Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

Topik Pilihan: Dari Kasus Prostitusi hingga Debat Capres-Cawapres 2019

$
0
0

Foto: kompas.com

Media sosial ramai menggunjingkan peristiwa penangkapan seorang artis di sebuah hotel Surabaya, Jawa Timur pada Sabtu (5/1/2019). Penangkapan yang digawangi oleh Polda Jatim tersebut menduga keterlibatan sang artis dalam praktik prostitusi online. Selain itu, karena semakin dekatnya debat Capres- Cawapres 2019, kami juga mengajak Kompasianer untuk memberi opini tekait hal tersebut. Berikut Topik Pilihan Pekan ini:

1. Menyoroti Respons Kasus Prostitusi

Setelah menjalani pemeriksaan selama 24 jam, artis tersebut dipulangkan oleh pihak kepolisian. Selain itu polisi juga menangkap laki-laki yang dikabarkan memesan jasa tersebut.

Tetapi diskusi yang kemudian berkembang di media sosial ialah cemooh serta gurauan yang jamak ditujukan kepada si artis. Identitasnya juga lebih banyak beredar di ruang publik dibandingkan dengan identitas penyewanya.

Mengenai fenomena ini, Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Adriana Venny menyayangkan maraknya pengeksploitasian identitas dan penghakiman terhadap perempuan, mulai dari jajaran penegak hukum, media, hingga respons masyarakat.

Ini yang membuat perempuan tak hanya mendapatkan sanksi hukum, tetapi juga harus mendapat sanksi moral dari masyarakat, sehingga mesti mengucapkan permintaan maaf selepas diperiksa sebagai saksi.

Sebaliknya, "Mana itu pengusaha yang sewa jasanya? Mana ada pemberitaan tentang dia. Tidak ada sanksi moral buat dia [penyewa jasa]," ujar Direktur LBH Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan Siti Mazuma.

Kompasianer, bagaimana opini Anda menanggapi sikap aparat, media, dan masyarakat dalam fenomena kasus prostitusi online ini? Sampaikan opini atau reportase terkait topik berikut dengan menambahkan label TimpangSikapiProstitusi (tanpa spasi) pada setiap artikel.

2. Debat Putaran Pertama Capres-Cawapres 2019

Pemilu serentak pada 17 April 2019 tinggal menghitung hari. Terdapat 192 juta lebih pemilih terdaftar akan memilih presiden dan anggota DPR/DPD/DPRD.

Banyak yang mesti dipersiapan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai panitia penyelenggara. Dan seperti yang kita tahu, pada 17 Januari 2019, proses pemilu akan memasuki tahap penting: debat capres-cawapres putaran pertama.

Meski pertanyaan yang akan diberikan kepada masing-masing paslon sudah terlebih dulu diberikan KPU sebelum waktu debat, tetapi dalam format debat nanti akan dibagi menjadi 2 model pertanyaan yaitu terbuka dan tertutup.

Untuk model terbuka pertanyaan sudah lebih dulu diserahkan ke peserta sebelum penyelenggaraan debat. Sedangkan model tertutup yaitu pasangan calon mengajukan pertanyaan ke pasangan calon lainnya.

Ada 4 tema yang akan diperdebatkan pada debat putaran pertama ini, yakni Hukum, HAM, Korupsi, dan Terorisme. Dari keempat tema tersebut, mana yang menurutmu menarik untuk ditunggu argumentasi dan solusi yang ditawarkan oleh masing-masing paslon? Sampaikan opini/pendapat Kompasianer terkait topik berikut dengan menambahkan label DebatPertamaCapres2019 (tanpa spasi) pada setiap artikel.




Baca juga:
3 Tipe Gampang Kena Hoaks, Andakah Salah Satunya?
Di Kota Ini, Telepon Umum Hanya Tinggal "Booth"
Pantai Oetune, Keindahan di Balik Savana Timor

Cristiano Ronaldo Bawa Juventus Juara Supercoppa Italia

$
0
0

Ronaldo bawa Juventus juara Supercoppa Italia I Gambar : Gettyimages

Bola dari Miralem Pjanic membelah garis pertahanan AC Milan dan menemukan Christiano Ronaldo yang bergerak cepat menyambut dengan sundulan mautnya. Donnarumma sempat berusaha menghalau, tapi bola tandukan Ronaldo terlampau keras merobek jala AC Milan, 1-0 untuk Juventus. Gol tunggal Ronaldo yang membawa Juventus juara Supercoppa Italia.

Edisi ke-31 Supercoppa Italia yang berlangsung di Stadion King Abdullah, Jeddah, Arab Saudi, Kamis (17/1/2019) menjadi ajang yang amat penting bagi kedua tim yang berlaga di final, Juventus dan AC Milan. Juve datang ke laga ini sebagai peraih scudetto dan Coppa Italia sementara Rossenerri adalah runner-up Coppa Italia.

Bagi Juventus, trofi Piala Super ini menjadi target pertama yang diincar di musim ini, seperti yang dikatakan oleh bek tengah mereka, Leonardo Bonnuci.

"Ada keinginan kuat untuk membawa pulang trofinya karena itu merupakan misi pertama kami dan seperti biasa Juve bermain untuk menang," kata Bonucci di Football Italia, sebelum pertandingan.

Sedangkan bagi AC Milan, ajang ini dapat dikatakan menjadi pembuktian bahwa mereka masih dapat dianggap kompetitif dan juga bermental juara. Apalagi, AC Milan adalah peraih trofi terbanyak di ajang ini, menyaingi Juventus dengan sama-sama meraih 7 gelar juara.

Ambisi kedua tim ini tampak jelas  di lapangan. Di awal pertandingan, AC Milan  mengambil inisatif penyerangan terlebih dahulu. Dalam lima menit pertama, Patrick Cutrone, Hakan Chalnoglu dan Castillejo mampu merepotkan lini belakang Juventus yang dikomandoi Giorgio Chiellini.

Sesudah itu kedua tim perlahan-lahan mulai saling menyerang dengan Juve mulai lebih banyak mengendalikan pertandingan. Menguasai pertandingan, berbagai peluang berbahaya berhasil diciptakan Juve di babak pertama.

Seperti bola tendangan Jose Cancelo dan Douglas Costa yang bergulir tipis di samping tiang gawang penjaga gawang AC Milan, Donnaruma dan satu kali tendangan gunting, Ronaldo yang melayang tipis di atas mistar gawang.

Serangan AC Milan sendiri lebih banyak tertahan di luar garis kotak penalti. Meskipun demikian, hingga babak pertama terakhir skor imbang 0-0 masih bertahan.

Di babak kedua, AC Milan juga memulai laga dengan agresif. Bahkan di menit ke-47, Patrick Cutrone hampir membobol gawang Juve, jikalau bola tendangannya tidak menyentuh mistar gawang Juve yang dikawal Wojciech Szczesny.

Juventus seperti terbangun lagi usai peluang Cutrone tersebut, dan kembali mengendalikan pertandingan.  Paulo Dybala, Douglas Costa dan Christiano Ronaldo terlihat terus bergerak bahkan berganti tempat untuk membongkar pertahanan AC Milan yang cukup solid dalam bertahan.

Memang Juventus harus lebih kreatif tanpa striker, Mario Mandzukic yang cedera. Bola-bola crossing yang diandalkan mereka apabila Mandzukic bermain sering terbuang sia-sia karena Romagnoli dan Zapata di jantung pertahanan AC Milan cukup tangguh di udara.

Terus menerus menggedor pertahanan AC Milan, Juve akhirnya menemui hasilnya di menit ke-60. Miralem Pjanic berhasil melepaskan umpan jenius dari luar kotak penalti.

Bola dari Pjanic itu seperti membelah garis pertahanan AC Milan dan menemukan Christiano Ronaldo yang bergerak cepat menyambut dengan sundulan. Donnaruma sempat berusaha menghalau, tapi bola terlampau keras merobek jala Milan, 1-0 untuk Juventus.

Pelatih Gennaro Gattuso berespons. Gonzalo Higuain dan Fabio Borini dimasukan sekaligus menggantikan Castillejo  dan Paqueta di menit ke-70.

Efeknya, AC Milan menjadi semakin agresif di lapangan, namun sial bagi AC Milan, petaka kembali datang di menit ke-74.

Gelandang Milan, Frank Kessie mendapat kartu merah setelah dianggap wasit, Luca Banti melakukan tekel berbahaya terhadap Emre Can. Milan bermain dengan sepuluh orang.

AC Milan tetap tampil gigih di lapangan, namun jumlah  pemain di lapangan yang tidak seimbang membuat pertandingan semakin sulit bagi Milan. Apalagi, pelatih Juve, Max Allegri juga bertindak cerdas dengan berturut-turut memainkan Emre Can dan Sami Khedira sebagai pemain pengganti.

Kekuatan tambahan dari dua pemain ini membuat Juventus terus mendominasi pertandingan dan kerap memainkan ball possession untuk mempertahankan keunggulan.

Di sisa pertandingan tidak ada gol lagi yang tercipta. Hingga lima menit extra time dan wasit Luca Banti meniup peluit panjang, skor 1-0 terus bertahan. Juventus juara Supercoppa Italia 2018/2019.

Secara statistik,  Juventus terlihat superior. Dilansir dari livescore, penguasaan bola Juve mencapai 62 persen disbanding AC Milan dengan 38 persen. Dari sisi jumlah tendangan tepat sasaran, Juve juga unggul dengan tiga berbanding satu.

Gelar ini menjadi semakin istimewa karena trofi ini menjadikan Juve menjadi peraih gelar terbanyak dengan 8 gelar, unggul satu gelar dari AC Milan. Selain itu, Christiano Ronaldo juga terlihat sangat bergembira, mencetak gol kemenangan sekaligus meraih gelar pertamanya bersama Juventus.

Selamat Ronaldo, selamat Juventus.




Baca juga:
Tiga Artikel Terbaik Pemenang Blog Competition BPJS Kesehatan
3 Tipe Gampang Kena Hoaks, Andakah Salah Satunya?
Di Kota Ini, Telepon Umum Hanya Tinggal "Booth"

Kepemimpinan Tanpa Amarah

$
0
0

ilustrasi (pixabay)

Keseharian kita tidak pernah luput dari interaksi dengan orang lain. Seorang anak dengan orang tuanya, pekerja dengan atasannya, pengusaha dengan konsumennya, sesama rekan sejawat, dan lain sebagainya. 

Setiap interaksi yang terjadi tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan pendapat, salah persepsi, miskomunikasi, atau ketidakpuasan terhadap suatu kondisi dari satu pihak ke pihak lainnya. 

Hal ini seringkali menjadi pemicu naiknya emosi dari masing-masing pribadi terkait rasa tidak puas dan juga kecewa. Kondisi ini pada akhirnya memunculkan kemarahan dari satu pihak ke pihak lain. 

Orang tua memarahi anaknya, atasan memarahi bawahannya, dan seterusnya. Kemarahan merupakan wujud dari ego pribadi yang memiliki suatu keinginan tapi keinginan tersebut mengalami kendala dalam proses pencapaiannya. 

Seperti halnya seorang atasan yang marah karena instruksi yang dia berikan kepada anggota tim ternyata tidak berjalan sebagaimana seharusnya, atau orang tua yang memarahi anaknya karena sang anak melakukan sedikit "pembangkangan". Dalam buku Emotional Intellegent, Daniel Goleman menyebutkan bahwa kemarahan adalah bentuk pembajakan emosi. 

Dengan kata lain kita kehilangan kendali terhadap emosi kita. Ada sebuah sistem diotak kita yang mengambil alih kendali dalam waktu sangat cepat sehingga sejenak kita seperti "kehilangan" diri kita sendiri. Kita baru menyadari beberapa waktu setelahnya dan biasanya ada sedikit rasa sesal ketika kemarahan itu diluapkan kepada orang lain.

Sumber gambar : tuturma.ma

Setiap orang bisa marah. Inilah sifat dasar kita sebagai manusia yang memiliki ego dan mengharapkan segalanya berjalan baik sebagaimana yang kita inginkan. 

Namun apakah kita pernah mempertanyakan lebih jauh perihal efek yang ditimbulkan dari kemarahan yang kita luapkan kepada orang lain itu? Beberapa kali saya mendengar sebuah pernyataan dari orang-orang sekitar bahwa seorang pemimpin itu harus bisa marah. 

Benarkah demikian? Apakah benar bahwa kita harus marah untuk memberikan efek jera terhadap kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, oleh rekan kita, oleh kerabat kita, oleh anggota tim kita?

Nabi Muhammad SAW, tokoh utama panutan umat Islam memberikan nasihat yang begitu luar biasa terkait hal ini. Jangan marah. Nasihat ini beliau ulang sampai tiga kali kepada salah seorang sahabat yang meminta nasihat kepada beliau. Artinya apa? 

Kemarahan itu harus diredam. Amarah itu sebaiknya ditahan. Dale Carnagie dalam bukunya How to Win Friends & Influence People menyimpulkan bahwa tidak ada kemarahan yang memberikan dampak positif terhadap jalinan komunikasi antar pribadi atau membuat seseorang yang menjadi objek kemarahan lebih loyal dan antusias dalam memberikan energi positifnya.

Apa yang kita rasakan sebagai pribadi tatkala menjadi pelampiasan kemarahan orang lain? Senangkah kita? Tidak. Bahagiakah kita? Tidak. Sepakatkah kita dengan kemarahan itu ditimpakan pada diri kita? 

Dale Carnagie menyebutkan bahwa hanya satu kali saja kita menyetujui kritik dari 100 kali kritik yang dilemparkan kepada kita. Setiap orang memiliki kecenderungan defensif untuk melindungi dirinya. Ini naluriah. 

Sehingga efek dari kemarahan tidak akan memberikan kontribusi signifikan dalam mencapai kemajuan. Impact-nya minimalis, energi positifnya sangat kecil. Kemarahan hanya akan menghasilkan emosi negatif. 

Menurut Daniel Goleman dalam buku Focus, emosi negatif adalah motivator yang buruk. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemarahan adalah bentuk motivasi yang buruk dari seseorang kepada orang lain, entah itu orang tua kepada anaknya ataupun atasan kepada bawahannya.

Memimpin itu artinya mengendalikan. Mengendalikan tidak hanya orang lain, tetapi juga mengendalikan dirinya sendiri. Dalam artian disini bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki kendali diri yang baik. Kendali atas emosinya. 

Kendali atas amarah yang bisa kapan saja hadir. Kendali diri adalah bentuk keterampilan yang bisa dilatih. Hal ini sudah saya utarakan dalam tulisan artikel kompasiana saya yang lain. Kendali diri bukan bakat bawaan, tapi lebih kepada kemampuan yang bisa terus diasah dari waktu ke waktu. Terkait dengan bagaimana menjaga amarah, beberapa hal yang bisa kita lakukan adalah:

1. Memberikan sugesti yang meredam amarah pada diri. Misalnya, "Sabar, sabar, sabar!", "Jangan emosi.", atau bagi kita yang beragama Islam bisa mengucapkan kalimat, "Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.", dan mengucap istighfar juga bisa menjadi cara yang ampuh untuk memberikan sugesti menenangkan pada diri sendiri.

2. Diam (tidak berbicara). Hal ini perlu dilakukan agar kita tidak mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati orang lain, atau menciptakan perasaan tidak nyaman kepada lawan bicara kita. 

Lisan kita itu laksana pedang. Ketika ia tidak dikendalikan dengan baik maka akan memberikan sayatan yang menyakitkan hati orang lain, atau menciptakan kerugian yang lebih besar dari itu.

Oleh karenanya sangat penting menjaga level emosi, serta tetap sadar terhadap segala tindakan ataupun ucapan yang akan kita lakukan tatkala berada pada situasi marah. Diam akan menetralisir pikiran kita, menjernihkan emosi kita, dan menjaga kita agar tetap bersikap bijaksana dalam memandang suatu peristiwa.

3. Mengubah posisi tubuh tatkala amarah mulai merasuki diri.Ketika dalam situasi marah kita berada dalam keadaan berdiri, maka kita harus berubah ke posisi duduk. Tatkala kemarahan kita timbul disaat duduk, maka merubah posisi menjadi berbaring.

Harus ada sentakan pengganggu terhadap sistem motorik kita agar kemarahan itu tidak semakin menjalar dan membajak sistem emosi kita.

4. Berwudhu. Bagi seorang muslim mengambil wudhu adalah cara yang bisa dilakukan dalam rangka meredakan tensi emosi yang tengah meninggi. Kemarahan itu laksana api yang membara, ia harus dipadamkan dengan air nan sejuk.

Ketegangan yang ditimbulkan akibat kemarahan akan mengendur setelah mendapatkan basuhan air wudhu. Bara kemarahan yang biasanya terlihat dari memerahnya wajah karena marah akan meredam seiring aliran air yang mengenainya.

Ketika amarah sudah terkendali, maka kita sudah siap untuk menjadi pemimpin yang dapat mengaktifkan semangat terpendam yang ada didalam diri anggota tim kita. Energi kemarahan yang sebelumnya sempat menyulut diri seorang pemimpin, selanjutnya akan mampu dinetralisir dan diubah menjadi energi baru yang dapat lebih mempositifkan orang lain. 

Terkadang seorang pemimpin akan menerima kemarahan dari atasannya atau dari orang lain yang memiliki kewenangan lebih. Akan tetapi hal itu bukan berarti ia juga perlu menularkan kemarahan itu kepada orang lain, terlebih anggota timnya. 

Seringkali seorang pemimpin harus mampu meredam, menetralisir, dan menjadikan kemarahan yang ia terima sebagai energi terbarukan yang lebih bersahabat. Akan jauh lebih baik lagi tatkala tidak ada lagi kemarahan yang ditumpahkan dari satu orang ke orang lain, sehingga sebuah tim akan mengalami kondisi damai dan bersahabat.

Salam,
Agil S Habib




Baca juga:
Kabut Kuning di Mesir
Tiga Artikel Terbaik Pemenang Blog Competition BPJS Kesehatan
3 Tipe Gampang Kena Hoaks, Andakah Salah Satunya?

Krisis Suksesi Pemangku Tenun Tradisi Nusantara

$
0
0

ilustrasi Penenun songket Desa Sukarara di Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). (KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA)

Artikel rekan Kompasianer Leya Cattleya (LC) menyadarkan saya tentang bahaya kepunahan tradisi pengabadian teks budaya dalam bentuk kain tenun tradisi atau adat nusantara ("Ketuntasan Tenun yang Bernama Seriri", kompasiana.com, 14 /01/19).

Ada kecemasan yang dikabarkan rekan Leya. Tentang rentang usia penenun tradisi yang masih aktif kini di Lombok: 50-70 tahun.  Ada gejala krisis suksesi, karena regenerasi penenun tradisi yang cenderung mandeg. 

Bukan karena para penenun uzur yang sudah ahli itu enggan menurunkan "ilmu tenun" ke generasi muda.  Tapi lebih karena generasi milenial yang lebih terserap ke teknologi 3.0 dan sekarang 4.0, sehingga "ilmu tenun tradisi" di mata mereka terlalu kuno.  Bahkan mungkin dianggap sebagai pra-teknologi 1.0.

Siapa yang mau memeluk masa lalu yang kuno kalau masa depan yang serba modern, atau mungkin post-modern, ada dalam genggaman?  Sekurangnya dalam wujud gadged yang memfasilitasi generasi milenial untuk meraih kemungkinan-kemungkinan tanpa batas di depan?

Maka pemangku tenun tradisi, dan pelestari budaya, wajarlah cemas, karena tradisi menggurat teks budaya dalam kain tenunan kini terancam punah.  Tentu jika tak ada solusi untuk keluar dari krisis susksesi pemangku tenun.

***

Siapa yang akan menggantikan tempat duduk nenek ini sebagai pemangku tenun ulos Batak? (Foto: missjunenews.com)

Kain tenun tradisi adalah sesuatu yang sangat indah dan eksotis.  Itu sudah pasti dan tak perlu dibahas lebih jauh. 

Tapi bahwa selembar kain tenun sebenarnya adalah artefak teks budaya, dan itu sungguh mengagumkan, mungkin tidak banyak orang yang menyadari.  Karena lebih terserap pada keindahan (estetika) motif kain ketimbang terpikir pada makna yang terkandung pada motif-motif kain tenun itu.

Izinkan saya menyampaikan beberapa contoh tentang "teks budaya" dalam lembar kain tenun tradisi.

Di Ende Lio, NTT ada kain tenun ikat dengan motif Jara Nggaja (Kuda dan Gajah), kainnya disebut Lawo Jara Nggaja. Motif kuda dan gajah, tapi terutama motif gajah,  pada kain itu merujuk pada "kendaraan" (tunggangan) raja-raja (juga dewa-dewa) di India. Ini adalah teks budaya lokal yang mengisahkan legenda asal-usul etnik Ende-Lio yaitu keturunan migran India yang tiba di tanah Ende-Lio.

Detil motif kuda dan gajah pada kain tenun ikat Lawo Jara Nggaja, Ende Lio (Foto: imgrum.pw)

Teks budaya pada Lawo Jara Nggaja itu harus dibaca bersambung ke teks pada kain tenun Lawo Sinde, motif ular kobra (Sinde) dan Lawo Rajo, motif perahu.  Ular kobra adalah hewan yang lekat dengan kehidupan orang India. 

Sedangkan motif perahu, berisi kalung emas (wea) dan anting (riti), adalah teks budaya yang mengisahkan pelayaran leluhur Ende-Lio yaitu orang India dari Malaka.

Di Tanah Batak ada kain tenun Ulos Jugia yang sudah langka.  Struktur dan motif ulos ini sejatinya adalah teks kosmologi orang Batak.  Jugia terdiri dari lima bagian yang disatukan. Sisi kanan dan kiri disebut ambi, penanda bahwa semua yang ada di dunia ini ada batasnya. 

Bagian tengah (badan) disebut tor dengan motif garis ganjil (disebut honda), menyatakan bahwa walaupun dunia ada batas, tapi yang "ganjil harus digenapi", artinya ikhtiar untuk maju dan bertumbuh.

Detil motif beruang, anting, dan biji ketimun pada kepala ulos Batak jenis Jugia (Sumber: tribal textiles.info, koleksi Vera Tobing)Dua kepala (ulu/tampahan) Jugia disebut tinorpa, terdiri dari pinarhalak baoa (laki-laki) dan pinarhalak boruboru (perempuan), mengambarkan struktur berpasangan dari manusia.  Motif pada tinorpa itu adalah teks tentang tujuan duniawi hidup manusia Batak yaitu hahipason (kesehatan, motif batu ni ansimun, biji ketimun), hamoraon (kekayaan, motif anting-anting, anting), dan hagabeon-hasangapon (kemakmuran, motif sigumang, beruang).

Lalu di Tana Toraja ada misalnya kain tenun dengan motif Pa'tedong, kepala kerbau.  Ini merupakan teks budaya yang melambangkan kekuatan, kemakmuran, dan kebangsawanan dalam masyarakat hukum adat Toraja.  

Kerbau merupakan bagian integral dari inti budaya agraris Toraja, pertanian sawah, sekaligus pengukur tingkat kemakmuran dan kebangsawanan.   Tanpa kerbau maka tak ada panggung budaya Toraja.

Itu beberapa contoh untuk menunjukkan bahwa selembar kain tenun tradisi, dalam kelompok etnik manapun di nusantara ini, adalah lembar teks budaya yang bersifat spesifik.

***

Jika krisis suksesi pemangku tenun tradisi tak terpecahkan, dalam arti tidak ada regenerasi, maka niscaya tradisi menulis teks budaya pada selembar kain tenun akan punah.   Kain tenun akan menjadi semacam "naskah kuno" yang tidak diproduksi lagi.

Gejala itu sudah mulai terasakan pada kasus Ulos Jugia Batak.   Ulos ini hanya bisa ditenun oleh parpitu lili, penenun dengan tingkatan tertinggi.   Jumlahnya di Tanah Batak tinggal hitungan jari, dan sudah tua semua, sehingga ulos itu kini sudah tergolong kain langka.

Sebenarnya sudah ada sejumlah lembaga non-pemerintah yang memprakarsai pelestarian tenun nusantara.  Sebut misalnya Yayasan Toba Tenun untuk pelestarian tenun ulos Batak.  Gema Alam NTB untuk pelestarian tenun Lombok.  Tapi sejauh mana lembaga-lembaga itu mampu mendorong regenerasi pemangku tenun tradisi, masih menjadi pertanyaan juga.

Saya juga tak punya solusi jitu untuk mengatasi krisis suksesi tersebut. Tapi jika sebuah solusi hendak dirumuskan, ada baiknya memperhatikan dua hal ini.

Pertama, tenun tradisi hendaknya tidak dimasukkan dalam kategori "industri kerajinan rakyat", tetapi "industri kreatif", sebab penenunan adalah proses menulis teks budaya pada selembar kain. 

Kategori industri kreatif ini mungkin bisa menarik minat generasi milenial untuk belajar dan kemudian  menekuni tenun tradisi sebagai sebuah "bisnis yang menantang".  Sangat mungkin dengan kemampuan mereka dibidang teknologi digital, akan dihasilkan inovasi produksi tenun tradisi dengan perangkat tenun berbasis digital.

Tentu mereka juga perlu menguasai teknik bertenun manual.  Sebab nilai kain tenun sebenarnya terletak pada passion dan ritus yang dijalani selama proses penenunan berlangsung secara manual.

Kedua, karena pemangku tenun umumnya perempuan, dan ini memang domain perempuan, maka suksesi pemangku tenun seyogyanya diintegrasikan dengan gerak gender mainstreaming dalam pengembangan industri kreatif.

Tenun tradisi nusantara itu berpotensi besar sebagai distinctive advantage untuk perempuan Indonesia dalam persaingan industri kreatif global. Demikian pendapat saya, Felix Tani, petani mardijker, seorang pengumpul tenun tradisi yang parah.***




Baca juga:
Amien Rais dan Tanda dari Langit
Kabut Kuning di Mesir
Tiga Artikel Terbaik Pemenang Blog Competition BPJS Kesehatan

Menambang Data Pengenalan Wajah Lewat Tren "10 Years Challenge"

$
0
0

ALYSSA FOOTE; GETTY IMAGES | Sumber: wired.com

Dua hari ini, media sosial ramai dengan tren #10 YearsChallenge. Entah siapa yang memulai tren ini, di beberapa platform media sosial seperti Facebook, Instagram dan Twitter tampak bersliweran berbagai meme yang menjawab tantangan tersebut.

Praktiknya sederhana; cukup mengunggah foto diri 10 tahun yang lalu dan membandingkannya dengan foto diri yang sekarang. Pengguna media sosial pun antusias memenuhi tantangan tersebut. Ada yang serius mengunggah foto pribadi mereka. 

Ada pula yang main-main dengan membandingkan foto pribadi yang sekarang dengan foto orang lain - biasanya artis terkenal - 10 tahun yang lalu. Tak sedikit yang mengunggah foto perbandingan hewan peliharaan mereka.

Namun, dibalik tantangan yang sedang menjadi tren ini, ada sebuah ilusi tak kasat mata, yang tidak disadari pengguna media sosial. Ilusi itu adalah potensi penambangan data pengenalan wajah (Face Recognition).

Tesis ini pertama kali dilontarkan oleh Kate O'Neil, pendiri KO Insight dan penulis buku Tech Humanist and Pixels and Place: Connecting Human Experience Across Physical and Digital Spaces. Alih-alih ikut tantangan, melalui akun twitternya @kateo, Kate melontarkan cuitan semi-sarkastik:

Saya 10 tahun yang lalu:

Mungkin akan ikut bermain bersama dengan gambar profil meme penuaan yang dikeluarkan di Facebook dan Instagram.

Saya sekarang:

Merenungkan bagaimana semua data ini dapat ditambang untuk melatih teknologi pengenalan wajah tentang perkembangan zaman dan pengenalan teknologi oleh raksasa internet.

Kicauan Kate tersebut langsung menarik perhatian banyak netizen. Ada yang setuju dengan tesisnya, namun tak sedikit pula yang mengatakan Kate paranoid.

Sebagian besar netizen yang mengkritik Kate mengatakan: "Data itu sudah tersedia. Facebook sudah punya semua gambar profil. "

Memang benar. Dari awal kita bergabung dengan Facebook, Instagram atau media sosial manapun, mereka punya koleksi foto profil kita. Tapi, seluruh rangkaian foto profil yang kita pajang bisa saja dianggap sebagai data sampah.

Banyak pengguna media sosial yang memasang foto profil bukan dari foto pribadinya. Beberapa teman Facebook saya bahkan memasang foto kartun, gambar kata, pola abstrak, dan gambar-gambar lain yang tidak menunjukkan jati diri pribadi.

Algoritma waktu foto profil juga acak. Pengguna media sosial tidak dapat mengunggah foto profil dengan kronologis yang andal. Tidak ada petunjuk waktu kapan foto profil itu diambil.

Sekarang coba bayangkan situasi berikut: Ada perusahaan yang ingin melatih algoritma pengenalan wajah pada karakteristik yang berkaitan dengan usia, dan, lebih khusus, tentang perkembangan usia (misalnya: Bagaimana orang-orang cenderung terlihat seiring bertambahnya usia).

Idealnya, perusahaan tersebut ingin kumpulan data yang luas dan ketat dengan banyak gambar orang. Lebih bagus lagi apabila data foto wajah itu dipisahkan dalam kurun waktu tertentu -- katakanlah 10 tahun.

Kemudian datanglah tantangan 10 tahun ini. Akhirnya, berkat meme yang diunggah pengguna media sosial, sekarang sudah tersedia satu set data yang sangat besar dari foto-foto orang yang dikuratori dengan hati-hati dari sekitar 10 tahun yang lalu dan sekarang. Perusahaan itu tinggal menambangnya saja.

Bahkan validitas dan data dari foto itu bisa bertambah karena tidak sedikit pengguna media sosial yang menambahkan caption tahun berapa hingga lokasinya dimana. Misalnya "saya pada 2008, dan saya pada 2018". Ada pula yang menyertakan informasi lebih lengkap, seperti "2009 di Universitas Cibitung, difoto sama Jono; 2018 saat mengantar Emak ke Pasar Baru".

Masih tentang kritik terhadap tesis penambangan data pengenalan wajah ini, ada yang mengatakan jika untuk menambang data wajah seseorang, ada banyak data sampah yang bisa digunakan, alih-alih merekayasa sebuah tren.

Tetapi para peneliti dan ilmuwan data lebih tahu bagaimana memanfaatkan ilusi tentang tren. Seperti halnya tagar yang menjadi viral, kita lebih percaya pada validitas data yang ada dibalik tagar viral tersebut. Begitu pula dengan tren atau kampanye massal di media sosial.

Masalah data pribadi dari pengguna media sosial sudah cukup lama menjadi perhatian banyak pemerintah di dunia. Kita tentu ingat dengan skandal bocornya 70 juta pengguna Facebook yang dimanfaatkan oleh Cambridge Analytica. Baru-baru ini Google juga menutup platform media sosial, Google Plus yang salah satu alasannya adalah ada kebocoran data pengguna.

Teknologi pengenalan wajah memang termasuk teknologi kecerdasan buatan yang masih baru. Tapi bukan berarti belum ada yang memanfaatkan teknologi tersebut untuk kepentingan tertentu.

Pada akhir tahun 2016, Amazon memperkenalkan layanan pengenalan wajah secara real-time. Mereka kemudian mulai menjual layanan-layanan itu kepada penegak hukum dan lembaga pemerintah, seperti departemen kepolisian di Orlando dan Washington County, Oregon.

Tetapi teknologi ini menimbulkan masalah privasi utama; polisi dapat menggunakan teknologi tidak hanya untuk melacak orang-orang yang diduga melakukan kejahatan, tetapi juga orang-orang yang tidak melakukan kejahatan, seperti demonstran dan orang lain yang dianggap mengganggu oleh polisi.

American Civil Liberties Union lalu meminta Amazon untuk berhenti menjual layanan ini. Begitu pula sebagian pemegang saham dan karyawan Amazon, yang meminta Amazon untuk menghentikan layanan tersebut, dengan alasan kekhawatiran akan penilaian dan reputasi perusahaan.

Meski begitu, teknologi pengenalan wajah juga bisa sangat berguna. Tahun lalu polisi di New Delhi, India melaporkan berhasil melacak hampir 3.000 anak yang hilang hanya dalam waktu empat hari dengan menggunakan teknologi ini.

Terlepas dari asal atau maksud di balik meme tantangan ini, kita semua harus menjadi lebih mengerti tentang data yang kita buat dan bagikan, akses yang kita berikan padanya, dan implikasinya untuk penggunaannya.

Jika konteksnya adalah permainan yang secara eksplisit menyatakan bahwa itu mengumpulkan pasangan foto yang dulu dan sekarang untuk penelitian perkembangan usia, kita bisa memilih untuk berpartisipasi dengan kesadaran siapa yang seharusnya memiliki akses ke foto dan untuk tujuan apa.

Manusia adalah sumber daya paling berharga bagi teknologi kecerdasan buatan. Sudah sepatutnya bila kita harus menuntut agar dunia bisnis teknologi terbaru ini memperlakukan data kita dengan hormat, dengan segala cara. Di satu sisi, kita juga harus lebih perdulu dan perlu memperlakukan data kita sendiri dengan hormat.




Baca juga:
Deg-degan Menanti Sesi Debat, Prabowo-Sandi Pasti Mengecewakan
Amien Rais dan Tanda dari Langit
Kabut Kuning di Mesir

Punya Berita Penting yang Anda Temukan? Segera Laporkan ke WhatsApp Kompasiana!

$
0
0

Ilustrasi: Dokumentasi Kompasiana.com

Ketidakhadiran wartawan profesional di tiap titik lokasi terjadinya peristiwa bukan hanya disebabkan perihal kuantitas, tetapi bisa jadi jangkauannya yang terbatas. Sejak masifnya praktik jurnalisme warga atau jurnalisme partisipatoris yang diiringi dengan merebaknya platform user generated content, peran masyarakat atau warga begitu penting dalam siklus penciptaan dan penyebaran konten informasi dan berita.

Terlebih, keberadaan teknologi canggih sudah dapat dijangkau dengan harga yang murah seperti telepon pintar yang multifungsi. Ribuan atau mungkin jutaan konten dari seluruh dunia yang berisi laporan warga wara-wiri di linimasa jejaring sosial atau di banyak platform blog sosial. Begitu dengan www.kompasiana.com.

Sejak pendiriannya di tahun 2008, Kompasiana diciptakan bukan saja sebagai medium blogging bagi jurnalis dan karyawan Kompas Gramedia, tetapi juga bagian dari 'tanggung jawab sosial perusahaan' kepada masyarakat Indonesia dalam memfasilitasi melalui medium yang dapat digunakan untuk melaporkan segala peristiwa yang luput dari pena dan kamera wartawan profesional.

Demi memudahkan proses penciptaan, penayangan dan peyebaran laporan warga yang sejak dulu menjadi salah satu ciri khas Kompasiana, kami membuka jalur pelaporan yang lebih praktis. Jika dulu kategori reportase warga di Kompasiana harus sudah dikemas dan siap baca, kini Anda dapat mengirimkan laporan singkat yang akan kami tidaklanjuti sampai menjadi kesatuan konten yang layak baca.

Kami menamankannya K-Report! Memanfaatkan jejaring percakapan sosial Whatsapp sebagai jalur pelaporan warga yang cepat dan efisien. Tiap laporan singkat yang masuk ke dalam nomor Whatsapp Kompasiana akan diproses lebih lanjut untuk memastikan validitas dan keakuratan dari tiap laporan yang masuk. Setelah memenuhi kriteria pembuatan konten berita, kami akan mempublikasikannya melalui akun Kompasiana News, tentunya disertakan juga nama atau akun pelapor.

Namun, tidak semua laporan dapat kami tindaklanjuti atau ditayangkan. Ada aturan main yang harus dicatat sebelum mengirimkan laporan singkat ke nomor Whatsapp Kompasiana. Simak beberapa poin di bawah ini:

KETENTUAN

  • Kompasianer atau warga umum dapat melaporkan melalui layanan K-Report
  • Laporan yang dikirim merupakan peristiwa dan mengandung nilai berita
  • Memiliki urgensi untuk segera ditayangkan
  • Laporan dalam bentuk; teks, foto dan video
  • Pelapor wajib menyebutkan identitas lengkap dan jelas
  • Pelapor bersedia dihubungi redaksi Kompasiana untuk proses validasi dan kebutuhan pembuatan berita lainnya
  • Pelapor bersedia diikutsertakan dalam sebuah grup Whatsapp K-Report berdasarkan kategori domisili atau minat

MEKANISME

Mekanisme pelaporan berita untuk K-Report adalah sebagai berikut:

Mekanisme K-Report

  • Pertama,Kompasianer/warga mengirimkan laporan kejadian ke Whatsapp K-Report pada nomor 0813-8184-9362.
  • Kedua, pihak Kompasiana akan menyeleksi laporan yang masuk dan melakukan validasi laporan. 
  • Ketiga, setelah menentukan laporan yang tervalidasi, Kompasiana akan menghubungi pelapor untuk kelengkapan berita. 
  • Keempat, laporan akan ditayangkan di akun Kompasiana News.

FORMAT

Format laporannya adalah sebagai berikut:

  • NAMA PELAPOR
  • TEMPAT  PERISTIWA
  • WAKTU PERISTIWA
  • KONTEN LAPORAN; TEKS/FOTO/VIDEO
  • Kirimkan ke Whatsapp kami di nomor:0813-8184-9362

Ingat, kami hanya menerima laporan peristiwa yang memiliki urgensi untuk segera ditayangkan dan nomor ini tidak menerima panggilan telepon, hanya khusus jalur Whatsapp. Di luar laporan seperti itu, Anda dapat membuat konten komprehensif melalui akun personal di Kompasiana. 

Jika Anda memiliki kendala atau keluhan baik segi teknis maupun non-teknis di Kompasiana, Anda bisa melaporkannya melalui fitur bantuan pada tautan berikut ini.




Baca juga:
Agar Tak Sesat di Dunia Maya
Kupang dan Ruteng: Dua Doktor di Dua Kota Kotor
Merapi Level 2 Sejak Mei 2018, Kewaspadaan Terlama

Dextromethorphan, Obat Batuk yang Sering Disalahgunakan untuk Timbulkan Efek Halusinasi

$
0
0

Ilustrasi: mediskus.com

Suatu hari salah seorang teman saya berkata seperti ini setelah membaca salah satu berita online. "Eh, gue bingung deh. Kok ada ya orang yang bisa beli obat batuk banyak-banyak buat dapet efek nge-fly? Emang bisa ya obat batuk bikin orang kayak makan narkoba? Kalo kayak gitu harusnya tuh obat gak boleh sembarangan dijual dong."

Sebagai informasi, memang benar bahwa ada obat batuk yang jika digunakan dengan salah dan berlebihan (drug abusing), bisa menimbulkan efek nge-fly layaknya narkoba. Namanya Dekstrometorfan (Dextromethorphan). 

Kalau Kompasianer beli obat batuk, coba sesekali perhatikan komposisinya, apakah ada zat aktif tersebut? Meski begitu, ada atau tidaknya komposisi tersebut tidak jadi masalah jika digunakan sesuai peruntukkan. Namun akan jadi masalah jika obat tersebut disalahgunakan.

Dekstrometorfan (DMP) pada dasarnya termasuk dalam golongan antitusif (menekan batuk) untuk mengobati batuk kering yang tidak produktif (tidak menghasilkan dahak). DMP bekerja pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dengan berikatan pada reseptor sigma-1 yang ada pada medula dan terlibat dalam pengaturan refleks batuk.

Selain itu, DMP juga bersifat sebagai antagonis reseptor NDMA (N-Methyl D-Aspartate) yang ada dalam SSP, sehingga pada dosis tinggi efeknya akan menyerupai Ketamin yang juga merupakan antagonis NDMA. Antagonis terhadap NDMA dapat menimbulkan efek euforia dan halusinasi. Itulah sebabnya obat batuk tersebut berpotensi sering disalahgunakan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab.

Dan oleh sebab banyaknya kasus penyalahgunaan DMP ini, akhirnya BPOM memperbaharui regulasi tentang DMP Agustus 2018 lalu. Dalam Peraturan BPOM nomor 28 tahun 2018 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan.

DMP akhirnya resmi masuk dalam golongan OOT (Obat-Obat Tertentu) bersama lima obat lainnya yang sudah masuk lebih dulu yakni Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin, Amitriptilin, dan Haloperidol.

Obat-Obat Tertentu menurut Peraturan BPOM tersebut adalah obat yang bekerja di sistem susunan saraf pusat selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Berikut mengapa kelima obat tersebut di atas masuk dalam kategori OOT yang sering disalahgunakan:

Tramadol

Sejatinya Tramadol adalah golongan analgesik (penghilang rasa sakit/painkiller) opioid yang bersifat strong opioid (analgesik kuat). Tramadol biasanya digunakan sebagai analgesik untuk mengatasi nyeri sedang hingga hebat, misalnya nyeri pasca-operasi. Penggunaan berlebihan dapat menimbulkan efek mengantuk, mabuk hingga hipotensi dan depresi nafas.

Triheksifenidil

Obat ini bekerja pada SSP dan biasanya digunakan untuk mengobati penderita parkinsonisme.

Klorpromazindan Haloperidol

Kedua jenis obat ini juga bekerja pada SSP dan biasanya digunakan sebagai Antipsikotik untuk mengobati Skizofrenia dan Autisme pada anak.

Amitriptilin

Obat ini bekerja pada SSP sebagai antidepresan dengan efek penenang.

Keempat obat yang bekerja pada SSP seperti yang disebut di atas akan menimbulkan efek penenang tanpa mempengaruhi kesadaran jika digunakan sesuai dosis. Penggunaan berlebih (penyalahgunaan) baik dosis maupun frekuensi, akan menimbulkan efek fly dan berpotensi adiktif (ketagihan).

Regulasi Peredaran

Meski OOT dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan bahkan beresiko kematian, obat-obat tersebut bukan berarti membuat regulasi peredarannya super ketat layaknya obat-obat golongan narkotik-psikotropik lainnya karena memang dibutuhkan untuk pengobatan. 

Baik importasi maupun distribusinya (bahan baku maupun obat jadi) tetap sesuai peraturan obat keras yang berlaku. Misalnya untuk importasi tetap memerlukan Surat Keterangan Impor (SKI) dan distribusi obat jadinya tetap memerlukan resep dokter atau salinan resep seperti obat keras lainnya (kecuali DMP), seperti yang tercantum dalam PBPOM No. 28 tahun 2018.

Namun demikian tetap diperlukan pengawasan ketat dari farmasis yang bertanggung jawab mengeluarkan obat-obat tersebut baik di apotek maupun di rumah sakit. Skrining resep dan rekam medik pasien dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengeluaran obat-obat tersebut.

Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan BPOM ini akan dikenai sanksi administratif berupa:

1. Peringatan

2. Peringatan Keras

3. Penghentian sementara kegiatan

4. Pembatalan persetujuan izin edar

5. Rekomendasi pencabutan pengakuan PBF (Pedagang Besar Farmasi) cabang, dan/atau

6. Rekomendasi pencabutan izin.

Pada tahun 2013 lalu, BPOM pernah menarik dan melarang peredaran seluruh obat jadi yang mengandung DMP sebagai komposisi tunggal akibat penggunaannya yang sering disalahgunakan oleh remaja. Saat itu ada sekitar 170an produk dari berbagai produsen yang ditarik dari seluruh Indonesia dalam rentang tahun 2013-2014.

Oleh sebab itu kini tidak ada lagi sediaan DMP tunggal dan biasanya DMP sebagai obat batuk akan disertai komposisi aktif lainnya seperti Guaifenesin (ekpektoran untuk pembersihan mukus/lendir) dan Chlorpeniramine Maleat/CTM (sebagai anti-alergi). 

Dengan demikian, produk dengan komposisi tersebut memiliki tanda lingkaran biru pada kemasannya yang berarti Obat Bebas Terbatas, yakni obat keras yang dapat dibeli tanpa resep dokter.

Jadi meski dapat dibeli secara bebas, penggunaan dan pendistribusiannya tetap perlu diawasi. Farmasis wajib mencurigai pembelian obat yang mengandung DMP dalam jumlah berlebihan, frekuensi penyerahan obat yang berlebih pada pasien yang sama, atau tidak sesuai indikasi.


Referensi:

Dextromethorphan WHO; Pionas;

Peraturan BPOM

British National Formulary 70th Edition (2015)




Baca juga:
Sekarang, Anda Bisa Merekomendasikan Kompasianer untuk Diverifikasi!
Agar Tak Sesat di Dunia Maya
Kupang dan Ruteng: Dua Doktor di Dua Kota Kotor

Hapus SKTM, Pemerintah Tetapkan Regulasi Baru pada PPDB 2019

$
0
0

Kelurahan Mangkubumen, Solo, Jawa Tengah memasang banner untuk mengedukasi warga masyarakat| Kompas.com/Labib Zamani

PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) tahun 2018 bikin shock banyak orang. Kehadirannya dengan regulasi baru dan waktunya "mendadak" alias mepet dengan pelaksanaannya menimbulkan banyak polemik di masyarakat. Salah satu contoh, gegernya PPDB di Jawa Tengah. Lantaran hasil pemantauan langsung Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo menemukan 78.000 SKTM palsu digunakan untuk pendaftaran PPDB. 

Ya, penggunaan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) menjadi salah satu celah lebar untuk memuluskan seleksi PPDB. Langkah ini banyak ditempuh orangtua/wali murid untuk memasukkan putra-putrinya ke sekolah negeri (favorit). Tentunya kasus-kasus PPDB tidak hanya di Jawa Tengah. Lembaga Ombudsmand (LO) Yogyakarta, yang salah satu anggotanya adalah Kompasianer Yusticia Arif, juga menerima banyak laporan tentang kekisruhan PPDB ini.

Ya begitulah, riak-riak ribetnya PPDB pun muncul ke permukaan di berbagai daerah. Termasuk yang diuraikan dalam beberapa artikel menarik Kompasianer Rumah Kayu di Kompasiana serta serial catatan (pinggir) PPDB di wall facebook-nya.

Permendikbud 51/2018

Mengantisipasi terulangnya kasus dan kekisruhan PPDB 2018, maka pada akhir 2018 pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud sudah menyiapkan regulasinya dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 51 Tahun 2018. Produk hukum ini sekaligus mengakhiri masa tugas Permendikbud NO 14 Tahun 2018, tentang PPDB.

Penerbitan Permendikbud yang dilakukan pada awal tahun dinilai tepat, karena secara tidak langsung memberikan pemerintah waktu yang cukup untuk mensosialisakan regulasi PPBD itu kepada masyarakat jauh-jauh hari, sebelum portal online PPDB kembali dibuka pada bulan Mei 2019.

Jika dicermati, banyak poin menarik di Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018 ini. Pertama, adalah proses seleksi siswa yang berbeda dengan tahun 2018. Tahun 2019 ini, seleksi calon peserta didik baru kelas 10 (sepuluh) SMA hanya menggunakan jalur zonasi, prestasi dan jalur perpindahan tugas orangtua/wali. Tidak ada jalur yang lain. Titik! 

Jalur Zonasi adalah jalur utama seleksi PPDB. Jalur ini menampung 90% dari kuota/daya tampung/pagu yang ada di suatu sekolah. Sistem zonasi maknanya, sekolah akan mengutamakan (menerima) peserta didik dalam zona yang sudah ditentukan. Zona adalah daerah terdekat dengan tempat tinggal calon peserta didik yang akan mendaftar. 

Kedua, poin menarik lainnya adalah untuk mendukung azas nondiskriminatif, objektif, transparan, akuntabel dan berkeadilan. Sebelum pelaksanaan PPDB, sekolah wajib menetapkan dan menyampaikan kuota/pagu kepada masyarakat. Ini termasuk peristiwa langka. 

Kuota/pagu tersebut menyesuaikan dengan Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) paling mutakhir. Kalau PPDB-nya Mei 2019, maka cut off DAPODIK biasanya dilakukan di bulan Januari 2019. 

Hal tersebut dilakukan untuk menghindari sekolah yang menerima sekolah menerima kelebihan jumlah pendaftar dan akhirnya membuka rombongan belajar baru (Rombel) atau malah membuat Ruang Kelas Baru (RKB). Ini jelas-jelas dilarang, sesuai pasal 14, ayat 5, Permendikbud 51 Tahun 2018.

Ketiga, ketentuan zonasi pun tahun ini lebih dipertegas. Domisili dibuktikan dengan Kartu Keluarga (KK) yang diterbitkan minimal 1 tahun. So, orangtua yang saat ini sudah ancang-ancang titip nama anak ke paman, bulik, bude, nenek di tempat lain dengan menyulap KK jelas tidak akan laku. 

Tapi, adanya ketentuan yang mengizinkan jika KK masih bisa diganti dengan melampirkan Surat Keterangan Domisili dari RT/RW dilegalisir lurah/kepala desa setempat, bahwa anak tersebut sudah domisili selama 1 tahun, perlu diwaspadai. Jangan-jangan dapat pula dijadikan celah bagi orang-orang yang sudah tertutup mata hatinya. Menempuh segala cara agar putra putrinya lolos seleksi PPDB.

SKTM Dihapus

Keempat, SKTMsi biang kekisruhan di tahun lal akan dihapus. Jika peserta didik sudah masuk dalam zonasi yang sudah ditentukan, untuk meyakinkan bahwa yang bersangkutan termasuk keluarga miskin harus dibuktikan dengan dokumen keikutsertaan yang bersangkutan dalam program penanganan keluarga tidak mampu yang dilakukan oleh pemerintah pusat atau daerah. 

Saat ini dokumen yang berlaku hanyalah PKH (Program Keluarga Harapan) dan PIP (Program Indonesia Pintar). Jadi, pak lurah atau kepala desa tak perlu lagi pusing-pusing ngetik SKTM! Jalur zonasi via anak kurang mampu ini lumayan menarik. Kuotanya 20% dari pagu/kuota sekolah penerima. Termasuk di dalamnya penyandang disabilitas.

Sama seperti tahun sebelumnya, tahun 2019 ini, anak-anak berprestasi tetap diberi kemudahan untuk memilih sekolah idamannya. Ketentuannya, anak-anak berprestasi hanya boleh memilih satu jalur PPDB dalam di zona-nya. Tapi, dia masih diizinkan memilih jalur lain tapi harus di luar zonasinya (di luar dan jauh dari tempat tinggalnya). 

Jadi, hanya 3 jalur PPDB 2019: Zonasi, Prestasi dan Pindah Tugas. Jangan buat jalan-jalan tikus untuk memuluskan hasrat. 




Baca juga:
Sajian (Live) Debat Capres Sangat Tidak Menarik
Sekarang, Anda Bisa Merekomendasikan Kompasianer untuk Diverifikasi!
Agar Tak Sesat di Dunia Maya

Kuliner Ikan Manyung Khas Rembang yang Bikin "Gembrobyos"

$
0
0

Satu porsi Kelo Mrico Ndas Manyung, pedasnya mantap bikin gembrobyos. (Dok. Wahyu Sapta).

Kemarin saya melewati kota Rembang. Sebuah kota yang terletak di jalur pantura sebelah timur Semarang. Merupakan kota pesisir. Terkenal dengan pantai Kartini. Juga merupakan penghasil garam. Rembang memiliki pelabuhan Tasik Agung. Sebuah pelabuhan kecil dengan kapal nelayan yang menghasilkan ikan.

Pelabuhan ini merupakan dermaga kapal perikanan dan tempat pelelangan ikan. Juga merupakan fasilitas sarana dan prasarana untuk mengoptimalkan hasil komoditas perikanan laut yang mampu menyumbangkan devisa bagi kota Rembang.

Dermaga Tasik Agung di Rembang. (Dokpri).

Berbicara tentang ikan laut, ketika melewati jalur di sana, kawan seperjalanan saya bilang, bahwa ia dulu pernah kuliner ikan laut yang enak. Sudah lama. Tetapi ia masih teringat dan ingin menikmatinya kembali. 

Sedangkan saya sendiri belum pernah. Lalu saya bertanya, apa namanya? Ia menjawab bahwa makanan itu bernama Kelo Mrico. Katanya, enaknya nendang banget dan pedas. Sayapun penasaran dan ingin mampir ke sana.

Sampailah ke tempat yang dituju. Tetapi ketika sampai di lokasi, ternyata warungnya sudah tidak ada. Ia sedikit kecewa dan bilang, ya sudah kita tidak jadi makan Kelo Mrico. 

Tetapi saat berputar arah dengan mengelilingi kampung, eh ketemu juga warung itu. Masih ada, hanya bergeser tempatb dan tidak jauh dari lokasi semula.

Sebenarnya ia tidak hafal nama warungnya, hanya menebak saja. Karena sudah lama, zaman bapaknya masih dinas di kota Rembang.

Dan beruntunglah saya ternyata warung itu adalah warung yang diinginkan. Nama warungnya adalah WM Mrico Bu Wadji. Menyediakan masakan tradisional khas Rembang. Lokasinya di komplek kantor Pelabuhan Tasik Agung Rembang.

Warung Makan Mrico Bu Wadji, menjual kelo mrico yang khas di Rembang. (Dokpri).

Lalu kami memesan Kelo Mrico yang merupakan menu utama di warung itu. Sambil menunggu, kawan saya bercerita bahwa dulu sering diajak makan ke sini dan ia suka sekali. Pedasnya mantap, katanya. Ia memang menyukai masakan pedas.

Taraaa... pesanan datang. Sepiring Kelo Mrico sudah ada di depan mata. Bersama nasi hangat dengan piring terpisah. Hem, baunya harum rempah-rempah dan aroma pedas. Ikannya segar. Mirip sup ikan. Sebenarnya apa itu Kelo Mrico?

Kelo Mrico adalah sebuah masakan dengan bahan dasar ikan. Makanan khas kota Rembang. Biasanya memakai ikan bandeng, patin, manyung, dan ikan lainnya. Kelo sendiri artinya sayur. Mrico adalah merica atau lada. Jadi, kelo mrico adalah sebuah sayur dengan bumbu utama merica. Sedangkan ndas manyung adalah kepala ikan manyung.

Di warung ini, ikan yang dipakai adalah ikan manyung. Jadi penasaran bagaimana rasanya. Saya pun ingin mencicipnya.

Kuahnya tidak bersantan, kuning bening berbumbu. Aroma rempah-rempah menusuk hidung. Tampak kasat mata, ia memakai kunyit, merica, cabai rawit kuning yang masih mengkal, serai, daun jeruk, asam jawa, bawang merah, bawang putih. Kata penjualnya, juga memakai ketumbar, jintan, jahe dan lain-lain.

"Bumbu jangkep pokoknya, semua masuk." katanya. Bumbu jangkep adalah bumbu komplet yang ada di dapur.

Selain rasanya pedas, juga segar karena memakai timun krai yang dimasak bersamaan sebagai pelengkapnya. Mantap! (Dokpri).

Lalu saya ambil sendok dan mengambil kuahnya. Saya mencicipnya. Hem, pedasnya langsung terasa. Juga gurih lezat. Pedas itu berasal dari cabai rawit kuning mengkal dan merica yang dominan. Kata penjualnya, ia tidak memakai cabai rawit merah, karena bakalan terlalu pedas. Sedangkan cabai rawit kuning mengkal memiliki rasa yang khas.

Rasa enak ini membuat saya menyantapnya dengan senang hati. Apalagi kebetulan saat itu, pembeli tidak begitu banyak, karena sudah melewati jam makan siang. Bisa sambil mengobrol dengan penjualnya.

Ia bercerita, bahwa warung ini banyak yang mencari. Bukan saja dari kota Rembang, tetapi dari kota lain. Seperti Semarang, Boyolali, Solo, yang kebetulan melintas. Warung tersebut dekat dengan jalan utama pantura. 

Mereka datang karena kelezatannya, bahkan pernah sore hari ketika ia mau menutup warung karena makanan sudah habis ada serombongan pembeli yang ingin makan di sana dari luar kota.

Karena tidak tega dan tidak baik menolak rezeki, maka ia mau membukanya kembali. Mereka dari jauh hanya untuk bisa menikmati kelo mrico. Ia bilang, jika mereka mau menunggu, maka ia akan memasak lagi. 

Ternyata rombongan itu rela menunggu. Wah, ibunya baik hati ya. Ia merupakan generasi kedua dari warung ini meneruskan usaha orang tuanya Bu Wadji.

Di sela ia bercerita, kemudian ada pembeli datang  kira-kira empat orang. Ibu penjualnya dengan sigap melayani mereka. Rupanya warung ini tak pernah sepi dari pembeli. Selalu saja ada yang datang.

Sedangkan saya dan teman saya meneruskan makan. Kelo mrico ini pedasnya menguar. Segar sekali dengan timun krai yang dimasak bersamaan. Membuat sajian ini sedap. Hem, tak terasa keringat menetes karena rasa pedas dari campuran cabai rawit dan merica. Gembrobyos

Sampai-sampai saya menggaruk-garuk kepala saking pedasnya dan masih ada tambahan sambal cabai merah mentah dengan terasi bakar. Aduhai, bikin lidah rasanya bergoyang. Huh! Hah! Bagi penggemar pedas, makanan ini cocok!

Jika kurang pedas, maka bisa ditambah dengan sambal cabai merah mentah dengan terasi bakar. Pedasnya huh hah deh. Mantap! (Dokpri).

Ikan manyung yang dipakai merupakan ikan segar. Bukan ikan asap seperti pada masakan mangut. Dagingnya empuk dan banyak. Rasanya tidak amis. Pintar cara memasaknya. Mantap!

Ikan Manyung yang dimasak adalah ikan segar. Berdaging banyak dan enak. Tidak amis, karena pintar memasaknya. (Dokpri).

Tandas sudah seporsi kelo mrico ndas manyung ini. Satu porsi harganya variasi. Tergantung ikan bagian mana. Ada kepala, badan tengah dan ekor. Antara dua puluh ribu hingga tiga puluh ribu rupiah saja puas dan kenyang. 

Cocok untuk menu makan siang, meskipun warung ini buka dari jam 7 pagi hingga pukul 6 sore. Jika sudah habis, bahkan tutup lebih awal.

Kemudian saya minta dibungkuskan lagi dua porsi untuk yang di rumah. Ibunya dengan senang hati melayaninya. Katanya sayur ini tahan sampai malam hari. Memasaknya selalu baru jadi jika saya bawa ke Semarang masih enak dan segar.

Kemudian saya bilang, "Bu, saya foto ya, biar ibu semakin terkenal." Dan ia tersenyum manis. Bahkan saya juga ikutan eksis. Berfoto! Hehehe...

Ibu penjualnya tersenyum manis saat saya memotretnya. Tambah laris, tambah terkenal ya, bu. (Dokpri).

Baiklah. Saatnya saya meneruskan perjalanan. Saya suka dengan kuliner ini. Recommended! Mantap pedasnya.

Tidak ketinggalan. Saya juga ikut berfoto. Hahaha... (dokpri).

Nah, jika ke kota Rembang, sempatkan mencicip kuliner ini ya. Pedasnya mantap, membuat gembrobyos dan langsung melek byar. Tidak ngantuk. 

Jika kesulitan lokasi, cari saja di google map. Tulis Warung Makan Mrico Bu Wadji. Dekat Klenteng Tjoe Hwie Kiong. Jalan menuju Pelabuhan Tasik Agung, Kecamatan Rembang. Pasti ketemu. Dan jika ke sana, salam ya buat ibu penjualnya. Hahaha...


Ciao,
Wahyu Sapta.

Semarang, 18 Januari 2019.




Baca juga:
Antara Nama, Perilaku, dan Makna Konotasi yang Semakin Liar
Sajian (Live) Debat Capres Sangat Tidak Menarik
Sekarang, Anda Bisa Merekomendasikan Kompasianer untuk Diverifikasi!

Lubang-lubang di Jalan Jokowi

$
0
0

Dok: www.inews.co.uk/shutterstock

Perseteruan antara pendukung Paslon 01 dan Paslon 02 tetap meruncing, mobilisasi sana-sini menguat di mana-mana, simbol-simbol dunia intelektual pun tak mau diam. Mereka menunjukkan sikap secara kolektif untuk mendukung salah satu paslon, demikian juga sebaliknya. 

Meski tak seberisik bulan-bulan sebelumnya karena isu hoax dan citra politik identitasnya, saya yakin pilihan mereka sudah mantap ke salah satu Paslon, apapun alasannya. Preferensi sudah ditetapkan jauh sebelum hari H mereka menentukan sikap di bilik suara.

Namun sikap pemilih jelang 2019 tidaklah biner, masih terdapat kelompok lain baik yang masing swing voter (yang belum memutuskan, kebanyakan dari pemilih pemula atau pemilik dewasa rasional yang berhati-hati), golongan putih (yang kebanyakan kelompok kiri yang kecewa atau kelompok lain yang tidak merasa satu visi dengan paslon manapun) dan golongan apolitis (yang tidak terjangkau atau tidak ingin mendekatkan dirinya dalam proses elektoral dengan bermacam alasan). 

Bahkan pemilh salah satu Paslon di tahun 2014 bisa jadi juga berubah setelah melihat hasil dari rezim yang memenangi pertarungan ataupun dari oposisi yang tetap konsisten melawan pihak pemenang.

Dari beragam survei dan studi yang dilakukan banyak pihak, total tiga kelompok besar tersebut bervariasi antara 10% sampai dengan 26% bahkan ada yang memperkirakan sampai 40% secara simulasi. 

Jika diambil angka tengah secara moderat, 20% pemilih adalah kelompok yang belum memutuskan. Apabila dipersentasekan dari total 192 juta pemilih dalam Pemilu 2019 maka 20% tersebut berjumlah sekitar 38 juta suara, tentu bukan jumlah yang sedikit karena bisa mempengaruhi jumlah capaian suara dalam elektoral.

Apakah mau abaikan 20% ?

Ketidakyakinan atau kehati-hatian kelompok ketiga, atau juga kepenatan dalam komunikasi politik sehingga memunculkan tokoh alternatif non-elektoral seperti Dildo hendaknya disikapi juga secara serius oleh para tim sukses masing-masing calon. Namun bagi pihak yang pada saat ini memegang kekuasaan, adalah momen terbaik untuk menunjukkan siapa jati diri sebenarnya dari rezim yang berkuasa ini.

Citra populis (dalam arti merakyat), informal, pekerja keras, bersih, rendah hati, sabar dan modernis bisa dikatakan melekat pada Jokowi secara personal (bukan rezimnya yang dinilai sebagai new-developmentalis), citra yang diinginkan banyak orang yang tak pernah muncul lagi dari seorang pemimpin setelah Hatta dan Gus Dur. 

Namun bagi kaum 20% citra tak cukup untuk mememuhi rasionalitas mereka terhadap pemimpin negara. Tak bisa disalahkan juga karena tumpukan masalah di Indonesia memang sangat sarat, centang perenang kusut sehingga tak tahu pasti yang mana dulu yang harus diselesaikan, karena semua penting.

Pilihan rezim Jokowi pada infrastruktur, keamanan maritim, layanan sosial, utang, dan konektivitas antar daerah untuk mengurangi ketimpangan, semua adalah masuk akal karena relatif terukur (tangible) dan terlihat hasilnya bagi khalayak ramai, bisa jadi mayoritas warga negara Indonesia. Setiap orang dinilai dapat merasakan meski secuil dari perubahan itu.

Namun bagi kaum 20%, itu tidak cukup, masih dibutuhkan bukti atau setidaknya simptom atau indikasi bahwa ideologi, visi dan garis perjuangan mereka juga dilindungi secara susbtansial, bukan hanya dengan merekrut kalangan non-government atau golongan kiri ke dalam ring 1 kekuasaan tapi tidak menghasilkan perubahan apa-apa. 

Hal inilah yang rezim saat ini luput untuk dipenuhi, namun sayangnya kelompok oposisi juga tidak memiliki artikulasi argumentasi yang memadai terhadap isu-isu ini dan atau menghindarinya karena takut sikapnya justru akan mengakibatkan mereka kehilangan pendukung kunci mereka.

Paradoksnya: rezim pemenang pun memiliki kesamaan dengan oposisi yakni sama-sama kanan terhadap isu-isu yang muncul dari kelompok kiri atau minoritas. Artinya sikap keduanya tak jauh beda. Contoh yang paling hangat adalah pada kasus penyitaan buku yang dinilai mengandung ajaran komunis. 

Praktik yang jelas-jelas bertentangan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi yang melarang penyitaan tanpa rekomendasi pengadilan. Contoh kedua, isu komunisme itu sendiri. Ketika dituduh PKI, yang terjadi adalah penghindaran dan seolah menempatkan PKI itu kudis busuk, diemohi oleh dua kubu akhirnya PKI di alam kuburpun jadi yang paling salah. 

Contoh ketiga, isu reforma agraria. Isu sepenting ini tak ditanggapi sama sekali oleh rezim Jokowi dan malah memamerkan bagi-bagi setifikat yang diklaim melebihi target. Semua orang yang belajar agraria tahu bahwa bagi-bagi sertifikat bukanlah reforma agraria. Ratusan konflik agraria tak terselesaikan, protes serta tangis tani dan nelayan yang kehilangan tanahnya bahkan nyawa tak direken, darah tumpah sia-sia. 

Contoh keempat, persekusi pada agama minoritas, tak ada tindakan riil untuk melindungi kaum minoritas oleh mayoritas yang menggunakan kekerasan dan jumlah besar. Yang ada hanya pernyatan menyayangkan sementara tindakan persekusi itu terus berjalan. Contoh keempat, pengingkaran Hak Asasi Manusia, termasuk hak kaum yang memiliki orientasi seksual berbeda (LGBTQ) dan persekusi fisik atas transgender. Sama sekali tidak terdengar suara pembelaan atas mereka dari kedua kubu atas nama Hak Asasi Manusia Universal. 

Contoh kelima, Diskriminasi terhadap perempuan yang menjadi korban di pengadilan karena UU ITE atau sikap misoginis patriarkhi, tak ada yang bersikap dan kuat membela, justru publik umum yang bersuara sendiri melalui jalur kampanye online mengkritisi putusan pengadilan. Silakan pembaca mencari contoh-contoh lain jika ada.

Contoh-contoh kasus di atas adalah yang masih membuat kaum 20% ragu,apakah perlu untuk memberikan suara atau membiarkan saja kompetisi ini layaknya aduan layangan, biarlah yang memang talinya kuat menang. Sebenarnya kembali pada pihak yang memerlukan suara lah karena moment 5 menit di bilik suara adalah kontrak politik. 

Sekali coblos maka rakyat akan memberikan kuasanya pada yang dipilih, bisa digunakan untuk membangun negara maupun untuk merampok negara. Atas nama pengalaman, berkali-kali kontrak ini tidak seimbang, pilih lima menit dan nasibmu di tangan penguasa, suara rakyat dirampas untuk 5 tahun dan dibujuk pengaruhi selama 5 tahun berikutnya untuk memilih lagi.

Golongan Putih dalam Analisis Para Pihak

Apabila menggunakan matriks analisis para pihak yang sering digunakan oleh para organisatoris, kita biasanya membuat kuadran antara tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh suatu aktor, dari kuadran tersebut kita menentukan apa sikap dan tindakan kita terhadap mereka. 

Bolehlah kita menggunakannya untuk bermain-main sebentar, tak perlu yang serius kali. Berdasarkan otak-atik tingkat pengaruh dan kepentingan, kelompok ketiga tersebar di beberapa kuadran di mana masing-masing memiliki kekuatan pengaruh maupun kepentingan yang berbeda-beda.

Gambar 1. Mapping sebaran golput dalam Pemilu 2019 (Dokpri)


Pada kuadran Pengaruh Rendah-Kepentingan Rendah selain pendukung kubu lawan, potensi sebaran golongan putih ada dari kaum apatis apolitik yang sengaja menjauh dari politik elektoral namun karena tingkat signifikasi dinilai rendah dibanding upayanya, para pihak di kuadran ini tidak membutuhkan upaya khusus untuk ditarik sebagai pendulang suara. 

Pada kuadran Pengaruh Rendah-Kepentingan Tinggi terdapat pemilih pemula yang baru akan menggunakan haknya pada pemilu 2019, faktor informasi yang tepat, non-HOAX dan keberhasilan program akan menjadi referensi utama penentuan pilihan. Penggunaan social media positif merupakan salah satu alat yang harus dioptimalkan untuk menjangkau dan merebut pilihan mereka.

Pada Kuadran Pengaruh Tinggi-Kepentingan Rendah terdapat pihak yang akan terdampak langsung dari kebijakan dan memberikan dampak langsung juga pada pilihannya namun tingkat kepentingannya pada kekuasaan rendah, pada kelompok ini kaum minoritas akan swinging dalam menentukan pilihan, apakah akan setengah hati atau sepenuh hati pada pilihannya. 

Tergantung sebesar apa nilai politis kaum minoritas bagi kontestan dan seyakin apa kaum minotitas untuk menggantungkan harapannya. Pada Kuadran Pengaruh Tinggi-Kepentingan Tinggi adalah tempat dimana pihak kunci dalam kemenangan elektoral berada, termasuk di sini adalah para tokoh atau lembaga-lembaga non pemerintah dan akademisi yang senantiasa kritis pada penguasa namun tidak berada secara struktural di pemerintahan. 

Pengetahuan, jaringan dan tingkat pengaruh mereka adalah kapital besar yang mesti dikelola dengan baik. Merekrut kaum ini ke dalam lingkaran kuasa secara personal tidak menjamin adanya perubahan signifikan bagi kebijakan dan tidak serta merta mengamankan preferensi politik mereka yang biasanya rasional, kalkulatif, kritis dan sering terdengar sumbang di telinga penguasa.

Sebagai penutup, lubang-lubang di jalan yang Jokowi (dan rezimnya) jalani masih banyak, masih ada waktu untuk menutup lubang-lubang tersebut guna memenuhi ekspektasi tiap pihak. Pun demikian bagi oposisi, sejauh apa bisa memanfaatkan lubang tersebut dengan alternatif pemikiran dan elaborasi argumentasi yang memadai untuk menawarkan jalan lain. 

Tentunya bukan sekedar menggunakanya sebagai kampanye hitam karena hal itu tidak akan memberikan kontribusi positif bagi demokrasi, bahkan kontra-produktif. Tentu memilih seorang anti-demokrasi sebagai pemimpin adalah kesalahan kolektif fatal suatu bangsa. Indonesia tidak perlu mencontoh praktik demokrasi yang tercederai di negara lain karena sudah jelas terlihat bagaimana dampaknya. (ll)




Baca juga:
KFC dan Pro Kontra Beberes Sendiri Selepas Makan
Antara Nama, Perilaku, dan Makna Konotasi yang Semakin Liar
Sajian (Live) Debat Capres Sangat Tidak Menarik

Debat Pilpres dan Gagalnya Politik "Imagologi"

$
0
0

Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1, Joko Widodo dan Maruf Amin (kiri) beserta pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno (kanan) memberikan penjelasan saat debat pilpres pertama di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (17/1/2019). Tema debat pilpres pertama yaitu mengangkat isu Hukum, HAM, Korupsi, dan Terorisme. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

"Segala pemikiran tentang Indonesia yang lebih baik,  berawal dari pencitraan. Entah itu sebatas ide dan gagasan, itu penting untuk pencitraan." Muhammad Rafiq

Dalam kehidupan politik sering kali diwarnai dinamika yang dibentuk oleh lakon para pemain demi meraih popularitas dan dukungan kepentingan. Berbicara soal pencitraan dalam dunia politik, seperti melihat lampu lalu lintas yang terdiri dari tiga rambu, merah, kuning dan hijau. 

Meskipun ketiga warna itu masing-masing punya arti, namun hampir setiap kali kita sering menyebutkannya lampu merah. Karena memang lampu merah paling menonjol dan berkesan dalam pandangan orang kebanyakan. 

Demikian dengan pencitraan, menjadi sudut pandang seseorang untuk menilai individualitas atau kelompok politik. Apabila Image memiliki nilai positif, seluruh masyarakat akan tertarik menanggapinya. Beginilah kerja-kerja imagologi untuk memperkenalkan atau membangun pencitraan.

Seorang novelis bernama Milan Kundera, banyak mengulas Imagologi dalam salah satu novelnya. Ia mengartikan Imagologi sebagai sebuah seni membuat gambaran nilai atau cita-cita yang melibatkan orang banyak tanpa dikritisi atau dipertanyakan oleh orang-orang tersebut. 

Istilah ini mengantarkan masyarakat pada sebuah pertempuran antara realitas versus imajinasi. Media dari senjata utama untuk bekerja menciptakan sebuah pertempuran. Tentu dengan catatan, mesti harus orang-orang yang memiliki nalar tinggi yang mampu membandingkan antara keadaan real dengan keadaan imajiner. Singkatnya, dalam pengertian Midal Kundera imagologi lebih kuat dari realitas.

Selain Milan Kundera, perlu juga kita menyimak Yasraf Amir Piliang bahwa Imagologi (imago berarti imaji atau citra dan logos berarti ilmu atau kebenaran) adalah istilah sentral yang digunakan untuk menjelaskan ilmu tentang citra atau imaji di dalam masyarakat informasi serta peran sentral teknologi informasi dalam membentuk citra tersebut. 

Dari perkembangan teknologi pencitraan mutakhir, imagologi terus bergaung sebagaimana keinginan agar sampai pada hasrat yang dituju, seperti radio, televisi, video, internet, surveillance, satelit, dan realitas virtual yang menciptakan sebuah dunia yang di dalamnya aspek kehidupan setiap orang sangat bergantung pada dunia citraan. 

Penggunaan citra-citra tertentu untuk menciptakan imaji tentang realitas yang pada titik tertentu dianggap merupakan realitas itu sendiri merupakan sasaran dari imagologi. Padahal, semuanya tak lebih dari sebuah fatamorgana dan fantasmagoria (Yasraf Amir Piliang, Hantu-Hantu Politik dan Matinya Sosial, 2003: 150)

Tirto.id

Kini, kerja-kerja imagologi telah berlaku sejak lama di Indonesia mulai dari awal hidupnya teknologi informasi. Tidak hanya dalam kehidupan manusia, juga dalam kehidupan politik. Berbicara politik tanpa pencitraan seperti sayur tanpa garam. Pencitraan mampu mendongkrak popularitas para politisi untuk bisa dikenal.

Ada banyak alat yang bisa digunakan demi popularitas seseorang, mulai dari media massa, media eletronik, media sosial, hingga survei. Dalam perjuangan popularitas, hasil kerja awal imagologi mampu menjadi barometer untuk mendulang kekuatan dan menggalang dukungan. Tentu popularitas dalam konteks kebaikan jadi target utama, meskipun segala kebaikan yang utarakan belum terealisasi atau sama sekali hanya fatamorgana.

Fatamorgana jadi konsep tersendiri untuk diterima masyarakat. Sebab, fatamorgana mampu menggiring pandangan orang-orang dengan tujuan agar tidak mengetahui kebenaran realitas. Akibatnya, terperangkap dalam pesona dan asumsi belaka, namun sebenarnya hanya ruang kosong dan hampa.  

Seluruh kehidupan masyarakat dikelilingi sebuah pencitraan, tidak terkecuali dalam kehidupan politik. Produk pencitraan tentang demokrasi, kemanusiaan, pemerintahan hingga pada level pondasi kehidupan berbangsa dan bernegara yakni hukum hanya menampilkan pencitraan atau imagologi. 

Seperti halnya pertarungan kepala daerah, kepala pemerintahan, pemilihan calon aggota legislatif yang menjadikan media sebagai strategi dalam memenangkan politik. Ditambah lagi dengan kekuatan finansial, citra dapat lebih mudah dibangun dan memungkinkan bisa mempengaruhi pilihan politik seseorang.

Upaya Meraih Citra dalam Debat isu HAM

Upaya meraih citra melalui kontestasi politik sangat ideal. Apalagi saat proses debat dilakukan, hasilnya bisa jadi barometer sejauhmana kekuatan yang dihasilkan atas pandangan tentang apa yang disampaikan. Empat peserta Pemilihan Presiden 2019, yaitu Joko Widodo - Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno sama-sama berupaya meraih citra disaat masyarakat terbelenggu dalam kegamangan hak asasi manusia (HAM) yang harus dijawab.

 Kedua pasangan calon pemimpin negara telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk diutarakan kepada seluruh masyarakat yang menonton debat Pilpres 2019. Kedua calon menyoroti tentang diskriminasi, kebijakan yang tak berpihak kepada HAM berikut  penegakan hukumnya.

Misalnya, dalam visi misi pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin tentang penegakan HAM, diantaranya meningkatkan budaya dan kebijakan yang berpektif HAM termasuk memuat materi HAM dalam kurikulum pendidikan, melanjutkan penyelesaian yang berkeadilan terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu, memberikan jaminan perlindungan dan hak kebebasan beragama dan berkayakinan serta melakukan langkah-langkah hukum tegas terhadap pelaku kekerasan yang mengatasnamakan agama. 

Sedangkan untuk pasangan calon Prabowo-Sandi, melindungi HAM seluruh warga negara dan menghapus praktik diskriminasi sesuai dengan tata aturan yang berlaku. Kemudian menjami kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat di muka umum, dan terakhir menghentikan ancaman persekusi terhadap setiap individu organisasi dan kelompok masyarakat terlepas dari latar belakangnya.

Sepintas melihat visi misi kedua paslon, berkesempatan untuk membawa masyarakat keluar dari belenggu kegamangan. Akan tetapi, hasil debat Pilpres yang berlangsung 17 Januari 2019, justru gagal mengambil citra pada persoalan HAM. Debat hanya sebatas narasi belaka menurut Analis sosial politik dari Universitas Islam Indonesia (UIN) Syarif Hidayatullah, Ubedilah Badrun, tidak ada penjelasan kongkrit. 

kompas.com

Masyarakat tidak mendapat titik terang dari persoalan pelanggaran HAM dari kedua kandidat. Segala persiapan gagasan terkait HAM justru tidak menghasilkan citra apapun, malah saling serang antara satu sama lain dan membuat para pejuang HAM merasa kecewa. Konsep penegakan hukum kedua kandidat menurut Peneliti hukum Para Syndicate, Agung Sulistyo, tidak menggali secara fundamental tentang penegakan hukum. 

Jika Prabowo disoroti karena penegakan hukum Chief of Law Enforcement Officer yang mirip pemikiran orde baru, sementara Jokowi lebih nyaman membahas persoalan seputar ekonomi dan pembangunan. Tidak ada pemikiran segar dalam penegakan hukum HAM.

Bahkan, sekelas Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Bela Ulung Hapsara, mengeritik kedua pasangan belum mengelaborasi lebih jauh persoalan HAM, terutama dalam konteks tolerasi, diskriminasi dan kekerasan berbasis ekstremisme. Tidak ada komitmen keduanya untuk mengatasi hal tersebut.

Bahkan, tidak meyinggung soal praktik diskriminasi terhadap kelompok yang memiliki orientasi seksual berbeda atau LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender). Mestinya, persoalan ini harus diangkat dipermukaan. Bukan tanpa sebab, persoalan tersebut tengah melanda moral bangsa Indonesia. Jika tidak ada pemikiran soal itu, gagal sudah keduanya meraih citra di masyarakat.

Beralih pada kasus HAM berat di masa lalu, Direktur Riset Setara Institute, Halili menilai  tidak ada gagasan kongkrit bagaimana menyelesaikan kasusnya, entah harus lewat jalur yudisial atau non-yudisial. Meskipun ada kesepakatan tidak menyinggung soal HAM masa lalu, masyarakat dan pejuang HAM butuh sebatas pemikiran baru saja.

Setiap segmen harusnya dimanfaatkan kedua kandidat untuk lebih banyak menyinggung soal penegakan hukum HAM. Untuk meraih citra di masyarakat, setiap segmen terbuka kesempatan untuk berbicara lebih banyak.

 Misalnya, selama kepemimpinan Jokowi, sudah sejauhmana penegakan hukum HAM, terutama terhadap kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu. Bukan untuk menyinggung keterlibatan oknum atau yang diduga terlibat meski tidak terbukti, akan tetapi memberikan pemikiran baru dalam menyelesaikan kasus pelanggaran HAM. 

Namun, hal itu tidak nampak dan cenderung bertele-tele. Tidak ada bedanya dengan Prabowo, meskipun belum pernah merasakan kursi pimpinan negara, pastinya memiliki taktik tersendiri  untuk berbicara penegakan hukum. 

Prabowo sangat diuntungkan untuk berbicara soal itu, karena dilatar belakangi militer dan saksi sejarah HAM berat masa lalu. Jokowi, hanya hadir saat proses penuntasan pelanggaran HAM. Sebelum Jokowi, sudah ada Presiden sebelumnya yang berupaya menegakkan hukum HAM. Jokowi hanya melanjutkan, atau memberikan penyegaran dengan pemikiran dan kebijakan hukum yang baru.

Kedua kandidat sama-sama tidak memanfaatkan politik imagologi. Padahal, dalam moment seperti itu, sangat tepat untuk meraih citra. Kalau Jokowi diuntungkan pernah memimpin Indonesia, harusnya Prabowo lebih progresif mengeluarkan ide dan gagasan. Sehingga, ada kebangkitan semangat untuk menuntaskan kasus HAM. Apalagi untuk urusan politik pencitraan, dibelakang Prabowo ada Susilo Bambang Yudhoyono sebagai tokoh pencitraan di Indonesia. Mestinya paham itu.

Dalam uraian visi misi kedua kadidat, jelas menunjukkan penegakam hukum HAM. Tidak ada kalimat pesimis baik masyakat maupun pejuang HAM di Indonesia. Catatan penting kedua kandidat harus dipahami bahwa citra itu sangat penting dalam urusan HAM. Karena, persoalan kemanusiaan hari ini diselimuti msalah HAM, mulai dari penegakan hingga pemenuhan. 

Merujuk pada pengertian Milan Kundera, baik Jokowi dan Prabowo dikelilingi media sebagai sarana meraih citra. Terlepas siapa yang banyak menguasai media, di era kebebasan pers sekarang ini, seluruh kehidupan manusia bergantung pada media. Prilaku politik hingga pemikiran politik memiliki andil utama mempengaruhi seluruh kehidupan masyarakat. Bukan tidak mungkin, debat Pilpres punya poin besar untuk mengalihkan pandangan masyarakat.

Masih Ada Waktu untuk Pencitraan

Jokowi maupun Prabowo bisa disebut sebagai orang-orang yang memiliki nalar yang tinggi untuk meriah pencitraan. Blusukan ala Jokowi dan kontorversial ala Prabowo, bisa dinilai sebagai bentuk pencitraan. Sebab, pemikiran masyarakat tidak selamanya terbentuk oleh pencitraan ala Jokowi, melainkan pencitraan ala Prabowo juga dibutuhkan untuk membuka pikiran masyarakat tentang Indonesia yang lebih baik.

Waktu Pemilu 2019 masih menyisahkan waktu beberapa bulan lagi. Kesempatan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya meraih citra di masyarakat. Citra itu penting untuk mendulang kekuatan dan dukungan. 

Dukungan media masih terbuka lebar menebarkan citra dimasyarakat. Akan tapi dengan catatan, citra yang ditampakkan tidak menyampingkan realitas yang ada atau bukan sekadar imajinasi. 

Memang ada benarnya tidak menggunakan politik pencitraan. Namun, dievalusasi setiap moment,  harus melahirkan ide-ide segar tentang Indonesia. Walau pada akhirnya hanya sekadar imajinasi bekala, siapa yang tau, perjalanan pemerintahan kelas akan terjadi seperti apa yang disampaikan. 

Dalam kelompok kepentingan, para politisi punya peran dan kedisiplinan ilmu. Dengan sendirinya, mereka mengambil peran masing-masing dalam pemerintahan. Entah sebatas imajinasi atau tidak, salah satunya pasti akan terjadi.




Baca juga:
Puisi | Para Pelakon Drama
Wajib Kerja Dokter Spesialis, Sebuah Kerja Ideologi atau Pelanggaran HAM?
Kaleidoskop 2018: Yang Terjadi di Kompasiana Sepanjang Tahun 2018 yang Perlu Kamu Tahu

Ini tentang Gonzalo Higuain Merumput bersama Chelsea

$
0
0

Gonzalo Higuain (Foto Goal.com)

Aktivitas transfer pemain di Liga Top Eropa pada musim dingin ini memang tidak sehangat pada musim panas. Namun demikian menarik juga mengikuti dinamika yang saat ini berkembang mengenai rumor yang terjadi dan fakta yang sudah resmi.

Eden Hazard yang hingga saat ini belum ada kepastian keinginannya ke Madrid terwujud atau tidak, masih tetap menunggu dan sementara belum mau membicarakan perpanjangan kontrak bersama  Chelsea.

Media di Eropa baik media cetak maupun online saat ini sedang ramai membicarakan transfer striker Tim Nasional Argentina yang dipinjamkan Juventus ke AC Milan. Ya benar dia adalah Gonzalo Higuain. Rupanya Chelsea telah menyetujui keinginan Maurizio untuk merekrut Gonzalo Higuain dengan status pinjaman hingga akhir musim, seperti diwartakan Skysports.com (16/1/19).

Status tersebut bisa diperpanjang selama 12 bulan dengan persyaratan tertentu bahkan mungkin ada opsi dalam klausul untuk kontrak tetap. Hal ini tergantung dari kesepakan manajemen Chelsea dan Juventus. Saat ini  Higuain masih status dipinjamkan ke AC Milan dari Juventus sejak awal musim ini dengan opsi untuk transfer resmi pada akhir musim nanti.

Ramainya pergunjingan tentang Gonzalo Higuain ini adalah akibat stagnannya lini depan dari The Blues Chelsea. Alvaro Morata dan Olivier Giroud tak kunjung kembali tajam seperti saat mereka merumput di klub lamanya. Hal ini yang menjadi problem Chelsea selama ini.

Pelatih Chelsea Maurizio Sarri meyakini bahwa Higuain adalah solusi bagi lini depan Chelsea. Sarri pernah bersama-sama dengan Higuain ketika mereka berada di klub Napoli. Mungkin hal ini yang harus dipahami mengapa Sarri tertarik membawa Higuain ke Stamford Bridge.

Meskipun demikian ternyata Dewan Klub Chelsea mempunyai pendapat yang berbeda. Mereka tidak yakin apakah Higuain adalah solusi. Mereka merasakan adanya kekhawatiran bahwa Higuain akan gagal bermain bersama The Blues.

Seperti dikemukakan oleh Kepala eksekutif Chelsea, Marina Granovskaia yang merasa tetap tidak yakin bahwa Higuain adalah jawaban untuk masalah striker yang saat ini menjadi problem  klub.

Pada laga Piala Super Italia melawan Juventus di Arab Saudi, Higuain sempat diturunkan oleh Pelatih Gattuso. Dia mulai bermain dari bangku cadangan selama 20 menit terakhir saat Milan mengalami kekalahan 0-1.

Saat itu pelatih AC Milan, Gattuso sempat mengatakan tentang Gonzalo Higuain yang disebut sebut akan bermain bersama Chelsea. Sejauh ini penampilan Higuain bersama Milan baru mencetak delapan gol dari 21 penampilannya di semua kompetisi yang dijalaninya.

"Saya mendengar banyak rumor soal Higuain, namun dia berlatih baik, dia bahagia dengan rekan satu timnya, dia bahagia dengan semua orang. Dia masih belum mengatakan kepada saya bahwa dia ingin pergi, saya masih menunggu. Anda tahu apa yang saya maksud." Demikian kata Gattuso seperti dikutip dari Skysports.com (16/1/19).

Namun Goal.com (17/1/19) melaporkan bahwa Higuain akan dipinjamkan ke Chelsea selama enam bulan lewat biaya 9 juta. The Blues nantinya wajib mempermanenkan status penyerang 31 tahun itu seharga 36 juta sebagai salah satu opsi dengan beberapa syarat khusus terkait penampilan dan prestasi tim.

Kita tunggu saja apa yang akan terjadi dengan Higuain yang jelas Chelsea saat ini sangat butuh seorang penyerang tengah untuk menghadapi kompetisi Liga Primer yang persaingannya semakin ketat.

#hensa #kompasiana #premierleague 




Baca juga:
Tren "Fast Fashion" dan Larisnya Baju Bekas di Indonesia
Puisi | Para Pelakon Drama
Wajib Kerja Dokter Spesialis, Sebuah Kerja Ideologi atau Pelanggaran HAM?

[Pro-Kontra] Konsumen Beberes Sendiri Setelah Makan di Restoran

$
0
0

ilustrasi

Pada laman Facebook KFC Indonesia, mereka mulai kembali meyerukan budaya untuk beberes setelah makan.

"Sejak kecil, kita udah diajarin sebenarnya untuk selalu beberes setelah makan. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, budaya ini sudah mulai jarang. Kita lestarikan lagi budaya beberes, yuk! Dari sekarang, kita mulai budaya beberes setelah makan!" tulis @kfcindonesia pada dinding fanpage mereka.

Akan tetepi ajakan itu tidak disambut baik. Alih-alih mengingatkan kembali, justru dianggap oleh sebagian orang malah mengurangi pelayanan kepada kostumer.

"Tujuanku makan di luar rumah ya biar gak beberes bos, lha ngapain aku beli ayam di luar kalau masih beberes, mending makan di rumah," tulis pengguna Facebook pada kolom komentar @kfcindonesia.

Terlepas dari ajakan untuk kembali dibudayakannya beberes sendiri setelah makan di restoran atau rumah makan, biasanya kamu termasuk yang mana: beberes sendiri dengan menumpuknya di tengah meja atau menunggu dibereskan? Silakan sampaikan opini/pendapat Kompasianer pada laman Pro-Kontra: Lebih Sering Beberes Sendiri Setelah Makan di Restoran Cepat Saji.




Baca juga:
Kembali ke Desa, Membunuh "Agony" di Akhir Pekan
Tren "Fast Fashion" dan Larisnya Baju Bekas di Indonesia
Puisi | Para Pelakon Drama

Kucing Cleopatra Menyibak Tabir Tragedi Julius Caesar

$
0
0

Julius Caesar and Cleopatra.(Sumber: pinterest.com/lauren888)

Beberapa waktu lalu salah satu kakak saya mengirimkan video lagu Cleopatra's Cat yang dimainkan oleh group band Spin Doctor. Kompasianer generasi X mungkin tahu atau pernah mendengar lagu tersebut.

Sebetulnya saya sendiri sudah lama tidak mendengar lagu yang dikeluarkan tahun 90an ini, saya kemudian bertanya-tanya, apakah sebetulnya Cleopatra mempunyai kucing peliharaan? Dalam sejarah tentang Cleopatra memang tidak pernah disebutkan soal kucing. 

Tapi saya pernah membaca satu cerita rakyat tentang kucing Cleopatra yang bernama Tivali. Di era Cleopatra, kucing memang dianggap sebagai hewan yang dihormati di Mesir.

Siapa sangka kalau kucing Cleopatra ternyata mampu menyibak tabir tragedi Julius Caesar? Cuma Spin Doctor yang bisa membuat kucing ikutan angkat bicara. Berikut yang dirangkum website genius, paragraph demi paragraph dari lirik lagu tersebut.

Cleopatra's favorite cat
Got his hands on Caesar's spats
The heat was on as you could see
So he front 'em to Mark Antony.
Said, "My girlfriend's cat is smarter than me."


Pada zaman Cleopatra, kucing adalah hewan yang sangat dihormati. Besar kemungkinan Cleopatra membiarkan kucingnya melakukan apa saja, termasuk memainkan baju Julius Caesar.

Julius Caesar, Jenderal Militer Romawi, politisi, mempunyai affair dengan penguasa Mesir Cleopatra VII yang membuahkan seorang putra bernama Caesarion. Jadi pada intinya, ini menjadikan Cleopatra kekasih Caesar.

Lirik ini juga menunjukan kedekatan Julius Caesar dan Mark Anthony. Mark Anthony adalah sekutu dekat Julius Caesar yang awalnya  mengambil alih sebagai kepala faksi Caesarian setelah pembunuhan Julius Caesar sekitar tahun 44 SM.

Caesar had an eye for clothes
He saw them spats and said, "I like those."

Lirik disini menggambarkan Julius Caesar yang senang akan materil/kekayaan/kekuasaan. Jendral Militer Romawi ini akhirnya memang menjadi diktator.

Caesar had nothing to say, except,
"Jesu Christi Domine,
Et tu, Brute,
Jesu Christi Domine,
Et tu, Brute."

Julius Caesar dibunuh Brutus.(Sumber website Pentucket profile)

Pada detik-detik  kematiannya Caesar memang tidak dapat berkata apa-apa kecuali " Et tu, Brute". Latin phrase Et tu, Brute  berarti "bahkan kamu Brutus?" adalah kalimat penting dalam drama tragedi William Shakespeare "The Tragedy Of Julius Caesar" yang menggambarkan pembunuhan diktator Romawi itu. 

Julius Caesar mengucapkan kalimat ini ketika temannya Senator Romawi Marcus Junius Brutus berhianat, bergabung dengan para penyerang dan membunuhnya. 

Beberapa orang menafsirkan kalimat ini sebagai kutukan pada Brutus dengan menyiratkan bahwa dia juga akhirnya akan jatuh setelah merasakan kekuasaan.

Kalimat lengkap sebetulnya adalah Et tu, Brute? Then fall, Caesar. Bahkan kamu, Brutus? Lalu jatuhlah Caesar. Ungkapan ini masih digunakan hingga sekarang  sebagai ungkapan keterkejutan akan penghianatan seseorang yang seharusnya adalah sahabat.

The senate tried to sympathize
It was the cat they should despise
Informant told his whereabouts
Centurions to seek him out
Centurions! There go the centurions.

Senat yang bersimpathy dengan Brutus menamakan diri mereka kelompok 'Pembebas' dan merencanakan pembunuhan Caesar. Centurion adalah tentara angkatan darat dibentuk sejak reformasi Marian  sekitar  tahun 107 SM

Brutus had to turn his head
When this cat done went and said,
"If he's got this thing for shoes,
He just might be ambitious, too.
They got holidays all in his name,
And all a tyrant needs is fame.
Those fascists don't play pretty games

Lirik ini mengisahkan  Marcus Junius Brutus sebagai seorang Senator Romawi yang dikenal akan perannya dalam pembunuhan Julius Caesar. Pada awalnya dekat dengan Julius Caesar, tapi kemudian berhianat karena yakin kalau ambisi Caesar akan kekuasaan adalah ancaman bagi Republik Romawi. 

Brutus pertama kali menentang Caesar adalah selama perang saudara, saat Caesar bertempur bersama Pompey The Great. Namun setelah Caesar menang, Brutus menyerah, dan Caesar memberikan amnesti kepadanya  tahun 48 SM.

Namun di tahun 44 SM, Brutus kembali berhianat dengan bergabung pada sekelompok Senator dan kemudian  membunuh Caesar. Setelah pembunuhan Caesar, Brutus kembali mendapatkan amnesti, kali ini diberikan oleh Mark Anthony, tapi akhirnya saat kekuasaan diambil alih oleh ahli waris dan cucu keponakan Julius Caesar, Octavianus(kemudian dikenal sebagai Augustus Caesar), menyebabkan pengusiran kelompok 'Pembebas'. 

Setelah pengusiran mereka, Brutus berkonspirasi dengan Gaius Cassius Longinus memimpin pasukan melawan Octavianus dan Mark Anthony dalam perang saudara. Cassius dan Brutus dikalahkan pada pertempuran Filipi pada tahun 42 SM, setelah itu Brutus bunuh diri.

Egypt is the place to be...
But Rome is a democracy.
Rome!"

Mesir pada masa itu diperintah oleh Firaun atau Raja-Raja penguasa yang dianggap sebagai perantara antara rakyat Mesir dengan dewa-dewa mereka. Cleopatra dan putranya dari Julius Caesar, Caesarion merupakan dua Firaun terakhir. Aneksasi Mesir oleh Kekaisaran Romawi mengakhiri pemerintahan Firaun.

Sebelum pembunuhan Julius Caesar dan kenaikan August Caesar sebagai Kaisar Romawi pertama, bentuk pemerintahan Roma adalah Republik dibawah wewenang Senat Romawi terpilih.

Caesar never got them back
'Cause they killed his ass in the second act.

Ini adalah referensi untuk drama William Shakespeare yang disebut "The Tragedy of Julius Caesar" dimana Diktator Romawi itu dibunuh oleh Senator Romawi di akting kedua dari drama tersebut.

Brutus spoke, then Antony:

Lirik ini merupakan referensi lainnya dalam drama yang sama dimana setelah pembunuhan Julius Caesar, salah satu orang yang berkonspirasi dengan Brutus berusaha menjelaskan kepada kerumunan warga Romawi bahwa mereka membunuh Caesar demi kebaikan Republik Romawi.

Namun Mark Anthony, sebagai pendukung Julius Caesar kemudian berorasi dengan pidatonya sendiri dimana ia mengajak kerumunan warga Romawi untuk melawan penghianat Julius Caesar.

Said, "My girlfriend's cat is smarter than me.

Pada awal lagu, Julius Caesar yang menyebutkan kucing Cleopatra sebagai "kucing kekasihnya", dalam lirik ini justru Mark Anthony yang menyebutkannya.

Beberapa tahun setelah dibunuhnya Julius Caesar, Mark Anthony terlibat asmara dengan Cleopatra dan beraliansi dengan Mesir yang akhirnya menimbulkan perang Actium diikuti dengan ditangkapnya Mark Anthony and Cleopatra, dimana akhirnya Cleopatra bunuh diri.

Friends, Romans, can't you see
My girlfriend's cat is smarter than me
Egypt's biggest rivalry:
Cleopatra's cat and me."

Mark Anthony berorasi saat kematian Julius Caesar.Sumber : pinterest/jan Kadletz

Lirik ini mereferensikan akting ke 3 di babak kedua dari drama William Shakespeare, "The Tragedy of Julius Caesar": Dimana Mark Anthony  berorasi mengajak kerumunan warga Romawi untuk melawan para penghianat Julius Caesar termasuk Brutus. Orasinya dimulai dengan kata-kata Friends, Romans ...   teman-teman, bangsa Romawi.

Arti orasi lengkapnya kira-kira seperti ini :

Teman-teman, orang-orang Romawi, sebangsa, dengarlah baik-baik.
Aku datang untuk mengubur Caesar, bukan untuk memujinya.
Keburukan yang dilakukan manusia hidup setelah mereka.
Kebaikan biasanya dikubur bersama tulang-tulang mereka.
Jadi biarlah itu terjadi pada Caesar.

Brutus yang mulia telah memberitahu kalian bahwa Caesar sangat berambisi. Jika memang demikian, itu adalah kesalahan yang menyedihkan dan dengan kesedihan Caesar telah menjawabnya. Disini, dibawah pengaruh Brutus dan yang lainnya.

Karena Brutus adalah orang yang terhormat, begitu juga mereka, semua orang-orang terhormat.
Ayo aku berbicara di pemakaman Caesar. Dia adalah sahabatku, setia dan hanya kepadaku.
Tapi Brutus bilang dia ambisius. Dan Brutus orang terhormat.
Dia (Caesar)telah membawa pulang tawanan kembali ke Roma.

Apakah ini membuat Caesar ambisius? Ketika orang miskin menangis, Caesarpun turut menangis. Ambisi harusnya terbuat dari sesuatu yang lebih keras. Namun Brutus mengatakan Caesar ambisius. Dan Brutus adalah orang yang terhormat.  Kalian semua telah melihatnya di Lupercal. Saya tiga kali mempersembahkan mahkota kepada Caesar, yang dia lakukan adalah tiga kali menolaknya. Apakah ini ambisi? Namun Brutus mengatakan Caesar ambisius. Dan tentu saja Brutus adalah orang yang terhormat.

Aku bicara bukan untuk menyangkal apa yang dikatakan Brutus. Tapi disini aku bicara apa yang ku tahu. Kalian pernah mencintai Caesar bukan tanpa sebab. Apa yang menyebabkan kalian menahan berduka cita untuknya? O, penilaian! Kalian telah lari ke binatang buas. Orang-orang telah kehilangan alasan mereka.

Tetaplah bersamaku. Hatiku ada di dalam peti mati disana bersama Caesar. Dan aku harus berhenti hingga hatiku kembali lagi padaku.




Baca juga:
Wahai Pejuang LDR, Bersatulah!
Kembali ke Desa, Membunuh "Agony" di Akhir Pekan
Tren "Fast Fashion" dan Larisnya Baju Bekas di Indonesia

Mengatasi Kemiskinan dengan Dana Desa

$
0
0

Foto: kontan/Cheppy A. Muchlis

"Indonesia tidak akan bercahaya dengan obor besar di Jakarta, tetapi Indonesia akan bercahaya karena lilin-lilin di Desa." Bung Hatta

Kemiskinan adalah permasalahan yang dialami semua negara di dunia ini. Di negara-negara maju sekalipun, kemiskinan menjadi permasalahan yang terus diupayakan untuk diatasi. Demikian juga dengan di negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah selalu berusaha mengatasi masalah kemiskinan dengan berbagai instrumen kebijakan dan melalui pelaksanaan program-program untuk mengatasi kemiskinan. Mengatasi kemiskinan harus dilakukan secara menyeluruh dan mendasar yang melibatkan berbagai sektor yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

Keberhasilan ataupun ketidakberhasilan dalam mengatasi masalah kemiskinan memerlukan standard dan metodologi yang bisa dipertanggungjawabkan sehingga menghasilkan data-data yang penting untuk mengambil keputusan. Selain itu juga harus bisa diduplikasi untuk keberlangsungan data statistik dan juga dicek apakah telah sesuai dengan yang sesungguhnya.

Sumber: bps.go.id

Tren Penurunan Angka Kemiskinan di Pedesaan

Data-data terkait kemiskinan di Indonesia terus mengalami perbaikan. Hal ini menunjukkan keberhasilan dalam upaya mengatasi kemiskinan. Hingga akhir tahun 2018 angka kemiskinan secara total berhasil ditekan berada dibawah dua digit. Data periode Maret 2018 mencapai 9,82 persen dan pada periode September 2018 turun kembali menjadi 9,66 persen.

Secara lokasi tempat kemiskinan berada, ternyata sekitar 60 persen berada di wilayah pedesaan. Itu artinya, konsentrasi mengatasi kemiskinan harus lebih fokus di wilayah pedesaan. Hal ini menjadi perhatian pemerintah dalam memutuskan suatu kebijakan dan program. Salah satu upaya yang telah dan sedang dilaksanakan adalah melalui Alokasi Dana Desa.

 Sejak APBN Tahun 2015, Pemerintah Pusat telah mengalokasikan Dana Desa dalam APBN. Hingga APBN Tahun 2019, jumlah alokasi Dana Desa terus meningkat. Demikian juga realisasi atau penyerapan Dana Desa yang terus membaik. Data Dana Desa dari Kementerian Keuangan adalah sebagai berikut:

  • Tahun 2015 Rp20 T dengan realisasi 82,72%;
  • Tahun 2016 Rp46 T dengan realisasi 97,65%;
  • Tahun 2017 Rp60 T dengan realisasi 98,26%;
  • Tahun 2018 Rp60 T dengan realisasi 99,8%.

Dalam APBN tahun 2019, Pemerintah Pusat telah mengalokasikan Dana Desa sebesar Rp70 T.

Penggunaan Dana Desa yang amanah bertanggungjawab, yang sesuai kebutuhan masyarakat dan kondisi masing-masing desa, memberikan hasil yang sangat menggembirakan dalam upaya mengatasi kemiskinan. Dalam data diatas dapat dilihat bahwa terus terjadi penurunan angka kemiskinan.

Sumber: bps.go.id

Tren Penurunan Ketimpangan di Pedesaan

Penurunan angka kemiskinan juga diikut dengan membaiknya gap ketimpangan. Hal ini ditunjukkan dalam data terbaru Rasio Gini (Gini Ratio) di Indonesia. Pada September 2018 Rasio Gini kembali turun ke angka 0,384. 

Untuk daerah perkotaan rasionya terus membaik hingga mencapai 0,391. Di daerah pedesaan rasionya juga menurun ke angka 0,319 yang menunjukkan ketimpangan yang terjadi tidak separah di perkotaan.

Berdasarkan data-data tersebut, secara relatif dapat disimpulkan bahwa keberhasilan penurunan angka kemiskinan juga diikuti dengan mulai menurunnya ketimpangan antara penduduk kaya dengan penduduk miskin. Artinya meskipun masih sangat jauh dari ideal, namun mulai terjadi pemerataan pendapatan. Data ini bisa jadi petunjuk bahwa kebijakan dan program pemerintah telah berada dalam jalur yang benar.   

Sumber: Kemenkeu.go.id

Kisah Sukses Dana Desa

Data-data yang memberikan tanda-tanda positif terkait upaya mengatasi kemiskinan khususnya di wilayah pedesaan, tidak akan banyak berarti bila dalam tataran fakta tidak didukung dengan adanya perbaikan di desa-desa yang semula miskin menjadi lebih sejahtera. Pasti akan banyak pertanyaan: Benarkah kemiskinan di desa-desa sudah berkurang seperti yang ditunjukkan oleh data-data statistik?  

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka tentu diperlukan informasi yang valid dan kredibel, bukan hanya katanya. Syukurlah beberapa desa yang mendapatkan alokasi Dana Desa telah menjadi pusat perhatian masyarakat dan dipublikasikan di berbagai media nasional. 

Desa Ponggok di Kabupaten Klaten misalnya, menjadi Desa yang menginspirasi dimana Dana Desa yang dimanfaatkan dengan baik akan menghasilkan kemajuan bagi desa yang otomatis mengurangi bahkan menghilangkan kemiskinan. 

Desa Ponggok berhasil memanfaatkan dana desa untuk mengembangkan potensi pariwisata mata air sehingga meningkatkan kegiatan perekonomian desa, rakyat mendapatkan pekerjaan dan penghasilan, yang akhirnya menjadi investor bagi Badan Usaha Milik Desa.

Masih banyak lagi kisah sukses desa-desa di Indonesia berkat adanya alokasi Dana Desa. Di Provinsi Aceh ada Desa Mon Lhok Puteh Kab. Lhoksemawe, Desa Pasi Pinang, Kab. Meulaboh, Kampung Paya Tungel Kab. Aceh Tengah, dan desa-desa lainnya. 

Di Kalimantan ada Desa Muara Arai Kab. Barito Selatan, Desa Harapan Mulia Kayong Utara, Desa Sungai Pisau Sintang dan desa-desa lainnya. Kisah sukses dana desa ada di seluruh nusantara yang luas ini, seperti Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, Maluku, hingga Papua.

Kisah-kisah sukses Desa-desa yang berhasil memanfaatkan Alokasi Dana Desa untuk membangun dan memajukan desanya sehingga meningkatkan kualitas hidup dan perekenomian di desa selengkapnya bisa dibaca dalam Buku Kisah Sukses Dana Desa. Buku Kisah Sukses Dana Desa di Website Kementerian Keuangan RI. 

Di dalamnya terdapat kisah 168 desa di seluruh Indonesia. Tentu masih sangat banyak lagi kisah sukses di Desa lainnya di Indonesia terkait pemanfaatan dana desa yang belum sempat dipublikasikan atau yang belum sempat kita ketahui.    

Peran Dana Desa akan makin penting untuk mengatasi kemiskinan di Desa.  Apalagi jika melihat data statistik, pedesaan yg merupakan tempat paling banyak penduduk miskin yaitu sebanyak 60% dibandingkan di kota sebanyak 40%.  

Mungkin hal ini yg mendasari kebijakan Dana Desa di tahun 2019 harus dilaksanakan secara swakelola dan 30% untuk upah pekerja. Agar masyarakat mandiri, yaitu akan mendapatkan penghasilan dengan bekerja. Tidak lagi hanya tenang-tenang di rumah menunggu datangnya subsidi baik berupa barang maupun uang tunai.

***

Penurunan data-data angka kemiskinan memang menggembirakan. Akan tetapi dari data-data yang sama pula memberikan kenyataan bahwa masih relatif banyak rakyat miskin di negara kita. Itu artinya masih sangat banyak yang harus dikerjakan untuk mengatasi kemiskinan. Untuk itulah diperlukan kerja sama yang baik dari semua komponen bangsa.

Dan bagi masing-masing pribadi yang peduli dengan saudara-saudara sebangsa setanah air yang masih dalam kemiskinan, mari berbuat sesuatu yang nyata untuk mereka. Ulurkan tangan untuk membantu sesuai kemampuan baik secara ekonomi, memberikan pelatihan/keterampilan ataupun memberikan motivasi. 

Tindakan nyata bisa dilakukan mulai dari rajin berderma hingga mendukung usaha rakyat kecil dengan membeli produk-produk mereka (tanpa harus menawar sedemikian rupa).     

Maju terus NKRI agar rakyat makin sejahtera. Aamiin.




Baca juga:
Mengapa Seseorang Berbohong?
Wahai Pejuang LDR, Bersatulah!
Kembali ke Desa, Membunuh "Agony" di Akhir Pekan

Estetika Tulisan dan Kerumitannya

$
0
0

Foto: Luca Laurance on Unsplash

Sembari menulis handout "Swasunting", saya membaca ulang karya Pak Wahyu Wibowo bertajuk Menjadi Penulis dan Penyunting Sukses. Buku ini keren karena penulisnya juga keren. Pak Wahyu Wibowo seorang penulis senior berlatar belakang ilmu yang kaya. Pendidikan sarjananya di Ilmu Sastra UI, S-2 di Manajemen, dan S-3 di Filsafat. Beliau pernah berkarier sebagai wartawan sekaligus menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi.

Belakangan Pak Wahyu Wibowo lebih dikenal sebagai pakar dan praktisi di bidang penulisan karya tulis ilmiah (KTI). Beliau menjadi salah seorang penilai untuk program hibah/insentif buku pendidikan tinggi yang diadakan Kemristekdikti. 

Saya senang membaca karya-karya Pak Wahyu yang puluhan jumlahnya, terutama tentang penulisan. Muatannya berat, tetapi disampaikan dengan gaya yang lincah. Dari buku tentang penulis dan penyunting yang saya baca tersebut, langsung pembaca disuguhi hakikat keindahan dalam karya tulis. Beliau membukanya dengan kisah Ken Dedes dan Ken Angrok yang dinukil dari kitab Pararaton

Sejatinya tulisan itu adalah karya seni yang mengandung keindahan sehingga memikat untuk dibaca seperti halnya Pararaton---terlepas dari klaim itu hanya mitos belaka, bukan kisah sebenarnya. Di balik keindahan itu ada unsur-unsur kerumitan yang membangun sebuah narasi menjadi apik dan menarik untuk dibaca, bahkan dipercayai.

Pak Wahyu meramu pandangan DeWitt H. Parker, seorang profesor di bidang filsafat, dan Monroe Beardsley, seorang filsuf di bidang seni. Dalam konteks sesuatu yang indah maka terdapat unsur-unsur yang saling mendukung. Sesuatu dikatakan indah apabila keanekaragaman unsur-unsur terlihat saling menopang menjadi satu kesatuan yang utuh. 

Terkait tulis-menulis, menurut Pak Wahyu, prinsip indah sejajar dengan berpikir jernih yakni menimbang segala sesuatunya secara objektif, matang, dan logis. Dengan berpikir jernih, seorang penulis mampu menjaga kesatuan dan keutuhan keanekaragaman pikiran yang muncul dari dalam tulisan. Dengan demikian, tulisan akan terkesan wajar, rapi, dan elegan.

Saya ingin menghubungkannya dengan konsep saya tentang tulisan yang baik. Saya menyebut tiga daya yang menunjukkan sebuah tulisan itu dikategorikan baik. Pertama, adanya daya gugah yakni kemampuan tulisan menarik orang untuk membaca sampai tuntas. 

Kedua, adanya daya ubah yakni kemampuan tulisan menggerakkan orang berubah ke arah yang lebih baik (dari tahu menjadi mengerti; dari mengerti menjadi memahami; dari memahami menjadi melakukan). Ketiga, daya pikat yakni kemampuan tulisan memberi pengalaman-pengalaman indah atau impresi bagi pembacanya sekaligus meninggalkan kesan yang menyenangkan. 

Bandingkan dengan prinsip Pak Wahyu yang menyebutkan bahwa tulisan indah itu harus 1) mengandung kesatuan dan keutuhan; 2) mengandung satu pikiran utama yang jelas; 3) mengandung prinsip perkembangan. 

Tulisan yang indah itu mewujud dalam satu yang utuh. Tulisan yang indah itu menonjolkan satu pikiran utama yang jelas meskipun ada banyak unsur yang dicuatkan. Perhatikan di dalam lukisan itu ada objek, warna, media, format, dan makna. 

Setiap orang dapat memilih fokus pada hal yang menonjol itu sebagai titik landas memahami lukisan. Demikian pula tulisan, ada topik, bahasa, gambar, bentuk tulisan, maksud, dan makna. Tulisan yang indah juga disebut mengandung prinsip perkembangan karena dijalin dari berbagai unsur yang mengungkap pertalian sebab-akibat.

Jadi, tulisan yang indah sebenarnya dibangun dari kerumitan-kerumitan, seperti diksi, ejaan, bangun kalimat, dan bangun paragraf yang digunakan untuk mengemas pikiran serta perasaan penulis. Itu mengapa tulisan orang dewasa yang telah mengalami pendewasaan berpikir dan juga pendidikan, tentu berbeda dengan tulisan seorang anak-anak yang baru belajar menulis. Tulisan anak-anak dibangun dari unsur sederhana, sama dengan cara mereka melukis sebuah pemandangan: gunung, awan, matahari, rumah, dan jalan ditampilkan secara sederhana. 

Bagaimana jika seorang penulis mengabaikan kerumitan atau menyederhanakan persoalan tulis-menulis tersebut? Wujudnya adalah tulisan yang asal jadi atau tidak memberikan efek apa pun bagi pembaca. Itulah yang semakin banyak kita baca dan kita konsumsi pada era media sosial kini. Tulisan-tulisan seperti itu menumpulkan daya estetis kita untuk mengapresiasi sebuah karya.

Tulisan yang bagus atau indah betapa pun sederhananya ketika dibaca dan dipahami, itu adalah hasil pengemasan kerumitan-kerumitan yang canggih dari penulisnya. Alhasil, seni menulis adalah mampu menyajikan sesuatu yang rumit menjadi mudah dipahami. Adapun kerumitan-kerumitan itu memang harus digumuli oleh sang penulis, seperti teori, konsep, data, fakta, dan diksi (pilihan kata). Penulis yang tidak menyukai pergumulan kerumitan akan cenderung membahas sesuatu yang hanya kulit luarnya, tidak mendetail dan tidak bernas. 

Istilah "daging" di dalam materi atau konten dalam bahasa populer kini mengacu pada kerumitan-kerumitan yang ditata oleh penulisnya menjadi sebuah "hidangan" yang bukan hanya sedap dipandang mata, melainkan juga enak disantap. Pengemasan kerumitan ini memang memerlukan pelatihan dan jam terbang untuk mengasahnya. 

Contoh karya-karya hebat yang dikemas dari kerumitan ditunjukkan oleh para penulis, seperti Mahbub Djunaidi, Umar Kayam, Emha Ainun Nadjib, Jalaluddin Rakhmat, Mohamad Sobary, Goenawan Mohamad, Radhar Panca Dahana, Bondan Winarno, Ignas Kleden, Gde Prama, dan Rhenald Kasali. Jika menelusuri ketekunan mereka menulis, kita pun akan takjub bagaimana mereka mampu meramu pengalaman, pikiran, perasaan, serta bahan bacaan menjadi begitu menarik.

Saya juga sempat belajar mengemas kerumitan ini dari sosok Bang Semch (N. Syamsuddin Ch. Haesy), penulis senior jebolan pendidikan Filsafat di Prancis, yang sudah malang melintang dalam jagat pers dan penulisan di Indonesia. 

Tulisan beliau selalu dibangun dari diksi yang tidak biasa dan menggoreskan makna mendalam. Demikian pula tulisan Rocky Gerung yang kini menjadi selebritas dalam perdebatan-perdebatan politik. Tulisan Rocky Gerung juga ditata dari kerumitan-kerumitan data, fakta, dan diksi sehingga ketika dibaca begitu terasa lekuk-lekuknya.

Banyak yang menulis kini ingin bebas dari kerumitan-kerumitan itu. Ingin tinggal copy paste saja atau mengutip sekenanya tanpa mau berpayah-payah menguji kebenaran opininya. Ada juga yang begitu malasnya membuka referensi, tetapi lebih mengandalkan "rasa-rasanya" atau "mudah-mudahan" benar. Alih-alih menampilkan estetika dalam menulis, mereka justru beretorika dengan bahan "tong kosong nyaring bunyinya" sehingga kerap memburaikan kemarahan, caci maki, dan sindiran-sindiran tak elegan.

Semakin saya banyak membaca, semakin saya insaf akan kerumitan-kerumitan yang perlu dijalani untuk menghasilkan adikarya. Buku-buku dari penulis luar umumnya dibangun dari kerumitan-kerumitan riset yang mereka lakukan. Mereka tidak asal tulis, tetapi mendalami apa yang hendak dituliskan dan dibagikan ke publik. Kita di sini hanya tingal mengutip, namun kadang tinggal mengutip pun kita masih saja keliru. Mengapa? Karena di antara kita enggan membaca secara analitis dan saksama untuk menemukan lekuk-lekuk keindahan sebuah karya.[]




Baca juga:
[Topik Pilihan] Mencermati Kota-kota Cerdas di Indonesia
Mencermati Kekuatan dari Polling dan Opini Publik
Pasca Jokowi Cukur Rambut Bareng, "Asgar" Merasa Naik Daun

Perlukah Hadir di Pernikahan Mantan Pacar?

$
0
0

sumber: internasional.kompas.com

Tulisan ini dibuat setelah membaca sebuah berita di tribunnews.com (16/1). Judulnya lumayan panjang: "Viral, Pernah Pacaran 5 Tahun, Pria ini Datangi Nikahan Mantan Kekasihnya. Ibu Penganten Menangis".

Berita itu tidak menyebutkan nama yang terlibat maupun tempat dan waktu kejadian. Tapi yang digambarkan adalah  kehebohan saat seorang tamu lelaki dipeluk ibu penganten wanita dengan hangat. 

Setelah itu gantian mempelai wanita yang memeluk sang tamu dengan gaya seperti melampiaskan kerinduan yang lama tertahan pada seorang pujaan hati.

Kejadian itu ternyata direkam seseorang dan diunggah di media sosial, yang kemudian viral. Berita tersebut lalu ditutup dengan mengutip beberapa komentar warganet atas kejadian tidak biasa itu.

Pada dasarnya semua komentar lebih menyalahkan sikap mempelai wanita yang terkesan tidak menghargai suaminya yang berdiri di sampingnya. Tak ada yang menyalahkan kenapa seorang lelaki nekad datang ke resepsi pernikahan mantan pacarnya.dok. moondoggiesmusic.com

Sebetulnya pilihan ada di tamu yang diundang. Bukan soal berani datang atau tidaknya, tapi lebih pada pertimbangan kira-kira kalau datang jadi memperkeruh suasana atau tidak. 

Makanya tulisan ini lebih menyorot dari sisi yang diundang, bukan penganten yang mengundang. Karena bisa saja undangan yang dilayangkan ke mantan pacar niatnya hanya sekadar pengumuman untuk dimaklumi.

Ini memang dilema bagi sepasang kekasih yang sudah membina hubungan relatif lama, namun karena sesuatu hal yang tak mampu ditolaknya, meskipun itu bukan kemauan mereka berdua, tidak berlanjut ke jenjang pernikahan.

Justru akhirnya salah satu pihak harus menerima jodoh yang bukan pilihannya. Ya, tak salah kalau jodoh itu merupakan misteri sebagaimana rezeki dan ajal. 

Sekiranya yang diundang sudah menemukan pasangan pengganti, kalau memang berniat datang ke nikahan mantan pacarnya, sebaiknya didampingi kekasih barunya, agar bisa meredam terjadinya adegan yang kebablasan. 

Paling tidak si penganten akan tertahan keinginannya untuk memeluk pacar lamanya karena keder dengan pacar baru mantan kekasihnya.

Tapi bila yang diundang ke nikahan mantan kekasihnya, belum lagi menemukan kekasih baru, tidak datang pun sebetulnya bukan tindakan yang pengecut, asal saja telah mengirim pesan yang berisi ucapan selamat dan doa bagi sang mantan yang sudah jadi milik sah orang lain.

Memang bila datang langsung ke resepsi, kesannya lebih "jantan" dan mencitrakan bahwa antara mereka sudah berakhir dengan baik-baik. Tapi ini harus didukung dengan keinginan untuk bersikap sopan dan menjaga jarak saat bersalaman.

Bila yang keceplosan dengan memulai gerakan yang mengumbar kemesraan adalah pihak penganten wanita seperti kasus di atas, sebaiknya lelaki mantan pacar mampu sedikit mundur sebagai isyarat untuk tidak meneruskan adegan mesra itu.

Tapi bukan tidak mungkin si tamu yang lupa diri, secara spontan memeluk penganten. Dalam hal ini si penganten harus memberi isyarat dengan sedikit menghindar. Kondisi seperti ini harus diperhitungan penganten yang mengundang manatan pacarnya.

Jadi perlukah datang ke nikahan mantan pacar? Ya perlu-gak perlu.




Baca juga:
Sejuta Manfaat dari "Breakfast", Jangan Sampai Terlewat!
[Topik Pilihan] Mencermati Kota-kota Cerdas di Indonesia
Mencermati Kekuatan dari Polling dan Opini Publik

Saleem, Minuman Tradisional Ramah Lingkungan yang Masih Bertahan di Keremangan Zaman

$
0
0

Daeng Ahmad penjual minuman tradisional Saleem (sumber: istimewa)

Saleem, merupakan minuman tradisional yang Ramah Lingkungan dan tetap bertahan di keremangan zaman serba modern. Minuman tradisional bernama Saleem telah dilafalkan secara turun menurun sejak dulu dikenal para generasi orangtua hingga kakek nenek kita dahulu.

Minuman ini sejenis sarabba' tetapi memiliki cita rasa yang berbeda, lantaran berbahan rempah-rempah seperti jahe, cengkeh hingga gula merah ditambah takaran tertentu dengan bahan alami rahasia leluhur lainnya.

Seiring perkembangan zaman, minuman tradisional ini lambat laun mulai terlupakan oleh minuman kemasan kimia cepat saji, serba instan yang tidak menutup kemungkinan mengandung bahan berbahaya dan beracun.

Sejarah minuman ini dahulu laris manis pada zaman pertempuran melawan penjajah Belanda hingga tahun 80-an. Dahulu Saleem ini begitu gampang dijumpai di pasar tradisional, terminal Panaikang, pasar sentral, hingga Pelabuhan Makassar.

Sang penjual akrab dipanggil Daeng Ahmad berdomisili di jalan Kemauan 1 Makassar, beliau menuturkan, "Apabila ingin menikmati minuman saleem dapat menghubungi saya di nomor handphone 085341494177."

Beliau menjajakan minuman segar alami dengan berjalan kaki. Untuk mengenali penjual Saleem sangatlah mudah, penjualnya selalu menenteng ceret kuningan dengan tatakan kompor, sehingga kehangatan minuman ini tetap terjaga.
dokpriSeorang diri, Daeng Ahmad berjualan sejak 20 tahun silam sampai sekarang menjajakan minuman Saleem dari lorong ke lorong di Kecamatan Makassar tepatnya di daerah Maccini dan sekitarnya.

Penikmat Saleem relatif didominasi para pria dewasa, sebab selain penghangat di malam hari juga sebagai penambah stamina bagi tubuh. Mengingat berbahan herbal, minuman ini terbuat dari rempah rempah tradisional Khas Makassar, dan apalagi dicampur dengan telur bebek atau telur ayam kampung, semakin menambah selera buat para lelaki dewasa yang mempedulikan kesehatan.
dokpri

Segelasnya minuman ini hanya dibanderol Rp 6000 (enam ribu rupiah) ditambahkan telur bebek atau telur ayam kampung. Semoga generasi millenial ini dapat mengenang kembali minuman tradisional yang menjadi saksi sejarah perkembangan kota Makassar.

Dan di zaman milenial ini, agaknya penjual minuman tradisional ini cukup langka, tak lebih hanya satu saja pedagang serupa dapat dijumpai di sekitar wilayah kecamatan Makassar.
dokpri

Jenis minuman ini sangat ramah lingkungan, selain tanpa bahan kimia juga bebas dari kemasan plastik atau kemasan sterofoam. Sebab pembelinya langsung meminumnya dari ceret kuningan menggunakan cangkir gelas hasil racikan sang penjual.

Minuman kesehatan tradisional Saleem bolehlah direkomendasikan sebagai kuliner yang hampir punah melalui event festival kuliner Makassar. Tentu saja tujuan utamanya adalah agar warisan leluhur ini tidak punah, paling menakutkan bangsa Indonesia baru melakukan protes usai di klaim pihak ASING.
dokpri

Tak ubahnya jamu gendong di Jawa, sekarang bersepeda bahkan mengendarai kendaraan bermotor roda dua. Kedua jenis minuman tradisional ramah lingkungan ini sama-sama nyaris punah, tergantikan minuman kemasan

Semoga penjual minuman tradisional saleem dijumpai dilokasi lain.




Baca juga:
Cara Menguji Pembebasan Baasyir Bersifat Politis atau Bukan
Sejuta Manfaat dari "Breakfast", Jangan Sampai Terlewat!
[Topik Pilihan] Mencermati Kota-kota Cerdas di Indonesia

"Hau Teas", Pedoman Hidup Orang Dawan-Timor

$
0
0


Dok. PribadiSimbol-simbol kebudayaan Atoen Meto (Orang Dawan-Timor) menyiratkan banyak makna. Salah satu wujudnya adalah Hau Teas (Bhs. Dawan: kayu utuh yang diserpih). Hau Teas disebut juga Hau Monef/ Hau Le'u yang artinya kayu/ tiang keramat (pemali). Biasanya ditempatkan di depan Uem Le'u atau Uem fam (rumah adat), Oe Le'u/ Oe mata' (mata air pemali), dan Fatu/ faut Le'u (Batu pemali).

Pemali dalam artian yang disakralkan, dianggap suci dan berisikan pantangan - pantangan tertentu. Jika dilanggar, maka seseorang akan mendapatkan kutukan dari para leluhur.

Hau Teas terbuat dari pohon nikis pilihan yang memiliki tiga cabang sekaligus. Diameter cabang-cabangnya sama besar dan luas antar cabang harus sama. Proses pengambilan (potong kayu) disertai ritual khusus dan takanab (mantra, pantun/ tutur adat). Takanab biasanya berisikan permohonan restu dari para leluhur dan juga izin kepada alam dan Pencipta terhadap pohon yang akan dipotong untuk kemudian dijadikan Hau Teas.Dok. PribadiSimbol dan makna yang terkandung dalam Hau Teas, sebagai berikut:

Pertama, Usi Neno (Yang Tertinggi, Yang Kuasa, Yang Tak Terjangkau, Yang Transenden, Tuhan).

Usi Neno ditempatkan sebagai "Yang Pertama dan Utama" dalam lingkaran kekuatan orang Dawan, Timor. Ialah cabang pertama yang lebih panjang dari kedua cabang lainnya.

Orang Dawan meyakini bahwa manusia diciptakan dan kehidupannya diberi oleh Usi Neno. Jauh sebelum masuknya pengaruh budaya Barat dalam ajaran agama, Orang Dawan sudah meyakini akan adanya Sang Pencipta. Keyakinan ini termaktub dalam salah satu penggalan syair bahasa Dawan berikut ini:

O Usi Neno, Usi Apakaet, Usi Amo'et ma Afatis
(Ya Tuhan, Pencipta, Penuntun dan Penjaga)

pao ma mpanat kai, fe kai ma'tanik he nait mipen manikin ma oe tene
(jaga dan lindungilah kami, berilah kekuatan agar tetap sehat serta mendapatkan berkah yang melimpah)Dok. PribadiOrang Dawan percaya bahwa kekuatan terbesar bersumber dari Usi Neno. Manusia adalah ciptaan yang setiap saat diberi kehidupan dalam nafas yang dihembus dan segala bentuk penopang kehidupan manusia.

Semua yang ada di bumi diciptakan oleh Usi Neno. Tugas utama manusia adalah menjaga dan memanfaatkan ciptaan yang ada. Oleh sebab itu, adalah kewajiban untuk memohonkan tuntunan Usi Neno agar manusia tetap kuat menjalani kehidupan di dunia. Pada ujung cabang ini ditancapkan buah kelapa muda dengan keyakinan bahwa air dari kelapa tersebut adalah simbol (sumber) kehidupan. Selain itu, diyakini sebagai sumber segala berkat dari Usi Neno.

Kedua, Smanaf-smanaf (Para arwah-leluhur dan semua orang yang telah meninggal dunia)

Para arwah leluhur disimbolkan pada cabang kedua (sama pendek dengan cabang ketiga). Leluhur dan semua rumpun keluarga setelah meninggal dan mengalami kehidupan di alam baka (surga) diyakini sebagai "pendoa" dan pelindung bagi manusia yang masih berziarah di dunia. Oleh karenanya setiap kali ada ritual adat (permohonan) di Hau Teas nama leluhur dan keluarga yang telah meninggal dunia selalu disebut.

Be'e-Na'i, Smanaf-smanaf nbi neno tunan
(Wahai leluhur, semua arwah di surga)

mipes main kai noko maufinu huma-huma nbi pah pinan i
(hindarkanlah kami dari segala marabahaya di dunia ini)Dok. PribadiPermohonan yang dihaturkan mengarah kepada harapan akan kekuatan bagi kehidupan manusia agar mampu menghindari dan mengatasi setiap persoalan hidup dengan baik.

Para arwah adalah pendoa dan sebaliknya manusia yang masih hidup berkewajiban untuk mendoakan semua mereka yang telah meninggal agar berkenan dihapus dosa - dosa dan memperoleh kehidupan kekal di neno tunan (surga).

Ketiga, Aina-Ama ana'a Plenat: Pemegang Kekuasaan di Dunia (Raja/ Pemerintah-Negara)

Simbol pemerintah terdapat pada cabang ketiga (sama pendek dengan cabang kedua). Raja/ pemerintah adalah pemegang kekuasaan yang nyata di dunia. Rakyat sebagai pihak yang "dikuasai" dan dilindungi membutuhkan pihak lain yang mampu menjamin keberlangsungan hidup di dunia. Penguasa dipandang sebagai sosok berkharisma dan memiliki warisan kekuatan. Dengannya rakyat mampu menjalani kehidupan yang nyaman dan damai.

Berikut adalah penggalan syair yang mengisyaratkan adanya Raja/ Pemerintah:

Aina - Ama ana'a plenat nbi naija fafos
(Ibu - bapak pemegang kekuasaan di dunia)

et natuk - nanon toba ma tafa 
(yang menuntun dan membimbing rakyat kecil)

Orang Dawan yakin bahwa Raja/ Pemerintah ada dan hadir sebagai benteng kekuatan yang mampu melindungi rakyat dari segala ancaman dan bahaya duniawi.Dok. PribadiKetiga cabang/kekuatan tersebut kemudian disatukan lagi oleh fatu/ faut bena' (semacam mezbah atau meja persembahan berupa batu yang memiliki permukaan datar dan ditempatkan di antara ketiga cabang).

Adanya meja persembahan menghubungkan cabang/ kekuatan yang satu dengan lainnya. Usi Neno, Aina-Ama ana'a plenat dan Smanaf-smanaf disatukan kekuatannya dan menjadi pegangan hidup bagi orang Dawan.Dok. Pribadi

Di meja persembahan biasanya disajikan puah-manus (sirih - pinang), tua meto' (sopi kampung) sisi-maka' (daging dan makanan lainnya). Di batu itulah orang Dawan mengundang semua kekuatan untuk bersatu di dalam sajian/ kurban yang disediakan.

Sajian tersebut kemudian dinikmati sebagai perjamuan bersama. Orang Dawan menyebutnya "tah ma tiun tabua, he tan manikin nok ma'tanik" yang artinya makan dan minum bersama agar memperoleh berkat serta kekuatan.Dok. PribadiSelain mezbah di antara ketiga cabang tersebut, terdapat juga mezbah di bagian bawah. Biasanya disebut toko' yang berfungsi sebagai tempat duduk, juga tempat menaruh sirih pinang, sopi kampung, sesaji sekaligus tempat untuk menyembelih hewan kurban. Perjamuan/ makan bersama biasanya dilakukan di toko'.Dok. PribadiTiga filosofi yang terkandung dalam Hau Teas sesungguhnya merupakan pedoman dan sumber kekuatan bagi Atoen Meto dalam menjalani hidup dan kehidupannya.

Pedoman itu harus dijalankan secara seimbang agar seseorang tidak mendapat malapetaka dari segi kehidupan apapun. Manusia sebagai individu sekaligus makhluk sosial tidak bisa terlepas dari tiga unsur tersebut. Setiap saat hidup manusia dilingkupi dengan urusan akan Tuhan (agama), adat dan Negara. Ketiganya merupakan kunci untuk memasuki bidang kehidupan lainnya.

Herman Efriyanto Tanouf




Baca juga:
Apakah Istri Anda Bekerja?
Cara Menguji Pembebasan Baasyir Bersifat Politis atau Bukan
Sejuta Manfaat dari "Breakfast", Jangan Sampai Terlewat!

Griya Gandum Tropis dan Keseimbangan Ekologis

$
0
0

Griya Gandum Tropis (dok pri)

Ingin menikmati hamparan gandum menguning keemasan di daerah tropis? Atau meneguk sesloki jus wheat grass kaya nutrisi?

Mari tengok griya gandum tropis yang berada di lereng G. Merbabu dan G. Telomoyo. Berada di kebun percobaan Fak. Pertanian dan Bisnis (FPB) UKSW. T

epatnya di dusun Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Menempati gedung berupa piramida, menjadi sarana pembelajaran sesiapa yang berminat.

Mengikuti kunjungan para mahasiswa dari Prodi Agroeknologi, 16 Januari 2019 yang lalu, ini beberapa hal yang menarik. Dikawal langsung oleh Bapak Fathurrahman, S.P., M.P. selaku Dekan Fakultas Fakultas Pertanian Perikanan, UNTAG Banyuwangi, Jawa Timur. Diterima oleh Ibu Dr. Tinjung Mary Prihtanti, S.P., M.P. Dekan FPB UKSW, ketua pusat studi gandum, Ir. Djoko Murdono, M.P.

Teruna Agroteknologi UNTAG Banyuwangi di ladang gandum berlatar G. Telomoyo (dok pri)

Griya Gandum Tropis
Gandum merupakan salah satu sumber pangan bagi masyarakat Indonesia. Instansi yang terkait dengan penelitian dan pengembangan komoditas ini adalah Balit Sereal yang berada di Maros, Sulawesi Selatan.

Realisasi gagasan griya gandum tropis dicanangkan sejak Mei 2017. Menjadi bagian dari perjalanan penelitian gandum oleh Pusat Studi Gandum Tropik FPB UKSW per tahun 2000. Bermula dari domestikasi varietas Dewata, menemani Selayar dan Nias pendahulunya di Nusantara.

Apa saja yang dapat dinikmati di griya gandum tropis? Sejumlah dokumentasi proses budidaya gandum. Ada pula koleksi hama yang menyerang pertanaman. Hingga proses pasca panen sederhana yang siap diadopsi oleh petani sekitar.

Pertanyaan yang sangat sering diutarakan adalah, mampukah kita memenuhi gandum dengan menanam sendiri dan menutup kran import? Jawaban yang tidak sederhana karena neraca kebutuhan sangat tak sebanding dengan kemampuan produksi.

Awal penanaman adalah menjawab kemampuan adaptasi. Menyediakan peluang dan alternatif keragaman sumber pangan. Hingga menjadikannya sebagai variasi pola tanam pemutus rantai siklus hama penyakit semisal pada pertanaman tembakau.

Salah satu ide besarnya, bagaimana gandum lokal menjadi daya ungkit industri makanan rumahan. Pengubahan pola konsumsi dari bulir (grain) menjadi tepung (flour). Begitu tepung gandum dicampur dengan aneka komposisi dengan tepung lokal semisal tapioka, garut dan aneka umbi-umbian jadilah aneka penganan.

Bukan masalah ganti mengganti namun saling melengkapi. Tidak mengubah pola konsumsi pangan lokal namun mewarnainya sehingga pangan lokal tetap berjaya dikawannya. Semisal tampilan bubur Manado yang kaya pangan lokal dan beragam nilai gizinya.

Bertanam wheat grass
Bertanam gandum di nampan? Mengapa tidak. Media tanamnya dapat berupa tanah bahkan berupa spon. Panenan adalah 'rumput gandum' yang dikonsumsi dengan cara di jus. Aneka gizi yang tersimpan dalam endosperm diekstrak.

Wheat grass media spon (dok pri)

Daun muda yang kaya dengan klorofil, vitamin, asam amino dan sejumlah enzim. Digunakan sebagai suplemen nutrisi. Menjaga kebugaran tubuh secara alami.

Kebutuhan akan jus wheat grass menumbuhkan peluang bisnis. Mari tengok di aneka jual beli on line, terlihat aneka penawaran. Mulai dengan kemasan benih gandum untuk ditanam sebagai bahan baku jus. Hingga bentuk powder siap seduh.

Keseimbangan Ekologis
Keberadaan ladang gandum di kebun percobaan FPB UKSW, secara berangsur mengubah keseimbangan ekologis. Seiring waktu semakin banyak capung beterbangan baik dari aspek jumlah maupun varian jenisnya. Begitupun keberadaan burung sriti. Demikian terang Pak Djoko Murdono.

Pada saat kunjungan terlihat begitu banyak capung alias kinjeng (bhs. Jawa) ataupun dragonfly. Capung tidak pernah dianggap hama tanaman oleh petani. Keberadaan populasi capung yang tinggi juga sering digunakan sebagai penanda kesehatan ekologi lahan.

Mengingat lahan di sekitar kebun percobaan secara intensif digunakan sebagai lahan produksi sayuran dengan input tinggi. Peningkatan populasi capung pada ladang gandum menjadi penyeimbang ekologi. 

Indikasi bahwa integrasi tanaman gandum sebagai bagian pola keragaman hayati layak menarik dikaji sebagai keseimbangan ekologis.

Ladang gandum menghijau (dok pri)

Penanaman gandum dalam hamparan biasanya dilaksanakan pada awal musim kemarau. Saat malai gandum hijau menguning, beberapa kepik terlihat hinggap di malai. Seolah bulir gandum bercanda dengan kepik sahabat petani, musuh alami hama, wujud kesatuan ekologis yang terjaga.

Kepik dan malai-kesatuan ekologi (dok pri)

Saat  panen sering diadakan festival yang dikaitkan dengan acara ruwat bumi. Upaya integrasi tanaman dalam ekosistem setempat, menjadikan gandum sebagai bagian dari keseimbangan ekologi dan kearifan lokal.

Mari belajar merawat bumi.




Baca juga:
Membedah Pencegahan Terorisme dan Radikalisme ala KH Ma'ruf Amin
Siap-siap, BPJS Kesehatan Tidak Lagi Gratis 100 Persen
[Topik Pilihan] Ketua Umum PSSI Mundur!
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live