Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

"It's a Fun Day" Jadi Tema Perayaan Hari Buruh Internasional di Tomohon

$
0
0

Foro di depan Baliho (dokpri)

Undangan memperingati Hari Buruh Interntional, 1 Mei 2018, tergeletak di meja kantor saya. Undangan berstempel Disnaker Tomohon, berisi ajakan agar perusahaan (yayasan) mengirim karyawannya untuk "jalan sehat" yang kemudian diteruskan dengan "senam bersama" dan "donor darah".

Sebelum mentari pagi bersinar, sekitar jam 05.00 WITA, saya dan karyawan lainnya, sudah bergerak menuju ke titik pertemuan di Komplek Menara Alfa Omega di pusat Kota Tomohon. Udara sejuk kota Tomohon masih terasa di badan dan menembus baju training olah raga warna biru hitam yang saya pakai.

Belum banyak yang datang. Padahal undangan Disnaker yang saya baca, menyebutkan jam 05.00 pagi. Tersiar kabar, karena Bapak Wali Kota sedang dinas ke Jakarta, maka acara peringatan Hari Buruh International (1/5) yang dihadiri dari perwakilan pengusaha dan pekerja dari 50 perusahaan di Tomohon, akhirnya molor.

Subuh, Menara Alfa Omega Tomohon (dokpri)

Titik Kumpul di bawah Menara (dokpri)

Menara Alfa Omega, setinggi 46 meter, yang berdiri megah di pusat kota Tomohon, pagi itu menjadi saksi peringatan "May Day". Antusias dan jumlah para pekerja dengan "atribut" kaus warna-warni yang menjadi identitas perusahaan, tampak semakin memadati kompleks Menara Alfa Omega, seiring dengan bersinarnya mentari pagi. Panitia dari Disnaker menyambut kedatangan para pekerja dengan memutar musik gembira dinamis, untuk menciptakan suasana senang.

Kompleks Menara Alfa Omega dibangun (20/2) di lokasi yang berdekatan dengan Gereja Sion yang memiliki nilai sejarah, karena Persiden Soekarno pernah hadir di sini. Saat peresmian, Walikota Tomohon Jimmy F. Eman menegaskan, "Menara ini menjadi ikon Tomohon sebagai kota religi, yang sekaligus menunjang sektor pariwisata dan menyediakan ruang publik bagi masyarakat".

Lebih lanjut, Eman menyebutkan bahwa Menara Alfa Omega yang menghabiskan dana APBD sebesar hampir 10 M, akan menjadi landmark Tomohon sehingga menjadi daya tarik masyarakat luas untuk datang ke Tomohon.

Baliho berukuran besar dengan tulisan Selamat Hari Buruh Internasional "May Day is a fun day" dipasang di depan kanan menara. Sebelum jalan sehat, tak sedikit para pekerja berfoto bersama di depan baliho secara bergantian. Beberapa pekerja juga tampak naik ke tangga menara sekedar ingin tahu dan melihat view kota Tomohon yang dilatarbelakangi Gunung "stratovolcano" Lokon.

Jalan sehat (dokpri)

Patung Tololiu (dokpri)

"Mari kita hitung mundur. Tiga, Dua, Satu, go!" teriak pembawa acara untuk selanjutnya bendera start dikibarkan oleh Kapolres Tomohon I Ketut Agus Kusmayadi SIK, didampingi Asisten Kesra dan Kadis Tenaga Kerja Tomohon. Para peserta jalan sehat secara berurutan mulai berjalan dengan rute dari depan Menara menuju ke Patung Tololiu, belok kiri ke arah Matani, lalu ke jalan Pasar dan kembali ke Kompleks Menara Alfa Omega.

Bebas Pekerja Anak (dokpri)

"Tujuan kegiatan ini untuk membangun kebersamaan antara pemerintah bersama para pengusaha dan pekerja" ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja Tomohon.

Setelah berjalan sehat kurang lebih satu jam, semua peserta berkumpul kembali di kompleks Menara Alfa Omega. Air mineral yang disumbang dari Virginia Aqua Tomohon, tampak diserbu peserta. Selanutnya peserta mendengarkan sambutan Walikota yang diwakili oleh Asisten Kesejahteraan Rakyat, Drs. ODS Mandagi. 

"Peringatan Hari Buruh Internasional menjadi momentum untuk saling tatap muka antara pengusaha dan pekerja serta pemerintah kota. Karena itu, mari kita rayakan dengan senang hati, penuh hiburan seperti senam bersama, joget bersama serta doorprize" kunci Mandagi dalam sambutannya.

Makanan dan minuman

Setelah sambutan, semua peserta diajak untuk menikmati makanan yang telah tersedia berkat sumbangan dari perusahaan dan yayasan yang ada di Tomohon. Saya melihat makanan telah tersaji di meja di bawah Menara. Sebut saja, tahu isi, cucur, ampang, pisang rebus goroho, tinutuan, midal, roti, dan lainnya. Tampak semua peserta menikmati makanan dengan senang hati.

"Ayo sekarang kita senam bersama dengan berjoget poco-poco (akhir-akhir ini dikenal sebagai goyang Tobelo)" teriak pembawa cara dengan mantapnya. Seiring diputarnya musik, hampir semua peserta bergoyang. Bahkan di jalan raya, kelompok polisi berbaur dengan para pekerja bergoyang mengikuti irama musik dengan lincahnya. Sungguh, hari ini (1/5) tampak pekerja, pengusaha, pemerintah, aparat kepolisian semua bergembira.

Donor Darah PMI (dokpri)

Tak hanya itu, PMI Tomohon melakukan kegiatan Donor Darah. Sudah lama saya tidak donor darah, dan saya menyediakan diri untuk donor darah. Setelah dianggap sehat oleh dokter PMI, 250 ml darah saya tersimpan di kantong darah PMI. Semoga darah saya bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan.

Memang hari ini, 1 Mei 2018, di Tomohon adalah hari yang sangat membahagiakan. Sehat, semangat dan sumringah! Selamat hari Buruh Internasional.





Baca juga:
Kafein, Menopause dan Osteoporosis
Dukung Jagoanmu di Pilkada, Pileg Hingga Pilpres melalui "Kotak Suara"!
Hari Buruh di Jogja Rusuh!

Urbanisasi dan Timpangnya Kebijakan

$
0
0

source : economy.okezone.comPerubahan struktur ekonomi tidak jarang bermuara pada kesenjangan pembangunan. Bila dilihat dari tinjauan spasial, gerak perekonomian dari tahun ke tahun telah mengalami pergeseran yang semula bercorak pedesaan/tradisional menjadi corak perkotaan/modern. Hal yang tentu berimplikasi luas terhadap pola mobilitas sosial seperti urbanisasi.

Istilah urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota seolah menjadi tren baru di Indonesia. Dalam kurung waktu 60 tahun, populasi perkotaan telah meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,4 persen dan selama periode 2000 hingga 2010 luas perkotaan bertambah sebesar 1.100 kilometer persegi. Data ini bahkan telah menempatkan Indonesia sebagai salah negara dengan laju urbanisasi tertinggi didunia dan tercepat di Asia.

Kondisi sedemikian rupa tentu saja menyiratkan pertanyaan mendasar. Apakah urbanisasi mampu mendorong masyarakat menuju arah kesejahteraan atau justru malah menimbulkan permasalahan baru dalam struktur sosial ekonomi ?.

Pandangan Viet Cuong dalam Does Urbanization Help Poverty Reduction in Rural Areas? Evidence from a Developing Country  dapat menjadi acuan yang meletakkan urbanisasi sebagai "a key feature of economic development". Ibarat pedang bermata dua, apabila tidak ditangani dengan kebijakan proporsional, maka sisi pedang akan terus menyayat.

Kebijakan tidak menghasilkan dampak positif dan hanya melahirkan ketimpangan semata. Oleh karena itu, pemerintah harus menyusun suatu strategi kebijakan sebagai upaya mencegah masalah laten urbanisasi yang dapat berujung pada kemiskinan struktural kota.

Mobilitas Sosial

Tak dapat dipungkiri, wilayah perkotaan masih menjadi tempat terbaik arus perpindahan masyarakat pedesaan. Berbagai faktor daya tarik dan dorongan memotivasi terjadinya migrasi ini. Namun kemiskinan memainkan peran utama dalam mendorong orang-orang ke padang rumput yang lebih hijau.

Banyak orang meninggalkan pedesaan berharap memperoleh kesempatan lebih besar yang ditawarkan oleh perkotaan. Terutama dari sisi peluang komersial dan kesempatan kerja bagi masyarakat. Apalagi kondisi pedesaan saat ini belum mampu memberikan garansi akan pekerjaan yang layak. Sebab, masih maraknya kebijakan tambal sulam dan tidak tepat sasaran yang kadang merugikan masyarakat desa.

Migrasi pedesaan terkait dengan aspek modernisasi, industrialisasi, dan proses rasionalisasi sosiologis, telah menjadikan masyarakat sebagai subjek yang harus terikat didalamnya. Asumsinya, dengan perpindahan ke kota-kota besar, orang akan mampu memiliki pekerjaan berpenghasilan tinggi, pendidikan yang lebih baik dan bahkan akses penghidupan yang lebih memadai.

Namun fakta demikian tentu tidak selalu benar. Keputusan menggantukan harapan pada kota-kota besar berarti memutuskan sebuah pilihan untuk menghadapi persaingan kerja yang lebih besar dan kompetitif. Ini berarti hanya orang-orang dengan kemampuan optimal yang bisa tetap survive dari tekanan kehidupan perkotaan.

Hal ini dibenarkan oleh George Simmel, seorang ahli sosiologi masyarakat dari Jerman, mengemukakan bahwa meningkatnya konsentrasi, keragaman orang dan aktivitas yang sedang berlangsung di kota membuat orang-orang perkotaan mengalami tekanan. Kondisi ini dianggap sebagai penyebab utama mentalitas hidup di perkotaan. Khususnya mereka, masyarakat desa yang berpindah ke kota tanpa adanya modal dan kemampuan atau keterampilan yang memadai. 

Kota-kota besar saat ini tengah menghadapi masalah kelebihan populasi, dan yang paling jelas adalah minimnya ruang bagi masyarakat untuk hidup. Parahnya lagi, ledakan penduduk ini tidak didukung oleh kemampuan dinamis pemerintah (dynamic governance) dalam perencanaan kota yang seharusnya mengedepankan aspek kultural dan dynamic capabilities.

Alhasil, fenomena seperti kemacetan, pemukiman kumuh, pengangguran kota, sanitasi, dan sebagainya semakin menjamur dan menjadi penyakit yang tak terpisahkan dari kehidupan kota.

Salah satu kejadian yang paling umum terjadi yaitu tatkala masyarakat desa berpindah ke daerah perkotaan namun mereka tidak punya pilihan selain tinggal di tempat yang tidak memiliki listrik dan air minum bersih. Beberapa orang bahkan harus tinggal di kolong jembatan atau di taman-taman. 

Mendirikan permukiman baru yang tentunya jauh dari kata layak dengan status ilegal. Hal ini terjadi karena tingginya biaya sewa beli properti kota sebagai dampak gentrifikasi.

 Langkah Kebijakan

Situasi dewasa ini, urbanisasi telah terjadi pada skala global. Dalam beberapa kasus, fenomena urbanisasi melibatkan negara berkembang karena pemerintahnya sangat fokus pada kesungguhan untuk mencapai status kota maju. Akibatnya, hampir semua wilayah di perkotaaan telah dikembangkan dalam skenario perencanaan yang buruk.

Bahkan daerah hijau pun sudah bertransformasi menjadi kawasan industri atau bisnis. Ini menggambarkan bahwa ternyata urbanisasi secara cepat berimplikasi terhadap aspek sosial dan lingkungan.

Kini persoalan urbanisasi memperhadapkan pemerintah daerah pada tantangan sosial, politik dan ekonomi. Pada dasarnya, tantangan ini disebabkan oleh jumlah populasi yang melonjak di kota daripada yang direncanakan semula, sehingga berakibat pada mobilitas vertikal yang turun (social sinking atau downward mobility).

Menurut saya, terdapat beberapa langkah kebijakan yang dapat ditempuh pemerintah untuk mencegah ledakan populasi yang terpusat di perkotaan. Pertama, perlunya penguatan sector Usaha Kecil dan Menengah (UKM) khususnya di berbagai daerah diluar kota-kota besar. Dukungan di sector ini sangatlah penting untuk memastikan proses ekonomi dapat terdistribusi secara merata.

Selain itu, penyerapan lapangan kerja juga akan lebih terbuka dan tidak hanya bertumpu pada industrialisasi kota-kota besar. UKM yang memproduksi produk buatan lokal harus dipasarkan secara efisien melalui dukungan pemerintah baik berupa integritas pendampingan dan regulasi prioritas.

Kedua, reformasi agraria sebagai basis pendapatan masyarakat dan petani di pedesaan secepatnya segera direalisasikan. Sebab, alih fungsi lahan pertanian akhir-akhir ini sangat marak terjadi. Ketua Umum Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia mencatat setidaknya terdapat 50.000 hingga 100.000 hektare menyusut tiap tahunnya. Baik itu disebabkan karena beralih fungsi maupun yang tidak lagi tergarap oleh petani karena regenerasi petani yang hampir mandek dan juga tergusur oleh proyek pemerintah.

Ketiga, revitalisasi pembangungan ekonomi pedesaan. Dalam konteks ini, pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan kebijakan penguatan kapasitas pedesaan melalui Undang-Undang nomor 14 tahun 2014 tentang Desa. Melalui regulasi ini, pedesaan diharapkan akan menjadi motor pengerak pembangunan nasional dan sumber ekonomi.

Kebijakan ini tentu sangat tepat di tengah gejolak ekonomi yang tidak menentu. Namun, apabila melihat implementasi di lapangan, tampaknya output maupun outcome belum menunjukkan hasil yang maksimal dan membutuhkan evaluasi lebih lanjut.

Pada akhirnya, keberhasilan mewujudkan pemerataan ekonomi melalui kebijakan pemerintah, dengan sendirinya tentu akan berdampak pada laju urbanisasi. Komitmen ini diharapkan akan mengurai dilema-dilema pada persoalan pertumbuhan eksplosif yang belakang ini mengemuka hampir di seluruh kota besar di Indonesia.

Dengan begitu, kekhawatiran utama mengenai kualitas hidup di pusat kota dan kapasitas pendukung kehidupan secara ekologis dan komunal dapat teratasi.




Baca juga:
Berharap Kejujuran dari Pemilik SPBU
Takluk dari Roma, Liverpool Melaju ke Final
Akun MyKompas Anda Terblokir? Ini Alasannya!

Pendidikan Gelombang Ketiga

$
0
0

foto: Kompas.com/M Latief

Kemarin, 2 Mei 2018, untuk kesekian kalinya kita memperingati hari pendidikan nasional yang diambil dari hari kelahiran Raden Suwardi Suryaningrat.  Pada usia 40 tahun ia mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Tak banyak dibahas betapa Raden Soewardi, yang lahir di keluarga ningrat Pakualaman, Yogyakarta, berkeputusan melepaskan gelar raden dari namanya agar bisa berdekatan dengan rakyat jelata di sekitarnya.

Jalan hidup Ki Hajar adalah jalan perjuangan dan peralwanan. Ia percaya pendidikan adalah jalan menuju pembebasan manusia dari keterbatasan dan ketertindasan. 

Tujuan pendidikan menurut Ki Hajar adalah untuk membimbing anak untuk menjadi manusia yang hidup dengan kecakapan dan kepandaian, berbuat sesuatu yang berguna tidak saja untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk kepentingan masyarakat. Untuk mencapai tujuan itu, Ki Hajar mengembangkan metode pedagogi yang relevan sampai sekarang, seperti bermain peran (role play) dan studi kasus.

Bagi Ki Hajar, perjuangan pendidikan adalah perjuangan politik karena dasarnya adalah memperjuangkan manusia. Jejak pemikiran Ki Hajar juga bisa kita lihat di organisasi pergerakan nasional, seperti Boedi Oetomo, Indische Partij (partai politik pertama yang berhaluan nasionalisme Indonesia), dan ketika Sarekat Dagang Islam berubah menjadi Sarekat Islam. Selain itu, Ki Hajar juga penulis andal di koran-koran pergerakan waktu itu.

Gelombang Ketiga

Kini, lebih dari satu abad dari kelahiran Ki Hajar, bagaimana kita merumuskan arah pendidikan bangsa kita?

Dalam berbagai kesempatan saya telah menjelaskan pembagian periode sejarah Indonesia dengan analogi gelombang. Gelombang di sini merupakan satuan waktu yang cukup luas dan longgar agar kita bisa melihat gambaran besar pola dan kecenderungan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam satuan waktu tersebut.

Gelombang pertama terjadi sejak masa penjajahan hingga Indonesia merdeka. Gelombang ini saya beri nama "menjadi Indonesia". Pada masa ini, terjadi perubahan cara berpikir karena struktur sosial saat itu, yaitu etnis atau suku bangsa, dan struktur politik berupa kerajaan-kerajaan kecil Nusantara tidak lagi relevan untuk melawan penjajahan. Karena itu dibutuhkan transformasi besar dan itu terjadi pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Dengan sumpah itu, etnis bertransformasi menjadi bangsa dan kerajaan bertransformasi menjadi bayangan tentang kesatuan teritori ("tanah air") berupa negara merdeka.

Baru 17 tahun setelah Sumpah Pemuda itu, cita-cita berdirinya negara merdaka terwujud melalui Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Lengkap sudah proses menjadi Indonesia sebagai negara-bangsa.

Setelah merdeka kita memasuki gelombang kedua yang saya beri nama "mewujudkan negara-bangsa modern". Pada periode ini, yang berlangsung sejak Orde Lama, Orde baru, dan "orde" Reformasi, kita mencoba mencari sistem politik dan ekonomi yang sesuai, serta mencari keseimbangan antara kebebasan dan kesejahteraan. Kita belajar bahwa pada Orde Lama ada kebebasan tetapi tidak ada kemakmuran, sementara pada Orde Baru perut kenyang tapi mulut dibungkam. Ketika Reformasi bergulir yang dipicu salah satunya oleh krisis moneter 1997, kita mulai menemukan keseimbangan-keseimbangan di bidang peran negara, kebebasan, otonomi daerah, dan distribusi kesejahteraan.

Gelombang kedua mengantarkan kita menjadi negara-bangsa modern dengan konstitusi yang kuat dan modern, pengaturan peran negara, dan pelembagaan proses demokrasi. Salah satu ketegangan selama gelombang kedua ini adalah dialektika antara negara dan agama (khususnya Islam) dalam penerimaan Pancasila. Namun, kini kita sudah menemukan titik temu dan menjadikan Pancasila sebagai konsensus nasional.

Setelah dua puluh tahun Reformasi, kita mulai memasuki gelombang ketiga sejarah Indonesia, suatu teritori yang sama sekali baru. Gelombang sejarah ini terbentuk oleh berakhirnya Perang Dingin, makin pentingnya teknologi dan internet dalam kehidupan sehari-hari, dan kesedaran global citizenship. 

Dalam gelombang sejarah ini muncul pula nilai-nilai baru dalam segitiga agama, pengetahuan, dan kesejahteraan. Kita juga menyaksikan lahirnya anak-anak "native democracy", yaitu mereka yang sejak lahir menghirup udara demokrasi dan kebebasan. Bagi mereka, demokrasi adalah sesuatu yang terberi dan sudah seharusnya, bukan sesuatu yang perlu diperjuangan berdarah-darah.

Dokumentasi Pribadi

Manusia Gelombang Ketiga

Setiap episode sejarah menyediakan tantangan untuk dijawab oleh manusia. Gelombang ketiga adalah tentang keterhubungan (connectedness) dan jejaring (network). Karena itu, agar bangsa ini unggul dalam persaingan global, kita perlu mengembangkan sejumlah pola pikir (mindset) yang tepat. Saya mengusulkan empat elemen yang harus ditanamkan dalam mindset manusia gelombang ketiga.

Pertama, arsitektural. Pola pikir pertama yang harus dimiliki adalah kesadaran bahwa manusia adalah subyek dan pelaku utama dalam peradaban. Sebagai pelaku utama maka manusia bertanggung jawab untuk membuat sebuah grand design, atau dalam bahasa gelombang ketiga sebuah operating system, yang akan menjadi platform untuk segala aktivitas kehidupan. Kemampuan imaji dan desain ini mirip dengan kemampuan seorang arsitek yang harus mengimajinasikan dan membayangkan desain dari sebuah bangunan yang asalnya tidak ada menjadi ada sekaligus merespon ruang yang terhampar di hadapannya; sebuah kemampuan penciptaan.

Kedua, fungsional. Setelah proses imaji dan desain, langkah selanjutnya adalah mewujudkannya. Proses pemwujudan ini bergantung pada kemampuan kita untuk menilik segala yang ada disekitar kita sebagai kesempatan dan sumber daya yang dapat difungsikan untuk mewujudkan desain itu. Kita selalu mencari fungsi dan faedah dari apapun yang ada di sekitar kita.

Ketiga, eksperimental. Sifat utama gelombang ketiga adalah meningkatnya konektivitas dan cepatnya perubahan yang terjadi. Tingginya kompleksitas dan perubahan yang sangat cepat berimplikasi sulitnya melakukan prediksi dan betapa setiap solusi yang ditemukan memiliki waktu kadaluwarsa sangat pendek. Akibatnya, mau tidak mau kita harus memiliki pola pikir yang selalu terbuka dan berani mengambil risiko. Berani mengakui keterbatasan intuisi dan mengakui setiap solusi sifatnya temporer.  Kita harus membuat eksperimentasi menjadi default.

Terakhir, kreatif. Adakalanya jalan buntu tetap menghadang meskipun segala daya upaya telah dikerahkan. Pada situasi seperti ini, hal yang akan menyelamatkan kita adalah kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan untuk memulai ketika yang lainnya terhenti. Pada era konektivitas tinggi ini kita perlu mendefinisikan ulang arti kreativitas. Biasanya kreativitas dianggap sebagai hasil dari intuisi jenius dari individu yang terisolasi. Dalam gelombang ketiga, kreativitas adalah kemampuan menggabungkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya menjadi sebuah entitas baru. Konektivitas menjadi sumber kreativitas.

Itulah arah baru dunia pendidikan Indonesia. Keempat elemen pola pikir itu perlu dikembangkan dalam lingkungan pendidikan kita. Tentu kita juga membutuhkan budaya pendidikan baru yang menempatkan manusia sebagai sentral. Sejumlah kejadian yang merendahkan murid dan memperlakukannya bukan sebagai manusia sentral dalam pendidikan membutuhkan penanganan yang tepat. Afirmasi 20 persen APBN ke sektor pendidikan harus menghasilkan suatu generasi yang unggul, bukan habis diserap oleh relung-relung birokrasi pendidikan.

Ketika pendidikan kita berhasil menghasilkan manusia dengan pola pikir dan orientasi peradaban, itulah modal penting Indonesia layak menjadi salah satu kekuatan utama dunia. (Selesai)

~ Anis Matta, pemerhati bidang sosial dan politik.




Baca juga:
Menelisik Motif Pembagian Sembako di Monas
Berharap Kejujuran dari Pemilik SPBU
Takluk dari Roma, Liverpool Melaju ke Final

Kematian Gitar Gibson di Era Para Milenials

$
0
0

Gibson Guitar on Fire - foto: Robert Gardiner dari fineartamerica.com

Seperti halnya kaset, gitar Gibson kini menyerah di hadapan para milenials. Era teknologi digital mengubah pola analog ke digital. Pun yang terjadi dengan instrumen musik seperti gitar. Sempat populer di era 80-an sampai 90-an, peminat gitar kini tidak terlalu banyak. Gibson yang sudah lebih dari satu abad memproduksi gitar bermutu, kini harus menghadapi pailit.

Jimmy Page dari Led Zeppelin adalah pengagum abadi Gibson. Eric Clapton pun sempat bermain gitar Gibson. Maestro blus, BB King pun menyanyikan lagu Lucille di gitar Gibson. Bahkan Paul McCartney dari The Beatles diendorse khusus oleh Les Paul dengan gitar SG signature-nya. Dari musik cadas Kirk Hammett dari Metallica juga pengagum Fying-V Gibson. Pun juga Tomi Iommi dari Black Sabbath yang sering menggunakan model SG Gibson. Atau yang saya kagumi, James Bay yang memainkan Epiphone Century 1966.

Sejak mengakuisisi divisi headphone dan sound system Phillips tahun 2014, Gibson yang berbasis di Nashville mulai terseok. Diversifikasi yang dihelat CEO Gibson, Henry Juszkiewicz malah mendatangkan pulung. Kini hutang yang Gibson harus bayar diperkirakan mencapai USD 500 juta. Sedang jumlah yang sudah diverifikasi faktual kebangkrutan sekitar USD 100-135 juta. Tahun lalu Gibson hanya meraup untung berkisar USD 1 juta, turun USD 500 ribu.

Kini, Juszkiewicz mencoba meretrukturisasi bisnis instrumen musik Gibson. Epiphone, Kramer, Steinberger, dan Dobro kini menjadi andalan marketing Gibson. Sedang divisi piano Baldwin sudah dijual seharga USD 6,4 juta. Untuk piranti audio, Gibson akan hanya berfokus pada KRK dan Cerwin Vega. Sedang para loanhoder, kini menjaminkan sekitar USD 135 juta untuk merevitalisasi bisnis Gibson.

Kabarnya, Fender pun kini mengalami kesulitan finansial. Faktor utama minimnya peminat gitar di industri musik, karena beralihnya musisi ke ranah musik EDM, RnB dan Hiphop. Komposisi EDM (Elektronik Dance Music) sebagai musik digital memang lebih mudah diaplikasi dan dipelajari. Ditambah kegandrungan para milenials pada EDM, RnB dan Hiphop ditampakkan pada chart musik dimanapun. Setidaknya 1 atau 2 musik jenis ini pasti bercokol di tangga musik suatu negara.

Gitar memang cukup sulit dipelajari. Perlu ketekunan dan kesabaran menghasilkan simponi kord yang dibuat. Pola chord progression yang kalau tidak biasa dan difahami bisa membuat bosan. Jari-jari harus menekan benar dan tepat pada fret. Apalagi jika ingin bergaya shredding. Jari tangan harus cepat dan tepat menekan string pada puluhan notasi di neck gitar.

Namun, gitar Gibson tidak akan mati di hadapan penyuka gitar. Semakin tua dan langka, semakin mahal dan berharga pula sebuah gitar. Gitar bagi kolektornya adalah kebanggaan dan investasi. Kadang tidak harus bisa jago bermain gitar untuk mengkoleksinya. Bahkan, Leo Fender sang pembuat gitar Fender tidak bisa bermain gitar.

Namun tidak penjualan gitar tidak semuanya memburuk. Buktinya, gitar Taylor masih kuat dalam bisnis gitar akustik. Karena kepopuleran Taylor Swift bermain gitar akustik Taylor, menyedot minat orang untuk belajar gitar akustik. Ed Sheeran yang kini diendorse Martin Guitar, juga mendongkrak popularitas gitar akustik. Sepertinya belum ada artis gitar elektrik yang benar-benar hebat saat ini. Orang mungkin akan lebih mengangumi Jimi Hendrix, Jimmy Page, Eddie van Halen atau Slash. 

Tahun lalu, Eric Clapton dalam wawancara Washington Post tentang penjualan gitar elektrik yang menurun, berucap "I don't know. Maybe the guitar is over." Bagaimana tanggapan Anda?

Referensi: digitalmusicnews.com | endgadget.com | telegraph.co.uk

Salam,

Solo, 3 Mei 2018

10:53 am




Baca juga:
Uji Konektivitas Jembatan Suramadu di Bukit Jaddih Bangkalan
Menelisik Motif Pembagian Sembako di Monas
Berharap Kejujuran dari Pemilik SPBU

Siapa Pemrakarsa Kegiatan Politik Sembako di Monas?

$
0
0

sumber: megapolitan.kompas.com

Menarik untuk menanggapi artikel rekan Yon Bayu yang sedang tayang pada Headline Kompasiana sekarang ini (baca: "Menelisik Motif Pembagian Sembako di Monas", kompasiana.com, 3/5/18).

Setelah membaca analisis rekan Bayu, bagi saya "peristiwa bagi sembako di Monas" oleh FUI itu masih tetap samar tentang "siapa" pemrakarsa dan "apa" motif di belakangnya.  Tapi, kalau sebelumnya samar ke arah gelap, sekarang samar ke arah terang.   Lumayanlah, nuhun Mas Bayu.

Dari dua tema kegiatan yang disebutkan Mas Bayu, yaitu "politik" dan "agama", saya setuju dengan tema tersebut pertama.  Itu sepenuhnya politik! Bukan kegiatan agama, apalagi "pemurtadan"  seperti dugaan Ustadz Abu Deedat Syihabuddin (KDK-MUI).  

Bukan kegiatan keagamaan karena, pertama,  pencantuman "Kebaktian Paskah" dalam surat pemberitahuan panitia itu hanya semacam "pelengkap penderita"  saja.  Faktanya kebaktian itu tak pernah ada, karena yang utma adalah pembagian sembako. Kedua, kalau disangka itu upaya "pemurtadan", saya tidak punya data untuk menyimpulkan bahwa orang bisa pindah keyakinan agama dengan imbalan sembako.

Kalau disepakati itu sebuah kegiatan politik, lantas "siapa" pemrakarsa dan "apa" motif di belakangnya?   Nah, soal motif ini hanya bisa diterangkan jika diketahui siapa pemrakarsanya.

Pemrakarsa ini yang masih tetap samar, karena Mas Bayu juga hanya menyebut sejumlah kemungkinan.   Mungkin "Istana" (Jokowi), mungkin PDIP (Megawati), mungkin murni  FUI sendiri (Dave Santosa), mungkin "pihak lain" yang hendak mendiskreditkan Pemerintah.  Jika diurut dari yang paling besar sampai paling kecil kemungkinannya, maka analisis Mas Bayu mengindikasikan urutan ini:  Istana, PDIP, FUI, Pihak Lain.

Sekarang, bagaimana kalau kita coba balik urutannya menjadi:  Pihak Lain, FUI, PDIP, Istana? Alasannya begini.  

Pertama, soal kemungkinan Istana atau Presiden jokowi sebagai pemrakarsa.  Kalau melihat modusnya yang "terkamuflase", kecil kemungkinannya Istana, atau Presiden Jokowi,  "mendalangi" kegiatan bagi-bagi sembako semacam itu. Dari kasus sebelumnya, seperti di Sukabumi, Presiden Jokowi bukan orang yang suka "sembunyi-sembunyi".  

Alasan pembagian sembako untuk meringankan beban rakyat karena harga sembako naik menjelang Bulan Puasa menurut saya kurang kuat. Karena sudah ada program terstruktur untuk itu.   Setahu saya, sekarang ini misalnya sedang dilaksanakan Gerakan  Stabilisasi Harga Pangan secara nasional dengan melibatkan BUMN-BUMN pangan. Antara lain dengan menjual beras seharga di bawah Rp 9,000 per kg.

Lagi pula, terlalu kecil dampak positifnya dan terlalu besar dampak negatifnya bagi kepentingan politik Presiden Jokowi untuk mendukung kegiatan pembagian sembako dengan meminjam "tangan" FUI seperti itu. Lagi pula, seberapa sih dampak "meringankan beban rakyat" yang bisa diharapkan dari membagi misalnya 400,000 paket sembako?  

Jika Presiden Jokowi mau, maka dia akan lebih memilih kelompok-kelompok relawan Jokowi yang sudah "diakui" untuk melakukan pembagian sembako semacam itu  secara nasional.  Boleh kan relawan Jokowi bagi-bagi sembako?  Mereka kan semacam LSM juga.

Kedua, tentang kemungkinan PDIP sebagai pemrakarsa.  Apakah PDIP perlu memperalat FUI untuk bagi-bagi sembako di Monas?  Saya kira, PDIP akan lebih memilih menggerakkan organisasi-organisasi "onderbow"-nya untuk bagi-bagi sembako secara nasional, ketimbang cuma bagi-bagi sembako di Monas.

Lagi pula, sepanjang yang saya tahu, tidak ada preseden PDIP membagi sembako secara diam-diam seperti itu. Bagi-bagi sembako saya kira tidak diharamkan oleh PDIP atau Megawati.  Megawati hanya mengeritik program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintahan SBY, apa lagi jika dilakukan menjelang Pilpres.  Beda sekali BLT dengan bagi-bagi paket sembako.

Ketiga, FUI dan "Pihak Lain" sebagai pemrakarsa.  Menurut saya, justru kemungkinan ini yang perlu diperiksa Mas Bayu, atau siapa saja, lebih dalam lagi.   Menurut saja, kecil kemungkinannya FUI bekerja sendiri.   Jika kegiatan bagi-bagi sembako di Monas itu disepakati sebagai kegiatan politik, maka mesti ada "kekuatan politik" yang menjadi pemrakarsa sekaligus penyandang dana di belakangnya.  FUI juga hanya bisa mengumpulkan dana dari para donatur dengan rekomendasi dari "kekuatan politik" itu.

Karena itu, mari kita rumuskan sebuah hipotesis:  "FUI membagi sembako di Monas dengan dukungan sebuah kekuatan politik".  Dan kekuatan politik itu bukan Istana, bukan pula PDIP, tetapi "Pihak Lain".

Nah, sekarang kita tinggal mencari tahu siapa "Pihak Lain" itu.   Ini yang tak mudah diungkap.   Tapi, mungkin ada sejumlah fakta terdahulu yang bisa digunakan sebagai "alat bantu" untuk menjawab pertanyaan itu.

Dalam bentuk pertanyaan, fakta yang dimaksud adalah sebagai berikut.  Pertama, sejak Gubernur Anies Baswedan membuka Monas untuk kegiatan sosial, budaya, pendidikan, dan keagamaan, kelompok sosial mana yang telah menggunakan Monas untuk kegiatannya?

Kedua, lebih spesifik lagi, sejak Gubernur Anies Baswedan membuka Monas untuk kegiatan sosial, budaya, pendidikan, dan keagamaan, kelompok sosial mana yang telah menggunakan Monas untuk kegiatan keagamaan?

Tapi, walaupun  sudah menjawab dua pertanyaan pengarah di atas, belum tentu juga akan tersingkap secara jelas siapa "Pihak Lain" itu.  Artinya, tetap terbuka kemungkinan "Pihak Lain" itu ada kaitannya dengan Istana, PDIP, atau "Kubu Oposisi Pemerintahan".  Nah, tetap samar kan? Memang, tapi samarnya sekarang mungkin sudah lebih dekat ke terang.  Artinya, kita menjadi lebih paham.

Sebenarnya, disayangkan kegiatan "politik sembako" di Monas itu berakhir tragis, dengan korban jiwa dua orang bocah yang belum mengerti apa itu politik.  Seandainya kegiatan itu berjalan sukses, pastilah dengan cepat ada seseorang yang tampil di televisi untuk mengklaim keberhasilan itu. 

Sayang, sekali lagi, sayang, politik kita Sabtu lalu (28/4/18) telah merampas hak dua orang bocah untuk menyaksikan Presiden RI terpilih tahun 2019 nanti.  Semoga tidak ada lagi korban seperti mereka. Amin.***




Baca juga:
Ini Jumlah Gaji yang Anda Terima bila Menjadi Pegawai Bank
Uji Konektivitas Jembatan Suramadu di Bukit Jaddih Bangkalan
Menelisik Motif Pembagian Sembako di Monas

Apa yang Perlu Diketahui oleh Kompasianer tentang Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur?

$
0
0

image-berita-region3-5ae6fb2edd0fa8747330b814.png

Seperti yang telah Anda ketahui sebelumnya, sejak dua minggu yang lalu Kompasiana mengadakan Topik Pilihan #KabarDariSeberang yang berlangsung selama 11 pekan untuk mengapresiasi konten lokal dan memberi ruang bagi Kompasianer se-Nusantara untuk saling mengenal.

Dan selama dua minggu kemarin, kita sudah membaca banyak kabar dari Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung serta Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah. Lalu, regio apakah yang akan menjadi "tuan rumah" selanjutnya? Kini, sambutlah Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur!

Kini #SaatnyaJatengDIYJatim

Sama seperti daerah lainnya di Indonesia, masing-masing dari ketiga provinsi ini memiliki karakteristik unik meski berdekatan secara geografis. Jika selama ini Anda hanya mengenal gudeg di Yogyakarta, Tugu Pahlawan di Jawa Timur, dan presiden ketujuh yang berasal dari Jawa Tengah, sesungguhnya masih banyak hal-hal yang perlu Anda ketahui dari ketiga provinsi Ini.

Mengapa tak sesekali membahas Kecamatan Tawangmangu di Jawa Tengah yang memiliki candi dengan bentuk serupa kuil peradaban Maya di Meksiko. Atau, mungkin kita perlu menyapa kabar saudara di Madura dan mengulas geliat industri kreatif di Yogyakarta. Semua ragam cerita tentang ketiga provinsi ini bisa Anda bahas, mulai dari fasilitas umum, efektivitas birokrasi, tradisi, mitos, kuliner, hingga puisi!

Perlu dicatat bahwa SEMUA KOMPASIANER dapat menulis untuk topil ini. Jadi, dari manapun asal atau domisili Anda, Anda bisa menuliskan kabar, kisah atau kesan mengenai provinsi DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Jika Anda memiliki cerita traveling, pengalaman, reportase, opini, tips berkunjung, atau kisah apapun itu, Anda bisa menuliskannya di Kompasiana.

Tuliskan ulasan Anda dengan mencatumkan label SaatnyaJatengDIYJatim dan KabarDariSeberang (tanpa spasi) pada setiap artikel Anda. Periode penulisan untuk regio ini berlangsung dari 30 April hingga 6 Mei 2018. (FIA)




Baca juga:
9 Negara Ini Terjerat Utang Skema OBOR Tiongkok, Bagaimana Indonesia?
Ini Jumlah Gaji yang Anda Terima bila Menjadi Pegawai Bank
Uji Konektivitas Jembatan Suramadu di Bukit Jaddih Bangkalan

Pertikaian Ruhut Sitompul vs Demokrat, Siapa yang Rugi?

$
0
0

Ruhut Sitompul (kompas/heru sri kumoro)

Ruhut Sitompul dan Demokrat siapa rugi dengan "pertikaian" ini? Menarik ada yang terjadi menejlang pilkada serentak dan pilpres pun pileg mendatang, dengan adanya drama ala Ruhut ini. bicara Ruhut tidak akan  bisa pendek, akan ke mana-mana. Dengan demikian, justru merugikan Demokrat sendiri. Dengan berbagai macam desas-desus dan masalah yang melingkupi kader-kader partai Pak Beye ini.

Dalam sebuah buku inspirasi dikisahkan: dua filsuf yang mau ikut kata raja, dan satunya memilih idealis sebagai jalan hidupnya. Suatu hari, si filsuf yang ikut raja meledek filsuf idealisme yang makan pagi dengan epiring ubi. Ia mengatakan,"Kalau engkau mau belajar menghamba kepada raja, engkau tidak perlu lagi hidup dengan makan sampah seperti ubi ini."

Jawabnya,"Jikau engkau sudah belajar hidup dengan makan sampah, engkau tidak perlu menjilat raja."

Dalam berpolitik memang banyak pilihan, ada yang mengekor kata pimpinan meskipun salah, ada yang kritis dan kritikan membangun disampaikan, namun ada pula yang asal-asalan yang penting selamat, tana kontribusi.  Sisi lain, sebagai pengurus, petinggi, dan elit partai juga ada yang suka satu suara di dalam ide-idenya, anak buah hanya jaid pembeo dan pembebek tanpa ada kata berbeda. Ada juga pimpinan   yang tidak mempermasalahkan adanya perbedaan asal bukan perpecahan. Sangat dinamis jika demikian.

Melihat rekam jejak Demokrat, memiliki kecenderungan  partai politik tanpa adanya perbedaan, anak buah hanya mengikuti tanpa bantahan dan perbedaan sikap. Perbedaan sikap berujung pada "pemecatan" dan potensi gaduh yang tidak diinginkan. Sisi pengikut pun nampaknya lebih banyak yang berpola demikian.

Kali ini ada salah satu kandidat yang bahkan mengaku anjing penjaga, namun karena berkali ulang berseberangan, dipecat dan ketika berulah lagi ada seorang koleganya yang mengatakan, bukan kader Demokrat lagi ya biarkan saja.

"Perang" komentar pun tampil, mengenai kasus lama si rekan yang anaknya dibui karena "mengambil" proyek dari kantor bapaknya, si rekan ini. Mengapa anaknya  kena, si bapak tidak, begitu kira-kira, sindiran sekaligus ancaman yang tidak main-main ini. Menarik memang, mosok anaknya berulah dengan menggunakan orang lain, buta huruf jadi pemilik perusahaan untuk mengambil proyek, bapaknya tidak "terlibat"?  Paling tidak tahu meskipun snagat sedikit lah. Susah memercayai tidak tahu apa-apa.

Apa yang terjaid ini, jika tidak disiasati dengan baik, sangat mungkin menjadi bumerang yang tidak sembarangan efeknya. Posisi Ruhut di dalam partai Demokrat termasuk vital, banyak rahasia dapur Demokrat yang tentunya ia ketahui. Serangan pertama yang cukup lumayan membuat terhenyak saat salah satu petinggi yang kena sentil tidak menjawab lagi.

Begitu banyak rumor yang sangat jelas, namun kembali karena SBY dan Demokrat sebagai ppartai berkuasa, selalu mentok pada jajaran biasa. KTP-el dengan nama Gamawan, Marzuki Ali, Ibas disebut-sebut. Atau Hambalang yang demikian gencar, namun tetap saja akhirnya demikian. Nah pakah siap Demokrat menerima hantaman dari dalam seperti ini?

Ruhut juga dulu menjadi anggota dewan dengan jumlah pemilih nomor dua kalau tidak salah di Indonesia, kalah hanya oleh Ibas, suara Demokrat cukup siginifikan, dan menjadi pemenang. Ruhut tenar, sebagai pengacara kelas atas, artis, dan juga cara berkomunikasi pun berkonfrontasi dalam politik sangat menjual namanya di papan atas. Ini menjadi durian runtuh bagi parpol yang bisa    menjadi partai politiknya yang baru.

Demokrat secara suara sangat rugi menghadapi Ruhut dengan emosional dan berlebihan seperti ketika menghadapi pilkada Sumut. Tidak perlu demikian keras dibandingkan kerugian yang akan dihadapi. Berbeda jika menghadapi pilpres, Demokrat mengusung kadernya, dan dia malah mendukung kandidat lain, beda kasus. Pun di Sumut nampaknya kader Demokrat tidak bisa maju, jadi masih bisa ditolerir sebenarnya.

Pembelaan Ruhut pada SBY jauh lebih lantang dan gila-gilaan daripada banyak kader lain. Hal ini  juga patut menjadi pertimbangan partai yang akan menerimanya, dan nampaknya tidak ada yang tidak rela mendapatkan aset seperti ini. ia mengaku anjing penjaga SBY, ya memang demikian, sering lucu bahkan maaf naif jika membela.

Dua kerugian cukup besar bagi Demokrat jika benar-benar melepaskan Ruhut yang ia sendiri merasa masih kader Demokrat. Nyatakan Demokrat juga belepotan memberikan pernyataan, menanggapi malah jadi bahan candaan, pun sering salah paham antara keinginan SBY dan bawahannya, seperti Roy Suryo kemarin. Hal yang sangat jarang dilakukan selama Ruhut yang bekerja.

Isu-isu yang menyangkut Deokrat, bisa makin berpeluang dibuka, ingat komentarnya pada anak dan bapak itu. Jelas salah satu yang ia simpan sekian lama. Proporsional ia nyatakan, siapa mengatakan ia jawab, tidak melebar. Bukan tidak mungkin sifatnya yang memang provokatif itu nantu juga memancing pihak lain untuk berkomentar dan akan disanggah dengan lebih sadis oleh Ruhut.

Faksi dalam partai tentu tidak baik, namun tidak ada perbedaan pun buruk. Partai yang ada perbedaan namun sepakat dalam hal-hal yang esensial, perpedaan yang bisa memperkaya partai itu yang seharusnya terjadi. Berbahaya jika parpol hanya satu warna ala ketua atau pengikut yang terdiri atas beo dan bebek saja. Dan  nampaknya hampir semua partai sama.

Salam




Baca juga:
Akun MyKompas Anda Terblokir? Ini Alasannya!
Hardiknas di Tomohon, Antara Pawai dan Hasil UNBK 2018
Ide Buku, Malaysia Punya Program, Indonesia Punya Tasaro

Sudah Mengenal Lebih Dekat Bank Ganesha? Buktikan di Sini!

$
0
0

Bank Ganesha Blog Competition

Bank Ganesha yang mulai beroperasi sejak tanggal 30 April 1992 dan memiliki visi menjadi "Everyday Bank" di tahun 2020 kini sudah melayani nasabah dengan produk inovatif seperti tabungan, deposito, giro, serta menyalurkan kredit pada segmen consumer, komersial, SME dan Korporasi. Bank Ganesha memiliki kartu ATM yang terhubung dengan jaringan ATM Bersama dan sudah berlogo GPN. 

Menjawab kebutuhan di era digital, Bank Ganesha telah meluncurkan layanan online banking yang ada di dalam aplikasi mobile "BANGGA" (tersedia di Playstore/Appstore). Bank Ganesha berupaya untuk terus mengoptimalkan jaringan kantor yang ada. Sampai dengan tahun 2018 ini, Bank Ganesha telah memiliki jaringan kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Surabaya dan Medan.

Nah, Kompasianer punya kisah atau ulasan informasi tentang eksistensi Bank Ganesha di Indonesia? Bagikan cerita tersebut dalam Blog Competition yang digelar oleh Bank Ganesha dan Kompasiana. Sebelum ikutan, simak syarat dan mekanisme lomba di bawah ini ya.

Syarat dan Ketentuan Lomba 

  • Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di Kompasiana.com
  • Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat, dan tidak sedang dilombakan di tempat lain)
  • Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana

Tema Lomba

  • Tema 1: Save & Shop with Ganesha

Kompasianer diminta untuk menuliskan cerita pengalaman dalam menggunakan tabungan Ganesha MAPCLUB, yaitu produk tabungan dari Bank Ganesha yang menawarkan keuntungan mendapatkan semakin banyak poin untuk belanja gratis di outlet MAP jika nasabah semakin giat menabung. Info selengkapnya di sini

  • Tema 2: Lebih Dekat dengan Bank Ganesha

Kompasianer diminta untuk menuliskan ulasan yang membantu pembaca untuk lebih akrab dengan Bank Ganesha (apa itu Bank Ganesha, layanan dan produk perbankannya, visi dan nilai-nilai yang diterapkan, dll). Baca info tentang Bank Ganesha di sini

  • Tema 3: Serunya #hidupdenganBANGGA

Kompasianer diminta untuk menuliskan cerita pengalaman menggunakan aplikasi mobile BANGGA dan fitur-fiturnya yang seru seperti berita, info promo, games, akses donasi dan akses online banking. Download aplikasi BANGGA untuk Android/iOS di sini

Mekanisme Lomba

  • Periode Lomba: 26 April -- 27 Mei 2018
  • Tulisan tidak lebih dari 1.500 kata
  • Peserta wajib mencantumkan label bankganesha (tanpa spasi) dalam setiap tulisan yang dilombakan
  • Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba, tidak bisa diikutkan lomba
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
  • Pemenang boleh membuat tulisan lebih dari 1 tema tapi hanya mempunyai 1 kali kesempatan menang
  • Konten artikel (teks dan foto) pemenang menjadi sepenuhnya milik Bank Ganesha dan akan ditayangkan di www.bankganesha.co.id 
  • Pemenang tidak boleh menggunakan tulisan untuk lomba lain
  • Pemenang akan diumumkan setelah 14 hari kerja periode lomba selesai

Hadiah

  • 3 artikel terbaik akan mendapatkan tabungan masing-masing senilai Rp 2.000.000
  • 8 artikel favorit akan mendapatkan tabungan masing-masing senilai Rp 500.000

*) Hadiah akan diberikan dalam bentuk tabungan Ganesha, jika tidak terdapat cabang Ganesha terdekat dari wilayah pemenang maka hadiah akan diberikan berupa saldo dalam aplikasi G-Money

Jika Anda membutuhkan image pendukung artikel/blog yang berhubungan dengan Bank Ganesha, silakan menggunakan image di link berikut ini.

Untuk mengetahui kegiatan dan kompetisi Kompasiana lainnya yang sedang berlangsung, silakan klik di halaman Event Kompasiana. (GIL)

**) Begini Cara Kami Menilai Karya Lomba di Kompasiana




Baca juga:
Hasil Undian Piala AFF 2018, Indonesia "Dipaksa" Tandang ke Thailand
Akun MyKompas Anda Terblokir? Ini Alasannya!
Hardiknas di Tomohon, Antara Pawai dan Hasil UNBK 2018

Heboh Serbet sebagai Hadiah Lomba Baca Puisi di Banten

$
0
0

Hadiah Juara 2 Lomba Baca Puisi berupa 2 helai serbet. (Foto: FB Banten News)

Puluhan seniman dari Banten, kemarin (3/5) meradang. Mereka enggak bisa terima kalau Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Pemprov Banten memberi hadiah lomba baca puisi yang dianggap menistakan karya seni sekaligus harga diri seniman.

Betapa tidak, hadiah untuk juara kedua lomba baca puisi terkait Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diselenggarakan Dindikbud Pemprov Banten, nyatanya "hanya" dua helai serbet, kain lap.

Hadiah ini dianggap oleh para seniman sebagai tidak etis. Bahkan ketika kasus ini menjadi viral di dunia maya, banyak netizen yang mencibir mengapa sampai sedemikian tega Dindikbud Pemprov Banten memberi hadiah 'abal-abal' seperti itu.

Di depan kantor Dindikbud Pemprov Banten, para seniman melakukan aksi ruwatan bertajuk 'Zikir Serbet'. Mereka menampilkan atraksi seni. Mulai dari membaca puisi, melukis, tari, hingga aksi teatrikal.

Menurut salah seorang seniman Banten, Purwo Rubiono, 'Zikir Serbet' merupakan sikap seniman Banten merespons penghargaan atas hadiah dua serbet untuk pemenang lomba puisi. "Itu menurut teman-teman penyair sebagai pelecehan. Penyelenggara dinilai tidak paham pada event-event kebudayaan," ujarnya seperti dikutip detik.com.

Jadi Headline di koran lokal hari ini. (Foto: Gapey Sandy)

Selain dinilai sebagai pelecehan, Dindikbud Pemprov Banten yang di dalamnya juga mengatur dan mengoordinasikan event budaya, dinilai lupa pada hakikat kebudayaan. Insiden miris dua helai serbet untuk menilai sebuah karya puisi, diminta Purwo yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Musik DKB, jangan sampai terjadi lagi.

Meminta tanggapan terkait masalah ini, penulis melakukan wawancara dengan salah seorang seniman Banten yang dipandang cukup senior dan dihormati, yaitu Toto ST Radik selaku Ketua Majelis Pertimbangan Dewan Kesenian Banten(DKB).

Toto ST Radik adalah penyair kelahiran Singarajan, Serang, Banten. Terlahir pada 30 Juni 1965 dari ayah H Mohamad Suhud dan Ibu Hj Ratu Tuchaeni. Toto pernah merain penghargaan dari Komunitas Sastra Indonesia (KSI) pada 2000, atas kumpulan puisinya 'Indonesia Setengah Tiang'.

Wawancara dengan Toto ST Radik yang masih mengabdi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinas Pariwisata Kota Serang, Banten, sekaligus pengajar puisi ini, dilakukan menggunakan fitur WhatsApp! Call, pada Jumat pagi ini, 4 Mei 2018:

o o o O o o o

Toto ST Radik, Ketua Majelis Pertimbangan Dewan Kesenian Banten. (Foto: Dokpri. Toto ST Radik)

Bagaimana menanggapi kasus dua helai serbet sebagai hadiah ke-2 lomba baca puisi Hardiknas yang diselenggatakan Dindikbud Pemprov Benten?

Sebetulnya kemarin saya sudah dapat kabar dari teman-teman yang datang ke Dindikbud Provinsi Banten. Mereka sudah mendapat penjelasan bahwa kegiatan itu sebenarnya untuk kegiatan internal pegawai. Tetapi kemudian ada masyarakat, pelajar yang mendaftar, dan diterima pendaftarannya, mungkin itu kekeliruannya. Jadi untuk kegiatan internal tapi menerima pendaftaran peserta dari luar.

Menurut teman-teman pelaku seni di sini, pihak Sekretaris Dindikbud Pemprov Banten Joko Waluyo sudah menjelaskan bahwa, kegiatan tersebut awalnya ditujukan untuk kalangan internal, jadi hadiahnya pun sekadar hadiah-hadiah hiburan saja. Celakanya, panitia malah menerima pendaftaran, dan kebetulan, pemenang kedua adalah anak mahasiswa yang kemudian hadiahnya berupa serbet. Jadi ramelah. Jadi memang agak kurang pantas, kurang layak memberikan hadiah untuk lomba baca puisi berupa serbet.

Hari ini, saya juga baru baca, bahwa ternyata yang ikut kegiatan lomba nyanyi solo vokal hadiahnya bakul nasi.

Alibi Dindikbud Pemprov Banten, kegiatan ini memang untuk peserta dari kalangan internal, lalu ada kekeliruan pendaftaran, bagaimana menanggapinya?

Ya, kalau teman-teman di sini sih menilai, kalau memang kegiatan tersebut hanya untuk peserta kalangan internal, ya konsisten untuk kalangan internal saja, sehingga ketika juga menerima pendaftaran dari peserta luar, jelas merupakan suatu hal yang bisa dianggap keliru. Sehingga teman-teman pelaku seni menilai hal tersebut sebagai suatu hal yang tidak menghargai.

Sementara ini dari pihak Dindikbus Pemprov Banten sudah minta maaf. Teman-teman pelaku seni, kemarin siang itu juga sudah langsung pulang, tapi sebagian masih ramai juga di media sosial.

Toto ST Radik dalam ilustrasi foto. (Foto: dapurkata45.blogspot.com)

Jadi sebaiknya kasus apresiasi berupa serbet ini diselesaikan?

Karena pihak Dindikbud sudah mengajukan permintaan maaf, ya okelah itu diterima saja, tetapi jangan sampai diulangi lagi pada waktu-waktu mendatang. Ini menjadi perhatian juga bagi dinas-dinas yang lain, sehingga kalau menyelenggarakan lomba baca puisi atau lomba seni lainnya, hadiah-hadiahnya sekalipun hiburan harus diperhitungkan secara matang, jangan sampai membuat persoalan. Karena kalau serbet itu 'kan konotasinya menjadi bahagian dari barang-barang dapur, termasuk bakul nasi dan sebagainya. Hadiah-hadiah itu sebaiknya dipilih supaya hadiahnya lebih nyambung dengan kegiatan acara sehingga lebih elegan.

Juga mungkin sebaiknya hadiah-hadiah lomba itu diumumkan sejak awal sebelum pelaksanaan lomba?

Hahahaaa ... sebaiknya begitu. Ada atau tidak ada hadiah sebaiknya diumumkan di awal, misalnya hadiahnya trophy dan sebagainya, atau tidak ada hadiahnya sama sekali kecuali berupa buku dan sebagainya. Sebaiknya diumumkan di awal, sehingga publik yang mau mendaftar akan melakukan pertimbangan terlebih dahulu.

Aksi teatrikal seniman Banten bertema Zikir Serbet. (Foto: indolah.com)

Meskipun alibinya adalah kegiatan tersebut dimaksudkan untuk internal, tapi melihat hadiah-hadiahnya berupa serbet, bakul nasi, bagaimana dikaitkan dengan apresiasi seni dan sastra, menurut Anda? 

Kalau menurut saya sih, hadiah-hadiah itu enggak layak, enggak pantas untuk lomba baca puisi, menulis puisi, juga lomba nyanyi solo vokal. Mustinya hadiah-hadiah itu disesuaikan dengan seni dan budaya itu sendiri. Hadiahnya 'kan bisa dipilih, misalnya hadiah itu akan berupa buku puisi yang walaupun harganya sama-sama murah, tapi kan lebih elegan dan nyambung dengan sifat lombanya.

Jadi memang ketidaktahuan, ketidakpahaman tentang apresiasi kesenian ini yang harus diubah mentalnya.

Bagaimana mencari solusi atas kasus serbet yang dianggap tidak mengapresiasi karya seni dan juga para seniman itu sendiri?

Sementara ini sih, Ketua Dewan Kesenian Banten dan teman-teman pelaku seni di sini sudah menyatakan siap untuk memediasi pertemuan antara Dindikbud Pemprov Banten dengan para seniman. (*)

o o o O o o o

Chavchay Syaifullah, Ketua Umum Dewan Kesenian Banten. (Foto: Dokpri. Chavchay Syaifullah)

Persoalan Etika, Tak Ada Pelanggaran Hukum

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Kesenian Banten (DKB) periode 2015-2018, Chavchay Syaifullah dalam wawancara dengan penulis (Jumat, 4/5) juga menegaskan hal senada. Menurut Chavchay, kasus serbet ini musti diselesaikan, utamanya oleh pihak Dindikbud itu sendiri.

“Mengapa demikian? Pertama, kasus serbet ini adalah kasus yang muncul dari pekerjaan Biro Umum Dindikbud Pemprov Banten, sudah barang tentu yang mampu menyelesaikan secara tegas itu adalah pihak Dindikbud. Adapun DKB, dalam hal ini posisinya hanya mewakili suara-suara seniman terutama dari kalangan sastrawan yang marah terhadap aksi yang dilakukan oleh staf-staf dari Dindikbud yang tergabung dalam kepanitiaan peringatan Hardiknas itu,” ujarnya di sambungan telepon.

Yang kedua, lanjut Chavchay, DKB berusaha untuk menjadi jembatan antara pihak penyelenggara yang terdiri dari staf-staf Dindikbud, pihak pemenang lomba baca puisi, dan pihak para senimannya itu sendiri.

“Sedangkan yang ketiga, sebagai bentuk keprihatinan kita, juga sebagai apresiasi kita kepada para pemenang lomba atau juara ke-1, 2 dan 3, DKB bersama sejumlah penyair yang turut menyatakan empati atas kasus serbet ini telah menyediakan berbagai hadiah tambahan berupa trophy, uang, dan juga buku-buku puisi,” tutur Chavchay yang belum bisa menyebut berapa uang tunai yang bakal diserahkan kepada para pemenang. “Kita tidak melakukan aksi pengumpulan uang, ini dari uang kas DKB saja. Ini bukan dana dari APBD, APBN, ini uang kas DKB.”

Aksi teatrikal seniman Banten dalam Zikir Serbet. (Foto: Dokpri. Chavchay Syaifullah).

Chavchay menegaskan, kasus serbet yang dijadikan hadiah bagi juara lomba baca puisi Hardiknas ini lebih cenderung kepada masalah etika. “Hadiah itu ‘kan merupakan bentuk penghargaan. Artinya, apapun bentuk hadiah itu, sebagai penerima ya harus menerima, namanya juga sebagai hadiah dari orang lain. Nah, persoalan sesudah kita menerima lalu tidak sesuai, tidak cocok atau ada alasan-alasan spesifik tertentu, bahkan mengembalikan hadiahnya itu juga kepada si pemberi ‘kan adalah merupakan hak dari si penerima. Tapi karena ini sifatnya hadiah dan tidak terikat sejak awal, maka tidak ada persoalan hukum,” jelasnya.

Dikatakan Chavchay, pada saat pihak Dindikbud Pemprov Banten sudah menyatakan bahwa ini merupakan hadiah-hadiah yang sebetulnya sejak awal dikhususkan untuk kalangan internal dan sebagai hadiah hiburan karena memang lomba-lomba ini dianggap sebagai lomba-lomba hiburan, jadi ya tidak ada masalah.

Aksi teatrikal seniman Banten dalam Zikir Serbet. (Foto: Dokpri. Chavchay Syaifullah).

“Berbeda ketika ini menjadi sebuah lomba prestasi, kemudian diperuntukkan untuk publik, teranggarkan oleh Dindikbud Banten kemudian hadiahnya berupa serbet, maka ini akan menjadi masalah, utamanya masalah hukum karena menyangkut masalah keuangan, administrasi dan sebagainya,” katanya lagi.

Menurut Chavhay, yang bablas dalam kegiatan lomba baca puisi ini adalah masalah hiburan yang bablas menjadi acara semacam lomba prestasi dan bersifat terbuka untuk umum. “Dan hadiah pun, sebetulnya menjadi derajat dari penyelenggara. Taruhlah misalnya ini acara untuk internal, walaupun internal tapi karena dia menjadi lomba, menjadi sebuah ajang kompetisi, harusnya hadiah-hadiah ini dipikirkan secara baik, sehingga bisa merangsang potensi seni di kalangan birokrasi Dindikbud itu sendiri. Kalau misalnya acara untuk internal dan peserta internal tapi kemudian karena internal maka hadiahnya seenak-enaknya seperti serbet, bakul nasi, garpu, maka tidak akan ada rangsangan potensi seni budaya di kalangan internal. Padahal, staf-staf Dindikbud adalah bumper dari strategi pengembangan kesenian di kalangan masyarakat Banten,” prihatin Chavchay menutup wawancara by phone dengan penulis. (*)




Baca juga:
Bisakah Vitamin D Dijadikan sebagai Obat Penyakit Autoimun?
Hasil Undian Piala AFF 2018, Indonesia "Dipaksa" Tandang ke Thailand
Akun MyKompas Anda Terblokir? Ini Alasannya!

Kalau Mau Hidup Berhemat di Negeri Orang, Jangan Gengsi

$
0
0

1 zak beras isi 10 kg=$.7.99 / dokumentasi pribadi

"Susah ya, Pak, di sini semuanya serba mahal. Tadinya rencana mau tinggal selama 3 bulan di rumah anak kami, tapi mengingat pengeluaran terlalu besar mungkin kami cuma sebulan," kata pak Syafril, teman kami sesama dari Sumatera Barat, yang datang bersama istrinya. Kedatangan mereka untuk menengok putranya yang sudah berkeluarga dan menetap di sini.

"Kami tinggal di rumah keluarga anak kami, tapi mereka suami istri bekerja sejak pagi dan baru pulang malam hari. Nah karena itu kami harus memasak untuk kebutuhan kami makan berdua. Tapi pengeluaran luar biasa, Pak," sambung istri pak Syafril. "Hebat ya, Pak Effendi dan ibu bisa bertahan hidup bertahun tahun di sini." 

Itulah inti pembicaraan kami dengan teman sekampung yang kebetulan bertemu siang tadi.dok, pribadidok, pribadi

Jangan Gengsi Berbelanja di Pasar Tradisional

Lama tidak bertemu tentu saja kami bercerita panjang lebar bagaimana kami menyiasati cara hidup berhemat di negeri orang. Ada beberapa hal, yakni:

  • hindari berbelaja di mall 
  • hindari berbelanja  buahan dan sayuran tropis, karena sangat mahal
  • rajin berkunjung ke pasar tradisional walaupun agak jauh 
  • atau berbelanja di supermarket Vietnam
  • hindari mengikuti gaya makan orang Australia
  • tetap mempertahankan gaya hidup orang Indonesia

dok, pribadi

Kalau Tahu Kiat Berbelanja, Biaya Dapur di Australia Tidak Berbeda dengan di Indonesia!

Kalau sekedar bercerita, tentu semua orang bisa saja bercerita tentang di sini barang barang kebutuhan pokok sama dengan harga di tanah air kita. Tapi seperti paradigma yang sudah terlanjur terpatri, "No pic =hoax". Maka mungkin lebih baik foto foto tentang harga barang kebutuhan pokok disini saya postingkan gambarnya.

Karena kalau sudah menengok gambar, sudah tidak perlu lagi penjelasan panjang lebar, bahwa kalau tahu kiat-kiat berbelaja dan berhemat di Australia, sesungguhnya biaya pengeluaran untuk dapur yakni untuk sarapan, santap siang dan malam. Tidak berbeda dengan pengeluaran biaya dapur di Jakarta, bukan? Saya mengambil contoh Jakarta karena kami dulu memang tinggal di sana. Saya tidak tahu mungkin saja biaya hidup di kota kecil jauh lebih murah.

Kesimpulannya: Tinggal di negeri orang tidak harus mengikuti gaya hidup warga lokal. Kalau mau berhemat, maka tetaplah hidup dengan gaya orang Indonesia, yakni hidup sederhana dan jauh dari gengsi gensian. Bilamana harus ke pasar tradisional yang tentu kondisinya jauh berbeda dengan berbelanja di mall.harga kentang = 1 kantung isi 4 kg.=$.1.49 / dok.pribadiKami biasa berbelanja di Moreley Market yang merupakan oriental market atau ke Vietnamese Market. Walaupun lokasinya lumayan jauh, yakni sekitar 40 menit berkendaraan, tapi total pengeluaran dengan barang yang sama banyak dan sama mutunya bisa setengah harga dibandingkan berbelanja di mall atau supermarket dipusat kota.

Kita tinggal memilih gaya hidup seperti apa yang ingin dijalankan.

Tjiptadinata Effendi




Baca juga:
Dukung Jagoanmu di Pilkada, Pileg Hingga Pilpres melalui "Kotak Suara"!
Bisakah Vitamin D Dijadikan sebagai Obat Penyakit Autoimun?
Hasil Undian Piala AFF 2018, Indonesia "Dipaksa" Tandang ke Thailand

Aksi Corat-coret Marak di Aceh

$
0
0

ilustrasi. || Siswa SMAN 1 Banda Aceh melakukan aksi corat-coret baju saat pengumuman kelulusan Ujian Nasional (UN) di Blangpadang, Banda Aceh, Sabtu (26/5). Dari 66.812 peserta UN SMA/MA/SMK tahun 2012 di Aceh 475 siswa diataranya tidak lulus. (SERAMBI/BUDI FATRIA)

Suara deru mesin sepeda motor mengaum-ngaum di sepanjang jalan di kota Banda Aceh Aceh sore ini, usai waktu ashar.  Ratusan Sepeda  motor tersebut dikenderai oleh oleh anak-anak muda yang mereka adalah para siswa SMA Kelas XII yang hari ini melepaskan status siswa SMA setelah menyelesaikan UNBK dan USBK. Para mantan siswa ini melakukan konvoi keliling kota dengan cara-cara mereka, tanpa peduli akan risiko di jalan raya. Ada yang boncengan lebih dari dua orang.

Mereka menguasai atau merajai jalan. Baju seragam yang biasanya dipakai untuk ke sekolah, hari ini pakaian seragam sekolah yang biasanya berwarna putih dan abu-abu tersebut sudah berubah. Baju dan celana seragam sekolah tersebut sore tadi berubah warna, dari putih dan abu-abu menjadi warna-warni, karena sudah dicat dengan cat pilox. 

Bukan hanya pakaian, bahkan rambut dan wajah mereka juga ikut dicat. Sehingga, pakaian yang seharusnya masih bisa digunakan tersebut, berakhir hari ini. Baju tersebut tidak akan pernah bisa lagi digunakan oleh mereka bahkan juga orang-orang lain yang sebenarnya sangat membutuhkan pakaian seragam untuk bisa bersekolah.

Foto Abi Rausan

Hari ini, tampaknya para mantan siswa SMA tersebut masih melanjutkan warisan generas sebelumnya yang setiap usai ujian akhir atau setiap kali momentum pengumuman kelulusan, para siswa yang langsung menjadi mantan usai membaca pengumuman kelulusan tersebut, langsung mencoret-coret pakaian seragam mereka. 

Mereka seakan membenci almamater mereka. Mereka melampiaskan rasa kegembiraan mereka dengan mencoret-coret pakaian seragam. Bukan hanya itu, bahkan dalam keadan lepas kontrol dari orang tua, mereke melakukan konvoi dengan sepeda motor, sambil berteriak-teriak kegirangan. Seakan-akan itulah cara terbaik untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah. Padahal, cara-cara seperti sebenarnya sudah kuno, sudah tidak cerdas, sudah tidak edukatif.

Pantas saja, banyak orang yang berceloteh melihat tingkah mereka.  Banyak yang berkata, sekolah kita sudah gagal mendidik anak-anak kita. Ya, orang tua juga semakin kehilangan arah dalam mendidik anak-anak mereka. Mengapa demikian? Idealnya, setelah mereka tamat atau menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA atau sederajat, perilaku buruk seperti yang mereka perlihatkan sore ini tidak akan terjadi. Bila mereka memiliki perilaku baik. mereka pasti akan meiliki kepekaan yang baik. 

Mereka pasti akan melampiaskan rasa gembira mereka dengan bersyukur. Bila mereka bisa bersyukur kepada Allah, maka mereka tidak mencoret-coret pakaian mereka. Apalagi pakaian mereka tersebut masih sangat layak pakai. Mereka bisa donasikan pakaian tersebut kepada orang-orang miskin yang sangat membutuhkan. Mereka bisa memberikan pakaian layak pakai tersebut untuk adik-adik atau saudara mereka yaang masih belajar di level SMA. Mereka akan cerdas bersyukur, bukan dengan berhura-hura dan terkesan tidak etis dan sebagainya.

dokumentasi pribadi

Namun itulah faktanya,  apa yang terjadi di hari ini membuktikan bahwa dunia pendidikan kita di Indonesia mungkin hanya bisa mengubah domain atau ranah kognitif anak, dari tidak tahu, menjadi tahu. Sekolah-sekolah kita, mungkin hanya bisa dan berhasil mengubah para siswa di ranah psikomotoris, ya mengubah kemampuan para siswa dari tidak bisa menjadi bisa melakukan sesuatu. 

Namun masih gagal mengubah perilaku peserta didik, dari perilaku buruk menjadi perilaku baik.  Apa yang diperlihatkan oleh para mantan siswa tersebut, sesungguhnya bukanlah cara-cara yang baik, bukan cara-cara yang edukatif dan bukan perilaku orang-orang terdidik. 

Melihat kasus ini, tentu banyak pihak yang menyalahkan sekolah. Banyak pihak yang menyalahkan guru karena tidak mengarahkan mereka ke arah yang lebih baik. Tentu sah-sah saja kita menyalahkan sekolah dan menyalahkan guru, karena sekolah dan guru adalah pihak yang ikut bertanggung jawab terhadap perilaku atau akhlak para siswa yang baru menjadi mantan tersebut. 

Banyak pula pihak yang malah bertanya, dimana orang tua mereka? mengapa orang tua mereka tidak peduli atau ciwek saja melihat perilaku buruk yang dipertontonkan oleh anak-anak mereka? Mengapa orang tua mereka sendiri tidak mengarahkan anak-anak mereka. Padahal, orang tua adalah pihak pertama yang harus memperbaiki akhlak anak-anak meeka., bukan guru.

Kita berharap, merayakan kemenangan karena lulusa SMA dengan cara seperti diceritakan di atas, tidak terjadi lagi nanti pada para siswa SMP yang akan menerima atau berhadapan dengan musim pengumuman UNBK tersebut. semoga mereka bisa lebih bijak dan cerdas. Tentu dengan melibatkan orang tua dan masyarakat. Semoga.

Oleh Tabrani Yunis




Baca juga:
Agar Industri Garam Terasa "Manis"
Dukung Jagoanmu di Pilkada, Pileg Hingga Pilpres melalui "Kotak Suara"!
Bisakah Vitamin D Dijadikan sebagai Obat Penyakit Autoimun?

Siswa Berseragam Penuh Coretan Berkumpul di Jembatan Emas, Bangka

$
0
0

Siswa SLTA dalam wilayah Sungailiat berkumpul di jembatan Emas setelah pengumuman ketulusan (dok. Pribadi )Setelah pengumumuman kelulusan siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA ), baik itu SMA, SMK dan MA di Sungailiat, kabupaten Bangka, Kamis (3/5) para siswa melakukan konvoi sepeda motor dan aksi mencoret pakaian seragam sekolah.

Siang itu putriku yang juga lulus SMA tidak mengikuti aksi itu, ia menunjukkan kepadaku foto - foto yang ada di WA dan media sosialnya tentang aksi konvoi sepeda motor dan mencoret seragam sekolah dengan cat semprot aneka warna. 

Putriku menolak tawaran teman-temannya untuk merayakan kelulusan dengan berkonvoi kendaraan bermortor dan mencoret seragam sekolah. Menurutnya, lebih baik seragamnya yang masih bagus disumbang kepada temannya yang membutuhkan.

Setelah melakukan konvoi kendaraan, para siswa SLTA di Sungailiat berkumpul di Jembatan Emas yang saat ini menjadi destinasi favorit warga Kabupaten Bangka maupun pelancong dari luar Pulau Bangka yang menghubungan perbatasan Kabupaten Bangka dengan Kota Pangkalpinang.

Jembatan yang menyerupai jembatan di Inggris dan beberapa negara ini yakni bisa dinaikkan saat kapal melintas sungai di bawahnya yang merupakan alur lalu lintas kapal dari maupun ke Pelabuhan Pangkalbalam Pangkalpinang.

Dokumentasi pribadiDokumentasi pribadiDokumentasi pribadiPara siswa dengan pakaian seragam putih yang telah berubah dengan aneka warna, hingga sebagian dari mereka, kulit dan rambutnya juga terkena semprotan pewarna. Mereka berada di Jembatan Emas yang sepi arus lalu lintas itu, seakan-akan ingin mengabadikan dengan membuat kenanganan dalam catatan hidup mereka bahwa hari itu telah menyelesaikan pendidikan di tingkat SLTA dan mengambil lokasi yang menarik yakni Jembatan Emas.

Putriku menunjukkan sejumlah foto yang dikirimkan temannya melalui WA dan medsosnya ketika konvoi kendaraan dalam jumlah besar, para siswa tiba di kawasan Jembatan Emas. Kendati sudah ada larangan bagi para siswa melakukan konvoi kendaraan dari pihak sekolah, tetap saja para siswa melakukan. 

Begitu pula merusak pakaian seragamnya dengan mecoretnya menggunakan cat semprot aneka warna. Terkesan mubazir, pakaian seragam sekolah yang masih baik kondisinya bila disumbangkan kepada orang yang membutuhkan masih bisa dipergunakan. 

Mereka tidak lagi terpikir pakaian seragam yang dikenakan karena luapan kegembiaraan yang berlebihan setelah dinyatakan lulus sekolah. Selain itu melakukan konvoi kendaraan bermotor telah melanggar aturan berlalulintas yakni tidak mengenakan helem serta mengganggu tertib berlalu intas saat mereka memadati jalan di Kota Sungailiat, diabaikan.

Akibat konvoi kendaraan bermotor yang dilakukan, sebagian dari siswa terjaring razia pihak kepolisian. Sedangkan yang lolos dari penertiban pihak kepolisian melanjutkan perjalan ke kawasan jembatan Emas melalui jalan lintas timur yang sepi. 

Inilah kabar singkat dari Sungailiat, sesaat setelah pengumuman kelulusan siswa SLTA.

Salam dari Pulau Bangka.




Baca juga:
Gara-gara Thanos, Bisnis Batu Akik Kembali Menggeliat?
Aksi Corat-coret Marak di Aceh
Kalau Mau Hidup Berhemat di Negeri Orang, Jangan Gengsi

Stasiun Shinjuku Mempunyai Lebih dari 200 Pintu Keluar!

$
0
0

www.JapanRailPass.comArea Shibuya, Shinjuku dan Harajuku memang berdekatan. Antara ketiga area itu, masih berjarak satu stasiun kereta saja. Jadi, seperti yang aku lakukan, jika mau ke Shibuya mencari Hachiko, kita pasti juka ke Shinjuku dan Harajuku.

Ok lah, aku akan terus menuliskan tentang ini semua bergantian. Setelah dari Shibuya dan bertemu dengan Hachiko, adakah yang tahu tentang Stasiun Shinjuku?

Stasiun Shinjuku (Shinjuku-eki) adalah stasiun kereta api yang terletak di Shinjuku, Tokyo, Jepang. Stasiun ini berfungsi sebagai stasiun penghubung utama lalu lintas kereta api antara kawasan bisnis Tokyo dengan daerah-daerah di sebelah baratnya. Stasiun Shinjuku digunakan kira-kira oleh 3,64 juta orang per hari pada tahun 2007, membuatnya sebagai stasiun tersibuk di dunia berdasarkan banyaknya penumpang (Wikipedia).

Yang terpenting adalah, bahwa Stasiun Shinjuku mempunyai lebih dari 200 pintu keluar dan tercatat di Guinness World Records.

Waaaaaa......

Terpikir tidak, sebuah stasiun mempunyai lebih dari 200 pintu keluar? Betapa besarnya stasiun itu? Yang pasti, Stasiun Shinjuku tidak besar-besar amat. Mungkin lebih besar Stasiun Tokyo, sebuah stasiun terbaik dan tertua di Tokyo. Besar dan mewah! Bukan modern Jepang ......

Tetapi Stasiun Shinjuku terdiri dari banyak lantai, ke ..... bawah! Ya! Semua stasiun di Tokyo khususnya, lapisan lantainya lebih ke bawah tanah, bukan ke atas tanah. Dan yang aku tahu sampai sekarang, dan aku pernah mengalaminya, Stasiun Shinjuku mempunyai 7 lantai atau 7 lapis lantai ke bawah tanah .....www.id.wikipedia.org

Jika dilihat foto di atas, sepertinya besarnya biasa-biasa saja, dibandingkan dengan Stasiun Tokyo yang memang besar dan mewah. Tetapi, mengapa stasiun ini mempunyai lebih dari 200 buah pintu keluar?

***

Stasiun Shinjuku, ternyata merupakan stasiun terbesar di seluruh Jepang (bukan Stasiun Tokyo), dan tersibuk di dunia. Bangunannya sendiri, stasiun ini saling terhubung dengan bangunan-bangunan lainnya, dan bertumpuk menjadi satu kesatuan dengan stasiun dan jalur-jalur pertokoan dan perkantoran bawah tanah. Dari 7 lapisan antai ke bawah tanah, sangat masuk akal, jika stasiun ini mempunyai lebih dari 200 buah pintu keluar, yang tergabung dengan 53 peron kereta.Stasiun Tokyo, yang tertua. Besar dan mewah, tetapi tidak lebih besar dari Stasiun Shinjuku. www.kaorinusantara.com

Ditambah lagi, jika 7 lapisan lantai ke bawah tanah, ada juga lapisan lantai sampai 6 lantai ke atas. Dan di lantai 4F, bangunan Stasiun Shinjuku ini, untuk Terminal Bus Shinjuku, yang juga terbesar di Jepang. Dari terminal bus Shinjuku ini, menjadi pusat transit dan keberangkatan bus-bus antarkota, seperti bus ke Fuji-Kawaguchiko, bus Takamaya dan bus Shirakawago, serta bus-bus siang dan malam yang lain, tersebar ke semua tujuan seluruh Jepang.

Ini terminal bus Shinjuku, yang berada di atas stasiun Shinjuku. www.wikipedia-commons.org

Waaaaaaaaaa, lagiiiii ......

www.depositophoto.comLautan manusia yang baru keluar dari salah satu pintu di Stasiun Shinjuku ......Salah satu sudut lantai bawah tanah stasiun Shinjuku. www.matcha-jp.comCatatan:
Sebagai seorang arsitek, konsep komprehensif seperti ini memang wajib dipelajari. Tetapi dariku sendiri, tidak pernah terpikir untuk mendesain terminal bus di atas stasiun kereta! Ya, aku tahu, Jepng adalah nomor 1 untuk konsep2 teknologi. Jadi, tidak heran jika Jepang mampu mempuyai desainer-desainer keren seperti ini.

Apalagi, Jepang termasuk negaraq "kecil" dan padat penduduknya, serta "negara gempa". Ternyata, teknologi Jepang, mampu menciptakan kreativitas-kreativitas teknologi, untuk desain komprehensif sistem transportasi, yang tidak "melebar". Sistem transportasi yang bertumpu. Terminal bus di atas stasiun kereta terbesar di seluruh Jepang ......

***

Ketika aku melakukan perjalanan ke Gotemba (area terbaik untuk melihat Gunung Fuji), sekitar 1,5 jam jarak dari Tokyo via bus atau kereta biasa, tentunya lewat stasiun Shinjuku. Seperti yang aku sudah tuliskan, Stasiun Shinjuku adalah pusat stasiun di Jepang. Dari Funabashi, tempat tinggalku jika aku ke Jepang karena anakku mmpuyai apartemen disana, kami ke Shinjuku, lalu mencari cara untuk ke Gotemba.

Jika aku mempunyai JR Pass, aku tidak akan pusing-pusing untuk naik bus, karena ketika sampai Shinjuku, aku akan langsung mencari platform untuk naik Shinkansen. Tetapi karena aku tidak membeli tiket JR Pass, aku punya alternatif ke Gotemba dengan 2 cara, dengan kereta biasa atau dengan bus.

Kereta biasa, sebenarnya tidak masalah, tetapi kata petugas stasiun, kereta itu hanya ada 1 jam sekali. Maklum, Gotemba bukan di Tokyo tetapi cukup jauh keluar kota. Mungkin seperti Jakarta ke Bandung. Jika naik bus, bisa cepat karena bus ke Gotemba ada setiap 15 menit. Dan harga tiketnya hampir sama denan tiket kereta biasa, sekitar 1800 Yen.

Dari sinilah, aku memelajari konsep komprehensif antara sistem transportasi kereta dan bus dalam 1 gedung atau bangunan .......

Pengamatanku bukan hanya sekadar konsepnya saja, melainkan di semua stasiun di Jepang, pasti kita bisa menemukan map atau peta. Dan map ini sangat membantu untuk mencari arah. Karena, tidak akan langsung kita bisa mencari jalan keluar ke tempat yang kita tuju, lho!

Jika hanya sekedar keluar ke pintu keluar, bisa saja, tetapi kita mungkin tidak bisa langsung ke tujuan kita. Mungkin, tujuan kita ke A, tetapi kita keluar ke pintu ke B. Alhasil, kita malah kesasar. Dan harus berputar untuk mencapai tujuan kita ke A. Itulah gunanya peta.

Konsep komprehensif antara system stasiun kereta dan terminal bus serta pertokoan, kuliner dan perkantoran di Shinjuku .....www.ys.navi.comTerbayang kan, betapa rumitnya mendesain stasiun terbesar dengan lebih dari 200 pintu keluar? www.JREast.comWalau tidak semua map yang ada disana pun, kita mengerti karena bahasanya ......

Hahaha .....

Tetapi paling tidak, ada niat kita untuk mempelajarinya. Karena jika kita benar-benar tergantung kepada teman atau orang lain dan kita tidak mau mempelajarinya, percaya deh ...... kita akan kesasar dan "hilang" ditengah rimba kerumunan manusia .....

***

Ya ...... Stasiun Shinjuku bisa dikonotasikan sebuah tempat yang sibuk sekali, di mana orang-orangnya tidak peduli satu sama lain karena sibuk dan berlarian mengejar kereta selanjutnya. Mereka juga sibuk dengan gadget di tangan mereka, serta bisa-bisa mereka menabrak kita, yang terbengong-bengonng mencari jalan keluar ......Hahaha ....., bagaimana kita bisa menerobos lautan manusia di sana? www.backpackerlee.wordpress.comDan itu yang aku alami, yang terbengong-bengong di atas kursi roda, dan tertabrak, ketika aku harus kembali ke tempat semula (kantor stasiun), setelah aku harus ke toilet ..... hihihi ......

By Christie Damayanti


Sebelumnya:




Baca juga:
Mau Lolos Seleksi Beasiswa LPDP, Ini Bocorannya!
Gara-gara Thanos, Bisnis Batu Akik Kembali Menggeliat?
Aksi Corat-coret Marak di Aceh

Membelah Hutan Gunung Kawi, Menjumpai Coban Glotak yang Eksotis

$
0
0

Coban Glotak, air terjun di tengah hutan lereng Gunung Kawi (dok. pri).Jam menunjukkan pukul 10 WIB, matahari mulai terik dan terasa menyengat kulit. Untungnya saya berada di lereng Gunung Kawi yang dilingkupi hutan berlimpah udara segar Semilir angin yang berhembus terasa melenakan.

Setelah berhenti sejenak dan melakukan persiapan ringan untuk melemaskan otot, langkah-langkah kaki berikutnya mempertemukan saya dengan pesona alam yang tiada duanya. Masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Coban Glotak.

***

Coban Glotak yang saya kunjungi Desember lalu ini berada di Desa Dalisodo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Wilayah Desa Dalisodo terletak di lereng Gunung Kawi yang berjarak sekitar 20 Km di barat Kota Malang. Tidak terlalu jauh sebenarnya, tapi untuk mencapai ke sana saya membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam.Gunung Kawi (dok. pri).Mula-mula perjalanan cukup lancar dari Kota Malang. Jalan raya beraspal dengan cepat mengantar saya memasuki wilayah Kabupaten Malang hingga ke Kecamatan Wagir. Dari sinilah perjalanan mulai melambat karena belum banyak petunjuk yang mengarahkan ke Coban Glotak.

Panduan dari Google Maps yang saya gunakan sejak berangkat dari Kota Malang ternyata kurang akurat sehingga saya harus beberapa kali berhenti untuk bertanya ke beberapa orang demi memastikan jalan yang diambil telah benar.

Baru setibanya di Desa Dalisodo dijumpai papan kayu penunjuk arah menuju Coban Glotak. Papan itu terlihat masih baru dan dibuat oleh kelompok mahasiswa KKN dari salah satu universitas di Malang.

Rupanya jaraknya masih sekitar 3 Km lagi. Kali ini melalui jalanan yang kondisinya kurang baik karena berupa makadam dan tanah berkerikil. Kontur jalannya pun berkelok dengan selingan tanjakan serta turunan yang menuntut waspada.

Meskipun demikian, sepanjang perjalanan mata ditemani kearifan alam yang memikat. Rute yang dilalui bagai membelah hutan. Perbukitan di kanan dan kiri memperlihatkan kawasan hutan yang subur di bawah bentangan cakrawala yang luas. Gunung Kawi terlihat jelas meski sebagian tubuhnya tertutup awan. Pemandangan seperti ini selalu membuat saya bergetar.

***

Perasaan lega ketika akhirnya sampai di sebuah area yang lapang di mana terdapat sebuah pondok kecil dengan gapura sederhana bercat merah. Pada bagian atas gapura tergantung papan kayu bertuliskan "Welcome Coban Glotak".

Di sekitar pondok ada beberapa petugas yang berjaga. Ternyata tempat ini masih merupakan bagian dari kawasan alam di bawah pengelolaan Perum Perhutani KPH Malang. Setelah membayar tiket masuk Rp4000, seorang petugas mengatakan kalau lokasi Coban Glotak sudah dekat. "Cuma sekitar 1 Km lagi, jalan kaki lewat sini sampai ketemu sungai," katanya sambil menunjukkan akses jalan yang harus saya lalui.

Tempat membayar tiket sebelum menuju Coban Glotak (dok. pri).Perjalanan pun dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak tanah di lereng Gunung Kawi. Baru beberapa langkah terdengar suara deras seperti air yang berjatuhan. Saat mata fokus pada arah datangnya suara, saat itu pula pandangan menangkap sesuatu yang menakjubkan. Di kejauhan terlihat air terjun raksasa menyeruak di tengah lebatnya hutan.

Sejauh mata memandang di sekeliling air terjun itu hanyalah rimbun pepohonan. Keindahannya semakin menambah rasa penasaran dan menggerakkan keinginan untuk segera mencapainya.

Coban Glotak dilihat dari kejauhan berada di tengah-tengah hutan (dok. pri).Setelah melalui jalan setapak yang datar, perjalanan kemudian menjadi lebih menantang karena harus menanjak dan menurun. Jalan setapak digantikan jalan sempit di antara semak dan bebatuan yang licin karena basah oleh aliran mata air yang keluar dari celah tanah dan bebatuan. Perlu sedikit waspada agar tidak terpeleset.

***

Rasanya jarak 1 Km yang disebutkan petugas sebelumnya tidak sesuai kenyataan. Entah karena kondisi medan yang menantang atau karena saya yang berjalan lambat. Bersyukur dalam lelah yang mulai membuat langkah kaki terasa berat, saya telah sampai di sungai yang menjadi petunjuk akhir lokasi Coban Glotak. Suara gemuruh air terjun pun semakin terdengar jelas tanda sudah cukup dekat dengan Coban Glotak.

Coban Glotak dan sungai di bawahnya (dok. pri).Sungainya masih alami, bersih, dan teduh karena dinaungi kanopi-kanopi dari pepohonan di sekitarnya. Sinar matahari yang menembus celah-celah kanopi menghadirkan suasana damai di tengah iringan suara kecipak arus sungai.Sungai yang mengalir dari Coban Glotak (dok. pri).Bebatuan berbagai ukuran yang memenuhi bagian sungai mulai dari pinggir hingga ke tengah memang membuat arus sungai cenderung deras. Namun, di beberapa titik ada bagian sungai yang dangkal dan alirannya lebih tenang sehingga relatif aman untuk membasuh diri.

Airnya yang bening menggoda saya untuk mencelupkan kaki. Luar biasa, sensasi dingin di kulit terasa sangat menyegarkan. Spontan saya langsung membasuh muka dan kedua lengan berulang kali. Pada sebuah batu besar saya kemudian duduk sambil terus merendam kaki.

***

Setelah cukup beristirahat, saatnya berjalan melawan arah aliran sungai menuju Coban Glotak. Perlu kehati-hatian mencari pijakan yang stabil di tengah arus sungai agar tidak terpeleset dan terperosok.Coban Glotak mengalir di antara tebing bebatuan yang menjulang tinggi(dok. pri).Tak lama kemudian langkah kaki terhenti. Ketakjuban menyergap. Sesaat diri seperti membeku manakala pandangan mata dihadapkan pada sebuah air terjun yang begitu indah diapit tebing batu yang kokoh dan menjulang tinggi. Airnya tumpah dari ketinggian sekitar 80 meter.

Semakin dekat memandang Coba Glotak saya semakin terpesona. Air yang jatuh deras menghasilkan bunyi riuh gemeletak saat menghantam bebatuan di bawah. Menurut masyarakat itulah yang menjadi sebab dinamakan "Glotak". Di bagian bawah percikan airnya membentuk buih dan kabut putih. Kemudian terkumpul dalam sebuah telaga sebelum kemudian mengalir ke sungai.Coban Glotak (dok. pri).Cukup lama saya terpaku di depan air terjun. Mendengar bunyi air yang jatuh diiringi hembusan angin dan bunyi serangga hutan seakan diri diajak untuk menghayati kearifan alam. Sambil menyapu pemandangan, sesekali smartphone dikeluarkan untuk mengabadikan momen. Selanjutnya saya duduk, kemudian berdiri lagi, bersandar pada batang pohon besar, dan terus menikmati keelokan Coban Glotak.

Berulang kali saya menarik napas panjang demi puas merasakan hawa segar. Ketika mengembuskannya perlahan, saya menemukan diri tak henti berdecak dan tersenyum. Menerawang ke sekeliling dan meyakini bahwa Coban Glotak sungguh eksotis.

Ingin rasanya berlama-lama di sini, tapi harus disudahi. Meski hanya sekitar 3 jam berada di lereng Gunung Kawi, Coban Glotak telah memahat kekaguman dan kesan yang luar biasa. Selain air terjunnya yang eksotis dan hutannya yang teduh, keheningan yang melingkupinya juga membuat hati senang dan tenang. Lain kali saya akan datang lagi.




Baca juga:
Selamat Datang Europe on Screen 2018!
Mau Lolos Seleksi Beasiswa LPDP, Ini Bocorannya!
Gara-gara Thanos, Bisnis Batu Akik Kembali Menggeliat?

Diplomasi dari Dapur

$
0
0

Sate Maranggi Sari Asih, Jalan Raya Pacet, Cipendawa, Kabupaten Cianjur.(KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia)"Wah enak sekali nih daging satenya, rempah-rempah dan bumbunya terasa menyerap di daging. Dagingnya juga empuk," ujar Dobravko Zirovcic, diplomat asal Kroasia yang sedang mengikuti pelatihan diplomat senior di Indonesia.

"Di Kroasia juga ada sate daging seperti ini, bahkan daging satenya dipotong besar-besar, tidak seperti daging sate ini yang dipotong kecil-kecil. Tapi di negeri saya, daging yang dibakar tidak diberi rempah-rempah dan bumbu. Daging dibakar langsung dan saat makan barulah diberi saus tomat," komentar Dobravko terus mencicipi potongan daging sate.

"Iya, daging sate seperti ini enak sekali. Rempah-rempah dan kecapnya terasa sekali," ujar Nguyen Thai Hai Yen, diplomat asal Vietnam yang juga mengikuti program yang sama dengan Dobravko.

"Di Vietnam, sate hanya dibakar saja, paling-paling ditaburi cabe kering," tambah Nguyen

Saya yang dari tadi berada di sebelah keduanya hanya tersenyum, sambil ikut serta mencicipi beberapa sate yang disajikan di atas meja. Sate-sate tersebut adalah sate buatan para peserta kelas masak yang diselenggarakan Sekolah Staf dan Pimpinan Kementerian Luar Negeri (Sesparlu) bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti dan diikuti para diplomat senior Indonesia dan internasional yang mengikuti Sesparlu angkatan 58.

Pagi itu sebanyak 10 orang diplomat senior Indonesia dan 8 orang diplomat senior mancanegara asal Australia, Kroasia, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Laos, Meksiko dan Timor Leste belajar memasak beberapa makanan khas Indonesia seperti sate maranggi, nasi kuning, asinan Jakarta, dadar gulung dan minuman jahe.dokpri

Sebelum mencapai bagian icip-icip seperti yang sedikit saya ceritakan di atas, sebelumnya terjadi aneka keseruan dalam acara masak memasak di dapur STP Trisakti. Delapan belas orang peserta masak memasak dibagi ke dalam tujuh kelompok sesuai dengan perangkat masak yang tersedia di dapur tersebut.

Masing-masing kelompok disediakan bahan-bahan makanan seperti daging, tepung, gula, kecap, santan, bumbu dan aneka rempah-rempah yang siap diolah dan dimasak. Agar tidak kebingungan, setiap kelompok juga didampingi oleh seorang mahasiswa tahun pertama yang ikut membantu memasak.

Keseruan dimulai ketika sebagian diplomat yang selama ini jarang ke dapur harus mulai menyiapkan dan meramu bahan-bahan yang tersedia dan mengolahnya menjadi menu makanan yang diinginkan yaitu nasi kuning plus sate maranggi, asinan Jakarta, dadar gulung dan minuman jahe hangat.

Seru karena misalnya ada sebagian yang kesulitan membedakan antara gula pasir dan garam karena sama-sama putih. Memasukkan semua bumbu yang tersedia dan menghaluskannya sekaligus juga bukan hal yang mudah misalnya ketika membuat bumbu untuk sate maranggi.

Berbeda dengan sate di Indonesia pada umumnya, yang setelah dagingnya ditusuk ke dalam sebilah bambu langsung dibakar tanpa diberi bumbu, maka sate maranggi mesti dilumuri bumbu terlebih dahulu.

Sambil membaca instruksi mengenai cara pembuatan bumbu sate maranggi dalam bahasa Indonesia, saya juga menjelaskan cara pembuatannya kepada kawan-kawan diplomat internasional saya. Saya jelaskan bahwa untuk membuat sate maranggi, kita mesti menyiapkan menggiling semua bumbu seperti bawang merah dan bawang putih, lada, ketumbar, gula merah, asam jawa, dan minyak sayur.

Sambil melamuri daging dengan bumbu dan rempah-rempah yang baru selesai saya buat, saya menjelasan bahwa bumbu yang sudah dihaluskan kemudian dilumuri ke daging sapi yang sudah dipotong berbentuk segi empat dan kemudian didiamkan selama sekitar 30 menit agar bumbunya meresap ke daging.

"Penggunaan bumbu dan rempah-rempah dimaksudkan agar daging sate terasa lebih nikmat dan empuk karena bumbu dan rempahnya meresap ke daging. Bukan hanya itu, agar daging lebih empuk dan tahan lama, setelah dilumuri bumbu dan rempah-rempat maka daging dibungkus dengan daun pepaya dan disimpan selama beberapa jam," jelas saya lebih lanjut sambil menusuk potongan-potongan daging ke tusukan sate yang terbuat dari lidi

"Kalau di tempat saya, daging sate ditusuk pakai kawat besi. Soalnya tidak ada pohon bambu di Kroasia ... ha ha ha ," canda Dobravko
"Ha ha ha .." kali ini saya dan Nguyen yang tertawa bersamaan
"Sate yang diberi bumbu dan rempah-rempah sebelum dibakar ini dari daerah mana?" tanya Dobravko kemudian.
"Sate yang kita makan kali ini berasal dari daerah Purwakarta, Jawa Barat. Namanya sate maranggi," jawab saya
"Lalu kenapa diberi nama sate maranggi?" tanya Dobravko

"Saya tidak tahu persis sejarahnya kenapa diberi nama sate maranggi. Tapi setahu saya, diberikan nama demikian karena dulu sate ini pertama kali dipopulerkan oleh pedagang sate yang bernama Mak Ranggi di Purwakarta."

"Ia melumuri daging satenya dengan bumbu dari rempah-rempah agar daging terasa enak dan tidak cepat busuk. Maklum, saat itu teknik penyimpanan daging belum begitu baik, daging yang dibiarkan terbuka agak lama bisa cepat busuk. Kalau busuk tentu saja satenya tidak akan laku, apalagi daging kan harganya mahal," jelas saya.

Dobravka dan Nguyen terlihat mengangguk-angguk mendengar penjelasan saya. Saya tentu saja senang, setidaknya saya bisa ikut membantu diplomasi kuliner yang dilakukan Pemerintah Indonesia melalui kursus memasak singkat ini.

Saya melihat bahwa diplomasi dari dapur ini bisa jadi merupakan pendekatan yang cukup jitu dengan menggunakan bahasa yang sama yaitu makanan. Makanan adalah bahasa universal yang dapat menghubungkan setiap orang karena setiap orang harus makan.

Melalui makanan. kita bukan hanya belajar membuat makanan tetapi juga belajar tentang kehidupan masyarakat dan tradisinya, termasuk belanja bahan makanan di pasar, mengunjungi petani dan makan bersama. Semua hal ini tentu saja bisa menjadi pengalaman yang sangat berharga dan dapat meningkatkan hubungan emosional dari peserta untuk lebih mengenal Indonesia.




Baca juga:
Matinya Naluri Kemanusiaan dalam Tragedi Sembako Monas
Selamat Datang Europe on Screen 2018!
Mau Lolos Seleksi Beasiswa LPDP, Ini Bocorannya!

Apa yang Perlu Diketahui oleh Kompasianer tentang Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur?

$
0
0

image-berita-region3-5ae6fb2edd0fa8747330b814.png

Seperti yang telah Anda ketahui sebelumnya, sejak dua minggu yang lalu Kompasiana mengadakan Topik Pilihan #KabarDariSeberang yang berlangsung selama 11 pekan untuk mengapresiasi konten lokal dan memberi ruang bagi Kompasianer se-Nusantara untuk saling mengenal.

Dan selama dua minggu kemarin, kita sudah membaca banyak kabar dari Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung serta Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah. Lalu, regio apakah yang akan menjadi "tuan rumah" selanjutnya? Kini, sambutlah Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur!

Kini #SaatnyaJatengDIYJatim

Sama seperti daerah lainnya di Indonesia, masing-masing dari ketiga provinsi ini memiliki karakteristik unik meski berdekatan secara geografis. Jika selama ini Anda hanya mengenal gudeg di Yogyakarta, Tugu Pahlawan di Jawa Timur, dan presiden ketujuh yang berasal dari Jawa Tengah, sesungguhnya masih banyak hal-hal yang perlu Anda ketahui dari ketiga provinsi Ini.

Mengapa tak sesekali membahas Kecamatan Tawangmangu di Jawa Tengah yang memiliki candi dengan bentuk serupa kuil peradaban Maya di Meksiko. Atau, mungkin kita perlu menyapa kabar saudara di Madura dan mengulas geliat industri kreatif di Yogyakarta. Semua ragam cerita tentang ketiga provinsi ini bisa Anda bahas, mulai dari fasilitas umum, efektivitas birokrasi, tradisi, mitos, kuliner, hingga puisi!

Perlu dicatat bahwa SEMUA KOMPASIANER dapat menulis untuk topil ini. Jadi, dari manapun asal atau domisili Anda, Anda bisa menuliskan kabar, kisah atau kesan mengenai provinsi DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Jika Anda memiliki cerita traveling, pengalaman, reportase, opini, tips berkunjung, atau kisah apapun itu, Anda bisa menuliskannya di Kompasiana.

Tuliskan ulasan Anda dengan mencatumkan label SaatnyaJatengDIYJatim dan KabarDariSeberang (tanpa spasi) pada setiap artikel Anda. Periode penulisan untuk regio ini berlangsung dari 30 April hingga 6 Mei 2018. (FIA)




Baca juga:
Racun Kalajengking, Sebuah Keniscayaan Peluang Usaha yang Menjanjikan
Matinya Naluri Kemanusiaan dalam Tragedi Sembako Monas
Selamat Datang Europe on Screen 2018!

Janji Manis dari Pembenahan Trotoar Ibu Kota

$
0
0

Pekerja trotoar di Lapangan Banteng. Foto | Dokpri

Pembenahan trotoar yang tengah dilakukan di sejumlah ruas jalan di Jakarta dimaksudkan untuk memberi rasa nyaman bagi para pejalan kaki. Realitasnya, bagi warga Ibu Kota, itu hanya janji manis. Malahan, pembangunan trotoar di beberapa titik wilayah Jakarta membuat rasa kesal.

Selain membikin macet pengguna kendaraan, terjadi tingkat polusi tinggi akibat sisa pembakaran dari kendaraan di tengah kota. Selain itu, juga mempersempit ruang gerak pejalan kaki.

Seberapa tinggi tingkat polusi yang terjadi akibat kemacetan di wilayah itu. Tentu dinas lingkungan hidup setempat yang tahu. Tapi yang jelas angkanya berfluktuasi dan menimbulkan rasa sesak di dada.

Jalan Pejambon, Lapangan Banteng dan sekitarnya, contohnya. Pekerjaan pembangunan trotoar  sudah lebih dari tiga bulan tak kunjung selesai pekerjaannya. Pada areal lahan yang tengah dikerjakan itu dipasang spanduk ukuran besar yang berisi pesan bahwa proyek tersebut diawasi (dikawal) pihak kejaksan setempat.Minim tenaga kerja bangunan. Foto | DokpriTrotoar belum rapi, bahu jalan digali. Foto | Dokpri

Keren deh,  diawasi!

Meski ditegaskan bahwa proyek pengerjaan tersebut diawasi, tak pernah terdengar kapan batas akhir pekerjaan harus rampung. Pihak kejaksaan yang memasang spanduk ukuran besar tentu dimaksudkan agar semua progress pekerjaan dinyatakan patut diketahui publik. Tegasnya, semua pekerjaan harus diketahui publik. Kerennya, transparan.

Dari pengamatan di lapangan, tampak pekerjaan tidak dikroyok pekerja. Kalau pun ada kuli bangunan di situ, kerjanya lebih mengesankan lelet, sementara mandor bangunan tak kelihatan batang hidungnya.

Kemacetan dirasakan tiap hari. Saat begini, tidak tampak petugas atau aparat untuk memperlancar arus lalu lintas. Keadaan makin parah di sekitar itu lantaran dekat Hotel Borobudur, bahu jalan dimanfaatkan sebagai lahan parkir hingga Jalan Lapangan Banteng Timur.

Dan, saat hari besar, seperti Hari Pendidikan Nasional, kemacetan juga makin parah lantaran Jalan Pejambon dipadati mobil. Karyawan yang berkantor di situ ikut apel atau upacara, sedang mobil diparkir di luar kantor.Pejalan kaki tak nyaman. Foto | DokpriSeperti juga di Jakarta, pemasangan spanduk kawal proyek dari kejaksaan di pasang. Foto | Tribun

Ya, tambah macet lah!

Kini, jika dicermati ruas jalan di sekitar Lapangan Banteng dan Pejambon terasa semakin tidak nyaman. Belum lagi kerja di trotoar belum usai dan berantakan, kini menyusul pembongkaran trotoar untuk pekerjaan pemasangan kabel PLN.

Pekerjaan trotoar di kawasan Lapangan Banteng pernah dikerjakan setahun lalu. Kini, belum dinikmati pejalan di kawasan itu, trotoar kembali dibongkar bersamaan dengan pembenahan Lapangan Banteg, yang meliputi: lapangan sepak bola, taman, areal rekreasi, dan pagar.

Harapannya sih, pembenahan areal trotoar itu dimaksudkan untuk memberi rasa nyaman pejalan kaki bagi warga kota. Namun nampaknya itu hanya berupa janji surga Pemda DKI Jakarta. Loh, mengapa?

Pedagang di trotoar. Foto | DokpriTrotoar juga bisa untuk tempat tidur. Foto | DokpriCoba jika anda sering berkeliling kota. Perhatikan areal trotoar yang sudah dirampungkan. Tak jauh dari Jalan Salemba, tepatnya dekat kawasan RS Thamrin, trotoar telah berubah menjadi lahan bagi pedagang kaki lima dan parkir liar.

Di Jalan Rawamangun, dekat rumah sakit bersalin dan masjid setempat pernah dilakukan penderekan mobil parkir liar. Hasilnya, sekarang, nihil. Sebab, tidak berefek apa pun.

Trotoar sangat penting bagi keselamatan pejalan kaki. Di negara mana pun hal ini menjadi bagian penting untuk meningkatkan layanan publik. Demikian pula bagi warga Jakarta. Apalagi pada Agustus mendatang, di Ibukota digelar hajatan besar berupa Asian Games.

Sayang, acak kadulnya pembangunan proyek trotoar itu belum mendapat perhatian serius Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswadan. Sangat dikhawatirkan menjelang pesta olahraga se-Asia itu pekerjaan trotoar tidak kelar. Patut kita bertanya, adakah Anies turun ke lokasi penataan trotoar.

Coba perhatikan Jalan Kramat Raya. Di sini instansi terkait dan Petugas Dinas Perhubungan juga tak pernah menata parkir dan trotoar. Kawasan itu, biasanya pagi hari dari arah Senen-Salemba, arus lalu lintas lancar. Sekarang, maceeet.  Penulis jamin petugas tak punya nyali menderek mobil terparkir liar di sini. Apa lagi yang parkir kendaraan polisi yang berkantor di situ. Hehehe itulah romantikanya kehidupan Jakarta.




Baca juga:
"Among Tebal", Kearifan Lokal Dimulainya Tanam Tembakau
[Blog Competition] Alam Sutera, Hunian Ideal Penunjang Gaya Hidup Sehat
Resmi, Steven Gerrard akan Latih Klub Ini

Membenarkan Hoaks Itu Berat, Dibiarkan pun Juga Berbahaya

$
0
0

London Fake News - ilustrasi: Sarah Wasko - mediamatters.org

Sudah dibilang kalau yang di posting itu hoaks, masih keukeuh aja. Rame komentar pro kontra di kolom komentar malah jadi penguat percaya hoaks. Kadang posting/tweet dihapus bila benar itu hoaks. Tanpa sesekali pun meminta maaf sudah menyesatkan. Namun di lain waktu, posting berita bohong lagi. Terus dihapus sendiri lagi pas tahu hoaks.

Pertanyaan utama kita jika melihat fenomena seperti di atas. Kenapa sih orang mudah sekali percaya berita hoaks?

Ada empat faktor yang mempengaruhi kebebalan seorang yang percaya hoaks. Faktor-faktor psikologis ini membuat seseorang teguh dengan sumber informasi yang diterima. Apalagi via sosmed/chat group, yang cenderung hyper-personal dan real-time.

Faktor pertama adalah penyederhanaan kognitif. Akal fikiran atau kognisi kita cenderung mengolah pesan yang dianggap mudah. Karena sesuai dengan keyakinan pribadi, informasi mudah difahami. Sedang sikap skeptis membutuhkan kerja otak yang lebih. Banyak orang pun rentan pada informasi ambigu. 

Berita bohong yang penuh narasi ambigu dan sensasional, memang mudah diterima. Apalagi jika informasi tadi berasal dari orang terdekat. Saat era post-truth menjadi acuan, maka berita faktual menjadi beban kognisi seseorang. Ditambah konsensus sosial berbasis preferensi politik dan SARA, mempercayai berita bohong menjadi kian mulus.

Faktor kedua adalah disonansi kognitif. Saat seseorang memegang dua informasi bertentangan, terjadi konflik dalam pikiran. Memilih salah satu informasi yang dianggap benar pun didasarkan pada faktor pertama. Dengan kata lain, lebih mudah menyangkal fakta daripada mengubah keyakinan pribadi. 

Seseorang yang yakin kalau imunisasi itu berbahaya, maka ia akan memegang teguh prinsipnya. Ditambah arus informasi homogen yang disebut filter bubble di sosmed. Jika belum ada anggota keluarga yang celaka karena tidak diimunisasi, maka belum berubah keyakinan. Namun, apakah harus menunggu sampai jatuh korban agar keyakinan berubah.

Faktor ketiga, backfire effect. Backfire effect adalah saat seseorang ditunjukkan beragam fakta, ia malah semakin bebal. Alih-alih seseorang mengubah keyakinannya, ia malah semakin yakin. Dan efek inilah yang kadang muncul dari seseorang yang percaya informasi bohong. Efek ini menjadi titik kulminasi dari faktor pertama dan kedua.

Saat mencari atau disuguhkan banyak fakta, kadang seseorang terlalu berat mencerna semua. Yang terjadi malah seseorang akan semakin menentang fakta. Saat sudah disajikan kalau Presiden bukan anggota partai komunis, penyangkalan akan terjadi. Karena fakta yang terlalu banyak beredar malah menjadikan seseorang overwhelmed

Faktor terakhir adalah tribal unity. Faktor ini terkait dengan sifat dasar kita sebagai mahluk sosial. Dan sebagai bagiann dari masyarakat, kita mencari keseragaman prinsip, keyakinan, etnis, preferensi politik, atau kedaerahan. Bertentangan dengan kelompok/komunitas kita adalah pelanggaran. Dan tidak ada orang yang ingin dikucilkan.

Jika seorang yang terlanjur percaya hoaks atas dasar SARA/preferensi politik, maka sulit untuk keluar dari grup tersebut. Seseorang yang sudah nyaman, merasa dianggap, dan saling bertegur sapa di satu grup akan ada rasa memiliki. Rasa memiliki ini yang juga membentuk baik aspek post-truth atau filter bubble di sosmed/grup chat. Berita apapun, benar/bohong akan menjadi konsumsi dan didistribusi keluar dari kelompok.

Dan yang lebih menyebalkan dari penyebar hoaks adalah melabeli fakta dengan teori konspirasi. Hal ini menjadi penyangkalan terakhir sebuah komunitas yang menyebar hoaks. Karena berita bohong tentunya diciptakan orang yang lebih pintar dari yang mempercayainya. Jika fakta menyangkal hoaks, teori konspirasi akan memperkokoh keyakinan berita ngibul.

Menurut riset tahun 2017 di Uni Eropa, disinformasi atau berita bohong sudah mengancam demokrasi. Sekitar 80% (26.500 orang) responden dari 28 negara Uni Eropa percaya berita hoaks dapat memecah belah publik. Bagaimana dengan orang Indonesia? Di mana berita hoaks menjadi konsumsi sehari-hari via sosmed. Di mana sulitnya men-debunk hoaks. Sudahkah kita perduli?

Jika membenarkan hoaks itu berat, setidaknya jangan menyebarkannya.

Referensi: businessinsider.com | debunkinghadbook.com | euronews.com

Salam,
Solo, 4 Mei 2018
09:25 pm




Baca juga:
Bisakah Tradisi Corat-coret Baju Saat Kelulusan Dihilangkan?
"Among Tebal", Kearifan Lokal Dimulainya Tanam Tembakau
[Blog Competition] Alam Sutera, Hunian Ideal Penunjang Gaya Hidup Sehat

14 Pemain Huni Tim Nasional Voli Indonesia untuk Asian Games 2018

$
0
0

14 pemain yang terpilih masuk timnas voli putra Indonesia| Dokumentasi PBVSI

Kompetisi kasta tertinggi voli tanah air, Proliga 2018 memang sudah usai sejak 15 April lalu. Tim putra Surabaya Bhayangkara Samator dan tim putri Jakarta Pertamina Energi membuktikan diri sebagai tim terkuat dihadapan 6000 penonton yang memadati GOR Amongrogo, Yogyakarta. Namun berakhirnya Proliga tak lantas membuat geliat voli nasional juga turun meredup.

PBVSI selaku organisasi yang menaungi cabang olahraga voli langsung menggelar pemusatan latihan tim nasional untuk Asian Games 2018. Sebanyak 18 nama pemain putra dan putri serta ofisial tim mulai berkumpul dan menjalani latihan sejak 23 April 2018.

Pelatih tim putra, Samsul Jais dan pelatih tim putri, M. Anshori hanya beri waktu satu minggu untuk melakukan seleksi dan memutuskan 14 nama yang menjadi tim inti untuk menjalani latihan intesif menuju Asian Games 2018. Itu artinya 4 nama pemain putra dan putri lainnya harus tereliminasi dan kembali ke klubnya masing-masing.

Dari 18 pemain penghuni pelatnas tim putri, Anshori memutuskan untuk mencoret quicker Rika Dwi Latri dan setter Khaliza Azila Rahma yang sama-sama berasal dari klub Gresik Petrokimia, selain itu pemain asal klub Wahana Bandung, Putri Andya juga turut dipulangkan. Sementara, quicker Yolla Yuliana telah lebih dulu mengajukan pengunduran diri sejak awal pelatnas dimulai karena sedang hamil.Timnas Voli Putri Indonesia| Dokumentasi PBVSI

Keputusan mengejutkan justru datang dari timnas putra. Tiga pemain yakni outside spiker Agung Seganti, quicker Antho Bertiyawan dan setter Dio Zulfikri diluar dugaan terdepak dari Padepokan Voli Sentul.

Tereliminasinya ketiga pemain tersebut tentu tak disangka-sangka oleh para penggemar voli tanah air, terutama mengingat ketiganya menjadi tim inti yang membawa Indonesia merebut peringkat 4 di Kejuaraan Asia Putra 2017 dan mempersembahkan medali perak di SEA Games 2017.

Agung Seganti, yang tahun lalu didaulat sebagai kapten mengaku kecewa ketika namanya disebut sebagai pemain yang tereliminasi dari timnas putra, "Kecewa sudah pasti, tapi saya harus ikhlas, mungkin pelatih menilai saya kurang layak untuk kembali membela Indonesia dan ke depannya saya harus introspeksi diri lagi untuk jadi lebih baik," ujarnya saat dihubungi pada Rabu, 2 Mei 2018 lalu.

Pemain asal Lampung ini mengaku, jika tampil di Asian Games 2018 menjadi targetnya. Meski kecewa karena tak mampu mewujudkan target tersebut, pemain yang sudah menjadi penggawa timnas sejak SEA Games 2009 lalu ini tetap berharap rekan-rekannya mampu memberikan yang terbaik untuk Indonesia.

"Persiapan yang hanya 3 bulan ini harus maksimal, apalagi targetnya masuk 4 besar. Mereka harus berjuang dan memberikan penampilan yang terbaik, tidak boleh keok di kandang sendiri," tambahnya.

Selain tiga nama diatas, pemain junior Okky Damar Saputra juga harus angkat koper lebih dahulu. Keputusan untuk mencoret keempat pemain tersebut menurut pelatih Samsul Jais berdasarkan dari pengamatan di kompetisi Proliga 2018 dan seleksi di Padepokan Sentul.

Samsul mengaku jika pengamatan tak hanya dilakukan oleh jajaran tim pelatih, tapi juga oleh Badan Tim Nasional yang melakukan penilaian di semua aspek, baik teknis dan non teknis.

Kini 14 nama sudah dipastikan akan membela Indonesia di Asian Games 2018. Dari nama-nama yang telah dirilis, hadirnya beberapa pemain muda seperti Yuda Mardiansyah, M Malizi, Galih Bayu, Nizar Julfikar yang akan memulai debutnya di timnas senior ini diharapkan mampu menjadi energi baru yang membuat timnas menjadi lebih kuat dan solid.

Daftar pemain Timnas Voli Putra dan Putri Indonesia untuk Asian Games 2018| Dokumentasi: Instagram Kok Voli @kokvoli

Peluang try out dan target berat di Asian Games
Timnas voli Indonesia dibebankan target yang tak main-main. Tim putri diharapkan mampu lolos babak 8 besar, sementara tim putra ditargetnya minimal dapat menembus 4 besar dan mempersembahkan medali.

Target tersebut jelas terasa berat, terutama ketika menilik negara pesaing lainnya, seperti Iran, Jepang, Korea hingga Thailand yang selama ini secara rutin mengikuti berbagai kejuaraan kelas dunia di berbagai kelompok umur, dimana secara teknis dan mental tentu sudah jauh lebih tertempa dan matang. Negara yang menjadi favorit juara tersebut pasti juga mengusung target serupa untuk mempersembahkan medali.

Meski minim pengalaman bermain di level internasional bukan berarti peluang Indonesia untuk menembus dominasi para raksasa voli Asia tersebut mustahil dilakukan. Sisa waktu tiga bulan sebelum pesta olahraga terbesar se-Asia digelar akan dimanfaatkan secara optimal dan maksimal oleh Samsul Jais dan M Anshori untuk mengasah skill dan mental anak asuhnya untuk dapat mewujudkan target yang sudah dicanangkan.

Salah satu yang kini tengah direncanakan adalah mengirimkan timnas putra dan putri untuk menjalani pemusatan latihan dan try out ke luar negeri. Beberapa negera seperti Jepang, Korea, hingga China sempat menjadi pilihan. Namun, akhirnya PBVSI memutuskan akan mengirimkan tim putra ke Kejuaraan Vietnam Terbuka yang akan dilaksanakan pada Juni, sedangkan tim putri akan bertolak ke Kazakhstan untuk ikut dalam Kejuaraan Asia Antarklub Putri pada pertengahan Juli.

"Training camp dan try out ke luar jelas dibutuhkan untuk menambah jam terbang anak-anak. Tapi jadwal try out diharapkan tidak berdekatan dengan waktu pelaksanaan Asian Games, sehingga anak-anak punya waktu yang cukup untuk pemulihan." ucap Samsul Jais, pelatih tim putra.

Menilik persiapan para lawan di Asian Games 2018
Tak berbeda jauh dengan Indonesia, berakhirnya kompetisi liga di beberapa negara Asia juga menandai dimulainya pemusatan latihan tim nasional. Beberapa negara kini tengah disibukkan dengan persiapan menuju Liga Bola Voli Antarnegara atau Volleyball Nations League (VNL 2018) yang akan dimulai pada pertangahan Mei ini.

Pada liga antarnegara yang baru kali perdana ini dilaksanakan sejumlah negara Asia memang tercatat akan turut serta. Tim putri China, Korea, Jepang dan Thailand akan lebih dulu bersaing dengan 12 negara lainnya dari kawasan Amerika dan Eropa. Sementara Iran, Korea, Jepang, China dan Australia menjadi deretan tim putra yang turut ambil bagian dalam event serupa.

FIVB Volleyball Nations League akan dimulai pada 15 Mei hingga 1 Juli 2018 untuk sektor putri, dan putra akan berlangsung pada 25 Mei -- 6 Juli 2018. Keikutsertaan beberapa negara Asia pada liga antarnegara ini tentu juga menjadi bagian dari persiapan menuju Asian Games 2018. Sedangkan bagi Indonesia yang tahun ini tidak ikut serta dalam liga antarnegara tersebut, dapat memanfaatkan kesempatan untuk mengetahui dan mengukur kekuatan lawan.




Baca juga:
Kisah si Pelempar Sepatu Bush yang Ingin Menjadi Anggota DPR
Bisakah Tradisi Corat-coret Baju Saat Kelulusan Dihilangkan?
"Among Tebal", Kearifan Lokal Dimulainya Tanam Tembakau

Gerakan Tuntut THR untuk Blogger!

$
0
0

Gerakan Tuntut THR untuk Bloggers!Judulnya clickbait!Yak tul. Tapi dijamin, clickbait yang satu ini tidak untuk menipu Anda, tapi langsung menyejahterakan dompet para Bloggers! Tak perlu menuntut pemerintah, apalagi sampai harus demo berhari-hari di jalan. Kompasiana yang akan membagikan THR para Bloggers lewat program K-Rewards.

Yap, K-Rewards edisi perdana telah selesai dilaksanakan. Melalui evaluasi singkat, K-rewards cukup memberikan dampak yang signifkan terhadap antusiasme para bloggers di Kompasiana. Kami memutuskan untuk kembali menggelar program K-Rewards, dengan nuansa yang lebih spesial. Menjelang hari raya idul fitri kami akan membagi-bagikan THR untuk para Bloggers di seluruh dunia -- eh lebay -- dalam program K-Rewards edisi Ramadan.

Capek kan jadi freelancer, enggak dapet THR terus tiap tahun, uhuk.

Mekanisme K-Rewards masih sama dan tidak ada yang berubah, Anda bisa baca informasi sebelumnya di berita admin berikut:

Program ini akan berlangsung selama bulan Mei dan hanya menghitung total views yang didapat mulai dari awal periode program. Sistem tidak akan menghitung total views sebelumnya, dan penghitungannya akan terhenti di akhir periode. Pada saat periode berakhir, sistem akan menghitung total views dari seluruh artikel yang telah tayang di Kompasiana, termasuk views pada artikel yang telah ditayangkan sebelum periode dimulai. 

Jika pada sebelumnya kami memberikan toleransi untuk mengisi kolom e-cash 7 hari setelah periode tutup. K-Rewards edisi kali ini akan menutup proses pendaftaran Mandiri e-cash setelah periode K-rewards telah berakhir. 

Kami menganalisis secara sederhana permasalahan yang sering ditemui Kompasianer ketika melakukan registrasi e-cash adalah nomor telepon yang didaftarkan belum berhasil teregistrasi di sistem Mandiri e-cash, kami menyarankan Anda untuk menyambangi langsung Bank Mandiri yang paling dekat di daerah Anda.

Berikut syarat dan ketentuannya:

  • Seluruh total views akan dihitung berdasarkan sistem validasi Google Analytics
  • Kompasianer yang akan mendapatkan K-rewards, hanya yang mampu meraih minimal 5.000 total views dari seluruh artikel yang telah ditayangkan (artikel lama maupun artikel baru)pada periode yang sudah ditentukan. 

Misalnya, artikel yang Anda tayangkan di hari, bulan atau tahun sebelumnya dan mendapatkan views ketika program ini berlangsung juga dapat dikonversi menjadi rupiah. TIdak harus artikel baru. Tetapi ingat, yang kami hitung adalah views yang didapatkan sepanjang periode program berlangsung.

  • Akun Kompasiana wajib tervalidasi (verifikasi hijau)
  • Memiliki akun/nomor Mandiri e-Cash
  • Pengumuman hasil pendapatan akan diumumkan 7 hari kerja setelah periode berakhir
  • Perhitungan harga per total views dibuat menggunakan metode tertentu yang nilainya dapat berbeda antara satu periode dengan periode berikutnya

Berikut periode K-Rewards di edisi bulan Ramadan:

Periode K-Rewards: 1-31 Mei 2018

Pengiriman Dana: 1- 9 Juni 2018

THR dari Kompasiana akan diterima sebelum lebaran, ya kan! Jadi sebarkan pesan dari gerakan ini, ajak para Blogger untuk meraih THR dari kami, karena ini bukan kompetisi tapi untuk kamu para Bloggers yang telah memberikan kontribusi untuk dunia literasi di Indonesia.

Gerakan Tuntut THR untuk Bloggers!






Baca juga:
Yuk, Temui 11 Lokasi Wisata Seksi di Seputaran Kota Timika, Papua
Kisah si Pelempar Sepatu Bush yang Ingin Menjadi Anggota DPR
Bisakah Tradisi Corat-coret Baju Saat Kelulusan Dihilangkan?
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live