Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

Di Balik Bebasnya Pendeta Andrew Brunson

$
0
0

Sumber foto: Aljazeera.com

Dua hari yang lalu, pendeta Amerika Serikat Andrew Brunson telah dibebaskan dari tahanan. Pengadilan Turki memutuskan bahwa Brunson telah cukup menjalani masa hukuman.

Pembebasan ini menuai keheranan sebagian masyarakat Turki. Sebab tuduhan yang dibebankan kepada Brunson tidaklah ringan.

Andrew Brunson ditangkap dan diadili karena diduga terlibat kudeta pada tahun 2016. Ia dianggap bagian dari FETO yang menjadi dalang kudeta. 40 000 orang tewas dalam tragedi tersebut.

Memang tidak ada bukti yang kuat untuk menegaskan keterlibatan Brunson. Tetapi pengadilan menjatuhkan hukuman penjara selama tiga tahun. 

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump meminta Erdogan untuk membebaskan Brunson beberapa bulan yang lalu. Erdogan menolaknya. Ia tidak menggubris permintaan Trump.

Pendeta Brunson (dok.memo.com)

Kini sebelum tiga tahun, Brunson telah bebas. Menurut pengadilan Brunson telah menjalani cukup hukuman dan bersikap sangat baik di dalam tahanan. Karena itu ia dibebaskan.

Namun sebagian masyarakat bertanya tanya mengapa ia telah bebas. Ada yang menduga Erdogan memiliki kesepakatan baru dengan Trump.

Sayangnya, dugaan bahwa ada pembicaraan antara kedua presiden itu disangkal keras oleh kedua pihak. Omer Celik juru bicara AK Partisipasi menegaskan bahwa tidak ada satu institusi pun yang ikut campur dalam pembebasan Brunson, termasuk kepresidenan.

Omer Celik mengakui bahwa banyak tekanan untuk membebaskan pendeta tersebut. Tetapi keputusan pengadilan tidak dipengaruhi oleh tekanan dari mana pun. Pengadilan bersifat independen.

Sementara itu, Donald Trump menyambut gembira kepulangan Andrew Brunson. Pendeta itu langsung menghadap Trump setibanya di Amerika Serikat.

Trump mengatakan bahwa tidak ada kesepakatan antara Amerika Serikat dan Turki dalam hal ini.  Tapi ia meyakinkan bahwa Amerika Serikat akan memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Turki.

Pers mempertanyakan apakah sanksi ekonomi Amerika Serikat terhadap Turki akan dicabut karena Brunson sudah dibebaskan. Trump menjanjikan akan melihat kemungkinan tersebut.

Betulkah tidak ada kesepakatan antara Erdogan dengan Trump? Meski tidak tampak oleh umum, tetapi kedua pemimpin masih bisa berhubungan langsung melalui telepon.

Jadi, sebenarnya ada indikasi bahwa pembebasan Brunson merupakan deal antara kedua presiden. Antara lain:

1. Andrew Brunson setelah bebas, langsung terbang ke Amerika Serikat. Ia menghadap presiden Donald Trump untuk memberi penghormatan.

Jika hal ini bukan merupakan kesepakatan Donald Trump dan Erdogan, Brunson kemungkinan tidak langsung menghadap ke gedung putih.

2. Pembebasan Andrew Brunson telah mendongkrak nilai Lira Turki. Semula masih di kisaran 6,25 Lira per Dolar. Sekarang naik menjadi 5,95 Lira per Dolar.

Naiknya nilai Lira Turki terjadi hanya beberapa jam setelah pembebasan Brunson. Jelas ini merupakan imbas yang diinginkan oleh Turki.

3. Beberapa bulan yang lalu Turki masih ngotot tidak mau membebaskan pendeta tersebut meskipun mendapatkan ancaman Trump. Setelah itu Amerika Serikat menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Turki.

Sekarang Brunson bebas, padahal baru menjalani masa hukuman dua tahun lebih sedikit. Pembebasan yang tiba-tiba ini tentu saja membuat banyak orang terhenyak.

4. Kegembiraan Trump dengan pembebasan pendeta itu seperti seseorang yang mendapat lotere. Ia bagaikan menerima hadiah tak terduga yang telah lama diimpikan.

Jika benar terjadi kesepakatan antara Erdogan dengan Trump, berarti ada sesuatu yang mendorong Erdogan melonggarkan hukuman terhadap Brunson.

Saya akan membahas pada tulisan selanjutnya.





Baca juga:
Kompasiana Mengajarkan Artinya Menjadi Seorang Penulis
Serunya Menikmati Kuliner Khas Thailand di Thai Park, Berlin
Perbandingan Perolehan Medali di Asian Games dan Asian Para Games

Cerpen │Perempuan Cahaya

$
0
0

ilustrasi: Dokumentasi pribadiSudah berapa lama kau jahit semua nestapa ini? Tanyaku pada perempuan yang pada bola matanya berdesak lara. Ada air mata yang sengaja ditahan namun terpaksa mengamuk keluar lantaran pertanyaan yang kurapelkan padanya.

Bukan aku tak tahu perihal pengkhianatan satu-satunya lelaki yang dicintai perempuan itu. Bahkan anak-anak lucu, sehat, dan menggemaskan sudah dilahirkan meski perutnya harus dicakar mesin bedah berulang kali tak lantas menjadi satu diantara sekian juta ribu alasan lelaki itu untuk bersyukur. Mestinya, itu adalah jalan pengorbanan yang tak layak disebut main-main. 

Paling tidak itu menjadi cukup alasan baginya berpikir jernih. Sesakit itu perempuan mempertaruhkan hidupnya untuk sebuah kedamaian bernama "rumah tangga". Namun duka-duka masih ia sembunyikan dari riuh resah tetangga akan perilaku suaminya.

Perempuan yang kuhargai seperti menghargai ibu. Juga kucintai seperti mencintai ibu itu menangis. Baginya surga setelah ibu bapak adalah surga pada suami. Sembilu yang ditikamkan tak selalu terlihat sembilu. 

Ia belajar melipat lukanya dengan tepat, membentuknya menjadi bait doa. Sesekali malah menasehatiku agar tak bicara terlalu banyak. Sebab aku belum menikah dan tak tahu realisme kehidupan pernikahan.

"Belajarlah memasak dengan baik, juga merapikan tempat tidur, dan menyetrika pakaian," pesannya setelah puas menangis tanpa sedikit merasa laki-laki itu bersalah.

"Nan, apa menikah hanya sebatas usaha kau memastikan perut suamimu tak lapar dan bajunya licin ketika bepergian? Atau sekadar ia harus puas kau layani di tempat tidur? " tanyaku setelah kesal melihat air matanya kering dan ia seolah baik saja. Tak ada kejadian apapun sebelumnya. Dan tak ada yang kutahu sebelumnya. Termasuk tak ada yang mesti dilakukan setelahnya.

 Cepat-cepat ia berisyarat agar aku tak menanyakan hal-hal konyol lain tentang pernikahan. Kesucian pernikahan harus dijaga dari gunjingan di warung kopi saat bertemu sahabat baik. Tak boleh terdengar. Kesucian pernikahan harus dijaga dalam doa-doa di tempat ibadah. Menempatkannya dalam posisi terbaik dari masing-masing hati.

Sejatinya aku tak pernah keberatan pada prinsip hidup mulia yang dipegang teguhnya dalam menjalani pernikahan. Toh, benar apa yang ia sampaikan. Persis yang tertulis dalam kitab suci dan digemakan para pemuka agama. Yang aku imani, juga yang ia imani. Tapi siapa yang bertanggung jawab atas luka perempuan itu?

Perempuan terbaik yang masakannya sanggup mendapat angka sempurna. Perempuan terhangat yang hadirnya dinanti keluarga. Perempuan tertulus yang cintanya memenuhi rumah tangga. Perempuan sempurna yang lakunya tak jauh dari agama. Sampai di sini rasanya aku yang tak sanggup bicara. Harusnya lelaki itu beruntung. Tapi pada kenyataannya tidak.

"Nan, apa kau bahagia?"

Pertanyaan itu disambut tawa. Sambil membetulkan letak gelas kopi ketiganya sore itu. Tangis di awal pertemuan tadi tak lagi berbekas. Matanya sudah bercahaya. Bahkan senyumnya sudah kembali. Tak ada sisa tangis seperti yang kukhawatirkan. Harusnya badai semacam ini bisa menyisakan lebih banyak air mata. Tapi tidak baginya. Dan jawan pertanyaanku tak kunjung datang. 

"Maafkan aku Nan. Harusnya tak seperti ini," ucapku menahan rasa bersalah. Mungkin tiba saatnya aku yang harus menangis. Aku yang tak kan kuat menghadapi kekuatan perempuan itu. Aku bahkan tak mampu belajar sedikitpun untuk tegar. Air mataku tumpah lebih banyak dari air matanya di awal pertemuan. Seperti yang kukatakan, akulah yang bersalah. Tapi perempuan itu tak merasa demikian. Ia tetap merasa tak ada yang salah. Baik ia, aku, maupun suaminya. Saudaraku.


Kayu Putih, 14 Oktober 2018




Baca juga:
Dia Hanya Rumput Jawan, Gulma Perusak Kesuburan Padi
Kompasiana Mengajarkan Artinya Menjadi Seorang Penulis
Serunya Menikmati Kuliner Khas Thailand di Thai Park, Berlin

Mau Menikmati Wisata Rohani? Ada TWI Sitinjo dan Salib Kasih

$
0
0

Taman Wisata Iman Sitinjo Dairi

Taman Wisata Iman Sitinjo Dairi 

Sumatera Utara sangat kaya dengan seni, budaya, keindahan alam dan objek-objek wisatanya. Terdiri dari 33 kabupaten/kota, Sumut sebenarnya bisa menjadi salah satu destinasi menyenangkan bagi wisatawan. Berminat untuk menjelajah hutan dan pegunungan, wisatawan asing atau domestik bisa memilih Bukit Lawang, Tangkahan, Berastagi atau kawasan wisata alam lainnya yang tersebar di Sumatera Utara.

Yang berminat mendalami sejarah atau ingin meningkatkan kadar iman rohaninya, bisa memilih wisata rohani Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo di Sidikalang, Dairi atau menikmati keindahan alam dari ketinggian dengan mengunjugi kawasan wisata rohani Salib Kasih di Siatas Barita, Tapanuli Utara. 

Dua objek wisata rohani ini akan ramai pengunjung pada hari besar keagamaan. Jika dikemas sedemikian rupa dan dibenahi dengan benar, kawasan ini akan menambah pundi-pundi daerah.

Di TWI Sitinjo misalnya, kita bisa menikmati betapa indahnya keberagaman. Karena, di kawasan ini ada berdiri rumah ibadah untukagama Budha, agama Hindu, agama Kristen dan agama Islam. Di kawasan wisata ini juga ada tempat-tempat tertentu yang bisa menjadi pilihan bagi kita, selain menikmati betapa indahnya keberagaman. Berada di kawasan wisata rohani ini kita juga bisa berdoa atau menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan kita masing-masing.

Permasalahan yang kemudian muncul dan membuat kawasan wisata rohani TWI Sitinjo kurang begitu diminati karena akses jalan ke Kabupaten Dairi ini seringkali mengalami kerusakan dan kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah. 

Jarak tempuh yang dibutuhkan untuk sampai ke kawasan ini lumayan jauh. Selain itu, pemerintah kabupaten cenderung membiarkan kawasan wisata ini berjalan seperti apa adanya. Tidak ada upaya untuk melakukan promosi atau mengemasnya menjadi satu paket wisata rohani yang bisa memberi kesan tersendiri kepada pengunjungnya.

Apabila kawasan wisata ini dikemas sedemikian rupa, akan memberikan dampak besar bagi kabupaten Dairi. Selain dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), kawasan wisata ini juga bisa menggairahkan sektor usaha kecil dan menengah yang ada di sekitarnya.  

Saat berkunjung ke kawasan ini, masih banyak yang perlu dibenahi terutama sarana dan prasarana seperti toilet, lokasi makan yang enak dan kebersihan kawasan wisata yang kurang terjaga.

Beralih dari TWI Sitinjo, kita menuju objek wisata rohani di Tapanuli Utara, yang dulunya merupakan kabupaten induk dari Dairi. Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) banyak menyimpan situs sejarah. 

Dalam sebuah kesempatan, penulis pernah mengikuti acara Napak Tilas Perjalanan Nommensen di Tanah Batak. Acara ini jika dikemas sedemikian rupa sangat menarik minat wisatawan untuk datang ke Taput dan kabupaten lainnya yang pernah disinggahi oleh Dr. I.L. Nommensen.

Paket wisata rohani mengikuti jejak Nommensen di Tanah Batak bisa dikemas sedemikian rupa dan dipromosikan ke berbagai belahan dunia, kemungkinan besar akan menarik minat wisatawan untuk melihat langsung secara lebih dekat sejarah perjalanan penginjilan Nommensen di Tanah Batak sampai akhirnya wafat dan dikuburkan di Toba Samosir. 

Setelah sebelumnya melakukan perjalanan dan penginjilan di Sipirok Tapanuli Selatan, Barus Tapanuli Tengah, Rura Silindung-Pearaja-Tarutung-Siatas Barita sampai akhirnya dimakamkan di Sigumpar Toba Samosir.

Ketika mengikuti perjalanan penginjilan Nommensen ini di Tanah Batak, ada satu hal yang sampai hari ini membekas, yaitu di kota Sipirok, tepatnya di Parausorat dan Bungabondar serta kawasan Saipar Dolok Hole masih sangat terkenal dengan kerukunan umat beragamanya. Kawasan ini menjadi salah satu laboratorium kerukunan umat beragama setelah di Barus Tapanuli Tengah.

Dikatakan sebagai laboratorium kerukunan umat beragama, karena ajaran Nommensen di Tanah Selatan tersebut tidak hanya untuk umat Kristiani tapi juga untuk umat Islam yang mau belajar di sekolah yang didirikan Nommensen pada masa itu. 

Salah satu bukti kerukunan di kawasan ini, ketika penulis berada ditengah-tengah masyarakat  dan mengadakan sebuah pesta. Ketika yang mengadakan hajatan yang beragama Kristen, maka yang marhobas (bekerja mempersiapkan makanan adalah yang beragama Islam) demikian sebaliknya.

Kala mengikuti jejak perjalanan Nommensen ini, kita akan merasa kagum betapa kuat dan hebatnya penginjilan Nommensen di daerah Silindung. Berkesempatan untuk menaiki anak-anak tangga menuju puncak bukit Siatas Barita, rasanya sangat menyenangkan. Udara yang bertiup perlahan menimbulkan bunyi-bunyian karena menyentuh daun dan dahan pohon pinus yang tumbuh subur di sekitarnya.

Salib Kasih di Siatas Barita Tapanuli Utara

Salib Kasih di Siatas Barita Tapanuli Utara

Di atas bukit ini ada sebuah bangunan salib besar yang dihiasi lampu neon. Ketika malam hari, lampu neon ini akan menyala dan letaknya sengaja disusun sepanjang sisi salib dari bawah sampai ke atas. 

Salib ini akan terlihat dari kejauhan ketika di siang hari dan terasa lebih indah kalau dipandang malam hari. Di kaki salib ini ada sebuah batu yang diyakini sebagai tempat Nommensen memandang Rura Silindung (Lembah Silindung) yang tak lain adalah kota Tarutung.

Sejak berdiri, kawasan wisata rohani Salib Kasih menjadi ikon bagi Tapanuli Utara. Hanya saja, pemerintah kabupaten kurang begitu peduli dengan pelestarian sejarah perjalanan Nommensen di Taput. Padahal, kalau pemerintah kabupaten benar-benar mengemasnya sedemikian rupa, wisatawan akan lebih banyak yang datang.

Selain Salib Kasih di Bukit Siatas Barita, kawasan wisata sejarah sekaligus wisata rohani di Tapanuli Utara sebenarnya masih sangat banyak. Sebut saja Onan Sitahuru yang dulunya sering menjadi tempat Nommensen memberikan pengajaran kepada masyarakat tentang banyak hal. Ada juga Gereja Dame tempat didirikannya gereja pertama oleh Nommensen di Huta Dame I (tahun 1864).

Sekilas tentang Nommensen yang terkenal tidak hanya di kalangan suku Batak Toba, tapi juga hingga ke penjuru dunia. Hasil dari pekerjaannya adalah berdirinya sebuah gereja terbesar di wilayah suku bangsa Batak Toba. Gereja itu bernama Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang sampai hari ini berkantor pusat di Pearaja Tarutung Tapanuli Utara sekaligus sebagai tempat pendidikan para pendeta dan penginjil.

Nommensen dilahirkan di sebuah pulau kecil Noordstand, Jerman Utara, 9 Februari 1834. Sejak kecil Nommensen sudah hidup di dalam kemiskinan dan penderitaan, ia juga sudah mencarai nafkah untuk membantu orangtuanya. 

Tahun 1861 ia ditahbiskan menjadi pendeta dan sesudahnya ia berangkat menuju Sumatera dan tiba pada bulan Mei 1862 di Padang. Ia memulai pekerjaannya di barus dan mulai belajar bahasa Batak serta Melayu.

Mengalami banyak cobaan selama perjalanannya di tanah Batak, Nommensen akhirnya memilih tinggal di Sigumpar sejak tahun 1891. Nommensen meninggal dunia di usia yang sangat tua (84 tahun), pada tanggal 23 Mei 1918. Pelayanannya di tanah Batak berjalan selama 56 tahun.

Menikmati perjalanan wisata di Dairi dan Tapanuli Utara, tak akan terlepas dari keberadaan wisata kuliner dan buah tangan yang bisa dibawa sebagai pertanda kita telah mengunjungi sebuah kawasan wisata.

Kalau dari Sidikalang, Dairi kita bisa membawa buah tangan Kopi Sidikalang atau buah tangan lainnya yang kita anggap layak untuk dibawa pulang sebagai kenangan. Kalau dari Tapanuli Utara, ada banyak buah tangan sebenarnya yang bisa kita bawa. Selain kacang sihobuk, ada juga nenas, ulos batak atau menikmati pemandian air panas di beberapa tempat.

Objek-objek wisata di Dairi dan Tapanuli Utara sebenarnya tidak hanya wisata rohani TWI Sitinjo atau Salib Kasih di Siatas Barita. Masih banyak kawasan wisata lainnya yang sangat menarik dan membuat kita betah untuk berlama-lama di kawasan wisata tesebut.

Tapanuli Selatan

Permasalahannya adalah, sarana dan prasarana yang ada di kawasan wisata yang kita tuju seringkali sangat jauh dari harapan. Mulai dari makanannya, pedagang souvenirnya sampai kepada penataan pedagang yang cenderung kurang tertata rapi. 

Kalau saja pemerintah benar-benar memiliki kepedulian dalam menata pedagang dan melakukan inovasi-inovasi terhadap beberapa kawasan wisata di Dairi dan Taput, pasti wisatawan domestik dan manca negara mau datang untuk mengunjunginya.

Ada harapan, dengan dibukanya rute penerbangan langsung dari Jakarta ke Silangit, akan memudahkan wisatawan datang ke Salib Kasih. Pembangunan infrastruktur jalan tol yang pada akhirnya bisa memperpendek jarak tempuhn dan waktu tempuh yang semakin singkat juga dapat menyedot arua wisatawan datang ke Tarutung dan Dairi.




Baca juga:
Menyoal Impian Eden Hazard Bermain di Real Madrid
Dia Hanya Rumput Jawan, Gulma Perusak Kesuburan Padi
Kompasiana Mengajarkan Artinya Menjadi Seorang Penulis

Laporkan Berita Penting yang Anda Temukan Lewat Whatsapp Kompasiana!

$
0
0

Ilustrasi: Dokumentasi Kompasiana.com

Ketidakhadiran wartawan profesional di tiap titik lokasi terjadinya peristiwa bukan hanya disebabkan perihal kuantitas, tetapi bisa jadi jangkauannya yang terbatas. Sejak masifnya praktik jurnalisme warga atau jurnalisme partisipatoris yang diiringi dengan merebaknya platform user generated content, peran masyarakat atau warga begitu penting dalam siklus penciptaan dan penyebaran konten informasi dan berita.

Terlebih, keberadaan teknologi canggih sudah dapat dijangkau dengan harga yang murah seperti telepon pintar yang multifungsi. Ribuan atau mungkin jutaan konten dari seluruh dunia yang berisi laporan warga wara-wiri di linimasa jejaring sosial atau di banyak platform blog sosial. Begitu dengan www.kompasiana.com.

Sejak pendiriannya di tahun 2008, Kompasiana diciptakan bukan saja sebagai medium blogging bagi jurnalis dan karyawan Kompas Gramedia, tetapi juga bagian dari 'tanggung jawab sosial perusahaan' kepada masyarakat Indonesia dalam memfasilitasi melalui medium yang dapat digunakan untuk melaporkan segala peristiwa yang luput dari pena dan kamera wartawan profesional.

Demi memudahkan proses penciptaan, penayangan dan peyebaran laporan warga yang sejak dulu menjadi salah satu ciri khas Kompasiana, kami membuka jalur pelaporan yang lebih praktis. Jika dulu kategori reportase warga di Kompasiana harus sudah dikemas dan siap baca, kini Anda dapat mengirimkan laporan singkat yang akan kami tidaklanjuti sampai menjadi kesatuan konten yang layak baca.

Kami menamankannya K-Report! Memanfaatkan jejaring percakapan sosial Whatsapp sebagai jalur pelaporan warga yang cepat dan efisien. Tiap laporan singkat yang masuk ke dalam nomor Whatsapp Kompasiana akan diproses lebih lanjut untuk memastikan validitas dan keakuratan dari tiap laporan yang masuk. Setelah memenuhi kriteria pembuatan konten berita, kami akan mempublikasikannya melalui akun Kompasiana News, tentunya disertakan juga nama atau akun pelapor.

Namun, tidak semua laporan dapat kami tindaklanjuti atau ditayangkan. Ada aturan main yang harus dicatat sebelum mengirimkan laporan singkat ke nomor Whatsapp Kompasiana. Simak beberapa poin di bawah ini:

KETENTUAN

  • Kompasianer atau warga umum dapat melaporkan melalui layanan K-Report
  • Laporan yang dikirim merupakan peristiwa dan mengandung nilai berita
  • Memiliki urgensi untuk segera ditayangkan
  • Laporan dalam bentuk; teks, foto dan video
  • Pelapor wajib menyebutkan identitas lengkap dan jelas
  • Pelapor bersedia dihubungi redaksi Kompasiana untuk proses validasi dan kebutuhan pembuatan berita lainnya
  • Pelapor bersedia diikutsertakan dalam sebuah grup Whatsapp K-Report berdasarkan kategori domisili atau minat

MEKANISME

Mekanisme pelaporan berita untuk K-Report adalah sebagai berikut:

Mekanisme K-Report

  • Pertama,Kompasianer/warga mengirimkan laporan kejadian ke Whatsapp K-Report pada nomor 0813-8184-9362.
  • Kedua, pihak Kompasiana akan menyeleksi laporan yang masuk dan melakukan validasi laporan. 
  • Ketiga, setelah menentukan laporan yang tervalidasi, Kompasiana akan menghubungi pelapor untuk kelengkapan berita. 
  • Keempat, laporan akan ditayangkan di akun Kompasiana News.

FORMAT

Format laporannya adalah sebagai berikut:

  • NAMA PELAPOR
  • TEMPAT  PERISTIWA
  • WAKTU PERISTIWA
  • KONTEN LAPORAN; TEKS/FOTO/VIDEO
  • Kirimkan ke Whatsapp kami di nomor:0813-8184-9362

Ingat, kami hanya menerima laporan peristiwa yang memiliki urgensi untuk segera ditayangkan dan nomor ini tidak menerima panggilan telepon, hanya khusus jalur Whatsapp. Di luar laporan seperti itu, Anda dapat membuat konten komprehensif melalui akun personal di Kompasiana. 

Jika Anda memiliki kendala atau keluhan baik segi teknis maupun non-teknis di Kompasiana, Anda bisa melaporkannya melalui fitur bantuan pada tautan berikut ini.




Baca juga:
Digitalisasi Bisnis dan Pasar Oligopoli
Sambut 10 Tahun Kompasiana dengan Video Menarik Versimu!
Mengenang Hendro Subroto, Sang Wartawan Perang

Daerah Rawan Bencana Perlu Memiliki Banyak Bungker Air Bersih

$
0
0


Ilustrasi: sains.kompas.comTanpa makanan selama 3 hari, manusia masih bisa bertahan hidup. Tapi tanpa minum selama 3 hari, manusia akan mati karena seluruh organ tubuh terganggu dan berhenti bekerja. Inilah kenapa manusia sangat membutuhkan air untuk bertahan hidup.

Setiap terjadi bencana alam di suatu daerah, hal yang menjadi permasalahan pasca bencana adalah ketersediaan air bersih untuk keperluan minum. Masyarakat kesulitan mendapatkan sumber air minum karena instalasi atau jaringan air bersih di kota atau wilayah rusak dan tidak berfungsi lagi.

Selain memasok makanan, selimut dan pakaian ke wilayah pasca bencana, salah satu tugas darurat pihak atau lembaga  penanggulangan bencana adalah menyediakan air bersih di kantong-kantong pengungsian. Hal ini tidak mudah karena saat terjadi bencana, masyarakat umumnya terpencar di berbagai tempat dalam wilayah yang luas.

Selain itu, infrastruktur jalan rusak dan moda angkutan tangki air belum tentu siap dalam waktu singkat.Bak air bawah tanah sederhana yang terbuat dari konstruksi beton. Sumber gambar : kelair.bppt.go.idLalu, bagaimana penyediaan air bersih secara darurat dan cepat bisa dilakukan?

Saya ingin sedikit bercerita tentang penyediaan air bersih warga kota Pontianak. Mungkin bisa dijadikan sebuah referensi dan inspirasi untuk kebijakan lebih lanjut bagi wilayah rawan bencana.

Kota Pontianak, atau wilayah Kalimantan Barat pada umumnya tidak termasuk wilayah yang terkena bencana gempa dan tsunami. Bencana yang rutin timbul adalah kabut asap pembakaran lahan, dan sulitnya mendapatkan air bersih pada musim kemarau panjang.

Walau sejumlah daerah kabupaten dan kota memiliki jaringan PDAM yang sumber air baku pengolahan air PDAM berasal dari sungai Kapuas dan anak sungainya, namun umumnya tidak layak untuk air minum. Air PDAM hanya sebatas untuk mandi dan cuci saja. 

Kalau musim kemarau panjang, pasokan air PDAM berkurang dan airnya terasa "payau" (setengah asin) karena intrusi air laut ke sungai Kapuas dan anak sungainya menyebabkan kadar garam pada sungai tinggi. Sementara instalasi pengolahan air PDAM tidak mampu sepenuhnya menghilangkan kadar garam, selain menjernih air saja.

Umumnya masyarakat Pontianak dan Kalimantan Barat mengkonsumsi air hujan untuk keperluan minum dan memasak. Air hujan tersebut ditampung ke dalam tong atau tempayan yang diletakkan di sekitar halaman atau beranda belakang rumah--yang terhubung dengan talang dari bibir atap. Bila hujan turun, air dari atap akan mengalir lewat talang ke tong-tong plastik atau tempayan dari beton yang berukuran 1 sampai 1,5 meter kubik. Rata-rata setiap rumah memiliki lebih dari satu tempayan air hujan.

Model bak penampungan air hujan di atas tanah, selain mengurangi estetika, jugaDalam perkembangannya, banyak orang yang membuat bungker air hujan di dalam tanah dengan konstruksi cor beton bertulang. Ukurannya variatif, sesuai kemampuan dan kebutuhan masing-masing keluarga. Bungker itu dibuat di halaman rumah atau di bawah lantai ruangan, misalnya di bawah dapur, ruang makan atau garasi.

Bungker bawah tanah bisa lebih menghemat ruang dibandingkan menggunakan tong atau tempayan yang  membutuhkan ruang relatif besar di sekitar rumah, sementara lahan untuk rumah di perkotaan cenderung semakin sempit. Selain itu  dari segi estetika lingkungan, tong dan tempayan kurang sedap dilihat. Bayangkan deretan tong air di samping dan belakang rumah atau di depan rumah terlihat kumuh.  

Pada era 70an, hampir semua bangunan kantor pemerintah memiliki bungker air hujan dalam tanah untuk keperluan sehari-hari kantor, sekaligus persediaan air bersih. Ini mungkin mengikuti bangunan peninggalan Belanda yang rata-rata memiliki bungker besar di halaman belakang atau depan bangunan.

Bila kemarau panjang, maka air di bungker jadi penyelamat. Para pegawai kantor  bisa mengambil air bersih untuk keperluan minum secara terbatas, artinya mereka mengambil secukupnya hanya untuk keperluan air minum saja. Tak heran bila masa itu banyak pegawai yang ke kantor membawa dirigen untuk mengambil air bersih untuk dibawa pulang usai pekerjaan kantor atas izin kepala kantor.

Bungker yang dibangun dihubungkan dengan pipa dari talang dibibir atap, kemudian dipasang pipa drainasi dan kontrol. Bila bungker penuh, air akan keluar lewat pipa drainasi.

Bila hujan pertama usai musim kemarau umumnya air hujan dari atap terlihat keruh karena atap masih kotor oleh debu selama musim kemarau. Di sinilah gunanya pipa kontrol tersebut bisa dibuka atau ditutup. Sampai hujan hari ke sekian membersihkan atap dan air cucuran atap terlihat bersih maka pipa kontrol baru dibuka untuk mengisi bungker.

Sekitar akhir tahun 70an, ketika orang tua saya pertama kali merehab rumah, yang pertama kali dibuat adalah bungker air hujan, dibuat di bawah garasi rumah seukuran lebar 3,5 meter, panjang 4 meter dan kedalaman 2 meter.

Begitu juga ketika saya pertama kali punya rumah sendiri di sebuah komplek perumahan. Saat merehab rumah, yang saya bangun pertama kali adalah bungker air bersih di dalam tanah berukuran lebar 3,5 meter, panjang 5 meter dan kedalaman 2,20 meter.  

Pada saat sedang membangun bungker, para tetangga berkomentar, "Mau bangun kolam renang ya, pak?" Wah, ini sih mau bikin bungker untuk perang". Hahaha!

Saya jawab "Saya mau buat bungker harta karun". Mereka katakan, bungker sudah tidak efektif karena sudah banyak air "aqua" galon. Jadi bila butuh air minum tinggal pesan. Tapi saya kan orang jadul, lebih nyaman dengan air hujan. Lagipula pengalaman hidup masa lalu membuat saya ingin lebih save soal air bersih. "Ngapain juga mesti beli air kalau bisa menampung?" heu heu heu...

Kini di Pontianak dan wilayah sekitarnya, rata-rata pengembang perumahan kelas menengah ke atas  melengkapi setiap unit rumah dengan bungker penampungan air hujan, atau air PDAM. Bungker itu dibangun di bawah lantai dapur atau ruang makan. Ketersedian bungker menjadi salah satu daya tarik para pembeli rumah tersebut.

konstruksi tabung penampungan minyak di bawah tanah. Ini bisa dijadikan model untuk bunker air bersih, sumber gambar : kontraktorspbu.comBungker di wilayah rawan bencana gempa

Ada baiknya pihak otoritas wilayah dan  kota (Pemda) yang rawan gempa membangun banyak bungker air bersih. Caranya, pertama,  mensyaratkan warga yang ingin mengurus IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) wajib membuat bungker air bersih.

Kedua, mewajibkan setiap bangunan pemerintahan membangun bunker air bersih di dalam bangunan atau  bagian  lahan kantor tersebut. Bangunan pemerintahan umumnya tersebar diberbagai sudut kota dan wilayah, seperti dari kantor dinas, lembaga pendidikan, bank, pasar sampai kantor kelurahan. Bangunan pemerintah tersebut bisa mewakili sebaran penyediaan air  bersih darurat bencana pada permukiman masyarakat sekitaranya.

Ketiga, membuat bungker-bungker bawah tanah di ruang publik kota seperti taman kota, alun-alun dan bagian wilayah lainnya berdasarkan perhitungan sebaran penduduk.

Kota Pontianak dan wilayah Kalimantan Barat pada umumnya bukan termasuk wilayah rawan gempa, sehingga umumnya bungker relatif aman dibuat dari konstruksi beton tertanam dalam tanah.

Sementara untuk wilayah rawan bencana gempa dan tsunami sebaiknya bungker dibuat dari tabung baja anti karat atau anti korosif. Dasar pertimbangannya bentuk tabung dan material baja (tangki) relatif mampu menyesuaikan getaran gempa dibandingkan bentuk kotak terbuat dari cor beton. 

Tangki tersebut  mirip tangki mobil  pertamina yang biasa menyalurkan BBM ke SPBU. Bayangkan saja bagaimana tangki BBM di SPBU umumnya dibangun di dalam tanah, demikian halnya untuk bunker (tangki) air bersih di dalam tanah.

Tentunya ukuran tangki pada setiap rumah warga, bangunan pemerintah: lembaga pendidikan, kantor dinas pemda, bank, dan ruang publik dan lain-lainnya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Demikian juga masalah disain konstruksinya perlu dibuat regulasi tersendiri sehingga benar-benar aman dari goncangan gempa dan tsunami di masing-masing wilayah rawan gempa.

Kita semua tak pernah berharap ditimpa musibah bencana, namun bila wilayah bermukim kita memang "ditakdirkan" rawan bencana tentunya kita tak bisa menolaknya. Berbagai cara antisipasi bisa dipersiapkan. 

Dan bila kemudian bencana datang, setidaknya beberapa hal mendasar seperti ketersediaan air bersih untuk minum bisa diperhitungkan sebelumnya agar permasalahan klasik (air bersih) pasca gempa tidak menambah penderitaan masyarakat.

Dalam artikel ini, pemikiran pembuatan bungker air bersih merupakan sebuah ide dasar. Soal teknis dan regulasinya bisa ditindaklanjuti lebih rinci oleh para ahli dan lembaga di bidang terkait.

Salam NKRI




Baca juga:
Di Balik Bebasnya Pendeta Andrew Brunson
Digitalisasi Bisnis dan Pasar Oligopoli
Sambut 10 Tahun Kompasiana dengan Video Menarik Versimu!

Terobosan Anies Baswedan di Tengah Hiruk Pikuk Politik Nasional

$
0
0

Janji rumah DP 0 % berbentuk Rusun Anies Baswedan (netralnews.com)Anies Baswedan mulai mewujudkan satu persatu janjinya ketika kampanye. Salah satunya adalah dengan mewujudkan mimpi warga Jakarta yang ingin mendapatkan rumah hunian dengan DP 0 persen. Tetapi yang terbayangkan sebuah rumah yang pantas dimiliki adalah rumah susun. Anda jangan membayangkan rumah yang dijanjikan adalah unit rumah satu lantai, cluster, atau perumahan-perumahan dengan lahan tanah yang cukup. 

Di Jakarta sangat sulit menemukan lokasi perumahan yang sesuai dengan mimpi Anda. Kalaupun ada tentu susah terjangkau oleh kantong kelas menengah ke bawah yang pendapatannya di bawah 7 juta.

Yang realistis adalah rumah susun. Hunian bagi keluarga-keluarga yang ingin tetap tinggal di Jakarta dengan cicilan relatif murah sekitar 2,1 juta sampai 2,6 dengan angsuran selama 20 tahun. Rusun yang diberi nama "Samawa" oleh Anies Baswedan saat ini sedang dalam tahap pembangunan 4 lantai dari 20 lantai yang direncanakan. 

Samawa menurut Anies Baswedan berarti Solusi Rumah Warga. Dengan memiliki rumah ini diharapkan warga lebih tenang karena bisa memiliki rumah sendiri meskipun dalam bentuk rusun. Status rumah susun untuk warga perkotaan adalah hak guna bangunan dengan masa kepemilikan 30 tahun. 

Miniatur Rusun Kelapa Village Jakarta Timur seperti yang dijanjikan Anies DP 0 persen (poskotanews.com)Bagi warga yang masih mengontrak dan kesulitan mendapatkan rumah di sekitar Jakarta tentu sebuah berita baik. Dengan hunian tetap mereka bekerja "Jadi bukan sekadar House tetapi rumah dalam artian home", begitu yang dikatakan Anies (Kompas, Sabtu 13 Oktober 2018 hal, 27)

Persoalan Dasar Kota Rumah Tinggal

Persoalan kota- besar seperti Jakarta adalah masalah rumah. Jika ingin mempunyai rumah layak huni dan terjangkau tidak mungkin bisa memilih dan mendapatkannya di wilayah Jakarta. Mereka tentu akan menyasar di daerah-daerah penyangga seperti di Bekasi, Bogor, Tangerang. Jakarta sudah jenuh. Yang diperlukan untuk solusi memiliki rumah adalah dengan memiliki unit rumah susun. 

Saat ini rumah susun yang siap huni berada di sekitar Cengkareng, di Pondok Kelapa. Sedangkan program yang dijanjikan Anies untuk memenuhi janji politiknya berada di sekitar Jakarta Timur tepatnya di Kelapa Village Jakarta Timur. Di samping di Kelapa Dua Village, Pemda melalui Perusahaan Daerah Pembangunan Sarana Jaya Yoory C Pinontoan (Direktur Utama) akan mewujudkan sekitar 4 menara terdiri dari 780 unit siap huni (Kompas, 13 Oktober 2018 dan Koran Tempo, edisi Sabtu - Minggu 13 -14 Oktober 2018)

Anies dan Desakan Janji Politik

Setiap gubernur mempunyai target terutama karena janji politik selama kampanye menjelang pemilihan Kepala daerah. Ada yang banyak pesimis dengan janji-janji politisi. Masyarakat terbelah dengan perseteruan dukung mendukung pasangan calon (paslon). Anies terpilih menjadi gubernur di tengah intrik, dinamika politik yang cukup menghantam iklim demokrasi yang seharusnya mengedepankan toleransi, tidak menonjolkan isu-isu agama.

Sebelum Era Anies Baswedan, Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) telah membangun Jakarta dengan terobosan Baru. Ketegasan Ahok dan sikapnya yang tedeng aling-aling telah memberi harapan baru Jakarta masa depan. Namun akibat kebijakannya yang tidak mau kompromi itu Basuki mengalami banyak hambatan, terutama pergesekannya dengan wakil rakyat daerah Jakarta, Demo 212 dan demo-demo serupa yang menggerus elektabilitas Ahok hingga akhirnya terpeleset dalam kasus "penistaan agama".

Suka tidak suka Jakarta telah memilih. Kini era Anies Baswedanlah yang menjadi tumpuan harapan rakyat. Banyak yang pesimis dengan terobosan Anies Baswedan dalam membangun Jakarta. Namun setiap Gubernur pasti mempunyai pendekatan tersendiri untuk memimpin daerahnya. Ahok dengan gaya eksekutor dan kini Anies dengan pendekatan "kemanusiaan" dan konsep-konsep akademis yang dilakukan oleh penggagas Indonesia mengajar dan mantan Rektor Universitas Paramadina.

Siapapun gubernurnya jika mempunyai tujuan memperbaiki kinerja birokrasi, mempermudah urusan terutama untuk kepentingan masyarakat. Pengamatan, penilaian tentu akan selalu dicatat masyarakat dalam rentang waktu pemerintahannya.

Gubernur Bukan hanya Konseptor tetapi juga Eksekutor

Anies Baswedan harus bisa membuktikan bahwa dirinya bukan hanya sebagai konseptor, penggagas, tetapi juga eksekutor. Yang terpenting adalah berani melawan para koruptor, baik yang berasal dari pejabat karier, maupun teman-temannya yang dulu menjadi menjadi tim sukses. Ini yang masih ditunggu oleh masyakat Jakarta. 

Bisakah Anies melawan hasrat kawan-kawannya sendiri yang ingin ikut andil dalam pemerintahannya setelah secara militan membantunya mengalahkan Ahok dan Djarot Saiful Hidayat serta para pendukungnya yang masih terus menyangsikan keseriusan Anies dalam mengubah wajah Jakarta . Tumpuan harapan di pundak Anies untuk menyelesaikan karut marut Jakarta. 

Masyarakat bermimpi Masa depan Jakarta sejajar dengan kota-kota metropolitan lainnya di belahan dunia terutama kota-kota di negara maju seperti New York, London, Seoul, Tokyo, Berlin, Amsterdam, Roma, Singapura dan sebagainya. Kalau bisa tentu akan mudah melangkah menuju kursi RI 1 dengan catatan menggunakan taktik politik elegan. Tidak mengedepankan isu primordial semacam isu agama, ras maupun suku.

Alangkah lebih bagusnya juga jika meneruskan kebijakan pemimpin sebelumnya yang positif, tidak hanya sekedar mengganti dan memangkas kebijakan pemimpin sebelumnya hanya karena dendam politik. Jika setiap ganti rezim selalu merubah kebijakannya dan mengabaikan kontribusi pemerintahan sebelumnya tentu tidak mudah sebuh kota, sebuah daerah berkembang. Konsep pembangunan harusnya terencana selama puluhan tahun. Bukan hanya karena pergantian pimpinan akhirnya terjadi chaos, stagnan dan seperti mengulang rencana pembangunan dari dasar.

Sebagai metropolitan kejenuhan, kemacetan, keruwetan harus diurai pelan- pelan. Hambatan politik harus ditebas. Ibaratnya Jakarta adalah pintu utama untuk melihat Indonesia secara keseluruhan. Jika Jakarta hanya riuh oleh intrik politik, bagaimana mungkin bisa mengubah Jakarta menjadi metropolitan yang modern tetapi tetap beradab. 

Tugas Anies Baswedan untuk mengubah dan membangun Jakarta sebagai kota ramah lingkungan beradab, toleran dan tidak semrawut. Layak ditunggu realisasinya. Salam.

Penulis adalah anggota Persatuan Penulis Indonesia.




Baca juga:
Cerpen │Perempuan Cahaya
Di Balik Bebasnya Pendeta Andrew Brunson
Digitalisasi Bisnis dan Pasar Oligopoli

Posyandu di Dusun, Upaya Mewujudkan Hak Hidup Sehat

$
0
0

Ilustrasi: kompas.id

Kesehatan sebagai hak setiap orang, sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat, mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal (pasal 28 H ayat 1 UUD 1945, dan UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan). Oleh karena itu pelayanan kesehatan yang holistik dan berkesinambungan menjadi tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan swasta.

Pelayanan kesehatan dilakukan untuk seluruh tahapan siklus hidup manusia (life cycle), sejak masih dalam kandungan, lahir, balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa muda (usia produktif) dan lansia.

Posyandu sebagai sistem pelayanan terpadu antar program yang dinamis seperti program KB, kesehatan, dan berbagai program lainnya, dengan tujuan memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat (BKKBN, 1989 dan Depkes, 1990).

Posyandu sebenarnya sangat penting dan bermanfaat, namun kurang berjalan lancar. Maka perlu ditingkatkan pemberdayaan masyarakat untuk memberikan pelayanan kesehatan bayi atau balita, ibu hamil atau ibu menyusui, remaja dan lansia. Program posyandu di Dusun menjadi garda terdepan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan melibatkan puskesmas. Sayang tidak mesti ada petugas dari puskesmas yang datang ketika ada posyandu di dusun. 

Kegiatan posyandu sebagai kegiatan swadaya dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ada posyandu balita dan/ batita, posyandu remaja, dan posyandu lansia. Selama ini posyandu balita dan posyandu lansia lebih aktif dibandingkan dengan posyandu remaja. Padahal sama pentingnya andaikan posyandu remaja juga diselenggarakan.

Cuma jam pelaksanaannya, bila siang (antara jam 10.00 - 12.00) mereka sedang belajar di sekolah. Kalaupun hari libur, kendalanya petugas kesehatan dari puskesmas harus kerja lembur, karena di luar jam kerja. Untuk posyandu balita (belum sekolah), dan lansia (sudah pensiun kalau pegawai), pelaksanaannya di hari kerja tidak ada kendala.

Dalam pelaksanaan posyandu, modal sosial menjadi energi untuk menggerakkan dan memberi semangat mengadakan posyandu.  Kader posyandu yang melaksanakan kegiatan ini patut mendapat apresiasi, karena telah mendonasikan tenaga, pikiran untuk acara posyandu. Pengertian modal sosial menurut Prusak L (Field, 2010:26) adalah "Hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama secara efisien dan efektif".

Dalam posyandu yang diselenggarakan PKK Dusun setiap bulan, modal sosial itu berasal dari anggota Dasa Wisma (Dawis) adalah kelompok ibu-ibu minimal dari 10 Kepala Keluarga (KK), dan maksimal 20 KK rumah yang bertetangga untuk mempermudah pelaksanaan posyandu. Tugasnya menyiapkan menu makanan sehat untuk balita dan snack serta minuman untuk lansia. Kemudian kader kesehatan yang mendaftar, menimbang, mengukur tinggi badan, mencatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), dan memberi penjelasan. Inilah sebenarnya inti dan ujung tombak posyandu, berupa dawis sebagai modal sosial.

Dalam satu Rukun Tetangga (RT) 2 - 3 dasa wisma, dan dalam satu dusun ada 7 RT, berarti total ada 21 dasa wisma, yang secara bergiliran untuk mengadakan posyandu setiap bulannya. Sejatinya kelompok dasa wisma ini yang menggerakkan kegiatan PKK Dusun, dengan kegiatan posyandu dan program lainnya. Untuk mendapatkan fasilitas makanan sehat dan snack sehat baik yang mempunyai balita maupun yang sudah lansia dikenakan biaya sebesar Rp 2.000,-.

Acara dilaksanakan di rumah kepala dusun (kadus), dan khusus untuk lansia ada ceramah kesehatan, yang diisi oleh kader posyandu sebagai penyambung lidah petugas kesehatan dari puskemas. Disinilah sebenarnya program pemerintah itu langsung dapat didengarkan, dilihat, dan dirasakan manfaatnya oleh para anggota posyandu. Posyandu sebagai garda terdepan untuk mewujudkan hak hidup sehat.

Kader posyandu yang sudah dikenal oleh anggota, lebih dipercaya ucapannya, dipatuhi perintahnya, dan tidak ada rasa sungkan untuk bertanya tentang sesuatu yang belum dipahami. Oleh karena itu dalam memilih kader posyandu, bukan saja orang yang bersedia untuk bekerja ikhlas, senang, dalam mengabdikan diri untuk lingkungannya, tetapi perlu sikap dan pribadi yang ramah, berkata dengan sopan santun, beretika tetapi berkarakter dan berkepribadian.

Tidak jarang ada kader yang mempunyai sikap kurang baik, sehingga ucapan, tindakan, dan perilakunya justru dapat melukai petugas dari dasawisma, yang menyediakan makanan, minuman, dan snack. Dalam posyandu semua mempunyai kedudukan yang sejajar, tidak pimpinan yang dapat main perintah seenaknya dengan sesama orang.

Terselemggaranya posyandu adalah kerja tim yang solid, kompak, saling percaya, hasilnya balita, lansia mempunyai hak untuk hidup sehat jasmani, rohani, sosial, ekonomi, dan spiritual. Perlu dipikirkan untuk dihidupkan posyandu remaja, karena ketika balita sehat, dimasa remaja dapat mengalami kendala kesehatan karena pengaruh lingkungan yang kurang baik, misalnya merokok, narkoba, klitih, geng motor, dan lain-lain.

Yogyakarta, 10 Oktober 2018 Pukul 22.53




Baca juga:
Mau Menikmati Wisata Rohani? Ada TWI Sitinjo dan Salib Kasih
Cerpen │Perempuan Cahaya
Di Balik Bebasnya Pendeta Andrew Brunson

Mengenali Kondisi Ego, Langkah Pertama Menuju Hubungan yang Sehat

$
0
0

ilustrasi: pixabay.comAdakah di antara Anda yang pernah ingin meminta maaf kepada pasangan saat bertengkar namun yang keluar malah kembali kata-kata menyakitkan yang justru memperburuk keadaan? Atau di antara Anda, ada yang merasa terlalu banyak berkorban dalam hubungan Anda dengan pasangan? 

Anda lelah dan merasa tidak sanggup lagi mengatasi kekecewaan yang sudah bertumpuk? Atau Anda putus asa menghadapi anak Anda di usianya yang sudah seperempat abad tetapi masih saja Anda yang merapikan kamarnya, memunguti pakaian kotornya yang berserakan, dan membangunkannya di pagi hari agar tidak terlambat bekerja?

Atau mungkin di antara Anda ada yang merasa kecewa, marah dan tidak mengerti ketika anak dan menantu mengeluhkan sikap Anda yang terlalu ikut campur dalam rumah tangga mereka; dalam cara mereka mendidik anak-anak? Sementara itu Anda merasa hanya ingin berbaik hati; melakukannya untuk kebaikan anak, cucu atau menantu Anda?

Atau Anda sering berkonflik dengan teman atau rekan kerja?  Mereka mendapati Anda berlebihan dalam menjelaskan sesuatu yang tidak penting sementara maksud hati Anda hanya ingin berbagi informasi? Anda menerima banyak ketidakadilan entah dari atasan, dari teman kerja, semacam Anda menyelesaikan tugas-tugas yang sebenarnya tidak menjadi bagian pekerjaan Anda? Tetapi Anda tidak mampu menolak? 

Atau mungkin tidak satu pun dari hal di atas tetapi Anda pernah merasa jengkel dalam interaksi Anda dengan pasangan, orang tua, anak, teman atau atasan dll karena satu dan lain hal?

Menjalani sebuah hubungan, memahami orang lain, bahkan orang yang terdekat sekalipun memang tidak mudah. Kadang kita menyakiti pasangan, kadang kita membebani anak dan orang tua kita. 

Mungkin kita tidak bermaksud demikian, meski bisa jadi juga kita melakukannya dengan kesadaran. Kadang kita ingin berubah tetapi skenario yang sama sepertinya selalu berulang. 

Kadang kita melakukannya dengan maksud baik, sehingga kita justru tidak mengerti mengapa tindakan kita alih-alih menyenangkan orang lain malah justru mengganggu atau menjengkelkan mereka. Kadang justru kita yang menjadi "korban", kita yang disakiti, kita yang harus bersabar, melakukan kompromi, dan satu saat merasa bahwa kita sudah melakukannya terlalu banyak.

Kondisi Ego

Adalah Eric Berne, psikiater kelahiran Kanada, yang mengembangkan teori analisis transaksional (transactional analysis) untuk kemudian ia gunakan sebagai metode terapi. 

Terapis yang menerapkan metode ini akan membantu kliennya untuk mengenali kondisi egonya dalam berinteraksi dengan orang lain. Satuan interaksi kondisi ego antara dua pihak ini ia namakan sebagai transaksi. Transaksi-transaksi yang tidak tepat akibat penggunaan kondisi ego yang tidak sesuai dengan situasi dapat membawa kedua pihak pada hubungan yang tidak sehat.

Menurut Berne, tiap individu memiliki tiga kondisi ego (ego state) yang menggambarkan keberfungsian dari keadaan dirinya. Kondisi ego ini adalah Anak (Child), Orang tua (Parent), dan Dewasa (Adult).

Kondisi ego Anak dapat dibedakan antara Anak Adaptif, Anak Alami atau Spontan, dan Profesor Cilik. Anak Adaptif adalah kondisi ego kita ketika dihadapkan pada keinginan atau kebutuhan orang lain, yang dapat ditampilkan dengan menyesuaikan diri, patuh atau menurut, atau sebaliknya membantah atau melawan. Ketika kita mengatakan baiklah tanpa bertanya lebih lanjut, ketika kita mematuhi rambu lalu lintas, kita dalam kondisi ego Anak Adaptif Patuh. 

Kita menampilkan kondisi ego Anak Adaptif Pemberontak ketika kita menentang, menyatakan tidak setuju. Anak Alami atau Spontan (selanjutnya akan saya tulis sebagai Anak Spontan) adalah kondisi ego penuh spontanitas, seperti mengatakan saya senang minum kopi susu, saya tidak suka film drama. 

Kita juga dalam kondisi ego Anak Spontan ketika menangis, merajuk, tersenyum senang, tertawa terbahak-bahak, takut, cemas. Kondisi ego Profesor Cilik menampilkan aspek intuisi, keingintahuan, rasa penasaran, keinginan mencoba. Contohnya ketika kita berani mengambil risiko, "Yuk kita coba saja."

Ego kita dalam kondisi Orang tua jika kita menampilkan karakteristik orang tua yang mengasuh (nurturing, akan kita namakan Orang tua Pengasuh) ataupun mengatur, memberi norma atau batasan (disebut juga Orang tua Normatif atau Orang tua Pengontrol).

Sifat mengasuh muncul dalam memuji, menenangkan, membimbing, membantu, merawat, memberi semangat. Contohnya, "Ya sudah yang sabar ya. Atau, "Jangan khawatir, semua ada jalan keluarnya." "Kamu bisa mengandalkan saya." 

Seorang istri atau suami yang menyiapkan wedang jahe untuk pasangannya yang sedang terkena flu juga menampilkan kondisi ego Orang tua Pengasuh. Orang tua Pengasuh cenderung memikirkan kepentingan atau kebutuhan orang lain.

Sifat mengatur dapat berupa tidak menyetujui suatu perilaku, menemukan kesalahan orang lain, ataupun berprasangka. Dapat pula dengan memberikan norma, aturan maupun batas. "Lihat kiri kanan jika menyeberang jalan, jangan bicara kalau sedang makan, jangan tidur terlalu malam, jangan main dengan si A." "Kamu harus begini, harus begitu." "Kamu tidak boleh begini, tidak boleh begitu." 

Ini adalah kalimat-kalimat khas dari Orang tua Normatif. Dapat pula tampil sebagai Orang tua Pengeritik, contohnya, "Kamu kalau jalan pakai mata dong.", "Kamu ini bodoh sekali, begitu saja tidak bisa."

Sedangkan kondisi ego Dewasa tampil dalam bentuk pernyataan atau sikap yang rasional, objektif, netral, dan penuh pertimbangan. Sering dimulai dengan kata-kata "Apa, bagaimana, di mana, siapa,..." 

Contohnya, "Apa kamu sudah memikirkan resiko berbisnis dengan dia?" "Bagaimana menurut kamu tentang pekerjaan ini?" "Perlu diperhatikan kondisi ego Dewasa tidak selalu mengacu kepada sikap yang dewasa. 

Dapat pula sekedar menyatakan data faktual, misalnya, "Hari sudah larut malam." Atau, "Sekarang sudah pukul 12." Kondisi ego Dewasa juga tidak berarti selalu benar, bisa jadi keputusan yang diambil tidak tepat. Kata Dewasa di sini lebih mengacu kepada caranya, bahwa kita melakukan pertimbangan, memikirkan sesuatu masak-masak, mencoba bersikap netral dan objektif.Sedang dalam kondisi ego apakah Anda? (ta-tutor.com)Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai kondisi ego. 

Pertama, kondisi ego tidak ada kaitannya dengan usia. Seorang anak kecil dapat menampilkan kondisi ego Orang tua Pengasuh ketika menghibur temannya agar tidak menangis lagi. 

Seorang kakek dapat menampilkan kondisi ego Anak Spontan ketika menginginkan es krim cokelat. Seorang remaja dapat menampilkan kondisi ego Dewasa ketika membatalkan kencannya karena harus belajar untuk ujian akhir. Seorang balita juga dapat menampilkan kondisi ego Dewasa dengan mengatakan bahwa hujan sedang turun.

Kedua, setiap kondisi ego ini ada dalam diri kita dan ia bervariasi sepanjang waktu. Contohnya, pukul 5.30, alarm berbunyi, Dina bangun. Meski lebih suka menghabiskan waktu lebih lama lagi di ranjangnya, ia bersiap-siap berangkat ke kantor (kondisi ego Dewasa). 

Di jalan, ia patuh pada rambu-rambu lalu lintas (Anak Adaptif). Setiba di kantor, seorang rekan memberitahukan bahwa ia ditunggu atasannya untuk segera menghadap. Dina sempat mengomentari terlebih dahulu dalam hatinya mengenai dandanan rekannya (Orang tua Normatif) sebelum akhirnya cemas memikirkan kemungkinan-kemungkinan mengapa atasannya memanggil (Anak Spontan). Dan seterusnya.

Bahwa kondisi ego seseorang tidak statis, melainkan bervariasi sebagai bentuk respons kita terhadap tuntutan situasi, merupakan pertanda positif. Kita akan bahas hal ini dalam kesempatan lain.

Ketiga, tidak ada kondisi ego yang lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Tiap kondisi ego memiliki aspek positifnya. Masing-masing akan menjadi negatif jika (a) tampil secara berlebihan atau (b) ditampilkan sebagai bentuk respons yang tidak tepat. 

Kedua poin ini terkait. Kita bisa jadi menampilkan kondisi ego yang tidak tepat karena punya satu atau lebih kondisi ego yang cenderung dominan dalam diri kita, yang mendesak ingin tampil tiap kali kita dihadapkan pada situasi tertentu.

Kondisi ego Dewasa tentu diperlukan agar kita dapat bertindak secara rasional tetapi juga dapat membuat manusia bertindak seperti Robot jika berlebihan. Kondisi ego Dewasa sendiri diumpamakan oleh Berne sebagai Komputer karena bertindak seperti processor.

Sementara itu, tidak ada yang salah dengan kondisi ego Anak, kita jadi orang yang spontan, ceria, tahu caranya bersenang-senang. Namun tidak lagi positif bila kita tidak pernah dapat mengatakan tidak, bila kita tidak dapat menolak. Ini adalah contoh dari kondisi ego Anak Adaptif Patuh yang berlebihan. Kebaikannya akan menjadi kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang paham bahwa ia tidak akan menolak. 

Ego Anak Adaptif Patuh berlebihan dapat pula tampil dalam bentuk selalu setuju, selalu mengiyakan pendapat orang lain, seperti melihat di mana-mana adalah "orang tua" yang harus dipatuhi . Jika Anda merasa banyak menerima ketidakadilan dari atasan atau rekan kerja, kemungkinan Anda sering berada dalam kondisi ego ini.

Sementara itu kondisi ego Anak Spontan dalam bentuk negatif dapat pula tampil dalam bentuk selalu mengeluh, meratapi kemalangannya, merasa tidak mampu, meyakini bahwa orang lain selalu lebih darinya, merasa takut dan cemas berlebihan. Atau dapat tampil dalam bentuk senang berlebihan. Tentu bukan berarti tidak waras, hanya saja respons senang-nya sering tidak sesuai situasi.

Kondisi Anak Adaptif Pemberontak pun bukan kondisi ego yang negatif. Kita perlu sesekali berani berkata tidak, berani membela diri dan membela orang lain. Tetapi menjadi berlebihan jika kita selalu memberontak, selalu menentang, untuk menyakiti orang lain misalnya, atau sebagai bentuk protes karena tidak berani mengungkapkan yang sebenarnya.

Kondisi ego Orang tua Pengasuh dalam bentuk berlebihan tampil dalam bentuk terlalu melindungi, terlalu ikut campur, mengambil alih tugas karena meyakini bahwa jika bukan dia yang mengerjakan, tugas ini tidak akan selesai atau tidak akan sempurna. 

Contoh Ibu Mira yang khawatir melihat anaknya yang sebentar lagi akan menikah tetapi masih belum menampilkan kemandirian yang ia harapkan. Di sisi lain ia melakukan tugas-tugas yang seharusnya sudah dapat dilakukan sendiri oleh anaknya. Ia masih merapikan kamar anaknya, memunguti pakaian-pakaian kotornya yang berserakan di lantai, membangunkan anaknya di pagi hari untuk berangkat kerja, dll.

Ketika ditanyakan mengapa ia tidak biarkan saja kamar anaknya berantakan, Ibu Mira menjawab ia tidak dapat melihat kamar anaknya berantakan. Ketika diminta untuk membiarkan anak mencuci pakaiannya sendiri, menyetel alarm sendiri agar terbangun tepat waktu, dan lain-lain, jawabannya adalah "Bagaimana nanti kalau dia terlambat? Bagaimana jika ia tidak ada pakaian bersih dan yang sudah tersetrika? Bagaimana? Bagaimana? Tanpa disadarinya, sisi Orang tua Pengasuh yang berlebihan dalam dirinya telah menghambat proses kemandirian anaknya.

Orang tua Pengasuh yang berlebihan sering merasa diri melakukan terlalu banyak, banyak mengalah, banyak berkorban, banyak berkompromi. Karena ia cenderung ingin menghindari konflik, misinya adalah membawa kedamaian. Ketika dosisnya berlebihan, ia akan berakhir dengan merasa sangat lelah dalam hubungannya dengan orang tua, pasangan, anak, dan teman.

Kondisi ego Orang tua Normatif memiliki fungsi positif untuk memberikan batasan mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan tidak. Tetapi jika ditampilkan secara berlebihan akan membuat kita jadi orang yang cenderung mengkritik. Kita akan merasa diri yang paling benar, merasa ide-ide kita yang paling bagus, merasa diri paling berpengalaman, merasa perlu menginformasikan, merasa perlu menjelaskan, tanpa diminta, tanpa diperlukan. Kita akan cenderung ingin 'memperbaiki' orang lain.

Harga diri kita mudah terserang jika ada orang lain yang melakukan hal yang sama dengan kita, karena kita merasa sebagai yang lebih tahu. Karena gemar menjelaskan kepada orang lain, kita tidak suka jika orang lain yang menjelaskan kepada kita, jika ada orang lain yang sepertinya lebih tahu dari kita. Karena kita suka memonopoli percakapan, bukan kita yang harus jadi pihak mendengarkan.

Jika Orang tua Normatif dalam diri kita berlebihan, kita cenderung menghukum orang lain ketika orang ini tidak mengikuti pendapat kita dan ternyata pendapat kita yang benar. "Tuh kan saya bilang juga apa." "Tuh kan sudah saya peringatkan." Seperti tidak cukup melihat orang tersebut menyesali keputusan yang telah ia ambil, kita merasa perlu mengucapkan kalimat "menghukum" tersebut. Padahal kita tahu bahwa sikap kita yang seperti ini tidak akan membantu dalam situasi tersebut.

Kasus orang tua atau mertua di atas bisa jadi merupakan gambaran kondisi ego Orang tua Pengasuh yang berlebih jika ia menghujani anak, cucu maupun menantu dengan perhatian, menelepon sangat sering untuk mendapatkan kabar, terlalu sering menawarkan bantuan, menanyakan apa yang dapat ia lakukan, selalu ingin "berpartisipasi" dalam kegiatan-kegiatan keluarga anaknya ini. 

Perhatiannya yang berlebih membuat anak megap-megap, susah bernafas. Dapat pula ia menjadi Orang tua Normatif atau Pengeritik yang berlebihan jika ia memaksakan ide-ide serta pendapatnya mengenai cara mendisiplinkan anak, mengkritik masakan menantunya yang terlalu pedas, mengkritik anak yang "menurutnya" takut terhadap istri, dll. 

Keduanya meyakini telah melakukan hal yang benar untuk kebaikan anak, cucu maupun menantu. Tetapi yang terjadi adalah: tipe pertama membuat jantung anak/menantu megap-megap, tipe kedua membuat hati anak atau menantu panas.

Kadang Orang tua Normatif tampil dalam bentuk lebih tersamar seperti contoh percakapan berikut antara Anna dan Dewi, dua teman baik. Anna bertanya kepada Dewi yang baru saja kehilangan pekerjaan apakah Dewi ingin mendaftar di biro pencari kerja Cepat Dapat. 

Dewi mengatakan tidak karena malas dengan administrasi pendaftarannya. Anna merasa perlu menjawab Dewi dengan mengatakan, "Ya benar, mending kamu cari sendiri pekerjaan dan training yang kamu butuhkan. 

Biro Cepat Dapat tuh repot tauk, nanti kamu bakal dipanggil dulu kalau abis daftar, kamu diwawancara, nanti ada pemeriksaan rutin, harus bikin surat motivasi pula. Duh ribet deh."

Pertanyaannya jika kita menempati posisi Dewi, haruskah, perlukah kita menjawab seperti itu? Bukankah Anna sendiri sudah tahu bahwa administrasinya memang ribet dan karena itu pula ia malas mendaftar? Tetapi bagi orang-orang seperti Anna, seperti ada keinginan yang kuat untuk menjelaskan, sepertinya itu jadi kebutuhan penting dalam dirinya, dan ia tidak mampu mencegah diri untuk mengatakan itu.

Perlu berlatih

Tetapi Anna-Anna ini sesungguhnya dapat mencegah diri. Seperti Ibu Mira-Ibu Mira dapat mulai membiarkan anaknya untuk peduli dan "mengasuh" dirinya sendiri. Seperti kita sendiri mungkin yang perlu mulai belajar menolak jika memang tidak dapat membantu teman, saudara, atau tetangga. 

Atau mungkin sebaliknya, kita tidak langsung menentang dan mengatakan tidak untuk setiap saran dan masukan dari orang lain. Ada baiknya jika kita merenungkan terlebih dahulu kebaikannya. Jika kita cenderung mengeritik pasangan mungkin perlu berpikir sejenak, apakah kritik ini dapat membantunya memperbaiki diri atau malah membuatnya semakin terpuruk dan merasa buruk?

Harus saya akui, tidak mudah mempraktikkan metode dari Eric Berne ini. Kesulitan terbesar nantinya bukan pada menganalisis kondisi ego, yang juga sebenarnya sudah membingungkan. 

Tetapi lebih sulit lagi nantinya adalah menyeimbangkan kondisi ego kita, menurunkan sedikit saja kadar kondisi ego yang berlebihan, dan menampilkan kondisi ego yang tepat dalam menghadapi pasangan, anak, orang tua maupun teman dan lain-lain. Mengenai yang terakhir ini, kita masih harus belajar mengenali kondisi ego orang lain untuk dapat menanggapi dengan kondisi ego yang tepat.

Hmmm, rumit ya. Tetapi para pakar analisis transaksional meyakinkan kita bahwa kita dapat melakukannya jika berlatih secara rutin. Saya pun masih dalam proses berlatih. Kiranya tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.

Mohon maaf untuk uraian yang terlalu panjang ini, sepertinya kondisi ego Orang tua Normatif bergabung dengan Orang tua Pengasuh sedang aktif dalam diri saya sehingga ingin berpanjang-panjang menjelaskan teori ini dengan tujuan membawa kebaikan bagi dunia ^.^ -- Ups, ego Anak Spontan saya sedang aktif :D --

Salam hangat,
Ester Lianawati




Baca juga:
Investigasi Indonesialeaks, Peristiwa Politik, dan Harapan Publik
Mau Menikmati Wisata Rohani? Ada TWI Sitinjo dan Salib Kasih
Cerpen │Perempuan Cahaya

Surat Cinta Para Pendiri Bangsa Dipamerkan di Museum Nasional

$
0
0

Cerita tentang sisi humanis Sukarno (Dokpri)

Salah satu sumber primer dalam sejarah adalah surat. Surat yang ditulis pada secarik kertas, mirip dengan prasasti pada masa yang lebih tua. Umumnya prasasti ditulis dengan media batu atau logam. Bedanya dengan prasasti, surat berisi hasil pemikiran atau perasaan seseorang, termasuk masalah cinta.

Surat pribadi pun ternyata layak dipamerkan, seperti yang dilakukan oleh Direktorat Sejarah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bekerja sama dengan historia.id. Mulai 10 November 2018 lalu, pameran bertajuk "Surat Pendiri Bangsa" diselenggarakan di Museum Nasional, Jalan Medan Merdeka Barat 12, hingga 22 November 2018 mendatang.

Bukan surat-surat formal atau kedinasan yang dipamerkan, tapi surat-surat yang ditujukan kepada sanak keluarga dan sahabat.

Ada banyak surat bertulis tangan dalam Bahasa Indonesia dan Belanda, bahkan diketik, dipamerkan. Sisi humanis jelas kelihatan. Mereka lemah-lembut, meskipun garang di bidang politik.

Ada delapan tokoh yang suratnya dipamerkan, yakni Sukarno, Moh. Hatta, H. Agus Salim, Sutan Sjahrir, Ki Hadjar Dewantara, Tan Malaka, John Lie, dan Kartini.

Menurut Bonnie Triyana, kurator pameran, ada 25 surat yang bisa disaksikan. Ke-25 surat itu disaring melalui seleksi ketat. Surat-surat itu dipajang dalam kemasan khusus sehingga aman. Maklum kertas merupakan bahan yang mudah lapuk.

Surat Kartini yang saya lihat bertanggal 1904. Berarti berusia 114 tahun. Diharapkan melalui pameran tersebut, masyarakat bisa melihat fakta yang sebenarnya dari surat sebagai sumber sejarah primer.

Pengunjung pameran (Dokpri)

Banyak pihak

Kalau saja surat-surat itu disimpan masyarakat awam, mungkin akan musnah dimakan rayap. Untunglah surat-surat tersebut disimpan oleh keluarga atau instansi yang memang peduli.

Beberapa surat diperoleh dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jalan Ampera, Jakarta Selatan. Beberapa surat, seperti surat Tan Malaka dan Sutan Sjahrir, ditelusuri di International Institute for Social History (Amsterdam) dan Het Nationaal Archief (Den Haag). Ada pula surat yang diperoleh dari Kees Snoek, pengajar di Universitas Sorbonne (Prancis). Surat milik Hatta diperoleh dari koleksi keluarga.

Peneliti Tan Malaka, Harry A. Poeze, juga berpartisipasi. Ia memiliki beberapa surat Tan Malaka yang diperoleh dari Dick van Wijngaarden, teman sekelas Tan Malaka ketika bersekolah di Belanda. Surat-surat Ki Hadjar Dewantara dipinjam dari Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta.

Surat Ki Hadjar Dewantara (Dokpri)

Diterjemahkan

Agar dimengerti masyarakat, banyak surat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Terjemahan surat tersebut bisa disaksikan dalam panel pameran.

Menurut Direktur Sejarah, Ibu Triana Wulandari, pameran surat sebagai sumber sejarah, baru pertama kali dilaksanakan. Diharapkan generasi muda memahami makna dari surat-surat tersebut.

Surat Hatta kepada Gemala (Dokpri)

Curahan hati

Sebelum menjadi Perdana Menteri, Sutan Sjahrir pernah diasingkan ke Digul. Dalam suratnya bertanggal 30 Mei 1935, ia menulis untuk istrinya di Belanda, Maria Duchateu.

"Di dalam diri kita begitu banyak hal sepele, begitu banyak kebodohan dan piciknya pandangan. Aku terkejut melihat itu ada di dalam diriku sendiri," begitu awal surat Sjahrir.

Sukarno pada 1927 menulis ucapan terima kasih kepada Samuel Koperberg atas pemberian buku. Surat itu ditulis dalam Bahasa Belanda. Pada 1948 Sukarno menulis surat kepada Ali Sastroamidjojo soal kunjungan ke India dengan Bahasa Indonesia. Hatta menulis kepada putrinya, Gemala, memakai mesin tik. Isinya antara lain, "Ayah tidak mengira di Sydney juga ada restoran Padang...mungkin cuma di bulan saja yang tak ada restoran Padang". Hatta memang kelahiran Sumatera Barat.

Pameran ditata sedemikian rupa. Setiap tokoh mendapat porsi cukup banyak. Ayo mengenal sejarah, mengerti sejarah, dan tidak meninggalkan sejarah.

Pameran masih berlangsung selama beberapa hari lagi. Penutupan dilakukan pada 22 November 2018. Buruan datang yah.




Baca juga:
Jokowi dan Harga Makanan di Singapura yang Mahal
Koleksi Topeng Unik Museum Sonobudoyo
Cerpen | Kisah Cinta Tanah Marapu

[Pro-Kontra] Film Berkualitas Itu Parameternya Apa?

$
0
0

sumber: Tribunnews

Beberapa hari ini, ada diskusi yang santer bergulir mengenai parameter kesuksesan sebuah film, yakni jika tiketnya habis, bioskop penuh, dan penayangannya menjadi bahan pergunjingan di media sosial.

Pada ranah profesional, para pengamat, kritikus, reviewer, dan penggiat sinema pun mengerjakan porsinya dengan menulis review, mengkritik, hingga memberikan masukan tentang film yang dikajinya.

Lalu bagaimana denganmu? Apa yang menurutmu menentukan kualitas dan kesuksesan sebuah film sehingga Anda bahkan bisa tertarik ikut menontonnya? Sampaikan opinimu di laman Pro Kontra: Film Berkualitas itu Parameternya Apa?




Baca juga:
Saatnya Dukung Perlindungan Saksi dan Korban melalui Tulisanmu!
Jokowi dan Harga Makanan di Singapura yang Mahal
Koleksi Topeng Unik Museum Sonobudoyo

Nestapa Perjaka Renta di Kabupaten Semarang

$
0
0

Saban hari mbah Jumadi tidur di atas tumpukan pasir (foto: dok pri)Jumadi (78) warga Dusun Krajan RT 10 RW 1, Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang sepertinya memiliki nestapa yang lengkap. Di mana, selain duafa, hidup sendirian dalam rumah yang mungil, dua matanya juga mengalami kebutaan. Seperti apa derita lelaki yang tak pernah menikah seumur hidupnya tersebut, berikut catatannya.

Selama dua hari berturut- turut, saya menyambangi rumah Jumadi yang biasa disapa dengan panggilan mbah Jumadi ini. Berawal dari laporan personil Relawan Lintas Komunitas (Relintas) yang menyebutkan bahwa mereka menemukan keberadaan lelaki gaek yang sarat penderitaan. Karena datanya relatif belum matang, maka Rabu (14/11) dan Kamis (15/11) saya merunutnya.Akses menuju rumah mbah Jumadi melewati hutan jati (foto: dok pri)Untuk menuju kediaman mbah Jumadi, dari Kota Salatiga harus menempuh perjalanan sejauh 22 kilometer. Hanya membutuhkan 15 menit, saya sudah memasuki desa Polosiri. Setelah bertanya pada beberapa warga, akhirnya terlihat rumah sederhana berukuran 2 X 2 meter yang terletak di pinggir saluran irigasi. Kebetulan, mbah Jumadi berada di rumahnya. Ia terlihat duduk dengan kaki ditekuk sembari berupaya melinting tembakau.

Tubuh mbah Jumadi nampak sangat renta, kulit coklatnya membalut sedikit daging. Ia seperti kurang asupan gizi, sehingga terlihat kurus. Ketika saya sodorkan satu tas plastik berisi kue kering, spontan tangannya menyambar. " Kebetulan, perutku lagi lapar. Sudah dua hari tidak makan," tuturnya dalam bahasa Jawa.Mbah Jumadi dengan satu plastik roti kering (foto: dok pri)Duh! Mendengar pengakuannya perihal belum makan selama dua hari, perasaan saya jadi campur aduk. Seorang lelaki renta dalam kondisi buta, hidupnya terabaikan. Entah benar atau tidak keterangannya, yang pasti mbah Jumadi memang hidup sendirian dalam ruangan sempit. Saking minimalisnya rumah yang ditempati, sehingga tak ada kamar, dapur mapun fasilitas MCK.

Di rumahnya terdapat bale (ranjang) kayu, kendati begitu, mbah Jumadi memilih tidur di atas tumpukan pasir yang bagian atasnya diberi alas lembaran kain kumal. Sementara di atas bale , terdapat tumpukan barang- barang bekas terbuat dari plastik. Sepertinya, itulah harta satu- satunya yang dimilikinya sehingga sangat diproteksi.

Mbah Jumadi hidup seorang diri, sebenarnya beliau memiliki adik kandung bernama Giyem (75) yang tinggal agak jauh dari rumahnya. Dulu Giyem kerap mengimi catu makanan, namun, belakangan setelah sang adik mulai uzur, jarang kelihatan lagi. Pasalnya, mereka tinggal beda dusun, sehingga Giyem tak mampu berjalan kaki hanya sekedar membantu makan kakak kandungnya.

Karena hidup sendirian tanpa fasilitas apa pun, maka , penampilan mbah jumadi sepintas mirip orang kurang waras. Pakaiannya tak pernah ganti, tubuhnya juga sangat jarang mandi sehingga aromanya lumayan sedap. Ketika disinggung soal kebersihan, dirinya menjawab singkat. " Ngene wae wis enak (begini saja sudah enak)," tukasnya.Rumahnya minimalis pol, ukuran 2 X 2 meter (foto: dok pri)

Panti Jompo

Dalam perbincangan, mbah Jumadi dua kali saya tawarkan untuk tinggal di panti jompo. Sayang, karena faktor minimnya pengetahuan yang dimiliki, lelaki buta guruf itu malah bertanya panti jompo itu apa? Terus di sana mau diapakan? Di sana boleh keluyuran atau tidak? " Kalau tak boleh dolan (keluyuran) ya tidak usah saja," ungkap mbah Jumadi.

Saat saya tanyakan KTP mau pun KK, mbah Jumadi mengaku tidak memilikinya. Menurutnya, dulu pernah akan mengurus, tapi ada pihak tertentu yang menjawab bahwa dirinya tak perlu KTP karena matanya buta dan dipastikan kurang membutuhkannya. " Ya sudah, sejak saat itu aku malas mengurusnya," jelasnya.

Lengkap sudah derita mbah Jumadi, cacat permanen, duafa abadi dan tak memiliki selembar dokumen pun. Ia seperti menjadi anak tiri di negeri sendiri, segala bantuan dari pemerintah, tak mungkin menjangkaunya. Karena salah satu syarat menerima bantuan harus mempunyai e-KTP serta KK. Satu- satunya bantuan yang diterimanya hanya sebatas bantuan warga, termasuk rumah yang ditempatinya.Sumarlan, tetangga mbah Jumadi (foto: dok pri)Menurut tetangga mbah Jumadi yang bernama Sumarlan (65), rumah yang ditempati lelaki renta tersebut, berdiri di atas lahan milik anaknya yang bernama Priyadi. Di mana, atas inisiatif warga setempat, mbah Jumadi dibuatkan rumah kecil untuk beristirahat. " Sudah tiga kali warga membuatkan rumah, demikian juga soal makan sehari- hari, semuanya dijatah warga secara bergiliran," ungkap Sumarlan.

Menurut Sumarlan, kendati saban hari dijatah makan oleh warga, namun mbah Jumadi yang memiliki kepribadian unik, kerap marah- marah tanpa sebab. Dari mulai sayur yang terlalu pedas, lauk yang tak enak dimakan hingga hal remeh temeh lainnya. " Akhirnya warga jengkel, pada malas memberi jatah makan," kata Sumarlan.

Kejengkelan warga, rupanya ditanggapi dingin mbah Jumadi. Rupanya virus kepikunan sudah mulai melanda tubuhnya, sehingga, ia cuek bebek. Kalau punya uang (hasil pemerian orang) dirinya memilih membeli di warung, tapi bila tidak mengantongi duit, ia "berpuasa" sembari ngedumel. "Tadi dia juga sudah berjalan jauh, begitu saya melihatnya segera saya tuntun pulang," jelas Sumarlan.

Perihal kebutaan yang diderita mbah Jumadi, Sumarlan menjelaskan bahwa dulunya mbah Jumadi mampu melihat meski tak begitu jelas. Sehari -- hari dirinya bekerja mencari rumput untuk pakan sapi.

Hingga beberapa tahun lalu, ia terjauh saat memanjat pohon kelapa. Diduga syarafnya cedera sehingga mengakibatkan matanya buta secara instan. "Karena orang desa, waktu itu tak ada inisiatif untuk memeriksakannya ke dokter mata," imbuh Sumarlan.Terima angpo dan uang donasi langsung tertawa (foto: dok pri)Memang kehidupan mbah Jumadi terlihat sangat menyedihkan, terlebih lagi beliau juga cenderung semau gue, kendati begitu saya sepertinya tak tega membiarkannya dalam kesendirian. Keinginan membawanya ke panti jompo tetap kuat, terkait hal tersebut, Iwan salah satu relawan saya suruh berkoordinasi dengan pihak pemerintahan desa agar lelaki gaek itu bisa dibuatkan e KTP dan KK.

Sore ini, untuk kedua kalinya saya menyambangi mbah Jumadi. Beliau masih pulas tertidur di atas tumpukan pasir, baru terbangun setelah saya berulangkali mengucapkan salam.

Saat mengenali suara saya, mbah Jumadi meminta saya mencarikan air minum. Pasalnya, dirinya habis meminum air mentah malah mencret. "Perutku belum kemasukan nasi, cuma makan roti pemberianmu kemarin tapi tenggorokan seret karena tidak ada air minum," jelasnya.

Ya, harusnya , sesuai konstitusi, saat ada duafa akut yang kelaparan dan hidupnya sarat derita, negara wajib turun tangan. Entah kenapa, di sini saya malah menemukan pria renta yang sarat nestapa malah diabaikan. Entah sampai kapan mbah Jumadi akan seperti itu, yang pasti, saya serta rekan- rekan relawan berharap pihak terkait segera memboyongnya ke panti jompo. (*)




Baca juga:
Menilik Arogansi Antara Conte dan Ramos
Saatnya Dukung Perlindungan Saksi dan Korban melalui Tulisanmu!
Jokowi dan Harga Makanan di Singapura yang Mahal

Merengkuh Gua Rana Sepuluh

$
0
0

Memetakan Gua Rana Sepuluh (dok.pri)."Dulu gua-gua di sini jadi rebutan dan akhirnya di lelang untuk dipanen sarang waletnya. Tahun 84 saya harus rela kehilangan sodara saya yang terjatuh dan meninggak di tempat gara-gara memanjat dinding gua untuk mengambil sarang walet". Sepenggal kisah Pak Irawan (65 tahun) mengenang masa lalunya saat masih berkutat dengan gua. Seiring tubuh yang tak muda lagi, kini dia cukup memelihara ikan di kolam sembari menikmati masa tuanya.

Hari ini saya kembali ditemani dengan Ciu Pek Tong begitu saya menyebut nama seorang warga yang menjadi pemandu gua saya-Pak Irawan tepatnya. Kami menyebutnya dengan bocah tua nakal, bagaimana tidak di usianya saat ini yang berkepala 6 tak kalah gesit dengan kami yang masih muda. Urusan masuk gua, dia mendapat predikat sebagai macan gua, karena benar-benar menguasai seluk beluk gua.Savana Celau Tengah (dok.pri).Pertemuan singkat kami membuat kami langsung akrab dengan sosok yang selalu mengepulkan asap setiap saat. Sosok yang humoris, namun kadang membuat kami miris karena pengambilan jalur di gua yang nyaris menyerempet garih hidup dan mati. Hari itu saya merasakan garis-garis tipis dimana saat harus masuk ke Gua Rana Sepuluh.

Gua Rana Sepuluh

Berjalan menyusuri savana di Kars Bukit Bulan saya melihat sisi kiri adalah Celau Tengah. Bukit gamping yang akan kami tuju terdapat sebuah gua yang membuat kami penasaran. Bagaimana tidak, untuk masuk ke lorongnya harus bertaruh nyawa. Harus memanjat sekitar 12-15 meter dan hanya berpegangan pada celah-celah batu.Pintu masuk Gua Rana Sepuluh (dok.pri).Mendekati pintu masuk yang di atas sana saya nampak ragu. Bisa atau tidak, itu yang terbesit dalam benak saya. Bocah tua nakal hanya melirik "ayo mas, hati-hati ya" katanya sembari dia menjejakan sepatu bootnya pada celak batu dan tanganya meraba-raba tonjolan batu. Belum sempat saya melihat dan menghafal rutenya, dia sudah nangkring di atas sembari mengepulkan asap rokoknya.

Orang kedua yang memanjat adalah Mas Andi. Sepertinya dia juga masih meraba-raba untuk mencari pegangan dan pijakan. Beberapa menit dia sampai juga di atas sembari memegang lututnya. Kini giliran saya. Jika takut ketinggian "jangan lihat ke bawah" pesan pribadi buat saya.

Kaki kanan menyelip pada celah batu, tangan kiri memegang akar akar Ficus benjamina. Tangan kanan kemudian mencari tonjolan batu yang sudah penuh dengan lumut dan licin, apa daya itu satu-satunya jalan. Secara bergantian saya merayapi dinding kapur tersebut. Sesekali saya melirik ke bawah dan benar-benar tinggi.

Yang penting naik dulu, perkara turun nanti dulu. Sampai juga di lorang gua yang langsung masuk dalam lorong horisontal. ZOna terang hanya di mulut gua, lalu Zona remang yang hanya beberapa meter, setalah ada tikungan zona kegelapan total.

Saya berjalan dalam kelakuan bodoh saya. Head lamp atau senter tidak terbawa. Saya hanya mengekor laju Bocah Tua Nakal, begitu kaki terantuk batu saya beru sadar "senter ponsel".

Lorong di Gua Rana Sepulu memiliki panjang sekitar 250 m dangan lorong-lorong kecil. Di dalamnya terdapat stalagtit dan stalagmit yang sudah mati, karena kondisinya kering tidak bertumbuh lagi. Lorong yang sempit acapkali membuat kelalawar yang terbang dekat sekali dengan badan kami.

Sampailah kami di lorong utama. Sebuah pilar besar berada di pinggir lalu ada ruangan selebar 20 meter dengan tinggi sekitar 15 m. Di atas ratusan kelelawar berterbangan karena kedatangan kami. Segera kami mengeluarkan alat kami untuk membuat denah gua.

Memetakan Gua

Denah gua yang kami buat nantinya bisa menjadi acuan jika suatu saat gua ini hendak diekplorasi, baik untuk pendidikan atau wisata. Denah gua memuat bentuk dimensi bagi ukuran lorong, bentuk lorong, ornamen gua, dan stratifikasi batuannya. Bukan perkara mudah untuk memetakan gua, karen harus ditunjang dengan kemampuan menghitung dan mengintrepetasikan bentuk gua.

Untuk memetakan gua diperlukan alat bantu ukur, bisa menggunakan mistar atau yang paling modern adalah laser pengukur. Yang kedua adalah dibutuhkan patokan orang atau benda sebagai titik penjuru. Yang perlu diperhatikan selain panjang dan lebar gua adalah arah gua dan kemiringan gua. Diperlukan kompas sebagai penunjuk arah dan klinometer untuk menghitung sudut kemiringan lorong gua.Lorong tengah Gua Rana Sepuluh (dok.pri).Banyak orang yang masuk dan keluar gua dan menganggap sebagai petualangan, tetapi tidak banyak  yang menggambar dan memetakan gua. Banyak orang mendaki gunung, tetapi hanya beberapa saja yang memetakan jalur pendakiannya. Inilah mengapa, membuat peta itu kadang susah dan memakan waktu sekaligus membutuhkan otak yang sedikit encer.

Kembali memandangi kegelapan total sesekali harus pindah ke sudut-sudut lorong. Kepulan asap rokok Pak Irawan yang mampu mengusir serangga-serangga kecil yang berterbangan namun membuat udara cukup pengap untuk lorong yang sempit. Saya hanya mengumpat "Ciu Pek Tong  rokoknya nanti di luar".Keluar dari gua (dok.pri).Satu dari sekian banyak yang berhasil kami petakan. Nanti lain waktu saya kisahkan saat saya harus menjelajahi gua yang panjangnya 1,6 km dengan ada sungai kecil dibawahnya. Saat itu sedang ada hujan rintik, pikiran saya pada kasus 11 anak-anak dan pelatih sepak bolanya yang terjebak dalam gua. Bagaimana kisahnya... segera.





Baca juga:
Pendekatan Kunci agar Karyawan Terbaik Tidak Keluar Perusahaan
Menilik Arogansi Antara Conte dan Ramos
Saatnya Dukung Perlindungan Saksi dan Korban melalui Tulisanmu!

Pemimpin Daerah Motor Penggerak Reformasi Birokrasi

$
0
0

Dokumentasi pribadiPeranan pemimpin daerah melakukan reformasi birokrasi sangat penting untuk memenangkan persaingan global. Amanat undang-undang menyiratkan pemerintah pusat harus memastikan tata kelola pemerintah berjalan dengan baik dari pusat hingga daerah secara merata. Perkembangan setiap daerah tidak boleh terhambat karena tata kelola pemerintahan di daerah buruk.

Setiap pemimpin daerah adalah pioner budaya kerja birokrasi daerah yang kreatif, inovatif dan profesional. Tuntutan dari dunia usaha dan masyarakat terhadap keterbukaan pengelolaan sistem pemerintahan dan peningkatan pelayanan publik semakin kuat.Dokumentasi pribadiPenggunaan teknologi informasi dan inovasi dalam pelayanan publik sudah menjadi keharusan saat ini. Perubahan yang cepat dalam sistem pelayanan publik harus diikuti dengan perubahan kinerja SDM yang mampu berevolusi cepat untuk menggerakkan perubahan dalam birokrasi.

Reformasi birokrasi melalui manajemen perubahan dan manajemen pengetahun akan menghasilan sdm aparatur yang handal dan profesional. Pola kepemimpinan daerah yang tepat untuk mengembangkan kapasitas sdm aparatur akan mampu meningkatkan kualitas pengelolaan daerah. Pemimpin daerah menjadi coach dan motivator menyiapkan dan mengalokasikan sdm sesuai kebutuhan serta tugasnya.

Pemimpin daerah diharapkan terus mencari strategi yang tepat untuk memperluas akses layanan masyarakat hingga ke pelosok dengan melakukan redistribusi ASN yang tepat. Meningkatkan efektivits jalannya pemerintahan daerah dan menghilangkan praktik negatif saat proses prekrutan ASN.

Tujuannya birokrasi di Indonesia akan fokus untuk penguatan di berbagai sektor terutama yang berhubungan dengan pelayanan publik. Kuncinya, pola pembinaan dan pengembangan SDM di daerah harus sejalan dengan pola pembangunan pusat. Karena penyelenggaraan birokrasi yang baik membutuhkan kualitas aparatur yang baik pula.Dokumentasi pribadiSaat ini setiap lembaga negara, kementerian, dan pemerintahan di daerah telah menerapkan pelaksanaan anggaran yang efektif dan efisien. Begitu pula dengan indeks reformasi birokrasi yang trendnya terus meninggkat. Terbukti dengan adanya peninggkatan kualitas pelayan terhadap publik.

Namun tidak boleh berpuas diri, karena pengembangan kompetensi aparatur harus terus berkelanjutan. Investasi dalam pengembangan sdm merupakan tanggungjawab para pemimpin daerah yang harus dijalankan. Sehingga ASN mampu menjadi penggerak reformasi birokrasi dan memastikan keberlanjutan pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.




Baca juga:
Tips Membuat Tulisan Opini yang Bagus
Pendekatan Kunci agar Karyawan Terbaik Tidak Keluar Perusahaan
Menilik Arogansi Antara Conte dan Ramos

Toilet Umum, Fasilitas yang Kerap Diabaikan

$
0
0

paljaya.com

Buang hajat merupakan aktivitas manusia yang sangat penting, bahkan mungkin bisa dikategorikan bahwa hal itu sebagai hak dan kewajiban. Setiap hari manusia pasti menunaikan "kewajiban" ini, kecuali sedang sakit yang membuat organ-organ vital yang berkaitan dengan aktivitas tersebut tidak berfungsi dengan baik dan benar. 

Maka dengan demikian, tempat di mana kita menunaikan "hak dan kewajiban" itu pun sangat penting. Di rumah, di kantor, bahkan di tempat-tempat umum, yang namanya "toilet" merupakan fasilitas yang primer. Yang tidak bisa tidak, harus ada. Kalau tidak bisa privat, ya minimal umum.

Tapi banyak tempat umum semacam terminal, pasar, halte, yang tidak dilengkapi fasilitas yang sangat urgen ini. Kalaupun ada, jumlahnya minim sehingga tidak bisa digunakan orang banyak dalam waktu yang bersamaan. 

Sering kali menjadi suatu pemandangan yang sangat miris menyaksikan puluhan orang mengantre di depan satu toilet umum di sebuah pasar atau terminal. 

Kalau hanya untuk sekadar buang air kecil, mungkin bagi laki-laki yang sudah tidak dapat menahan lagi, bisa saja mencari "alternatif", di sudut bangunan kosong atau di bawah pohon. Hal ini menjadi tidak mudah bagi kaum wanita. Dan bagaimana pula kalau mau buang air besar (BAB)? Tentu tidak sesederhana urusan BAK. 

Maka ketika kita turun dari kereta komuter--istilah bagi kereta api jaman now-- dan ingin melaksanakan "hak dan kewajiban" yang sudah tertahan-tahan sejak di dalam kereta, rasanya dongkol dan tersiksa ketika mendapati toilet umum diantre banyak orang. 

Apalagi toiletnya hanya satu. Rata-rata stasiun commuter yang berserakan di seantero Jabodetabek hanya dilengkapi satu atau dua fasilitas ini. Dan ini sungguh tidak manusiawi mengingat stasiun kereta--apalagi yang besar--disinggahi ribuan orang setiap hari, dari pagi hingga malam. 

Pernah beberapa kali penulis menyaksikan seorang laki-laki akhirnya nekat menggunakan toilet khusus wanita yang kebetulan kosong, karena dia tidak tahan lagi menahan hasrat untuk BAB. Pasalnya, tidak mungkin lagi menunggu di toilet khusus laki-laki yang sudah diantre lima-enam orang. 

Walaupun toilet untuk laki-laki itu ada dua unit, tapi berhubung yang mengantre sudah melebihi kapasitas, akhirnya semua hanya pasrah dan bersabar menunggu giliran. Lebih menyiksa lagi apabila yang sedang melakukan hajat di dalam sangat lama. Digedor-gedor pintu dari luar atau diteriaki supaya segera keluar pun percuma, kalau yang bersangkutan belum merasa tuntas melaksanakan urusannya yang memang "sangat penting" itu.

Sebagai pembanding, saya teringat ketika tiga tahun lalu naik kendaraan umum dari Bandara Internasional Kualanamu menuju Kota Siantar, Sumatera Utara. Sekitar dua-tiga jam perjalanan dari bandara, karena "kebelet" buang air, kita minta kepada sopir untuk mampir di pom bensin terdekat. Dan rasanya takjub melihat toilet yang tersedia di tempat itu ada sepuluh unit. 

Bayangkan, itu hanya sebuah pom bensin namun menyiapkan fasilitas umum secara berlimpah. Penggunanya pun hanya dianjurkan memasukkan "dana kebersihan" ke kotak yang disediakan. Sayang sekali saya tidak mengingat nama kota atau daerah tersebut. 

Pengelola tempat-tempat yang disinggahi ribuan orang setiap hari, mestinya malu dengan fakta yang saya sajikan di atas. Maka jangan pelit menyediakan banyak toilet bagi penumpang atau masyarakat yang memang sangat membutuhkannya. Dan sebaliknya jangan malah terkesan royal dan lebih mengutamakan penyediaan ruangan atau lokasi bagi pemodal besar untuk membuka gerai atau restoran di sana ketimbang membangun banyak toilet umum.

Hal yang sama pun sebaiknya menjadi perhatian serius pengelola bus angkutan umum di DKI Jakarta--tanpa harus menyebut nama instansi. Di setiap halte yang bertebaran di seantero Ibu Kota, sebenarnya ada "jejak" toilet. Saya sebut "jejak", karena kebanyakan sudah tidak jelas lagi wujudnya. Tampaknya fasilitas buang air untuk penumpang itu dibangun bersamaan dengan haltenya.

Namun sebagian besar toilet di halte-halte tersebut tidak berfungsi. Kalau pun ada beberapa yang berfungsi hanya digunakan oleh awak bus dan petugas di halte. Padahal mestinya para penumpang pun harus diprioritaskan dalam hal ini. 

Beberapa toilet yang berfungsi sering ditutup dengan alasan: lagi rusak, air tidak jalan, dsb. Penumpang yang kebelet buang air pun terpaksa keluar dari halte untuk mencari tempat lain, yang mudah-mudahan ada dalam jarak dekat. Setelah selesai "urusan", balik lagi ke halte untuk meneruskan perjalanan. Repot.

Merevitalisasi toilet di halte-halte, mungkin bisa menjadi agenda Gubernur DKI, mengingat ini kebutuhan yang tergolong primer. Bentuk atau wujudnya tidak perlualah secanggih atau semodern smart toilet--berbayar, yang diwariskan oleh Ahok. Masuk ke smart toilet, yang serba elektris itu, kesannya bagaikan berada di bunker baja yang tebal dan terisolir dari dunia luar. 

Mau masuk pun harus pakai tempel kartu. Tanpa ventilasi. Ada rasa ngeri membayangkan jika pintunya macet. Jadi, sebaiknya bikin toilet yang standar-standar sajalah. Happy di dalam, happy pula kalau sudah beres itu urusan.




Baca juga:
Menyoal Minimnya Kelulusan SKD CPNS 2018
Teknik Menulis Pembukaan Cerita Pendek
Sekarang, Anda Bisa Merekomendasikan Kompasianer untuk Diverifikasi!

Kurangi Pemakaian Produk Ini jika Ingin Menyelamatkan Lingkungan

$
0
0

Bijaklah dalam memilih produk untuk menyelamatkan lingkungan. Ilustrasi: Colourbox

Dalam kehidupan moderen saat ini banyak diantara kita tidak menyadari bahwa produk yang kita gunakan sehari hari ternyata berdampak besar bagi penurunan kualitas lingkungan. Dampak terhadap lingkungan ini dapat berupa perubahan ekosistem, mengganggu ketersediaan air, mengubah tingkah laku makhluk hidup dll.

Sebagi contoh produk tabir surya yang kita gunakan paling tidak mengandung 10 bahan kimia yang bersifat racun bagi kehidupan laut dan juga kesehatan terumbu karang. Bahan kimia ini sudah diteliti disamping dapat membunuh satwa laut juga menyebabkan pemucatan karang.

Kita juga sering tidak menyadari bahwa makanan yang kita konsumsi ternyata dalam proses produksinya mengganggu ataupun merusak alam.

Kita ambil saja dua produk buah yaitu nenas ada advokat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 buah advokat diperlukan 272 liter air. Hal ini tentunya berpotensi mengganggu kesimbangan lingkungan terutama ketersediaan air di wilayah perkebunan advokat.

Studi kasus yang dilakukan di negara Chile sebagai salah satu produsen advokat dunia menunjukkan bahwa untuk membangun dan menjaga eksistensi perkebunan advokat skala menengah dan besar, perlu dilakukan pengalihan aliran sungai dan rekayasa lingkungan lainnya agar air terus tersedia.

Perkebunan advokat di Chile: Photo: fr.123rf.comAkibatnya wilayah pemukiman di sekitar perkebunan mengalami kekeringan dan kekurangan air.

Sama halnya dengan buah advokat, nanas yang merupakan buah buahan yang tergolong sebagai tanaman yang tumbuh cepat ternyata memerlukan lahan yang luas.

Sebagai contoh perkebunan nanas besar di Costa Rica yang merupakan salah satu penghasil nenas utama dunia memerlukan ribuan hektar lahan. Lahan ini didapat dengan membabat dan mengkonversi hutan alami menjadi perkebunan.

Perluasan kebun nenas dengan cara mengkonversi hutan menjadi perkebunan. Sumber: EFE/FECON

Kerusakan lingkungan hutan akibat konversi ini saat ini sudah menjadi perhatian pemerhati lingkungan. Di samping itu untuk menghasilkan buah nenas yang baik ternyata dibutuhkan banyak insektisida yang berdampak buruk pada lingkungan.

Produk sehari hari yang erat hubungannya dengan kualitas lingkungan adalah produk yang berasal dari kelapa sawit.

Tidak dapat dipungkiri memang kelapa sawit merupakan salah satu tumbuhan yang paling efisien dalam menghasilkan minyak namun aktivitas perkebunan sawit ini berdampak pada deforestasi.

Berdasarkan laporan WWF konversi hutan dan tanah gambut menjadi perkebunan kelapa sawit berakibat dilepaskannya karbon dioksida dalam jumlah sangat besar ke lingkungan yang berakibat pada perubahan iklim dan juga merusak habitat satwa liar seperti misalnya orangutan dan satwa liar khas tropis lainnya.

Laju deforestasi di Kalimantan. Sumber: Treehugger.com

Konversi hutan menjadi perkebunan sawir di wilayah sabah. Photo: Rhett Butler/Mongabay

Banyak dari kita tidak sadar bahwa produk keseharian kita erat dengan produk kelapa sawit ini, seperti misalnya coklat, margarin, ice cream, roti, biskuit  dll nya.

Shampoo yang kita gunakan sehari hari juga menggunakan minyak sawit yang berfungsi sebagai kondisioner untuk menjaga minyak rambut secara alami. Di samping shampoo minyak sawit juga digunakan pada lipstik, deterjen, sabun, pasta gigi dll

Pewangi udara yang kita gunakan juga erat hubungannya dengan penurunan kualitas lingkungan. Namun banyak yang tidak menyadari bahwa penggunaan pewangi udara ternyata berpengaruh pada kesehatan udara di rumah kita.

Pewangi udara biasanya mengandung bahan kimia yang dinamakan limonene agar memiliki wangi seperti jeruk lemon. Jika disemprotkan ke udara limonene ini akan bereaksi dengan ozone mengasilkan formaldehyde.

Apabila kita sering terekspos formaldehyde, maka akan memicu asma dan penyakit lainnya seperti kanker, karena sifatnya yang karsinogenik.

Produk lain yang umum digunakan namun tidak banyak yang menyadari berdampak pada lingkungan adalah pil kontrasepsi. Pil ini mengandung hormon ethinyl-estradiol (EE2) yang merupakan produk sintetik estrogen yang berdampak para perubahan tingkah laku dan genetik ikan tertentu.

Biasanya hormon sintetik ini masuk keperairan karena dibuangnya pil kontrasepsi yang sudah tidak digunakan lagi melalui saluran pembuangan yang akhirnya mengkontaminasi perairan.

Terkontaminasinya perairan dengan hormon sintetik ini tidak saja berpengaruh pada pengurangan populasi ikan namun berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.

Dalam memilih produk yang kita gunakan dalam keseharian sudah seharusnya kita lebih bijak dalam memilih dan membatasi penggunaanya.

Dalam jangka pendek produk produk ini memang tampak seolah tidak berdampak pada lingkungan, namun dalam jangka panjang penggunaan produk ini secara massif akan berdampak besar pada penurunan kualitas dimasa mendatang.

Ayo selamatkan dan wariskan lingkungan yang sehat untuk anak cucu kita.

Rujukan: satu, dua, tiga, empat




Baca juga:
Dugaan Operasi "False Flag Demonization" di Balik APK "Raja Jokowi"
Menyoal Minimnya Kelulusan SKD CPNS 2018
Teknik Menulis Pembukaan Cerita Pendek

Politik Kasihan di Pilpres 2019

$
0
0

Credit: Jakarta Post/Swi

Narasi-narasi di era "copras-capres" ini semakin membingungkan bahkan menggelikan. Tidak hanya mengangkat isu-isu yang tak penting, seperti menyoal tempe atau pete yang tak ada kaitannya dengan program-program kerja kepolitikan, bahasa-bahasa agama-pun tak luput dari distorsi yang semakin mengaburkan. 

Lebih membingungkan lagi, ketika realitas politik diukur dari soal rasa iba atau kasihan yang diderita para kontestannya, hampir tak ada kritik dalam hal visi dan misi, karena mungkin saja itu tak masuk wilayah kampanye politik. Mengukur seorang kandidat hanya sebatas kasihan, ini menunjukkan politik tak lebih dari sekadar ungkapan rasa, selera, atau keyakinan, jauh dari nilai-nilai rasional yang dapat diterima akal.

Politik rasa sepertinya memang menjadi drama paling menarik di ajang kontestasi kali ini. Hal ini dibuktikan oleh maraknya berbagai narasi yang lebih "menyentuh" dimensi rasa, bukan akal sehat. 

Dapat dibayangkan, ketika narasi soal tempe setipis ATM terasa sangat menyentuh dan menyedihkan hingga menggugah rasa setiap orang, betapa kasihan tukang tempe yang rela menyulap tempenya karena minim biaya produksi. Lalu, narasi ini terbantahkan oleh adanya fakta lain yang menyebutkan ternyata tempe itu tak setipis yang dibayangkan. Tempe ternyata mampu menjadi komoditas politik yang menggugah rasa, seraya menghilangkan fakta yang didukung kekuatan akal sehat.

Rasa iba yang ditunjukkan masing-masing kubu, jelas tampak pada entitas narasinya di musim kampanye. Menyebut laku para politisi yang 'asal-asalan' dengan diksi "sontoloyo" atau "genderuwo" menyimpan konotasi iba dan kasihan, karena mereka justru keluar dari dimensi kemanusiaannya, lalu berlaku lampah seperti setan gentayangan. 

Bukan apa-apa, munculnya narasi dimensi gaib ini justru terpicu oleh sebuah ilusi politik yang menyebutkan betapa kasihannya rakyat Indonesia yang hanya hidup pas-pasan sebanyak 99 persen. Politik kasihan terus menerus menjadi isu komoditas yang diangkat selama kampanye politik, sampai pada penghujungnya, masing-masing kandidat merasa kasihan antara satu dan lainnya.

Pernah ketika seorang kandidat melakukan ziarah ke makam salah satu ulama besar, lalu tanpa sadar melangkahinya tepat disela-sela dirinya menabur bunga sebagai tanda penghormatan. 

Dari sisi kacamata politik, ziarah kubur merupakan kampanye yang tak terkait dengan soal bagaimana ia harus bersikap hormat terhadap pusara dimana disitu dikuburkan salah satu tokoh bangsa. 

Namun di sisi tradisi dan agama, penghormatan terhadap seseorang yang telah wafat sama perlakuannya seperti halnya manusia yang masih hidup. Lalu, muncul narasi kasihan karena politisi itu tidak tahu bahwa dirinya telah melanggar tradisi dan disisi lain, rasa iba ini ditunjukkan melalui pernyataan maaf atas tindakannya yang melanggar adat.

Mungkin kita dapat membayangkan, betapa rasionalitas politik itu tergadaikan oleh frasa kasihan yang lebih cenderung meningkatkan gairah rasa dan keyakinan sehingga wajar jika kemudian soal visi-misi masing-masing kandidat terabaikan. 

Mungkin tak hanya belakangan ini saja soal rasa kasihan ini menjadi narasi baru dalam dunia politik, karena sebelumnya ketika seorang kandidat cawapres yang nyalon di usia lanjut, banyak yang merasa iba dan kasihan mengingat usia lanjut bagi seseorang jelas sangat mengganggu produktivitas dirinya di ranah politik yang banyak mengurusi berbagai macam hal. 

Politik kasihan ini justru dipergunakan menjadi komoditas politik di masa-masa kampanye yang semestinya lebih menyuarakan visi dan misi secara rasional.    

Politik rasa, dengan dibungkus diksi "kasihan", seakan mencapai puncaknya hari ini setelah pernyataan seorang pimpinan parpol besar yang merasa iba dan kasihan kepada salah satu kandidat, karena terus dirongrong orang-orang disekitarnya. 

Bak gayung bersambut, para pendukung kandidat yang dimaksud juga menarasikan hal yang sama, bahwa yang mengeluarkan pernyataan seharusnya lebih dikasihani karena hanya menempatkan kandidatnya sekadar petugas partai yang tak memiliki kekuatan politik apa-apa. 

Lalu, ketika masing-masing pendukung menarasikan hal yang sama, justru lebih kasihan lagi rakyat yang terus disuguhkan narasi politik yang kontraproduktif, terus menerus "diakali" dengan memprovokasi rasa bukan rasio politiknya.

Relasi-relasi politik semakin tidak rasional jika masa kampanye ini terus diisi oleh sekadar menggugah semangat rasa, memberikan dukungan kepada masing-masing kandidat hanya karena rasa kasihan jika tak dipilih. 

Dukungan atau penolakan atas seorang kandidat tak lagi diukur dengan data dan fakta secara rasional, namun lebih kepada soal "rasa-rasanya" yang hidup tertanam dalam entitas keyakinan lalu kemudian dikaitkan dengan persoalan keagamaan. Saya kira, hal ini juga dapat dibuktikan oleh adanya gelora politik yang lebih didasarkan rasa dan bukan rasio ketika dihadapkan pada realitas politik untuk dalam konteks pilihan kandidat.

Saya kira, politik kasihan ini semakin menggema di Pilpres 2019, sejak dari soal tempe, pete, kuliner yang murah, hingga menyoal tradisi ziarah kuburan. Kampanye politik pada akhirnya tak lagi menarik, jika masing-masing kandidat dan pendukungnya senantiasa menggusur dimensi rasio dan meleburkannya dalam dimensi rasa. 

Ukuran-ukuran politik yang semestinya termanifestasikan dalam visi-misi dan program kerja dan adu ide secara kompetitif semakin tak memiliki makna. Kalaupun terkadang muncul ide-ide kreatif menyinggung soal rasionalitas politik, itu hanya sepintas lalu saja, karena rasa ternyata lebih penting dalam meraup elektabilitas dibanding rasionalitas politik yang menyehatkan konektivitas. Politik kasihan pada akhirnya tak hanya menutup celah-celah demokratisasi yang rasional, ia bahkan mengaburkan dan menguburkannya dalam-dalam.

 




Baca juga:
Seperti Nge-Blog, Jangan Sepelekan "Tren" Saat Beli Saham
Dugaan Operasi "False Flag Demonization" di Balik APK "Raja Jokowi"
Menyoal Minimnya Kelulusan SKD CPNS 2018

Efektifkah Memblokir Users untuk Sterilkan Linimasa?

$
0
0

Social Media Icon - Foto: pixabay.com

Baik Facebook maupun Twitter sedang sibuk mengawasi dan menonaktifkan ribuan users. Mensterilkan linimasa dari hate speech, trolls, sampai hoaks menjadi fokus mereka. Langkah proaktif ini dibarengi membuat war room yang beroperasi 24/7.

Namun pertanyaannya kini mengemuka. Apakah langkah memblokir efektif mengkondusifkan linimasa sosial media? Jawaban sederhananya, bukan tidak efektif tapi kurang efektif. Karena setidaknya ada dua hal yang membuat cara diatas kurang efektif.

1. Engagement adalah fundamental beriklan di sosmed

Dengan 2,2 miliar users aktif di Facebook, sekitar 1,87 miliar views pada iklan didapat di tahun 2018. Dengan jumlah pengiklan di Facebook mencapai 6 juta. Tak heran laba global Facebook di tahun 2018 mencapai hampir 35 miliar USD. Jumlah ini naik 10 miliar USD dari tahun 2017.

Sedang pada Twitter, dari 300 juta lebih pengguna, 73% iklan yang muncul bersifat informatif. Dan ada 80% pengguna bisa mengingat video iklan yang dilihatnya. Hal ini membuat laba Twitter di kuarter ke tiga 2018 naik menjadi 758 juta USD dari sebelumnya 710 juta USD.

Lalu apa hubungannya dengan persebaran hoax/hate speech yang viral di linimasa?

Hampir setiap hari, ada saja berita bohong/ujaran kebencian yang viral di linimasa. Entah itu kabar hoaks tentang penculikan yang sedang marak. Atau perang nyiniyir pada istilah genderuwo/sontoloyo. Narasi yang disematkan pada posting seperti ini selalu dapat menarik like/komen/share netizen.

Narasi yang begitu menggugah emosi menimbulkan engagement yang tinggi. Ramai dan riuhnya engagement atau interaksi yang terjadi menjadi medium iklan. 

Algoritma sosmed terkadang memunculkan posting/tweet yang kontroversial tetapi belum tentu faktual. Saat interaksi tinggi, iklan produk atau jasa pun diselipkan. Algoritma sosmed juga akan membaca preferensi kita melalui iklan, situs, atau posting tentang suatu produk/jasa yang pernah dikunjungi. 

Sehingga iklan penyedia barang/servis tadi muncul di linimasa sosmed kita. Mulai dari iklan gambar, video, recommended post/tweet, dsb akan muncul. Dan iklan yang muncul ini akan berbeda-beda sesuai parameter profiling algoritma sosmed.


Election 2016 Social Media - Ilustrasi: forbes.com2. Sosial media profiling menjadi komoditas politis 

Skandal Cambridge Analytica (CA) dengan Facebook seharusnya membuka mata literasi kita pada dunia digital. Betapa data pribadi kita yang kadang begitu mudah kita unggah dalam daring. Bisa dimanfaatkan untuk menganalisa, menklarifikasi, dan mensegregasi preferensi politik users.

Dengan diotaki Aleksandr Kogan, sejak 2014 CA membayar penggunanya 2-5 USD untuk menjawab sebuah survey sederhana. Dengan 120 pertanyaan, CA mampu mengumpulkan data sekitar 50 juta pengguna Facebook. 

Dari data 50 juta pengguna ini, parameter algoritma masih mampu menghasilkan data dari 87 juta pengguna lain di Facebook. Karena data users satu sama lain terkait dengan engagement berupa like, komen, share, atau message yang dikirim.

Jika dihitung kasar 2 USD dikali 50 juta pengisi survey CA. Maka didapat 100 juta USD untuk membayar pengisi survey. Sebuah biaya yang tidak murah untuk mengubah klik menjadi sebuah preferensi politik pada pemilu 2016 di US. Namun upaya ini terlihat efektif dan sudah terjadi.

Begitupun yang terjadi di banyak negara. Profiling pengguna via sosmed terjadi secara masif dan terstruktur. Kabarnya, terpilihnya presiden Bolsonaro di Brazil dibantu WhatsApp. Dari laporan sebuah agensi memperkirakan kubu Bolsonaro menggelontorkan miliar dollar untuk mem-blast chat via WhatsApp,

Dengan 71 juta pengguna, WhatsApp menjadi platform chat no 1 di Brazil. Misinformasi yang berisi kebencian, xenofobia, dan penggiringan opini marak beredar via WA grup chat. Karena hampir 60% pengguna sosmed di Brazil percaya berita yang beredar dan viral.

Hal serupa nuansanya pun terasa di suasana perpolitikan di Indonesia. Kabar bohong dan ujaran kebencian berisi konten politik beredar. Menurut Mafindo, selama Juli-September 2018 hampir 60% hoaks berisi konten politik. Platform untuk menyebarkannya didominasi Facebook (47,83%).

Solusinya?

Jumlah pengguna sosmed yang menggiurkan menarik secara ekonomi dan politik. Dari sisi marketing, targeted-ad ala sosmed mengurangi waste beriklan. Sedang secara politis, psikologi pengguna sosmed harus selalu terkungkung echo chamber partisan.

Sehingga, mengurangi user dengan menghapus, menonaktifkan, atau memblokir kurang begitu efektif. Apalagi saat jasa bot mampu men-generarte users abal-abal dengan masif dan sistematis. Istilahnya, mati satu tumbuh berjuta kembali.

Bentuk solutif berupa pendidikan literasi digital harus menjadi tanggung jawab platform sosmed. Misalnya memfasilitasi platform sosmed masuk ke dalam sekolah. Memasukkan literasi digital sebagai tindakan preventif juga sifatnya urgent dilaksanakan.

Referensi: emarketer.com | hootsuite.com | statistica.com | tempo.co | theguardian | washingtonpost

Salam,

Solo, 16 November 2018

11:12 pm 




Baca juga:
Lebih Intim dengan Coldplay lewat Dokumenter "A Head Full of Dreams"
Seperti Nge-Blog, Jangan Sepelekan "Tren" Saat Beli Saham
Dugaan Operasi "False Flag Demonization" di Balik APK "Raja Jokowi"

Tinggal 5 Hari Lagi, Dukung Perlindungan Saksi dan Korban melalui Tulisanmu!

$
0
0

blog competition LPSK

Saksi dan korban berperan sangat penting dalam mengungkapkan suatu kasus di sistem peradilan. Entah itu kasus kejahatan kriminalitas, pelanggaran HAM, trafficking, kasus korupsi, narkotika, pemerkosaan, dan lainnya yang terjadi dalam masyarakat.

Namun realitanya, para saksi dan korban seringkali berada dalam posisi minor, dirundung rasa takut yang besar, atau mendapatkan tekanan dari pihak tertentu sehingga akhirnya mereka memilih untuk diam dan tidak melaporkan kejadian yang pernah dialaminya tersebut.

Melihat kondisi tersebut, sebagai lembaga profesional, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mengemban tanggung jawab untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada para saksi dan korban berdasarkan tugas dan kewenangannya yang diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014. Dan komitmen ini dipegang teguh dan terus diupayakan oleh LPSK nantinya di bawah kepemimpinan baru LPSK periode 2018 - 2023.

Sebagai bentuk dukungan terhadap perlindungan kepada saksi dan korban, LPSK bersama dengan Kompasiana mengajak para blogger untuk ikutan blog competition "Optimisme Perlindungan Saksi dan Korban di Tangan Pimpinan Baru LPSK". Kompasianer bisa menuliskan cerita pengalaman tentang partisipasi yang dilakukan Kompasianer atau masyarakat dalam mendukung upaya perlindungan saksi dan korban dalam mengungkap sebuah kasus di lingkungan sekitarnya.

Sebelum ikutan, simak syarat ketentuan dan mekanismenya berikut ini ya.

SYARAT & KETENTUAN

  • Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di Kompasiana.com
  • Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat), dan tidak sedang dilombakan di tempat lain)
  • Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana

MEKANISME

  • Tema besar: Optimisme Perlindungan Saksi dan Korban di Tangan Pimpinan Baru LPSK
  • Kompasianer dapat memilih untuk menulis sub tema berikut ini:
    • LPSK lebih optimal dalam melindungi saksi dan korban
    • LPSK sebagai lembaga yang kredibel dan berintegritas
    • Penguatan kapasitas LPSK dalam proses peradilan di Indonesia
  • Kompasianer diminta untuk menuliskan opini atau cerita pengalaman tentang partisipasi yang sudah dilakukan Kompasianer atau masyarakat dalam mendukung upaya pengungkapan kasus oleh saksi dan korban di lingkungan sekitar, dihubungkan juga dengan tugas dan wewenang lembaga mandiri LPSK. Tulisan boleh juga berupa harapan tentang adanya kepemimpinan baru LPSK periode 2018 - 2023
  • Periode: 22 Oktober -- 21 November 2018
  • Tulisan tidak lebih dari 1.200 kata
  • Peserta wajib mencantumkan label LPSKmelayani dalam setiap tulisan
  • Peserta wajib membagikan artikel blog competition di media sosial di Instagram, Facebook dan/atau Twitter dengan men-tag ke 3 orang teman, dan mention ke akun Facebook, Twitter dan Instagram resmi LPSK
  • Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba tidak bisa diikutkan lomba
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
  • Pemenang akan diumumkan setelah 14 hari kerja periode lomba usai
  • Seluruh tulisan dari peserta dan pemenang blog competition akan menjadi milik LPSK

HADIAH

  • 12 artikel terbaik akan mendapatkan hadiah uang tunai masing-masing senilai Rp 1.000.000,-

Ayo segera kirimkan cerita terbaik Anda dan menangkan hadiahnya! Untuk mengikuti event Kompasiana lainnya, silakan kunjungi halaman ini. (GIL)




Baca juga:
Di Antara Kita, Sebenarnya Siapa yang Pelit?
Lebih Intim dengan Coldplay lewat Dokumenter "A Head Full of Dreams"
Seperti Nge-Blog, Jangan Sepelekan "Tren" Saat Beli Saham

Waring 580 Juta Kali Sentiong, Riwayatmu Kini

$
0
0

(Foto : Kompas.com)

Waring sepanjang 726 meter seharga Rp 580 juta yang dipakai untuk menutupi Kali Item Sentiong dan dimaksudkan untuk mengurangi bau tak sedap, sejak Senin (12/11) lalu mulai dibongkar Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta dan rencananya akan diganti dengan turap beton.

Menurut Sandiaga pemasangan waring tersebut tadinya dimaksudkan sebagai solusi jangka pendek untuk mengurangi bau tak sedap yang berasal dari Kali Item Sentiong dalam rangka menyambut peserta Asian Games 2018 yang menginap di Wisma Atlet. (Tempo.co, 25/7/2018)

Tetapi sayangnya dalam waktu 4 bulan kondisi waring tersebut sudah mengendur hingga menyentuh permukaan air. Bahkan di beberapa tempat,waring juga terlihat berlubang-lubang tak terurus. Dan nampaknya waring itupun harus dibongkar kalau tidak ingin menambah masalah yang lebih buruk.

Pertanyaannya adalah, selanjutnya akan dikemanakan waring seharga setengah milyar lebih yang bersumber dari APBD DKI Jakarta tersebut? 

Apakah akan dibakar begitu saja mengingat jenisnya yang merupakan sampah anorganik yang tidak dapat diuraikan bakteri pembusuk? Tetapi jika ya, apakah tidak terlalu mubazir "membakar uang" senilai 580 juta?

Ataukah sebaiknya tidak didaur ulang menjadi barang berharga yang hasil penjualannya nantinya paling tidak dapat mengembalikan separoh dari harga pembeliannya?

Ataukah mungkin dijadikan sebagai bahan untuk membuat sebuah karya berseni tinggi yang dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara, seperti bambu di Bundaran HI yang sempat menarik perhatian publik sebelum kemudian dibongkar?

Maksud saya, tidak elok rasanya jika barang seharga 580 M yang dipakai hanya selama 4 bulan kemudian dibakar begitu saja tanpa dipikirkan terlebih dahulu solusi terbaiknya.

Karena menurut saya pemasangan waring di Kali Item lahir dari perencanaan yang tidak matang, masa iya pembuangan selanjutnya pun tanpa perencanaan yang matang juga?

Seperti komentar salah seorang warganet yang mengatakan: "Apakah sebaiknya waring tersebut dijadikan pajangan di Monas untuk mendapatkan rekor Muri?" 

Mungkin maksudnya setelah viral di jagat maya, selanjutnya waring bekas tersebut menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara yang diharapkan dapat menghasilkan devisa bagi DKI Jakarta.

Ataukah sebaiknya waring tersebut diubah menjadi warung? 

(RS)




Baca juga:
[Pro-Kontra] Film Berkualitas Itu Parameternya Apa?
Saya Bukan Kolektor dan Juga Bukan Hoarder!
Rendahnya Kelulusan CPNS 2018, Mencari Siapa yang Salah?

Di Hidup yang Terbakar

$
0
0

Ilustrasi: pixabay.com

hidup seperti kelakar,
dari kesedihan yang terbakar

ada bau keringat yang gagal,
ada peluh, kisah dan kesal. banal
ada lukisan camar dan pelabuhan tua
bersama taman yang setia

ada pasar malam, rumah hantu
atau anak-anak yang kehilangan air susu
ada orkes dangdut yang pulang malu, tak pulang rusuh
serta pengojek yang tumbang setiap subuh

ada keroncong perjuangan di stasiun bekas jajahan,
dengan bocah-bocah berlari di sepanjang relnya
ada deret rumah kardus berlapis lima
dan berita koran perihal zaman yang ditertibkan

ada sisa-sisa bibirmu,
ada air mata berenang di situ
ada perpisahan yang kita peluk!

[2018]




Baca juga:
Titiek Soeharto Mengatakan "Jokowi Bohong" karena sedang Kangen Prabowo?
[Pro-Kontra] Film Berkualitas Itu Parameternya Apa?
Saya Bukan Kolektor dan Juga Bukan Hoarder!
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live