Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

Minta Perppu, Kapolri Ungkit Pentingnya Pasal Guantanamo

$
0
0

Kapolri Jenderal Tito Karnavian bersama Panglima TNI Jenderal Hadi Tjahjanto. Sumber gambar: screenshot Kompas TV

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mendesak DPR segera mengesahkan Revisi UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang memuat pasal "Guantanamo".  Pasal ini memungkinkan polisi menangkap orang-orang yang diduga tergabung dalam jaringan  teroris meski belum melakukan tindak terorisme.

Dalam keterangan pers seperti ditayangkan dalam breaking news Kompas TV, Minggu (13/5/18), usai terjadinya ledakan di tiga gereja di Surabaya yang menewaskan 13 orang dan melukai sedikitnya 41 orang, Jenderal Tito Karnavian menyebut revisi UU Antiterorisme sangat penting untuk memeberantas pelaku terorisme sebelum mereka beraksi. 

Sebab saat ini, meski polisi mengetahui jaringan Jamaah Anshar Daulah (JAD) di bawah kepemimpinan Aman Abdurrahman yang terafiliasi dengan kelompok ISIS di Syria sebegaimana Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang sebelumnya dipimpin Abu Bakar Ba'asyir, namun mereka tidak bisa langsung ditindak sebelum ada aksi.

Seperti diketahui, Aman Abdurrahman  saat ini ditahan di Mako Brimob Kelapa Dua Depok, dalam kasus  bom Thamrin tahun 2016 dan sebelumnya juga terlibat dalam pelatihan bersenjata di Aceh. Pimpinan JAD kemudian diserahkan kepada Zainal Anshori yang juga sudah dibekuk Densus 88 Antiteror dalam kasus penyelundupan senjata ke Filipina. 

Sementara Abu Bakar Ba'asyir juga tengah ditahan di Lapas Gunung Sindur namun akan dipindah ke lapas di Solo yang dekat rumahnya karena kondisinya yang sakit-sakitan. Ba'asyir. Sempat muncul kontroversi ketika ada sinyal pemerintah akan mengubah status Ba'asyir menjadi tahanan rumah. Tentangan bukan hanya dari dalam negeri namun juga luar negeri, terutama Australia dan Amerika Serikat.

Kapolri Jenderal Tito menambahkan, saat ini sedikitnya  ada 1100 warga Indonesia yang sudah terindikasi terpengaruh paham radikal ISIS dan masih ada 500-an lagi yang masih berada di Syria dan siap kembali karena posisinya terdesak oleh serangan Amerika dan Rusia. UU yang ada hanya memberikan waktu selama 7 hari untuk melakukan penahanan terhadap terduga anggota teroris dan setelah itu harus dilepas jika tidak ada bukti. 

Sementara dalam draf pasal 43 A revisi UU Antiterorisme alias pasal Guantanamo- merujuk pada sel tahanan milik Amerika Serikat yang digunakan untuk menahan para pelaku teroris, aparat kepolisian diberi kewenangan untuk mempidanakan seseorang yang menjadi anggota jaringan teroris, bahkan "mengasingkannya" selama 2-6 bulan tanpa peradilan meski yang bersangkutan belum melakukan tindak terorisme. Tito beralasan, kewenangan ini untuk mencegah terjadinya aksi seperti bom Surabaya.

"UU Nomor 15 Tahun 2003 sangat responsif sekali. Kita bisa bertindak jika sudah ada aksi. Kita ingin lebih dari itu. Siapa pun yang bergabung dengan organisasi teroris bisa diproses pidana," ujar  Kapolri yang didampingi Panglima TNI Jenderal Hadi Tjahjanto.

Kapolri pun meminta agar revisi UU Antiterorisme harus segera diselesaikan.  Jika perlu, kata Kapolri, dirinya memohon kepada Presiden Jokowi untuk mengeluarkan Perppu karena saat ini korban terorisme terus berjatuhan.

Mengapa pembahasan revisi UU Antiterorisme begitu lama? Terlalu gegabah jika hanya menyalahkan DPR. Surat Panglima TNI yang meminta agar nama UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme diubah menjadi UU Penanggulangan Aksi Terorisme, membuat pembahasan mundur kembali. 

Dalam surat yang dikirim ke Pansus revisi UU Antioterisme, Panglima beralasan, perubahan  nama UU akan mewadahi kepentingan tugas dan peran TNI. Padahal peran TNI dalam pemberantasan terorisme sudah diatur dalam UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI. 

Akibatnya terjadi perdebatan bukan hanya di antara anggota DPR namun juga antar lembaga pemerintah. Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly menyebut, jika mengakomodir keinginan Panglima TNI maka perlu kajian akademik baru. Yasonna cenderung tidak menyetujui usulan Panglima karena menurutnya pengerahan kekuatan TNI selain perang harus didasarkan pada keputusan politik atau persetujuan Presiden.

Kedua, terkait kontroversi pasal Guantanamo. Sulit dipahami bagaimana mungkin di negara demokrasi ada pasal yang memberikan kewenangan lebih kepada sebuah institusi untuk "melanggar" hak-hak dasar warga negara. 

Mari kita bayangankan, seseorang bergabung dengan sebuah organisasi, lalu pemimpinnya atau anggota lain, melakukan tindak pidana terorisme dan anggota yang tidak tahu-menahu ikut diciduk dan ditahan dalam kurun waktu cukup lama tanpa putusan pengadilan. 

Ini pengingkaran serius terhadap hak dasar warga negara dan rawan digunakan untuk kepentingan politik. Jika pasal ini disahkan, Indonesia akan mengalami kemunduran di bidang HAM melebihi zaman Orde Baru.

Kita menghargai upaya kepolisian dalam menindak tegas para pelaku teror. Kepolisian, dalam hal ini Densus 88 Antiteror sudah diberikan "hak istimewa" berupa kewenangan menahan seseorang yang diduga teroris selama 7 hari sebelum kemudian ditetapkan sebagai tersangka atau dilepas begitu saja karena tidak cukup bukti. Jangan meminta lebih karena kewenangan berlebihan tanpa check and balance berpotensi menabrak aturan lainnya.    

Jangan juga menjadikan peristiwa seperti kerusahan di Mako Brimob dan bom Surabaya sebagai alas untuk "meminta" pihak lain memenuhi inginannya. Sebab hal itu justru akan memancing kecurigaan publik ada pihak-pihak yang "memanfaatkan" peristiwa tersebut. 

Terlebih saat ini Presiden Jokowi tengah berupaya merajut persatuan nasional dengan "merangkul" kubu  yang selama ini dipersepsikan sebagai kelompok garis keras. 

Kita mendukung kepolisian yang tegas dan profesional. Masyarakat juga mendukung dan memaklumi sepakterjang kepolisian, khususnya Densus 88 Antiteror. dalam memberantas tindak pidana terorisme karena menyadari teroris adalah musuh bersama. 

namun, jika sudah ratusan pelaku terorisme digulung dan sebagian ditembak mati, masih terjadi peristiwa pengeboman, jangan menyalahkan UU-nya, tetapi mungkin perlu mengkaji kembali sisi-sisi lain. 

Mungkin ini saat yang tepat untuk memberikan porsi lebih pada program deradikalisasi. Demikian juga program pemerintah untuk menipiskan kesenjangan sosial dan ekonomi. Cara-cara seperti itu jauh lebih cepat memangkas berkembangnya paham radikal dibanding dengan muntahan peluru.

Salam @yb




Baca juga:
Salahkah Mahasiswa Menulis Jurnal?
Mengenal Jalan dari Statusnya
Ketika Orientasi Bisnis "Kotak Ajaib" Mempertuhankan Rating

Saatnya Kalimantan, Pulau 1000 Sungai, 1000 Cerita

$
0
0

#SaatnyaKalimantan!

Ada pepatah yang mengatakan "Sharing is Caring", bahwa berbagi adalah wujud kepedulian. Di Kompasiana, pepatah tersebut dibuktikan dengan tingginya antusiasme Kompasianer yang menulis untuk topik pilihan Kabar Dari Seberang yang terselenggara sejak awal April 2018 lalu.

#KabarDariSeberang adalah topik pilihan di Kompasiana yang dibuat untuk mengapresiasi konten lokal. Program ini dijalankan demi mengakomodasi Kompasianer antarwilayah untuk saling berbagi informasi tentang apa yang terjadi di seluruh pelosok Indonesia. Dengan terjalinnya interaksi, diharapkan Kompasianer dapat saling mengenal, selain juga membantu mengangkat pemberitaan yang luput dari pantauan media mainstream.

Tidak terasa kini kita memasuki minggu kelima. Dalam empat minggu terakhir kita telah menerima lebih dari 150 kabar dari regio Sumatera Selatan, Bangka Belitung, LampungSulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi TengahYogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara.

Selanjutnya, Mari kita sambut #KabarDariSeberang  #SaatnyaKalimantan!

Terbentang dari Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, hingga Kalimantan Utara, Kami yakin ada banyak isu yang sedang berkembang di Kalimantan yang perlu kita semua ketahui.

Sebagai pulau terbesar ketiga di dunia yang dilintasi garis Khatulistiwa, Pulau Kalimantan kaya akan keanekaragaman hayati dan berperan besar sebagai paru-paru dunia. Namun seiring dengan pertumbuhan pembangunan, bingkai pemberitaan tentang Kalimantan kerap terkungkung seputar isu pembalakan liar, kelapa sawit, kabut asap, orangutan, atau dinamika masyarakat perbatasan.

Lalu setelah mengetahui masalah di Kalimantan, tidakkah kita juga perlu mengetahui solusi, pencegahan, cara bertahan, dan metode penanggulangan masalah-masalah tersebut? Masih adakah kabar baik atau ulasan lainnya yang selama ini tertutup oleh kasus-kasus yang diidentikkan dengan Kalimantan?

Mari, ceritakan kerinduan Anda tentang keluarga di Pulau 1000 Sungai ini, tentang sejarah pada setiap langgam atribut subetnik Dayak, tentang tanah ulayat, infrastruktur, distribusi pangan, flona endemik, pasar, guru inspiratif, puisi yang terinspirasi gemerlapnya Sungai Mahakam di malam hari, atau bahkan sekadar harapan untuk berkunjung ke festival kebudayaan di Kalimantan.

Anda dipersilakan menulis untuk semua provinsi di Kalimantan (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara). Bentuk tulisan bebas, dapat berupa reportase, feature, opini, analisis, tips, dan lain sebagainya.

Perlu diketahui bahwa Anda tidak perlu berdomisili di Kalimantan untuk berpartisipasi dalam topik pilihan ini. Semua Kompasianer boleh ikut serta. Jika Anda punya pengalaman bertugas, berwisata, menjadi relawan, atau baru memimpikan ingin pergi ke sana, Anda juga bisa ikut menulis #KabarDariSeberang #SaatnyaKalimantan ini.

Jadi, Kami tunggu kabarmu tentang Kalimantan selama sepekan dari sekarang ya (periode penulisan untuk regio ini berlangsung 14-20 Mei 2018). Tebarkan inspirasi melalui tulisanmu!

Sharing is Caring

(AL)




Baca juga:
Seuntai Kisah di Balik Perdamaian GAM dan NKRI
Salahkah Mahasiswa Menulis Jurnal?
Mengenal Jalan dari Statusnya

Tuhan pun Mengutuk Aksi Terorisme

$
0
0

asc.fisipol.ugm.ac.id

Siapapun yang waras pikirannya pasti akan mengutuk aksi kekerasan apapun yang menyakiti, apalagi melukai bahkan menghilangkan nyawa orang lain. Aksi terorisme yang dilakukan sekelompok orang---terorganisir ataupun spontan---dengan menyakiti dirinya sendiri sehingga melukai dan membunuh orang lain, rasanya perlu diteliti lebih jauh. 

Bukan karena terorisme ini mengangkangi aparat karena tak terdeteksi ruang-ruang geraknya, tetapi diakui maupun tidak, aksi penyanderaan dan pembunuhan yang terjadi sebelumnya di Mako Brimob, bisa jadi bagian dari "panggilan jihad" bagi mereka yang telah lama haus darah. Istilah "panggilan jihad" sengaja saya beri tanda petik, karena ekspektasi jihad yang diserukan teroris seluruhnya berkonotasi negatif, karena bersifat merusak, menghancurkan, membunuh, sesuai nafsu amarah yang melatarbelakanginya.

Tak ada agama manapun yang mentolerir aksi terorisme, karena semua agama mengajarkan kebaikan, perdamaian, persatuan solidaritas sosial, serta prinsip-prinsip kemanusiaan yang jauh dari kecenderungan terhadap aksi kekerasan. 

Sehingga dipastikan, aksi terorisme dalam bentuk apapun, dipastikan tak didasari oleh nilai-nilai agama, kecuali nafsu amarah yang cenderung membawa kepada keburukan dan kehancuran. 

Orang yang memahami agamanya dengan baik dan benar, tentu dengan sadar mampu mengontrol hawa nafsunya untuk menolak segala keburukan maupun kejahatan. Saya kira, tak ada kaitannya aksi teroris dengan agama manapun, walaupun kesan yang dimunculkan diantara pelaku teror, selalu memakai simbol-simbol agama tertentu.

Walaupun kenyataannya, sulit sekali memisahkan cara pandang keagamaan tertentu dengan aksi kekerasan atau terorisme, namun paling tidak kita dapat menilai ketika aksi-aksi kekerasan kemanusiaan yang mengatasnamakan agama apapun, jelas sebuah penyimpangan dari agama itu sendiri. Sejarah penyimpangan dalam hal agama, sudah sangat klasik dan muncul dalam berbagai periode sejarah kemanusiaan masa lalu. 

Ada sebagian kelompok yang terlampau ekstrim, misalnya memandang keseluruhan manusia secara "hitam-putih": kelompok yang benar (haqq) bersifat ilahiyah (ketuhanan) dan disisi lainnya bersifat batil, sesat, dan thaghut (penyembah berhala). Itulah kenapa, penyimpangan-pun pada akhirnya merambah ketika mereka mempersepsikan makna jihad hanya dalam "satu pintu", sehingga tak ada pintu lainnya bagi mereka.

Para pelaku teror sepertinya hanya mengedepankan hawa nafsu atau lebih tepatnya nafsu la ammarah bi al-suu' (dorongan untuk mengajak kepada kejahatan atau keburukan) yang sama sekali lepas dari prinsip-prinsip moral. 

Jika memakai istilah Freud, kejiwaan para teroris ini masuk dalam kategori id, dimana yang dikejar hanyalah sebatas kenikmatan hidup (pleasure principle) yang condong hanya mengenal kesenangan dan kepuasan psikis dan fisik. 

Bukankah para pelaku teror sebelumnya telah dicuci otaknya dengan kesenangan semu surgawi? Gambaran para bidadari atau semua kenikmatan hidup setelah mati yang dijanjikan kepada mereka? Jiwa mereka kosong melompong, sehingga mudah sekali diisi hal apapun, termasuk kenikmatan semu yang dijanjikan.

Saya kira, tidak hanya manusia yang berakal sehat yang mengutuk segala macam aksi terorisme, karena Tuhan-pun sesungguhnya "mengutuk" apapun yang dilakukan atas dasar dorongan nafsu belaka. 

Tuhan tentu saja mengutuk setan dan segala perbuatan yang dikaitkan manusia dengan  merujuk pada nafsu amarah yang berasal dari setan. Tidak ada aksi terorisme yang tidak didasari oleh nafsu amarah, apalagi mereka mengklaim sebagai bentuk jihad, karena jelas itu hanyalah kamuflase atas suatu kesesatan yang nyata tetapi ditutupi dengan dalih kebenaran agama. Jihad paling besar dalam hidup, justru melawan dan mengendalikan hawa nafsu dari dorongan amarah membabi buta, bukan mengumbarnya sebagaimana ajakan setan.

Kejadian peledakkan bom bunuh diri di beberapa gereja di Surabaya, siapapun pelakunya, jelas merupakan penyimpangan yang tak dibenarkan oleh seluruh ajaran agama manapun. Rasa kebencian yang tertanam dalam hati dan pikiran mereka, jelas menutupi seluruh hal kebaikan sehingga mendorong nafsu amarah melakukan hal-hal yang merusak dan merugikan orang lain. 

Bukan suatu kebetulan, maraknya ujaran kebencian yang selama ini muncul di ruang-ruang publik---saya kira---cukup berpengaruh dalam memperteguh nafsu amarah, sehingga aksi-aksi kekerasan hingga terorisme justru mudah muncul ke permukaan.

Bukan tidak mungkin, selepas kejadian serangkaian bom di beberapa gereja ini, muncul serangkaian informasi di media sosial yang terus memprovokasi pihak-pihak tertentu yang sengaja menciptakan emosi dan amarah baru di ruang publik. Hal ini tentu sangat disayangkan, sehingga dipastikan, upaya deradikalisasi sejauh ini yang digalakan pemerintah justru menuai kegagalan dalam banyak hal. 

Upaya deradikalisasi, hanya mampu menyentuh pihak-pihak atau kalangan tertentu, kurang aplikatif, tidak tepat sasaran, bahkan terkesan hanya sukses di hilir tetapi tak pernah menyentuh hulu-nya sama sekali. 

Deradikalisasi, seharusnya mampu mengedepankan pendekatan kemanusiaan, pro aktif, persuasif, dan tidak terkesan "tebang pilih", sehingga secara sporadis mampu menyasar semua kalangan, bahkan merambah dari mulai hulu hingga ke hilir.

Kasus peledakan bom yang terjadi di beberapa gereja di Surabaya, cukup membangkitkan amarah banyak pihak, bahkan kemarahan tampak menghiasi beragam lini media, terutama media sosial. Siapa yang tidak marah, ketika kebrutalan merajalela? 

Apalagi sengaja mendiskreditkan bahkan mengadu domba antaragama? Wajar ketika kemarahan seperti meluap-luap, hanya saja tentu kita harus menahan diri agar tidak juga terpancing untuk ikut-ikutan menciptakan kebencian, permusuhan yang justru lebih mudah mendorong nafsu amarah terhadap hal lain yang lebih membahayakan dan merusak. Kemarahan, kebencian, dan permusuhan adalah pintu masuk yang sangat mudah untuk ditanamkan paham-paham radikal yang dalam tahap tertentu mudah sekali mengarahkan orang untuk melakukan aksi-aksi terorisme secara brutal.

Jangan sampai slogan, "Kami Tidak Takut Terorisme", sekadar ramai dalam ruang media sosial, tetapi miskin aksi dengan menciptakan nuansa perdamaian, memperkuat ikatan-ikatan solidaritas, melalui upaya nyata deradikalisasi. 

Mengutuk, marah, atau menghujat yang dialamatkan pada setiap aksi terorisme tak akan serta merta menutup aksi-aksi brutal tersebut, tanpa upaya deradikalisasi secara lebih persuasif dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. 

Negara tentu saja paling bertanggungjawab dan harus mengungkap seterang-terangnya segala hal yang terkait dengan serangkaian aksi teror tersebut, bukan sekadar mempopulerkan tagar. 

Pendekatan kemanusiaan dalam menangani terorisme---baik melalui deradikalisasi atau semacamnya---akan mampu memutus lingkaran setan kekerasan atau "unbreakable vicious circle of violence". Bukankah kebanyakan aksi terorisme di Indonesia berkaitan dengan ekspresi balas dendam? Wallahu a'lam.  




Baca juga:
Saksi: Bom di Rusunawa Wonocolo, 3 Orang Tergeletak dan 2 Bocah Selamat
Seuntai Kisah di Balik Perdamaian GAM dan NKRI
Salahkah Mahasiswa Menulis Jurnal?

Sebuah Bom Meledak di Polrestabes Surabaya Pukul 08.50

$
0
0

Ilustrasi Birgade Mobil (Brimob)/Kompas.com

Sebuah bom kembali meledak di Polrestabes Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/05/2018) pagi tadi pada pukul 08.50 WIB. Ledakan pun dibenarkan Kadiv Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Baung Mengera.

"Iya benar," kata Frans seperti dibenarkan KompasTV, Senin (14/05/2018).

Sebelumnya, di Surabaya telah terjadi bom bunuh diri di tiga lokasi gereja. Kemudian ledakan juga terjadi di unit Rusunawa, Sidoarjo, Jawa Timur.

Dari dua kejadian bom itu, kuat dugaan melibatkan satu keluarga.




Baca juga:
Cerpen | Harga Sebuah Masa Lalu
Saksi: Bom di Rusunawa Wonocolo, 3 Orang Tergeletak dan 2 Bocah Selamat
Seuntai Kisah di Balik Perdamaian GAM dan NKRI

Menciptakan Keluarga Bahagia, Ketahui Segitiga Drama Karpman

$
0
0

Ilustrasi: bpdfamily.com

Sebagai makhluk sosial, manusia tak lepas dari interaksi dengan sesama manusia di hidupnya. Interaksi itu kemudian membentuk hubungan di antara manusia. Motif dari hubungan tersebut pun berbeda-beda, ada yang didasarkan pada ketertarikan antar lawan jenis (hubungan asmara), ada yang berlandaskan keuntugan (hubungan kerja), ada yang didasari kepentingan (hubungan politik), ada yang karena perhatian (hubungan pertemanan) dan ada juga yang disebabkan karena pertalian sedarah (hubungan keluarga).

Apapun motif seseorang dalam membina suatu hubungan, pada akhirnya kebahagiaan merupakan salah satu tujuan dari terciptanya hubungan itu. Namun, kadangkala tanpa disadari dalam menjalin suatu hubungan, seseorang luput mengamati pola hubungan yang sedang mereka jalin. Kapan pola hubungan itu sehat atau sebaliknya, bermasalah. Penting bagi orang-orang mengetahui kapan pola hubungannya sedang bermasalah, khususnya dalam hubungan keluarga.

Pola hubungan yang sehat dalam sebuah keluarga akan membawa dampak postif bagi keturunan/anak-anak di keluarga tersebut. Sebaliknya, hubungan yang bermasalah akan memberi dampak negatif bagi anak-anak. Lantas bagaimana cara mengetahui suatu hubugan berjalan sehat atau tidak?. Salah satu intrumen yang dapat digunakan untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan memahami Segitiga Drama Karpman (Karpman Drama Triangle)

Segitiga Drama Karpman (Karpman Drama Triangle)

Sumber: fempositive.com

Segitiga drama karpman merupakan istilah yang dipopulerkan pertama kali oleh seorang psikiatris, sarjana analisis transaksional, Stephen Karpman. Segitiga drama Karpman adalah pola hubungan manusia yang dijelaskan Karpman melalui artikel yang ia terbitkan pada tahun 1968 ketika menjadi murid dari Eric Berne, Bapak Analisis Transaksional. Istilah ini kemudian populer dan banyak digunakan oleh psikolog sebagai instrumen dalam terapi hubungan manusia.

Segiiga Karpman merupakan model hubungan dimana seseorang memanipulasi orang lain dan bergantung pada orang lain. Tidak ada kebahagiaan dalam model hubungan seperti ini. Di dalam segitiga ini, terdapat 2-3 orang bahkan lebih yang memainkan peran di dalamnya. Ada 3 peran yang dimainkan melalui Segitiga Karpman, yaitu korban (Victim), penganiaya/pembully (Persequtor) dan penyelamat (Resquer). Masing-masing orang di dalam Segitiga Karpman memainkan peran ini bergantian terus menerus. Satu hal yang tak berubah di dalam Segigtiga Karpman adalah semua orang yang terlibat di dalamnya adalah manipulator, mereka tidak hanya menyakiti dirinya sendiri, orang lain, orang terdekat bahkan juga menyakiti orang yang disayanginya.

Bagi seorang korban, hidup hanyalah tentang kesakitan dan penderitaan. Setiap orang dianggap tidak adil, korban selalu tak mampu menghadapi dunia yang kejam. Ia mudah merasa takut, gampang  tersinggung serta pengeluh. Dia suka cemburu dan iri. Ia kekurangan waktu, kekuatan, dan keinginan untuk meningkatkan kehidupannya. Korban selalu takut akan kehidupan dan hanya membayangkan sesuatu yang buruk dari dirinya.

Penganiaya/pembully adalah mereka yang berpikir bahwa hidup adalah musuh dan sumber dari semua masalah. Seorang penganiaya adalah orang yang keras, menjengkelkan, pemarah, dan penakut. Dia tidak dapat melupakan pertengkaran di masa lalu dan selalu memprediksi masalah yang akan datang di masa depan. Orang ini suka mengendalikan dan mengkritik orang terdekatnya, selalu merasakan beban tanggung jawab yang sangat berat di pundaknya dan menjadi terbebani oleh itu.

Seorang penyelamat adalah mereka yang merasa kasihan pada korban dan marah terhadap seorang penganiaya. Dia merasa dirinya lebih penting daripada orang lain dan bangga dengan misinya yang tinggi, yaitu seolah-olah menjadi penyelamat bagi orang lain. Namun, penyelamat tidak menyelamatkan siapapun karena tak ada seorang pun yang memintanya melakukannya. Anggapan penyelamat bahwa dirinya penting adalah ilusi. Ia hanya bertujuan untuk mencapai penegasan diri, bukan untuk memberikan bantuan sebenarnya kepada siapa pun.

Cara Kerja Segitiga Karpman

Seorang penganiaya tidak dapat meninggalkan korban sendirian, dia selalu mengkritik dan menekan korban. Seorang korban berusaha keras menghadapinya kadang disertai rengekan. Seorang penyelamat memberi penghiburan dan memberi saran serta menyediakan pundak untuk bersandar. Peran ini dimainkan bergantian dari waktu ke waktu.

Sumber: brightside.me

Serupa sinetron, di dalam keluarga selalu ada yang mengeluh dan mengkritik tentang kehidupan, baik tentang ekonomi, kenakalan anak, perilaku suami/istri atau pendidikan anak. Mereka bahkan tidak menyadari sedang terjebak dalam segitiga ini. Mereka berpikir bahwa semuanya baik-baik saja, dan merasa bahagia dengan kehidupan mereka. 

Seorang penganiaya memiliki kesempatan untuk melepaskan amarahnya, seorang korban mendapat kasih sayang dan tidak merasa bertanggung jawab atas hidupnya, dan seorang penyelamat bersukacita dalam perannya sebagai pahlawan. Masing-masing tergantung satu sama lain karena mereka merasa bahwa orang lain adalah sumber dari semua masalah mereka. Mereka mencoba mengubah orang lain sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Suami istri berganti peran dalam segitiga ini. Mereka mengontrol atau menyelamatkan satu sama lain. Hubungan seperti itu tak bisa disebut cinta. Hubungan seperti ini hanya tentang keinginan untuk mendominasi, perasaan mengasihani diri sendiri, keluhan yang melelahkan, dan alasan yang tidak terdengar. Tidak ada cinta, tidak ada dukungan, tidak ada kebahagiaan.

Bahaya segitiga Karpman

Sumber: brightside.me

Ketika sebuah keluarga hidup dalam segitiga Karpman, hal ini berarti bahwa anak di keluarga tersebut di masa depan juga akan terlibat di dalamnya. Kemungkinan besar, anak akan dirampas kemandiriannya, tak memiliki pilihan, atau kesempatan untuk mengambil keputusan. Meskipun hal itu bukanlah kesengajaan, namun orang yang hidup dalam segitiga ini berpikir bahwa mereka melindungi sedang melindungi anak mereka. Orang tua seperti ini sering memanipulasi anaknya dengan menggunakan perasaan malu, bersalah, dan kasihan.

Keluar dari Segitiga Karpman

Mengetahui peran mana yang dominan yang sering anda mainkan merupakan langkah awal untuk keluar dari segitiga ini. Setiap orang orang harus menyadari bahwa dirinya adalah satu-satunya yang bertanggung jawab atas kehidupan dan keinginannya sendiri.

Cara keluar dari segitiga jika Anda seorang korban

1. Berhentilah mengeluh tentang hidupmu. Daripada mengeluh, gunakan waktumu untuk memperbaiki hal-hal yang tidak kamu sukai.

2. Tidak seorangpun yang berutang apa-apa padamu. Bahkan jika mereka berjanji atau jika mereka menawarkan sesuatu kepadamu. Keadaan terus berubah, seperti juga keinginan manusia. Berhenti menunggu penyelamatmu datang. Situasi berubah dengan usahamu sendiri

3. Semua yang kamu lakukan adalah pilihan dan tanggung jawabmu sendiri. Kamu bebas membuat pilihan lain jika ada sesuatu yang tidak baik untukmu.

4. Jangan mencari-cari alasan dan jangan mencela diri sendiri jika kamu merasa bahwa kamu tidak memenuhi harapan seseorang.

Cara keluar dari segitiga jika Anda seorang penganiaya

1. Berhentilah menyalahkan orang lain dan keadaan atas permasalahanmu.

2. Tidak seorang pun berkewajiban untuk bertindak sesuai dengan pendapatmu tentang apa yang baik dan apa yang tidak. Setiap orang berbeda begitu juga keadaannya. Jika Anda tidak menyukai sesuatu, jangan terlibat didalamnya.

3. Selesaikan argumen secara damai, tanpa kemarahan atau penyerangan.

4. Berhenti memaksakan diri dan menggunakan mereka yang lebih lemah darimu.

Cara keluar dari segitiga jika Anda seorang penyelamat

Jika tidak ada yang meminta bantuan atau saran, tetaplah diam.

1.Berhentilah berpikir bahwa kamu tahu bagaimana hidup lebih baik daripada orang lain dan tanpa bimbingan berhargamu dunia akan runtuh.

2. Jangan berikan janji yang tak ingin kamu tepati.

3. Berhenti mengharapkan pujian. Kamu membantu hanya karena kamu benar-benar ingin membantu, bukan karena menginginkan imbalan, bukan?

4. Sebelum kamu mulai "berbuat baik" kepada seseorang, tanyakan dengan jujur pada diri sendiri apakah keterlibatanmu benar-benar diperlukan.

5. Berhenti memaksakan diri dan menggunakan orang-orang yang suka mengeluh tentang hidup mereka demi pemuasan eksitensimu

Dengan menyadari peran dominan yang sering kita mainkan dalam hubungan apapun dengan orang lain diharapkan dapat membawa kesadaran pada diri masing-masing tentang buruknya perlakuan kita kepada orang-orang di sekitar kita dan berusaha memperbaiki sikap dan perlakuan kita kepada orang lain.

Pada akhirnya, daripada menggunakan energinya untuk mengkritik dan menekan orang lain, seorang penganiaya dapat bertransformasi menjadi pribadi yang pemaaf dan lapang dada. Menerima segala kejadian yang terjadi yang tak sesuai ekspektasinya. Bagi seorang korban, daripada mengeluh tentang hidup, ia dapat bertindak dan menciptakan sendiri kesempatan untuk keluar dari sesuatu/keadaan yang tidak ia sukai. Sedangkan bagi seorang penyelamat, ketimbang memanfaatkan kesedihan orang lain utnuk eksistensi pribadi, ia dapat menjadi motivator bagi orang-orang di sekitarnya.

Semoga bermanfaat, salam.


Referensi




Baca juga:
Menikmati "Sunset" Pantai Kopan di Kota Kupang
Cerpen | Harga Sebuah Masa Lalu
Saksi: Bom di Rusunawa Wonocolo, 3 Orang Tergeletak dan 2 Bocah Selamat

Tren Pelaku Terorisme, Keluarga Inti, dan PR Guru Sekolah

$
0
0

washingtong.edu.com

Rentetan peristiwa bom di Surabaya telah jadi isu besar di tanah air dan seluruh dunia. Masyarakat umumnya sepakat menolak terorisme. Aksi terorisme merupakan tindakan terkutuk yang tidak bisa ditolerir dengan alasan apapun. 

Terorisme umumnya terkait organisasi tertentu yang memperjuangkan suatu ideologi. Anggotanya adalah orang-orang dewasa yang secara sadar bergabung dalam organisasi tersebut.

Mereka juga telah mengerti segala hal terkait perjuangan organisasinya, mulai dari visi, misi, tujuan, struktur organisasi, strategi, target dan lain sebagainya. Ketika akan melakukan aksi teror, maka para orang dewasa itulah yang terjun langsung. 

Namun di Surabaya sungguh mencengangkan! Pelaku aksi teror itu satu keluarga inti: terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak di bawah umur. Ini di luar kebiasaan aksi terorisme pada umumnya. Sampai saat ini, mungkin hanya di Indonesia pelaku aksi terornya dilakukan satu keluarga inti.

Mereka adalah anak-anak usia sekolah dan usia bermain,  yang dijadikan aktor perjuangan ideologi teroris. Mereka dilibatkan oleh orang dewasa terdekat, dalam hal ini justru ayah dan ibunya. Hal tersebut sungguh sulit dicerna akal sehat kita! Orang tua macam apa mereka?

Jauh sebelum anak-anak tersebut jadi aktor dan eksekutor bom bunuh diri, sebenarnya mereka sudah berstatus korban orang dewasa yang terdokrin ideologi teroris. Mirisnya, orang dewasa itu adalah orang tua mereka sendiri.

sumber gambar : statik.tempo.co

Anak-anak usia bermain dan sekolah dirampas ruang kanak-kanaknya untuk masuk ke ruang domain para dewasa. Di sana, mereka dipaksa memikul tanggung jawab misi organisasi terorisme tanpa mereka paham sepenuhnya perjuangan organisasi.

Ketika aksi terorisme umum terjadi, maka yang  kecolongan adalah institusi keamanan; Kepolisian dan TNI, institusi lingkungan  sosial tempat tinggal, institusi keagamaan dan lain-lain. 

Namun ketika aksi teroris itu secara langsung melibatkan anak-anak, maka yang turut kecolongan adalah institusi pendidikan, dalam hal ini sekolah.

Institusi terdekat yang menjaga anak-anak adalah keluarga dan sekolah. Ketika keluarga inti tidak mampu melindungi anak-anak, maka sekolah jadi lapis kedua yang terdekat.

Banyak hal dalam diri anak-anak sejatinya diketahui pihak sekolah karena hari-hari mereka sebagian dihabiskan di sekolah. Selain itu, data diri siswa, mulai dari riwayat pendidikan, riwayat sakit, data keluarga inti, alamat rumah (lingkukan tempat tinggal), bahkan mungkin tetangganya pun bisa diketahui.

Dari sini, para guru sekolah bisa mengamati perkembangan siswanya, selain perilaku mereka di sekolah. Terlebih bila kondisi atau setting orang tua yang "tidak sama" dengan para orang tua lainya.

Misalnya, si orang tua siswa pernah ke Suriah, aktif organisasi tertentu yang berafiliasi pada ideologi tertentu, aktif di Ormas, dan lain-lain.

Para guru (wali kelas, atau BP) bisa memulai komunikasi secara khusus kepada siswa yang kiranya berpotensi mengalami pengaruh aktivitas orang tuanya. 

Dalam hal ini, guru kelas, wali kelas, dan  teman-teman sekolah merupakan ujung tombak informasi bagi kepengasuhan anak (siswa). Mungkin sekolah tak sepenuhnya bisa menolak otoritas dan dominansi pengaruh orang tua si siswa, namun setidaknya bila ada hal yang "aneh" pada anak (siswa), maka pihak sekolah (guru) bisa mendeteksinya untuk kemudian berkoordinasi dengan pihak kepolisian atau BNPT untuk meneliti lebih lanjut, terutama aktivitas keluarga inti siswa tersebut.

Berdasarkan pengalaman aksi terorisme di Surabaya, dan tanpa perlu menyalahkan institusi pendidikan, kiranya pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan--bekerja sama dengan lembaga lain seperti Kepolisian, TNI, BNPT--perlu memberi  pembekalan khusus kepada para guru untuk mampu mendeteksi adanya pengaruh terorisme pada anak-anak (siswa) dan keluarganya. 

Materi pembekalan tentunya disesuaikan dengan lingkup pendidikan. Konsepnya disesuaikan level pendidikan (usia siswa) yang dipadukan dengan konsep kerja kepolisian terkait pendeteksian awal paham-paham terorisme dan perilaku yang umumnya terjadi pada seseorang yang sudah terkena paham tersebut. 

Diharapkan, tren aksi terorisme oleh keluarga inti bisa dideteksi sejak awal lewat pengamatan terhadap para anak didik (siswa) di sekolah. Semoga kedepannya tidak ada lagi aksi teror, terlebih yang melibatkan anak-anak.

---- 

Salam Damai





Baca juga:
Tiada Bahasa Indonesia di Gili Trawangan
Budaya, Pertahanan Terakhir Upaya Deradikalisasi
Molzania, Difabel yang Ikut Rekrutmen "Volunteer" Asian Games 2018

Elite Politik Merusak Bahasa

$
0
0

Ilustrasi diolah dari toonpool.com dan vox.com

Mendengar para elite politik berkampanye sungguh bikin jengkel. Bukan sekedar karena lontaran janji-janji manis tanpa penjelasan cara mewujudkannya. Bukan cuma sebab slogan-slogan kosong yang tak kunjung berubah sejak puluhan tahun lampau. Mereka menjengkelkan karena seenaknya menggunakan kata-kata, mengubah pengertiannya, menggeser arti dari yang sepatutnya.

Contohnya di NTT. Saat berkampanye, Cakada (baik cagub, cabup, dan calon wakilnya) sering gunakan kata prioritas. Mereka lontarkan di mana-mana.

Di kabupaten A, si cagub bicara di atas panggung, "Jika kami terpilih, pembangunan jalan akan kami prioritaskan ke kabupaten ini." Di Kabupaten B, kalimat serupa ia sampaikan pada kampanye terbatas. Demikian pula di Kabupaten C, D, E, seluruh kabupaten yang ia datangi, janji diprioritaskan dalam program pembangunan jalan ia tiupkan.

Perilaku serupa ditampilkan para calon bupati, berjanji menjadikan setiap kecamatan yang dikunjunginya---dan ia kunjungi semua kecamatan yang ada---sebagai daerah prioritas pembangunan infrastruktur.

Persoalannya, jika semua kabupaten atau kecamatan diprioritaskan, bukankah itu berarti tidak ada yang jadi prioritas?

Menurut KBBI daring, prioritas berarti "yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain." Para penyusun KBBI sudah repot-repot menambahkan penegasan "daripada yang lain" artinya sungguh penting untuk dipahami bahwa jika ada yang didahulukan maka ada yang dikemudiankan. Ada yang diutamakan berkonsekuensi kepada ada yang dinomor-sekiankan. Jika ada yang prioritas, maka patutnya ada yang posterioritas.

Jadi tak bisa semuanya prioritas. Tidak mungkin! Tanpa ada yang dikemudiankan tak bisa ada yang prioritas.

Lantas, ketika para cakada menjanjikan kepada tiap-tiap daerah bahwa daerah itu dan masyarakat itu akan diprioritaskan dalam pembangunan jalan dan infrastuktur lainnya, apakah itu berarti para elite politik kita tidak paham arti prioritas?

Tidak mungkin. Mereka pasti paham.

Lalu apa sebabnya?

Bohong. Ya! Bohong!

Ketika elite politik bicara kepada publik, tujuannya bukan untuk mengabarkan kebenaran.  Tentu saja tidak semua politisi begitu. Yang saya maksud adalah para politicker, dan umumnya politisi semenjak Orde Baru adalah politicker---Lihat penjelasan politicker di sini.

Intensi utama dari komunikasi publik yang dilakukan politisi zaman now adalah untuk meraih dukungan, mendapatkan suara massa saat pemilu dan pemilukada.

Karena mengutamakan tujuan ini, kebenaran pun dibokongi, publik dibohongi.

Seharusnya mereka bisa gunakan kata pemerataan atau merata jika yang dimaksudkan adalah tidak ada daerah yang dipinggirkan di dalam pembangunan. Bahwa pembangunan infrastruktur di bawah pemerintahan mereka akan merata kepada semua daerah, tidak hanya diprioritaskan kepada daerah tertentu.

Tetapi kata merata sepertinya bukan kata yang  kuat untuk meraih simpati publik di tempat mereka berkampanye. Prioritas adalah kata yang lebih kuat, yang lebih menarik dukungan orang. Tak peduli jika  kelak publik heran setelah membaca berita bahwa di kabupaten lain pun, di kecamatan lain pun, di seluruh kabupaten dan di seluruh kecamatan yang dikunjungi, Si Cakada sampaikan hal serupa.

Rupanya kecenderungan bahasa tipu-tapu politicker ini sudah lama pula disadari orang-orang, bahkan dipelajari kalangan cerdik-pandai.

George Orwell, penulis novel distopia---saya nilai terlalu paranoid---1984 dan novel allegoris Animal Farm sudah sejak 1946 menulis esai "Politics and the English Language" (yang saya punya versi cetak ulangnya pada 1968 dalam  The Collected Essays, Journalism and Letters of George Orwell).

Menurut Orwell, karakter political writing dalam bahasa Inggris pada masanya antara lain: dying metaphors dan sering digunakan tanpa paham artinya; operator or verbal fals limbs, maksudnya menggunakan frasa kata yang panjang padahal bisa disingkat (contohnya bisa pakai 'role' tetapi dipanjangkan dengan 'play a leading part in'); pretentious diction, menggunakan kalimat dengan kata-kata yang berkesan ilmiah untuk menyelubungi penilaian yang bias; dan meaningless words, termaksud membuat kata-kata menjadi kehilangan arti. Dalam bahasa pejabat kita, misalnya ,'kritik membangun,' 'partai setan vs partai Allah' atau 'hoax membangun.' Banyaklah contohnya.

Cendekiawan ilmu politik, Murray Edelman dalam papernya "Political Language and Political Reality" (PS vol 18, No 1 (1985))  menulis "We are inundated with accounts and disscussion of elections campaigns, legislative debates, and the statements of high officials but none of these means anything at all for how people live until they are implemented; and the form of eventual  implementation, or whether it will occur at all, can not be known from publicised language."

Maka jika politisi janjikan anu saat kampanye, jangan bayangkan wujud anu itu  seperti yang ia bunyikan, tetapi tunggu nanti bagaimana rupanya saat sudah berkuasa.

Yang lebih kini, Gregory Shafer katakan "Instead of speaking in genuine terms about an issue, they resort to sound bites and code words to distort reality and avoid answering a question." ("Political Language, Democracy, and the Language Arts Class" dalam English Journal 103.2 (2013): 30--37).

Di mulut politisi yang jadi cakada di NTT, tidak pernah akan keluar informasi tentang kebenaran bahwa pembangunan jalan di NTT bersumber pada transfer dana pusat, dan itu artinya jika dana digunakan merata yang ter-cover hanya  sekitar 2 km lebih sedikit panjang jalan baru di tiap-tiap kabupaten. Yang akan keluar dari mulut mereka adalah bahwa penyebab dari problem keterbatasan infrastruktur di NTT semata-mata ketidakbecusan pemerintahan sebelumnya.

Bagaimana caranya si cakada sebagai pemimpin baru akan jadi lebih becus, tak terjelaskan. Pokoknya publik percaya saja, begitu cakada baru terpilih, sim salabim, segalanya jadi tiba-tiba becus.

Ternyata berbohong--atau lebih halus dikatakan sengaja membingungkan--dalam pernyataan politik itu bukan monopoli politisi Indonesia. Rupanya sebagaian besar politisi seperti itu.

Mengapa bisa begitu?

Mungkin karena mayoritas  politisi  hanya mengejar kekuasaan. Kekuasaan jadi tujuan. Kekuasaan an sich. Jadi bukan memperjuangkan kekuasaan untuk mewujudkan idealisme mereka tentang kehidupan publik yang lebih baik.

Adakah politisi yang tidak seperti itu?

Ada donk. Saya misalnya. Anda keberatan saya puja-puji diri sendiri?

Saya politisi, lho. Politisi tidak harus menjadi caleg lah. Meski sebaiknya memang menjadi caleg, capres, cagub, cabub. Tetapi ketika ada prinsip-prinsip yang tidak dapat dikompromikan dan membuat kita sadar tidak ada di antara partai-partai mapan sekarang ini dapat dijadikan kendaraan politik yang benar, ya minimal menulis tentang politik, tentang gagasan-gagasan Anda akan kehidupan publik yang seharusnya. Jangan lupa, sambil menulis, ajak orang-orang  yang segagasan untuk membangun parpol sendiri. 

Para politisi parpol mapan saat itu ya gitu deh. Banyak yang suka kibul. Tetapi selama orang-orang baik tidak berpolitik, isi panggung politik praktis memang melulu hanya tukang kibul dan perusak bahasa. Sialnya, kebijakan publik adalah hasil dari politik dan kebijakan publik berdampak---langsung dan tak langsung--ke mana-mana, termasuk kepada harga celana dalam kita. 

Begitu.

***

Tilaria Padika

12052018




Baca juga:
Nikmati Kuliner di Hari Kuliner Nasional GO-FOOD dan Raih Hadiahnya!
Tiada Bahasa Indonesia di Gili Trawangan
Budaya, Pertahanan Terakhir Upaya Deradikalisasi

Konser Europe, "The Final Countdown" di Boyolali

$
0
0

Sumber: revolvy.com

Jumat, 11 Mei 2018, gunung Merapi tiba-tiba meletus disertai dengan adanya gempa kemudian meyeburkan hujan abu ke bawah dan sempat menyelemuti daerah Sleman serta beberapa tempat di Yogyakarta. 

Letusan tersebut terjadi secara mendadak dan tergolong sebagai letusan freatik sebagai akibat dari akumulasi gas. Kemudian pemandangan asap membumbung tinggi ke angkasa juga terlihat termasuk dari kabupaten Boyolali.

Selepas letusan tersebut mereda, masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, juga Kabupaten Boyolali kembali melanjutkan aktivitasnya. Kabupaten Boyolali pada hari itu tengah mempersiapkan hajatan besar, yaitu Volcano Rock Festival 2018 dengan pengisi acara band rock veteran Indonesia dan band hard rock internasional dari Swedia, Europe. 

Sebuah konser kelas dunia yang menjadi bagian dari rangkaian tur band Europe sebelum melanjutkan perjalanan ke Australia. Tentunya konser ini ajang yang sangat istimewa bagi masyarakat Boyolali, karena ternyata Indonesia satu-satunya negara di Asia yang dikunjungi Europe untuk tur mereka kali ini dengan tajuk Walk The Earth, World Tour Concert. Dalam konferensi pers pada Jumat 11 Mei 2018, Europe juga menjanjikan akan memberikan kejutan bagi para fans mereka di Indonesia.

Sumber: tempo.co.id

Konser dijadwalkan pada Sabtu, 12 Mei 2018. Dan acara tetap berlangsung dengan normal. Ternyata letusan freatik dari gunung Merapi adalah sambutan bagi God Bless dan Europe untuk menghentak Boyolali.

Volcano Rock Festival 2018

Para penonton dari berbagai kota di Indonesia mulai berdatangan ke Boyolali sejak siang hari. Area sekitar Stadion Padanarang menjadi tempat penonton untuk menunggu dibukanya gerbang. Dan tentunya penonton harus sabar. Cuaca hari itu sangat mendukung untuk perhelatan di tempat terbuka.

 Sekitar pukul  5 sore, gerbang mulai dibuka dan penonton dengan sangat antusias mulai mengantri guna persiapan memasuki arena konser. Penonton berbaris dan diperiksa, kemudian menukar tiket dengan tanda masuk. Namun acara baru dimulai pukul 7 malam. Hal yang dilakukan penonton adalah kembali menunggu sambil mencari tempat paling nyaman untuk menyaksikan pertunjukan.

Dokumentasi pribadi

God Bless Unjuk Kebolehan di Panggung

Panggung yang semula gelap tiba-tiba menjadi terang disertai dengan kemunculan Ahmad Albar, Ian Antono, Donny Fattah, Abadi Soesman dan Fajar Satriatama. Tentu saja penonton menyambut kehadiran para punggawa dari God Bless dengan antusias. Lagu pembuka pun dimainkan dengan hangat, karya dari almarhun Jockie Suryoprajogo, Menjilat Matahari.

Ahmad Albar dengan usianya yang sudah di atas 70 tahun tetap enerjik di atas panggung. Seolah tidak mau kalah dengan usianya, lagu demi lagu dimainkan hampir tanpa jeda. Ian Antono juga tampil optimal, tentunya dengan memainkan gitarnya disertai raungan dari efek suara dan distorsi yang membuat seisi stadion menggelora.

God Bless memang bukan band sembarangan, dan hal tersebut terbukti. Lahir dari band yang terbiasa pentas di atas panggung, God Bless sangat paham bagaimana memuaskan para penggemarnya. Lagu-lagu hits mereka tampilkan, seperti Musisi, Kehidupan, Cermin, Bis Kota.

Beberapa kali Ahmad Albar mengajak penonton bernyanyi bersama. Agar penonton dapat semakin larut dalam alunan melodi God Bless, lagu-lagu balada pun disuguhkan. Rumah Kita disambut dengan gemuruh dan sorak penonton yang kemudian mengikuti Ahmad Albar menyanyi. Begitu pula dengan lagu Syair Kehidupan dan Panggung Sandiwara. Seluruh penonton yang memadati stadion menyatukan suara dalam satu alunan nada.

 Selama satu jam God Bless tampil. Penampilan mereka ditutup dengan hits Semut Hitam. Lagu ini rupanya sangat dinanti oleh para penggemar God Bless. Seusai Semut Hitam, God Bless berpamitan kepada penonton dan turun dari panggung. Penonton yang sudah mulai dipanaskan oleh aksi God Bless harus kembali sabar menunggu penampilan Europe.

Europe, The Final Countdown

Menjelang pukul 9 malam, tiba-tiba ada ajakan dari panitia agar semua penonton berdiri, menyanyikan lagu Indonesia Raya. Semua menyanyikan lagu kebangsaan Republik Indonesia dengan sangat hikmat. Kemudian lampu panggung kembali padam.

Beberapa menit kemudian terdengar suara alunan dari latar belakang musik perlahan demi perlahan, sampai akhirnya lampu panggung dinyalakan. Dan Joey Tempest (vokal), John Norum (gitar), John Leven (Bass), Mic Michaeli (Keyboard) dan Ian Haugland (Drum) sudah tampil di atas panggung langsung membawakan Walk The Earth dari album terbaru Europe.

Nampaknya penonton belum panas, karena lagu pembuka merupakan lagu baru dan belum banyak penonton yang hafal liriknya. Tetapi rupanya Europe memang sengaja ingin membuat penonton penasaran. Lagu kedua masih lagu dari album yang sama, kali ini adalah The Siege, respon penonton masih hanya mengikuti dengan berlompat dan berteriak heboh. Kemudian Joey Tempest sempat mengatakan bahwa Europe sangat bahagia bisa kembali ke Indonesia setelah 28 tahun menunggu agar bisa berjumpa dengan penggemar di Indonesia.

Masuk lagu ketiga, Europe mulai membangkitkan adrenalin, mereka membawakan salah satu hits-nya, Rock The Night yang membuat penonton mulai bergairah menyambut konser ini. Ternyata Europe memberikan kejutan, dengan menyisipkan lagu Ain't Talking About Love dari Van Halen di tengah-tengah lagu ini. Bahkan Joey Tempest beberapa kali mengatakan matur suwun. Tentu saja ucapan ini disambut meriah oleh penonton.

Lagu berikutnya adalah Scream of Anger, lagu dengan tempo lebih cepat disertai distorsi efek gitar yang cukup dominan mengajak penonton berjingkrak dan berteriak. Selepas itu, Europe menyanyikan lagu Danger on the Track dan disusul dengan Sign of the Times.

 Kemudian Joey Tempest mundur sejenak dari panggung,beristirahat sebentar. Jeda tersebut diisi dengan penampilan John Norum membawakan lagu instrumental bernuansa blues, Vasastan. Tak menunggu lama Joey Tempest kembali ke panggung dengan membawa gitar akustik, mulai melantukan Open Your Heart.

Sumber: facebook.europetheband

Dari atas panggung Joey Tempest mengomentari penonton yang hadir, dia berujar, "Kalian keren." Dan tentu saja disambut tawa meriah oleh penonton. Kemudian secara marathon Europe membawakan sejumlah lagu lainnya. War of Kings, Heart of Stones, Days of Rock n Roll, Supertitious, Ready or Not, Hole in My Pocket.

Sesudah rangkaian lagu-lagu tersebut, Europe membawakan salah satu nomor andalan mereka, yaitu Carrie. Lantunan intro nada keyboard dari Mic Michaeli disambut heboh dan tentu saja seisi stadion bernyanyi bersama. Giliran Ian Haugland yang unjuk kemampuan dalam sesi drum solo. Gebukan drum yang stabil dan kencang membuat penonton terpesona akan kemampuannya.

Selepas aksi Ian Haugland, Europe membawakan lagu Stormwind dan dilanjutkan dengan Cherokee. Usai dua lagu itu, Joey Tempest berteriak, "Let's make noise." Kemudian panggung menjadi gelap dan semua personel Europe masuk ke belakang panggung. Artinya sesi encore akan dimulai.

 Yang disajikan sebagai penutup adalah yang sangat dinanti oleh seluruh penonton, yaitu The Final Countdown. Sejak intro dimainkan penonton sangat antusias menyambut mega hits ini. Lagu dengan tempo cepat dan semangat disertai efek keyboard yang khas membuat penonton mau bernyanyi bersama. Seisi stadion menjadi paduan suara, menyanyikan The Final Countdown dengan semangat. Usai The Final Countdown, Europe mengucapkan salam perpisahan kepada seluruh penonton.

Sumber: facebook.europetheband

***

Penampilan Europe di Boyolali sangat mengesankan, personelnya rata-rata sudah berusia di atas 50 tahun masih mampu membawakan 20 lagu dengan waktu 1 jam 40 menit nyaris tanpa jeda. Kualitas vokal dari Joey Tempest tergolong prima, terbukti nada-nada cepat dan tinggi masih dapat dinyanyikan tanpa kesulitan.

Secara keseluruhan konser Europe di Boyolali berjalan dengan sukses, dari sisi sound system dan panggung sangat mendukung penampilan Europe. Penonton juga dimanjakan dengan adanya lima layar big screen, sehingga bagi penonton yang tidak berada di barisan depan masih dapat melihat aksi Europe dengan jelas.

 Bupati Kabupaten Boyolali Seno Samudro sempat mengatakan bahwa Merapi jangan dipandang sebagai musibah melainkan sebagai berkah. Ujaran dari sang Bupati ternyata memberikan pandangan positif bagi para penonton konser Europe yang sehari sebelumnya sempat dikejutkan dengan letusan Merapi, namun Merapi rupanya menyambut kehadiran Europe dan God Bless.




Baca juga:
15 Kali Menunda Rapat, Pemerintah Tak Serius Membahas RUU Terorisme!
Nikmati Kuliner di Hari Kuliner Nasional GO-FOOD dan Raih Hadiahnya!
Tiada Bahasa Indonesia di Gili Trawangan

Bupati Nonaktif Tegal, Ki Enthus Tutup Usia

$
0
0


jateng.tribunnews.com

Bagi masyarakat Kabupaten Tegal nama Enthus Susmono (52 tahun) melebihi tokoh mana pun. Sebagai dalang dan kemudian menjadi Bupati Jepangnya Indonesia. Meluber-luber, termasuk ke Pemalang -- 29 km ke arah timur -- tempat kelahiran saya.

"Kang, Ki Enthus meninggal," sebuah WA masuk dari Tamita Wibisono, wong Tegal yang aktif di medsos. Lalu foto-fotonya pun dikirimkan.

Penulis merenung. Sebelum menjadi Bupati, akrab di antara kami ia sebagai dalang yang nyentrik. Ia kadang mengeluarkan kata-kata seronok. Namun kalah dibandingkan dengan Ki Sudirman, kakaknya yang tinggal di Pemalang dan sudah almarhum enam tahunan lalu.

Itu sudah menjadi pemahaman bersama jika mendengar dan atau menonton mereka mendalang. Namun jangan heran, jika Enthus -- lebih muda dari saya -- tak religius. Bahkan ia diusung oleh PKB dalam maju pilkada lalu.

"Kalau sekarang di bulan puasa masjid-masjid memperdengarkan pengajian dengan kaset, priben ningMalaekat turun dan menjumpainya bukan orang tapi kaset? Apa sing menerima pahalanya kaset itu?" katanya dalam sebuah lakon mendalang di Jakarta yang penulis ikuti.  Gerrr.

Dalam ketawa penonton itu, kita merenung. Dan itu yang dikuasai Ki Enthus. Dalang Remaja terbaik Jawa Tengah 1988 dan mendapat rekor MURI 2017 tersebab kreasinya sebanyak 1.491 wayang.

Ia memang menguasai mendalang wayang golek dan wayang kulit sekaligus. Sehingga ia pernah terbang ke Belanda, dan bahkan wayangnya dimiliki Mueseum Tropen. Juga penerima doctor honoris causa bidang seni budaya dari Universitas International, Missouri, Amerika Serikat.

Sebagai Bupati dan Dalang Tunggu

Bagi saya tak aneh kalau ia kemudian terpilih sebagai Bupati Tegal (2014-2019). Karena popularitasnya yang meluber ke mana-mana itu.

Juga bisa dimaklumi kalau ia tetap mendalang meski sudah bermetamorfosis sebagai dalang Tunggu, mendalang setiap Sabtu-Minggu, alias saat libur sebagai bupati. Dan itu tak menyalahi. Itu sebab, jika tak ada musibah atau takdir Allah SWT ia akan maju lagi dalam Pilkada, bisa menang mutlak. Selain inkumben (petahana), ia punya catatan bagus sebagai seorang kepala daerah.

Ia muntah-muntah saat akan menuju Jatinegara (Tegal) untuk acara pengajian dalam kaitannya dengan maju lagi Pilkada. "Ia tak sadarkan diri, sampai akhirnya meninggal sebelum tiba di RS Soesilo, Tegal," jelas Plt Bupati Sinung Nugroho. Senin (14/5) sekitar pukul. 19.10 Wib.

Mendadak meninggalnya Ki Enthus, sebuah kehilangan bagi warga Kabupaten Tegal. Yang bisa memiliki seorang dalang kreatif dan kepala daerah sekaligus.

Ki Enthus seorang dalang yang saat mendalang bisa menggunakan bahasa Jawa dalang yang tidak ngapak gaya Tegal -- Jawa Pesisiran. 

Saat tampil di Jawa Timur, ia takkan dikenali sebagai orang berbahasa Jawa tidak halus umumnya dalang Jogja atau Solo. Di situlah kreativitasnya seorang seniman (saya tak menyebutnya bukan penghibur).

Karena itu hanya sebuah cara saja. Dalam mendalang, ia tampil menghibur dan misinya sampai ke penonton (audience). Seperti penggalan dalam malaekat turun ke bumi dan menjumpai kaset pengajian dari masjid.

Ki Enthus (sudah) akan kembali ke atas bersama malaekat yang pernah digambarkannya dengan kreatif dalam mendalang. Selamat jalan, Ki. 

***




Baca juga:
Memandang Terorisme dari Kacamata Psikologi
15 Kali Menunda Rapat, Pemerintah Tak Serius Membahas RUU Terorisme!
Nikmati Kuliner di Hari Kuliner Nasional GO-FOOD dan Raih Hadiahnya!

Mengapa Provinsi Riau Sering Disebut saat Terjadi Aksi Terorisme?

$
0
0

Penjagaan di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat.Sumber: Kompas.com


Aksi teror yang mengguncang Bumi Pertiwi dalam beberapa hari ini telah pula mengaitkan Provinsi Riau. Paling tidak, sudah dua kali nama Riau sebagai salah satu daerah di Indonesia mencuat ke permukaan. Selain karena pelaku berasal dari sana, Riau diduga sebagai daerah strategis dimasuki teroris.

Pertama, saat terjadi bentrok antara petugas kepolisian dengan para napiter teroris di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. Nama Abu Ibrahim alias Beny Syamsu, seorang napi teroris yang tewas dalam kerusuhan itu disebut sebagai teroris jaringan Pekanbaru, Riau.

Dulu (24 November 2017), Abu Ibrahim dibekuk di Jalan Kopkar Raya, Perumahan Gading Permai, Pekanbaru. Ketika itu, polisi juga menangkap terduga teroris Yoyok Handoko alias Abu Zaid (42) di Indomaret Jalan Bukit Barisan, Pekanbaru dan tersangka Wawan alias Abu Afif (42) di Jalan Kopkar Raya, Perumahan Pandau Permai, Pekanbaru.

Polisi ketika itu juga menangkap tersangka atas nama Handoko alias Abu Buchory di rumahnya, Perumahan Griya Taman Anggrek, Rambah Jaya, Siak Hulu Bukang Raya, Kampar, Riau. Lalu, Nanang Kurniawan alias Abu Aisha di gang menuju rumahnya, Jl Kubang Raya Km 5 Desa Kualu, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau.

Kelimanya (kelompok Abu ini) ditengarai pernah mengikuti latihan fisik persiapan teror dan latihan menembak di Bukit Gema, Kabupaten Kampar, Riau.

Kedua, nama Riau kembali mencuat ketika Senin kemarin (14/05/2018) Tim Densus 88 Anti-teror yang di-backup jajaran Polda Sumatera Selatan menangkap dua orang pria terduga teroris asal Riau. Disebutkan, keduanya dibekuk saat turun dari bus.

Kapolda Sumsel Irjen Zulkarnain sebagaimana dilansir GoRiau.com menuturkan, kedua orang terduga teroris yang diamankan di wilayahnya itu berinisial HK dan AH. Saat ini, mereka diamankan sementara di Mapolda Sumsel.

Disebutkan, keduanya berencana akan membantu atau melakukan "amaliyah" untuk kasus kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. Namun, karena situasi dan kondisi sudah aman, mereka balik kanan.

Lalu, ada juga cerita yang berkembang, bahwa orang-orang yang kita cap sebagai teroris itu sudah "direlakan" kepergiannya oleh sanak familinya. Bahkan dengan kalimat sederhana mereka saling berucap, "sampai ketemu di surga!" Astagfirullah...

Pertanyaan selanjutnya, kenapa Riau? Yang pasti, Riau secara geografis memang sangat pas dijadikan daerah tujuan oleh para teroris. Apalagi Riau yang berada di tengah Pulau Sumatera di pinggiran Selat Melaka sangat dekat dengan negeri jiran Malaysia. Melalui Riau juga terbuka banyak "jalan-jalan tikus" menuju daerah lain untuk pelarian (persembunyian).

Mengingat Riau yang terbukti telah menjadi salah satu daerah tujuan para teroris, karena dari beberapa kali kasus penangkapan, terduga teroris ternyata adalah pendatang atau bukan asli orang Riau, maka kita sangat berharap kepada aparat keamanan untuk secara proaktif melakukan rahasia atau penyisiran terhadap pendatang-pendatang baru di Riau.

Selain itu, seluruh warga Riau, terutama pengurus RT/RW sudah seharusnya bersikap waspada dan tidak boleh masa bodoh terhadap semua orang baru yang tinggal di kawasannya. Pengurus RT/RW berhak bertanya dan mengetahui identitas semua warga yang tinggal di kawasannya. Jika ada yang mencurigakan, sebaiknya segera lapor ke pihak berwajib atau polisi.

Hal yang juga sangat penting, kita tentu sangat berharap kepada pemuka-pemuka agama, agar memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat, tentang perilaku teror yang dilakukan para teroris, bahwa tidak ada satu agama pun yang membenarkan tindakan biadab seperti itu.

Di atas semua itu, semua orang yang waras di Indonesia ini, pasti tidak menginginkan Indonesia diobok-obok oleh teroris. Oleh karena itu, harapan kepada Pemerintahan Jokowi-JK tentu sangatlah besar. Sebagai pemegang mandat dan kekuasaan, kiranya dapat menggunakan segala daya dan upaya untuk memberantas teroris sampai ke akar-akarnya. Wallahu'alam...




Baca juga:
Cerpen | Kota yang Tumbuh dalam Belantara Pikiranmu
Memandang Terorisme dari Kacamata Psikologi
15 Kali Menunda Rapat, Pemerintah Tak Serius Membahas RUU Terorisme!

Pesona Dayang Bunting "Marble Geoforest Park" di Langkawi

$
0
0

Dayang Bunting marble geoforest park (dok pri)

Negara ASEAN manakah yang mampu pertama kali meloloskan UNESCO global geopark? Jawabannya ialah Malaysia. Dengan Taman Bumi Langkawi sebagai 1st UNESCO global geopark di ASEAN pada tahun 2007 yang direvalidasi setiap empat tahun sekali. Taman bumi ini berada di kepulauan Langkawi yang disebut the jewel of Kedah, bagian Barat Laut dari Malaysia.

Langkawi UNESCO global geopark (dok pri)

Taman Bumi ini terdiri dari tiga gugusan utama yaitu (1) Kilim Karst, dengan keutamaan karst, (2) The Machinchang Cambrian Geoforest Park, dengan keutamaan warisan zaman kambrium, serta (3) Dayang Bunting Marble Geoforest Park, dengan keutamaan batuan marble/marmer.

Langkawi sungguh cerdik menjual capaian peringkat UNESCO global geopark ini dalam iming-iming kemasan wisata yang menggoda. Berikut selayang pandang Dayang Bunting Marble Geoforest Park, kunjungan tahun 2015 silam.

Memuliakan warisan bumi (celebrating earth heritage)
Marble geoforest....marble atau marmer adalah batuan gamping yang mengalami perubahan sifat fisik oleh suhu dan tekanan yang tinggi (gugusan gunung gamping/kapur yang menjelma menjadi marmer dengan harga jual yang tinggi, semisal di Pacitan). Suasana geoforest sungguh terasa, bebukitan muncul dari laut berselimutkan hijauan tumbuhan lebat membentuk gugusan kepulauan dengan pulau mini.

Marble geoforest (dok pri)

Untuk mencapai Pulau Dayang Bunting, pengunjung mengawali kunjungan dari daratan Langkawi dengan perahu motor. Sepanjang perjalanan akan menikmati jajaran bebuktan dengan aneka wujud.

Taman Bumi ini menarik banyak pengunjung dengan penataan prasarana, perbaikan layanan maupun harga tanda masuk yang rasional, turun dari RM 5 ke RM 2 (tahun 2015). Begitu perahu kecil yang mengantar kami islandhopping bersandar ada beberapa pilihan kegiatan. Mau duduk bersantai di tepian P. Dayang Bunting juga ruang informasi bak museum mini, bermain jetski atau lanjut ke Tasik Dayang Bunting.

Sebagai ekosistem geoforest, banyak monyet berlarian di sekitar tempat duduk kita, lompat ke pepohonan, hinggap di kursi. Mari bersahabat dengan alam.Tasik Dayang Bunting-danau air tawar terbesar di tengah air asin (dok pri)

Salah satu pesonanya adalah Tasik Dayang Bunting. Tidak terlalu jauh koq, berhasil ngomporin peserta tur untuk bersama melongoknya. Jalan setapak tertata rapi, tentunya siap menanjak lanjut menukik menuju tasik alias danau.

Hijau turquoise (hijau pirus) menawan, Tasik Dayang Bunting...suatu fenomena geologi danau air tawar terbesar berada di pulau kecil yang mengapung di lautan asin. Secara geologi danau ini terbentuk dari goa yang "amblong" mengalami penurunan dan terpenuhi oleh air tawar yang ditampung oleh rimba menghijau yang mengitarinya. Apa yang bisa dilakukan di tasik ini, aneka rekreasi air tersedia dari leyeh-leyeh hingga berperahu.

Sesar sungkup kisap (dok pri)

warisan geologi (dok pri)

Saatnya kembali ke gisik tepian pantai, kembali perjalanan mendaki dan menurun. Sambil istirahat mengambil nafas mari nikmati warisan geologi ini Sesar Sungkup Kisap. Fenomena ini menunjukkan bahwa bumi tidak pernah statis. Saya sangat mengagumi ketertiban pengunjung, tidak ada vandalisme corat-coret, betapa sedihnya bila warisan geologi ini penuh coretan, untuk mengabadikannya cukup klik sebagai catatan keelokan alam.

Menjamin keberlanjutan masyarakat lokal (sustaining local communities)
Melihat alam nan menghijau lebat, membuat kita bertanya-tanya bagaimana kehidupan masyarakat lokal. Pesona Langkawi sebagai daerah wisata, mengisap hampir seluruh masyarakat lokal dalam denyut nadi wisata. Mulai dari penyedia akomodasi, penyedia transportasi semisal pengemudi perahu sekaligus pemandu wisata, pengelola konsumsi.

Apalagi penetapan Langkawi sebagai pulau bebas cukai, alamak sektor perdagangan berkembang pesat. Tak banyak masyarakat lokal yang menggantungkan hidup pada sektor bercocok tanam, bahan pangan dipasok dari Malaysia daratan. Ooh inikah yang membuat tak terlihat perambahan hutan sehingga pesona Dayang Bunting Marble Geoforest Park terlihat senantiasa menghijau.

Kisah cinta si enggang (dok pri)

Di manapun sama saja, fenomena alam, geologi tak lepas dari kisah dan dongeng legenda. Aneka papan penanda mulai dari legenda Tasik Dayang Bunting, legenda Pulau Dayang Bunting, air tasik dipercaya membantu pasangan memperoleh kehamilan, yap air segar dari rahim bumi yang terjaga. Hingga kisah cinta Si Enggang, senada dengan keagungan enggang kepercayaan masyarakat Kalimantan.

Setiap legenda memuat pesan tersirat kesatuan ekosistem bumi, setiap titah sebagai bagian dari bumi terangkai di dalamnya dan saling menjaga. Senyum tersungging di Dayang Bunting.

Artikel mengintip bagaimana Langkawi mengelola perolehan UNESCO global geopark tahun 2007. Sebagai sambutan gempita atas perolehan UNESCO global geopark Ciletuh, Pelabuhan Ratu dan Rinjani-Lombok pada tahun 2018. Menggenapkan perolehan Indonesia atas empat UNESCO global geopark.

Serial Geopark (Taman Bumi):




Baca juga:
Saatnya Kalimantan, Pulau 1000 Sungai, 1000 Cerita
Ternyata Induk Orangutan Pengasuh yang Baik bagi Anaknya
5 Hal yang Harus Disiapkan Menjelang Ramadan

Asian Games, Bukan ASEAN Games

$
0
0

(beritajakarta.id)Kurang dari 100 hari lagi Asian Games ke-18 akan dibuka. Sayangnya, gaung penyelenggaraan AG 2018 kurang terasa. Padahal, Asian Games adalah sports multievent terbesar kedua di dunia setelah Olimpiade.


Presiden Joko Widodo beberapa kali mengeluhkan hal tersebut, baik secara tertutup kepada jajarannya maupun melalui pernyataan kepada publik. Rapat kabinet terbatas pun digelar khusus membahas soal Asian Games awal bulan ini. INASGOC selaku panitia lokal tidak berdiam diri.

Dari beberapa kali interaksi dengan sejumlah rekan di sana, saya tahu betul INASGOC bekerja keras menggalakkan sosialisasi dan publikasi. Pun demikian dengan pemerintah daerah, berupaya maksimal memanfaatkan semua kanal informasi untuk mensosialiasikan Asian Games.

Akhir pekan kemarin (Minggu 13 Mei 201), acara besar bertajuk Parade Asian Games diselenggarakan di dua kota, Jakarta dan Palembang. Untuk di Jakarta, Parade berlangsung meriah di arena Car Free Day. Parade diikuti tak kurang dari 5.000 orang. Hanya saja, pemberitaan event tersebut tertutup dengan adanya tragedi bom yang mengguncang kota Surabaya.

INASGOC dan pemerintah daerah sudah melakukan segenap upaya, tapi memang hasilnya masih jauh panggang dari api. Jangankan di daerah pelosok, warga Jakarta saja kurang aware dengan hajatan besar yang akan digelar di ibukota. Apa itu Asian Games pun sepertinya belum terlalu dipahami, bahkan oleh jajaran pegawai Pemprov DKI Jakarta.

Tidak sekali dua kali saya mendapati pegawai (termasuk pejabat) salah menyebut Asian Games dengan SEA Games atau ASEAN Games. Sekilas memang mirip, padahal dua event ini jauh beda kelasnya. Asian Games merujuk pada pesta olahraga benua Asia (lebih dari 40 negara), sedangkan SEA Games hanya untuk level kawasan ASEAN alias Asia Tenggara (11 negara).

Boleh jadi karena SEA Games memang lebih familiar bagi sebagian dari kita. Setidaknya kita sudah empat kali menjadi tuan rumah SEA Games (1979, 1987, 1997 dan 2011). Prestasi Indonesia di SEA Games juga terbilang mentereng. Kita 10 kali jadi juara dari total 29 kali penyelenggaraan.

Bandingkan dengan Asian Games, sampai edisi ke-17, baru sekali Indonesia kebagian jadi tuan rumah yaitu AG ke-IV pada tahun 1962. Itu artinya sudah 56 tahun lalu. Jangankan generasi millenial, bahkan baby boomers pun mungkin belum lahir pada saat Jakarta menjadi host AG 1962.

Ketika khalayak kurang paham soal Asian Games, saya masih maklum. Tapi, hari ini saya sungguh terkejut karena mendapati surat berkop Sekretariat Negara yang salah menyebut ASIAN GAMES menjadi ASEAN GAMES. Boooom!

surat dari Setpres yang salah sebut ASEAN GAMES (sumber: dokpri)

Ternyata separah itu ketidaktahuan soal Asian Games. Waktu tersisa tiga bulan ke depan harus all out untuk memperkenalkan sekaligus mengamplifikasi Asian Games. Ukuran sederhananya adalah ketika lini masa media sosial semakin ramai dengan posting tentang Asian Games. Lebih keren lagi kalau bisa menjadi trending topic. Tantangan pertama adalah publik tahu dulu apa itu Asian Games, apa bedanya dengan SEA Games, dan bukan ASEAN Games. 

Penyelenggaraan Asian Games 1962 meski sudah berlalu hampir enam dekade nyatanya meninggalkan banyak sekali warisan bagi kita. Berkat AG 1962, Indonesia punya kompleks olahraga Senayan, jembatan Semanggi, patung Selamat Datang dan banyak sekali infrastruktur lain. Dari segi prestasi, pencapaian Indonesia sebagai runner up pada saat itu juga tidak pernah bisa diulang kembali. 

Kebesaran dan kejayaan di masa lalu tampaknya harus digunakan sebagai muatan publikasi agar publik semakin aware dengan Asian Games. Rakyat Indonesia harus paham bahwa Asian Games adalah event besar dan kesempatan langka, yang belum tentu akan datang dalam beberapa puluh tahun lagi.




Baca juga:
Hindari Kaitan Ideologi, Definisi "Terorisme" Justru Multitafsir
Saatnya Kalimantan, Pulau 1000 Sungai, 1000 Cerita
Ternyata Induk Orangutan Pengasuh yang Baik bagi Anaknya

Taiyaki Kreasi Putra, Jodohnya Es Milo Kepal

$
0
0

Taiyaki kreasi keluarga Putra (dok.pri)

Kue dan es merupakan kuliner (makanan) dan minuman yang mendapat tempat tersendiri di kalangan anak muda kita.

Belakangan ini sedang marak Kue Taiyaki dan Es Milo Kepal. Kedua jajanan dan minuman itu mengingatkan saya pada jajanan dan minuman masa kecil dulu.

Taiyaki, kue ini sebenarnya mirip kue wafel yang sudah begitu populer dan biasa saya nikmati saat masih berkumpul bersama almarhum ibu dan bapak. Sedangkan Es Kepal Milo, tak ubahnya minuman Es Gandul Tali Merang.

Es Gandul Tali Merang dibuat dengan menyerut es batu dengan alat khusus yang kala itu bentuknya sangat sederhana yakni berupa sebilah besi tajam (pisau blade) yang diselipkan pada kayu. Setelah sekian lama mengalami perkembangan menjadi serutan es dengan menggunakan engkol putar.

Es Milo Kepal (dok.pri)Lalu potongan (balok kecil) es batu digesek-gesekkan (diserutkan) pada pisau tadi dan hasil serutan es batu kemudian ditampung dalam wadah mangkuk. Serutan es batu kemudian dicetak dengan alat khusus yang menyerupai separuh bola atau kepalan tangan penjualnya. 

Sebelum ditekan (dikepal), di tengah serutan es batu tadi disisipkan batang tanaman padi atau merang sebagai tali untuk pegangan. 

Kepalan (cetakan) serutan es batu lengkap dengan tali merangnya kemudian diguyuri sirup berwarna merah. Sebagian penjual ada yang memberikan warna lain seperti hijau atau kuning agar lebih menarik.

Saat itu varian essence (esens) belum sebanyak sekarang ini, sirup untuk Es Gandul Tali Merang paling hanya menggunakan frambozen. Sedangkan kue atau jajanan berupa wafel termasuk yang cukup mewah bila dibandingkan kue-kue tradisional lainnya.

Kue wafel dibuat dengan menuangkan adonan yang terdiri dari tepung terigu, gula telur, santan, margarin, baking powder (ragi) dan sedikit garam ke dalam cetakan dari besi yang dipanggang di atas kompor.

Wafel belakangan dinikmati dengan beragam toping, antara lain: madu, stroberi, coklat, dan es krim.

Taiyaki jodohnya Ais Mailo (dok.pri)

Es Gandul Tali Merang mungkin masih kita temukan meski sudah jarang dan dianggap kuno. Belakangan muncul lagi minuman yang berbahan serutan es batu. Namanya Es Milo Kepal. Kabarnya nih es ini berasal dari Malaysia.

Masyarakat Malaysia menyebut es dengan istilah ais, mungkin karena terbiasa menggunakan kata ice dari Bahasa Inggris. Sedangkan milo disebutnya mailo 

Negara Malaysia selama ini dikenal sebagai produsen susu coklat bermerek Milo dengan kualitas sangat bagus.

Dalam Es Milo Kepal, balok kecil (bongkahan) es batu terlebih dulu dimasukkan ke dalam alat khusus bernama ice crusher (penghancur es batu). Serutan es kemudian dicetak atau dikepal berbentuk bola (bulatan) lalu ditempatkan ke dalam gelas atau wadah plastik.

Di atas kepalan es batu tadi lalu diguyuri larutan kental (pasta) coklat milo. Tak jarang dalam penyajiannya milo tadi dikombinasikan dengan susu kental coklat. 

Bagian atas (toping) Es Milo Kepal bisa menggunakan mises coklat, butiran coklat berwarna-warni (chacha), irisan almond, buah stroberi, anggur atau apa saja sesuai selera penikmatnya.

Kue Taiyaki berasal dari Jepang. Taiyaki hampir mirip dengan wafel. Kalau wafel menggunakan cetakan besi bermotif waru (love) atau motif lain tapi khusus Taiyaki cetakan besinya bergambar ikan. Taiyaki berasal dari kata tai berarti ikan dan yaki berarti cetakan. 

Kue Taiyaki di negara aslinya menggunakan isi (fla) kacang merah. Kafe (warung) atau lapak yang menjual Kue Taiyaki kini bermunculan di mana-mana, bak jamur yang tumbuh di musim hujan. 

Membuat ais mailo kepal (dok.pri)

Salah satunya adalah lapak Taiyaki milik keluarga Putra yang ada di kawasan Gresik Kota Baru (GKB), Gresik -- Jawa Timur. 

"Apa yang spesial dari Taiyaki lapak ini" tanya saya kepada Putra.

Sambil membantu saudara perempuannya melayani pembeli, pria muda itu mengatakan kalau lapaknya menyediakan Taiyaki dengan beragam varian isi.

Membuat Taiyaki (dok.pri)

"Isinya macam-macam pak," timpal Putra. Adapun varian isi Taiyaki kreasi Putra diantaranya adalah isi coklat, keju, oreo, kacang merah, kacang ijo, selai strawberry, greentea, sosis dan ayam.

Untuk sebuah kue Taiyaki rata-rata dihargai 5 ribu rupiah. Tapi khusus yang isi sosis dan ayam harganya 6 ribu rupiah per bijinya.

Dalam sehari Putra sedikitnya bisa menjual 80 biji Kue Taiyaki.

Menyantap Kue Taiyaki sepertinya kurang afdol tanpa ditemani minuman yang unik pula. Untuk itu Putra mengontrak tempat untuk mangkal lapaknya di depan kafe Es Milo Kepal milik Pak Andro (nama samaran) yang juga ada di kawasan GKB, Gresik- Jatim.

Klop sudah, makan Taiyaki sambil ditemani Es Milo Kepal. Sementara di dalam kafe semarak oleh beragam warna lampu hias dan alunan musik slow sampai rancak. Untuk segelas Es Milo Kepal kreasi Andro dijual dengan harga 15 ribu rupiah.




Baca juga:
Libur Awal Puasa untuk Sekolah di Surabaya diperpanjang
Hindari Kaitan Ideologi, Definisi "Terorisme" Justru Multitafsir
Saatnya Kalimantan, Pulau 1000 Sungai, 1000 Cerita

Harapan Italia pada Roberto Mancini

$
0
0

Mancini resmi melatih Italia I Gambar : PeninsulaqatarRasa malu sudah mulai mengendap tetapi hati pendukung timnas Italia pastinya akan teriris-iris pada Juni nanti ketika berlangsung perhelatan Piala Dunia 2018 di Rusia. Sakit hati pasti terasa saat pendukung Azzuri melihat panggung pesta sepak bola terbesar di jagat raya ini berlangsung tanpa Italia.

Kenyataan yang terpaksa harus dihadapi setelah lebih 60 tahun Azzuri tak pernah absen. Kenyataan yang membuka mata Federasi Sepak bola Italia, FIGC, untuk membuka mata lebar-lebar bahwa Italia harus lebih berhati-hati untuk memilih pelatih, tidak lekas merasa superior sehingga yakin dengan kemampuan pelatih semenjana dalam diri Giacomo Ventura. Hasilnya, gagal total, Italia gagal lolos ke Piala Dunia 2018.

Setelah lama menunggu, terlibat di dalam diskusi dan seleksi panjang, akhirnya FIGC secara resmi menunjuk Roberto Mancini sebagai pelatih timnas Italia yang baru. Di tengah senyuman Mancini ketika berfoto bersama para petinggi FIGC, publik sepak bola tahu bahwa besar harapan Italia pada Mancini. Harapan yang akan membuat pria berusia 53 tahun ini harus bekerja dan berpikir keras untuk menggapainya.

Apa harapan bagi mantan pelatih Manchester City, Inter Milan dan Zenit Petersburg ini?

Jika dilihat dari tuntutan prestasi dan jangka waktu dari kontrak yang ditandatangani oleh Mancini sampai 2020, maka target jangka pendek bagi Mancini sekaligus harapannya adalah sukses di Piala Eropa 2020, "hanya" dua tahun dari sekarang.

Tentu bukanlah hal yang mudah mewujudkannya karena kalau mau jujur persoalan sehingga Italia tak lolos ke Piala Dunia bukan semata-mata karena kualitas pelatih Giacoma Ventura yang memang bukan pelatih bermental juara, tetapi juga karena persoalan lain yang perlu membutuhkan perhatian.

Persoalan lain yang dimaksud itu adalah transisi yang kurang mulus dari generasi Buffon, Barzagli, Chiellini, De Rossi ke generasinya Ciro Immobille, Romagnoli, Rugani dan Donnaruma. Timnas Italia masih belum dapat mewujudkan agar karakter dan mental para pemain senior yang sedikit lagi akan habis itu menular ke pemain yang lebih yunior.

Pelatih Italia sebelumnya, Giacomo Ventura, jelas sulit melakukannya, karena Ventura bukanlah pelatih yang bermental juara, akan tidak seimbang dengan skuad yang mayoritas masih diisi pemain mental pemenang. Hal ini terlambat disadari oleh FIGC yang akhirnya disadarkan kembali dan kali ini seperti percaya bahwa Mancini lah sosok yang dapat mewujudkannya.

Jika ditanya, apakah Mancini bermental juara?. Jawabannya, iya. Mancini pernah melatih melatih Inter Milan dan membawa klub ini juara Serie A. Prestasi lebih hebat adalah ketika Mancini menangani klub Liga Inggris, Manchester City, pada musim kompetisi 2011-2012 dan mampu mengantarkan The Citizens menjuarai Liga Inggris. Sebagai catatan, sebelumnya City tak pernah juara dalam kurun waktu hingga 44 tahun.

Modal ini dirasakan akan mampu menghentak kembali mental juara itu agar kembali muncul serta dapat menularkannya kepada anak-anak muda penghuni Azzuri. Sebenarnya Mancini sedikit dimudahkan karena masih ada beberapa pemain senior pewaris mental juara itu yang masih terpakai dan dapat membantunya, seperti Chiellini dan Bonnuci.

Malahan sebenarnya Mancini harusnya ditantang bukan sekedar membuat transisi dimaksud berjalan mulus, tetapi lebih daripada itu, Mancini perlu ditantang untuk segera membentuk generasi baru yang akan membuat Italia berjaya di masa mendatang.

Untuk hal ini, Mancini perlu melakukan langkah berani. Berani untuk sama sekali tidak memanggil Bonnuci, Chiellini dan mempercayakan Rugani, Romagnoli atau Caldara untuk menjadi tembok belakang ketika Donarumma seperti akan mulus menjadi pengganti Buffon di sektor penjaga gawang. Meskipun beresiko, tetapi jika berhasil, anak-anak muda itu akan semakin matang dan Italia siap menyambut kembalinya era baru kejayaan mereka.

Hal terakhir yang patut diharapkan dari Mancini adalah membuat timnas Italia dapat menampilkan sepak bola yang seksi atau menarik, suatu hal yang jauh dari apa yang ditampilkan oleh Ventura bahkan Conte sekalipun. Italia tampak pragmatis di tangan kedua pelatih terakhir ini.

Mancini dipercaya mampu melakukannya. Mancini bukanlah pengagum sepak bola bertahan khas Italia, meski tidak seanggun tiki-taka khas Guardiola ketika menampilkan sepak bola menyerang. 

Pekerjaan rumah Mancini adalah mampu membuat Italia tampil menyerang tetapi juga mampu bertahan dengan baik, alias seimbang. Suatu hal yang pincang di tangan Giacomo Ventura.

Penyerang-penyerang muda seperti Cutrone, Immobile, Belloti dan Insigne harus mampu dibuat Mancini untuk tampil ganas, garang dan tajam dengan strategi ofensif milik Mancini. Mampu menyerang seperti Napoli dan bertahan seperti Juventus. Begitulah gambaran Italia yang diharapkan dari tangan Mancini.

Segala harap dan ekpetasi ini perlu ditunggu lahir dari tangan Mancini. Tak perlu lama, Mancini dijadwalkan akan bertemu anak-anak asuhnya di Coverciano, kamp latihan tim nasional Italia, pada 22 Mei nanti.

Pembuktian sepak bola ala Mancini akan dimulai kala Italia berhadapan dengan Arab Saudi di San Gallo pada 28 Mei, sesudah itu Italia akan menjajal kontestan Piala Dunia, Perancis di pertandingan uji coba di Nice pada 1 Juni serta Belanda di Turin pada 4 Juni.

Apakah Mancini dapat melewati ujian ini dengan sukses?. Ah, tak ada yang dapat menjawabnya dengan pasti. Mancini bukanlah Midas dengan tangan ajaib yang mampu membuat segalanya berubah dengan cepat. 

Namun para penggemar timnas Italia patut bersyukur dan tersenyum bahagia karena FIGC telah memilih pelatih yang tepat.




Baca juga:
Sinar Mas Siap Atasi Karhutla demi Penyelenggaraan Asian Games 2018
Libur Awal Puasa untuk Sekolah di Surabaya diperpanjang
Hindari Kaitan Ideologi, Definisi "Terorisme" Justru Multitafsir

Satu Ramadan Bercerita, Hari Ini Dimulai!

$
0
0

Samber iPhone X dan Jutaan Hadiah Lainnya di THR Kompasiana!

Setiap bulan Ramadan, Kompasiana selalu menghadirkan microsite Tebar Hikmah Ramadan (THR) sebagai himpunan artikel-artikel Kompasianer yang terkait dengan segala macam aktivitas Kompasiana di bulan Ramadan.

Tahun ini, THR kembali hadir namun dengan nuansa yang sedikit berbeda. Kali ini Kompasiana akan membagi-bagikan tunjangan hari raya  untuk Kompasianer yang aktif menulis di Kompasiana selama bulan Ramadan, dari iPhone X, Sepeda, hingga uang jutaan rupiah dan puluhan merchandise akan tersedia buat kalian yang ikut serta menyemarakan bulan Ramadan di Kompasiana.

Samber! (Satu Ramadan Bercerita). Melalui nuansa yang baru ini, seluruh Kompasianer kami ajak untuk menuliskan artikel setiap hari satu artikel selama satu bulan penuh di bulan Ramadan. Semakin rajin menulis, semakin besar peluang kalian untuk mendapatkan hadiah utama. 

SYARAT DAN KETENTUAN

  • Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di Kompasiana.com
  • Setiap Kompasianer wajib menulis satu artikel di tiap harinya sesuai tema yang ditentukan selama 32 hari penuh di bulan Ramadan dan Lebaran
  • Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat), dan tidak sedang dilombakan di tempat lain)
  • Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana.

TEMA HARIAN:

  • 15 Mei 2018: Persiapan awal Ramadan (Label: thrkompasiana1)
  • 16 Mei 2018: Target di bulan puasa (Label: thrkompasiana2)
  • 17 Mei 2018: Serunya berburu takjil favorit (Label: thrkompasiana3)
  • 18 Mei 2018: Aktivitas seru saat sahur (Label: thrkompasiana4)
  • 19 Mei 2018: Bukber bersama kerabat (Label: thrkompasiana5)
  • 20 Mei 2018: Jelajah masjid favorit (Label: thrkompasiana6)
  • 21 Mei 2018: Atur stamina saat bekerja di bulan puasa (Label: thrkompasiana7)
  • 22 Mei 2018: Mystery topic 1 (Label: thrkompasiana8)
  • 23 Mei 2018: Romantisme keluarga di bulan puasa (Label: thrkompasiana9)
  • 24 Mei 2018: Lokasi ngabuburit favorit (Label: thrkompasiana10)
  • 25 Mei 2018: Pro dan kontra warung yang buka saat Ramadan (Label: thrkompasiana11)
  • 26 Mei 2018: Menu sahur terbaik (Label: thrkompasiana12)
  • 27 Mei 2018: Pasar dadakan di bulan Ramadan (Label: thrkompasiana13)
  • 28 Mei 2018: Pengeluaran di bulan Ramadan, boros atau tidak? (Label: thrkompasiana14)
  • 29 Mei 2018: Mystery topic 2 (Label: thrkompasiana15)
  • 30 Mei 2018: Fiksi Ramadan (Label: thrkompasiana16)
  • 31 Mei 2018: Outfit terbaik di bulan Ramadan (Label: thrkompasiana17)
  • 01 Juni 2018: Minuman dingin favorit (Label: thrkompasiana18)
  • 02 Juni 2018: Mitos dan fakta yang terjadi selama bulan Ramadan (Label: thrkompasiana19)
  • 03 Juni 2018: Cerita masa kecil di bulan Ramadan (Label: thrkompasiana20)
  • 04 Juni 2018: Pro dan kontra saat Sahur on the Road (Label: thrkompasiana21)
  • 05 Juni 2018: Mystery topic 3 (Label: thrkompasiana22)
  • 06 Juni 2018: Suka duka soal THR (Label: thrkompasiana23)
  • 07 Juni 2018: Mudik? Kalau nggak, kemana? (Label: thrkompasiana24)
  • 08 Juni 2018: Hadiah lebaran paling berkesan (Label: thrkompasiana25)
  • 09 Juni 2018: Spot belanja lebaran paling favorit (Label: thrkompasiana26)
  • 10 Juni 2018: Malam di bulan Ramadan (Label: thrkompasiana27)
  • 11 Juni 2018: Pro dan kontra "salam tempel" untuk anak (Label: thrkompasiana28)
  • 12 Juni 2018: Mystery topic 4 (Label: thrkompasiana29)
  • 13 Juni 2018: Hari menjelang lebaran (Label: thrkompasiana30)
  • 14 Juni 2018: Aktivitas Idul Fitri (Label: thrkompasiana31)
  • 15 Juni 2018: Aktivitas Idul Fitri (Label: thrkompasiana32)

MEKANISME

  • Tulisan tidak lebih dari 1500 kata
  • Kompasianer wajib share artikelnya ke media sosial masing-masing (Facebook, Twitter, Instagram) dan mention akun Kompasiana.
  • Setiap minggunya, akan ada Mystery Topics yang harus ditulis Kompasianer (diumumkan sehari sebelumnya di Facebook, Twitter, dan Instagram Kompasiana)
  • Pilih kategori "Tebar Hikmah Ramadan"  dan sub-kategori yang disesuaikan dengan tema artikel di laman dashboard menulis
  • Peserta wajib mencantumkan label khusus: samberthr lalu diikuti dengan label harian: thrkompasiana1, thrkompasiana2, thrkompasiana3, dst. pada setiap artikel untuk membedakan artikel di setiap harinya. Detail label bisa disimak dalam daftar tema di atas.
  • Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan hari dan tema tidak akan masuk dalam penilaian.
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.
  • Pemenang akan diumumkan 14 hari kerja setelah campaign berakhir.

PARAMETER PENILAIAN

  • Setiap artikel akan dinilai oleh Tim Kompasiana dan nilai akan diakumulasi pada akhir penyelenggaraan campaign ini. Setiap artikel akan dihitung dengan skala nilai sebesar 1-10
  • Kompasianer dengan nilai tertinggi dan konsisten menulis selama satu program penuh berpeluang mendapatkan hadiah utama.
  • Bonus poin nilai sebesar 50 poin apabila Kompasianer berhasil melewati minimal 15.000 Pvs dari total artikel
  • Jika Kompasianer gagal dalam menulis selama satu program penuh berturut-turut, tidak bisa mendapatkan hadiah utama. Namun masih berpeluang mendapatkan hadiah lainnya berdasarkan akumulasi nilai.

HADIAH UTAMA

Satu unit iPhone X
Satu unit WimCycle Fatman

HADIAH LAINNYA
Uang tunai Rp 1.000.000 untuk 10 orang pemenang
Mistery Prize untuk 4 orang pemenang di setiap Mistery Topic

Jadi, sudah siap SAMBER THR dari Kompasiana? Ayo tuliskan ceritamu yang menarik dan inspiratif seputar Ramadan di Tebar Hikmah Ramadan Kompasiana dan menangkan hadiahnya! (RD)

-------------

*Selama bulan Ramadan periode K-Rewards juga telah berjalan. Jadi secara otomatis sudah ada tunjangan hari raya yang siap dikirim ke amplop lebaran kalian. Simak info lengkapnya: [K-Rewards Edisi Ramadan]





Baca juga:
Setelah Bom Meledak di Surabaya, Bali Cemas lantaran Ditinggal Turis Asing
Sinar Mas Siap Atasi Karhutla demi Penyelenggaraan Asian Games 2018
Libur Awal Puasa untuk Sekolah di Surabaya diperpanjang

Fitur Favorit, Menyimpan Artikel yang Anda Sukai atau Baca Nanti

$
0
0

Simpan Artikel yang Anda Suka di Menu Favorit

Ketika Anda menelusuri deretan artikel Kompasiana, pasti ada artikel yang memang benar-benar Anda sukai. Anda ingin membacanya berulang-ulang, mungkin sebagai memori yang akan diulang di beberapa tahun kemudian, atau ada artikel yang menjadi inspirasi Anda menulis hingga saat ini. Apapun alasannya, pasti Anda menyukai minimal satu artikel yang dimiliki orang lain. Namun, di kemudian hari Anda sulit menemukannya kembali karena tenggelam dengan artikel-artikel lainnya.

Memudahkan masalah tersebut, di awal tahun 2018 Kompasiana menambah satu fitur tambahan yang sederhana namun cukup menarik dari segi fungsi. Melalui menu Favorit, Anda dapat menyimpan seluruh artikel yang Anda sukai. Anda hanya cukup menekan tanda + atau melalui halaman baca artikel Anda bisa menekan tombol Favorit di bagian atas artikel.

Artikel yang sudah Anda favoritkan, akan terkumpul di profil Anda.

Hari ini kami baru meluncurkan tombol favorit sebagai langkah ujicoba. Dalam beberapa hari ke depan, kami akan munculkan satu tab menu favorit di profil Anda. 

Selamat Mengeksplorasi, Kompasianer!

---

Kevinalegion
Digital Product Specialist




Baca juga:
Lagu Kebangsaan yang Menjaga Nasionalisme Kita
Yuk Jajal Taman Hutan Raya (Tahura) Peninggalan Soeharto di Kaltim!
Asian Games, Perjalanan Panjang Asia, 67 Tahun Pamerkan Kekuatan

Tentang Gunung Sindoro dan Sepotong Roti Pemberi Semangat

$
0
0

Dokumentasi pribadiSebuah pesan di group whatsapp menanyakan kembali keikut-sertaan saya ke Gunung Sindoro. Setelah sebelumnya tidak ikut perjalanan mendaki ke Gunung Sumbing, kali ini saya menyatakan untuk bergabung dengan team Pecel Sosis (Pendaki Cepat Lelah Sok Narsis) untuk pendakian ke Gunung Sindoro, Jawa Tengah. 

Tapi keraguan-raguan muncul karena lagi karena kondisi anak yang sakit amandelnya dan kemungkinan perlu di operasi. Itu sebabnya teman-teman di Pecel Sosis ingin memastikannya lagi, apakah saya jadi ikut atau tidak? Dan pada akhirnya saya nyatakan ikut. Itupun karena dokter memastikan kalau anak saya masih bisa diberikan obat sambil di observasi.

Kamis, 10 Mei 2018

Tepat di hari libur, Kamis tanggal 10 Mei 2018, jam 14:00 saya dan Alfons berangkat dari rumah menuju shelter bus yang akan membawa kami menuju Wonosobo. Toto belum datang saat itu sehingga kami memutuskan untuk minum kopi terlebih dahulu sambil menunggu Toto datang. 

Selang 20 menit, wajah Toto dengan jaket dan topi rimbanya muncul. Ikut dengan kami memesan secangkir kopi, lau kami lanjutkan dengan obrolan ringan sambil menunggu jam bus datang. Rencana keberangkatan jam 16.00 terpaksa berubah. Ini disebabkan karena bus yang sedianya akan membawa kami ke Wonosobo mengalami gangguan dan entah kapan bisa datang menjemput kami. Akhirnya kami putuskan untuk mengganti bus dengan jurusan yang sama. Kamipun akhirnya bisa berangkat sekitar jam 16.45

Jumat, 11 Mei 2018

Bus Sinar Jaya yang kami tumpangi akhirnya tiba di Terminal Mendolo, Wonosobo jam 4.45. Rupanya Roni (biasa kami panggil Koh Roni) yang berangkat terpisah dengan kami dari Serang, Banten, sudah tiba satu jam lebih dulu dari kami. 

Dokumentasi pribadiSeperti biasa, secangkir kopi dan beberapa gorengan kami lahap sambil menunggu pagi. Tidak lupa kami jalankan kewajiban kami yang muslim dengan sholat subuh disalah satu warung yang ada di depan kami. Sayangnya dua sahabat kami Doni dan Eri tidak bisa ikut pendakian kali ini dengan alasannya masing-masing.

Terminal Mendolo ini tidak begitu besar. Namun sejuk karena memang berada di kawasan pegunungan. Terminal ini sendiri sudah berada di ketinggian 783 mdpl. Sambil menikmati suguhan pagi itu, mata kami dimanjakan oleh pemandagan alam yang luar biasa. Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro terlihat tinggi besar menjulang dan saling berhadap-hadapan. Seolah mengapit kami sambil meniupkan hembusan angin nan sejuk. 

Sejenak saya lupa kalau tanggal ini adalah tanggal kelahiran Istri saya tercinta. Begitu sadar, segera saja saya hubungi Istri dirumah untuk mengucapkan ulang tahun. Dari belakang suara-suara fals ikut menghiasi ucapan saya. Ya, teman-teman Pecel Sosis ternyata ikut-ikutan mengucapkan ulang tahun walau tidak secara langsung. Terima kasih teman-teman.

Setelah menyiapkan segala sesuatunya, termasuk makan siang, kami akhirnya berangkat menuju Gunung Sindoro dengan menggunakan mini bus.

Dengan membayar sepuluh ribu per-orang, kami diantar sampai pos gerbang atau basecamp Kledung tepat jam 7.30 di Pos ini pula kami menunggu teman-teman dari Salatiga yang nantinya akan membantu kami dalam pendakian. Ternyata teman-teman kami itu: Wahyu, Nawawi dan Ari sudah sampai duluan di Pos. Namun mereka di ruang dalam. Semantara kami di warung makan (hah, makan lagi?). Itu sebabnya gak ketemu.

Wahyu, Naw dan Ari kemudian membantu kami untuk segala persiapannya. Wahyu dan Naw mem-packing kembali bawaan kami yang berat-berat untuk disatukan dalam tas ransel mereka. Sementara Ari melakukan pendaftaran pendakian untuk kami bertujuh. Selesai. Dokumentasi pribadi

Jam 09:45, saatnya kami berangkat dan mulai mendaki. Kamipun memilih menggunakan ojek motor sampai Pos Satu. Eitss.. jangan diketawain ya.. Kok pendaki naik ojek? Nah ini yang akan saya tekankan. Naik ojek ini (begitupun nanti pulangnya) dari basecamp ke Pos Satu merupakan pilihan tepat lho. Beneran!! Jarak, waktu dan tenaga yang bisa dihemat jauh banget.

Jarak bisa sampai empat kilo. Waktu? Bisa satu jam lebih karena jalan terus mendaki tanpa ada bonus sedikitpun. Tenaga? Apa lagi... Jadi kesimpulannya jangan gengsi. Pilihlah aku jadi pacarmu.. eh maksudnya pilih ojek deh, jauh lebih ringan :-)

Tiba di Pos Satu kami tidak beristirahat (lha iya, udah naik motor masih mau istirahat juga? keterlaluan... :-) ). Kami lanjutkan pendakian menuju Pos Dua. Jalur yang kami tempuh masih berupa tanah keras namun mendaki. Kemiringan saya perkirakan sekitar tiga puluh derajat.

Walau tidak membawa beban berat sebagaimana Wahyu, Ari dan Naw, tetap aja kami kewalahan. Tracking pole yang kami bawa rupanya cukup membantu. Tapi tetap saja kami beberapa kali harus beristirahat. Harus kami akui, kami bukan lagi "tulang lunak" yang bisa naik turun Gunung dengan mudahnya. Tulang tua kami sudah tidak bisa dibohongi. Rasanya cuma Alfons yang gak kelihatan capek. Hebat juga tuh orang, hehehe...

Di tengah perjalanan kami menuju Pos Dua, kami sempat mendapat khabar kalau Gunung Merapi meletus. Signal telepon seluler saat itu masih dapat kami tangkap dengan baik sehingga kami tahu khabar itu. Sejenak kami palingkan wajah kami ke belakang. Tampak Gunung Sumbing berdiri gagah.Dokumentasi pribadiSementara tampak kecil dibelakangnya kepulan asap dari Gunung Merapi membumbung ke atas. Serempak kami berdoa agar tidak ada pendaki disana yang mengalami masalah. Termasuk rekan kecil kami, Elsa, yang memang saat itu sedang berada di Merapi. Setelah tahu Elsa aman, kami lanjutkan pendakian. 

Jam 10.20 kami akhirnya tiba di Pos Dua. Berisitrihat sejenak. Makan coklat, foto-foto dengan latar belakang Gunung Sumbing, minum dan ngemil menemani istirahat kami. Tidak lama sih, karena kami mengejar waktu untuk sampai di tempat kami mendirikan tenda nanti. 

Lanjut lagi perjalanan kami menuju Pos Tiga. Jalur semakin tidak bersahabat bagi kami. Bebatuan besar dengan jarak pijakan yang semakin lebar, sukses membuat kami semakin lambat bergerak. Kemiringanpun semakin terjal. Mungkin empat puluh sampai 50 derajat.

Saya, Roni dan Toto berlomba-lomba dalam masalah kelambatan, hahaha.. Alfons? Gak usah dibahas ya.. Tuh orang kaya gak punya udel, gak ada capeknya, ampun deh... Dokumentasi pribadiDua jam pendakian. Akhirnya kami tiba di Pos Tiga jam 12.30. Rasanya seperti melihat telaga murni dengan susu dan madu didalamnya. Itu yang saya bayangkan saat melihat tanah datar di Pos Tiga dengan sebuah warung ditutupi terpal plastik diatasnya. Sementara di sekitarnya banyak tenda-tenda berdiri.

Sebagian merapikan bawaan dan tendanya. Entah untuk turun atau lanjut ke tempat istirahat berikutnya. Saya gak begitu peduli. Saya cuma ingin istirahat sambil minum. Akhirnya kami berlima (minus koh Roni dan Ari) masuk ke warung tersebut. Toto dan Alfons langsung melahap tempe mendoan.

Sementara Wahyu dan Naw masing-masing menyiapkan kopi dan makan siang. Nasi bungkus yang sudah kami siapkan sejak di Terminal Mendolo menjadi menu yang paling nikmat saat itu. Tidak lupa kami sisakan dua bungkus untuk Koh Roni dan Ari. 

Dokumentasi pribadiDokumentasi pribadiTidak berapa lama, rombongan dari Bogor yang sempat bertemu kami di Pos Dua muncul. Mereka itu bertiga dengan satu perempuan. Yang saya ingat hanya yang wanita aja. Corry namanya. Ya iyalah.. ngapain juga inget nama yang pria, gak penting hahaha... Mereka ikut berteduh dan beristirahat di warung Bu Kuat.

Selang lima belas menit, sosok gempal dan tangguh layaknya Obelix itu akhirnya muncul juga. Koh Roni dan Ari tiba. Tanpa disuruh, langsung masuk ke warung Bu Kuat dan merebahkan badannya yang aduhai itu. 

Sama seperti kami, Koh Roni pun akhirnya menikmati makan siang di warung Bu Kuat itu. Tapi kali ini mereka berbagi dengan Corry juga. Itulah nikmatnya jadi pendaki. Tidak pernah kami menemukan musuh. Yang ada menjadi teman dan persaudaraan (Jadi inget Tita, Elsa dan Silvi di Gunung Lawu atau baca juga di sini)

Cukup lama kami istirahat di Pos Tiga. Hampir dua jam. Tepatnya baru merangkak naik lagi menuju Sunrise Camp jam 14.10. Sunrise Camp adalah tempat yang memang ditujukan untuk mendirikan tenda bagi semua pendaki Gunung Sindoro. Lokasi diketinggian 2423 mdpl itu cukup luas, terbuka, dengan udara yang sejuk dan pemandangan yang indah. 

Hampir semua tenda menghadap ke arah yang sama: Timur. Dari sana kita bisa melihat besar dan gagahnya Gunung Sumbing, serta kecil dan cantiknya Gunung Merbabu, Lawu, Merapi dan Ungaran. Belum lagi pesona dan samudra awan yang membalut semua Gunung-gunung itu. Masya Allah... semoga foto-foto dokumentasi di cerita ini bisa menggambarkan itu semua ya...Dokumentasi pribadi

Jam 14.30 kami berlima (saya, Toto, Alfons, Koh Roni dan Ari) tiba di Sunrise Camp. Dua tenda kami sudah berdiri karena Naw dan Wahyu memang lebih dulu berangkat dari Pos Tiga. Cekatan sekali mereka. Tenda rapih serta semua alat masak berikut bekal makanan dan minuman sudah siap untuk diolah. 

Kami lebih memilih menikmati kopi dan susu jahe daripada makan. Suasana sejuk segera menghilangkan rasa penat dan lelah kami semua. Suhu udara saat itu tercatat 18 derajat celcius dan terus turun ketika malam sampai 9 derajat celcius!! Waktu malam aja saya gak kuat nahan dingin. Sampai Koh Roni mengira saya kesambet karena begitu menggigilnya. Lha iya menggigil, lha wong saya Cuma pakai base layer dibalut baju kaos. Sementara yang lain sudah berjaket ria. Duh.. sok-sok-an sih :-).

Tidak bisa kami lewati malam itu begitu saja. Selepas makan malam dan sholat, kami semua berkumpul disekitar tenda untuk saling ngobrol dan bercanda. Kentang goreng dan beragam minuman hangat jadi teman kami juga malam itu. Saya lebih banyak menikmati pemandangan malam. 

Walau gelap, Gunung Sumbing masih dapat kami lihat dengan jelas karena dibantu cahaya bulan sabit dan jutaan sinar bintang. Dari kejauhan saya melihat sebuah garis kecil yang tampak terang dan bergerak. Ternyata itu rombongan para pendaki Gunung Sumbing yang sepertinya hendak naik ke tempat mereka berkemah.

Dokumentasi pribadi

Saya membayangkan film Lord of The Ring yang salah satu adegannya menggambarkan hal serupa: ribuan obor para Orc atau Uruk-Hai yang melintasi hutan Fangorm untuk mengejar para hobbit yang sudah mendaki Gunung Doom di Mordor untuk mengembalikan cincin yang punya pengaruh jahat.

Pemandangan lainnya yang tak kalah hebat adalah ribuan lampu pijar dari setiap bangunan yang berada di kaki Gunung Sindoro. Sekilas saya melihatnya persis seperti sebuah akar Gunung yang terang yang berasal dari lampu-lampu yang hendak merangkak naik Gunung Sindoro. Sayangnya saya tidak bisa mengabadikan potret ini karena keterbatasan kamera yang saya miliki (maklum cuma pakai HP :-) ). Silahkan datang sendiri ke Sunrise Camp jika ingin melihat sendiri apa yang saya ceritakan tadi, hehehe..

Akhirnya kami putuskan untuk tidur cepat malam itu karena kami tahu kalau esok hari harus bangun jam 2 atau 3 pagi untuk mengejar sunrise di Puncak Gunung Sindoro. 

Alhamdulillah, ribuan bintang dan milky way menghiasi langit malam itu. Masya Allah... lagi-lagi kami mengagumi keindahan ciptaan Allah itu. Dan itu artinya tidak ada hujan yang turun yang mungkin saja bisa menggangu tidur kami. Termasuk irama dengkur Toto dan Alfons yang saling bersahutan sepanjang malam. Terasa merdu mengalahkan suara duet Raisa dan Isyana :-)

Terima kasih ya Allah untuk hari itu.

Sabtu, 12 Mei 2018

Toto bangun paling dulu, dan langsung membangunkan kami semua, termasuk tenda tetangga yang dihuni Wahyu, Naw dan Ari. Tanpa perlu banyak diingatkan lagi, kami semua bergegas untuk menyiapkan keperluan pendakian summit. Jam pagi itu menunjukkan 03.20 ketika kami mulai berjalan perlahan ditengah kegelapan. 

Hanya Ari yang tinggal di tenda karena memang disiagakan untuk kebutuhan kami turun nanti. Dengan bermodal senter dikepala masing-masing, kami telusuri jalan berliku dan menanjak. Sekali lagi tidak ada bonus sama sekali. Batu terjal, akar pohon, kerikil kecil yang licin jadi pijakan kami. Dan tidak seperti sebelum-sebelumnya. Bagi saya pribadi, mungkin ini track yang paling ektrim yang saya lalui. Kesulitannya diatas bayangan saya. 

Saya pikir, Gunung Lawu sudah berat (kalau baca cerita saya tentang pendakian Gunung Lawu). Ternyata salah. Ini jauh lebih berat. Saya betul-betul kepayahan untuk menjejakkan setiap langkah kaki.

Hampir setiap tiga menit atau beberapa langkah, saya pasti berhenti untuk mengumpulkan tenaga dan nafas. Ini yang membuat saya tertinggal dibandingkan Toto, Alfons dan Wahyu. Koh Roni? Jangan diceritain deh, tahu sendiri kan dia, hahaha... Untungnya ada Naw yang setia menemani teman tangguh saya itu. Persis Rexona yang setia setiap saat.Dokumentasi pribadiUpaya lelah saya menghasilkan juga. Walau belum sampai puncak, Pos Empat akhirnya berhasil saya pijak tepat jam 05.15 pagi. Pos ini merupakan pos terakhir sebelum menuju puncak Sindoro. Pos ini berupa tanah datar yang kalau saya ukur luasnya sekitar 15 x 7 meter dengan sebuah tumpukan batu besar di depannya.

Batu inilah yang menjadi tempat pengambilan foto-foto keren dengan latar belakang pegunungan di Jawa Tengah. Sumbing, Merbabu, Merapi, Lawu, Ungaran adalah gunung-gunung yang nantinya akan menghiasi latar belakang foto-foto di Pos Empat ini. Saya, Toto, Alfons dan Wahyu-pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Beragam sudut dan gaya pengambilan foto kami lakukan. Setelah puas baru kami mulai mendaki lagi untuk segera mencapai puncak. Dokumentasi pribadiDokumentasi pribadiMasih dengan tenaga yang masih tersisa, saya terus mencoba berjalan meniti beragam pijakan yang ada. Kadang diselingi dengan merangkak dan memegang batu-batu yang ada disekitarnya. Jalan menuju puncak didominasi oleh kombinasi bebatuan besar dan kecil. Kadang menimbulkan debu. Dan ada pula batu-batu yang jatuh menggelinding dari atas.

Sama seperti Gunung Semeru, namun ini leih kasar bebatuannya. Dari kejauhan saya lihat Koh Roni sudah sampai di Pos Empat dan sedang asyik bergaya untuk foto-foto. Saya senyum-senyum sendiri melihatnya. Dan ketika menengok keatas, saya lihat Alfons yang gak punya udel dan capek itu terus aja jalan dengan santainya. Duh tuh orang, kakinya dibuat dari apa sih? 

Rasanya inilah puncak dari segala kelelahan saya. Bebatuan terjal, licin dan kemiringan hampir 60 derajat rupanya membuat perlawanan saya berakhir.

Pada sebuah batu saya bersandar. Sebetulnya saya sudah meilhat Sang Saka Merah Putih berkibar dengan gagahnya. Dibelakangnya ada sekumpulan asap dari kawah belerang yang terbang seolah memanggil. Itulah tanda dari puncak Gunung Sindoro. Paling sekitar 30 meter lagi dari tempat saya bersandar. Tapi apa daya, seluruh kekuatan saya sudah hilang. Wahyu yang menyadari saya duduk dengan nafas yang terengah-engah, mencoba memberikan semangat.

"Ayo Om, dikit lagi. Pelan-pelan aja, nanti juga sampai" katanya memberikan semangat sambil menyodorkan minuman. 

"Duluan deh Yu, temani Om Alfons dan bantuin dia foto-foto dipuncak. Saya disini aja, udah gak kuat" jawab saya pelan. Dan memang betul, ketika itu saya berfikir bahwa cukup sampai disini aja, gak perlu ke puncak. Toh sama aja, melihat bendera di Pucak sama dengan berada disana bathin saya.Dokumentasi pribadiKetika itu pula tiba-tiba Toto datang menghampiri untuk kemudian duduk persis disamping saya. Sama halnya dengan Wahyu, saya bilang ke Toto kalau saya cukup sampai disini aja. Sudah gak kuat naik keatas. Toto hanya senyum dan kemudian bilang kalau jalan pelan-pelan aja. Nanti juga sampai. Yang akan selalu saya ingat, Toto kemudian mengeluarkan dua potong roti dengan isi coklat didalamnya. Satu diberikan ke saya. Satu lagi dia makan. Walau roti itu sempat jatuh ke tanah, tetap saja Toto nikmati roti itu. Begitu juga dengan saya.

"Biar tambah semangat bro.." kata Toto sambil mengunyah rotinya.

Dan betul saja, roti itu seperti memberikan tenaga ekstra buat saya. Ini yang saya makan sebetulnya roti atau powerbank sih? Hahahaha... Setelah habis roti itu saya makan, dengan mengucap bismillah, saya kumpulkan tenaga, berdiri dan memulai lagi langkah gontai menuju puncak.

Perlahan tapi pasti, sambil sesekali merayap, tepat di jam 07.00 pagi, akhirnya puncak Sindoro di ketinggian 3153 mdpl berhasil saya pijak. Saya mengucapkan syukur kepada Allah sambil tidak lupa saya cium bendera Negara dan Bangsaku itu. Alhamdulillah... Terima kasih ya Allah.Dokumentasi pribadiDokumentasi pribadiDokumentasi pribadiSesi selanjutnya tidak lain dan tidak bukan adalah hanya foto dan foto. Termasuk mengabadikan ucapan selamat ulang tahun untuk istriku di puncak Gunung Sindoro untuk nanti saya berikan lewat whatsapp ketika ada singnal. Begitupun juga dengan Koh Roni. Si Obelix ini pada akhirnya juga sampai di puncak walau paling akhir dari rombongan Pecel Sosis...

Yeayy... Pecel Sosis berhasil sampai puncak Sindoro!Dokumentasi pribadiDokumentasi pribadiPuas berfoto ria, kami semua memutuskan turun dari puncak. Saat itu waktu menunjukkan jam 08.45. Nah kalau urusan turun, Toto sangat berbeda dengan naik. Dia dan Alfons seolah saling berlomba duluan-duluan untuk turun. Sedangkan saya dan Koh Roni? Sami mawon, lelet bin lemot. 

Ditambah lagi masalah klasik saya yaitu lutut alias dengkul yang linu atau ngilu saat turun. Beda dengan naik, lutut saya tidak masalah. Hanya otot kaki saja yang pegal-pegal. Sedangkan turun? Masalahnya jadi double, otot kaki dan juga persendian di lutut. Alhasil saya beberapa kali jatuh karena tidak kuat menahan ngilu tersebut. Salah satunya saya sempat jatuh membentur batu. Lumayan sakit. 

Tapi gak apa, asal cepat sampai. Beragam gaya jalan turun saya lakoni lho. Mulai dari jalan normal, lalu berpegangan pada batu-batu dengan satu tangan menyanggah badan, satu tangannya lagi memegang tracking pole, turun duduk alias pantat dijadikan penyanggah, turun dengan kedua tangan menyanggah batu (tracking pole sudah saya lempar duluan kebawah), jalan miring kanan, jalan miring kiri, jalan zig-zag, sampai jalan mundur. Semua saya lakuin untuk mengurangi beban dan rasa sakit di lutut. Alhamdulillah akhirnya sampai juga di Sunrise CampDokumentasi pribadiHanya untuk berganti baju dan sedikit makan saja kami disana. Selanjutnya tepat jam 12.00 siang bolong, kami merangkak turun. Tidak berkurang sedikitpun kesulitan kami karena memang medan yang kami tempuh tidak berubah.

Curam, terjal, bahkan terkadang licin jadi teman kami. Singgah sebentar di warung Bu Kuat di Pos Tiga hanya untuk menikmati tempe mendoan dan memesan teh bekal minum di jalan, seterusnya kami telusuri lagi jalan turun menuju basecamp. Selisih jarak antara Toto dan Alfons versus saya dan Roni cukup jauh. 

Biarlah, saya gak akan memaksa untuk cepat sampai karena memang segala penderitaan sedang saya emban saat itu, hihihihi... Lho Wahyu, Naw dan Ari kemana? Oh mereka dibelakang karena memang ketika turun kami berempat duluan. Mereka bertiga mengurusi tenda dan perlengkapan lainnya. Tapi jangan ditanya dan diraguin ya. Dengan barang bawaan yang banyak dan berat, tetap saja langkah mereka pasti, kuat dan cepat. 

Mereka akhirnya berhasil menyusul kami berempat dan sampai di Pos Satu lebih dulu dari kami. Duh tahu gitu, mending tadi minta gendong ya sama mereka, hahaha...

Singkatnya, kami semua tiba di Pos Satu untuk kemudian sama-sama menaiki ojek motor yang sudah tersedia disana. Sekali lagi, naik ojek motor ini adalah keputusan yang tepat! Bayangin aja kalau kami harus jalan lagi empat kilo untuk mencapai basecamp. No way!!!! Dan akhirnya semua tiba dengan selamat di basecamp Kledung jam 13.45.Dokumentasi pribadi

Istirahat dan merapikan kembali bawaan kami adalah kegiatan yang selanjutnya kami lakukan. TIdak lupa untuk membersihkan diri ala kadarnya agar tidak terlalu dekil mengingat kami harus mengejar Bus yang ada terminal Mendolo, khususnya yang akan mengantar Koh Roni ke Serang, Soalnya bus yang kesana jarang. Beda dengan yang ke Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok dan wilayah jabotabek lainnya yang memang busnya sangat banyak. 

Akhirnya, perjalanan kami ke Gunung Sindoro tuntas juga. Jam 4 saya dan Alfons sudah nik bus menuju Depok / Bogor. Sementara Toto memutuskan untuk menenami Koh Roni mengambil bus jurusan Kampung Rambutan.

Terima kasih teman-teman Pecel Sosis (minus Doni dan Eri) yang sudah memberikan satu lagi pengalaman berharga buat saya.

Terima kasih untuk semangat dan kebersamaannya, khususnya Toto dengan roti pemberi semangat tadi.

Terima kasih dan terima kasihDokumentasi pribadi

Depok, 16 Mei 2018

-Yudi R. Irawan-




Baca juga:
Selamat Jalan Wahyu Suprihadi Eko Sasono
Lagu Kebangsaan yang Menjaga Nasionalisme Kita
Yuk Jajal Taman Hutan Raya (Tahura) Peninggalan Soeharto di Kaltim!

Cegah Penyebaran HIV/AIDS melalui Wanita Penghibur yang Mudik

$
0
0

Ilustrasi (Sumber: bc.ctvnews.ca)

Memasuki bulan puasa dan menjelang lebaran biasanya cewek-cewek yang bekerja di tempat-tempat hiburan di kota-kota besar akan pulang kampung. Ini bisa dimanfaatkan dalam penanggulangan HIV/AIDS.

Dengan menjalin kerja sama antara daerah-daerah asal cewek-cewek penghibur dengan daerah tempat mereka bekerja bisa dilakukan survailans tes HIV yang dilanjutkan dengan tes HIV. 

Atau langsung dilakukan tes HIV tapi harus taat asas yaitu menjalankan standar prosedur tes HIV yang baku, yaitu: konseling sebelum dan sesudah tes HIV, persetujuan (informed consent), hasil tes hanya diberikan kepada ybs.

Jika hasil tes positif petugas dari daerah asal cewek penghibur mendampingi mereka dengan memberikan berbagai informasi tambahan agar mereka tidak melakukan perilaku yang bisa menularkan HIV di daerahnya. 

Bagi yang mempunyai suami diberikan bimbingan agar tidak menularkan ke suami. Tentu saja suami cewek itu pun harus diadvokasi juga agar siap menerima istrinya dengan kondisi mengidap HIV/AIDS (Baca juga: PSK Mudik Lebaran: Ada yang Bawa AIDS sebagai Oleh-oleh).

Yang perlu diperhatikan adalah informasi tentang status HIV cewek tidak boleh bocor agar tidak menimblkan kegaduhan di kampung halaman cewek-cewek itu. Hanya konselor atau petugas dari daerah asal cewek itu saja yang mengetahui status HIV cewek penghibur yang mereka dampingi.

Pemprov Riau pernah membuat gaduh Karawang, Jawa Barat, ketika mengirimkan hasil survailans tes HIV terhadap pekerja seks komersial (PSK) adal Karawang di beberapa lokasi pelacuran di sana (tahun 1990-an).

Entah bagaimana informasi tentang 4 (empat) PSK asal Karawang yang dipulangkan bocor ke wartawan. Maka, rumah 4 PSK itu pun diserbu wartawan dan petugas dari berbagai instansi Pemkab Karawang dan Pemprov Jabar.

Yang tidak masuk akal berita tentang 4 PSK itu tersebar luas dengan bumbu-bumbu moral, tapi 4 PSK itu justru belum sampai ke rumahnya. 

"Saya bingung, Pak. Anak saya ditulis di koran macam-macam padahal dia masih di Riau," kata seorang penduduk Cibuaya, Karawang.

Begitu juga dengan salah satu dari 4 PSK itu. "Saya tidak pernah diwawancarai wartawan, kok bisa-bisanya berita tentang saya ditulis," kata perempuan warga Tempuran, Karawang.

Keluarga dua perempuan itu benar-benar jadi objek banyak kalangan sehingga mereka menderita lahir dan batin. Keluarga perempuan Cibuaya berpindah-pindah karena terus-menerus jadi sasaran amukan warga dan kejaran wartawan. (Baca juga: Media Massa Menceraiberaikan Keluarga Kartam*).

Sedangkan perempuan di Tempuran jadi sapi perahan banyak kalangan. Ketika dia meninggal pun keluarga menghadapi masalah (Baca juga: Sudah Terinfeksi HIV Disakiti Pula* dan Derita Panjang Seorang Odha).

Maka, kalau ada daerah asal cewek-cewek penghibur yang menjalin kerja sama untuk melakukan tes survailans HIV atau tes HIV dengan daerah tempat cewek-cewek itu bekerja kerahasiaan harus dijamin agar tidak menimbulkan dampak buruk.

Mumpung masih ada rentang waktu sebelum terjadi eksodus pulang kampung, masih ada kesempatan menjalin kerja sama antara daerah asal cewek-cewek penghibur dan daerah tempat cewek-cewek itu bekerja.

Keuntungan dalam hal penanggulangan HIV/AIDS bukan hanya untuk daerah adal cewek-cewek penghibur, tapi juga tempat mereka bekerja. Pemerintah di daerah tempat cewek-cewek itu bekerja mempunyai data tentang jumlah cewek pengibur yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS sehingga bisa dijalankan langkah-langkah konkret untuk penanggulangan.

Pemerintah daerah tempat cewek-cewek penghibur itu bekerja bisa melakukan penyuluhan secara luas dengan materi data cewek penghibur yang mengidap HIV/AIDS. Masyarakat luas diingatkan bagi yang pernah melakukan hubungan seksual dengan cewek penghibur untuk menjalani tes HIV secara sukarela.

Sedangkan di daerah asal cewek-cewek penghibur itu bisa 'direm' melalui pendampingan agar tidak melakukan perilaku berisiko yang bisa menularkan HIV.

Dengan kondisi penyebaran HIV yang sudah terjadi di seluruh Nusantara dengan estimasi kasus kumulatif 620.000 (aidsdatahub.org), maka diperlukan langkah-langkah konkret yang luar biasa untuk menanggulangi penyebaran HIV agar tidak jadi 'ledakan AIDS'. *




Baca juga:
Adisa dan Mikha
Selamat Jalan Wahyu Suprihadi Eko Sasono
Lagu Kebangsaan yang Menjaga Nasionalisme Kita

Mengenal Margi, Sang Pembuat Canang Sari

$
0
0

Margi dan canang sari hasil karyanya yang dijadikan pelengkap sajen.(Dokumen Pribadi)

Canang sari menjadi kebutuhan paling penting untuk segala macam prosesi keagamaan di Bali, maka tak heran canang sari telah menjadi kebutuhan pokok bagi umat Hindu.

Mereka memerlukannya karena harus ada dalam perlengkapan sajen yang pada intinya harus terdiri dari buah, daging, bunga, pamor dan perlengakapan lain. Cananglah yang paling dominan dan warnanyapun harus lengkap mulai dari merah, hijau, kuning dan putih.

"Saya sudah 20 tahun menjual canang disini sejak canang satu tas kresek masih Rp 500 sampai sekarang menjadi Rp 5000 perkreseknya," ungkap Ketut Margi, 55 tahun penjual canang sari di pasar Kemenuh Gianyar.

Dia biasanya mendapatkan aneka bahan canang sari yang terdiri dari kembang gumitir, pacah, jepun, sandat sampai cempaka itu dari sekitar kampungnya di Kemenuh.

Dia mengumpulkannya dari para petani kembang yang banyak bertebaran di sekitar persawahan di Sibang, Angantaka sampai ke Peguyangan. Seharinya dia membeli tak kurang dari satu kaping gumitir, satu keranjang pacah atau pacar cina sedangkan kenanga dan cempaka hanya satu kapar.

"Yang paling banyak adalah gumitir dan pacah itu karena petani biasanya tak pernah berhenti berproduksi apalagi kalau dekat hari raya atau purnama," ungkapnya.

Semua bahan itu kemudian ditata dengan ketelitian yang super, menggunakan perhitungan yang rumit. Tatakan canang bernama ceper, bentuknya segi empat. Kemudian diberi tebu, tampelan barulah diberi kembang aneka warna mulai dari kuning merah dan hijau. Pekerjaan merakit ini dilakukannya semalam suntuk dibantu suami dan menantunya.

Dia kemudian menjual canang sari buatannya itu di pasar Kemenuh sedari pagi buta, sekitar jam 5 dengan diantar oleh suaminya yang pegawai swasta di kawasan Ubung. Kemudian jam 12 siang ketika pasar mulai sepi dan tutup dia dijemput anaknya yang baru pulang dari sekolahan.

"Seluruh canang sari itu harus habis hari itu juga karena kalau tidak dia harus dibuang karen pasti layu bunga dan perlengkapan lainnya," ungkapnya.

Modalnya tak sampai Rp 100.000 kalau habis uang yang terkumpul sekitar Rp 200.000, keuntungan yang Rp 100.000 itu digunakan untuk menambah uang dapur setiap hari, untuk biaya anaknya sekolah atau sekedar ditabung untuk kebutuhan upacara adat.

Di Bali itu adatnya makin ketat, kalau dulu orang kawin cukup diberi kado gelas atau kain batik, sekarang harus ditambah dengan gula kopi dan uang dalam amplop, belum lagi kalau ada odalan bawaan makin banyak, atau saudaya yang kawin, jadi pengeluarannya kebanyakan mendadak dan membuat ibu-ibu jadi pusing setengah keliling.

Dan itu dialami oleh semua ibu yang ada di pasar Kemenuh, mereka berkeluh kesah karena minyak menghilang dan beras mau naik, juga harga daging ayam juga makin menggila.

"Tapi harga canang tak pernah bisa naik, paling menjelang galungan naiknya tak seberapa, karena kebanyakan petani kembang kehabisan stok," ungkap Margi.

Seharian berjualan canang tak membuat semangatnya menyusut secuilpun karena pekerjaan itu dianggapnya membantu banyak orang. Ada pembuat canang pemilik restorant yang menjadikan canang untuk hiasan atau orang kawinan dan upacara lain yang memang memerlukan canang.

"Rejeki dan hidup saya memang di canang ini, sebelumnya sudah pernah jualan makanan, jaualan plastik juga pernah tapi semaunya merugi, baru ketika jualan canang agak stabil karena tiap hari ada saja rejeki," tambahnya.

 "Jadi bukan saya saja yang menikmati rejeki dari kembang ini, ada petani kembang, pedagang janur dan banyak lagi yang ikut mendapatkan rejeki dari canang itu," ungkapnya.

Harum dan keindahan canang sari memang memberikan tebaran rejeki bagi banyak orang juga buat mereka yang menghaturkan canang entah di pura atau di perempatan jalan. Semuanya mengharapkan agar rejekinya dimurahkan dan kesehatannya dilipat gandakan juga.




Baca juga:
Melongok Jejak Bung Karno di Gorontalo
Adisa dan Mikha
Selamat Jalan Wahyu Suprihadi Eko Sasono

Ayo Sambut THR Kompasiana di Bulan Ramadan!

$
0
0

Tebar Hikmah Ramadan Kompasiana

Marhaban Ya Ramadan. Bulan Ramadan telah tiba! Bagi Kompasianer, menyambut bulan suci Ramadan dapat memberikan inspirasi dan motivasi sendiri untuk tetap produktif menulis.

Tentu akan ada banyak hal seputar Ramadan yang bisa dibagikan di Kompasiana. Mulai dari cerita atau reportase menarik seputar bulan suci Ramadan di sekitar, kiat-kiat sehat selama menjalani ibadah puasa, dan masih banyak yang lainnya.

Kompasiana menghadirkan microsite Tebar Hikmah Ramadan (thr.kompasiana.com) sebagai himpunan artikel-artikel Kompasianer tentang bulan suci Ramadan agar para pembaca bisa mendapatkan segala informasi yang menarik, inspiratif, dan bermanfaat dari Kompasianer.

Kompasianer punya cerita menarik seputar Ramadan? Tuliskan ceritamu dengan 3 (tiga) rubrik pilihan THR Kompasiana. Di antaranya:

Cerita RamlanCerita ramlanKompasianer bisa menuliskan artikel tentang momen Ramadan dan Lebaran tersedia di Rubrik "Cerita Ramlan". Mulai dari jelang Ramadan, selama Ramadan, hingga cerita menarik di hari raya Idul Fitri.

Sehat Saat PuasaSehat saat puasaSelain Kompasianer yang bisa menuliskan kiat-kiat menjaga kesehatan di bulan Ramadan, beberapa Kompasianer pakar kesehatan yang kami undang juga akan berbagi tips-tips sehat agar tetap lancar menjalankan ibadah selama bulan ramadan di rubrik "Sehat Bareng Pakar".

Fiksi IslamiFiksi IslamiSelain cerita dan reportase menarik seputar Ramadan, Kompasianer juga bisa berbagi karya fiksi ke rubrik "Fiksi Islami" dalam bentuk puisi dan cerpen, tentunya yang bertema suasana Ramadan. 

**

Tahun ini ada yang berbeda dari THR Kompasiana. Selain tiga rubrik utama di atas, Kompasiana juga akan berbagi hadiah menarik bagi Kompasianer yang konsisten menulis di Kompasiana lewat program SAMBER (Satu Ramadan Bercerita). Info lengkap bisa dibaca di sini.

Ayo berbagi kebaikan lewat tulisan menarik dan inspiratif di Kompasiana! Selamat menunaikan ibadah Puasa untuk seluruh Kompasianer dimanapun kalian berada. Semoga Ramadan tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. (ARD)




Baca juga:
Bom Ikan adalah Teror Dunia Perairan, Pelakunya Sudah Pasti Teroris
Melongok Jejak Bung Karno di Gorontalo
Adisa dan Mikha
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live