasitas intelektual semua karyawan. 

Salah satu tugas pemimpin yang paling menantang adalah yang memungkinkan setiap orang untuk merangkul dan menggunakan kekuatan mereka secara efektif bagi kemajuan perusahaan.

Ketiga, From Competitor to Collaborator

Dunia sekarang dikuasai oleh sosial media yang luar biasa. Sehingga media sosial telah menempatkan konektivitas pada steroid,"  yang tampil dalam bentuk samar-samar nan kabur kabur dan kadang-kadang melenyapkan batas-batas di dalam dan di antara organisasi. 

Dalam jaringan yang saling terkait usia, kolaborasi menjadi lebih penting daripada persaingan. Artinya, perkembangan teknologi media sosial menempatkan paradigma usang sebagai Pesaing/Competitor, sudah tidak lagi relevan.

Karena kecenderungan orang saat ini menjadi menyatu dalam sebuah kerjasama atau kolaborasi untuk menghadapi dan mengelola sesuatu. Keberhasilan seorang pemimpin memanfaatkan ide, talenta, dan sumber daya secara maksimal dari segala jenis  dan sumber. 

Pemimpin yang paling berhasil menekankan kerja tim, kompromi, dan kerja sama, tim self-directed dan bentuk kolaborasi horizontal lainnya menyebar pengetahuan dan informasi di seluruh organisasi.

Pemimpin yang efektif juga bekerja sama dengan pemasok, pelanggan, pemerintah, universitas, dan organisasi lainnya. Ada trend yang berkembang di dalam perusahaan yang menganggap diri mereka sebagai tim yang menciptakan nilai bersama bukan sebagai entitas otonomi dalam persaingan dengan yang lainnya. Kolaborasi menghadirkan tantangan kepemimpinan yang lebih besar daripada konsep lama kompetisi.

Pemimpin pertama harus mengembangkan pola pikir kolaboratif mereka sendiri dan kemudian menciptakan lingkungan kerja tim dan komunitas yang mendorong kolaborasi dan saling mendukung. Mereka belajar menjaga komunikasi tetap terbuka dan menggunakan pengaruh alih-alih menggunakan wewenang mereka untuk memadamkan bahaya politik, dan bergerak maju.

Keempat, From Diversity Avoider to Diversity Promoter

Banyak organisasi saat ini dibangun berdasarkan asumsi keseragaman, pemisahan, dan spesialisasi. Orang yang berpikir sama, bertindak sama, dan memiliki keterampilan kerja yang sama dikelompokkan ke dalam sebuah departemen, seperti akuntansi atau manufaktur, terpisah dari departemen lain.

Kelompok homogen merasa mudah bergaul, berkomunikasi, dan saling memahami. Pemikiran seragam yang muncul, bagaimanapun, bisa menjadi bencana di dunia menjadi lebih multinasional dan beragam. 

Membawa keragaman ke dalam organisasi adalah cara untuk menarik manusia berbakat terbaik dan mengembangkan pola pikir organisasi yang cukup luas untuk berkembang dalam dunia multinasional.

Mencari karyawan dengan usia, nilai, latar belakang etnis, dan pengalaman kerja yang berbeda. Orang-orang memiliki gaya yang berbeda, namun organisasi nampaknya bekerja lebih baik. Kelompok orang yang berbeda peran, dan beragam pengalaman memungkinkan perusahaan untuk merespons dengan baik untuk kinerja yang lebih baik.

Kelima, From Hero to Humble

Aspek terakhir dari paradigma kepemimpinan adalah merasa menjadi pahlawan. Seorang pemimpin targetnya adalah menjadi orang yang dianggap penyelamat dan paling besar di dalam sebuah organisasi. "Leader-as-hero", sebuah paradigma usang yang sudah tidak berlaku lagi. 

Yang dibutuhkan sekarang adalah paradigm baru, yaitu "leader-as-humble", mengenali pemimpin dibelakang layar dengan susah payah yang dengan tenang membangun perusahaan yang kuat dan tangguh dengan mendukung dan mengembangkan setiap orang lain daripada memaksakan kemampuannya sendiri untuk sukses dan dianggap pahlawan. 

Adalah seorang Abraham Lincoln yang memutuskan  membuat pilihan yang jitu di awal karir politiknya untuk menggunakan kemampuannya untuk melayani kepentingan rakyat Amerika Serikat daripada memberi makan egonya sendiri.

Sumber: strategicleaders.wordpress.com

Salah satu alasan untuk beralih dari hero  ke humble nan rendah hati adalah kurang realistis untuk pemimpin individu menghadapi semua tantangan di dalam tim atau organisasi yang keadaaannya kompleks dan berubah dengan sangat cepat. 

Pemimpin pahlawan mungkin lebih berisiko dan bernai membuat keputusan sendiri seringkali tanpa mempertimbangkan kebaikan yang lebih besar, sedangkan pemimpin yang rendah hati akan meminta nasehat dan meluangkan waktu untuk memikirkan konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakannya.

Melihat perubahan dunia yang sudah menglobal habis-habisan ini, seakan tidak ada jarak lagi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, seakan dunia ini telah menjadi sebuah "Global Village" atau desa dunia, dimana kemajuan telekomunikasi, komunikasi dan informasi menyebabkan konektivitas yang tinggi antara semua manusia sejagad ini, maka hanya pemimpin yang meninggalkan paradigm usang  yang berhasil, dan berkualitas ketika dengan sungguh-sungguh menerapkan Paradigma Kepemimpinan Baru.

Yang diinginkan saat ini dan dimasa yang akan datang, bukan lagi seorang Pemimpin Pahlawan, tetapi yang dirindukan adalah Pemimpin yang Humble!

Yupiter Gulo, TSM-Bekasi, 9 Juli 2018




Baca juga:
Kemenangan Prancis, Kemenangan Taktik
Memberi Efek "Wow" Pada Saat Mengajar
Mencari Final Ideal Piala Dunia 2018

Menelusuri Kelam Jejak Ratu Banten di Pulau Edam

$
0
0

Menuju makam Ratu Syarifah Fatimah, 150 meter dari Mercu Suar Vast Licht mengikuti jalan setapak

Tiga abad lebih tiga tahun setelah bumi Pulau Edam memeluk jasad seorang perempuan yang pernah amat berkuasa di Banten (1751), saya bersimpuh di makam sang Ratu dengan perasaan galau (7/7/18). Sehelai kain tipis bermotif warna pastel merah jambu dan hijau muda yang menyelubungi makam, bukan satu-satunya pemisah di antara kami. Ada jarak waktu tiga abad, kisah, kasta dan dunia tempat kami masing-masing berada sebagai jurang pemisah.

Makam ini berada di bagian pulau yang masih lebat berhutan. Jaraknya hanya sekitar 150 meter dari arah Mercu Suar Vast Licht, landmark utama Pulau Edam atau Damar Besar ini. 

Namun, melewati tembok pembatas antara mercu suar dan komplek mess yang mengelilinginya, kita akan merasakan suasana antara bagian pulau yang berpenghuni dan yang berhutan. Hutan yang menyembunyikan keberadaan makam, reruntuhan bangunan-bangunan tua dan bunker-bunker yang tak sepenuhnya utuh di pulau seluas 36 hektar ini.

"Assalammualaikum Ratu Syarifah Fatimah" bisik saya kepada angin yang sedang tak menggerakkan daun-daun di sekeliling. Hening.

Makam Ratu Syarifah Fatimah dan bekas bakaran dupa serta kendi para peziarah di Pulau Edam

Mengucapkan Basmalah dan melantunkan doa, dengan bantuan seorang teman, perlahan saya menyingkap kain penyelubung makam. Di bawahnya terdapat dua nisan berselubung kain putih dan sebuah nisan pipih berbentuk segi lima yang lebih dari separuhnya terkubur tanah makam berpasir. Nisan pipih yang menandakan tipologi makam Islam untuk perempuan. Untuk laki-laki, nisannya biasanya berbentuk bulat.

Membuka selubung makam ini ibarat membuka kisah tentang kedatangan saya ke Pulau Edam karena didorong rasa penasaran dengan kisah di balik sang pemilik makam.

Awal "Perkenalan" dengan Ratu Syarifah Fatimah

Saya "mengenal" Ratu Fatimah pertama dari catatan ringkas Adolf Heuken tahun 2017 lalu. Saat itu saya hanya mengetahui bahwa seorang Ratu Banten bernama Syarifah Fatimah mengadakan pertemuan dengan Gubernur-Jenderal VOC tahun 1749 di sebuah villa di Tanjung Timur, Jakarta yang kita kenal dengan kawasan Condet. Tidak berkesan.

Selanjutnya ketika bulan September 2017, tepat pada hari ulang tahun saya, saya dan Bimo datang ke Gunung Munara di daerah Ciseeng, Parung. Ketika mencari-cari literatur tentang Gunung Munara, tak sengaja saya "berkenalan" dengan Kyai Tapa.

Atsushi Ota, akademisi dari Jepang, menuliskan bahwa Kyai Tapa mengatur pasukannya dari sini. Bersama Ratu Bagus Buang, seorang bangsawan Banten, mereka memimpin pemberontakan rakyat Banten melawan VOC dan pasukan Pangeran Syarif dan Ratu Fatimah (1750-1752).

Padahal waktu ke Gunung Munara, kami (saya dan Bimo), nyaris tidak menemukan jejak Kyai Tapa dalam narasi para penduduk setempat. Padahal, pemberontakannya lumayan heroik.

Kyai Tapa yang menepi dari kehidupan duniawi untuk mengabdikan hidupnya dengan mengajar agama Islam pada murid-muridnya di samping mengobati penduduk di seputar Gunung Munara, akhirnya setuju "turun gunung" mengikuti ajakan Ratu Bagus Buang untuk berperang.

Di sini rasa penasaran saya muncul. Siapa Ratu Syarifah Fatimah? Mengapa rakyat Banten begitu membencinya, sehingga pasukan Kyai Tapa bertambah nyaris 10 kali lipat dari 2.000 menjadi 20.000?

Inilah kisahnya.

Komplek pemakaman Ratu Syarifah Fatimah, Ratu Banten di Pulau Edam

Cantik dan Berbahaya

"Gambaran tentang Fatimah adalah puteri cantik keturunan Arab yang pandai dan terdidik. Beliau adalah puteri dari pasangan guru Sayid Ahmat dan Nyai Cowok dari Banten" demikian Heuken (2016) memberi gambaran ringkas. 

Ia menikahi seorang Kapitan Melayu kaya bernama Wan Muhammad. Fatimah pandai bergaul dengan kalangan bangsawan, termasuk para pejabat VOC Belanda. Tidak jelas cerita tentang akhir pernikahannya itu, yang jelas tahun 1720 Fatimah menikahi calon Sultan Banten yang bernama Sultan Muhammad Zainul Arifin. Tigabelas tahun kemudian, suaminya menaiki tahta Sultan Banten (1733).

Untuk ukuran jamannya, Syarifah Fatimah sangat maju dalam strategi politis, meski kurang etis. Ia kemudian menuduh suaminya gila dan mulai "bertakhta" di balik takhta suaminya. Fatimah juga tak segan mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW untuk meraih rasa hormat rakyat Banten (meski belakangan ketahuan). 

Beliau juga mengambil banyak keputusan penting, termasuk menjual lada dengan harga murah kepada VOC, mengatur penangkapan dan pembuangan Pangeran Gusti, pangeran mahkota yang sah, ke Sri Lanka pada tahun 1747 dengan dukungan VOC. Ia menaikkan Syarif yang menikahi keponakannya, untuk bertahta dan mengangkat dirinya sendiri sebagai penasihat.

Rangkaian tindakan Fatimah ini memicu pemberontakan besar-besaran Rakyat Banten yang dipimpin oleh bangsawan Banten bernama Ratu Bagus Buang dengan dukungan Kyai Tapa yang mengorganisir perjuangan dari Gunung Munara, Ciseeng, Parung. 

Pemberontakan ini membuat VOC akhirnya berpikir ulang dan membuat beberapa butir kesepakatan dengan para pemimpin pemberontak. Salah satunya dengan kesepakatan menangkap Ratu Syarifah Fatimah dan Pangeran Syarif dan menahan mereka di Pulau Edam, sebelum dibuang ke Saparua. Pulau Edam menjadi akhir dari perjalanan hidup Syarifah Fatimah yang wafat di pulau ini pada tahun 1751.

7 Juli 2018, tiga abad lebih tiga tahun setelahnya........

"Yang ini makam Ratu Fatimah" kata Wira, salah satu penjaga pulau yang mengantar kami hari itu. Ia menunjuk makam yang paling besar dan paling dekat dengan pintu masuk area pemakaman yang sudah berlantai porselen putih. 

Menurut Wira, seorang pengusaha dari Jakarta berinisiatif memugar makam ini. Komplek ini berisi 5 makam. Ada tiga makam yang lebih kecil, sedangkan dua makam lainnya nyaris identik. Keduanya diselubungi kain tipis bermotif bunga, berpagar putih dan seluruh nisan dibungkus kain putih.

"Ada pengusaha dari Jakarta yang memugar makam ini sudah cukup lama" kata Wira. Seluruh area pemakaman kini sudah berlantai porselen putih. Bakaran dupa dan bekas-bekas ziarah masih tampak di lokasi. "Rata-rata orang yang datang ke sini sendirian. Mereka bisa satu minggu berada di sini atau pas malam Jumat" kata Wira.

Namun ada hal yang tak ia ketahui, tertulis di literatur dan hal ini yang tak urung membuat saya bulu kuduk saya meremang ketika mendekati lokasi makam sang ratu. Rata-rata pengunjung yang datang ke sini adalah mereka yang lebih dari sekedar peziarah kubur semata. Mereka adalah para pencari ilmu hitam, demikian kata literatur. Kebenarannya? Hanya Tuhan yang tahu dan terus terang saya tidak berminat mencari tahu lebih lanjut.

Hal ini-lah yang membuat saya galau bersimpuh di makam sang Ratu, yang tak lagi dapat menjelaskan alasan di balik tindakannya dan membawa seluruh misteri kehidupannya hingga ke liang lahat. Tak ada lagi yang bisa saya lakukan kecuali mengucapkan doa dan bersiap berlalu dari tempat itu untuk menjelajahi pulau bersama 14 teman lainnya.

Di ujung makam, sebuah sumur tua dengan kendi terletak. Kami mengambil airnya untuk mencuci tangan dan muka. Tapi niat itu segera diurungkan. Airnya tak hanya keruh, tetapi juga berbau.

Ah sudahlah....

Diella Dachlan
Foto: Diella Dachlan, Bimo Tedjokusumo

Unduh makalah:
Cahaya dan Kelam di Pulau Edam

Unduh makalah: Cahaya dan Kelam di Pulau Edam


Referensi:

Anderson, Clare, 2017. A Global History of Convicts and Penal Colonies, Bloomsbury Publishing
Heuken. A, 2016. Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta, Yayasan Cipta Loka Caraka
Imadudin, I. (2017). Perdagangan Lada di Lampung Dalam Tiga masa (1653-1930). Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya, 8(3), 349-364.
Marihandono, D. Nilai Strategus Malaka Dalam Konstelasi Politik Asia Tenggara Awal Abad XIX
Ota, A. (2003). Banten Rebellion, 1750-1752: Factors behind the mass participation. Modern Asian Studies, 37(3), 613-651.

Foto Pribadi




Baca juga:
Kolom Kosong dan Pembangunan Daerah
Wisata Inklusi, Wisata yang Memadukan Keterbatasan dengan Kerelaan Berbagi
Kemenangan Prancis, Kemenangan Taktik
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live