Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

Menjelang PPDB, Orangtua Siswa Khawatir Masalah Kartu Keluarga

$
0
0

Informasi PPDB SMKN 1 Jombang Tahun 2018/2019 (Dok. Pribadi)

Setelah selesai UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) atau UNKP atau (Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil) SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau MTs (Madrasah Tsanawiyah) atau yang sederajat, banyak orang tua mulai mencari informasi mengenai PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) SMA atau MA, SMK atau MAK Negeri.

Sebagai orangtua siswa yang memiliki anak yang akan melanjutkan ke SMA/SMK sederajat tentu harus mempersiapkan sejak dini sekolah yang diinginkan oleh anak saya, pembiayaannya, serta melihat bakat dan minatnya anak saya yang sudah mulai muncul sejak MTs atau SMP.

Sejak MTs (Madrasah Tsanawiyah) kelas 7 anak saya memiliki hobi edit video kemudian diunggah ke Youtube, gambar dan bermain game. Sebagai orangtua tentu harus bisa mengarahkan anak saya agar kelak melanjutkan sekolah yang sesuai dengan minat dan bakatnya selama ini.  

Dia tertarik melanjutkan sekolah ke SMK jurusan Multimedia karena dianggap sesuai dengan minat, dan bakat serta hobinya tersebut. Sejak kelas 7 hingga sekarang anak saya tinggal jauh dengan saya sebagai orangtuanya. Dia sekolah di Jombang, sementara saya tinggal di Indramayu. Di Jombang dia tinggal bersama Uwaknya.

SMKN 1 Jombang (Dok. Didno)

Karena ketertarikan kepada bidang tersebut, akhirnya saya mencari informasi mengenai PPDB SMK yang ada di Jombang. Salah satu SMK Negeri favorit di Jombang yang memiliki jurusan multimedia adalah SMK Negeri 1 Jombang. Oleh karena itu saya membawa anak saya melihat sekolah tersebut dengan maksud mencari informasi mengenai persyaratan PPDB yang sekarang ada online dan offline.

Sayangnya pada saat kami berdua kesana, menurut penjaga sekolah belum ada brosur PPDB SMKN 1 Jombang yang baru, hanya spanduk yang memperlihatkan Informasi PPDB SMKN 1 Jombang Tahun Pelajaran 2018/2019.

Dari spanduk tersebut ada beberapa informasi yang bisa saya dapatkan. Ketentuan Umum :

  • Harus mempertimbangkan jarak tempat tinggal dengan sekolah tujuan
  • Hanya diijinkan mendaftar sekali dan tidak dapat mencabut kembali
  • Harus memiliki PIN yang dapat diambil di SMA/SMK Negeri terdekat
  • Hanya dapat memilih 1 (Satu) jenis sekolah tujuan saja yakni SMA atau SMK
  • Yang diterima di sekolah tujuan, wajib mentaati pelaksanaan Wawasan Wiyata Mandala, termasuk ketentuan peraturan sekolah yang berlaku dan membuat surat pernyataan yang ditetapkan kemudian oleh masing-masing sekolah
  • Wajib mendaftar ulang sesuai jadwal yang ditentukan
  • Apabila tidak melakukan daftar ulang sesuai jadwal yang ditentukan dinyatakan mengundurkan diri
  • Bagi yang sudah diterima di salah satu jalur tidak dapat mendaftar di jalur yang lain.
  • Untuk daerah dan program keahlian tertentu yang memiliki kekhususan akan diperlakukan ketentuan tersendiri
  • Kartu Keluarga (KK) yang digunakan untuk syarat kelengkapan pendaftaran adalah KK yang diterbitkan minimal 1 Januari 2017.
  • Penerimaan peserta didik baru dengan sistem online di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur untuk Tahun Pelajaran 2018/2019 pada SMA. SMK dan SLB tidak dipungut biaya.
  • Untuk Jalur Prestasi, Bidik Misi, Mitra Warga dan Inklusif, calon peserta didik baru hanya diperkenankan mendaftar pada satu sekolah tujuan
  • Untuk penentuan hasil Jalur Prestasi, Bidik Misi, Mitra Warga dan Inklusif dilakukan penetapan oleh Tim Verifikator sekolah SMA/SMK Negeri diketahui Kepala Cabang Dinas Pendidikan.
  • Untuk SMA/SMK Swasta, penerimaan peserta didik baru harus tetap mengacu kepada standar pengelolaan pendidikan dan Pemendikbud nomor 17 tahun 2017.

Dalam ketentuan tersebut ada ketentuan yang membuat saya sebagai orang tua khawatir gara-gara harus menyertakan KK (Kartu Keluarga). Pasalnya anak saya KK-nya masih menggunakan KK dari Indramayu sedangkan anak saya sekolah di Jombang.

Kartu Keluarga (Gambar Tribunnews.com)

Kalaupun membuat Kartu Keluarga yang baru karena tinggal bersama Uwaknya di Jombang, ketentuannya harus KK yang diterbitkannya minimal 1 Januari 2017. Sungguh suatu dilema saat anak akan melanjutkan sekolah yang lebih tinggi.

Ini berbeda dengan waktu saya sekolah dulu, dimana kita bisa bebas memilih sekolah dimana saja baik satu kecamatan, satu kabupaten, bahkan beda kabupaten maupun beda provinsi pun tidak masalah. Hanya saja pelajar yang akan sekolah beda kabupaten/kota atau provinsi diminta membuat surat keterangan dari Dinas Pendidikan setempat saja.

Permasalahan ini tentu tidak hanya dialami oleh saya saja sebagai orang tua calon siswa, tetapi banyak dialami oleh orangtua atau wali siswa yang lain. Karena dengan kebijakan ini seperti membatasi ruang gerak siswa yang ingin melanjutkan ke sekolah yang diinginkannya.

Kami memahami, maksud dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun Provinsi adalah baik yakni untuk pemerataan. Sehingga jangan lagi ada istilah sekolah yang satu penuh sementara sekolah yang lain kosong. Karena siswanya mencari sekolah favorit yang biasanya berada di kota, sedangkan sekolah yang lokasinya di pelosok kekurangan murid.

Tetapi sekiranya Dinas Pendidikan Provinsi memberikan kelonggaran untuk pelajar yang memang sekolah di satu kabupaten atau kota tersebut dapat diprioritaskan tidak hanya berdasarkan KK (Kartu Keluarga) saja.  Mudah-mudahan unek-unek ini bisa ditindaklanjuti oleh pihak terkait.




Baca juga:
Dek, Setelah SBMPTN Jangan Dulu Jadi Turis!
Perkawinan Anak Masih Marak
Kenapa Komunitas dan Kenapa Harus COMMA?

G30S/PKI dari Sudut Pandang Sineas

$
0
0

indikatorbima.comUntuk mengenang sebuah kejadian bersejarah biasanya kita akan mengenang kejadian tersebut dengan berbagai cara bisa dengan memperingatinya, mengabadikannya dalam sebuah karya seni atau yang lainnya. Begitu pun ketika seorang sineas ikut andil dalam mengabadikan sebuah kejadian atau peristiwa besar dengan membuat sebuah film dalam mengenang kejadian tersebut.

Banyak sekali kejadian besar yang sudah diabadikan oleh sineas sebagai sebuah karya seni seperti kejadian kemanusiaan, bencana alam, konflik yang berkepanjangan , perang dan masih banyak lagi. Sineas tersebut menyusun detail demi detail kejadian agar menjadi sebuah karya yang dapat dinikmati oleh semua kalangan dan untuk mengenang kejadian tersebut.

Peristiwa besar dan masih menjadi sebuah kejadian perisiwa berdarah terbesar saat ini di indonesia adalah peristiwa G30S/PKI yang masih melekat di benak kita yang telah memakan korban hingga ribuan orang. Peristiwa kemanusiaan ini menjadi yang terburuk yang pernah ada bahkan aktivis HAM di luar negeri sangat menyoroti peristiwa ini. Seperti kita tahu sebelumnya bahwa peristiwa gerakan G30S/PKI adalah peristiwa penculikan dan pembunuhan yang dilakukan oleh partai komunis indonesia (PKI) kepada sepuluh jendral angkatan darat.

Lazimnya dalam sebuah peristiwa kita akan memandang sebuah kejadian tersebut dari paradigma yang berbeda hingga kita dapat mengetahui sebenarnya realita dari sudut pandang yang berbeda. Kali ini kita akan membahas peristiwa keanusiaan ini dari beberapa sudut pandang film dan sineas. Seperti kita tahu bahwa beberapa film-film yang sempat booming di indonesia sedikit menyentil peristiwa kemanusiaan ini. berikut adalah beberapa film yang menggali sudut pandang yang berbeda dari kejadian G30S/PKI.nasional.tempo.coPertama adalah film besutan sineas Arifin C. Noer yaitu Peristiwa Pemberontakan G30S/PKI film yang berdurasi cukup panjang ini dibuat atas usulan dari Brigjen TNI Gufron Dwipayana orang dekat presiden Soeharto kala itu.

Film yang di produksi langsung oleh Produksi Film Nasional (PFN) menceritakan bagaimana peristiwa tersebut berlangsung kita dapat melihat bagaimana para komplotan pemberontak menembaki para jendral bagaimana mereka di bawa ke lubang buaya untuk di eksekusi.

Film yang awalnya menjadi tontonan wajib setiap tanggal 30 september tersebut sudah di hentikan penayangannya sejak 30 september 1998 ini karena di sinyalir menjadi pencuci otak kita mengenai peristiwa tersebut dan juga di duga menjadi pengkaburan sejarah dari kejadian yang sebenarnya. Film ini pun di duga menjadi propoganda rezim orde baru.

en.wikipidia.comFilm kedua yang mengangkat isu peristiwa gerakan 30 September adalah film fiksi horror berjudul Lentera Merah. Film garapan sutradara Hanung Bramantyo ini berkisah mengenai peristiwa perekrutan anggota baru lentera merah. Lentera merah merupakan sebuah majalah kampus yang sudah ada sejak dulu dengan tulisan-tulisannya yang kritis dan berani.

Setelah peristiwa pemberontakan PKI di tahun 60an lentera merah masih tetap dengan tulisannya yang berani. Risa Apriliyani adalah seorang jurnalis di lentera merah yang kala itu berani mengkritisi orde baru. Karena keberaniannya itu risa di tuduh sebagai antek-antek PKI karena fitnah kepada orang tuanya yang di sebut sebagai anggota PKI.

Risa di bunuh karena di tuduh terlibat PKI dan di mayatnya di masukan kedalam sebuah ruangan sempit di kantor redaksi lentera merah,  sejak kejadian itu arwah risa selalu menuntut balas dengan membunuh teman-temannya dengan terlebih dahulu memutar lagu Puspa Dewi. Dari film ini kita akan mengetahui pasca penumpasan PKI banyak sekali warga yang tak bersalah menjadi korban pembunuhan akibat tuduhan PKI yang belum tentu terbukti. Seperti kita ketahui bahwa banyak sekali korban asal tuduh yang berujung pembunuhan masal saat  itu.

id.wikipedia.org - Berkas:Gie_film.jpg

Selanjutnya adalah film legendaris garapan rumah produksi Miles apalagi kalau bukan film GIE. Film yang diadaptasi dari buku harian seorang tokoh revolusioner Soe Hok Gie yang berjudul Catatan Seorang Demonstran ini menyuguhkan kejadian orde lama dan orde baru. 

Film yang sedikit menyentil isu-isu politik ini merupakan film yang sangat sukses dengan meyabet piala citra di tiga kategori sekaligus.

Film garapan Riri Riza ini berkisah mengenai Gie seorang demontran dan pecinta alam dari Universitas Indonesia (UI).  Gie sejak remaja sudah menerapkan konsep-konsep idealis yang dipaparkan oleh intelek kelas dunia. Dari  film gie kita dapat belajar mengenai pergolakan politik antara orde baru dan orba, mengenai sebuah ideologi.

Pada saat terjadinya pemberontakan PKI pada tahun 65, gie harus kehilangan teman kecilnya Han yang di culik dan diasingkan yang kemudian di bunuh di pulau bali. Pada adegan tersebut kita kembali akan merasakan betapa mudah setiap orang membunuh dengan hanya tuduhan PKI. Banyak sahabat, keluarga dan teman yang menjadi korban pembunuhan. Dan seperti kita tahu bali adalah salah satu tempat pembunuhan masal pasca pemberontakan PKI.

Thecinematika.comFilm selanjutnya yang mengangkat isu PKI adalah The Act of Killing atau dalam bahasa indonesia disebut Jagal.  Film besutan sutradara Joshua Oppenheimer ini merupakan film dokumenter yang berkisah mengenai Anwar Kongo seorang preman pasar yang di rekrut menjadi seorang eksekutor bagi para tertuduh PKI di medan.

Anwar menceritakan bagaimana dia membunuh para tertuduh tersebut dan mempraktikannya.  Film ini sempat menuai kontroversi karena diduga menyudutkan pemuda pancasila sebagai dalam pembantaian.  Namun begitu film ini masuk kedalam nominasi oscar sebagai film dokumenter asing terbaik.thelookofsilent.comDan yang terakhir adalah film The Look of Silent atau Senyap.  Film dokumenter masih garapan Joshua Opppenheimer ini juga masih mengangkat isu PKI dimana sudut pandangnya berubah menjadi perasaan para keluarga korban pembantaian terduga PKI.  Adalah Adi seorang tukang kacamata keliling yang mencari bukti-bukti kakak kandungnya Ramli.  Dalam film tersebut Adi diajak untuk menemui para eksekutor kakaknya tersebut.  Dalam film ini kita akan melihat betapa bangga mereka melakukan pembunuhan tersebut layaknya seorang pahlawan. 

Kita tahu bahwa peristiwa ini menimbulkan banyak korban yang menjadi saksi bisu pembantaian para terduka PKI tersebut.  Dari gambaran diatas kita mengetahui betapa gampangnya kita membunuh seseorang atas dasar tuduhan menjadi seorang PKI.  Sebuah peristiwa yang telah terjadi pasti akan menimbulkan sebuah kenangan pait atau pun manis yang mana kita harus memaknainya secara bijak.




Baca juga:
Mengenal Milorad Mazic, Wasit Final Liga Champions 2018
5 Jenis Oleh-oleh Batam yang Wajib Dibeli
Pilihan Raya Malaysia, Antara Harapan dan Kenyataan

Senam Lupus dan Efeknya bagi Penderita

$
0
0

Senam Lupus yang dikreasikan Syamsi Dhuha Foundation bersama relawan dan konsultan. (Foto: YouTube Syamsi Dhuha Foundation)

10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia atau World Lupus Day (WLD). Dua hari lalu saya sudah unggah tulisan hasil wawancara dengan Dian Syarief (53) selaku Chairman Syamsi Dhuha Foundation (SDF). SDF adalah LSM nirlaba peduli Odapus dan Low Vision. Dian sendiri merupakan Odapus (Orang dengan Lupus) yang alhamdulillah sudah mencapai tahap remisi alias tak lagi musti mengonsumsi obat Lupus.

Nah, ketika wawancara dengan Dian itu sempat disinggung tentang kreasi menciptakan dan mengembangkan Senam Lupus. Sesuai namanya, senam ini diperuntukkan bagi penderita Lupus. Hebatnya, awal Mei kemarin, SDF mengundang beberapa komunitas Lupus se-Indonesia, untuk berkompetisi melakukan gerak Senam Lupus. Hasilnya, juara pertama diraih oleh tiga orang -- Elnita, Ana, dan Susi -- dari komunitas PLSS atau Persatuan Lupus Sumatera Selatan

Rabu pagi (9 Mei 2018) saya mewawancarai Ketua PLSS yaitu Elnitasari (52). Wawancara dilakukan via telepon. Elnita, begitu ia akrab disapa, tinggal di Kota Mpek-mpek, Palembang.

Elnitasari, Ketua Persatuan Lupus Sumatera Selatan. (Foto: Dokpri. Elnita)

Menurut Elnita, sejak SDF meluncurkan Senam Lupus pada 2016 lalu, PLSS sudah aktif meniru dan melakukan gerakan-gerakan senamnya. "Video Senam Lupus kan sudah ada di kanal YouTube milik SDF sejak 5 Mei 2016. Makanya, sejak awal kami juga sudah ikut mengikuti gerakan-gerakannya," ujarnya di ujung telepon.

Elnita juga seorang Odapus. Bahkan selama tiga tahun berjalan, ia sabar dan telaten menjalani proses kemoterapi. "Saya sudah 14 tahun ini menderita Lupus. Sampai detik ini, saya sudah dikemoterapi sebanyak 17 kali," akunya dengan tetap penuh semangat.

Diakuinya, Odapus yang rutin mengikuti Senam Lupus bersama PLSS memang masih sedikit. Hal ini dikarenakan Odapus tidak terkonsentrasi hanya di Palembang saja. "Ada banyak Odapus di daerah lain, seperti Pagar Alam, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, Musi Banyuasin dan lainnya. Tapi rencana kami, usai Hari Raya Idul Fitri nanti kami akan lakukan Senam Lupus secara rutin seminggu sekali di Sekretariat PLSS, Jalan Kapten Anwar Sastro, Palembang," ujar Elnita.

Komunitas PLSS dari Palembang yang jadi juara pertama Lomba Senam Lupus Komunitas yang diselenggarakan Syamsi Dhuha Foundation. Dari kiri ke kanan: Elnita, Ana, Dian Syarief (Chairman SDF), dan Susi. (Foto: Dokpri. Elnita)

Saya sendiri menonton Senam Lupus lewat kanal YouTubeCareforLupus Syamsi Dhuha. Untuk versi yang diunggah pada 5 Mei 2016, berdurasi enggak sampai setengah jam. Artinya, buat Odapus yang sibuk sekalipun, Senam Lupus tidak terlalu banyak menyita waktu.

Soal gerakannya pun, kalau saya perhatikan tidak ada tuh yang pake jingkrak-jingkrakan. Memang sih, sesuai alunan musik pengiring senamnya, ada yang pada bagian tengah-tengah cukup dinamis musik dan juga gerakannya. Tapi, ya tetap dalam gerakan yang tidak terlalu berat. Katakanlah hanya melangkahkan kaki tiga langkah ke kiri, lalu ke kanan, sambil kedua tangan terus bergerak yang tanpa menyulitkan apalagi menyakitkan.

Video Senam Lupus - yang shootingnya dilakukan di venue Tahura Jalan Ir H Juanda, Bandung -- ini, sejak diunggah ke YouTube pada 5 Mei 2016 sampai 9 Mei 2018 sudah meraih 4.020 views.

Senam Lupus yang dikreasikan Syamsi Dhuha Foundation bersama relawan dan konsultan. (Foto: YouTube Syamsi Dhuha Foundation)

Begitu juga dengan Senam Lupus versi kedua yang diunggah SDF pada 8 Januari 2017. Gerakan yang diperagakan juga tidak ada yang kiranya terlalu berat untuk dilakukan oleh seorang Odapus. Pada versi kedua yang durasinya juga tidak lebih dari setengah jam ini, Senam Lupusnya agak berbeda dengan versi pertama, terutama pada gerakan dinamis yang lebih dominan pada jalan di tempat, sambil menggerakkan kedua tangan juga rongga dada. Musik pengiringnya tetap sama, mulai dari ritme slow, dinamis, kemudian slow lagi. Sampai 9 Mei 2018, video Senam Lupus versi kedua atau versi penyempurnaan ini sudah memperoleh 3.132 views.

Mengapa Senam Lupus ini penting? Emangnya apa ngaruhnya buat Odapus?

"Bagus sekali Senam Lupus ini. Untuk Odapus cocok. Karena gerakannya rileks tapi tetap bisa buat gerak. Tidak ada rasa dari bahagian tubuh yang serasa terpaksa digerakkan dengan rangkaian gerakan senam ini. Gerakannya pelan tapi semua anggota tubuh bisa bergerak. Jadi buat persendian ini bagus sekali," terang Elnita.

Sebagai Odapus, Elnita merasakan sendiri efek positif dari Senam Lupus. "Buat pernafasan juga jadi enak sekali. Saya benar-benar merasakan enaknya melakukan pernafasan, setiap selesai Senam Lupus. Pokoknya terasa benar dampaknya buat pernafasan, apalagi ketika kita melakukan senamnya di tempat yang sejuk, segar dan nyaman. Saya berharap, para Odapus bisa mempelajari Senam Lupus dan membiasakan melakukannya supaya bisa menyegarkan badan," katanya lagi.

Senam Lupus bersama. (Foto: Twitter Syamsi Dhuha Foundation)

Pemanasan, Latihan Inti, dan Relaksasi

Sementara itu, menurut Dian Syarief, niatan awal SDF meluncurkan Senam Lupus adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi umum Odapus. Apalagi kalau fakta dan datanya menunjukkan bahwa, Odapus di seluruh dunia sebanyak 90% Odapus di seluruh dunia adalah wanita aktif usia produktif 15 - 45 tahun.

"Mereka rata-rata memiliki manifestasi yang beragam, diantaranya nyeri dan kekakuan sendi. Makanya, senam ini lebih bertujuan untuk melatih peregangan dan penafasan," ujar Chairman SDF yang kelahiran Bandung, 21 Desember 1965 ini.

Senam Lupus versi kedua merupakan penyempurnaan dari versi sebelumnya. Senam ini punya beberapa variasi gerakan baru yang koreografinya dikreasikan oleh relawan SDF. Adapun supervisinya dilakukan oleh tim dari Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Konsultan Senam Lupus dr Lucky Angkawidjaja Roring M.Pd, AIFO. (Foto: YouTube SDF)

Salah seorang yang menjadi konsultan senam ini adalah dr Lucky Angkawidjaja Roring M.Pd, AIFO dari tim relawan FPOK UPI. Menurut Lucky, Senam Lupus versi kedua terdiri dari tiga bagian, yakni pemanasan, latihan inti dan relaksasi. Senam ini memang dirancang untuk melatih pernafasan dan peregangan agar persendian Odapus yang seringkali terasa kaku akan bisa dilemaskan melalui latihan senam secara teratur.

"Senam Lupus ini sudah diujicobakan kepada para Odapus di SDF dengan rentang usia 15 hingga 60 tahun. Gerakannya sederhana dan dipandu dengan video, sehingga bisa dilakukan sendiri ataupun bersama-sama di rumah. Sebaiknya, ya secara rutin. Tapi, tentu saja senam ini sebaiknya dilakukan secara bertahap, sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing Odapus," jelas Lucky yang sosoknya juga terlihat memberi penjelasan dalam tayangan video Senam Lupus.

Odapus Harus Hidup Berkualitas dan Produktif

Senam Lupus yang sarat manfaat bagi Odapus juga disarankan oleh Tiara Savitri selaku Ketua Yayasan Lupus Indonesia (YLI). Dalam wawancara via telepon dengan penulis pada Rabu malam, 9 Mei 2018, Tiara mengatakan, sebenarnya sejak 2013 lalu persisnya ketika adanya program Lupus Goes to Nature, YLI sudah mengadakan gerakan-gerakan Senam Lupus juga.

Ketua Yayasan Lupus Indonesia, Tiara Savitri yang juga Odapus. (Foto: liputan6.com)

"Sebenarnya, ini menjadi fakta juga bahwa setiap Odapus bisa melakukan olahraga-olahraga sendiri seandainya mereka tidak bisa melakukan gerakan-gerakan olahraga lainnya yang ada. Misalnya, Odapus bertanya, apakah mereka boleh ikut olahraga lari? Jawabannya, boleh. Apakah Odapus boleh berenang? Jawabannya, boleh. Apakah Odapus boleh naik sepeda? Jawabannya juga, boleh. Bermain basket pun juga boleh. Tapi, asalkan mereka mampu," tutur Tiara yang sejak 1987 divonis menderita Lupus.

Tiara menambahkan, olahraga itu penting dan tetap harus dilakukan oleh Odapus, sesuai kemampuannya. "Tidak ada alasan bahwa seorang Odapus yang tidak bisa berdiri, dan tidak bisa melakukan olahraga sambil berdiri, tetap tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak berolahraga. Jadi bisa saja Odapus yang tidak bisa berdiri ini melakukan gerakan-gerakan berolahraga sambil duduk dengan melakukan gerakan-gerakan olahraga yang hampir sama dilakukan oleh Odapus yang bisa berdiri. Jadi, kegiatan-kegiatan Senam (Lupus) yang banyak sekali dilakukan oleh teman-teman lain itu sangat bagus. Positif sekali," urai Tiara yang sempat menderita Lupus dan mengakibatkan ginjalnya bocor, sehingga membuat dirinya yang punya bobot normal 55 kg malah melembung jadi 120 kg.

Tiara Savitri bersama Odapus. (Foto: FB Yayasan Lupus Indonesia)

Menurut Tiara, YLI tetap menekankan dan mengharapkan bahwa setiap Odapus harus bisa hidup dengan kualitas hidup yang produktif. "Berkualitas dan produktif untuk dirinya juga orang lain. Dalam arti, mereka bisa hidup mandiri, mereka bisa hidup layak seperti layaknya orang-orang yang tidak kena Lupus. Dan yang pasti juga harus terus mencoba untuk mengubah paradigma sekaligus yakin bahwa sebetulnya mereka juga bisa berkegiatan yang sama. Terutama kegiatan outdoor. Ini penting, karena teman-teman Lupus selalu menganggap bahwa karena dirinya sudah menderita Lupus maka yang namanya olahraga tidak lagi bisa mereka lakukan. Padahal, olahraga itu penting," urai adik kandung aktor Donny Damara ini.

Untuk itu, imbuh Tiara, YLI juga mengingatkan Odapus untuk senantiasa melaksanakan pola hidup sehat dengan cara: Wajib mengonsumsi sayur dan buah tiga kali sehari; Olahraga (minimal 30 menit jalan cepat setiap hari); Tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol; Silaturahim; Kontrol berkala ke dokter; Minum obat teratur yang diberikan dokter; Istirahat cukup; dan, Berpikir positif, mengelola stres.

Hasil survei tentang jumlah Odapus di seluruh dunia. (Sumber: worldlupusday.org)

E-Report tentang Lupus dan perkembangan Odapus. (Sumber: worldlupusday.org)

Berapa jumlah Odapus di Indonesia saat ini, dan apakah terjadi peningkatan jumlah yang memprihatinkan? Tiara punya jawaban sendiri, seraya menyanggah kata "memprihatinkan" yang saya ajukan dalam pertanyaan kepada dirinya.

"Masalah memprihatinkan, sebetulnya bukan memprihatinkan. Kalau misalnya kita lihat bahwa, kenapa ketika awareness tentang Lupus itu berjalan, kenapa ketika sosialisasi tentang Lupus itu berjalan, tapi kok pertambahan jumlah Odapusnya justru malah makin banyak? Justru dengan jumlahnya yang semakin meningkat, itu menunjukkan bahwa awareness kita terhadap Lupus malah semakin merata. Orang makin banyak yang tahu, orang makin banyak yang bisa untuk Saluri atau Sadari Lupus Sendiri. Bukan pencegahan ya, tapi paling tidak menyadari sejak dini dengan gejala-gejala yang ada. Dari sejak tahun 1998 sampai dengan saat ini, jumlah penderita Lupus di Indonesia hampir mencapai 17.000 orang. Meskipun catatannya, Odapus yang sudah meninggal dunia pun masih ada yang masuk dalam daftar YLI," urai Tiara yang pada 2012 malah sudah mendaki 11 gunung tinggi di Indonesia, dan puncaknya pada 2014 lalu, Tiara juga sudah menaklukkan puncak Himalaya.

Hasil survei tentang persepsi dan perilaku Odapus. (Sumber: World Lupus Federation, Global Disease Awareness Survey 2016)

Tiara yang tahun lalu terpilih oleh Unit Kerja Presiden sebagai sebagai satu dari 72 ikon Nasional Indonesia Berprestasi ini mengibaratkan, penyakit Lupus dan jumlah Odapus di Indonesia ibarat fenomena gunung es.

"Kalau puncaknya belum terkikis atau terpotong, kita enggak akan pernah tahu berapa banyak sebenarnya jumlah Odapus. Buat Indonesia, jumlah 17.000 Odapus adalah masih sedikit. Padahal kalau ingin diperkirakan jumlah Odapusnya, di Indonesia ini mungkin bisa mencapai sekitar 1,5 juta orang. Karena di seluruh dunia saja, jumlah Odapus diperkitakan angkanya sekitar 5 juta penderita. Sedangkan kalau ditanya pertambahannya bagaimana? Maka jawabannya adalah cukup banyak. YLI sendiri ketemu untuk pertambahan data baru, cukup lumayan banyak," tegas perempuan yang lahir di Beograd, 5 Agustus 1968 ini.

Sementara itu, menurut Elnitasari, catatan terakhir PLSS menunjukkan bahwa jumlah Odapus se-Sumsel mencapai 420 orang. Angka ini meningkat, karena pada 2006 lalu, jumlah Odapus tercatat ada 360 orang. "Ini cuma yang tercatat di PLSS saja. Saya pikir masih banyak Odapus di Sumsel ini yang belum tercatat oleh kami," katanya.

Lupus Knows No Boundaries. (Foto: FB Yayasan Lupus Indonesia)

Dari total jumlah Odapus yang terdata tadi, Elnita menegaskan bahwa kebanyakan dari mereka, bahkan 90% diantaranya adalah perempuan. "Mayoritas adalah perempuan aktif pada rentang usia produktif. Tetapi, belakangan juga dijumpai Odapus yang masih lebih muda lagi usianya. Temuan ini dikarenakan teknologi medis yang semakin canggih untuk secara cepat mendeteksi dan menyimpulkan bahwa seseorang menderita Lupus," jelasnya. (*)

o o o O o o o

Baca juga tulisan sebelumnya:

Dian Syarief dan "Kupu-kupu" Penderita Lupus




Baca juga:
Perlunya Perbaikan Jalan Menuju Situs "Watoe Toelis"
Mengenal Milorad Mazic, Wasit Final Liga Champions 2018
5 Jenis Oleh-oleh Batam yang Wajib Dibeli

Beli Kartu Perdana Perlu Kartu Keluarga?

$
0
0

ekonomi.kompas.com

Beli kartu perdana ponsel perlu kartu KK, ini "penyelewengan" lagi, akibat kacaunya ide dan pelaksanaan registrasi kartu. Sederhana namun menjadi pelik dan kacau karena adanya kepentingan yang terganggu, terorong, dan potensi menanggung rugi. Beberapa hal yang aneh dengan hal ini.

Pertama, registrasi adalah kewajiban konsumen yang akan menggunakan nomornya agar dicatat pihak berwenang. Tidak ada kaitan dengan penjual perdana tentunya.

Kedua, pertanggungjawaban atas kartu KK. Susah mempercayai sekelas penjual demikian, wong di kantor yang resmi seperti kelurahan, bank, dan kantor pemerintah saja bia bocor, apalagi bisnis model rumahan yang sangat rendah memegang kerahasiaan konsumen.

Ketiga, apa iya, penjual sekelas rumahan demikian, berhak menanyakan kartu KK yang sangat penting itu. Dulu, sih orang pinjam sertifikat oke oke saja, ketika kepercayaan dalam masyarakat masih dijunjung tinggi.

Keempat, bisa saja orang dalam perjalanan kehabisan paket data, apa iya, ke mana-mana membawa kartu KK, kan jelas tidak mungkin. Dan juga aneh dan lucu jika penjual menanyakan hal yang sama sekali bukan kewenangan dan kepentingannya.

Mengapa orang bisa memiliki banyak kartu?

Satu, paket data, jauh lebih murah beli perdana dan habis ganti, daripada  mengisi paket data yang dijual operator. Penjual atau gerai resmi pun lewat pelayanan di sana dengan bisik-bisik, beli saja perdana jauh lebih hemat. Ini asli.

Dua, kemungkinan unreg,  (belum tahu lancar atau tidak, karena belum menyoba kesempatan tersebut), tidak adda kepentingan penjual meminta kartu KK. Konsumen dapat membatalkan nomor lamanya dan berganti dengan nomor baru.

Tiga, toh data base baik operator atau entah mana yang bertanggung jawab melihat nama, nomor, NIK, KK, dan bisa dilihat apakah banyaknya nomor itu serempak pemakaian, dipakai untuk kejahatan atau tidak. Mosok sih seperti itu saja tidak bisa, dan malah memberikan kemungkinan kejahatan lebih mudah dengan memperlihatkan KK pada pihak yang kurang berhak.

Sebenarnya sederhana bukan persoalan registrasi kartu ini, mengapa menjadi beleibet tidak karuan demikian. Sampai di  lapangan ada permintaan kartu KK segala. Lha memang mau urus apa sampai menggunakan kartu KK segala.

Penjual tidak ada kaitan dengan registrasi, memang dulu ada yang menggunakan registrasi abal-abal, dengan format yang ada itu, dikadalin dan memang bisa. Toh sekarang tidak bisa lagi, dan penjual tidak berhak dan perlu lagi meminta kartu KK.

Mengapa menjadi hal-hal yang lucu, aneh, dan kadang tidak karuan?

Sosialisasi yang tidak berjalan dengan semestinya. Hal yang sangat wajar di mana model dan tabiat bangsa yang masih seperti ini. Hal-hal yang berualang-ulangppun masih bisa kacau.

Biasa akal-akalan. Selalu menemukan celah dan lucunya belum ada antisipasi yang memadai dan sudah dijadikan program. Eksekusi yang nampaknya belepotan. Antara rakyat yang asal-asalan, sistem yang masih banyak celah, dan program yang belum sepenuhnya aman.

Pihak-pihak yang mengail di air keruh. Apalagi di tengah  gawe demokrasi pileg dan pilpres begini, banyak orang mengail di air keruh. Mendapatkan keuntungan di antara keadaan yang memang tidak ideal. Bisa siapa saja pelakunya. Tentu bisa digoreng ke mana-mana isu yang tidak sehat itu. Bisa birokrasi sendiri, bisa orang parpol yang mau untung, atau ekonomis yang merasa terganggu kebebasannya mendapatkan keuntungan.

Bagi penjual, jelas tidak ada hak untuk meminta, melihat, apalagi menggandakan kartu KK konsumen. Itu hak sepenuhnya konsumen, mau diregistrasi atau tidak, bukan kewenangan dan tanggung jawab konsumen. Jika ada yang minta bantuan, katakan tidak bisa.

Bagi konsumen, sikap bertanggung jawab sebagaimana dituntut sebagai warga negara yang baik. Sepanjang tidak melakukan kejahatan, mendaftar dan kemudian membatalkan registrasi tidak perlu khawatir. (Sepanjang operator juga bukan hanya baik dalam iklan dan berita saja, semua bisa dilakukan).

Bagi pemerintah yang mengadakan program ini, harap menyosialisasikan dengan lebih baik lagi, soal ini pun responsif jika ada laporan atau keluhan pelanggan. Operator atau penjual bukan menjadi tumpuan keluhan pelanggan, pemerintah yang jauh lebih bertanggung jawab.

Pentingnya dokumen termasuk KK sudah selayaknya disadari bersama. Bukan lagi masanya dengan mudah memperlihatkan dokumen-dokumen demikian dengan mudah. Ingat saat ini kamera sangat murah dan hampir semua bisa menenteng ke mana-mana.  Bisa saja kartu KK itu diphoto kemudian dimanfaatkan untuk kejahatan, jika demikian siapa coba yang bertanggung jawab.

Tabiat bangsa yang ternyata lebih banyak memanfaatkan pihak lain yang masih memprihatinkan, perlu kesadaran bersama untuk tidak mengambil keuntungan dari keberadaan program, kelemahan, atau ketidakmengertian orang lain.

Sepanjang orang bisa dipercaya dan mau mempercayai dengan baik pihak lain sebagaimana mau diperlakukan, sebenarnya akan menjadi aman. Sikap saling percaya kalah dan susah karena lebih banyak pihak yang mengambil  keuntungan atau kesempatan dalam kesempitan.

Salam




Baca juga:
[Blog Competition] Alam Sutera, Hunian Ideal Penunjang Gaya Hidup Sehat
Belajar Falsafah Kehidupan Lewat Dangdut Koplo
Perlunya Perbaikan Jalan Menuju Situs "Watoe Toelis"

Bal Patriotique, Pesta Dansa Kemenangan Pasukan Sekutu atas Jerman di Prancis

$
0
0

Hari Selasa 8 Mei kemarin, rakyat Marseille tumpah ruah ke tengah kota untuk memperingati kemenangan pasukan Sekutu (termasuk Prancis) atas Jerman pada Perang Dunia II. (foto: dokpri)

Pekan ini banyak hari libur tanggalan merah di Prancis. Selasa 8 Mei libur karena memperingati hari kemenangan pasukan Sekutu atas tentara Nazi Jerman pada Perang Dunia II yang disebut La Liberation (dan Prancis merupakan bagian dari tentara Sekutu tersebut yang dibantu oleh Amerika Serikat), Kamis 10 Mei libur lagi memperingati hari Paskah. Jadi, banyak hari libur di sini dan kebetulan membuat hari kejepit menjadi banyak. Walaupun demikian saya tetap harus masuk kerja di hari-hari kejepit itu, ha ha ha.

Para pengunjung bisa mendapatkan minuman gratis seperti juice dan coca-cola, atau snack gratis seperti bolu cokelat, dan lain-lain. (foto: dokpri)

Tapi tidak apa-apa, sih. Meskipun hari kejepit saya jadi banyak belajar hal baru. Misalkan hari Selasa 8 Mei kemarin. Ternyata di Marseille, kota tempat saya tinggal, ada perayaan memperingati hari kemenangan tersebut, yang disebut Bal Patriotique, artinya Pesta Dansa Patriotik. Dan, perayaannya bahkan diselenggarakan oleh walikota setempat, berupa pesta dansa dan pameran mobil-mobil perang yang digunakan selama Perang Dunia II.

Meskipun bukan hari kemerdekaan, tetapi bendera Prancis dikibarkan di jalanan pada peringatan hari kemenangan ini. (foto: dokpri)

Yang unik, walaupun perayaan La Liberation ini berlangsung di kota Marseille (dan mungkin di beberapa kota lainnya di Prancis), namun unsur atau elemen budaya Amerika Serikat sangat terasa. Mulai dari musik yang diperdengarkan bernuansa jazz blues and swing, tipe dansa atau tarian yang diperagakan di atas panggung juga berupa swing dance, mobil-mobil militer yang bertuliskan USA, bahkan bendera-bendera negeri Paman Sam yang disandingkan dengan bendera Prancis. Tahu kan bendera Prancis warnanya apa saja ? Ya benar, biru putih dan merah yang tersusun secara horizontal. Sementara, bendera Amerika Serikat sudah tahu ya coraknya seperti apa .

Di sini dipasang juga papan berisi foto-foto pada saat berlangsungnya Perang Dunia II yang terjadi di beberapa kota di Prancis, termasuk Marseille. (foto: dokpri)

Mengapa begitu? Ya, jika ditilik dari sejarahnya, Prancis dan Amerika Serikat sudah sangat banyak saling membantu dalam memerdekakan tanah mereka dari penjajahan. Tentara Prancis pernah membantu Amerika Serikat dengan mengirimkan pasukannya ketika terjadi perang saudara pada sekitar tahun 1700-an. Pada waktu itu, yang namanya negeri Amerika Serikat belum ada, tapi masih jadi koloni Inggris. Rakyat Amerika, yang terdiri dari penduduk asli suku Indian, maupun masyarakat imigran kulit putih dari benua Eropa, pun bertempur melawan pasukan Inggris.

 Jika Kompasianer suka nonton film, mungkin ingat dengan film The Patriot (2000) karya sutradara Mel Gibson yang menggambarkan perang saudara di Amerika Serikat pada tahun 1770-an. Nah, di situlah tentara Prancis yang dikirim oleh Napoleon datang. Yah, keberadaan tentara Prancis di Amerika Serikat pun sebenarnya dalam rangka memperluas koloninya terutama di Amerika Utara.

Selain papan foto, ada juga mobil-mobil militer yang dipamerkan pada saat acara ini, termasuk para tentara veteran lengkap dengan kostumnya. (foto: dokpri)

Kemudian, mungkin merasa berhutang budi (dan juga pastinya ada muatan kepentingan politis), Amerika Serikat membantu Prancis dan beberapa negara di Eropa seperti Italia dan Inggris pada saat Perang Dunia I dan II. Melawan siapa? Tentunya pasukan Jerman pada Perang Dunia I, dan tentara Nazi pada Perang Dunia II.

Ada yang minat sama mobil Rolls Royce biru metalik ini? :) (foto: dokpri)

Maka itu, tidak mengherankan jika suatu hari mampir ke Paris, selain menemukan Menara Eiffel, Kompasianer juga akan melihat patung Lady Liberty, namun dalam ukuran yang agak lebih kecil sih ketimbang 'induk'-nya di New York, Amerika Serikat. Dan, patung Lady Liberty yang sungguhan yang berada di kota New York, ternyata merupakan hibah dari pemerintah Prancis yang dibuat oleh pematung Prancis Frederic Bartholdi, dan didirikan oleh Gustave Eiffel, sang pembuat Menara Eiffel.

alat-alat musik yang dimainkan pada saat Perang Dunia II, ditampilkan lagi di sini. Ada yang tahu nama alat musiknya yang di tengah itu? Ia dimainkan dengan memutar-mutar engkol di samping. (foto: dokpri)

 Meskipun begitu, lucu juga sih jika Kompasianer perhatikan, di beberapa film buatan Hollywood, tokoh yang berasal dari Prancis biasanya dijadikan bahan cemoohan atau ejekan, apalagi di film-film remaja. Secara politik pun, saat ini kelihatannya Prancis tidak suka dengan beberapa kebijakan yang dibuat Presiden Trump. Bahkan, ada sentimen anti-Amerika berhembus di sini, walaupun tidak seperti di Indonesia sampai anti-Starbucks, anti-KFC, dan sebagainya. Starbucks dan KFC di Prancis sih tetap ada, tapi dari dulu masyarakat Prancis sudah bangga dengan merk makanan dan minuman buatan mereka sendiri, atau setidaknya bila berbicara tentang kopi, maka kopi merk Italia sudah pasti lebih oke rasanya ketimbang kopi Starbucks ;).***




Baca juga:
Bergesernya Nilai "Bunga Papan"
[Blog Competition] Alam Sutera, Hunian Ideal Penunjang Gaya Hidup Sehat
Belajar Falsafah Kehidupan Lewat Dangdut Koplo

Manusia Purba Itu Begitu Mengusik Rasa Penasaran Saya

$
0
0

Beberapa koleksi Museum Sangiran (dok.pri)

Apa yang terlintas dipikiran kita ketika membicarakan mahluk (manusia) purba? Mungkin yang tergambar dalam angan kita antara lain adalah: sosok yang kekar, bentuk postur tubuh yang unik (aneh), tidak berbusana, wajah sepintas mirip simpanse (kera), hidup di dalam gua, mencari makan dengan cara berburu menggunakan tombak yang ujungnya dari batu runcing, hidup berpindah-pindah dan masih banyak lagi ciri-ciri yang menggambarkan manusia purba tadi.

Sebagian dari kita mengetahui manusia purba walau sedikit atau banyak itu setelah melihat film, membaca buku tentang mahluk purba atau bahkan tahu setelah mengunjungi museum.

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengunjungi Museum Tugu Pahlawan Surabaya, kebetulan saat itu sedang ada even pameran bersama yang dihadiri seluruh museum yang ada di berbagai daerah Indonesia.

Salah satu museum yang mengusik rasa penasaran saya ialah Museum Sangiran Sragen, Jawa Tengah, yang secara apik memajang replika manusia purba. Sayapun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk berfotoria dengan replika pendahulu kita itu.

Penasaran dengan pendahulu kita (dok.pri)

Sebagai bahan pengetahuan untuk menambah wawasan, berikut ini saya nukilkan catatan tentang manusia purba sebelum kehadiran manusia modern. 

Homo Erectus menduduki posisi yang sangat penting dalam proses evolusi manusia karena merupakan pendahulu manusia modern (Homo Sapiens).

Jejak-jejak Homo Erectus yang hidup pada masa 1,8 juta hingga 300 ribu tahun yang lalu dapat ditemukan di Afrika Timur (Ethiopia dan Tanzania), Asia (Indonesia, Cina dan India) dan Eropa (Perancis, Spanyol dan Jerman).

Berbeda dengan jenis sebelumnya yang hanya ditemukan di Afrika, sebaran geografis Homo Erectus menunjukkan kalau spesies ini mampu bermigrasi ke berbagai wilayah di dunia serta bisa beradaptasi dengan baik terhadap berbagai iklim pada Kala Plestosen (zaman perkembangan kulit bumi).

Aspek fisik tengkorak Homo Erectus lebih evolutif dibandingkan dengan pendahulunya. Volume otaknya kira-kira 1000 CC, lebih besar dari Homo Habilis yang cuma 650 CC.

Homo Habilis dicirikan dengan tulang kening yang sangat menonjol, dahi terlihat datar dan bangun tengkorak yang pendek serta memanjang ke belakang. Sementara itu, Homo Erectus bentuk fisiknya (tulang paha, pinggul dan tulang belakang) hampir serupa dengan Homo Sapiens (manusia modern).

Homo Erectus yang ditemukan di Pulau Jawa dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu : jenis arkaik, tipik dan progresif.

Homo Erectus arkaik dicirikan dengan tubuh yang paling kekar, giginya sangat kuat dan lebih suka memakan tumbuhan ketimbang hewan. Contohnya antara lain : Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthropus Robustus dan Pithecanthropus  Mojokertensis.

Homo Erectus tipik (tipe klasik) dicirikan dengan bagian muka yang lebih ramping, dahi landai dan agak tonggos. Contohnya : temuan yang tersebar di Trinil, Sangiran, Patiayam dan Semedo.

Homo Erectus progresif adalah jenis yang paling maju, dicirikan dengan volume otak yang lebih besar, dahi agak meninggi dan tulang alis tidak terlalu menonjol. Contohnya : temuan yang tersebar di situs Ngandong, Sambungmacan dan Selopuro.

Setelah hidup dan menyebar selama lebih dari 1 juta tahun, Homo Erectus tiba-tiba menghilang dan punah dari bumi Asia dan Eropa. Hanya Homo Erectus yang hidup di Afrika saja yang mampu bertahan. 

Banyak ahli menduga akibat perubahan lingkungan menyebabkan Homo Erectus tidak mampu bertahan atau berevolusi ke bentuk yang lebih maju. 

Perubahan iklim telah menyempitkan habitat dan ruang gerak untuk beradaptasi dengan lingkungan savana, sementara penguasaan teknologi yang terbatas tidak memungkinkan mereka hidup di dalam hutan hujan tropis.




Baca juga:
Laporkan Berita Penting yang Anda Temukan Lewat Whatsapp Kompasiana!
Merapi Meletus Lagi di Sleman
Nikah Usia Dini Itu Membangun Rumah Tangga dengan Pondasi Rapuh

Cerpen | Perempuan Mural

$
0
0

Ilustrasi:clickandgo.com

Setiap kali saya melewati jalan sepi ini, langkah saya akan terhenti pada sebuah mural di dinding abu-abu yang berada di sisi kiri jalan. Hal itu seperti suatu keharusan yang terelakkan. Semacam perasaan terikat hadir ketika saya memandangi mural perempuan cantik yang sedang tersenyum sambil menggenggam cangkir itu. 

Senyum itu menyemangati saya di pagi hari, sebelum saya harus menunggu datangnya bis, berdesak-desakan, dan menempuh menit-menit macet menuju pabrik tempat saya bekerja.

Sebenarnya, bukan mural itu saja yang menghiasi dinding abu-abu sepanjang belasan meter itu. Masih ada yang lainnya. Hanya saja, kabarnya mural perempuan cantik itu merupakan karya seniman tersohor yang kebetulan sedang melintas. Entah mengapa, saya lebih tertarik dengan isi cangkir dan alasan mengapa perempuan itu menggenggam cangkir erat-erat dengan kedua telapak tangannya. 

Awalnya, saya menduga cangkir itu berisi kopi, teh atau cokelat panas. Perempuan itu pasti tersenyum bahagia karena jemarinya menjadi hangat. Tapi di lain waktu, saya menyingkirkan dugaan itu. Tak ada kepulan pada lukisan itu. 

Perempuan itu takkan mampu menggenggam cangkirnya seerat itu bila isinya benar-benar panas, bukan? Saya menyimpulkan, cangkir itu pastilah berisi minuman hangat. Hangat, bukan panas. Isinya mungkin minuman kesukaan yang membuat perempuan itu tersenyum.

Sudah setahun saya menetap di daerah ini. Tepatnya ketika ibu memutuskan meninggalkan suami ketiganya, seorang lelaki pemabuk pecandu alkohol dan sumpah serapah. 

Saya selalu heran, mengapa ibu memercayai lelaki seperti itu. Sama herannya saat melihat sepasang alis ibu yang nampak sehitam arang dan gincunya yang lebih menyala dari cabe merah di pasar. Tetapi saya tak dapat berbuat banyak dengan keheranan itu, karena menurut pengalaman saya, keingintahuan cuma akan mendatangkan malapetaka.

"Anak lancang! Berani kau mencampuri urusanku!" teriak ibu dengan kemarahan berkobar.

Plak. Pipi kiri saya memerah setelahnya. Waktu itu saya menerimanya gara-gara keberatan atas pernikahan ibu untuk ketiga kalinya. Sejak itu pula, saya memilih menerima apa pun yang menjadi kemauan ibu. Pasrah. Pun ketika ibu menyuruh saya berhenti sekolah dan melamar kerja di sebuah pabrik.

"Kau tinggal bawa lamaran. Temui kawanku di sana," suruh ibu singkat sambil menebalkan lapisan bedaknya. Cermin retak di kamar sempit kami memantulkan bentuk wajahnya yang bulat.

Saya diam saja. Tak mengangguk apalagi menjawab. Kalimat ibu serupa titah. Jadi, sebaiknya laksanakan saja. Tidak ada jalan lain. Mungkin bila saya menghasilkan uang, ibu akan bersikap lebih baik dan tak perlu bersama lelaki lain yang lebih keliru. Cuma itu harapan saya.

Kawan ibu yang saya temui riasannya mirip dengan ibu. Baik alis, bedak maupun gincunya. Sepasang matanya lebih tajam dari elang. Tatapannya menelanjangi sekujur tubuh saya. 

Saya sempat berpikir, ia akan menemukan kutil yang sedang mekar di sela jemari kaki saya atau melihat tanda lahir kecil di siku tangan kiri saya. Sebuah pulpen berada dalam genggamannya. Sambil bicara, perempuan itu berulangkali memencet pulpen. Klik. Saya merasa seperti sedang diinterogasi.

"Jadi kamu anak gadisnya Laela?" Klik. Perempuan itu menyebutkan nama gadis ibuku.

Saya mengangguk gugup.

"Sudah pernah bekerja?" Klik. Sepasang matanya mendelik penuh selidik.

"Belum pernah, Bu..."

"Tidak masalah. Kamu boleh kerja di sini. Tapi ingat!" Klik. "Kerja yang baik! Jangan bikin malu saya. Mengerti?" Klik.

"Baik, Bu..."

Hari-hari berpeluh pun dimulai. Pagi-pagi sekali saya sudah meninggalkan rumah. Ketika hari lewat petang, saya tiba di rumah dengan seragam kotor. Setiap pintu rumah terbuka, bau asap rokok memenuhi seisi rumah. Jejak lelaki. Saya tak pernah peduli juga tak ingin tahu. Selesai berganti baju, saya merebahkan diri di kasur tipis lalu memejamkan mata. Letih. Ibu tak memedulikan saya. Perempuan itu asyik berbincang sambil cekikikan dengan seseorang di ponselnya. Selain di awal bulan-saat saya gajian-ibu memang tak pernah menyambut kepulangan saya. Lembaran-lembaran rupiah memang lebih menarik perhatiannya.

Saya pernah mengajak ibu pindah ke daerah yang lebih dekat dengan pabrik. Tapi ibu menolak mentah-mentah. Entah apa alasannya. Sejak saya mulai bekerja, ibu bersikap lebih baik. Ia tak pernah membentak atau marah-marah seperti dulu. Sesekali, saya menemukan makanan terhidang di atas meja. Saya bersyukur atas semua itu. Hingga suatu hari, ibu menyampaikan niatnya untuk menikah lagi.

"Ibu sudah menemukan lelaki yang tepat." Ibu mengawali maksudnya  lima menit setelah saya tiba di rumah. "Ibu akan menikah. Lelaki itu akan tinggal bersama kita di sini."

Saya seperti tersengat lebah. Lagi? "Bu, boleh saya bicara?" Saya tak dapat menahan diri untuk tidak menanggapi niatnya.

"Kamu tak setuju?" Nada suara ibu mulai naik.

"Rumah ini sempit. Untuk kita berdua saja sudah..."

"Kita bisa pindah. Lelaki itu punya pekerjaan," bantah ibu.

"Ini sudah keempat kalinya. Bagaimana kalau ternyata lelaki itu..."

"Kamu meragukan pilihan Ibu? Jangan mentang-mentang kamu sudah bekerja, kamu bisa berkata seenaknya!" Ibu mulai berang.

"Bukan begitu, Bu... Saya cuma khawatir." Saya memelankan suara. Jangan sampai ibu menghadiahkan tamparan di pipi saya.

"Sudahlah! Kamu harus terima keputusan Ibu! Titik!" Ibu beranjak meninggalkan saya.

Saya terdiam. Berjam-jam lamanya. Lalu, pelan-pelan saya membuka pintu depan dan meninggalkan rumah tanpa alas kaki. Langkah saya terasa ringan saat menyusuri jalanan sepi. Saya ingin malam ini tak berakhir, agar hari di mana saya harus menyaksikan pernikahan ibu takkan pernah tiba. Pikiran konyol itu membuat saya tertawa keras-keras.

Tanpa saya sadari, saya telah berada di depan mural perempuan cantik. Perempuan itu masih tersenyum bahagia seperti hari-hari kemarin. Ia sungguh beruntung, karena tak perlu merasakan derita yang saya alami. 

Saya meraba cangkir dalam genggaman perempuan itu, berharap agar kehangatan mengaliri jemari saya. Tapi harapan itu dijawab oleh dinginnya tembok yang bisu. Saya menyandarkan tubuh pada tembok abu-abu dan memejamkan mata beberapa saat. Hingga saya merasakan sebuah tangan membekap mulut saya.

"Jangan melawan." Suara dalam penuh hasrat terdengar di telinga saya.  Ujung benda tajam menggores leher saya. Nyeri. Saya tak dapat melihat wajah orang itu karena berada tepat di belakang saya. 

Saya menoleh ke kanan dan ke kiri. Tapi, tak seorang pun berada di sekitar kami. Perlawanan saya tak ada artinya. Orang itu terlalu kuat. Ia mendorong saya untuk terus berjalan. Saya benar-benar dalam bahaya. Saat melirik ke arah dinding, perempuan itu nampak bersedih.       

Orang itu membawa saya memasuki sebuah tikungan sempit. Airmata saya mengalir deras. Saya ingin meneriakkan kata ibu, tapi mulut saya terbungkam. Jika bisa pun, belum tentu ibu mendengar atau memedulikan saya. Ketika orang itu mulai menghimpit tubuh saya, saya merasa inilah akhir kehidupan saya.

Saya berpikir dunia saya sudah berakhir ketika tubuh saya teronggok tak berdaya. Orang itu meninggalkan saya layaknya sampah tanpa sepatah kata. Saya memunguti pakaian saya yang berserakan. 

Saya cuma berpikir untuk meninggalkan tempat itu. Segera. Langkah saya tersaruk-saruk di bawah lampu jalan remang-remang. Samar-samar, saya melihat seseorang sedang berdiri menunggu saya. Dalam jarak beberapa langkah, barulah saya menyadari. Itu sosok perempuan mural.

"Kamu???" Saya heran bukan kepalang. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?

"Ya, ini saya. Maafkan saya karena tak mampu menolongmu," bisiknya sedih. "Saya benar-benar menyesal..."

Tetesan-tetesan bening mengaliri pipi saya. Saya tersedu-sedu. Perempuan itu merengkuh saya dalam pelukannya. Hangat. Saya tak menyangka bahwa sebuah pelukan akan sehangat itu.

"Minumlah ini. Kamu akan merasa lebih baik." Perempuan itu menyodorkan cangkir dalam genggamannya.

Tangisan saya terhenti. Saya hirup cairan dalam cangkir itu perlahan. Cokelat hangat. Akhirnya, saya mengetahui rahasia isi cangkir perempuan itu. Rasanya sungguh nikmat. Rasa ngilu di tubuh saya berangsur-angsur sirna. Begitu pun kepahitan dalam hati saya. Semuanya memudar seiring kehangatan cokelat yang mengaliri tubuh saya.         

"Bagaimana?"

"Ini minuman ajaib," bisik saya takjub.

Perempuan itu tersenyum. "Kamu boleh meminumnya setiap hari bila mau. Ikutlah dengan saya."

"Ikut denganmu?"

"Ya," angguk perempuan itu. "Tinggalkan semua deritamu. Kamu mau?"

Tawaran yang sungguh menggiurkan. Mengapa tidak? Bukankah saya akan berbahagia?

"Saya mau."

Perempuan itu  tersenyum. Saya membalas senyumannya. Perempuan itu  menuntun saya memasuki dinding abu-abu. Jalan kembali sepi.

***

Pagi baru dimulai. Orang-orang mulai berjalan melewati dinding abu-abu. Seorang perempuan cantik berhenti dan mengamati mural di dinding.

"Mural yang bagus," puji perempuan itu sambil mengamati mural dua orang perempuan yang sedang  menggenggam secangkir kopi bersama-sama.

Tak lama kemudian, gerimis turun tiba-tiba. Perempuan itu berlari-lari kecil menuju halte bis terdekat. Saya tersenyum.

***

Tepian DanauMu, 10 Mei 2018




Baca juga:
Teror Rutan Mako Brimob dari Sudut Pandang Warganet
Laporkan Berita Penting yang Anda Temukan Lewat Whatsapp Kompasiana!
Merapi Meletus Lagi di Sleman

Napak Tilas Kedung Lumbu, Cikal Bakal Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

$
0
0

Surakarta Selayang Pandang

Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo, tidak bisa dilepaskan dengan beberapa tempat yang mengandng nilai sejarah dan berhubungan dengan beridirnya Kota Solo dan Keraton Surakarta Hadiningrat. 

Dari berbagai tempat bersejarah tersebut, salah satu desa yang menjadi cikal bakal berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada tahun 1745 yakni Desa Sala dan daerah Kedung Lumbu yang saat ini menjadi lokasi Keraton Surakarta Hadiningrat.

Tulisan ini sebenaranya mencoba mengajak masyarakat yang tinggal di daerah Surakarta dan sekitarnya tanpa kecuali luar daerah bahkan provinsi, untuk mempelajari kembali sejarah kota Surakarta dan sekitarnya dengan cara yang berbeda. 

Tentu menggunakan sumber-sumber yang dapat dipercaya hingga nantinya dapat memasuki bangunan maupun tempat yang memiliki nilai sejarah tinggi, seperti halnya akses menuju eks Kantoor Bondo Loemakso. Dikarenakan tidak semua masyarakat mendapat akses keluar masuk gedung tersebut.

Kedung Lumbu Selayang Pandang

Kedung Lumbu merupakan dua suku kata yang apabila dipisahkan menjadi, "Kedung" yang memiliki arti sebuah cekungan yang berisi air tawar, dan "Lumbu" yang memiliki arti daun yang memiliki karakteristik seperti daun talas. Sehingga, apabila diartikan akan menjadi "Genangan Air Tawar yang Ditumbuhi dengan Tanaman Talas". 

Daerah sekitar Kedung Lumbu banyak menyimpan sejarah masa lalu yang erat hubungannya dengan Keraton dan Kompeni belanda daerah tersebut yakni alun-alun utara Keraton, Baluwarti yang berada di luar tembok Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan daerah Bathangan.

Rampogan Macan

Alun-alun utara erat kaitanya dengan tradisi "Rampogan Macan", tradisi ini diselenggarakan untuk menerima tamu agung terutama pejabat Belanda atau Gubernur Jenderal. Acara "Rampogan Macan" ini diselenggarakan atas perintah SISKS Pakubuwana X, hewan-hewan yang dipergunakan dalam acara ini biasanya hasil buruan yang kemudian dipelihara hingga pertunjukan tiba. 

Salah satu hewan yang wajib dipergunakan, yakni macan atau harimau dan diadu dengan banteng. Hingga saat ini, lokasi kandang macan yang dipelihara berada di sudut alun-alun utara tepatnya di rumah penjaga SD N Kauman, timur polsek pasar Kliwon. 

Didukung dengan adanya bekas cakaran harimau diatas sebuah batu menunjukan bahwa, harimau tersebut memang sengaja dipelihara sebelum diadu. 

Acara ini dilaksanakan pagi hari, dan puncak dari pertarungan antara harimau dan banteng pada siang hari. Para pembesar menyaksikan pertunjukan dari sebuah panggung yang dinamakan pagelaran, dan Sunan duduk berdampingan dengan Gubernur Jenderal. Sedangkan masyarakat pribumi, dengan rela berdesakan diluar arena demi menonton pertunjukan tersebut.

Rampogan Macan di Alun-alun Kraton Surakarta, 1865 Tampak Sunan bersama Gubernur Jendral duduk bersama di Pagelaran. Sumber: gahetna.nl.

Harimau dan banteng yang terlibat dalam tradisi ini biasanya mengalami nasib yang sama yakni menemui kematian. Banteng yang dikalahkan harimau ataupun sebaliknya harimau yang dikalahkan oleh banteng, hingga terdapat salah satu hewan yang menang nantinya akan dibunuh ramai-ramai oleh para abdi dalem kasunanan. 

Tradisi "Rampogan Macan" ini sebenarnya memiliki makna dan simbol yang cukup besar, yakni gambaran tentang hegemoni kekuasaan raja Mataram, macan yang mati dengan luka parah merupakan penggambaran tokoh pewayangan Abimanyu saat menjadi Senapati saat perang Baratayuda. 

Selain itu, pagelaran ini juga sebuah simbol keagungan dari kekuasaan Sultan yang memiliki batasan dengan rakyat. Disisi lain, macan merupakan simbol kekuasaan kolonial dan banteng adalah pribumi, atas tunduknya kekuasaan pribumi terhadap penjajah sehingga rampogan macan ini merupakan simbol pertempuran antara penduduk pribumi melawan penajah.

Kantoor Bondo Loemakso, Kelurahan Baluwarti

Kantoor Bondo Loemakso ANNO 1917. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Lokasi selanjutnya dari perjalanan menysuri Kedung Lumbu sekarang yakni luar tembok Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tepatnya di kampung Baluwarti. Ya "Kantoor Bondo Loemakso"  didirikan sekitar tahun 1901, ditujukan untuk bank sekaligus tempat menggadaikan barang bagi masyarakat Baluwarti dan masyarakat umum. 

Faktor utama didirikannya bangunan Kantoor Bondo Loemakso ini untuk mencegah terjadinya proses rentenir yang dilakukan oleh etnis Tionghoa saat itu, mengingat kekuatan ekonomi etnis Tionghoa di Surakarta sangat besar dan kuat. 

Pada mulanya, gedung Kantoor Bondo Loemakso menggunakan salah satu ruangan yang ada di gedung "Societeiet Habiprojo" yang berada di Jalan Singosaren dan berada di wilayah Kelurahan Kemlayan Serengan Surakarta. Hingga tahun 1917 Kantoor ini dipindahkan di daerah Baluwarti hingga saat ini. 

Ciri khas dari bangunan Kantor Bondo Loemakso ini tidak bisa dilepaskan dari Kolonial dan Keraton itu sendiri, terlihat dari ornamen bagian atas dari teras rumah yang melambangkan Keraton Kasunanan Surakarta dan harimau sebagai simbol Kolonial. Karena dalam pembangunanya terdapat campur tangan antara pihak Belanda dan pihak keraton sendiri.

Kyai Batang dan Surakarta Hadiningrat

Pintu masuk makan Raden Pabelan / Kyai Bathang. Sumber: Koleksi Pribadi.

Setelah berkunjung ke Kantoor Bondo Loemakso, perjalanan dilanjutkan menuju makam Kyai Bathang. Kasunanan Surakarta Hadiningrat tidak bisa dilepaskan dari peran Kyai Bathang dan Ki Gede Sala. 

Pada masa kerajaan Pajang di Kartasura, Putera Tumenggung Mayang yang sekaligus abdi dalem kerajaan Pajang bernama Raden Pabelan dibunuh oleh Amangkurat II setelah ketahuan bermain asmara dengan Puteri Sekar Kedaton atau lebih dikenal dengan Ratu Hemas yang merupakan puteri Sultan Hadiwijaya, Raja Pajang. 

Peristiwa pembunuhan  terhadap Raden Pablean ini berlangsung di dalam Keraton Pajang. Setelah pembunuhan terjadi, mayat Raden Pabelan dihanyutkan / "dilarung" menuju sungai Lawiyan atau sungai braja. Seiring berjalanya waktu dan arus sungai hingga akhirnya mayat tersebut menepi  / "Nyangkut" di pinggir sungai dekat dengan Desa Sala, karena terhalang ranting-ranting pohon.

Peristiwa mayat berada di sungai Braja ini pertama kali diketahui oleh Bekel Desa Sala yakni Kyai Sala waktu dini hari. Pada saat itu Kyai Sala pergi menuju sungai, beliau melihat mayat manusia berada di pinggir sungai lantas beliau mendorong mayat tersebut supaya hayut kembali. Akan tetapi, pagi hari berikutnya mayat tersebut sudah kembali ke posisi sebelumnya. 

Setelah melihat keadaan dimana mayat tersebut kembali ke lokasi awal hingga 3 kali, diputuskanlah Kyai Sala untuk "Maneges" atau bertapa untuk meminta petunjuk Tuhan Yang Maha Esa atas peristiwa tersebut. 

Setelah melakukan pertapaan selama tiga hari tiga malam, Kyai Sala mendapat petunjuk dari seseorang yang disinyalir sebagai Raden Pabelan untuk memakamkan dengan layak mayat tersebut berada. 

Dengan kebesaran hati Kyai Sala menuruti keinginannya yakni memakamkan di dekat desa Sala. Akan tetapi, dikarenakan namanya tidak diketahui maka mayat tersebut diberi nama Kyai Bathang, yang berarti mayat. Dan lokasi dimana Kyai Bathang berada diberi nama Bathangan, akan tetapi hanya tubuhnya yang dimakamkan disini, sedangkan kepalanya berada di wilayah Kleco.

Dengan adanya Kyai Bathang, desa Sala semakin raharja dikarenakan nama Sala sama halnya dengan "Raharja" atau aman, tenteram dan serba kecukupan bagi masyarakat desa Sala. 

Kondisi inilah yang mengakibatkan Sunan Paku Buwana II ketika bertahta di Kartasura, memerintahkan kepada Kyai Tohjaya, Kyai Yasadipura I dan RT. Padmanegara untuk mengupayakan desa Sala dapat dipergunakan sebagai kerajaan baru.

Sehingga, ketiga Kyai tersebut beranjak menuju desa Sala untuk melihat kondisi saat itu. Setibanya di desa Sala, ketiga utusan tersebut mengelilingi rawa-rawa yang berada di sekitar desa Sala. Tidak berselang lama, mereka mendapatkan sumber mata air yang dinamakan "Tirta Amerta Kamandanu" yang bermakna "Air Kehidupan". 

Setelah penemuan sumber mata air tersebut dilaporkan kepada Sunan, maka beliau memutuskan bahwa desa Sala resmi dijadikan sebagai pusat kerajaan baru. Sehingga, Sunan segera memerinthkan agar pembangunan Kerajaan segera dimulai kepada para abdi dalem dan sentana dalem. 

Tugas para abdi dan sentana dalem yakni meminta batu bata sejumlah luas wilayah mancanegara wetan dan kulon, yang kemudian digunakan untuk menutup rawa di desa Sala. Akan tetapi, volume mata air tawar yang keluar tersebut tidak kunjung berhenti meskipun sudah ditutup menggunakan ribuan batu bata dari berbagai daerah di mancanegara.

Mengetahui hal tersebut, Panembahan Wijil dan Kyai Yasadipura melakukan bertapa selama tujuh hari tujuh malam. Hingga pada malam hari Anggara Kasih atau Selasa Kliwon tanggal 28 Sapar, Jinawal 1669 (1473 Masehi), Kyai Yasadipura mendapat wahyu yang berarti "Hai, kalian yang bertapa, ketahuilah bahwa pusat rawa tersebut tidak dapat ditutup karena menjadi tembusan menuju ke Laut Selatan. Akan tetapi apabila ingin kalian sumbat gunakanlah Gong Kyai Sekar Delima, Daun Lumbu atau Talas dan Kepala Ronggeng disitulah pasti berhenti keluarnya mata air. 

Akan tetapi besuk kedhung itu tidak akan mengalir, tetapi juga tidak berhenti mengeluarkan air, kekal tidak dapat disumbat selama-lamanya". Mendengar kabar yang disampaikan oleh abdi dalem, Sunan merasa senang dan bersabda bahwa "Tledhek" berarti sepuluh ribu ringgit. Gong Sekar Delima berarti "gangsa", bibir atau ujar (perkataan). 

Sehingga hal ini merupakan perumpamaan, Gong Sekar Delima menjadi buah bibir yang menggambarkan asal mula / bakal desa yakni Kyai Gede Sala. Alasan desa Sala terpilih menjadi Kerajaan baru didasarkan pada dua hal yakni, kondisi geografis dan religiusitas. 

Selain itu, desa Sala memiliki tenaga kerja yng banyak, sehingga VOC dengan mudah mendirikan Benteng untuk mengawasi gerak-gerik Keraton dan Benteng tersebut bernama Benteng Vastenburg.

Pembangunan Keraton mulai dilakukan setelah rawa tersebut berhasil dikeringkan dan dibersihkan, tanah yang dipakai untuk membangun Keraton diambil dari desa Talawangi atau sekarang lebih dikenal dengan Kadipolo. Kata Surakarta diambil dari kata Karta dan Kerta. 

Kartasura pada masa Amangkurat II bernama Wanakerta yang memiliki arti berani berperang. Kerta atau Karta yang berarti Tenteram seperti jaman kejayaan Mataram. 

Sehingga, keturunan Mataram mengharapkan kejayaan dan ketenteraman kembali Mataram seperti ketika berada di ibukota Karta. Permulaan pembangunan ditandai dengan sengkalan atau peribahasa "Jalma Sapta Amayang Bawana" atau 1670 Jawa / 1744 M.

Kedung Lumbu Kulon

Daerah Kedung Lumbu kulon, juga terdapat beberapa lokasi yang masih berhubungan dengan Sunan Paku Buwana Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan pemerintah kolonial. 

Salah satu lokasi tersebut yakni Ndalem Hadiwijaya yang masih memiliki hubungan darah dengan SISKS Pakubuwana X, dan rumah milik etnis Arab dimana terdapat pintu keluar darurat yang terhubung hingga tiga rumah dengan tujuan mengamankan diri apabila Belanda menyerang. 

 Disisi lain, letak desa Sala yang berada dekat dengan Bengawan Sala yang sejak dahulu memiliki arti dan sejarah pentih dalam hubungan antara Kerajaan Jawa Tengah dan Jawa Timur di bidang sosial, ekonomi dan militer.

Kedung Lumbu dan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sendiri tidak dapat dilepaskan hubunganya, terlebih ketika keraton berdiri tepat diatas rawa yang belum didatangi oleh masyarakat. 

Dengan keberadaan Ki Gede Sala selaku seespuh desa Sala, maka Keraton Kasunanan Surakarta yang awalnya berada di Kartasura dengan adanya geger pecinan memaksa untuk pindah keraton. Dan desa Sala lah yang sebenarnya berupa rawa-rawa akhirnya yang dipilih menjadi kerajaan.




Baca juga:
Perihal yang Merusak Nilai Positif dalam Olahraga
Teror Rutan Mako Brimob dari Sudut Pandang Warganet
Laporkan Berita Penting yang Anda Temukan Lewat Whatsapp Kompasiana!

Gerakan Tuntut THR untuk Blogger!

$
0
0

Gerakan Tuntut THR untuk Bloggers!Judulnya clickbait!Yak tul. Tapi dijamin, clickbait yang satu ini tidak untuk menipu Anda, tapi langsung menyejahterakan dompet para Bloggers! Tak perlu menuntut pemerintah, apalagi sampai harus demo berhari-hari di jalan. Kompasiana yang akan membagikan THR para Bloggers lewat program K-Rewards.

Yap, K-Rewards edisi perdana telah selesai dilaksanakan. Melalui evaluasi singkat, K-rewards cukup memberikan dampak yang signifkan terhadap antusiasme para bloggers di Kompasiana. Kami memutuskan untuk kembali menggelar program K-Rewards, dengan nuansa yang lebih spesial. Menjelang hari raya idul fitri kami akan membagi-bagikan THR untuk para Bloggers di seluruh dunia -- eh lebay -- dalam program K-Rewards edisi Ramadan.

Capek kan jadi freelancer, enggak dapet THR terus tiap tahun, uhuk.

Mekanisme K-Rewards masih sama dan tidak ada yang berubah, Anda bisa baca informasi sebelumnya di berita admin berikut:

Program ini akan berlangsung selama bulan Mei dan hanya menghitung total views yang didapat mulai dari awal periode program. Sistem tidak akan menghitung total views sebelumnya, dan penghitungannya akan terhenti di akhir periode. Pada saat periode berakhir, sistem akan menghitung total views dari seluruh artikel yang telah tayang di Kompasiana, termasuk views pada artikel yang telah ditayangkan sebelum periode dimulai. 

Jika pada sebelumnya kami memberikan toleransi untuk mengisi kolom e-cash 7 hari setelah periode tutup. K-Rewards edisi kali ini akan menutup proses pendaftaran Mandiri e-cash setelah periode K-rewards telah berakhir. 

Kami menganalisis secara sederhana permasalahan yang sering ditemui Kompasianer ketika melakukan registrasi e-cash adalah nomor telepon yang didaftarkan belum berhasil teregistrasi di sistem Mandiri e-cash, kami menyarankan Anda untuk menyambangi langsung Bank Mandiri yang paling dekat di daerah Anda.

Berikut syarat dan ketentuannya:

  • Seluruh total views akan dihitung berdasarkan sistem validasi Google Analytics
  • Kompasianer yang akan mendapatkan K-rewards, hanya yang mampu meraih minimal 5.000 total views dari seluruh artikel yang telah ditayangkan (artikel lama maupun artikel baru)pada periode yang sudah ditentukan. 

Misalnya, artikel yang Anda tayangkan di hari, bulan atau tahun sebelumnya dan mendapatkan views ketika program ini berlangsung juga dapat dikonversi menjadi rupiah. TIdak harus artikel baru. Tetapi ingat, yang kami hitung adalah views yang didapatkan sepanjang periode program berlangsung.

  • Akun Kompasiana wajib tervalidasi (verifikasi hijau)
  • Memiliki akun/nomor Mandiri e-Cash
  • Pengumuman hasil pendapatan akan diumumkan 7 hari kerja setelah periode berakhir
  • Perhitungan harga per total views dibuat menggunakan metode tertentu yang nilainya dapat berbeda antara satu periode dengan periode berikutnya

Berikut periode K-Rewards di edisi bulan Ramadan:

Periode K-Rewards: 1-31 Mei 2018

Pengiriman Dana: 1- 9 Juni 2018

THR dari Kompasiana akan diterima sebelum lebaran, ya kan! Jadi sebarkan pesan dari gerakan ini, ajak para Blogger untuk meraih THR dari kami, karena ini bukan kompetisi tapi untuk kamu para Bloggers yang telah memberikan kontribusi untuk dunia literasi di Indonesia.

Gerakan Tuntut THR untuk Bloggers!




Baca juga:
Gunung Merapi Meletus Freatik di Sleman
Perihal yang Merusak Nilai Positif dalam Olahraga
Teror Rutan Mako Brimob dari Sudut Pandang Warganet

Segregasi dan Demokrasi Kaos

$
0
0

ilustrasi. || Seorang bertopeng Jokowi diikuti ratusan warga Cipinang Muara melakukan aksi atraksi di sepanjang Banjir Kanal Timur (BKT), Jakarta Timur, Minggu (11/5/2014). (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Insiden di area Car Free Day (CFD) di Jakarta antara sekelompok orang berkaos #2019 GantiPresiden dengan seorang ibu berkaos #Dia SibukKerja beberapa waktu lalu menunjukkan adanya segregasi sosial di masyarakat. Pemicunya karena perbedaan simbol dan tulisan di kaos. Tulisan di kaos bisa menjadi indikasi ke mana arah aspirasi politik terkait pemilihan presiden 2019 (Pilpres) si pemakainya.

Kelompok #2019 GantiPresiden mewakili oposisi yang menginginkan Pilres 2019 melahirkan presiden baru. Kaos  #Dia Sibuk Bekerja bisa dimaknai sebagai kelompok pro Presiden Joko Widodo melanjutkan periode kedua.

Segregasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan pemisahan (dari satu golongan ke golongan lainnya). Secara sosiologis, segregasi sosial (social segregation) merupakan kecenderungan orang untuk lebih senang berinteraksi dengan orang lain yang sama secara etnik (Blumenstock & Fratamico, 2013). Orang yang berada di luar etniknya dianggap sebagai out group (di luar kelompoknya).  

Tulisan di kaos yang jadi ramai tersebut memang bukan soal etnisitas, melainkan perbedaan pandangan politik terkait sosok presiden mendatang. Meskipun bisa saja itu ditarik ke wilayah perbedaan etnis. Namanya juga politik. Semuanya bisa terjadi. Namun dampak yang diakibatkan sama. Masyarakat menggerombol ke dua kelompok yang saling bersaing, saling serang opini. Keterbelahan sosial. Siapa saya, siapa Anda...

Peristiwa di CFD di Jakarta sekadar letupan kecil dari keterbelahan masyarakat secara politik sejak Pilpres 2014, disusul Pilkada Jakarta 2017 dan kini memanas lagi menjelang Pemilu 2019.   

Segregasi sosial akibat identitas kaos sebenarnya bukan fenomena baru. Pada pemilihan umum era Orde Baru fenomena itu sudah ada. Bedanya,  pada era Soeharto segregasi lebih menonjol akibat warna kaos partai. 

Sedangkan segregasi menjelang Pemilu 2019 karena tulisan bertagar di  kaos.  Pada Orde Baru warnai "hijau" simbol Partai Persatuan Pembangunan (PPP), "merah" simbol Partai Demokasi Indonesia (PDI), serta "kuning" simbol Golongan Karya (Golkar). Tiga warna ini sangat mewakili kelompok dengan aliran politik masing-masing.

Tiga Golongan 

Dalam perspektif antropolog Clifford Geertz,  warna hijau mewakili santri, merah simbol abangan, sedangkan kuning simbol priyayi (birokrat). Tiga warna partai ini sebagai akibat kebijakan fusi atau peleburan partai politik di era itu. 

Fusi partai didasarkan atas kesamaan ideologi dan aliran politik partai. Saat itu warna kaos menunjukkan identitas aliran politik sekaligus preferensi politik.  Masih bagus di era Orde Baru, begitu selesai Pemilu, segregasi hilang. Para pendukung kontestan kembali akur. Sekarang? Jangan tanya deh...

Sebagai negara demokrasi, kompetisi kelompok yang mewakili kontestan Pilpres sebenarnya keniscayaan. Yang patut mendapatkan perhatian justru pada tafsir-tafsir atas keterbelahan yang kian liar itu. Seorang tokoh politik senior mengatakan ada fenomena perebutan pengaruh antara partai Tuhan dan partai setan. Pernyataan tak bijak ini menambah suasana persaingan kian memprihatinkan. 

Segregasi akibat aspirasi politik tapi seolah-olah berdasarkan tingkat keimanan seseorang.  Ditambah lagi soal identitas  "gelang" para pelaku insiden CFD mengundang berbagai spekulasi publik. 

Kita berharap suasana panas Pilpres 2014 tak terulang lagi. Sepertinya harapan itu agaknya sulit terwujud. Pemilu masih kurang satu setengah tahun pun situasi begitu menguras energi. Perang tagar, perang pernyataan, perang kata-kata, perang meme, terus membanjiri dunia maya.  Insiden di CFD di Jakarta sekadar letupan kecil tapi membutuhkan perhatian besar. Tanpa pengelolaan yang baik tentang segregasi sosial itu bisa berakibat destruktif bagi demokrasi dan keutuhan republik ini.  

Sayangnya sikap para politikus tak kalah menggelikan. Pernyataan-pernyataan mereka tidak mendewasakan sama sekali. Opini mereka hanya mencerminkan aspirasi politik, tidak lagi melihat dan mengomentari kasus itu dengan kacamata jernih. 

Kepentingannya sebagai politisi lebih menonjol. Para aktivis partai politik sebenarnya mengemban misi untuk melakukan pendidikan politik kepada rakyat, sebagai implementasi fungsi partai politik. Politisi berkewajiban  memberikan pencerahan kepada publik, terlebih saat terjadi insiden yang berpotensi membahayakan integrasi bangsa. Hasrat sangat besar untuk berkuasa tak perlu mengalahkan akal sehat, apalagi mendekonstruksi nilai-nilai demokrasi.   

Demokrasi tak sekadar mekanisme politik. Dari sisi prosedur, tak ada yang memungkiri proses politik di Indonesia cukup mewakili sebagai negara demokrasi. Pemilu bebas, tanpa intervensi negara. Kebebasan perpendapat di ruang publik sangat terjamin. Mau mengkritik pemerintah tidak ada yang melarang selama dilakukan secara elegan. Tapi demokrasi ternyata tak sekadar prosedur. 

Kualitas demokrasi memerlukan kedewasaan semua pihak, termasuk  kecerdasan warga dalam berinteraksi di ruang publik saat mengemukakan pandangan politiknya. Kualitas, bobot, wacana yang dikembangkan menjadi indikasi penting tentang kualitas demrokasi di Indonesia. Perbedaan saluran politik tak seharusnya dengan memproduksi wacana  tidak mencerdaskan.  Ruang publik tak memerlukan suara asal bunyi para politikus dan buzzer-nya yang tak berkorelasi terhadap kemajuan bangsa ini. Sia-sia...

Perjalanan reformasi selama 20 tahun sepertinya belum memberikan waktu dan proses yang cukup terhadap pendewasaan demokasi bangsa ini. Kualitas demokasi tak jauh berbeda dengan era Orde Baru bila dilihat dari sudut pandang keterbelasan sosial akibat perbedaan identitas kaos yang dipakai. Kaos hanya "aksesori" demokrasi, bukan substansi. Substansi demokrasi pada perilaku menikmati kebebasan segalanya secara elegan dan bertanggungjawab. 

Sayangnya identitas kaos masih dimaknai seolah-olah itulah substansi berdemokrasi. Jadilah demokrasi (sekelas) kaos...


Solo, 11 Mei 2018




Baca juga:
Mengapa Kita Menolak Khilafah?
Gunung Merapi Meletus Freatik di Sleman
Perihal yang Merusak Nilai Positif dalam Olahraga

Kisah Mantan Pengabdi Bupati dan Ritualnya Sebelum Melukis

$
0
0

Yan Beryas menyelesaikan lukisan pesanan pelanggannya.(Dokumen Pribadi)

Wayan Beratha Yasa yang akrab dipanggil Yan Beryas, sempat mengabdikan diri sebagai tukang foto selama 30 tahun di pemda Badung, Bali. Prestasi utama lelaki kelahiran desa Kapal, Badung ini adalah setiap jepretannya bisa dinikmati pembaca banyak koran karena dia mengirimkan foto kegiatan sang bupati ke berbagai media.

 "Ada 4 bupati yang saya ikuti kiprahnya di Badung, sempat dapat motor dinas walau bukan plat merah, tapi terakhir dicabut padahal motor itu sudah saya bayarin macam macamnya, cuma saya berfikir saya memang bukan siapa siapa jadi tak pantas ngotot," begitu dia bertutur tentang kegundahan hatinya.

Yan Beryas sempat kuliah di jurusan seni Rupa Unud, tapi kemudian mundur karena tak sepaham dengan sang dosen.

"Ketika adu debat dengan Pak Rai, dosen saya waktu itu, terjadi ketidak cocokan dihati, dalam benak saya lukisan itu yang gambaran riil atau realistis tentang suatu obyek, tapi menurut sang dosen lukisan itu adalah kesan mendalam tentang suatu obyek," papar ayah 4 putra yang kini menduda ini.

Karena tak cocok itu dia berhenti kuliah padahal sudah cukup lama berkuliah di tempat itu. Dia kemudian diangkat jadi tukang foto oleh Bupati Wayan Dana di tahun 70an, dia kemudian mengambil bidang khusus, yakni memotret peristiwa yang cocok untuk bahan press realise untuk koran. Mulai koran lokal sampai koran nasional.

Namun jauh sebelum jadi tukang foto untuk para bupati, dia memang sudah melukis terutama melukis potret, ada belasan tokoh yang fotonya dia abadikan lewat kanvas, dan semuanya jadi bupati bahkan jadi gubernur dan presiden.

"Untuk bu Megawati itu malahan saya serahkan lukisannya waktu ada pameran di Jakarta, ketika itu beliau masih ketua partai, beberapa bulan kemudian jadi presiden," tambahnya. Biasanya sang tokoh akan dilukis menurut profesinya, yang jadi penari akan dilukis wajahnya berdampingan dengan suasana tariannya, sang pemahat begitu juga.

Yang bakalan jadi pejabat akan dilukis lengkap dengan busana jabatannya yakni berjas berdasi dan berpeci.

"Saya menemukan idea itu berdasarkan wangsit tertetnu setelah melakukan ritual khusus, yang jadi pejabat pasti bakalan mengenakan ketiga atribut itu, atribut saat dilantik dan mengucapkan sumpah jabatan," papar kakek 4 cucu ini.

Biasanya setiap lukisan tokoh yang akan jadi pejabat itu dia antarkan langsung kepada yang bersangkutan, dia tak mematok tarip khusus karena buat Yan Beryas tokoh yang dia lukis itu adalah utusan dari yang diatas untuk jadi pemimpin, maka sebagai kawula dia berkewajiban untuk melakukan pengabdian, begitulah jalan fikirannya dari dulu.

Dalam melukis dia tak melakukan manipulasi, karena gaya lukisan realis itu memang harus menampilkan sesuatu apa adanya, tidak juga menambahkan dramtisasi seperti aliran hiperealis. Keindahan tampil berkat permainan warna dan penyinarannya. Lukisan pertamanya yang berumur 45 tahun sampai sekarangpun masih disimpannya, menggambarkan sebuah kori terbuat dari citakan tanah di kawasan Ubung yang sekarang sudah jadi perumahan Grand Kori.

"Waktu itu saya melukisnya pada pagi hari, jalan belum beraspal dan babi masih berkeliaran ditempat itu", kenangnya. Beberapa kali sang pemilik kori malahan hendak menggantikan lukisan ukuran menengah itu, tapi Bratha menolaknya dengan alasan itu lukisan yang fenomenal.

Lukisan lainnya adalah lukisan tentang Tanah Lot yang dibuatnya di tahun 70an. Lukisan itu telah berkembang menjadi be berapa gaya, pernah realis, kemudian abstrak dan kubisme, pontilisme, bahkan sempat juga jadi bergaya naturalis.

"Saya tak pernah bosan melukis Tanah Lot, karena disana ada kekuatan yang luar biasa, bukan saja seputar jodoh orang yang berantakan, tapi juga kemampuan tempat itu menyedot pengunjung seluruh dunia untuk mengaguminya," ungkap penggemar tipat cantok ini.

Kesehariannya dilewati dengan melukis gaya abstk ekspresif mirip gaya Afandi. Ada pura, tajen, galungan, tebing dan banyak obyek yang dilukisnya dengan cara seperti itu.

"Ternyata melukis gaya Afandi itu mengasyikkan juga, saya bisa merambah ke berbagai hal dengan cara yang liar," tuturnya.

Ini adalah untuk ke tujuh kalinya dia berpindah gaya, dan tujuh kali juga melakukan pameran berkolaborasi dengan salah seorang putranya yang juga pelukis tamatan ISI Yogya.

Dalam urusan pameran YanBeryas adalah jagonya, tiap tahun ikut pameran di pesta seni Bali, tiap 3 tahun ikut pameran di hotel di Nusa Dua dan 5 tahun sekali berpameran dengan anaknya yang sekarang masih betah tinggal di Yogya.

Dalam memamerkan karya dia tak berharap banyak misalnya agar seluruh lukisannya laku dan diborong pengunjung. Yang penting baginya adalah dia bertanggung jawab pada profesinya.

"Pelukis juga sama dengan penyair, tugasnya selesai bila karyanya sudah dilemparakan kepublik penikmatnya, tak peduli reaksi mereka menghujat atau memuji semuanya harus diterima dengan lapang dada kemudian dijadikan bahan introspeksi diri," ungkapnya.

Selain melukis dia juga menulis, sekarang ini ikut di berbagai media yang ada hubungannya dengan promisi kepariwisataan. Yang ditulis juga beragam mulai dari kehidupan seniman sampai pada masalah sosial yang berkembang.

"Sekedar untuk mengenang ketika saya masih jadi humas selama puluhan tahun, agar ingatan tak jadi beku karena hanya dibiarkan keenakan menikmati masa pensiun," tambahnya.




Baca juga:
Yuk, Kenalan dengan Diet Militer dan Cari Tahu Dampaknya
[Potret] Merapi Erupsi, Ini Kondisi Kota Yogyakarta saat Dihujani Debu Vulkanik
Perawat Honorer Juga Manusia yang Harus Diupah dengan Manusiawi

Kekalahan Milan, Pergulatan Mentalitas, dan Momen Transisi

$
0
0

Selebrasi Juara Si Nyonya Tua | Eurosport

When we talk about Juve we talk about a great club, with great history, that is used to winning and continues to stay with a great mentality - (Genaro Gattuso, dalam konferensi pers sebelum final Coppa Italia; Juventus.com)

Cukup dimengerti ketika Don Carlo Ancelotti dan Ruud Gullit memberi dukungan bagi Milan dalam partai pamungkas Coppa Italia, Rabu dini hari waktu Indonesia. Ajang yang terakhir kali dijuarai Milan pada musim 2002-2003. 

Dukungan agar tidak memberi kesempatan La Vecchia Signora meraih gelar ke 13 sekaligus memecahkan rekor 4 kali juara pada ajang yang mulai sejak tahun 1922 ini secara beruntun. Termasuk dari seorang Pirlo, sosok yang dihormati oleh fans dua klub. Bagi Pirlo, Gattuso adalah pilihan yang boleh dititipi harapan. Katanya seperti dilansir bola sport.com, "Dia kembali memberi jiwa pada AC Milan, memberi mereka semangat tim dan membuat tim bermain dengan sangat baik. Banyak pujian untuknya dan saya berharap malam ini dia bisa mewujudkan mimpinya untuk mengangkat piala."

Sebagai Juventini, saya mula-mula berada dalam dukungan seperti ini. Bahkan, saya berharap Napoli bisa juara musim ini sehingga memberi tahun yang gagal total bagi skuad asuhan Allegri. Sudah 6 musim dan 3 Coppa Italia dibawa pulang tanpa ada satu piala Champions bukanlah pencapaian yang menghapus kerinduan akan Juara Eropa. Tetapi...

Mentalitas

Melihat sorot mata Super Buffon yang menyala-nyala dalam senyuman kala memasuki stadion Olimpico lantas melihat ekspresi Leo Bonucci yang tanpa senyum, saya kira Milan tidak akan banyak berbuat. Paling jauh, memaksakan adu penalti demi uji keberuntungan. Buffon telah memenangkan "psy war" menjelang laga yang disebut Gattuso selayaknya Piala Dunia bagi Milan.

Mengapa ekspresi Bonucci dan Buffon boleh menjadi isyarat jika Milan akan kembali tersungkur?

Keduanya adalah el capitano. Pada diri mereka hidup ideal, hidup sebuah tipe, sebuah contoh. Seorang kapten diharapkan menjadi pemimpin yang boleh melakukan, setidaknya dua fungsi dasar. Pertama, mengkoordinasikan permainan serta, kedua, menjaga motivasi tetap di level "berjuang sampai akhir". Di dalamnya, pelatih berharap semua rencana berjalan sesuai arahan. 

Dua dari tiga gol yang bersumber dari "bola mati" yang menghancurkan dukungan Don Carlo, Gullit hingga Pirlo menggambarkan bahwa sistem bertahan di bawah komando Bonucci masih rentan kacau. Disempurnakan oleh "pertunjukan horor Donnarumma", Milan kembali gagal memutus hasil buruk dalam 6 pertemuan dimana hanya bisa sekali seri. Sisanya keok.  

Gol pertama Medhi Benatia adalah contoh dari lolosnya pengawalan. Sementara gol dari sepakan Douglas Costa dan gol kedua Benatia adalah contoh dari buruknya tangkapan Donnarumma. Tangkapan buruk yang disebut "pertunjukan horor": tiga gol terjadi hanya dalam interval menit 56 ke 64 alias 8 menit saja. Kiper yang disebut-sebut paling terdepan sebagai suksesor Buffon ternyata anak muda yang mudah gugup di partai pamuncak. Di pertarungan dimana banyak harapan berseru-seru agar Milan memutus takdir buruk lewat tangan Gattuso.

Tentu saja ini bukan salah Donnarumma semata. Gattuso telah menyadari dan memberi peringatan.  

Gattuso bilang, "We have to do two things: not give Juve anything, as with the quality of their players they will punish you, then we have to play our game courageously. Juve is a team full of champions, but they too have some defects, it will be a good game we can't wait to get going and we hope that we won't make the same mistakes as we did in the last 15 minutes in Turin."

Dan Bonucci, dkk gagal menerapkan dua kehendak yang diinginkan Gattuso: jangan beri ruang alias jangan menciptakan kesalahan yang sama serta bermainlah dengan berani. Hanya di paruh pertama, Milan boleh konsisten. 10 menit dari babak kedua, Juventus mulai menghukum mereka hingga berakhir dengan mengenaskan. 4:0. 

Karena itu juga, wajar menduga jika Milan yang datang ke ibukota masilah pasien pengidap Inferior Mentality. Mereka serasa sudah duluan kalah terhadap perasaan gugup di depan penguasa 6 musim bertutur-turut. Perasaan gugup yang selalu menjangkiti jiwa kerdil dan bermuara pada inkonsistensi yang akut. 

Akan tetapi kita tahu jika kondisi ini adalah faktualitas yang partikular. Bukan khas AC MIlan semata. Ia juga hidup dalam ruang batin Inter dan Roma.

Mengelola Momen Transisi

Tanpa bermaksud membesar-besarkan sejarah--yaiyalah, sudah besar dengan sendirinya!-- juara 7 musim beruntun dengan 4 Coppa Italia adalah penegasan jika kemampuan bersaing di level atas memang hanya milik Juventus. Sejarah yang seperti ini tidak dicapai oleh skuad yang sama. Juventus kehilangan elemen inti, kedatangan pemain-pemain baru yang bukan dari kumpulan World Class dan harus melewati transisi secara benar. 

Bahkan sempat terseok-seok di awal musim dan dijuduli macam-macam prediksi yang pada akhirnya adalah pepesan kosong. Coach Max Allegri membuktikan jika dalam dirinya, hidup maestro taktik yang juga ahli mengelola transisi. Seorang yang ahli menerapkan prinsip memelihara hal-hal lama yang bagus dan mengambil hal-hal baru yang lebih bagus.

Hal-hal lama yang masih bagus itu hidup dalam sosok seperti Buffon, Chiellini, Barzagli, Benatia hingga Rugani. Termasuk dalam diri Asamoah, Lichtsteiner, Alex Sandro juga Cuadrado dan Khedira. Lantas Mandzukic, Higuain dan Dybala. Sementara hal-hal baru yang lebih bagus akhirnya muncul dari Douglas Costa dan Matuidi, yang sering masuk dalam starting eleven.

Keseimbangan dinamik sedemikianlah yang menjadi tantangan bagi seorang Gattuso dan manajemen klub secara umum. 

Dia baru datang sebagai suksesor keterpurukan warisan Montella, yang kembali dipecat manajemen Sevilla. Gattuso mengasuh skuad dengan dominasi anak-anak muda dari pembelian yang jor-joran namun tanpa bintang. Pembelian yang malah dinyinyiri oleh si mantan, Berlusconi.

Situasi seperti ini pernah juga dikritik Xavi Hernandez, sang legenda Barcelona. Ketika sosok semisal Paulinho yang hanya bermain di liga level Chinese Super League dibeli Barcelona, pemain yang memberikan delapan gelar juara La Liga dan empat titel Liga Champions mengatakan, "Dulu takkan ada pernyataan 'pemain ini akan cocok di Barcelona' karena para pemain itu sudah ada di sana. Mereka sudah merekrut pemain yang tidak cocok dengan gaya bermainnya."

Atensi dari kritik Xavi memang terhubung dengan kebijakan transfer manajemen yang memalingkan muka dari potensi akademi sendiri. Akademi yang terbukti melahirkan kelas dunia serupa Xavi, Pique, Fabregas, Iniesta hingga sang Alien: Messi. Walau begitu, capaian yang diberikan Ernesto Valverde di musim ini bukanlah hasil buruk seorang suksesor. Barca tetap bermain operan-operan indah dengan intensitas yang mungkin tak sebergairah era Pep Guardiola. Intensitas ala tiqui taca yang sebenarnya sudah mulai berkurang di tangan Luis Enrique, bukan?  

Sebab itu juga, dalam situasi Milan, saya kira asal terus diberi kepercayaan, Gattuso akan kembali melahirkan tim yang bikin deg-degan musuh. Pirlo hanyalah salah satu yang sudah memberi kesimpulan terhadap kinerja lelaki bermental "Anjing Perang" lapangan hijau ini. Gattuso sejak awal tahu jika skuadnya miskin DNA Milan. Elemen koentji yang akan memutasi kualitas teknik ke dalam sistem bermain "yang pantang pulang sebelum padam".

Karenanya, karena syarat-syaratnya belum dipenuhi, maka kekalahan pada Rabu dini hari itu memang harus terjadi. Wajar. Namun ada satu yang patut dihargai dari Gattuso adalah tidak meniru cara bereaksi Maurizio Sarri. Sarri yang adalah coach tim bernama Napoli, yang hangat-hangat telek ayam di depan ujian konsistensi. 

Sesudah kalah telak dari Fiorentina, Sarri berkomentar begini ihwal dominasi Juventus. "Kami beresiko kehilangan banyak penggemar, karena mereka mendukung tim yang tak akan pernah menang." Lho?! Urusan klean laah. Tak perlu bawa-bawa fans tim lain yang sama mediokernya.

Saya tiba-tiba ingat sabda Eric Cantona tentang psikologi fans dengan klub sepak bola. Bilang Cantona, Kau boleh ganti istri atau agamamu, tapi tidak klub sepak bola-mu! Fans yang gak begini, hanyalah pemuja jenis abal-abal dan alai-alai: mudah galau dan pindah hati. Dekat dengan pikiran konspiratif juga rasanya, uups.  

Pernyataan Sarri itu seperti melempar kotoran ke wajah Maradona.   

#FinoAllaFine #ForzaJuventus #4azaBianconeri

***

Sumber lain yang dirujuk 1, 2 dan 3 serta 4.  




Baca juga:
3 Hari Lagi Waktu untuk Ceritakan Kisahmu tentang Bali dan Nusa Tenggara
Yuk, Kenalan dengan Diet Militer dan Cari Tahu Dampaknya
[Potret] Merapi Erupsi, Ini Kondisi Kota Yogyakarta saat Dihujani Debu Vulkanik

Jalan Jaksa Mengubah Wajah, "Bule" Enggak Mau Nginap?

$
0
0

Masuk kawasan Jalan Jaksa. Foto | Dokpri

Belum lama ini penulis menelusuri Jalan Jaksa. Dari ujung utara, tepatnya Jalan Kebon Sirih menelusuri jalan kira-kira 400 meter sampai ke perapatan Jalan KH  Wahid Hasyim di bagian selatan. Wilayah wisata yang berada di Kelurahan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, itu kini mulai nampak perubahan fisik berupa bangunan dari beberapa tahun silam.

Jika dulu banyak dijumpai bangunan kecil dan kafe 'ala murahan'  sesuai dengan ukuran kantong para backpacker, sekarang nampaknya mengubah konsep mengintip pangsa pasar turis berkantong tebal.

Wilayah wisata di tengah kota Jakarta Pusat itu memang sedari dulu terkenal bagi para turis mancanegara yang ingin menikmati pesona malam Jakarta dengan ukuran saku murah. Namun dengan menyaksikan adanya bangunan diperuntukan kafe untuk wisatawan, maka tentunya sasaran atau targetnya tidak lagi untuk ukuran warga bule 'kere'.

Bangunan menjulang tinggi mengancam rumah makan kecil. Foto | Dokpri

Tidak seperti dulu, kini bule tak nampak siang hari. Foto | Dokpri

Sepanjang pengamatan penulis, justru wisatawan 'kere' dan pekerja kasar berasal dari Afrika banyak menginap di rumah warga Kebon Sirih. Ketika pagi hari, sejumlah warung tegal atau Warteg kadang tiba-tiba penuh dengan warga dari benua hitam itu.

"Ramai lah sekarang," kata serorang warga yang tak mau disebut jati dirinya.

Tepat, jika ada seorang pengamat wisatawan menyebut bahwa beberapa tahun terakhir para  backpacker tidak lagi menjadikan Jalan Jaksa sebagai primadona. Restoran dan kafe murah mulai menghilang.  Kalau pun ada itu hanya beberapa Hostel yang menetapkan tarif murah, kisaran Rp200 ribu sampai Rp250 ribu per malam.

Sekarang mulai sepi. "Bule nggak lagi berminat kaya' tempo dulu," kata Isah, seorang warga yang tiap hari wara-wiri di lokasi itu dengan logat Bahasa Betawi.

Nama jalan Jaksa sudah ada sejak zaman kolonial. Nama ini berawal dari seorang mahasiswa Rechts Hogeschool Batavia (Akademi Hukum Jakarta) menetap di daerah ini ketika sedang menuntut ilmu di sana. Karena itu jalan ini dikenal sebagai Jalan Jaksa.

Mulai langka tempat makan seperti ini. Foto | Dokpri

Bangunan gedung bertingkat akan gantikan bangunan kecil. Foto | Dokpri

Pada akhir 1960-an, Jalan Jaksa mulai dikenal secara internasional di antara para petualang melalui International Youth Hostel Federation (IYHF). Tahun 1968, Nathaniel Lawalata, sekretaris jenderal Asosiasi Pemuda Indonesia mengubah rumahnya menjadi hotel bernama Wisma Delima. Hotel ini adalah hotel pertama di Jalan Jaksa dan satu-satunya hotel di Jakarta yang secara internasional terdaftar di IYHF.

Jalan ini terus mengalami perkembangan, banyak hostel dan tercatat di berbagai buku panduan perjalanan terkenal seperti Lonely Planet. Jalan Jaksa kemudian menjadi titik transit untuk menjelajah seluruh Indonesia dan secara resmi ditetapkan sebagai kawasan pariwisata oleh dewan kota Jakarta.

Setiap tahun, Pemda DKI memang menggelar festival Jalan Jaksa dengan maksud menarik minat dan rasa ingin tahu masyarakat untuk berkunjung ke ruas jalan yang terkenal dengan deret penginapan dan tempat makan murah untuk turis itu.

Sayangnya, arah perubahan kawasan itu belum sepenuhnya mengindahkan akan kebutuhan para turis asing berkantong kempes. Bisa jadi, karena itu, 'bule' pun enggak nginap lagi.




Baca juga:
Pemain Legendaris Zulkarnain Lubis Meninggal Dunia
3 Hari Lagi Waktu untuk Ceritakan Kisahmu tentang Bali dan Nusa Tenggara
Yuk, Kenalan dengan Diet Militer dan Cari Tahu Dampaknya

Samber iPhone X dan Jutaan Hadiah Lainnya di THR Kompasiana!

$
0
0

Samber iPhone X dan Jutaan Hadiah Lainnya di THR Kompasiana!

Setiap bulan Ramadan, Kompasiana selalu menghadirkan microsite Tebar Hikmah Ramadan (THR) sebagai himpunan artikel-artikel Kompasianer yang terkait dengan segala macam aktivitas Kompasiana di bulan Ramadan.

Tahun ini, THR kembali hadir namun dengan nuansa yang sedikit berbeda. Kali ini Kompasiana akan membagi-bagikan tunjangan hari raya  untuk Kompasianer yang aktif menulis di Kompasiana selama bulan Ramadan, dari iPhone X, Sepeda, hingga uang jutaan rupiah dan puluhan merchandise akan tersedia buat kalian yang ikut serta menyemarakan bulan Ramadan di Kompasiana.

Samber! (Satu Ramadan Bercerita). Melalui nuansa yang baru ini, seluruh Kompasianer kami ajak untuk menuliskan artikel setiap hari satu artikel selama satu bulan penuh di bulan Ramadan. Semakin rajin menulis, semakin besar peluang kalian untuk mendapatkan hadiah utama. 

SYARAT DAN KETENTUAN

  • Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di Kompasiana.com
  • Setiap Kompasianer wajib menulis satu artikel di tiap harinya sesuai tema yang ditentukan selama 32 hari penuh di bulan Ramadan dan Lebaran
  • Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat), dan tidak sedang dilombakan di tempat lain)
  • Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana.

TEMA HARIAN:

  • 15 Mei 2018: Persiapan awal Ramadan (Label: thrkompasiana1)
  • 16 Mei 2018: Target di bulan puasa (Label: thrkompasiana2)
  • 17 Mei 2018: Serunya berburu takjil favorit (Label: thrkompasiana3)
  • 18 Mei 2018: Aktivitas seru saat sahur (Label: thrkompasiana4)
  • 19 Mei 2018: Bukber bersama kerabat (Label: thrkompasiana5)
  • 20 Mei 2018: Jelajah masjid favorit (Label: thrkompasiana6)
  • 21 Mei 2018: Atur stamina saat bekerja di bulan puasa (Label: thrkompasiana7)
  • 22 Mei 2018: Mystery topic 1 (Label: thrkompasiana8)
  • 23 Mei 2018: Romantisme keluarga di bulan puasa (Label: thrkompasiana9)
  • 24 Mei 2018: Lokasi ngabuburit favorit (Label: thrkompasiana10)
  • 25 Mei 2018: Pro dan kontra warung yang buka saat Ramadan (Label: thrkompasiana11)
  • 26 Mei 2018: Menu sahur terbaik (Label: thrkompasiana12)
  • 27 Mei 2018: Pasar dadakan di bulan Ramadan (Label: thrkompasiana13)
  • 28 Mei 2018: Pengeluaran di bulan Ramadan, boros atau tidak? (Label: thrkompasiana14)
  • 29 Mei 2018: Mystery topic 2 (Label: thrkompasiana15)
  • 30 Mei 2018: Fiksi Ramadan (Label: thrkompasiana16)
  • 31 Mei 2018: Outfit terbaik di bulan Ramadan (Label: thrkompasiana17)
  • 01 Juni 2018: Minuman dingin favorit (Label: thrkompasiana18)
  • 02 Juni 2018: Mitos dan fakta yang terjadi selama bulan Ramadan (Label: thrkompasiana19)
  • 03 Juni 2018: Cerita masa kecil di bulan Ramadan (Label: thrkompasiana20)
  • 04 Juni 2018: Pro dan kontra saat Sahur on the Road (Label: thrkompasiana21)
  • 05 Juni 2018: Mystery topic 3 (Label: thrkompasiana22)
  • 06 Juni 2018: Suka duka soal THR (Label: thrkompasiana23)
  • 07 Juni 2018: Mudik? Kalau nggak, kemana? (Label: thrkompasiana24)
  • 08 Juni 2018: Hadiah lebaran paling berkesan (Label: thrkompasiana25)
  • 09 Juni 2018: Spot belanja lebaran paling favorit (Label: thrkompasiana26)
  • 10 Juni 2018: Malam di bulan Ramadan (Label: thrkompasiana27)
  • 11 Juni 2018: Pro dan kontra "salam tempel" untuk anak (Label: thrkompasiana28)
  • 12 Juni 2018: Mystery topic 4 (Label: thrkompasiana29)
  • 13 Juni 2018: Hari menjelang lebaran (Label: thrkompasiana30)
  • 14 Juni 2018: Aktivitas Idul Fitri (Label: thrkompasiana31)
  • 15 Juni 2018: Aktivitas Idul Fitri (Label: thrkompasiana32)

MEKANISME

  • Tulisan tidak lebih dari 1500 kata
  • Kompasianer wajib share artikelnya ke media sosial masing-masing (Facebook, Twitter, Instagram) dan mention akun Kompasiana.
  • Setiap minggunya, akan ada Mystery Topics yang harus ditulis Kompasianer (diumumkan sehari sebelumnya di Facebook, Twitter, dan Instagram Kompasiana)
  • Pilih kategori "Tebar Hikmah Ramadan"  dan sub-kategori yang disesuaikan dengan tema artikel di laman dashboard menulis
  • Peserta wajib mencantumkan label khusus: samberthr lalu diikuti dengan label harian: thrkompasiana1, thrkompasiana2, thrkompasiana3, dst. pada setiap artikel untuk membedakan artikel di setiap harinya. Detail label bisa disimak dalam daftar tema di atas.
  • Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan hari dan tema tidak akan masuk dalam penilaian.
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.
  • Pemenang akan diumumkan 14 hari kerja setelah campaign berakhir.

PARAMETER PENILAIAN

  • Setiap artikel akan dinilai oleh Tim Kompasiana dan nilai akan diakumulasi pada akhir penyelenggaraan campaign ini. Setiap artikel akan dihitung dengan skala nilai sebesar 1-10
  • Kompasianer dengan nilai tertinggi dan konsisten menulis selama satu program penuh berpeluang mendapatkan hadiah utama.
  • Bonus poin nilai sebesar 50 poin apabila Kompasianer berhasil melewati minimal 15.000 Pvs dari total artikel
  • Jika Kompasianer gagal dalam menulis selama satu program penuh berturut-turut, tidak bisa mendapatkan hadiah utama. Namun masih berpeluang mendapatkan hadiah lainnya berdasarkan akumulasi nilai.

HADIAH UTAMA

Satu unit iPhone X
Satu unit WimCycle Fatman

HADIAH LAINNYA
Uang tunai Rp 1.000.000 untuk 10 orang pemenang
Mistery Prize untuk 4 orang pemenang di setiap Mistery Topic

Jadi, sudah siap SAMBER THR dari Kompasiana? Ayo tuliskan ceritamu yang menarik dan inspiratif seputar Ramadan di Tebar Hikmah Ramadan Kompasiana dan menangkan hadiahnya! (RD)

-------------

*Selama bulan Ramadan periode K-Rewards juga telah berjalan. Jadi secara otomatis sudah ada tunjangan hari raya yang siap dikirim ke amplop lebaran kalian. Simak info lengkapnya: [K-Rewards Edisi Ramadan]





Baca juga:
Sudahkan Kita Menyapa Pagi dengan Benar?
Pemain Legendaris Zulkarnain Lubis Meninggal Dunia
3 Hari Lagi Waktu untuk Ceritakan Kisahmu tentang Bali dan Nusa Tenggara

Pemilihan Malaysia Layak Jadi Contoh!

$
0
0

Sumber Gambar: mstar.com.my

Hampir 19 tahun saya hidup merantau di Negeri Jiran ini. Saya turut menjadi bagian dan saksi sejarah perjalanan politik bangsa ini.

Saya mengalami langsung tiga peralihan kekuasaan Perdana Menteri, mulai dari era kepemimpinan koalisi Barisan Nasional (BN) yang digawangi oleh Mahathir Mohamad, lalu diteruskan oleh Abdullah Ahmad Badawi, lalu diteruskan oleh Najib Tun Razak, lalu kini diambil alih kembali oleh Mahathir Mohamad, dengan kapal yang berbeda, Pakatan Harapan (PH).

Pergolakan politik tentulah ada dan nyata. Sengitnya pertentangan dan naiknya tensi politik itu lumrah adanya.

Banyak pihak yang mengkhawatirkan akan terjadi chaos atau keributan yang tak terkendali terkait hasil dari Pemilihan Raya Umum (PRU) ke-14 kemarin.

Bagaimana tidak, peralihan kekuasaan kali ini cukup fenomenal. Barisan Nasional (BN) yang berkuasa mutlak selama 60 tahun lebih akhirnya terpaksa tumbang dengan selisih suara yang cukup signifikan.

Tapi, Alhamdulillah, kekhawatiran itu tidak terjadi. Kedewasaan politik bangsa ini sangat layak diacungi jempol. Peralihan kekuasaan berlangsung aman dan lancar. Tidak ada darah yang tertumpah, tidak ada bunyi petasan apalagi letusan tembakan, tidak ada ban yang dibakar, tidak ada demonstasi jalanan karena ketidakpuasan.

Bahkan Malaysia menunjukkan "kelas"nya dalam kedewasaan politik. Pihak yang kalah sangat legowo dan kesatria menerima kekalahannya. Tidak ada hasutan, bahkan mengimbau para pendukungnya untuk turut menerima dan mengakui kekalahannya, seraya terus berkomitment untuk tetap memberikan kontribusi positif untuk Malaysia.

Pihak yang menang juga tidak jumawa. Tidak ada cibiran dan cemoohan, tidak ada ucapan atau tindakan yang memancing kontroversi, tidak ada yang menyakiti.

Akhirnya saya mengucapkan, selamat Malaysia! Anda layak dijadikan contoh!


Kuala Lumpur,
11 Mei 2018

-KHMR-




Baca juga:
Puisi Lama Manggarai, Tiada Dua di Nusantara
Sudahkan Kita Menyapa Pagi dengan Benar?
Pemain Legendaris Zulkarnain Lubis Meninggal Dunia

[Hari Terakhir] Waktu untuk Ceritakan Kisahmu tentang Bali dan Nusa Tenggara

$
0
0

Diolah dari berbagai sumber | Tim Kreatif Kompasiana

Halo Kompasiner! Tidak terasa, Topik Pilihan #KabarDariSeberang yang dibuat untuk mengapresiasi konten lokal dan menjadi ruang bertukar cerita antar-Kompasianer senusantara telah memasuki periode keempat.

Setelah  tiga minggu kemarin kita diajak berkeliling mengenal Sumatera Selatan, Bangka Belitung, LampungSulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi TengahYogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, kini, tongkat estafet #KabarDariSeberang berlayar melintasi selat menuju regio keempat.

Nah! Kini #SaatnyaBaliNTBNTT (Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur)!

Seperti yang kita ketahui, Bali tidak melulu soal kafe-kafenya yang ciamik. Keindahan alam Nusa Tenggara Barat tidak hanya Gili Trawangan dan Gunung Rinjani. Dan, jika membahas soal Nusa Tenggara Timur, jangan sampai wawasan kita berhenti di seputar satwa endemik komodo. Banyak peristiwa, banyak ekspresi, dan seluk-beluk yang membuat ketiga provinsi tersebut menjadi sangat berharga bagi Indonesia.

Mengapa tak sesekali kita bercerita tentang keramahan suku Lamalera di Lembata, tentang guru di Rote, tentang kue pariwisata yang tak terbagi rata bagi penduduk di lokasi wisata, tentang Marapu, tentang tradisi Bau Nyale seusai bulan purnama, atau tentang filosofi bangunan rumah di Bali. Semua ragam cerita tentang Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur bisa Anda bahas dari berbagai aspek. Semisal: tradisi, infrastruktur, sosok, situasi sosial politik, peninggalan sejarah, tren terkini, apa saja!

Bagi Kompasianer yang punya berita, pengalaman, kesan, tips, atau kisah apapun tentang Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, atau Nusa Tenggara Timur, yuk kabarkan dan bagikan ke seluruh Kompasianer se-Nusantara! Karena dengan mengetahui ragam khazanah budaya, semoga kelak ada rasa untuk saling menjaga.

Perlu dicatat, bahwa semua Kompasianer dapat menulis untuk topik pilihan ini. Jadi, dari manapun asal dan domisili Anda, mari ikut menulis tentang 3 provinsi ini!

Tuliskan ulasan Anda dengan mencatumkan label SaatnyaBaliNTBNTT dan KabarDariSeberang (tanpa spasi) pada setiap artikel Anda. Periode penulisan untuk regio ini berlangsung mulai tanggal 7 Mei sampai 13 Mei 2018.

(KML)




Baca juga:
Gerakan Tuntut THR untuk Blogger!
Kekerasan pada Laki-Laki, Apa Mungkin?
Fadli Zon dan Fahri Hamzah, Sebuah "Personal Branding"

Ingat, Harusnya Asian Games, Bukan Asean Games!

$
0
0

sumber gambar: akun Twitter @PPelalawan

Ini sudah kurang dari 100 hari menuju perhelatan akbar, kok masih banyak masyarakat yang salah kaprah tentang menyebut nama perhelatan acara olahraga setelah Olimpiade, ya? Duuh, melihat linimasa Twitter yang saya kunjungi, rasanya jadi tergelitik juga saya untuk membuat tulisan ini.

Gara-garanya, hanya hal kecil saja: susah ngebedain antara Asian Games dan Asean Games atau SEA Games. Padahal, kalau saya melihat tulisan Asean Games, rasanya rada aneh gitu. Bukankah ASEAN itu perkumpulan negara-negara Asia Tenggara?

Dan, tak hanya masyarakat yang menyebutnya dengan keliru, salah kaprah tentang hal ini juga menular pada tulisan. Contohnya bisa dilihat pada baliho dan spanduk  yang terpasang di daerah-daerah dan caption media sosial sampai berita-berita nasional, ada-ada saja yang menuliskan Asean Games atau yang parahnya lagi, SEA Games. Hadeh!

Sumber gambar: akun Twitter @polres4lawangSetelah kupikir dalam-dalam, kurasa telah menemukan jawabannya: Mengapa ya, banyak masyarakat yang tak bisa membedakan Asian dengan Asean? Bahkan SEA Games pun ikutan disebut. Ingat, beda satu huruf (tengah) aja, makna bisa berubah lho!

***

Hmmm, kalau diputar balik ke masa lalu, memang kebanyakan kami yang tinggal di sini lahir, baik 1960-an saat masih bayi atau balita, sampai generasi saya, (waktu itu) tahunya negara kita pernah jadi tuan rumah SEA Games, pertama kalinya diadakan di Jakarta tahun 1979. Lalu, diberi kehormatan jadi tuan rumah pada 1987, 1997, dan kemudian pada tahun 2011.

Jadi, berapa kali Indonesia jadi tuan rumah SEA Games? Empat kali!

Ya, empat kali! Itu pun rentangnya kurang dari lima belas tahun 'kan yaa. Jadi, nggak terlalu jauh lah untuk bisa cepat terkenang kembali. Terlebih lagi, kata ASEAN itu sudah cukup sering disebut di media, jadi kita mudah akrab dengan kata itu.

Terus, apa lagi?

Oh ya. Selain itu, ada satu hal yang bikin masyarakat jadi terkecoh untuk menyebut nama acaranya: kota penyelenggaranya!

Tahun ini, ajang olahraga bergengsi digelar di Jakarta dan Palembang. Tapi, menurutku, nama kedua kota ini (mungkin) malah membawa masyarakat akan memori saat SEA Games 2011 yang masih hangat-hangatnya gitu. Jangan heran, kalau masyarakat kita malah salah nyebut, "terpeleset" jadi Asean Games, atau jangan-jangan... ini SEA Games ya?

Hei, sebenarnya bukan itu maksudnya!

Terus terang ya, ini SEA Games adalah acara dua tahunan, dan selalu diadakan di tahun-tahun ganjil. Berbeda dengan Asian Games dan Olimpiade yang digelar secara berkala setiap empat tahun sekali, pada tahun genap pula. Hanya saja, Olimpiade hampir selalu diadakan pada tahun kabisat. Contohnya Olimpiade yang digelar pada tahun 2008, 2012, 2016 dan 2020, bukankah tahun yang saya sebutkan itu adalah tahun kabisat?

Asian Games yang Terasing

Karena itu, begitu ajang bergengsi se-Asia in hadir di hadapan kita, mungkin kebanyakan dari kami akan bertanya-tanya: Ini acara apa sih?

Pasalnya kebanyakan dari kami hanya taunya SEA Games, itu aja. Padahal, ada sebuah ajang olahraga yang tingkat regionalnya lebih luas dari Asia Tenggara, yakni pesta olahraga se-Asia seperti yang kubilang.

Lha, kok bisa?

Hmmm, apa kalian nggak tahu, Indonesia adalah bagian dari benua Asia? Dan, jangan pikir Asia itu cuma negara Korea, Tiongkok maupun Jepang seperti yang sering ditonton dalam drama. Sebenarnya, Asia itu luas sekali, benua yang terbesar dan terpadat penduduknya di dunia. Dan, terbagi dalam lima regional dan kurang lebih 45 negara yang harus bersiap-siap untuk mendapatkan kehormatan sebagai tuan rumah secara bergiliran, setiap empat tahun sekali.

Nah, karena proses menjadi tuan rumah yang tak mudah, terus dalam rentang waktu yang amat lama, lebih-lebih setengah abad, ditambah kita lebih akrab dengan ajang olahraga se-ASEAN, ya wajar saja kalau kami terasa kurang ngeh dengan yang namanya Asian Games. Apalagi selama ini sebagian orang termasuk saya sendiri tahunya ajang olahraga ini selama ini diadakan di luar negeri, wara-wiri ke berbagai negara-negara Asia.

Padahal, tahun 1962, negara kita pernah lho, jadi tuan rumah ajang bergensi se-Asia. Tapi, yang ada cuma generasi kakek-nenek dan orangtua kita. Sedangkan kebanyakan dari kami, belum terlahir  saat itu!

Makanya, sekali lagi, maafkan kami jika selama ini nggak begitu mengenal ajang olahraga ini. Ya, mungkin karena keterbatasan waktu kami dalam menyelami lembaran-lembaran sejarah dan ilmu pengetahuan, karena kebanyakan waktu kami yang direnggut pekerjaan dan galau di medsos, atau jangan-jangan, malah kita sendiri yang benci yang namanya olahraga dan segala hal yang menyertainya? (yaah, alasannya selalu begitu!).

Ya udah deh, anggaplah Asian Games ini adalah sebuah mata pelajaran baru bagi kami, kebanyakan generasi yang terlahir di negeri ini. Semoga habis membaca artikel ini, tak ada di pikiran ada ruang kesalahpahaman yang terjadi, dan terulang kembali. Ya 'kan, para pembaca yang baik!

Nah, setelah ini, untuk hari-hari ke depannya, rajinlah membaca dan update infonya, jangan lupain sejarah!

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!




Baca juga:
Puisi | Pada Sore yang Menyisakan Terik
Gerakan Tuntut THR untuk Blogger!
Kekerasan pada Laki-Laki, Apa Mungkin?

Saatnya NU Kembali ke Khittah (Lagi)

$
0
0

Muhaimin Iskandar dan Said Aqil dalam satu acara. Foto :KOMPAS.com

Sinyal kuat dukungan kepada Presiden Joko Widodo yang dibeber Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di acara Harlah NU ke-92 di Pekanbaru, Riau, membuat posisi tawar Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengendur. Warga Nahdalatul Ulama (NU) bisa terpecah jika Muhaimin merapat ke kubu Prabowo Subianto. Situasi yang sangat tidak menguntungkan di tengah berbagai persoalan kebangsaan yang membutuhkan peran aktif NU sebagai penyeimbang ghirah keagamaan kubu "garis keras".

Kittah atau khaththa atau prinsip dasar. NU tentu bukan sebatas tidak terlibat dalam dukung-mendukung di ranah politik praksis. Sedikitnya ada 4 dasar yang menjadi pondasi NU selain netral (tawassuth) dalam berpolitik. Tetapi dalam konteks kekinian, di mana pertentangan politik sangat hitam-putih, kembali berada di tengah-tengah menjadi sangat urgen untuk menyelamatkan biduk yang disesaki Nahdliyin.

Sedikitnya sudah dua kali NU memposisikan diri sebagai kekuatan politik praksis sejak kelahirannya tanggal 31 Januari 1926. Tahun pertama ketika NU menjadi partai politik peserta Pemilu 1955. Saat itu NU mampu berada di urutan ketiga dengan meraih dukungan sebesar 18,41% suara nasional atau 45 kursi DPR, di bawah Partai Nasional Indoensia (22,32% / 57 kursi) dan Masyumi (20,92 / 57 kursi).

Dalam perjalanannya, saat dipimpin KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), NU menyeru untuk meninggalkan dunia politik praksis dan kembali menjadi organisasi keagamaan sesuai khittahnya. Keputusan ini diambil dalam Muktamar ke-27 NU di Situbondo tahun 1984. 

Namun Gus Dur juga yang kemudian "mendorong" warga NU berpolitik dengan mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Meski dalam berbagai forum ditegaskan PKB bukan (alat politik) NU melainkan partai terbuka, namun tidak bisa disangkal jika kelahiran PKB dibidani oleh para pengurus NU sehingga keduanya sangat identik. Inilah kali kedua warga Nahdliyin "mempunyai" partai.

Selepas era Gus Dur dan naiknya Muhaimin sebagai pengendali PKB, kian sulit membedakan PKB dengan NU. Meski masih banyak warga Nahdliyin yang berkhidmat di partai lain, namun hanya PKB yang merasa sah mengklaim sebagai partainya wong NU. 

Anggapan PKB adalah NU dan sebaliknya, kian menjadi-jadi setelah muncul gerakan sistematis yang "memaksa" tokoh-tokoh NU mendeklarasikan dukungan terhadap Muhaimin sebagai calon wakil presiden (1,2,3).  

Persoalan muncul ketika "mandat" para kyai NU tersebut dijadikan alat tawar untuk kepentingan politik Muhaimin kepada pihak lain, terutama Jokowi. Secara terbuka Muhaimin menyeru agar Jokowi memilihnya sebagai pendamping di Pilpres 2019. Bahkan Muhaimin mengatakan Jokowi akan kalah jika tidak menggandeng dirinya. Muhaimin pun mengatakan Prabowo akan menang jika berpasangan dengan dirinya.

Mengapa Muhaimin berani "menjamin" hal itu? Jika hanya mengandalkan suara PKB, Muhaimin akan berpikir ulang sebelum mengeluarkan pernyataan karena bisa menjadi bahan tertawaan. Tetapi karena yakin warga NU di belakangnya, termasuk Nahdliyin yang berada di Golkar, PPP, Demokrat dan lain-lain, Muhaimin memiliki kepercayaan diri tinggi dan publik pun memakluminya. Suara Nahdliyin terlalu besar untuk diabaikan.

Dukungan NU kepada Jokowi seperti disuarakan Saiq Aqil di acara Harlah NU di Pekanbaru, kian menyeret NU ke dalam pusaran politik. Saat itu Said mendoakan agar Jokowi bisa melanjutkan pembangunan yang disebutnya masih tanggung. Kalimat itu jelas menyiratkan dukungan agar Jokowi melanjutkan pemerintahnnya.

"Paham, ya? Mosok ora paham (Masa tidak paham)," ujar Said Aqil di hadapan Jokowi.

Bagaimana jika Jokowi tidak memilih Muhaimin sebagai cawapres? Apakah dukungan itu masih berlaku mengingat sebelumnya Saiq Aqil juga sudah memberikan dukungan ke Muhaimin? Bagaimana jika Cak Imin akhirnya bergandengan dengan lawan Jokowi sambil menyeru krtiik "Jokowi tidak menghiraukan aspirasi kyai NU"? Tentu akan menjadi dilematis mengingat warga NU tidak hanya ada di PKB.

Di sinilah pentingnya NU kembali ke khittah 1926, setidaknya keputusan Muktamar Situbondo 1984. Biarkan Muhaimin dengan PKB menjalankan fungsi dan perannya, sementara NU tetap pada tujuan mulia yang sudah disemai selama puluhan oleh para kyai khos. Jangan jadikan NU kendaraan politik elit PKB maupun pengurusnya di ajang Pilpres 2019.  

Salam @yb




Baca juga:
Memilih Allegri, Mengubah Arsenal
Puisi | Pada Sore yang Menyisakan Terik
Gerakan Tuntut THR untuk Blogger!

Antara Socrates, Mandela dan Mahathir

$
0
0


Ilustrasi: stackpathdns.com

Setelah berusia tua, Socrates belajar musik. Lalu ada orang berkata padanya, "Apakah engkau tidak malu belajar di usia tua?" Dia menjawab, "Aku justru merasa lebih malu menjadi orang yang pandir di usia sebegini."

Pergi melawan arus, menolak untuk menyesuaikan diri, mengambil jalan yang jarang dilalui bukan jalan yang dipukuli. Tertawa dalam menghadapi kesulitan, dan melompat sebelum Anda melihat. Menari seakan semua orang menonton. Berbaris dengan ketukan drum Anda sendiri. Dan keras kepala menolak untuk menyesuaikan diri. Ini kata Penulis Amerika Serikat Mande Hale, sebagai saran agar setiap kita selalu punya jiwa muda, jiwa petarung.

Rerata manusia yang menginjak kepala enam akan siap-siap menggulung perangkat kerja, mengatur kursi goyang di beranda, menunggu cucu berkunjung. Tak berminat akan apa-apa dan memulai hitung mundur menuju helaan nafas terakhir. Beberapa terserang post power syndrome.  

Tidak bagi  Colonel Sanders. Ia baru memulai bisnis ayam gorengnya pada usia 62 tahun, dan butuh sembilan tahun pula untuk meracik sebelas bumbu hingga lidah kita mencecap kesempurnaan rasa Kentucky Fried Chicken (KFC). 

Nelson Mandela punya alasan kuat untuk membusuk di dalam kurungan, 27 tahun bukan waktu sebentar. Bila pendiri Rolling Stone, Lewis Brian Hopkin Jones dilahirkan pada hari Mandela dipenjara, bintang rock dunia ini pun mati ketika Mandela dibebaskan. 

Dalam 27 tahun berbilang bintang telah lahir dan mati, gitaris Nirvana, Kurt Cobain dan bintang bola Andres Escobar sampai Raja Iraq, Ghazi bin Faisal adalah di antara para pesohor yang diberi jatah hidup seumur Mandela meringkuk dalam kurungan. Kita segera teringat kepada Sang Penyair Revolusioner Chairil Anwar yang wafat juga di usia segitu.

Kembali pada Mandela, usia 72 ia bebas dan langsung melaksanakan serangan balik lewat kampanye multiras, dan merebut kursi Presiden Afrika Selatan dalam usia 76 tahun.

Belum lama, kita dicengangkan oleh Sang Lagenda Mahathir Mohamad. Di usia sangat sepuh, 92 tahun ia terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Malaysia. Tidak ada kata mati bagi Mahathir setelah sayap politiknya dibentang selama 70 tahun. Mestinya ia sudah tamat di usia 78 tahun ketika meninggalkan singgasana perdana menteri sepanjang 22 tahun.

Kini Mahathir adalah Kepala Negara paling tua di dunia menyusul mundurnya Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe pada usia 93 tahun. Di belakangnya ada Ratu Inggris Elizabeth (91 tahun), Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi (91 tahun), Emir Kuwait, Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah (88 tahun), Presiden Kuba, Raul Castro (86 tahun) dan sebut saja yang lainnya.

Apa kata Benjamin Franklin, orang-orang yang bisa mencintai secara mendalam, tidak akan pernah tua. Mungkin mereka meninggal dalam usia tua, tapi jiwa mereka tetap muda. Dari itu, orang-orang tua yang tetap menjadi bintang hingga kepada tarikan nafas terakhirnya jangan pernah dilepas untuk panutan kita. Mereka adalah telaga inspirasi dunia.

Usia memang milik Tuhan, tapi kita selalu punya pilihan untuk tidak mati sebelum mati. Bahkan sebagai bagian dari ikhtiar manusia, angka harapan hidup dapat direkayasa dan bukan menjadi kebetulan semata. Pada laman Mediacology misalnya, terdapat catatan angka harapan hidup tertinggi di dunia secara berturut adalah Jepang (87,2 tahun), Swiss (83,4 tahun), Singapura (83,1 tahun), Australia dan Spanyol (82,6) tahun.

Di kelima negara tersebut terdapat fakta tentang penyebab mereka tidak mati muda di antaranya oleh faktor gaya hidup kolektif, lingkungan, pola diet dan tentu saja ketenteraman jiwa dan cinta sebagaimana disebutkan Franklin.

Berbicara ke masa depan, melalui rekayasa sains, manusia akan menabrak hukum alam lewat serangkaian tindakan cerdas untuk memanipulasi kehidupan. Gen-gen paling cerdas dan terkuat akan dikumpulkan dalam satu tubuh melalui rekayasa cyborg. Dengannya akan tercipta manusia super. 

Pada 2050 sebagian kecil manusia sudah menjadi a-mortal. Di dalam tubuhnya ditanamkan robot-robot nano atau supermikro yang akan menghancurkan semua jenis penyakit dan apapun yang dapat menyebabkan kematian. Memungkinkan manusia hidup terus menerus, kecuali terjadi kecelakaan fatal yang merusak organ.

Usia mutlak milik Tuhan, tapi Tuhan akan membuat alasan pembenaran bagi mereka yang usianya dipanjangkan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan untuk memanjang umur nabi Adam sampai 1.000 tahun. Silakan berikhtiar untuk memiliki umur panjang, dan mulailah belajar musik seperti Socrates. Sebagai misal. ***




Baca juga:
Satu Kelenteng, Dua Kuil, Dua Pasar Malam, Tiga "Shopping Mall" di Johor
Memilih Allegri, Mengubah Arsenal
Puisi | Pada Sore yang Menyisakan Terik

[Blog Competition] Alam Sutera, Hunian Ideal Penunjang Gaya Hidup Sehat

$
0
0

Kompasiana Blog Competition bersama Alam Sutera

Memiliki hunian adalah impian setiap keluarga. Hunian yang memiliki lingkungan sehat dan asri, terhubung dengan teknologi, fasilitas lengkap, merupakan hunian yang ideal bagi keluarga.

Untuk menjawab kebutuhan tersebut, Alam Sutera menyediakan berbagai hunian ideal mulai dari landed house hingga apartemen. Selain itu, Alam Sutera juga menyediakan fasilitas penunjang seperti Downtown Lake, Bus Sutreraloop, aplikasi e-Town, dan berbagai fasilitas kesehatan, olahraga, serta pendidikan.

Nah Kompasianer, tertarik dengan hunian ideal di Alam Sutera? Yuk tulis ulasan berbagai hunian di Alam Sutera yang dapat menunjang gaya hidup sehatmu dalam Kompasiana Blog Competition bersama Alam Sutera. Sebelum itu, yuk simak keterangan lebih rincinya di sini:

SYARAT & KETENTUAN

  1. Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di Kompasiana.com
  2. Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat), dan tidak sedang dilombakan di tempat lain)
  3. Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana.

MEKANISME

  1. Tema: Alam Sutera,Hunian Ideal Penunjang Gaya Hidup Sehat
  2. Tulisan mengenai ulasan produk hunian di Alam Sutera dan berbagai fasilitas penunjang. Bahan tulisan dapat diperoleh dari link ini atau sumber lain.
  3. Periode: 19 April - 18 Mei 2018
  4. Tulisan tidak lebih dari 1500 kata
  5. Peserta wajib mencantumkan label alamsuterahealthyliving dalam setiap tulisan
  1. Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba tidak bisa diikutkan lomba.
  2. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.
  3. Pemenang akan diumumkan setelah 14 hari kerja periode lomba usai.

HADIAH

10 artikel terbaik akan mendapatkan uang tunai @ Rp 1.000.000

Ayo segera kirimkan karya tulis terbaik Anda dan menangkan hadiahnya! Untuk mengetahui event Kompasiana lainnya, silakan kunjungi halaman ini. (DIN)




Baca juga:
Masjid dan Politik Keumatan
Satu Kelenteng, Dua Kuil, Dua Pasar Malam, Tiga "Shopping Mall" di Johor
Memilih Allegri, Mengubah Arsenal
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live