Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

Penerapan Hukuman Mati, Pertarungan Klasik di Konferensi Narkotika Sedunia

$
0
0

Sumber gambar: nytimes.com | Mark Allen MillerSemenjak pindah di BNN dan ditugaskan di bagian kerja sama Internasional, ada satu konferensi wajib diikuti oleh BNN dan beberapa kementerian dan lembaga yang berkaitan yaitu Konferensi Komisi obat dan Narkotika (CND/Commission on Narcotic and Drugs), Konferensi ini selalu dilaksanakan tiap tahun di Wina Austria dan penyelenggaranya adalah UNODC (United Nations Office of Drugs and Crime) yaitu sebuah badan di PBB yang bertanggung jawab dalam bidang narkoba dan kriminalitas dan melaporkan dalam sidang tahunan PBB. Kenapa selalu di Wina? Karena kantor pusat UNODC berada di Wina.

Mandat dan fungsi CND adalah meninjau dan menganalisis situasi obat-obatan global, dengan mempertimbangkan isu-isu terkait pencegahan penyalahgunaan narkoba, rehabilitasi pengguna narkoba dan pasokan dan perdagangan obat-obatan terlarang. Dibutuhkan tindakan melalui resolusi dan keputusan.reinhardjambi.wordpress.com


Fungsi Normatif CND berdasarkan konvensi pengendalian obat internasional diberikan otorisasi untuk mem pertimbangkan semua hal yang berkaitan dengan tujuan Konvensi dan memastikan pelaksanaannya. Sebagai organ perjanjian di bawah Konvensi Tunggal Narkotika (1961) dan Konvensi tentang Zat Psikotropika (1971), Komisi memutuskan, berdasarkan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), untuk menempatkan obat-obatan narkotika dan zat psikotropika di bawah kontrol internasional. 

Sesuai dengan Konvensi Menentang Lalu Lintas Berbahaya pada Obat Narkotika dan Zat Psikotropika (1988), Komisi memutuskan, atas rekomendasi Badan Pengendalian Narkotika Internasional (INCB/International Narcotic Control Board), untuk menempatkan bahan kimia prekursor yang sering digunakan untuk pembuatan obat-obatan terlarang di bawah kendali internasional. 

Komisi juga dapat memutuskan untuk menghapus atau memodifikasi tindakan pengendalian internasional atas obat-obatan terlarang, zat psikotropika atau prekursor. Mandat Komisi diperluas lebih lanjut pada tahun 1991. Komisi berfungsi sebagai badan pengatur yang menyetujui anggaran Dana Program Pengendalian Narkoba Internasional PBB, yang dikelola oleh UNODC untuk memerangi masalah narkoba dunia.

Keanggotaan CND dalam resolusi 1991/49, memperbesar keanggotaan Komisi dari 40 menjadi 53 anggota, dengan pembagian kursi berikut di antara kelompok-kelompok regional: 11 untuk negara Afrika, 11 untuk negara-negara Asia, 10 untuk Amerika Latin dan Karibia, 6 untuk negara-negara Eropa Timur, 14 untuk negara-negara Eropa Barat dan lainnya, setiap negara tersebut menjadi anggota CND selama empat tahun.

Anggota dipilih dari Negara Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa dan badan khusus dan pihak pada Konvensi Tunggal Narkotika, tahun 1961, dengan memperhatikan keterwakilan negara-negara yang merupakan produsen penting daun opium atau koka, negara-negara yang penting di bidang pembuatan obat-obatan narkotika, dan negara-negara di mana kecanduan obat-obatan terlarang atau lalu lintas gelap dalam narkotika obat merupakan masalah penting dan dengan mempertimbangkan prinsip distribusi geografis yang adil. Indonesia pada kali ini tidak menjadi anggota komisi ini sehingga dalam pertemuan ini menjadi observer (peninjau).www.dpnsee.org

Apa saja sih yang dibicarakan dalam CND ini? Permasalahan utama dari narkotika adalah menurunkan supply (pasokan) dan demand (kebutuhan). Dua hal inilah yang banyak dibicarakan, untuk mengurangi supply diperlukan penegakan hukum atau berbagai alternatif lain yang ditawarkan dan juga dalam mengurangi demand yaitu dengan salah satunya dengan memanfaatkan komunitas, berkembang lagi, bagaimana kalau sudah terlanjur memakai? Tentunya harus direhabilitasi, dan juga banyak alternatif cara penanganannya. 

Juga dengan penggolongan jenis narkotika, dalam forum inilah akan ada kesepakatan penggolongan narkotika. Contohnya methapetamine (ice, shabu) yang menjadi golongan 1 narkotika yang tadinya hanya golongan 2. Jadi intinya forum CND adalah membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan narkotika dan segala aspeknya yaitu strategi, kebijakan dan politisasi sehingga tidak jarang pro dan kontra pendapat yang didukung kelompok negara terjadi, dan peran negara superpower terasa sekali untuk mempengaruhi suatu keputusan.

Yang seru dari pertemuan ini adalah pada saat negara memberikan statement, pada kesempatan itu setiap negara memberikan penjelasan tentang situasi narkoba di negaranya masing-masing serta kebijakan untuk menanggulanginya. Entah kenapa penjatuhan hukuman mati bagi para pengedar narkoba untuk mengurangi supply menjadi topik paling diperdebatkan sejak konferensi CND ini ada. Negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa adalah negara yang paling menekankan dan mempengaruhi negara lain yang masih menerapkan hukuman mati untuk mencabutnya, atau setidak-tidaknya moratorium hukuman mati. 

Saat ini tercatat masih 22 negara yang masih menerapkan hukuman mati di dunia. Tapi jangan khawatir, masih ada negara besar Tiongkok yang tetap ngotot membela hukuman mati, dengan alasan bahwa korban mati yang ditimbulkan akan lebih besar daripada pengedar yang dieksekusi. Indonesia tentu saja tetap mendukung pelaksanaan hukuman mati, karena masih menjadi hukum positif, dan sikap sebagian besar masyarakat yang masih mendukung pelaksanaan hukuman mati. Demikian sekilas info dari Wina, Austria.




Baca juga:
Sayangilah Satwa Derenten!
Buka Rahasia Perawatan Kulit Sehatmu dan Menangkan Hadiahnya!
Ketahui Spesifikasi "Power Bank" yang Aman bagi Penerbangan Anda

Yuk, Bagikan Opinimu Terkait Bagaimana Menjaga Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok!

$
0
0

berita-admin-blog-comp-kemendag-5aaba313bde575741b06aeb4.png

Hampir selalu terjadi, menjelang hari besar keagamaan nasional, barang kebutuhan pokok menjadi langka dan kemudian mengalami kenaikan harga. Menjaga stabilitas harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok merupakan salah satu mandat Presiden Jokowi untuk Kementerian Perdagangan.

Di tahun 2017 lalu, Kementerian Perdagangan berhasil mengendalikan stabilitas harga barang kebutuhan pokok dengan menetapkan regulasi Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras, gula pasir, minyak goreng, dan daging sapi yang ditentukan berdasarkan wilayah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat bahwa tingkat inflasi bahan pokok di tahun 2017 selama bulan puasa sebesar 0,86% dan saat lebaran 0,69%. Ini merupakan nilai terendah dalam enam tahun terakhir. 

Kompasianer punya opini terkait bagaimana upaya dalam menjaga stabilitas harga barang kebutuhan pokok? Nah, saatnya untuk menceritakan opinimu dalam kompetisi blog "Menjaga Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok demi Kesejahteraan Masyarakat" yang diadakan Kompasiana bersama Kementerian Perdagangan. Sebelum ikutan, simak syarat dan mekanismenya dulu, ya.

Syarat dan Ketentuan Lomba

  • Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di sini
  • Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat, dan tidak sedang dilombakan di tempat lain)
  • Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana

Mekanisme Lomba

  • Tema: Menjaga Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok Demi Kesejahteraan Masyarakat
  • Tulisan berupa opini terkait upaya untuk menjaga kestabilan dan pasokan barang kebutuhan pokok agar dapat dijangkau seluruh masyarakat
  • Periode Lomba: 19 Maret--13 April 2018
  • Tulisan tidak lebih dari 1.500 kata
  • Peserta wajib mencantumkan label harga barang pokok stabil (tanpa spasi) dalam setiap tulisan yang dilombakan
  • Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba, tidak bisa diikutkan lomba
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
  • Pemenang akan diumumkan setelah 14 hari kerja periode lomba selesai

Hadiah

  • Sebanyak 5 artikel terbaik akan mendapatkan uang tunai masing-masing senilai Rp1.000.000,00

Untuk mengetahui kegiatan dan kompetisi Kompasiana lainnya yang sedang berlangsung, silakan klik di halaman Event Kompasiana. (GIL)

**) Begini Cara Kami Menilai Karya Lomba di Kompasiana




Baca juga:
Bagaimana Kemampuan Presentasi Pengaruhi Kesuksesan Karir Anda?
Novel Ghost Fleet dan Otak Reptil
Atraksi Nelayan Intha di Inle Lake, Myanmar

"CLBK" ala Neymar dan Real Madrid

$
0
0

Sumber ilustrasi: Goal.comDalam beberapa pekan terakhir, santer berembus rumor bahwa Neymar akan pindah, dari PSG ke Real Madrid, dengan mahar 400 juta euro.

Sekilas, rumor ini terlihat aneh, mengingat Neymar baru menjalani musim pertamanya di PSG, setelah pindah dari Barcelona, dengan harga 222 juta euro, yang menjadikannya pemain termahal sejagat saat ini. Apalagi, Neymar saat ini masih absen bermain, karena sedang menjalani pemulihan cedera kaki yang dideritanya.

Tapi, jika melihat situasi terkini Real Madrid dan Neymar, rumor ini cukup masuk akal. Karena, keduanya saling membutuhkan; Real membutuhkan ikon baru pengganti Cristiano Ronaldo yang sudah menua, sedangkan Neymar ingin menjaga peluangnya meraih Ballon D'Or, dengan bermain di klub kelas satu Eropa. 

Sebelum cedera, Neymar memang tampil oke di PSG, yang memang dominan di Prancis. Tapi, lemahnya mentalitas bertanding PSG di level Eropa, membuat opsi pindah ke Real Madrid menjadi masuk akal. Bagaimanapun, Neymar jelas tak ingin terus menjadi "pemain nomor dua", setelah duo Lionel Messi-Cristiano Ronaldo sepanjang kariernya. Apalagi, dirinya adalah "pemain nomor 10 timnas Brasil", yang seharusnya bisa sejajar dengan dua superstar itu.

Selain karena faktor saling membutuhkan, rumor yang mengaitkan The Golden Boy dengan Si Putih, adalah satu momen CLBK (Cinta Lama yang Belum Kelar) antar keduanya. Seperti diketahui, sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Barcelona di tahun 2013, eks pemain Santos ini juga sempat dibidik Real Madrid.

Awalnya, Neymar diplot sebagai calon penerus tongkat estafet Messi di Barca. Tapi, masih stabilnya performa Si Kutu, membuatnya tetap menjadi "bintang nomor dua" di Barca. Alhasil, Neymar pun pindah ke PSG. Tak pelak, situasi ini membuat momen CLBK Neymar dan Real Madrid kembali bersemi.

Di sisi lain, bagi PSG, jika Real Madrid benar-benar serius mengincar Neymar, dengan iming-iming ongkos 400 juta euro, tawaran ini jelas sulit ditolak. Karena, dana ini bisa mem-"balik modal"-kan biaya transfer Neymar, dan mempermanenkan Kylian Mbappe (yang untuk saat ini masih berstatus pemain pinjaman di PSG).

Dari sisi finansial, ini juga dapat menyeimbangkan neraca keuangan PSG, sekaligus menghindari pelanggaran regulasi Financial Fair Play UEFA. Maklum, dalam beberapa tahun terakhir, neraca keuangan PSG selalu minus, dan selalu disorot UEFA. Karena, pengeluaran mereka masih lebih besar dari pemasukan.

Untuk saat ini, transfer Neymar ke Real Madrid masih sebatas gosip. Tapi, dengan gaya belanja Florentino Perez (Presiden klub Real Madrid) yang penuh kejutan, transfer ini bisa saja terjadi.

Jika Neymar pindah ke Real Madrid, ia akan mengikuti jejak Luiz Ronaldo Nazario de Lima alias Ronaldo (Brasil), sebagai eks-pemain Barcelona yang pindah ke Madrid, sekaligus menjadi penanda akhir era CR7 di Bernabeu, dan mempertajam rekor transfer dunia atas namanya sendiri.

Akankah Neymar (akhirnya) benar-benar berbaju putih?




Baca juga:
Museum BPK di Magelang, Padahal Kantor Pusat BPK di Jakarta
Bagaimana Kemampuan Presentasi Pengaruhi Kesuksesan Karir Anda?
Novel Ghost Fleet dan Otak Reptil

Adakah Obat Depresi yang Cocok untuk Semua Pasien?

$
0
0

Ilustrasi.(SHUTTERSTOCK) | Sumber: Kompas.comSaat saya menuliskan artikel ini saya sedang berada di Bandara Juanda di Sidoarjo, Jawa Timur untuk menuju Cengkareng setelah menyelesaikan tugas siang tadi memberikan presentasi di depan psikiater dan calon psikiater di Surabaya. Topik kali ini berkaitan dengan terapi depresi yang optimal dan segera.

Selain saya, ada beberapa pembicara lain dalam seminar Manajemen Depresi dan Cemas kali ini yaitu Dr.dr.Margarita Maramis,SpKJ(K) dan dr.Agustina Konginan,SpKJ(K) dari UNAIR serta pembicara tamu Profesor Toba Oluboka, psikiater dari Universitas Ontario, Kanada.

Topik yang saya bicarakan memang kali ini lebih mengarah kepada terapi obat untuk pasien depresi yang optimal dan segera. Seperti telah diketahui bahwa pasien depresi sendiri sering kali tidak mematuhi pengobatan yang disarankan oleh psikiaternya.

Hal ini disebabkan salah satunya oleh ketakutan pasien akan pengobatan psikotropika dan juga karena menganggap depresi seperti gangguan medis infeksi yang bisa sembuh dengan pengobatan singkat. Kenyataannya depresi membutuhkan terapi jangka panjang dan sering kali seumur hidup.

Pembicara Bersama Panitia (dok.pribadi)Masalah terkait dengan pengobatan depresi memang sering kali menyebabkan pasien sendiri mengalami perasaan tidak nyaman. Hal ini dikaitkan dengan kecenderungan pasien melepaskan pengobatan di awal bulan pertama pengobatan.

Penelitian mengatakan, bahkan 28% pasien menghentikan obat di bulan pertama pengobatan dan lebih dari 60% pasien menghentikan obat di 6 bulan pertama pengobatan. Kondisi ini tentunya akan meningkatkan risiko keberulangan yang sudah cukup tinggi di pasien depresi.

Adakah Obat Depresi yang Cocok Untuk Semua Pasien?

Pasien yang mengalami depresi jika mereka berobat ke psikiater tentunya akan menjalani pengobatan. Terapi yang dilakukan psikiater biasanya akan berhubungan dengan terapi obat dan terapi psikologis atau psikoterapi.

Pengobatan yang diberikan biasanya berupa pengobatan antidepresan yang biasanya diberikan di awal sejak pertemuan pertama saat diagnosis ditegakkan. Beberapa rekomendasi obat lini pertama yang terbukti secara penelitian biasanya akan diberikan kepada pasien namun tidak semua pasien akan mendapatkan respon terapi yang sama.

Respon terapi yang berbeda bisa disebabkan oleh banyak faktor. Selain faktor genetik bawaan, keparahan depresi, riwayat depresi atau gangguan jiwa sebelumnya dan juga jenis gejala yang dialami pasien bisa membuat perbedaan dalam keberhasilan terapi. Sering kali kita menemukan dalam praktek bahwa pasien berasal dari latar belakang yang berbeda ditambah dengan kepatuhan yang berbeda.

Pada dasarnya obat yang beredar di masyarakat untuk pengobatan depresi secara ilmiah terbukti mampu memperbaiki gejala depresi.

Perbedaan yang biasanya dikaitkan dalam terapi depresi adalah kemampuan pasien untuk beradaptasi dengan obat yang diberikan. Pilihan dokter biasanya adalah obat-obat yang mampu ditoleransi baik oleh pasien dan biasanya terbukti efektif dalam mempebaiki gejala depresi. Untuk sampai pada kondisi ini sering kali dokter harus mengubah pengobatan bahkan di minggu-minggu pertama.Dokumen pribadiPerbaiki Gejala Pasien Depresi Segera!

Kita memahami bahwa depresi membawa dampak yang tidak baik buat pasien. Kualitas hidup pasien akan menurun dengan adanya gejala depresi.

Gejala suasana perasaan yang menurun, putus asa, susah konsentrasi, sulit tidur atau kebanyakan tidur dan sering kali keluhan fisik yang tidak jelas dasarnya adalah sebagian besar gejala depresi yang mengganggu kehidupan pasien yang menderitanya. Kondisi ini tentunya tidak bisa terlalu lama dibiarkan.

Dokter jiwa dalam hal ini perlu melakukan upaya segera setelah diagnosis ditegakkan. Setelah pasien didiagnosis langkah selanjutnya adalah memberikan terapi obat pada pasien untuk membantu menyeimbangkan sistem saraf dan neurotransmitter di otaknya. 

Obat yang akan dipilih biasanya adalah obat yang telah terbukti secara penelitian dengan dosis awal yang biasanya setengah dari dosis optimal.

Ketika dalam terapi ternyata setelah dua minggu pasien tidak mendapatkan perbaikan maka dosis ditingkatkan ke dosis optimal sambil terus dilihat apakah pasien cukup toleransi dengan efek samping yang mungkin timbul. Jika dalam empat minggu dosis optimal tidak juga tercapai perbaikan maka kita perlu segera mencari alternatif terapi lainnya atau dalam hal ini mengganti obat.

Hal tersebut bertujuan untuk mencapai fase pulih yang lebih segera dan mampu untuk mengembalikan fungsi pasien dengan lebih baik. Harapannya tentu agar kualitas hidup pasien akan meningkat kembali. Semoga artikel ini bermanfaat.

Salam Sehat Jiwa





Baca juga:
Buka Rahasia Perawatan Kulit Sehatmu dan Menangkan Hadiahnya!
Museum BPK di Magelang, Padahal Kantor Pusat BPK di Jakarta
Bagaimana Kemampuan Presentasi Pengaruhi Kesuksesan Karir Anda?

Anak "Homeschooling" Tidak Bisa Sosialisasi? Mitos!

$
0
0

Ilustrasi.(SHUTTERSTOCK) | Sumber: Kompas.com

Saya dan praktisi homeschooling lain seringkali menghadapi orang-orang yang skeptis tentang kemampuan sosialisasi anak homeschooling. "Homeschooling? Sosialisasinya gimana?"

Untuk menjawab sikap skeptis tersebut, berikut saya berikan sedikit penjelasan agar kita mampu mengubah mindsetatau pandangan mengenai kemampuan sosialisasi anak-anak homeschooling.

Pertama, anak dari sekolah formal tidak selalu punya kemampuan sosialisasi yang baik.

Kalau Anda meragukan kemampuan sosialisasi anak homeschooling, pernahkah Anda bertanya pada diri sendiri apakah anak dari sekolah formal juga selalu memiliki kemampuan sosialisasi yang baik?

Jawabannya tidak. Ada juga anak dari sekolah formal yang rendah diri, memiliki konsep diri negatif dan kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru.

Dan hal ini sebenarnya tergantung dari pola asuh orangtuanya.

  • Bagaimana orangtua menanamkan nilai dan prinsip hidup pada anak
  • Bagaimana orangtua merancang kegiatan belajar, bertemu orang-orang lintas usia
  • Bagaimana orangtua mengajarkan anak gabung komunitas dan belajar berteman secara mandiri

Kedua, sekolah justru sering mengkotak-kotakkan interaksi sosial anak.

Hal ini bisa Anda perhatikan dari pergaulan Anda dulu sewaktu sekolah dulu atau interaksi sosial anak-anak Anda sendiri.


Anak sekolah pada satu jenjang tidak berani bergaul dengan kakak kelasnya. Mereka merasa takut, minder dan mengaku menghormati seniornya. 


Anak-anak yang tergolong senior pun merasa gengsi jika harus bergaul dengan juniornya. Karena menganggap diri mereka memiliki otoritas lebih di sekolah.

Memang tidak semua anak sekolah tidak berani bergaul dengan senior dan gengsi di hadapan adik kelas. Tapi, praktik seperti ini sangat mudah ditemukan di sekolah-sekolah. Artinya, lebih banyak yang menjalankan budaya 'digencet senior' ketimbang yang tidak.

Ketiga, di sekolah kita tidak berteman dengan semua orang.

Coba Anda perhatikan budaya pergaulan di sekolah. Dari ratusan anak seangakatan Anda, apakah Anda berteman dengan semuanya? Jelas tidak.


Jangankan berteman, kenal saja tidak semuanya. Benar sekali! Kita tidak mengenal dengan baik semua teman kita dalam satu angkatan sewaktu sekolah.


Sampai Anda dewasa dan berumah tangga, berapa banyak teman sekolah yang sampai saat ini masih berteman baik dengan Anda? Kita hanya akrab dengan beberapa orang saja mungkin sekitar 5-10 orang. Tidak banyak, kan?

Keempat, pahami makna sosialisasidengan baik.

Apa sih yang dimaksud dengan sosialisasi? Sosialisasi bisa dilihat dari 3 hal;

  • Penanaman nilai dan prinsip hidup
  • Membangun kecakapan sosial
  • Interaksi lingkungan sekitar

Jika kita melihat sosialisasi sebagai cara untuk menanamkan nilai dan prinsip hidup, maka tempat yang tepat adalah keluarga. Bukan teman sebaya.


Bagaimana kita menanamkan prinsip kejujuran, membangun karakter anak, membantu anak mengelola emosi, memperhatikan perkembangan psikologis mereka serta menjadi orangtua teladan.


Mengatakan atau menasihati anak sembari mencontohkannya melalui keseharian. Itulah penanaman nilai dan prinsip hidup yang tepat.

Kita juga perlu melihat sosialisasi sebagai cara untuk membangun kecakapan sosial. Dalam berinteraksi dengan orang lain, manusia harus punya adab. Adab inilah yang saya sebut dengan kecakapan sosial.

Anak-anak harus tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan dan pemikirannya. Tidak hanya itu, anak juga harus memiliki kemampuan mendengarkan yang baik.

Memiliki kepedulian, peka dengan kondisi sekitar, mampu memahami orang lain, mampu mengatasi konflik, pandai bernegosiasi dan berpartisipasi dalam kelompok masyarakat.


Jadi, bukan asal berteman dengan orang-orang sebaya. Tapi, dalam berteman itu anak-anak perlu diajari adabnya.


Lagi-lagi, orangtua dan keluarga adalah tempat yang tepat dalam  mengajarkan adab berteman pada anak. Bukan teman sebaya. Karena seringkali orangtua tidak paham bagaimana latar belakang teman dari anaknya.

Makna sosialisasi yang ketiga adalah sebagai cara untuk mengajarkan anak berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Nah, disini kita bisa mengajak anak untuk berteman dengan sebaya.

Tapi, anda juga perlu ingat. Bentuk dari interaksi lingkungan sekitar itu tidak hanya teman sebaya. Ada juga saudara, keluarga besar, lingkungan sekitar rumah, organisasi atau komunitas sehobi.


Supaya anak-anak tidak hanya pandai bergaul dengan anak-anak seusianya. Tapi juga luwes bergaul dengan orang-orang dari lintas usia.


Bagaimana? Masih meragukan kemampuan sosialisasi anak homeschooling? Semoga saja tidak ya..




Baca juga:
Oprah Winfrey, Lionel Messi, dan Arti Seorang Pejuang
Buka Rahasia Perawatan Kulit Sehatmu dan Menangkan Hadiahnya!
Museum BPK di Magelang, Padahal Kantor Pusat BPK di Jakarta

Accaru-caru, Ritual Leluhur yang Masih Dipraktikkan Nelayan di Galesong

$
0
0

Ritual accaru-caru di Galesong Takalar. Foto: Wahyu Chandra

Perahu fiber baru saja selesai dicat. Butuh waktu sekitar dua minggu bagi pemiliknya, Gassing Karawe, untuk melengkapi dan mengecat seluruh bagian perahu, termasuk memberi nama perahunya Nabila, sesuai dengan nama cucunya. Pagi itu, pertengahan April 2017, adalah hari yang baik untuk digunakan untuk pertama kali. Sebuah ritual pun dilakukan, yang dinamakan accaru-caru.

Accaru-caru atau accera turungang adalah ritual leluhur yang masih dipraktikkan nelayan di Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, ketika perahu baru saja diperbaiki atau untuk perahu baru yang akan segera digunakan. Ritual ini dipimpin oleh seorang dukun atau paccaru-paccarubernama Daeng Lallo. Paccaru-carubiasanya adalah orang yang dianggap memiliki pengetahuan agama dan doa-doa leluhur yang baik.

Accaru-caru bisa diartikan sebagai kenduri atau baca doa di mana di atas perahu diletakkan beragam pakrappo atau sesajen. Jenisnya beragam macam, mulai dari unti tekne(pisang raja), bajao jangang (telur ayam), songkolo le'leng (nasi ketan hitam), songkolok kebok (nasi ketan putih), umba-umba(onde-onde), kulapisik (kue lapis), lekok (daun sirih) dan rappo (buah pinang).

Dua ekor ayam, jantan dan betina disembelih dan diletakkan di depan perahu. Perahu diberi minyak yang sangat harum. Di bagian belakang, seorang sanro atau sesepuh berdoa. Orang-orang berdiri, termasuk pemilik perahu, berdiri dengan khusyuk di sekelilingnya.

Setelah dupa dinyalakan dan doa-doa dibacakan, sanro kemudian melanjutkan ritual dengan cara memaku bagian depan perahu dengan uang koin. Di bagian tengah dipahat lalu dimasukkan besi tipis semacam jarum hingga menyatu dengan bagian pusat atau posi perahu. 

Di bagian belakang juga dipahat lalu dimasukkan koin. Setelah semuanya berakhir, acara pun selesai, beragam makanan yang disajikan di bagian tengah perahu diambil secara berebutan oleh yang hadir di sekitar perahu. Semacam berkah bagi mereka. Setelah itu, perahu itu lalu diangkat oleh sekitar lima orang ke laut. Karena terbuat dari bahan fiber, pemindahan perahu ke laut ini tak butuh waktu dan tenaga yang banyak. Jarak antara tempat ritual dan garis pantai pun hanya beberapa puluh meter saja.

Menurut Daeng Tobo, seorang Papalele di Desa Tamalate, Galesong Utara, accaru-caru adalah ritual wajib dipenuhi oleh setiap nelayan yang baru saja akan memulai melaut. Tak boleh tidak, katanya. Semacam persembahan bagi 'pemilik laut', entah makhluk halus, roh-roh suci yang diharapkan akan memberi keselamatan atau tidak mengganggu nelayan ketika melaut. Mereka, makhluk-makhluk halus itu punya nama, yang telah diketahui nelayan, namun Daeng Tobo, enggan atau mungkin takut menyebutkannya.

"Ada namanya, anak-anak juga sudah tahu, tapi tak usah saya sebutkan," katanya sambil tertawa.

Accaru-caru ini bisa disamakan dengan ritual atompolok' atau menaruh ramuan obat di atas ubun-ubun anak. Dengan acara ini mereka mengharapkan agar makhluk halus yang berada di sekitarnya tidak mengganggu si anak, malah ikut menjaganya.

Accaru-caru hanya satu dari sekian banyak ritual bagi nelayan Galesong atau suku Makassar pada umumnya. Di waktu tertentu nelayan juga akan membawa sesajen ke pantai, batas antara laut dan daratan. Kadang juga dibawa ke tengah laut yang dianggap memiliki 'penunggu'. Di tempat-tempat yang dianggap keramat atau angker di tengah laut, di sanalah sesajen itu dipersembahkan dengan cara dialirkan ke laut.

Terlepas dari tujuan atau kepada siapa sesajen itu ditujukan, menurut Tadjuddin Maknun, pakrappo atau sesajen yang disajikan dalam ritual caru-caru itu sebenarnya punya makna tertentu.

Dicontohkan pada makanan umba-umba (onde-onde), yang terbuat dari beras ketan dan dibentuk seperti bola pingpong yang berisi gula merah dan diberi kepala muda yang telah diparut.

"Kue-kue ini selalu muncul ke permukaan air ketika sudah masak. Itulah sebabnya kue ini selalu dijadikan simbol atau lambang harapan dalam setiap hajatan yang dilaksanakan. Dengan kata lain, benda ini sebagai lambang harapan agar rezekinya selalu muncul sebagaimana sifat umba-umba tersebut," ungkap Tadjuddin.

Sesajen lain, yang diistilahkan Tadjuddin sebagai benda budaya, adalah kulapisik (kue lapis). Makanan ini terbuat dari beras tepung ketan, santan, gula pasir dan pewarna. Dalam pembuatan sengaja dibuat berlapis-lapis.

"Maknanya bahwa sebagai lambang harapan agar rezeki mereka akan berlapis-lapis sebagaimana ditunjukkan oleh sifat atau bentuk kue tersebut."

Ada juga unti tekne (pisang raja), sejenis pisang yang sangat manis rasanya. Makna keberadaannya dalam ritual adalah agar nelayan selalu memperoleh kesejahteraan lahir dan batin dalam menjalankan aktivitas sebagaimana rasa manis dari pisang tersebut.

Benda budaya lain adalah lekok (sirih), bayao jangang (telur ayam), rappo (buah pinang) dan dupa.Kelima macam benda budaya tersebut merupakan perangkat sesajen yang berfungsi sebagai lambang atau simbol penghormatan kepada roh leluhur dan makhluk lainnya.

"Roh leluhur harus dihormati karena justru merekalah yang memberi pengetahuan pelayaran sebagai bekal diri dalam menjalankan aktivitas di laut lepas. Begitu pula makhluk halus harus dimuliakan karena dialah yang menjaga alam raya. Mereka harus disuguhi sesajen agar tidak menimbulkan marah bahaya," jelas Tadjuddin.

Menurut Daeng Tobo, pemberian sesajen ini biasanya dilakukan sesuai dengan kesanggupan masing-masing nelayan. Semakin besar perahu atau jenis armada yang dimiliki nelayan maka semakin besar nilai atau besar sesajen yang harus dipersembahkan. Apalagi jika nelayan yang akan pergi melaut dalam waktu lama, maka biasanya sesajen yang harus mereka siapkan akan semakin banyak pula.

Selain accaru-caru ini juga dikenal ritual yang disebut annisik atau mendempul kisi-kisi perahu. Dalam acara ini dilakukan pemeriksaan sekiranya masih ada kisi-kisi yang harus ditutupi atau didempul agar tidak mudah bocor pada saat perahu berlayar di laut. Dilakukan pula pembersihan dengan cara menyiramkan air pada roh jahat yang berkeliaran di sekeliling mereka agar bersih dan terhindar dari segala gangguan roh jahat di sekeliling mereka.

"Acara annisik dapat disejajarkan dengan acara appasilik atau membersihkan diri dengan memandikan bagi seorang yang hamil tujuh atau delapan bulan, saat-saat menjelang kelahiran. Acara ini dimaksudkan agar dalam proses kelahiran bayi tidak mengalami gangguan dari roh jahat," jelas Tadjuddin.

Di hari yang lain, Daeng Tobo mengajak saya ke sebuah makam leluhurnya bernama Kare Panai, di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara, berjarak beberapa kilometer dari desanya. Makam tersebut konon telah berpindah berkali-kali hingga ditempatkan di desa tersebut.

Dianggap sebagai leluhur yang menjaga perairan Makassar. Tak banyak informasi yang bisa diperoleh tentang orang tersebut. Konon dulunya adalah tokoh agama yang disebut kare.Ia memiliki jaringmanurung,yang memberi kemakmuran dengan mendatangkan ikan yang banyak di daerah tersebut. Nelayan-nelayan Galesong, khususnya nelayan besar, sebelum melaut umumnya ke makam ini untuk bernazar, kelak ketika pulang dari melaut dengan hasil tangkapan yang banyak akan melakukan ritual dan memberi sesajen yang lebih banyak.

"Beliau dikenal sebagai ampang jenne juku,yang berarti bahwa setiap air pasti ada ikannya. Orang-orang datang untuk berdoa agar hasil tangkapan melimpah," ungkap Daeng Tobo.

Daeng Tobo sendiri mengakui masih memiliki garis keturunan dengan Kare Panai sehingga kewajibannya menjadi bertambah. Apalagi dulunya ia pernah bernazar dan belum melakukannya. Ini menjadi beban bagi dirinya dan keluarganya.

"Baru sekarang bisa melakukannya meski sudah lama diniatkan. Semacam utang yang harus dibayar," katanya.

Makam tua di tempat yang baru ini luasnya sekitar 4x4 meter. Ada beberapa makam di dalamnya. Dalam pelaksanaan ritual doa seorang imam setempat didatangkan. Ia membaca doa dalam Bahasa Arab. Beragam makanan juga dibawa ke bagian dalam makam tersebut. Di batu nisan ditempatkan belasan lilin berwarna merah. Setelah doa dibacakan orang-orang dengan sengaja meneteskan lilin ke batu nisan tersebut sehingga dari kejauhan terlihat seperti tetesan darah.

Setelah ritual dan doa dilafalkan, makanan disajikan di bagian luar makam, dinikmati oleh sejumlah warga dan keluarga Daeng Tobo yang hadir dalam ritual tersebut. Wajah Daeng Tobo terlihat penuh kepuasan seiring berakhirnya ritual. Sebuah nazar telah dituntaskan. Utang-utangnya telah terbayarkan.

Menarik dari semua proses ritual ini adalah tetap dilakukan meski jenis dan bahan baku pembuatan perahu telah berubah dari kayu ke fiber. Bahan fiber disukai karena lebih ringan dan tahan lama. Selain itu sangat mudah dibersihkan tanpa membutuhkan waktu dan biaya yang banyak.

"Ritual accaru-caru tetap harus dilakukan meski ada sedikit perubahan-perubahan. Misalnya pemasangan besi di posi perahu yang biasanya di bagian bawah tengah perahu dipindah ke bagian samping pada bagian tengah kapal," ungkap Daeng Tobo.

Pamali-pamali bagi Nelayan Galesong ketika Melaut

Nelayan Sulawesi Selatan pada umumnya dan nelayan Galesong pada khususnya mengenal sejumlah pamali atau pantangan ketika mereka sedang melaut. Sebagaimana dituturkan Tadjuddin dan dibenarkan oleh Daeng Tobo, terdapat sejumlah kata-kata yang pamali atau pantang diucapkan dan dilakukan oleh nelayan.

Salah satu kata yang tak boleh disebutkan adalah tena. Dalam Bahasa Makassar kata tenaberarti tidak atau tiada. Kata ini dianggap bermakna 'kosong' atau tidak dapat apa-apa bagi nelayan. Sehingga kemudian pantangan untuk menyebutkannya ketika sedang berada di laut. Ini adalah kata kesialan jika diucapkan secara langsung sehingga kemudian diganti dengan kata toa atau tua, yang diartikan sebagai 'kurang'.

Nelayan juga pantang menyebutkan secara langsung hewan darat. Misalnya kata tedong (kerbau), kongkong (anjing), bawi (babi), jarang (kuda), ularak (ular), darek (monyet), jangang (ayam), dan sejumlah hewan lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa yang tak boleh disebutkan namanya adalah hewan darat berkaki empat.

Jika pun harus disebutkan maka diucapkan dengan nama atau kata lain. Tedong (kerbau) diganti dengan tambalak (besar badan), kongkong (anjing) diganti dengan tarang gigi (tajam gigi), bawi (babi) diganti dengan buleng (putih), jarang (kuda) diganti dengan tetterek (cepat), ularak (ular) diganti dengan balluk/malakbu (panjang), darek (monyet) diganti dengan turikayu (penghuni pohon) dan jangang (ayam) diganti dengan turilerang (penghuni kadang ayam).

Nelayan juga pamali mengucapkan kata pasala yang berarti melepaskan, atau tassala atau terlepas. Kata ini dianggap bertentangan dengan harapan mereka untuk mendapatkan ikan sebanyak mungkin. Kalaupun harus diucapkan, misalnya kalau ada bagian perahu yang terlepas, maka pengucapannya harus diganti dengan kata aklampa atau pergi, yang dianggap lebih halus dibanding kata tassala.

Tidak hanya pengucapan kata tertentu, perilaku pun harus dijaga ketika sedang melaut. Antara lain pamali untuk buang air besar (tattai) dan kencing (takmea) di bagian pintu perahu yang disebut sabanngang atau timungang karena dianggap sebagai bagian masuknya ikan yang tak boleh dikotori.

Nelayan juga tak boleh akboko atau membelakangi sabangang pada saat menurunkan alat tangkap. Tindakan ini dianggap sama artinya dengan membelakangi rezeki. Tindakan ini juga berisiko mudah terpeleset jatuh ke laut.

Ada pula pantangan yang disebut appikiru atau meludah di dekat sabangang. Diyakini bahwa meludah di dekat pintu sebagai tindakan yang bisa menimbulkan rasa tersinggung bagi tamu-tamu yang akan datang, yaitu ikan-ikan yang akan mereka tangkap, yang mereka beri nama Daeng Bau atau Daeng Rani. Pantangan ini berlaku pada saat pemasangan alat ataupun di saat penangkapan ikan.

Para nelayan juga tak boleh bertelanjang kepala ketika sedang melaut, harus menggunakan songkok atau tutup kepala dari kain. Ini semacam penghargaan kepada Daeng Bau atau Daeng Rani, ikan-ikan itu.

Bagi keluarga yang ditinggal di rumah ketika sedang melaut ada juga hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Misalnya anak-anak atau seisi rumah lainnya tak boleh menangis (Angngaruk) di saat mereka akan berangkat melaut. Ini dianggap tindakan yang menunjukkan kesusahan. Padahal diyakini bahwa sebuah pekerjaan harus dimulai dengan rasa bahagia atau penuh kegembiraan.

Keluarga di rumah juga dilarang tidur telungkup (tinro moppang/mappang). Dimaknai bahwa dengan tidur terbalik bisa berdampak pada hasil tangkapan yang akan terbalik dari harapan mereka mendapatkan ikan yang banyak.

Mengenal Sejarah Galesong

Galesong memiliki arti yang luas bagi entitas suku Makassar. Dalam sejarah diceritakan bagaimana Karaeng Galesong enggan berkompromi dengan Belanda memilih menyingkir ke Jawa, Bersama dengan raja di Jawa melanjutkan perjuangan melawan imperialisme Belanda yang baru saja menganeksasi Kerajaan Gowa.

Galesong yang hidup sepanjang pesisir Takalar adalah komunitas masyarakat pesisir sehingga budayanya pun akan sangat terkait dengan budaya maritim. Jika di masa lalu Galesong merupakan salah satu kerajaan anak dari Kerajaan Gowa, maka kini Galesong secara administrasi berada di wilayah Kabupaten Takalar. Mencakup tiga kecamatan, yaitu Galesong, Galesong Utara dan Galesong Selatan.

Asal nama Galesong sendiri memiliki banyak versi sejarah. Sebuah versi menyatakan bahwa Galesong diambil dari sebuah tempat di Kerajaan Bone, yaitu Galesong dan Bajoe. Nama tersebut konon diperoleh ketika maharaja di pusat pemerintahan di Jamarang (Jarannika) di bawah kekuasaan Kerajaan Gowa.

Diceritakan bahwa ketika berkunjung ke Bone untuk bertamasya, sang raja melihat hamparan tanah yang sangat indah. Tanah di kedua tempat itu diambil masing-masing segenggam dan dimasukkan ke dalam pundi-pundi. Tanah yang diambil kemudian dibawa pulang dan kelak ditemui tempat yang tanahnya menyerupai dengan tanah yang dibawa tadi.

Di situlah kemudian ditempatkan pusat pemerintahan. Setelah kembali ke kampung, raja berkeliling di sekitar daerahnya untuk mencari kemungkinan ada tanah yang mirip dengan tanah yang ia bawa dari Bone tersebut. Tidak terlalu jauh dari daerahnya, raja menemukan tanah tersebut yang kemudian dinamakan Galesong. Pusat pemerintahan pun dipindahkan ke daerah baru ini.

Versi lain menyebutkan bahwa kata Galesong berasal dari kata galiga dan nisongong. Kata galiga mungkin sepadan dengan kata gelegah atau gong besar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pada kata galiga terjadi penghilangan salah satu suku kata, yaitu terakhir ga sehingga menjadi gali.

Adapun kata nisongong (dijunjung) adalah kata turunan yang terbentuk dari prefix ni- dan songong. Prefix ni- bermakna gramatikal sama dengan prefix di- dalam Bahasa Indonesia, sedangkan songong berarti junjung. Pada kata isongong terjadi pula proses penghilangan sebagian elemennya sehingga tersisa song. Jadi kata galesong menurut versi ini terbentuk dari gali (galiga) dan song (nisongong) yang berarti 'gong besar yang dijunjung atau dibawa di atas kepala'.

Selain kedua versi di atas, secara etimologis dapat ditelusuri bahwa kata Galesong ada kemungkinan berasal dari kata gali (kapal perang) dan songsong (berlayar menempuh arus atau berlawan dengan arah arus). Dalam Bahasa Makassar dikenal kata sossong atau labrak. Galiung (kapal) atau galis (perahu perang yang berukuran besar). Dari gabungan kedua kata tersebut lalu terjadi proses penyingkatan sehingga terbentuklah kata galesong.

"Di antara kata yang telah di sebutkan di atas, gabungan kata yang paling memungkinkan sebagai asal kata galesong yaitu galai menjadi gales dan proses penghilangan silabik songsong menjadi song sehingga terbentuklah kata galesong. Tentu saja gabungan kata yang lain tidak tertutup kemungkinan dapat menjadi asal usul kata Galesong," jelas Tadjuddin.

Menurutnya, apabila kata galesong yang berarti 'kapal perang yang mampu melawan arah arus' dikaitkan dengan status Kerajaan Galesong sebagai kerajaan berbasis maritim pada masa Kerajaan Gowa, sangat logis diterima bahwa kata Galesong berasal dari kata galai yang mengalami proses deiftongisasi menjadi gale dan kata songsong yang mengalami proses penyingkatan atau penghilangan suku kata menjadi song.




Baca juga:
Menggambar Hari di Rumah
Oprah Winfrey, Lionel Messi, dan Arti Seorang Pejuang
Buka Rahasia Perawatan Kulit Sehatmu dan Menangkan Hadiahnya!

Cerpen | Lelaki dalam Pergi dan Kembali

$
0
0

Ilustrasi: Pixabay

Aku melihat bocah 8 bulan merayap. Matanya tertuju ke satu titik. Ia berjuang menjangkau angin yang menari di ujung gorden.  

Kedua lengannya serasa tertanam pada lantai ubin dan pantatnya selalu terangkat lebih tinggi. Sedang kedua kaki kecilnya yang baru sempat menendang rahim ibunya telah menyerupai orang dewasa yang terlatih berenang dalam angan-angan. Ia hampir tidak bergerak. 

Kau akan berhenti dan merengek? Memohon pelukan yang mengantarmu ke ujung gorden itu?

Aku bertanya pada hidupku sendiri. Aku mengenang masa-masa yang kini sulit sekali ku ingat.

Bocah 8 bulan itu mencoba ujung jempol kakinya yang sering berlapis kaos kaki sebagai penyangga dan kini ia menungging. Laksana pesawat tempur yang bersiap memuntahkan peluru pada tanah air dimana para penjajah telah merantai masa depannya. Lalu sepasang lengan lemah dipindahkan dengan hati-hati, mungkin sambil mengingatkan usianya, "Kita baru memiliki dua gigi mungil yang sedang belajar mengunyah benda-benda selain puting ibu. Jangan sampai dirampas ubin."

Tubuhnya berpindah pelan. Sebuah titik maju diraihnya. Sebuah keterbatasan sedang dilampauinya. 

Bocah itu sudah menggenggam angin yang terdiam di ujung gorden. Terus berpindah menjangkau ke ujung kaki meja, tempat di mana angin tak bisa melambai-lambai. 

Aku kembali mengenang masa-masa yang kini tambah sulit ku bayangkan. Aku ingin berbicara dengan ayahku. Mataku resah. 

Ihwal yang sulit tadi lantas membuka dirinya agar kumasuki. Bocah itu yang membawaku.

***

Aku kini berjalan pada kota yang semua orang saling mengenal. Kecil dan hangat. Orang-orang berbicara sambil tersenyum. Seorang mama dengan mulut merah pinang menyapaku dengan kecemasan yang menyala, "Adik kecil, mau ke mana?" Mama yang lain berkata ke temannya, "Anak ini mungkin terpisah dari orang tuanya." 

Aku tidak benar-benar terpisah, Mama. 

Jauh di depan sana--jauh menurut hitungan langkahku--ayah berjalan tanpa membalikkan badan. Jelas mengabaikanku. 

"Bapak, aku mau ikut ke pasar."

"Boleh, tapi, tidak ada permintaan. Tidak ada beli mainan."

Percakapan ini terjadi sebelum mama-mama itu mencemaskanku. Aku kira anak-anak harus dibelikan mainan agar memiliki kesempatan untuk pamer kepada teman-temannya. Ini membuat anak-anak gembira. Aku tidak pernah menyadari bahwa TIDAK BELI MAINAN adalah kesepakatan. Kesepakatan sama dengan perjanjian setara yang terlarang dilanggar. 

Ayahku sedang menegakkan itu. Kepada anaknya yang berumur 3 tahun.

Mengapa anak-anak harus patuh pada kesepakatan? Mengapa orang dewasa harus tampil serius di depan anaknya sendiri? Memang tidak semua mereka begitu, tapi maksudku, tidak bisakah kegembiraan bocah dirayakan toh masa seperti ini tidak terjadi sepanjang hidupnya? 

Aku berlari kecil dan berharap melampaui jarak ayah. Peristiwa yang tidak pernah terjadi sampai bocah 8 bulan berjuang menjangkau angin di depan mataku.

Aku menemukan aku terperangkap di satu mata
sedang menatap diri sendiri yang menatap entah apa.
 

Waktu pecah berserak. Tidak bergerak,
aku bertahan dan beranjak: Aku jadi jeda.*)

Bocah 8 bulan telah menciptakan pusaran yang menyedot ingatan dari masa yang tadi sulit ku kenang. Kenangan yang menambatkan dirinya, menolak longsor oleh pasang surut waktu dan peristiwa-peristiwa. Kenangan tentang bagaimana laki-laki menciptakan dirinya sebelum mati. 

Semua lelaki dimulai dari buaian dan keberanian untuk merayap hingga merangkak. Sebelum kelak berlari dan pergi jauh dari rumah. Sepanjang itu, kehidupan dihadirkan dengan kemungkinan-kemungkinan yang harus dipilih. Beberapa lelaki meyakini ini sebagai takdir menjadi pemenang atau pecundang. Beberapa lagi menganggap ini hanyalah pertunjukan komidi putar yang tidak perlu diratapi. 

Seberapa banyak yang menjadikannya sebagai riset panjang bertema diri sendiri?

***

Orang-orang besar telah mewariskan pesan dari tahun-tahun yang suram dan sepi. Dari hidup yang terjungkal berkali-kali sebelum penerimaan yang penuh rasa tahu diri. 

Sehingga, barangkali, hidup hari ini hanya terlihat serupa dapur dengan segala rupa buku resep memasak jenis-jenis makanan yang nikmat namun sederhana. Mungkin juga sebuah perpustakaan dengan berjuta buku yang ingin menjelaskan semua hal atau mengingatkan kemalangan-kemalangan dari masa lalu hingga mengapa seorang lelaki adalah tekad yang liat di depan pasang surut.

Kau tinggal pelajari dan menuliskan sejarahmu sendiri. 

Namun bocah 8 bulan itu, bukan saja hidup yang baru dimulai. Ia seperti kembali dari masa lalu tentang bagaimana sebuah kesepakatan harus ditegakkan di antara sesama lelaki. Di dalamnya, sebuah tekad untuk taat harus diperjuangkan.

Usahanya menyeret pantat mungil yang selalu lebih tinggi dari sepasang lengan yang kepayahan memberiku jeda. Meletakanku dalam persilangan masa lalu dan masa depan yang diam. Seketika juga, peristiwa-peristiwa hanyalah biografi yang tidak pernah bisa selesai ditulis. Sejarah menjadi catatan-catatan kaki yang panjang seperti dalam buku yang kesulitan memisahkan ceritanya sendiri.

Bukan, bocah itu bukan rahasia. Ini hanya tentang bagaimana lelaki menemukan dirinya. Tentang tekad untuk taat pada kesepakatan. Tentang daya tahan yang mengatasi keterbatasan dalam menjangkau angin dalam hening. Sehingga kelak, ketika ia mati, orang-orang mengenangnya secara pantas sebagai lelaki. 

*** 

*). Dikutip dari baris terakhir sajak Octavio Paz yang berjudul Antara Pergi dan Kembali.




Baca juga:
Mengenal 5 Hal Sederhana yang Belum Dipahami Penumpang Sebelum Terbang
Laporkan Berita Penting yang Anda Temukan Lewat Whatsapp Kompasiana!
Penduduk Miskin dan Kontestasi Politik, Hanya Bahan Apologi

Merayakan Hari "Down Syndrome" dengan Riang dan Suka Cita

$
0
0

Para narasumber talkshow dalam acara Hari Down Syndrome Sedunia 2018 di Bentara Budaya, Jakarta (Kompasiana/hay)

i/ 

Akhir pekan yang syahdu. Bentara Budaya Jakarta sedang diselimuti awan mendung. Sesekali rintik hujan turun membasahi apa saja tanpa memilih dan memilah. Orang-orang dan tamu undangan mengantre masuk, mengisi daftar hadir dan berjalan menuju bagian belakang aula gedung Bentara Budaya. Ruangan yang sedikit gelap dan remang, dan dihiasi beberapa hasil karya Anak Down Sybdrome (ADS) menarik perhatian pengunjung. Satu-per-satu mereka abadikan dengan telepon genggam.

Pembawa acara sudah menyebutkan susunan acara. Setelah selesai swafoto berlatar karya ADS, mereka mengisi bangku kosong yang telah disediakan. Tidak butuh waktu lama. Hanya 10 menit, semua bangku terisi. Bahkan masih ada yang berdiri.

Tayangan demi tayangan diputar melalui layar yang ada di sisi kiri panggung. Foto bergerak itu menampilkan kegiatan Potads sejak 2009. Tawa riang tergambar jelas dari tayangan itu. Tanpa terasa, kata Ibu Sri Handayani selaku Ketua Umum Potads, sudah gelaran kesembilan kami merayakan Hari Down Syndrome ini bersama Potads.

"Para penyandang down syndrome (DS) mempunyai hak setara dengan hidup normal, mandiri dan mampu menunjukkan prestasi," lanjutnya.

Untuk itulah Potads hadir mendampingi para orangtua dan anak down syndrome. "Sebab, kreasi yang dibarengi dengan apresiasi akan melahirkan prestasi," tutup Ibu Sri Handayani.

ii/ 

Seiring berjalannya waktu, Potads berkembang dari satu kota ke kota lainnya. Kini sudah ada 9 rumah ceria, termasuk satu di Jakarta, yang melakukan pendampingan.

Pada perayaan Hari Down Syndrome 2018 ini, Potads mengusung tema "Menembus Batas, Aku Ada Aku Bisa". Harapannya tentu untuk lebih menyadarkan masyarakat kalau dunia kerja dan pendidikan mesti saling bersinergi. Tidak perlu berlebihan dalam menyikapi kehadiran ADS di lingkungan.

Hadir pula dalam acara Hari Down Syndrome 2018 Psikolog Dra. Annie Lutfia; Drs. Mustafa Musa, M.Pd; Dian HP; dan Anggie. Keempat pembicara tersebut membagikan pemahaman dan pengalaman bersama ADS. Ada kisah menarik dan banyak yang berkesan. Seperti bagaimana Drs. Mustafa Musa, M.Pd., mendampingi sekaligus melatih ADS untuk mengikuti kejuaraan Olimpiade. Awalnya ia beranggapan, kalau yang dilakukan takut disalahpahami dan dimanfaatkan oleh orang lain. Ia bimbang dan itu menjadi dilematik.

Stephanie Handojo, pembawa obor Olimpiade London 2012. (Kompasiana/hay)

"Tapi untunglah ketika itu kami dari SOINA mencari tahu tentang ADS. Dan terbukti, Stephanie bisa meraih medali emas pertama untuk Indonesia yang justru dari ADS ini pada tahun 1991," kata Drs. Mustafa Musa, M.Pd., ketika menjelaskan.

Namun yang jauh lebih menarik adalah kerika Stephanie diminta membawa obor Olimpiade tahun 2012 di Inggris.

"Untuk latihan membawa obor saja sangat sulit. Dari pagi sampai sore," lanjutnya, begitu setiap harinya sampai ia benar-benar bisa.

Sebelum menutup cerita pengalamannya, Drs. Mustafa Musa, M.Pd., pun ingat satu peristiwa yang tidak akan dilupakan. Jadi, satu waktu ada anak asuhnya di SOINA yang tersesat pulang. ADS tersebut hilang selama 21 hari sampai akhirnya bisa pulang. Yang membuatnya takjub adalah, ketika ia hilang tersebut tidaklah menutup diri.

"Kepada polisi, kepada masyarakat, ia bertanya jalan pulang hingga ia bisa kembali," kenangnya.

ADS memang berbeda dengan anak pada umumnya. Namun, kegigihannya dalam menerima dan belajar, sama seperti anak lainnya. Psikolog Dra. Annie Lutfia menganalogikannya dengan baik: bahwa mereka (ADS, maksudnya) itu seperti telur.

Bayangkanlah telur. Telur memiliki potensi dan kekuatan. Di balik kulit yang keras, terdapat hal di dalam yang bisa dikembangkan. Telur bisa kita jadikan apa saja, bukan?

"Ada 4, paling tidak, potensi yang bisa didekatkan kepada ADS ini," ujar Dra. Annie Lutfia. Di antaranya: musikal, kecenderungan mereka menyukai hal-hal seperti lagu dan/atau memainkan alat musik; Spasial, minat terhadap seni menggambar atau melukis; Kinestik, kesukaannya pada gerak/seni tari; dan yang terakhir, Naturalis, minatnya pada binatang atau alam.

Dari keempat aspek tersebut, banyak di antara ADS yang menekuni bidang musik. Dan, pada kesempatan yang sama Dian HP musisi yang peduli pada pendidikan ADS pun punya pengalaman sendiri dalam menangani dan mendampingi mereka untuk mengasah bakat pada bidang musik. Anak-anak DS ini, kata Dian HP, suka sekali mendengar irama ketukan yang beraturan. Yang menarik adalah melihat respon mereka terhadap irama tersebut.

"Baru kemarin ketika audisi (Hari Down Syndrome 2018) saya bersama anak-anak DS lain tengah berada di belakang panggung. Di depan, ada seorang peserta yang memainkan drum (cover) lagu 'We Will Rock You' dengan suara yang keras," kata Dian HP, seraya menceritakan bagaimana ADS memainkan. Tanpa ia sadari, para peserta lain yang tengah menunggu di belakang panggung menirukan ragam reaksi atas tabuhan drum tersebut.

"Ada yang ikut memeragakan seakan ia sedang main drum, ada yang menirukan seperti vokalis lagu tersebut, dan banyak lagi," lanjutnya. Jadi di belakang panggung pun tidak kalah ramai, lanjutnya.

Dian HP memang sudah lama concern terhadap ADS ini. Awal pertemuannya dengan ADS adalah ketika bertemu dengan temannya, yang kebetulan, memiliki anak dengan down syndrome pada usia 4 bulan.

***

Selain musik, ADS juga diajarkan bagaimana memiliki kreasi pada seni lainnya, yaitu menggambar atau membuat kreasi instalasi. Ada pula Mbak Anggie yang membantu Potads dalam urusan tersebut. Mbak Anggie hanyalah ibu rumah tangga biasa yang, entah kenapa, suka sekali membuat macam-macam craft atau melukis. Ia belajar secara otodidak. Pokoknya tinggal google aja, kata Mbak Anggie. "Atau, lihat pinterest(.com). Banyak sekali contohnya di sana," lanjutnya.

Dan, satu waktu ia diminta --atau ditawari mungkin lebih tepatnya-- untuk membatu ADS ini. Semula ia ragu. Namun secara bersamaan dan tanpa pikir panjang, Mbak Anggie menyanggupinya. Tapi, ada syaratnya: ia ingin kenal dulu dengan para ADS.

Pada pertemuan pertama yang dilakukan Mbak Anggie adalah menemani ADS mewarnai dan menggambar. Sampai pada akhirnya Mbak Anggie merasa nyaman dengan mereka pada pertemuan-pertemuan berikutnya .

Sudah banyak yang dihasilkan, beberapa di antaranya dipamerkan dalam acara Hari Down Syndrome 2018 di Bentara Budaya. Ya. Latar yang dijadikan pengunjung ketika swafoto sebelum acara dimulai adalah hasil dari karya anak-anak down syndrome ini. Mengagumkan.

Para ADS tengah membuat craft dari bahan kertas dan lem. (Kompasiana/hay)

iii/ 

Hari Down Syndrome Sedunia 2018 ini diselenggarakan POTADS yang bekerja sama dengan Kompas Gramedia dan Bentara Budaya Jakarta. Serta didukung oleh beberapa pihak swasta dan pemerintah. 

Down Syndrome merupakan suatu bentuk kelainan kromosom yang berdampak pada keterlambatan pertumbuhan fisik dan mental anak.  Anehnya, sampai sekarang, masih saja ada yang melihat ADS dengan stigma negatif. Seakan tidak ingin memahami tapi terlebih dulu sudah membenci. Bahkan bukan saja orang lain, beberapa juga dilakukan oleh orangtua ADS itu sendiri. Tentu ini menyedihkan.

Dan, barangkali, untuk itulah POTADS hadir. Mereka mendapingi sekaligus mengedukasi orangtua agar supaya tidak patang arah. Hal pertama yang selalu disampaikan POTADS bila bertemu orangtua yang baru memiliki keterunan ADS adalah mengajak orangtua tersebut untuk mengubah mindset terlebih dulu.

Bahwa tidak ada yang salah dengan memiliki keturunan ADS. Ia adalah anugerah. Dan yang lebih penting, tidak perlu merutuki diri sendiri, mencari kesalahan atau dosa apa yang telah diperbuat pada masa lalu. Sungguh, itu tidak mengubah apa-apa. Percaya dan (cukup) yakini: Tuhan hanya menitipkan anak spesial untuk orangtua (yang) spesial.

***

Ada 5 cara dalam menangani ADS. Pertama, tetap beri perhatian dan kasih saya dari orangtua, juga lingkungannya. Tidak perlu dikucilkan. Sebab mereka sama dengan anak lainnya. Kedua, terapi atau stimulasi sejak dini. Seperti yang telah dijelaskan di atas, banyak cara sebagai pendekatan kita, beri anak-anak DS ini kesempatan untuk mengekspresikan diri. Selebihnya, jaga dan awasi.

Ketiga, beri asupan makan dengan gizi seimbang. Keempat, hargai dengan memberi ucapan atau ungkapan jika ADS telah melakukan suatu hal. Kelima, diperlukan pendampingan yang terus menerus untuk penyandang Down Syndromememahami nilai-nilai yang ada di masyarakat. Semoga untuk yang terakhir ini bisa dipilih dan pilah: mana nilai yang baik untuk ADS. Karena, biar bagaimanapun, tidak selamanya nilai yang berlaku di masyarakat pada umumnya selaras dengan kebutuhan penyembuhan ADS.

Rangkaian acara Hari Down Syndrome hari itu (Sabtu, 24/03) ditutup dengan meriah. Anak-anak dengan Down Syndrome senang bertemu dengan teman lainnya di sana. Para orangtua saling berbagi cerita dan pengalaman kepada orangtua lain tentang bagaimana cara mereka merawat anaknya. Tamu-tamu lain ada yang kemudian semakin dekat dan mengenali ADS; mengajaknya berbincang dan bermain bahkan.

Suasana mencair dengan hangat dan akrab. Di luar masih hujan rupanya. Saya berkeliling mengelilingi satu-per-satu karya yang dipamerkan. Memerhatikannya seakan saya adalah seorang kolektor lukisan atau seni rupa. Perhatiannya saya tertuju pada lukisan Yutika Zakiya: laki-laki berkumis tebal dengan tugu monas dan gedung-gedung bertingkat di belakangnya. Entah apa maksud lukisan itu, saya sendiri tidak mengerti. Yang jelas pada keterangan lukisan tersebut Yutika Zakiya berpesan: "tekuni yang kamu suka." (hay)




Baca juga:
[Bolang] Yuk Ikuti Event "Malang Sejuta Kopi"
Mengenal 5 Hal Sederhana yang Belum Dipahami Penumpang Sebelum Terbang
Laporkan Berita Penting yang Anda Temukan Lewat Whatsapp Kompasiana!

Menantikan Juara F1 Seri Australia 2018

$
0
0

Sumber foto : formula1-data.com

Ajang balapan "Jet Darat" paling bergengsi sejagad segera dimulai di Melbourne, Australia. Sebelumnya ajang balapan motor paling heboh sejagad (Moto GP) juga sudah dimulai di sirkuit Losail, Qatar, dengan memunculkan pemenang Andrea The Little Dragon Dovizioso.

Entah mengapa beberapa tahun terakhir ini, balapan F1 seperti kehilangan gregetnya. Perubahan regulasi ditenggarai menjadi penyebab utamanya. Salah satunya adalah suara khas raungan dari mesin jet darat itu sendiri. Dulu mesin mobil F1 bertipe V-12, 12 silinder dengan suara menggelegar yang memekakkan telinga!

Namun kini suara dari mesin V-6, 6 silindertwin turboini lebih akrab ditelinga. Akan tetapi justru hal itulah yang membuat balapan F1 kehilangan pesonanya! Kebanyakan penggemar F1 justru merindukan suara menggelegar yang memekakkan telinga itu... Selain itu dihapuskannya pengisian BBM ditengah balapan turut mengurangi ketegangan dalam menonton balapan.

Sebelum regulasi pemakaian BBM seperti sekarang ini, kita tidak pernah tahu berapa liter BBM yang dibawa oleh seorang pembalap, sehingga kita juga tidak pernah tahu kapan pembalap tersebut akan masuk pit untuk mengisi BBM. Jumlah BBM yang dibawa pembalap ini sangat krusial terutama sejak start hingga pembalap masuk pit untuk pertama kalinya, karena strategi pengisian BBM ini akan menentukan posisi akhir balapan.

Artinya selain gradasi ban, berat BBM yang diusung oleh mobil balap tersebut sangat mempengaruhi performa dan kecepatan dari mobil tersebut. Itulah sebabnya ketika dalam suatu balapan kita melihat seorang pembalap medioker sangat cepat, maka kita akan berkata, "wah pembalap itu memakai ban super soft dan BBM-nya sedikit....

Misalnya saja, seorang pembalap top seperti Lewis Hamilton yang kualifikasi startnya jelek. Pada saat race, maka Hamilton akan memakai ban super soft dan BBM sedikit agar dia bisa melakukan banyak over-take terhadap mobil didepannya. Selain itu dia akan mencoba untuk belakangan masuk pit untuk menghindari crowded pembalap di lintasan pit yang masuk/keluar secara bersamaan.

Sebaliknya pembalap medioker yang mendapat start lumayan, akan memakai ban medium/hard dengan BBM yang lebih banyak. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah masuk pit (diusahakan hanya sekali saja) sehingga menghemat waktu. Semboyannya adalah, "alon-alon asal kelakon."

Jalannya racememang tidak bisa diduga. Terkadang banyak pembalap top yang out of the race, mungkin saja karena crash atau persoalan mesin. Kalau sudah begini namanya adalah durian runtuh. Pembalap medioker tadi kemudian akan masuk pit untuk mengganti ban soft, lalu beradu cepat dengan pembalap lain untuk mendapatkan posisi yang lebih bagus....

***

Pembalap Tim Mercedes, Lewis Hamilton akan memulai start terdepan pada balapan seri pembuka F1 2018 yang dilangsungkan di sirkuit Albert Park, Melbourne Australia pada Minggu 25/3/2018 ini. Pembalap berjuluk The Boss itu akan ditempel ketat oleh duo pembalap Tim Scuderia Ferrari, Kimi Raikkonen dan Sebastian Vettel.

Pada urutan keempat dan kelima ada duo pembalap Tim Red Bull Racing, Max "bonek" Verstappen dan pembalap pujaan tuan rumah Daniel Ricciardo. Diurutan enam dan tujuh dihuni oleh duo Haas F1 Team, Kevin Magnussen dan Romain Grosjean. Selanjutnya duo Renault Sport Formula One, Nico Hulkenberg dan Carlos Sainz Jr berada diurutan delapan dan sembilan. Hasail kualifikasi Q3 GP F1 Australia 2018 ditutup oleh rekan setim The Boss ,Valtteri Bottas pada urutan sepuluh.

Lalu bagaimana dengan jalannya balapan nanti?

Dalam situasi normal, hasil balapan nanti tidak akan begitu jauh berbeda dengan hasil kualifikasi kemarin. Mobil Mercedes yang dikemudikan Hamilton dan Bottas itu memang setingkat diatas pesaingnya. Itulah sebabnya tahun ini diramalkan akan ada persaingan sengit diantara sesama pembalap Mercedes, persis seperti persaingan diantara Hamilton dengan Rosberg pada masa lalu.

Juara empat kali F1, Sebastian Vettel tentu tidak akan tinggal diam. Tahun lalu persaingannya dengan Hamilton berjalan sengit sampai akhir musim. Pada balapan GP F1 Australia 2017 tahun lalu Vettel yang start dari posisi dua berhasil menjadi juara dengan mengalahkan Hamilton yang start dari posisi pertama.

Vettel berhasil menjadi juara berkat strategi hanya masuk pit sekali! Hal itu juga terbantu dengan kesialan Hamilton di pit-lane. Hamilton masuk pit paling awal, namun terhalang pembalap lain saat kembali ke arena sehingga kehilangan banyak waktu. Itulah kemenangan pertama Vettel sejak GP Singapura 2015. Kemenangan yang sensasional ketika itu memotivasi Vettel untuk terus bersaing dengan Hamilton sepanjang musim...

Persaingan seru juga akan terjadi pada sesama pembalap Red Bull "minuman berenerji" Racing. Max yang selama ini menjadi pembalap kedua tentu saja ingin naik kelas. Sementara itu Ricciardo sedang ragu apakah akan meneruskan kontraknya bersama Red Bull, atau menerima pinangan dari tim lain. Sebagai pembalap tuan rumah Ricciardo dipastikan akan bermain ngotot, apalagi tahun lalu dia retired ditengah perlombaan karena kerusakan mesin.

Tahun ini Red Bull akan memakai mesin Aston Martin setelah sebelumnya mereka berkolaborasi dengan mesin Renault. Sebelumnya juga McLaren F1 Team sudah menjalin kerjasama dengan Renault untuk menggantikan mesin Honda yang mereka pakai sebelumnya. Seluruh penggemar F1 tentu saja antusias untuk menonton performa kedua tim dengan mesin barunya itu.

Mantan juara dunia F1 dua kali, Fernando Alonso menatap musim ini dengan ceria. Bersama juniornya, Stoffel Vandoorne mereka berada di posisi 11 dan 12. Suatu peningkatan yang signifikan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, ketika McLaren masih memakai mesin Honda. Pada saat ini Alonso masih dianggap sebagai pembalap terbaik F1.

Sebelumnya bersama mantan juara dunia F1 lainnya, Jenson Button, Alonso membalap dengan "terseok-seok" bersama McLaren-Honda! Bahkan Hamilton sendiri sampai terharu ketika melihat dua mantan juara dunia yang dianggap juga sebagai pembalap terbaik itu harus finish diurutan 17 atau 18. Mereka bahkan sering tidak bisa finish karena "kompornya meledug!"

***

Kalau semuanya bersifat teknis dan bisa diprediksi, lantas apa enaknya menonton F1? Eits, tunggu dulu. Orang menonton F1 bukan karena faktor teknis semata, tetapi masih ada satu faktor penting lagi, yang bisa merubah hasil akhir. Faktor tersebut bernama, "Drama!"

Tiba-tiba saja ada pembalap crash, melintir, atau menabrak pembalap lain. Akibatnya safety car akan keluar. Ketika safety car berada di lintasan, bisa saja beberapa pembalap masuk pit untuk memperbaiki mobil atau mengganti ban. Akhirnya susunan pembalap di lintasan juga berubah. Biasanya pembalap yang crash juga akan out dari balapan...

Atau tiba-tiba saja hujan turun dengan deras. Lalu kemudian pembalap beramai-ramai masuk pit untuk mengganti ban jenis wet. Akan tetapi tak lama kemudian, hujan reda. Lalu pembalap masuk pit lagi untuk mengganti ban jenis dry/intermediate. Hal-hal begini ini sering membuat pembalap yang tadinya berada di depan menjadi di belakang dan sebaliknya...

Lantas, siapakah juara GP F1 Australia 2018?

Secara teknis Hamilton dan Vettel paling berpeluang menjadi juara. Disusul trio Raikkonen, Verstappen dan Ricciardo. Akan tetapi kita tetap menantikan sebuah drama, yang bisa membuat hasil pertandingan menjadi liar tanpa bisa diprediksi lagi...

Selamat menikmati GP F1 Australia 2018...




Baca juga:
Mengulik Sekilas Isi Cerita Novel "Ghost Fleet" yang Menghebohkan
[Bolang] Yuk Ikuti Event "Malang Sejuta Kopi"
Mengenal 5 Hal Sederhana yang Belum Dipahami Penumpang Sebelum Terbang

Menjala Ikan di Usia Senja

$
0
0

Gusti Pencar memperagakan bagaimana cara memasang jala dengan baik sehingga saat dilempar jalanya mengembang dengan sempurna.(Dokumen Pribadi)

Sampai menjelang usianya 75 tahun Gusti Pencar hampir separo usianya dimanfaatkan untuk jelajah sungai. Maklum sejak 40 tahun lampau Gusti Pencar yang nama aslinya Gusti Ngurah ini sudah berkelana hampir di seluruh sungai di Tabanan.

Julukan Gusti Pencar didapat karena kesenangannya menjala atau memencar dalam bahasa Bali. Pria kelahiran desa Penarukan Kerambitan Tabanan ini sejak remaja memang doyan merambah sungai. Dari kampungnya yang berada di tepian sungai Yeho dia biasa menjala sampai sejauh 25 km arah pantai Kelating, atau ke hulu sampai ke danau Beratan.

"Menjala beda dengan memancing, perlu ketenangan dan ketrampilan yang mumpuni, antara kelebatan ikan arah aliran sungai dan arah angin menentukan hasil," tutur ayah 5 putra ini.

Gusti biasanya memilih sungai yang alirannya tidak begitu deras. Jaraknya bisa 10 km dari kampungnya. Dia berjalan kaki semenjak matahari baru terbit dan baru tiba di tempat menjala ikan tengah hari. Pertama yang ditelisiknya adalah, aliran yang tenang, kemudian tidak ada bambu, karang dan bangkai binatang disekitarnya.

"Bila ada bambu dan karang akan merusak jala, bila ada bangkai yang ada hanya kepiting liar ikan pasti menjauh," tuturnya berkelakar. Setelah sungai dengan prasyarat seperti itu ditemukan barulah dia mencoba dengan melempar jala di tepian terlebih dahulu. Jala disangkutkan di siku tangan kiri, kemudian tangan kanan memegang pemberat yang ada di ujung jala. Pandangannya fokus ke arah jala akan ditebar, dalam hitungan detik sambil menghela nafas dan mengerahkan seluruh tenaga jala dilempar sejauh mungkin.

"Makanya ujung jala diberi tali agar jala tak tenggelam ikut arus," tuturnya. Kemudian dengan telaten dia menarik jala yang baru ditebarnya. Lemparan pertama menentukan apakah dia akan melanjutkan perburuandi tempat itu. Bila yang terkena hanya udang dan kecebong dia akan naik kepermukaan, batal menjala. Bila yang terkena jrejet, ungang, betok maka dia akan turun ke sungai, karena arah ke hilir ikan lebih banyak dan lebih besar menanti.

"Ini saya dapat dari pengalaman, tebaran pertama menentukan akhir perjalanan saya sampai ke ujung sungai yang biasanya bermuara di pantai," tambahnya. Ikan yang terjaring akan dilepaskan dari belitan mata jala, kemudian tangannya cekatan memasukkan ke dungki, tempat ikan terbuat dari anyaman bambu.

Bila nasib mujur tiap 5 tebaran jala, pasti ada ikan yang tersangkut, mulai dari ungang sampai jangki atau karper dan mujair.

"Bila hari sedang berpihak pada saya tak sampai sore dungki sudah penuh," tutur kakek 8 cucu ini. Menjala bagi Gusti Pencar merupakan mata pencaharian tidak tetap. Dia melakukannya bila pekerjaan sebagai petani sudah agak sepi, misalnya ketika tanaman sudah mencapai usia 45 hari.

"Menjala hasilnya juga lumayan sambil menanti panen tiba," tambahnya. Sedungki penuh aneka macam ikan sungai yang berhasil didapat bisa laku sampai Rp 25.000 sekilonya. Dungkinya kadang sarat dengan 10 kg ikan.

"Lumayan untuk membeli pupuk atau obat semprot anti hama," ujar Gusti. Bila petani lain menanti masa panen dengan leha leha di kediamannya. Gusti Pencar mengisinya dengan menjala. Dan itu memberi penghasilan yang lumayan.

"Sebenarnya menjala juga ada kendalanya, yakni dimusuhi pemancing," tambahnya. Ini karena sungai yang diobok obok dengan jala biasanya membuat ikan ketakutan. Pemancing biasanya mengusir secara halus dengan melempar bongkahan lumpur ketempat dia menebar jala.

"Saya tak mau bertengkar, bila ada pemancing saya mengalah, karena pemancing biasanya membutuhkan ikan yang lapar agar umpannya termakan, sedangkan saya membutuhkan ikan yang hendak pulang ke sarangnya," ujar Gusti lagi. Dalam seminggu saat jeda urusan sawah dia setidaknya 3 kali menjala di sungai sekitar kampungya. Saat lain dia manfaatkan untuk memperbaiki jala yang rusak.

"Tak jarang ada bagian yang robek jadi harus di tambal atau di ayum," Gusti Pencar menjelaskan.

Caranya adalah menganyam ulang sobekan yang disebabkan oleh ranting yang ada di dasar sungai. Benang yang digunakan harus sama warna dan ukurannya. Menganyam jala termasuk pekerjaan yang rumit, karena harus merapikan sobekan yang terdiri dari mata jala yang saling mengait. Bila kurang telaten bentuk jala akan menor atau mencong.

"Jala yang salah ayumannya akan susah untuk ditebar karena menghambat laju saat ditebar," tambahnya. Maka selain piawai menebar jala Gusti Pencar juga termasuk yang dituakan dalam urusan menganyam jala. Penjala sekitar Tabanan menjadikannya sebagai panutan. Mereka datang untuk memperbaiki jala yang rusak atau memberi timah di ujung jala sebagai pemberat.

"Saya tak memungut ongkos, yang penting anyaman jala saya bisa membuat penjala lain bisa leluasa melakukan pekerjaannya saya sudah senang," pungkasnya.




Baca juga:
Yuk, Bagikan Opinimu Terkait Bagaimana Menjaga Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok!
Mengulik Sekilas Isi Cerita Novel "Ghost Fleet" yang Menghebohkan
[Bolang] Yuk Ikuti Event "Malang Sejuta Kopi"

Mengemis Bukan Solusi Mengais Rejeki

$
0
0

Pak Lamidi seorang pedangan asongan | dokumen pribadi

Jika saja ada pertanyaan, kenapa harus berkerja? Yang pasti untuk mencari uang, demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Apalagi jika dalam posisi sebagai kepala keluarga yang harus bertanggung jawab untuk mencukupi semua kebutuhan keluarganya.

Tuhan maha adil, rejeki setiap hamba-hambanya sudah di atur sebaik mungkin. Namun walaupun begitu, rejeki tidak bisa datang begitu saja, semua harus ada usahanya untuk mendapatkannya dan usaha untuk mengais rejeki itu adalah dengan cara bekerja.

Begitu juga dengan pak Lamidi, lelaki berusia 50 tahun yang kemarin tak sengaja bertemu di SPBU wilangan Nganjuk. Pak Lamidi adalah seorang pedagang asongan, ia menjual tahu goreng dan kacang rebus yang sudah dikemas didalam plastik dan dijual dengan harga 2 ribu rupiah perbijinya.

Dagangan pak lamidi | dokumen pribadi

Sabtu sore kemarin bus rombongan teman-teman kantor sehabis menghadiri undangan pernikahan dari Surabaya berhenti untuk mengisi bahan bakar di SPBU wilangan, saya sempat turun untuk membeli makanan ringan untuk sekedar mengganjal perut, karena toh sebentar lagi juga sudah hampir sampai di ponorogo jadi tidak perlu membeli makanan yang berat.

Di situlah awal pertemuan saya dengan pak Lamidi. Hati rasanya tak tega, melihat seorang pedagang asongan dengan kondisi fisik yang maaf agak sedikit bedha dengan orang pada umumnya, tinggi tubuh pak Lamidi hanya sekitar setinggi dada orang dewasa.

Kondisi fisik Pak Lamidi | dokumen pribadi

Pak Limidi setiap harinya memang menjadikan SPBU wilangan tempat untuk mengais rejeki. mengingat kondisi fisiknya yang seperti itu, ia tak berani jika harus turun ke Jalan, ia hanya menawarkan bagi para penumpang kendaraan yang mampir untuk istirahat di SPBU wilangan.

Rest area SPBU wilangan tempat pak lamidi mengais rejeki | dokumen pribadi

Setiap harinya Pak Lamidi memulai berjualan pukul 11:00 sampai dengan waktu yang tidak ditentukan hingga semua dagangannya habis terjual. Bahkan ia juga sempat bercerita, pernah sekali waktu dagangannya belum habis, padahal waktu sudah menunjukan pukul 21:00 , akhirnya ia pun harus pulang dengan membawa dagangannya yang masih tersisa banyak.

Saya senang sekali, tahu goreng dagangan Pak Lamidi hari ini terlihat laris manis terjual, terlihat juga beberapa pengemudi kendaraan yang turun untuk membeli dagangannya, untuk dimakan ditempat maupun untuk dimakan di dalam kendaraan selama perjalanan.

Seorang pembeli untuk dimakan ditempat | dokumen pribadi

Seorang pembeli untuk dimakan di dalam kendaraan | dokumen pribadi


Saat ingin mencoba berkenalan dengan Pak Lamidi, saya merasakan hal yang sedikit aneh, raut mukanya seperti ada ketakutan dan kekawatiran, terlebih saat ia tahu kamera handphone saya mulai menjepret ke arahnya. Saya benar-benar tidak tahu dengan apa yang di pikirkan oleh Pak Lamidi.

Namun emosi saya seketika memuncak saat Pak Lamidi bercerita, pernah ada seseroang yang saya sendiri tidak tahu hatinya terbuat dari apa, ingin memanfaatkan kondisi fisik Pak Lamidi untuk mengharap belas kasihan  orang lain dengan cara mengajak untuk mengemis atau meminta minta, di tempat yang tidak mau disebutkan dimana tempatnya. Mungkin hal ini yang membuat Pak Lamidi seperti ketakutan dengan kedatangan saya.

"Riyen niku nate mas, enten tiyang mandap saking mobil etok-etok tumbas dagangan kulo nanging akhir-akhire malah kulo badhe di jak ngemis duko teng pundi, nggih langsung kulo tolak mawon" cerita Pak Lamidi kepada saya dengan menggunakan Bahasa Jawa.

Pak Lamidi menceritakan, pernah ada seseorang yang turun dari mobil, kemudian pura-pura membeli dagangannya, namun pada akhirnya membujuknya agar mau diajak menjadi pengemis, beruntung Pak Lamidi langsung menolaknya begitu saja.

Sayangnya tidak banyak waktu bagi saya untuk mengobrol dengan Pak Lamidi, karena saya juga harus harus mengajar waktu, bus yang saya niaki juga sudah selesei mengisi bahan bakar dan sudah bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan.

Bicara perihal mengemis, bukankah mengemis itu adalah hal yang sangat bagus,  namun bagus bagi orang yang tak tau hatinya diletakkan di mana. Terlebih jika memanfaatkan kondisi atau kekurangan seseorang untuk mengharap belas kasihan orang lain.

Saya yakin seyakin yakinnya jika tidak semua orang berpandangan seperti itu. Seperti contohnya adalah Pak Lamidi, belum tentu semua orang yang membeli dagangannya dilandasi atas dasar kasihan kepada Pak Lamidi.

Saya juga sangat yakin, jika Pak Lamidi benar-benar berniat mencari rejeki secara halal dengan cara menjual dagangannya,  bukan dengan cara memanfaatkan kondisi fisiknya agar dikasihani kemudian banyak yang membeli. Bukan.. saya sangat yakin bukan dengan cara itu.

Apa lagi jika hal itu dimanfaatkan untuk mengemis bukannya mendapatkan keuntungan tapi justru membuat seseorang itu menjadi sangat hina. Belum lagi jika harus diamankan oleh petugas karena mengotori keindahan dan citra pada sebuah  kota, justru akan menambah masalah dalam hidup ini.

Mengemis sama halnya dangan menjual harga diri. Mengemis bukanlah solusi, untuk mencari rejeki, apalagi jika hasilnya untuk kebutuhan anak istri, mengemis adalah pekerjaan yang jauh lebih kotor daripada polusi.




Baca juga:
"Anarchist from Colony", Cerita tentang "Rebel Boy" Korea yang Lebih Keren dari Dilan
Yuk, Bagikan Opinimu Terkait Bagaimana Menjaga Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok!
Mengulik Sekilas Isi Cerita Novel "Ghost Fleet" yang Menghebohkan

Ketika Permainan Timnas U-19 Berada dalam Liminalitas Indra Syafri-Bima Sakti

$
0
0

sumber gambar ; www.bolasport.com

Laga persahabatan antara Timnas U-19 Indonesia vs Jepang yang berlangsung Minggu 25/03/2019, akhirnya dimenangkan Jepang dengan skor  4 : 1.  Kekalahan Timnas U-19 kita kali ini mungkin sudah diprediksi banyak penggemar sepak bola. Secara psikologis, Jepang levelnya dianggap berada di atas Indonesia.  

Kekalahan dalam pertandingan bukan semata dilihat dari selisih gol yang terjadi, namun juga pada permainan keseluruhan dan proses gol-gol itu tercipta. Disinilah persoalan Timnas U-19 kita yang saat ini dibawah asuhan Bima Sakti.

Saat masih ditangani coach Indra Syafri, karakter permainan Timnas U-19 kita sangat kuat. Kolektivitas tim terlihat mengalir dalam diri setiap pemain. Umpan-umpan pendek dari satu pemain ke pemain lainnya yang terus bergerak serta gaya tiki-taka dari dalam satu zona menuju ke zona lain sebagai penanda gelombang serangan dan pertahanan diri yang masif menjadikan kekompakan permainan enak dilihat dan bikin sulit lawan. 

Ketika ditangani Bima Sakti, dalam laga melawan Jepang, karakterisik Timnas U-19 kita tidak terlihat jelas. Permainan tim tidak kompak. Tak tampak gaya tiki-taka ala Indra Syafri  yang selama ini mereka gunakan, sementara karakter baru yang dibawakan Bima Sakti juga tak terlihat dalam tim. 

sumber gambar ; https://cdn2.tstatic.net

Pada laga melawan Jepang kemarin, para punggawa Indonesia seperti berada di antara dua pelatih. Mereka sudah meninggalkan gaya pelatih lama mereka yakni Indra Syafri, sementara disaat yang sama ajaran Bima Sakti selaku pelatih  baru belum terlihat. Kondisi tersebut menempatkan permainan Timnas U-19 kita dalam liminalitas Indra Syafri--Bima Sakti.

Ada suasana baru permainan, tapi celakanya suasana baru itu tanpa konsep yang jelas sehingga lebih mengarah pada kebingungan pemain. 

Pada laga persahabatan tersebut, permainan Egy Maulana Vikri dkk dominan dengan umpan bola-bola panjang, jarak target umpan relatif jauh, sementara pemain yang dituju dalam posisi berlari ke ruang kosong sebagai terobosan, baik itu di zona sendiri maupun lawan. Mereka melakukannya secara canggung dan serba tanggung. Sementara di sisi lain, pemain Timnas U-19 kita kalah dalam hal kecepatan dan postur tubuh  dibandingkan para pemain Jepang. Hal tersebut menyebabkan permainan timnas kita mudah dipatahkan dan sangat mudah terbaca lawan.

Hal yang paling menggenaskan, situasi permainan Indonesia banyak meninggalkan celah-celah ruang kosong yang berpotensi memenangkan lawan. Inilah yang terjadi di lapangan, beberapa gol yang dicetak para pemain Jepang berangkat dari situasi liminalitas tersebut. 

Masih "beruntung" jumlah gol "hanya" empat, karena pemain timnas kita walau dalam kebingungan masih punya semangat bermain yang tinggi dan nyali untuk body contact dengan para pemain Jepang, bahkan kalau perlu, mereka  melakukan pelanggaran. Sejatinya bukan itu yang diharapkan.

Pertandingan melawan Timnas U-19 Jepang  jadi pekerjaan rumah yang besar bagi Bima Sakti, bukan lagi pada skill pemain kita melainkan penerapan konsep bermain yang jelas, konsep yang benar-benar baru atau tetap dengan konsep lama  semasa diasuh Indra Syafri?  

Hal yang harus dideteksi atau diidentifikasi coach Bima Sakti saat ini melihat kemungkinan  permainan para penggawa Timnas U-19 belum "move on" dari style Indra Syafri. Kalau Bima Sakti punya konsep dan gaya sendiri harus segera diturunkan secara jelas, agar para pemain bisa move on dan mampu menjalankan konsep baru Bima Sakti.

Jangan biarkan para pemain Timnas U-19 Indonesia terlalu lama dalam liminalitas-nya karena berbahaya bagi keberlangsungan permainan, bisa-bisa timnas jadi lumbung gol para lawan. Bekal semangat muda saja tidak cukup untuk memenangkan laga. Kita butuh karakter dan konsep bermain yang jelas dan masif. Masih ada cukup waktu untuk berbenah, menemukan karakter kuat timnas untuk perhelatan Piala Asia 2018 nanti. 

Salam sepak bola! 




Baca juga:
Buka Rahasia Perawatan Kulit Sehatmu dan Menangkan Hadiahnya!
Memangnya Salah, Jika Saya Menulis Bukan Karena Uang?
Pentingnya Menjaga Mutu Bangunan Gedung di DKI Jakarta

Cerpen | Lukisan Lelaki yang Mempersembahkan Domba

$
0
0

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Kuytenbrouwer_Schafherde.jpg

LELAKI paruh baya berpakaian lusuh menenteng lukisan terbungkus koran dan menggendong tas parasut di punggungnya. Dialah, Hardi yang berjalan di trotoar di antara jubelan orang-orang akan berbelanja di mal atau supermarket. Menuju Stasiun Tugu yang telah dipadati calon penumpang kereta. Sesudah membeli tiket di loket, Hardi duduk di kursi ruang tunggu di samping perempuan muda.

Sambil mengisap sigaret, Hardi mencuri-curi pandang pada wajah perempuan muda yang mengingatkan wajah Miranda. Sephianya sewaktu Hardi menjalani hidup di Jakarta sebagai pelukis pada lima belas tahun silam. Janda beranak semata wayang yang telah banyak berjasa demi impiannya sebagai pelukis kaya dan tersohor.

Baru setengah batang segaret terbakar, Hardi beranjak dari ruang tunggu itu. Menginjak siusa sigaret dengan sepatu bututnya, sebelum Hardi memasuki gerbong ke tiga. Seusai meletakkan lukisan dan tas parasutnya di lantai kereta, Hardi duduk di kursi 3 A. Di samping perempuan muda itu.

Selepas senja, kereta meninggalkan Stasiun Tugu. Dari balik jendela kereta, pandangan Hardi diarahkan ke luar. Tampaklah lampu-lampu berkejaran seperti waktu yang terus menggerus usianya. Merampok miliknya yang berharga dalam hidupnya. Istri dan ketiga anaknya yang tewas terbakar bersama rumahnya.

Dalam diam, Hardi mengutuk dirinya sendiri. Hidup sebagai suami jahat yang telah mengkhianati cinta istrinya, berselingkuh dengan Miranda. Hidup sebagai lelaki brengsek yang telah meninggalkan Miranda sesudah perempuan itu berjasa besar demi uang dan nama harum yang didambakan Hardi sejak berhelat dengan kuas, kanvas, dan cat.

"Apa yang tengah Bapak pikirkan?" tanya perempuan muda sambil menguaskan ujung lipstik pada setangkup bibirnya. "Tampaknya Bapak tengah menanggung beban hidup yang sangat berat?"

"Benar, Nak." Wajah Hardi serupa langit malam tak berbintang. "Sebulan silam, aku mendapatkan cobaan dari Tuhan. Isteri dan ketiga anakku tewas terbakar bersama rumah dan sebagian besar isi di dalamnya."

"Bersabarlah, Pak!" Perempuan muda mengalihkan pembicaraan. "Maaf, Pak! Sesungguhnya Bapak ini mau pergi kemana?"

"Jakarta."

"Ke tempat saudara?"

"Bukan!" Hardi tak menjawab dengan jujur. "Aku hanya ingin jalan-jalan di Jakarta sembari berusaha meringankan beban di benak kepala."

"Oh.... Begitu ya?" Perempuan muda meraih kotak kartu nama dari dalam dompet kulitnya. Mengambil selembar kartu nama dari kotak itu. "Kalau berkenan, mampirlah ke rumah, Pak! Ini kartu namaku."

Tanpa membacanya, Hardi memasukkan kartu nama itu ke dalam saku bajunya yang kumal. Sebelum Hardi mengucapkan kata terima kasih dari mulutnya yang bau tembakau, perempuan muda telah beranjak dari kursinya. Pergi ke toilet untuk buang hajat kecil.

***

Bagai naga raksasa, kereta menyelasak di rimba dengan moncong bercahaya. Menembus desa demi desa yang pulas tertidur dalam kelam. Melintasi kota demi kota yang berjaga sembari memamerkan lampu warna-warni. Menuju Stasiun Senin yang masih jauh dari pandangan mata.

Sebelum lampu di dalam gerbong kereta padam, Hardi yang mulai bosan dengan perjalanan jauh itu telah mendengkur seperti babi. Tak lagi memperhatikan tas parasut dan lukisannya.Tak lagi merasakan kehangatan tubuh perempuan muda yang pulas tertidur dengan menyandarkan kepala di pundaknya.

Di Stasiun Senin, kereta berhenti. Sebagaimana penumpang lain, Hardi yang telah terbangun itu turun dari kereta dengan lukisan dan tas parasutnya. Namun saat sejenak duduk di kursi ruang tunggu, Hardi heran. "Kemana perginya perempuan muda itu? Ah.... Masa bodoh!"

Matahari setinggi tombak. Hardi keluar dari Stasiun Senin. Dengan Kopaja, Hardi pergi menuju Kampung Rambutan. Tak ada tempat yang bakal dituju, selain rumah Miranda. Sephianya yang pernah berjasa besar demi impian Hardi sebagai pelukis kaya dan tersohor.

Di halaman rumah yang suasananya sudah banyak berubah, Hardi melangkah ke pintu coklat tua. Memencet tombol bel di samping kanan pintu yang kemudian terbuka dari dalam. Bersama munculnya seorang perempuan tambun dan bawel. "Rumah ini tak menerima pencari sumbangan! Sebaiknya Bapak mencari sumbangan ke lain rumah."

"Aku tak sedang mencari sumbangan," jawab Hardi dengan nada santun. "Aku ingin bertemu dengan tuan di rumah ini. Miranda."

"Lancang benar kamu, Pak!" Perempuan tambun yang bekerja sebagai babu di rumah itu berlagak sok. "Sudah empat belas tahun, rumah ini menjadi milik sah Tuan Hendra. Sesudah beliau membeli dari Miranda yang terlilit banyak hutang itu."

Sebelum Hardi menanyakan keberadaan Miranda, babu itu menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Tanpa dendam di hatinya, Hardi meninggalkan rumah itu. Menyusuri tepian jalan beraspal yang padat dengan mobil-mobil mewah. Di samping ujung kaki jembatan penyeberangan, Hardi menghentikan langkah. Duduk di bawah akasia yang sedikit meredam terik matahari. Sambil mengisap sigaret terakhir, Hardi membaca kartu nama dari perempuan muda yang pernah ditemuinya di kereta itu. Tak tahu apa alasannya, Hardi ingin datang ke alamat yang tertulis di kartu nama itu.

***

Di halaman rumah perempuan muda, Hardi terperangah. Berdiri sebagaimana patung batu setinggi tiga meter di halaman rumah bertembok marmer. Dalam hati, Hardi berhasrat mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu berukir gaya Jepara itu. Namun sebelum melangkah pergi, telinganya menangkap suara. "Akhirnya Bapak sudi mampir di rumahku. Mari masuk!"

"Terima kasih, Nak." Dengan tas parasut dan lukisannya, Hardi memasuki ruang tamu rumah itu. Duduk di kursi kayu jati berukir yang berseberangan meja dengan kursi perempuan muda itu. Meletakkan lukisan dan tas parasutnya di lantai marmer warna jamrud. "Tak aku sangka. Bila Jakarta masih seperti dulu. Masih ada orang baik seperti anak ini."

"Jangan memujiku, Pak! Nanti kepalaku jadi besar." Perempuan muda tertawa renyah. "Oh ya, Pak. Apakah Bapak sudah puas jalan-jalan di Jakarta?"

"Sesungguhnya kedatanganku di Jakarta bukan sekadar ingin jalan-jalan. Tapi, ada tujuan utamanya. Selain ingin bertemu dengan seseorang, aku ingin menjual lukisanku. Satu-satunya barang yang masih aku miliki ini."

"Boleh aku melihat lukisan itu?"

"Silakan!" Hardi memberikan lukisan yang masih terbungkus kertas koran itu pada perempuan muda. "Silakan dilihat, Nak!"

"Ya, Pak." Perempuan muda membuka kertas koran yang melindungi lukisan itu. Manakala menyaksikan lukisan tentang lelaki yang mempersembahkan domba di bawah lingkaran cahaya berkilauan, ia sontak teringat kisah dari ibunya. "Lukisan yang menakjubkan! Lukisan yang mengingatkanku tentang kisah cinta Ibrahim pada Tuhan. Kisah yang selalu diceritakan mendiang Mama Miranda saat aku masih tinggal di Kampung Rambutan. Lukisan ini mengingatkanku pada Mama yang telah meninggal setahun silam karena kanker di rahimnya."

"Jadi...." Lidah Hardi sejenak tercekat. "Anak adalah Santhi?

"Benar, Pak." Santhi sekilas menatap tai lalat Hardi yang melekat di atas bibirnya. "Ehm.... Bukankah Bapak adalah Om Hardi? Kawan Mama yang sering mengantarkan dan menjemputku dari sekolah pada lima belas tahun silam?"

"Tak salah, Nak." Hardi melelehkan air mata di wajahnya yang mulai berkeriput. "Tak aku sangka, bila Tuhan kembali mempertemukanku dengan Nak Santhi. Aku pun tak menyangka, bila kehidupan Nak Santhi akan sebaik ini."

"Aku dapat hidup seperti ini, karena suamiku. Putra dari kolektor Hong Jian yang pernah membeli lukisan Om Hardi itu."

"Syukurlah! Aku turut bahagia."

"Terima kasih." Santhi mengalihkan pandangannya pada lukisan lelaki yang mempersembahkan domba. "Berapa harga lukisan ini, Om? Aku ingin membelinya."

"Buat Nak Santhi, lukisan itu tak aku jual. Ambil saja!"

"Tidak, Om! Aku harus membelinya. Paling tidak sekadar ongkos ganti uang cat, kanvas, dan bingkai. Sebentar, Om!" Santhi beranjak dari kursi. Selang beberapa saat, Santhi kembali ke ruang tamu dengan membawa amplop besar berisi seratus lembar uang ratusan ribu. "Terimalah uang yang tak seberapa ini, Om!"

"Terima kasih." Dengan tangan gemetar, Hardi menerima amplop besar berisi uang sepuluh juta dari Santhi. Memasukkannya amplop itu ke dalam tas parasut yang berisi pakaian-pakaian kumal. "Karena tujuanku untuk menjual lukisan itu telah terpenuhi, aku mohon pamit, Nak."

"Tinggallah barang sehari atau dua hari di sini, Om!"

"Tidak, Nak. Karena ada satu panggilan hidup yang belum aku penuhi."

"Baiklah, Om! Selamat jalan!"

Seusai saling berjabatan tangan, Hardi beranjak dari kursi. Meninggalkan Santhi yang telah mengantarkannya sampai halaman rumah itu. Dengan Kopaja, Hardi menuju Stasiun Senin. Dengan kereta senja, Hardi pulang ke Jogja. Setiba di Stasiun Tugu pagi itu, Hardi bergetgas pulang ke kampungnya dengan taksi.

Dari taksi yang berhenti di pertigaan jalan, Hardi melangkahkan kaki ke satu-satunya masjid di kampungnya. Kepada Mat Toyib si ketua panitia korban, Hardi menyerahkan seluruh uang hasil penjualan lukisannya. "Harap saudara Toyib bersedia menerima sumbangan korbanku yang tak seberapa ini!"

"Maaf, Pak Hardi! Bukankah Bapak sedang kesusahan sesudah rumah Bapak terbakar bersama istri dan anak-anak? Sebaiknya uang sepuluh juta ini untuk membuat rumah sederhana sebagai tempat tinggal Bapak."

"Tidak, Saudara Toyib. Karena penyebab petaka yang telah menimpa diriku, lantaran aku tak pernah berkorban selama mendapatkan rizeki berlimpah dari Tuhan. Semoga dengan korbanku ini, aku mendaptkan ampunan-Nya."

Sebelum Mat Toyib melontarkan sepatah kata, Hardi keburu keluar dari masjid. Meninggalkan kampungnya dengan tas parasut di punggungnya.

Sepeninggal Hardi, Mat Toyib dan orang-orang di dalam masjid itu hanya saling melemparkan pandang. Mereka tampak heran dengan perilaku Hardi yang aneh itu. Namun di tahun-tahun kemudian, mereka mendapatkan jawabannya. Hardi yang selalu mengirimkan uang korban pada mereka setiap tahunnya itu telah menjadi pelukis kaya dan tersohor di Jakarta.


-Sri Wintala Achmad-




Baca juga:
Bagasi Kabin Pesawat dan Lima Hal yang Sebaiknya Kita Ketahui
Buka Rahasia Perawatan Kulit Sehatmu dan Menangkan Hadiahnya!
Memangnya Salah, Jika Saya Menulis Bukan Karena Uang?

Yuk, Bagikan Opinimu Terkait Bagaimana Menjaga Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok!

$
0
0

berita-admin-blog-comp-kemendag-5aaba313bde575741b06aeb4.png

Hampir selalu terjadi, menjelang hari besar keagamaan nasional, barang kebutuhan pokok menjadi langka dan kemudian mengalami kenaikan harga. Menjaga stabilitas harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok merupakan salah satu mandat Presiden Jokowi untuk Kementerian Perdagangan.

Di tahun 2017 lalu, Kementerian Perdagangan berhasil mengendalikan stabilitas harga barang kebutuhan pokok dengan menetapkan regulasi Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras, gula pasir, minyak goreng, dan daging sapi yang ditentukan berdasarkan wilayah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat bahwa tingkat inflasi bahan pokok di tahun 2017 selama bulan puasa sebesar 0,86% dan saat lebaran 0,69%. Ini merupakan nilai terendah dalam enam tahun terakhir. 

Kompasianer punya opini terkait bagaimana upaya dalam menjaga stabilitas harga barang kebutuhan pokok? Nah, saatnya untuk menceritakan opinimu dalam kompetisi blog "Menjaga Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok demi Kesejahteraan Masyarakat" yang diadakan Kompasiana bersama Kementerian Perdagangan. Sebelum ikutan, simak syarat dan mekanismenya dulu, ya.

Syarat dan Ketentuan Lomba

  • Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di sini
  • Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat, dan tidak sedang dilombakan di tempat lain)
  • Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana

Mekanisme Lomba

  • Tema: Menjaga Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok Demi Kesejahteraan Masyarakat
  • Tulisan berupa opini terkait upaya untuk menjaga kestabilan dan pasokan barang kebutuhan pokok agar dapat dijangkau seluruh masyarakat
  • Periode Lomba: 19 Maret--13 April 2018
  • Tulisan tidak lebih dari 1.500 kata
  • Peserta wajib mencantumkan label harga barang pokok stabil (tanpa spasi) dalam setiap tulisan yang dilombakan
  • Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba, tidak bisa diikutkan lomba
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
  • Pemenang akan diumumkan setelah 14 hari kerja periode lomba selesai

Hadiah

  • Sebanyak 5 artikel terbaik akan mendapatkan uang tunai masing-masing senilai Rp1.000.000,00

Untuk mengetahui kegiatan dan kompetisi Kompasiana lainnya yang sedang berlangsung, silakan klik di halaman Event Kompasiana. (GIL)

**) Begini Cara Kami Menilai Karya Lomba di Kompasiana




Baca juga:
Jika Sri Mulyani Baperan, Rupiah Bisa Jadi Yuan
Bagasi Kabin Pesawat dan Lima Hal yang Sebaiknya Kita Ketahui
Buka Rahasia Perawatan Kulit Sehatmu dan Menangkan Hadiahnya!

Mengapa Penggunaan Insulin Harus Disuntik?

$
0
0

Cara menggunakan Insulin Pen (Sumber: 123rf.com)

Baru-baru ini saya iseng membaca-baca jurnal terkait dengan salah satu penyakit metabolik yang banyak diderita orang Indonesia, yaitu Diabetes Mellitus (DM). Saya jadi teringat pertanyaan seorang teman beberapa waktu yang lalu, "Kenapa sih kalau pakai Insulin itu harus disuntik? Kan nyeremin. Gak ada cara lain apa?"

Menurut data hasil penelitian yang dikumpulkan WHO mengenai profil kesehatan di negara Indonesia tahun 2012, penyakit DM berada di urutan ketiga dari sepuluh penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di Indonesia, setelah penyakit Jantung Iskemik dan Stroke.

Mungkin sudah ada ribuan tulisan di dunia maya mengenai DM ini. Tapi bagi yang masih bingung, intinya DM ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Ada dua tipe DM yakni Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM) dan Tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM). 

DM Tipe 1 disebabkan oleh rusaknya organ pankreas sehingga tidak mampu menghasilkan insulin, sementara DM Tipe 2 disebabkan oleh ketidakmampuan insulin bekerja sebagaimana mestinya. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas untuk mengubah glukosa dalam darah menjadi cadangan energi berupa glikogen (gula otot). Tingginya kadar gula dalam darah tentunya akan menyebabkan berbagai macam komplikasi penyakit.

Oleh sebab itu, karena pasien DM Tipe 1 tidak dapat memproduksi insulin sendiri, mereka harus memperolehnya dari luar melalui injeksi Insulin. Lalu mengapa insulin umumnya harus digunakan dengan cara disuntik? Mengapa tidak bisa secara oral (diminum)?

Hingga saat ini, mayoritas penggunaan Insulin memang masih secara injeksi atau suntik, meskipun sudah cukup banyak juga penelitian terkait alternatif atau cara lain untuk pemberian Insulin seperti melalui oral. Alasan munculnya penelitian ini adalah karena penggunaan injeksi Insulin dipandang lebih sulit daripada oral. 

Penggunaan injeksi insulin memerlukan pengarahan atau latihan khusus supaya tidak salah, misalnya dimana lokasi injeksi pada tubuh yang benar, cara memasang dan melepas jarum pen, cara mengatur dosis yang diinginkan hingga cara memegang pen dengan sudut injeksi yang benar. Pengarahan ini dibutuhkan supaya pasien DM tidak perlu harus selalu ke dokter setiap kali akan menyuntikkan Insulin.

Area penyuntikkan Insulin (Sumber: antus.com)

Penggunaan insulin secara oral hingga saat ini memang tidak direkomendasikan karena insulin harus melewati saluran cerna sebelum masuk ke aliran darah. Insulin berupa senyawa protein yang bersifat mudah dicerna dan rusak saat terkena asam lambung. Akibatnya selanjutnya, jumlah insulin yang terserap dalam aliran darah akan berkurang dan pada akhirnya tidak akan menimbulkan efek yang diharapkan.

Cara paling efektif penggunaan insulin saat ini masih tetap secara injeksi intramuscular (melalui otot) atau subcutan (melalui bagian bawah kulit). Pemberian dengan cara ini lebih menjamin insulin terserap dalam aliran darah dengan lebih baik dan cepat sehingga memberikan efek yang cepat pula. Biasanya lokasi penyuntikkan insulin adalah melalui sekitar perut atau lengan atau paha.

Saat ini, berdasarkan durasi kerjanya insulin dibagi menjadi tiga tipe yaitu Insulin Kerja Singkat (short-acting), Insulin Kerja Sedang (intermediate-acting) dan Insulin Kerja Lama (long-acting).

Insulin Kerja Singkat sering dikenal juga dengan Insulin Soluble. Biasanya disuntikkan 15-30 menit sebelum makan dengan mula kerja (mulai berefek) 30-60 menit dan lama kerja hingga 8 jam. Dengan demikian Insulin Kerja Singkat harus digunakan beberapa kali dalam satu hari (sesuai petunjuk dokter). Selain itu, Insulin Kerja Singkat juga lebih cocok digunakan pada pasien yang memerlukan penurunan kadar gula yang cepat, misalnya pada saat pasien mengalami kritis.

Sementara itu Insulin Kerja Sedang dan Lama memiliki mula kerja sekitar 1-2 jam dengan lama kerja 16-35 jam. Dengan demikian penggunaan insulin tipe ini hanya perlu satu atau dua kali sehari, dan lebih cocok digunakan untuk pasien lansia.

Bagian-bagian Insulin Pen (Sumber: drugs.com)

Semakin berkembangnya industri pengobatan modern, kini menggunakan insulin tidak lagi repot. Saat ini Insulin sudah tersedia dalam bentuk pen telah diisi sejumlah unit (dosis) Insulin. Pasien hanya perlu membuka penutup pen, memasang jarum dan mengatur jumlah dosis yang diinginkan, kemudian menyuntikkannya ke bagian tubuh tertentu.


Sumber:

PIONAS BPOM




Baca juga:
Ayah, Hati-hati Saat Meminjamkan Gawai kepada Anak
Jika Sri Mulyani Baperan, Rupiah Bisa Jadi Yuan
Bagasi Kabin Pesawat dan Lima Hal yang Sebaiknya Kita Ketahui

Deretan Kompasianer yang Berhak Meraih Pendapatan dari Program K-Rewards!

$
0
0


Inilah Deretan Kompasianer yang Berhak Meraih Pendapatan dari Program K-Rewards!

Akhirnya program K-Rewards telah berakhir. Program yang berjalan selama satu bulan penuh dimulai dari 23 Februari hingga 23 Maret 2018 telah berakhir dengan menghasilkan jutaan pageviews yang masuk di Kompasiana. Kami sudah mengumumkan kriteria peraih K-Rewards tersebut di berita admin sebelumnya. (Baca: Monetisasi Artikel Anda di K-Rewards dan Dapatkan Rupiahnya!)

Setelah periode tutup, kami telah merekapitulasi seluruh data pageview yang masuk dengan ketentuan minimal yang sudah kami umumkan, minimal 5.000 pageviews. Data kami peroleh melalu hasil perhitungan Google Analytics agar lebih akurat dan terukur. Seluruh peraih K-Rewards juga wajib memenuhi kualifikasi sebagai akun yang telah tervalidasi (verifikasi hijau).

Berdasarkan dari hasil perhitungan. Selain Politik, kanal Kesehatan dan Humaniora adalah penyumbang terbesar pageviews yang masuk di Kompasiana selama periode dijalankan.

Berikut daftar peraih K-Rewards periode pertama:

Daftar Nama Peraih K-Rewards!

Daftar Nama Peraih K-Rewards!

Daftar Nama Peraih K-Rewards!

Daftar Nama Peraih K-Rewards!

Daftar Nama Peraih K-Rewards!

Daftar Nama Peraih K-Rewards!

Daftar Nama Peraih K-Rewards!

Daftar Nama Peraih K-Rewards!

Daftar Nama Peraih K-Rewards!

Daftar Nama Peraih K-Rewards!

Deretan nama ini adalah Kompasianer yang berhak untuk mendapatkan K-Rewards, namun dari kumpulan nama peraih ini belum melewati proses pemeriksaan data Mandiri e-cash. Bagi Kompasianer yang berhasil mendapatkan K-Rewards namun belum mengisi kolom Mandiri e-cash, kalian masih memiliki waktu sampai tanggal 1 Apriluntuk melengkapi kolom tersebut. Apabila Anda tidak melengkapi, total pendapatan yang sudah Anda raih akan dianggap hangus. (Panduan Mandiri e-cash)

Proses pengiriman danaakan dikirim secara serentak dan akan berjalan selama periode 2-7 April 2018. Jadi pastikan nomor Anda benar-benar telah teregistrasi di Mandiri e-cash.

Selamat untuk para peraih K-Rewards! Tunggu loyalty program selanjutnya di Kompasiana, semakin Anda aktif semakin besar Anda mendapatkan penawaran-penawaran terbaik dari Kompasiana. Ssssstttt, ada beberapa loyalty program tersembunyi untuk para Kompasianer aktif loh.

Selamat mengeksplorasi, Kompasianer!





Baca juga:
Data Pengguna Facebook Bocor, Perlukah Tutup Akun?
Ayah, Hati-hati Saat Meminjamkan Gawai kepada Anak
Jika Sri Mulyani Baperan, Rupiah Bisa Jadi Yuan

Rumah Tusuk Sate, Antara Mitos dan Ilmiah

$
0
0

dokumentasi pribadi

Sepuluh tahun lalu saya beli rumah yang ditinggali sekarang dari kakak. Bukannya tidak ada pilihan lain tentang rumah tinggal, namun saat itu saya sudah merasa nyaman tinggal di lingkungan tersebut, terlebih harganya masih bersahabat dan sepertinya ke depan prospek perumahan tersebut cerah. Meskipun kata orang rumah tersebut masuk dalam kategori tusuk sate di mana beberapa mitos yang tidak baik menyelimutinya, saya dan istri tidak terlalu menghiraukannya.

Menurut pengertiannya, rumah tusuk sate merupakan  rumah yang posisinya terletak di tengah jalur pertigaan sebuah jalanan. Keberadaan rumah ini dapat dilihat seperti memotong salah satu jalur pertigaan sehingga nampak seperti jalan buntu, persis seperti rumah saya. 

Mitos yang kurang baik tentang rumah tusuk sate seperti membawa sial atau nasib buruk, menyebabkan penghuni rumah mudah sakit, dan menyebabkan keluarga menjadi tidak harmonis membuat rumah tusuk sate biasanya terjual paling akhir di suatu perumahan. Kadang-kadang rumah tusuk sate juga susah dijual, sulit laku, sehingga seringkali diobral dengan harga miring.

Seringkali saya berdiskusi sambil lalu dengan istri mengapa banyak orang tidak suka dengan rumah tusuk sate. Padahal bagi kami rumah tusuk sate itu enak, pandangan kedepannya luas dan terasa lebih plong. Menurut kami mungkin zaman dulu banyak kejadian di mana motor, mobil, bus, bahkan truk mengalami rem blong sehingga tak ayal ketika sedang melaju dan menghadap pertigaan maka rumah tusuk sate yang akan pertama kali dihajar. Bahkan kalau ada rumah tusuk sate, angker, dijual dengan harga yang sangat sangat miring dan terjangkau oleh kantong maka saya siap untuk melakukan akuisisi.

Mitos rumah tusuk sate yang ternyata memang bisa dijelaskan secara ilmiah terutama dalam hal mengenai pembawa nasib buruk atau sial rupanya menimpa kami pagi ini. Waktu menunjukkan sekitar pukul 05.45 WIB ketika saya, istri, dan kedua anak saya bersiap naik motor di bawah carport. Saat itu saya melihat mobil tetangga yang rumahnya sekitar 30 meter di depan rumah saya sedang mundur. 

Namun sepertinya ada yang aneh, karena posisi mobil yang sedang mundur sudah sangat dekat dengan pohon mangga yang berada di halaman rumah saya, bersebelahan dengan carport. Ah paling tetangga saya sedang bercanda, pikir saya dalam hati. Lho tapi kok tidak ada tanda-tanda kalau mobil tersebut mengerem dan malah kemudian loncat masuk ke halaman rumah yang memang lebih tinggi dari jalan dan menabrak pohon mangga.

dokumentasi pribadiBraaakkkkk...., demikian bunyi mobil ketika menabrak pohon mangga yang disusul kemudian menabrak tiang besi penyangga carport. Saat itu anak sulung saya berada tepat di belakang mobil tersebut dan menyentuh tubuh anak saya sedikit ketika kemudian mobil berhenti karena menabrak tiang carport hingga patah. Setelah mobil berhenti sejenak, tak lama kemudian mobil melaju ke depan, turun dari halaman carport dan berhenti tepat di jalan depan rumah. 

Wah pasti ini orangnya lagi mabok atau anaknya lagi belajar nyetir mobil, begitu pikiran yang langsung muncul. Setelah mobil berhenti segera saya samperin ke bagian depan mobil pas di kemudi. Alangkah terkejutnya saya ketika menemukan ternyata mobil tersebut tidak ada yang mengemudikan alias melaju mundur sendiri.

Segera saya buka pintu mobil dan pindahkan posisi  persneling gigi dari netral ke parkir, kebetulan mobilnya jenia matic. Sontak para tetangga yang mendengar bunyi braakkk dan jeritan istri saya keluar rumah. Rupanya tetangga saya sang pemilik mobil juga baru menyadari mobilnya tidak ada di depan rumahnya dan mundur sendiri sampai ke rumah saya. 

Memang posisi  jalanan dari tetangga pemilik mobil tersebut ke rumah saya kondisinya menurun dan rumah saya pas di tusuk sate. Masih dengan raut muka bingung dan separuh tak percaya sang Pemilik mobil meminta maaf pada saya dan menjelaskan bahwa dia sedang memanasi mobil, posisi gigi netral namun rem tangan tidak dipasang. Lebih lanjut dia mengatakan biasanya tidak pernah kelupaan memasang rem tangan dan tidak menyangka hal ini akan terjadi.

Alhamdulillah anak-anak saya selamat dari kejadian mobil yang meluncur mundur sendiri tersebut. Kami katakan pada sang Pemilik mobil bahwa tidak apa-apa, namanya juga sedang apes, tidak ada yang bisa mencegah. Yang penting tidak ada korban, hanya tiang carport yang patah dan kaca mobil yang mundur pecah bagian belakangnya. Alhamdulillah lagi karena hari masih terlalu pagi, sehingga tidak ada anak kecil yang bermain, hal mana berkebalikan dengan sore hari. Tidak bisa dibayangkan kalau kejadian tersebut terjadi di sore hari saat banyak anak bermain di jalanan.

Begitulah salah satu mitos rumah tusuk sate yang kami alami pagi ini. Saya membayangkan jika kejadian ini terjadi zaman dahulu di mana orang masih percaya hal klenik dan magis, maka pasti orang akan menganggap bahwa jalan depan rumah saya angker, rumah saya juga angker dan pembawa sial, terbukti mobil bisa jalan sendiri tanpa ada yang menyetir. 

Begitulah kondisi rumah tusuk sate sangat bisa dijelaskan secara ilmiah mengenai potensi resiko bahaya yang bisa mengenainya. Hal tersebut bukan merupakan fenomena alam yang berasal dari hal ghaib bahkan karena campur tangan makhluk ghaib.

Sesungguhnya Allah telah memberikan akal bagi kita untuk berpikir, bukan menuruti mitos dan katanya orang. Jangan terjebak dengan mitos, namun kalau masih ada orang yang terjebak dengan mitos maka nasehatilah. Menurut saran di beberapa referensi, agar menghindari kejadian yang saya alami maka tempatkanlah pot-pot bunga yang besar untuk mencegah atau menghalangi kendaraan yang mengalami rem blong.

Rumah tusuk sate tetap nyaman dihuni kok, apalagi kalau bisa beli dengan harga lebih murah daripada rumah sekitarnya. Jangan mempercayai mitos yang bisa membawa kita pada kesyirikan. Jadi kalau ada orang bertanya, mau beli dan tinggal di rumah tusuk sate? Jangan sungkan untuk menjawab...Siapa takut.

MRR, Bks27/03/2018




Baca juga:
Lewat K-Rewards, Kami Ingin Mengapresiasi Semua Kompasianer
Jangan Nawar Kalau Beli Tauco! Ini Alasannya
Sering Menyimpan Data Digital? Yuk Ikutan Blog Competition SanDisk!

Ternyata Kunci Jadi Seorang "Youtuber" Bersumber dari Kegalauan Hati

$
0
0

youtubers {sumber gambar: inibaru.id)

Zaman sekarang di mana disebut dengan zaman digital, banyak anak-anak muda beramai-ramai untuk mencoba profesi baru sebagai youtuber. Iya Youtuber! Profesi dengan membuat video yang di unggah ke dalam Youtube yang di mana dalam video tersebut bisa berupa vlog (video blog), make up tutorial, hijab tutorial,  film pendek, dan sebagainya.

Tapi, ternyata menjadi seorang youtuber juga harus mahir sebagai seorang content creator! "Ah Content Creator gampang kali, gak perlu ilmu!" kata siapa? Ternyata jika seseorang ingin menjadi seorang youtuber terkenal seperti Raditya Dika yang mempunyai subscriber lebih dari 3 juta ada ilmunya lho!

Minggu kemarin, tepatnya tanggal 20 Maret 2018, saya berkesempatan untuk menghadiri acara Kreator Kekinian bareng Raditya Dika di Balai Kartini Jakarta. Walau sebenarnya saya belum ada niatan menjadi seorang youtuber, namun, saya jelas tak mau melewatkan kesempatan belajar langsung, karena Raditya Dika itu salah satu penulis yang juga seorang youtuber sekaligus content creator favorit saya! Langsung lah saya cus ke acara tersebut.

Karena teman-teman saya banyak juga yang minta untuk saya menuliskan resume dari materi yang saya dapat, maka saya putuskan untuk menuliskannya di sini agar kebermanfaatannya bisa dirasakan semakin luas.

Oke lanjut,

Jadi di acara Kreator Kekinian bareng Raditya Dika selasa minggu kemarin, pemateri tidak hanya Raditya Dika seorang, melainkan ada dua pemateri yang tak kalah keren di dunia kreator konten dan per-youtube-an Indonesia. Dua pemateri lainnya adalah: Dennis Adhiswara yang juga merupakan seorang Aktor Indonesia, serta Anjas Maradita yang merupakan content creator, filmmaker, dan video editing mentor.

dokumen pribadiBanyak banget insight-insight positif yang saya dapet dari acara tersebut. Ada 3 rangkuman materi dari ketiga pembicara tersebut yang saya akan tuliskan di artikel ini.

Materi pertama, dibawakan oleh Dennis Adhiswara. Mas Dennis---sapaan dari Dennis Adhiswara memberikan materi tentang gimana cara membuat konten youtube dan/atau Instagram bagi pemula. Intisari yang saya dapatkan adalah sebagai berikut:

1. Buatlah topik yang kita sukai

2. Kenali para penontonmu

3. Cari konten yang nyambung dengan penontonmu

4. Asah ide lewat galau. Karena biasanya dari galau terdapat banyak sekali ide-ide cemerlang yang bagus untuk dituangkan.

5. Pelajari Platform yang akan kamu gunakan (Youtube, Facebook, atau Instagram)

6. Gunakan metode COMBO untuk ide konten. COMBO di sini maksudnya adalah gabungan. Jadi misalnya mau buat cerita lucu, maka gunakan COMBO atau gabungan dari ide-ide yang sudah ada. Mungkin maksudnya adalah Amati, Tiru, Modifikasi.

7. Waktu itu amatlah berharga, maka dari itu berikanlah konten yang berarti bagi para penontonmu.

Lalu, setelah Dennis Adhiswara yang naik ke panggung, lanjut ke materi kedua yang diberikan oleh Anjas Maradita. Anjas---begitulah biasa dia disapa, memberikan materi kedua. Materi kedua yang diberikan Anjas ini lebih bersifat ke Teknik untuk pengeditan video. 

Menurut penuturannya, dia lebih sering mengedit video menggunakan Adobe Aftereffect. Karena menurut penuturannya lagi, di Adobe Aftereffect mencakup komponen-komponen yang kece untuk mengedit video. Beberapa komponen tersebut adalah:

1. 10x Faster Vlog Cutting

2. 3D Motion Tracking Art

3. Masking Without Pentool

4. Motion Graphic

5. dan lain sebagainya.

saat sesi tanya jawab (sumber: dokumen pribadi)

Setelah Anjas Maradita menyampaikan teknik-teknik untuk editing video. Tibalah saatnya, materi pamungkas diberikan. Yap, materi ini diberikan oleh seorang penulis, komedian, youtuber nomor 1 Indonesia, siapa lagi kalau bukan Raditya Dika. Wah, asli keren banget emang materinya! Nih langsung aja saya berikan poin-poinnya ya:

"Untuk para youtuber atau content creator pemula, yang harus lo tahu, lo mau bikin konten kayak apa. Konten itu biasanya hadir dari kegalauan dan kegelisahan pribadi. Bikinlah konten yang paling beda. Gue pertama kali dapat 1 juta subscriber itu lewat "Malam Minggu Miko." Buatlah konten yang berbeda dari yang lain."

"Gue selalu melihat resonansi dari video yang gue buat, kemudian gue buat turunannya. Misalnya begini, gue pernah buat video tentang "Perang Makanan, Mana Fried Chicken yang Terenak. Nah, gue lihat dulu, banyak atau nggaknya yang nonton video gue tersebut. jika banyak, maka gue akan buat lagi video "turunannya." Nah, video turunannya itu gue buat lagi tentang perang makanan, tapi diganti bukan membicarakan tentang ayam lagi, gue ganti menjadi Perang Makanan, Mana Sate Taichan yang Lebih Enak, dan sebagainya."

"Pandai-pandailah untuk meramu masalah untuk ditaruh di platform yang paling cocok. Apakah konten lo, mau lo taruh di buku (dibuat naskah di buku), ditaruh di youtube, ditaruh di Instagram, dan lain-lain sebagainya. Pernah gue mendapat pertanyaan seperti ini, "Bang, gue youtuber baru nih, gimana cara biar bisa dapat banyak subscriber?"lalu, pertanyaan tersebut gue jawab, "banyak-banyaklah bergabung di komunitas yang subscriber-nya sama dengan youtube channel yang lo buat, misalnya, lo punya subscriber 10.000 gabunglah ke komuntas yang subscribernya juga 10.000, saling berkolaborasi bikin konten. Intinya, jangan diem di tempat, lakukan action."

"Beberapa video stand up comedy yang lo lihat di youtube, lo harus tahu bahwa gue melakukan upload-nya berulang-ulang. Sampai video itu benar-benar layak tayang. Gak serta merta gue ngelakuin stand up comedy itu langsung gue upload di youtube, karena gue harus benar-benar yakin kalau video stand upgue tuh lucu."

Raditya Dika ketika berbicara di atas panggung Kreator Kekinian (sumber: dokumen pribadi)

Begitulah inti materi yang disampaikan oleh Raditya Dika. Acara Kreator Kekinian ini juga semakin meriah karena dipandu oleh MC gokil Pandu Winoto. Thank you banget Creator Academy Asia yang udah bikin acara sekeren ini, serta para pembicara yang udah memberikan materi kece badai ini. Jadi buat kalian kids zaman now serta millennial zaman now yang mau jadi content creator seperti Bang Raditya Dika, semoga resume materi ini membantu kalian! (DEW)

"My Job is not to be easy on people. My job is to make them better." - Steve Jobs-




Baca juga:
Grab Akuisisi Uber, Bagaimana Nasib Pengguna?
[Blog Competition] Yuk Meriahkan Hari Film Nasional dengan Berbagai Opini Seputar Film Indonesia
Lewat K-Rewards, Kami Ingin Mengapresiasi Semua Kompasianer

Mbah Jono, Kakek Dhuafa yang 20 Tahun Tinggal di Areal Makam

$
0
0

Mbah Jono di depan rumahnya yang minimalis (foto: dok pri)

Sujono, kakek renta berusia 87 tahun warga Jalan Veteran RT 002 RW 010, Mangunsari, Sidomukti, Kota Salatiga, hampir 20 tahun lamanya mendirikan rumah di areal pemakaman Sasono Mukti. Lelaki lajang tersebut sengaja tinggal di tempat pemakaman umum akibat kemiskinannya. Seperti apa kehidupannya? Berikut penelusurannya.

Areal pemakaman umum Sasono Mukti, terletak di belakang Pasar Rejosari Kota Salatiga. Seperti galibnya lokasi kuburan, siang mau pun malam situasinya sangat sepi dan serasa ada aura yang beda. Kendati begitu, di bagian pojok barat, hidup Sujono yang biasa disapa Mbah Jono. Ia mendirikan rumah berukuran sekitar 4 X 6 meter berdinding triplek serta beratap seng.

Laki- laki yang lahir tanggal 15 Mei 1931 ini, keberadaannya terdeteksi oleh relawan Lentera Kasih untuk Sesama (Lensa). Melihat kondisinya yang serba memprihatinkan, para relawan menjadikannya target sasaran bantuan rutin, baik berupa nasi bungkus mau pun sembako. Konon, dirinya masih memiliki keluarga, namun sengaja hidup sendirian karena enggan merepotkan keluarganya.

Menerima bantuan sembako dari relawan Lensa (foto: dok pri)

Penasaran dengan sosok dhuafa tersebut, akhirnya saya mengunjunginya. Ternyata, kondisinya memang sangat memprihatinkan. Apa yang disebut rumah, sebenarnya lebih mirip barak proyek. Terdiri atas dua ruangan, yakni teras dan kamar tidur. Di tempat peraduan, terdapat kasur busa lecek tanpa sprei sementara di terasnya terlihat kasur lecek berikut beragam barang bekas.

Rumah dhuafa ini, saking minimalisnya sehingga tak nampak adanya meja kursi mau pun perabot lainnya. Beragam barang bekas hanya teronggok di beberapa sudut. Untuk hiburan di waktu malam, Mbah Jono hanya mendengarkan suara jangkrik serta katak. Tidak ada pesawat televisi mau pun radio, baginya, hiburan terindah adalah tidur nyenyak didampingi nisan-nisan.

Karena memang usianya sudah uzur, otomatis indera pendengarannya telah berkurang. Awalnya Mbah Jono enggan membuka jati dirinya, namun, melalui diplomasi rokok kretek, akhirnya pertahanannya runtuh juga. "Saya kelahiran Desa Manggihan, Getasan, Kabupaten Semarang. Tapi, sejak remaja sudah hidup di Kota Salatiga," ungkap lelaki buta huruf ini.

Diplomasi kretek untuk mencairkan suasana (foto: dok pri)

Lahir di zaman pemerintahan kolonial Belanda, Mbah Jono sudah merasakan kegetiran atas sikap para penjajah. Ayahnya bernama Sodikromo, sedangkan ibunya Kaliyem. Sang  ibu sudah meninggal zaman pendudukan Jepang, pasca kemerdekaan, ayahnya menyusul ibunya. Praktis, sejak ditinggal orang tuanya, ia hidup sendirian. " Tanah tinggalan orang tua sudah habis dibeli orang dengan cara mengakali saya," jelas Mbah Jono.

Dalam kondisi miskin, akhirnya Mbah Jono remaja berpetualang ke Kota Salatiga. Bertahun-tahun ia tidur di masjid yang terletak di Kampung Bon Sari, hingga akhirnya ditampung warga yang tinggal di selatan Pasar Rejosari. Karena warga yang menampungnya menempati lahan negara dan harus meninggalkan lokasi, akhirnya sejak 20 tahun lalu dirinya mendirikan gubuk di areal pemakaman hingga sekarang ini.

Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, Mbah Jono membersihkan makam milik siapa pun. Kadang ia menerima upah ala kadarnya, namun misal tak diberi pun, dirinya pantang meminta. Sebab, menurutnya, yang mengawasinya adalah roh-roh yang dikuburkan, bukan orang-orang yang hidup. "Selain membersihkan makam, saya mencari barang-barang bekas yang dibuang warga," jelasnya.

Teras rumah mbah Jono yang lumayan sejuk (foto: dok pri)

Tanpa Lampu Penerangan

Tinggal di rumah mungil tanpa pintu, dengan atap berupa seng, menurut Mbah Jono banyak sensasinya. Apa lagi di malam hari saat hujan turun, otomatis suara seng yang kejatuhan air hujan, menimbulkan suara mirip drum band yang tak berirama. Celakanya, ia selalu dalam kegelapan malam karena rumahnya tidak mempunyai aliran listrik.

Di musim penghujan seperti sekarang ini, rasanya lengkap sudah derita Mbah Jono. Demikian pula saat akan buang hajat, karena rumahnya memang tak memiliki fasilitas MCK, otomatis ia harus melepasnya di toilet Pasar Rejosari. " Kalau mandi, biasanya saya ke rumah bu Isami di Tegalrejo yang berjarak sekitar 300 meter dari sini," jelasnya seraya menunjuk arah rumah bu Isami.

Mbah Jono sendiri mengakui, dokumen kependudukan yang dimilikinya, yakni KTP dan KK, semuanya beralamat di jalan Veteran. Selain memegang kartu Indonesia Sehat untuk berobat, ia saban 3 bulan juga menerima bantuan sebesar Rp 500 ribu dari Pemerintah Kota Salatiga. Dengan kondisinya yang seperti itu, dirinya mengaku sudah bahagia.

Begini peraduan mbah Jono (foto: dok pri)

Menurutnya, separah apa pun kondisi sekarang, masih lebih parah saat pendudukan zaman Belanda mau pun Jepang. Di mana, ketika para penjajah masih bercokol di Republik ini, untuk makan saja orang kelabakan. Ia pernah merasakan makan bonggol pisang yang dimasak ibunya karena tak memiliki stock makanan lain.

"Saya juga mengalami memakai baju dan celana dari karung goni yang banyak kutunya, sedangkan sekarang ini, di mana-mana banyak yang jual pakaian. Jadi ya disyukuri saja apa pun kondisinya," ungkap mbah Jono sembari terkekeh.

Filosofi hidup Mbah Jono sendiri sangat sederhana, baginya dengan bertingkah laku baik, maka orang pun akan berbaik-baik terhadap dirinya. Begitu pun soal makan, ia bukan tipe orang serakah. Di mana, bila usai makan maka meski ditawari makanan senikmat apa pun, pasti ditolaknya. "Orang makan itu kalau lagi lapar, bukan kalau ada kesempatan," jelasnya.

Begini suasana areal pemakaman Sasono Mukti (foto: dok pri)

Ketika disinggung soal statusnya yang belum pernah menikah, Mbah Jono mengatakan bahwa dirinya sejak muda hidup miskin. Terkait hal tersebut, tak mungkin ada perempuan yang bersedia dinikahinya dan diajak hidup melarat. Jadi, tidak perlu heran kalau di dalam kesendiriannya ia teramat menikmati. "Pokoknya, hidup dijalani saja. Bahagia atau tidak, tergantung cara kita menikmatinya," tandasnya.

Sebelum mengakhiri perbincangan, Mbah Jono sendiri sempat berpesan bahwa dirinya akan hidup di areal pemakaman sampai akhir hayat. Semisal nantinya dipanggil Allah, ia ingin dimakamkan di tempat ini. Maklum, selama 20 tahun berkutat  di makam Sasono Mukti, dia mengaku sangat mengenal tiap jengkal tanahnya. 

"Kalau suatu saat saya meninggal, terserah mau diletakkan di bawah pohon Kamboja ya boleh, mau dikubur ya syukur. Wong saya juga tidak tahu," ungkapnya enteng. (*)




Baca juga:
Buka Rahasia Perawatan Kulit Sehatmu dan Menangkan Hadiahnya!
Grab Akuisisi Uber, Bagaimana Nasib Pengguna?
[Blog Competition] Yuk Meriahkan Hari Film Nasional dengan Berbagai Opini Seputar Film Indonesia

Film "Moonrise Over Egypt" dan Keteladanan Agus Salim

$
0
0

Poster film Moonrise Over Egypt. (Sumber: moonriseoveregypt.com)

Judulnya Moonrise Over Egypt. Film ini bergenre supersense sejarah. Artinya tontonan yang menitikberatkan pada inti cerita. Perkara hasil akhir film ini sudah diketahui oleh penonton, tetapi jalan ceritanya ternyata cukup banyak kejutan.

Kejutan? Ya kejutan. Karena jalan ceritanya, enggak seperti yang sudah saya baca di buku-buku yang menampilkan sosok Pahlawan Kemerdekaan, H Agus Salim. Ada pengkhianatan dengan menjadi agen spionase, intrik politik, rangkaian pembunuhan, usaha percobaan pembunuhan Menlu Mesir, juga bumbu drama asmara. 

Apakah kejutan-kejutan (yang oleh tim produksi film ini disebut sebagai "rahasia sejarah") ini terkisahkan di buku-buku yang menceritakan perjuangan diplomasi empat diplomat Indonesia - yang berjuang demi memperoleh pengakuan de jure dan de facto dari Mesir? Mungkin ada, tapi saya kok belum membacanya.

Makanya, saya kasih dua jempol deh kalau film - yang dirilis 22 Maret 2018 dan menyatakan dalam trailernya sebagai Inspired by True Event - ini berhasil mengulik rahasia sejarah pada masa diplomasi berlangsung tersebut.

Kisah "mainstream" yang menyeruak di buku-buku - utamanya biografi H Agus Salim - adalah  usaha gigih sekaligus licik Dubes Belanda di Mesir yang menikung proses diplomasi tim delegasi Indonesia, bahkan sempat membuat lembek sikap Menlu Mesir Mahmoud Fahmy El Nokrashy Pasha (yang diperankan aktor Mark Sungkar) untuk menyatakan dukungan atas kedaulatan Indonesia. 

Salah satu adegan dalam film Moonrise Over Egypt. (Sumber: moonriseoveregypt.com)

Sebagai supersense sejarah, film yang disutradarai Pandu Adiputra ini tidak ingin terlalu jauh mengambil alur cerita. Ya, hanya seluk-beluk perjuangan empat diplomat Indonesia: Abdurrachman Baswedan (diperankan Vikri Rahmat), Nazir Datuk Sultan Pamuntjak (drh Ganda), Mohammad Rasjidi (Satria Mulia) dengan pimpinan H Agus Salim (Pritt Timothy) selama beberapa bulan di tahun 1947 di Kairo.

Pengakuan kedaulatan Indonesia dari Mesir adalah buah kerja gigih keempatnya. Pengakuan de jure ini dalam bentuk perjanjian persahabatan, hubungan diplomatik, konsuler serta perniagaan, tepatnya pada Juni 1947. Empat bulan sebelulnya, atau Maret 1947, Mesir sudah lebih dulu menyatakan pengakuannya atas proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, atau secara de facto.

Pengakuan de facto dan de jure dari Mesir merupakan pengakuan dunia internasional pertama kali terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia. Menyusul kemudian dari sejumlah negara di kawasan Timur Tengah seperti Lebanon (29 Juni 1947), Suriah (2 Juli 1947), Irak (16 Juli 1947), Arab Saudi (24 November 1947) dan Yaman (3 Mei 1948).

'The Grand Old Man' Jadi Tokoh Sentral

Presiden Soekarno pernah menyebut H Agus Salim sebagai The Grand Old Man. Sebutan ini mengemuka juga di film, ketika Dubes Belanda untuk Mesir Willem Van Recteren Limpurg melakukan permufakatan jahat dengan Dubes Keliling Belanda Cornelis Adriaanse, untuk menggagalkan misi diplomatik Indonesia selama di Kairo. Harapan keduanya, tim delegasi Indonesia pulang kembali ke tanah air dengan wajah kuyu dan tangan hampa alias gagal. Dalam pembicaraan empat mata itu, satu nama yang mereka takuti adalah The Grand Old Man!

Dan memang, sepanjang 114 menit durasi tayang, sosok H Agus Salim menjadi sentral dalam film ini. Meskipun, ada saja suara sumbang yang menyebut bahwa film ini kurang memunculkan sepak terjang The Grand Old Man yang bernama asli Masjhudul Haq (Pembela Kebenaran) ini.

"Sosok diplomat ulung yang selama ini sudah melekat pada diri pahlawan nasional yang dijuluki The Grand Old Man itu tak muncul, karena selama di Mesir para delegasi bangsa itu lebih banyak ngobrol, ngopi-ngopi dan merokok di kamar hotelnya, yang seperti hotel kelas melati, sedangkan mereka menginap di Hotel Continental Kairo. Adegan ini banyak mendominasi sepanjang film berlangsung," tulis AntaraNews (25/3) kemarin.

Kritikan juga menjalar ke soal pengambilan gambar. Film yang mengambil latar cerita di Mesir pada 1947 ini dinilai tak mampu menampilkan suasana "Negeri Piramid" pada masa itu. Padahal, ada sekitar 40 persen pengambilan gambar yang dilakukan secara langsung di "Negeri Firaun" itu.

"Di sejumlah scene latar pemandangannya pun hanya menggunakan efek komputerisasi, sementara suasana Kairo sendiri tidak terlalu ditampakkan secara utuh. Tak cuma itu, untuk menghindari Moonrise Over Egypt berkesan sebagai film dokumenter dan membuat kisahnya lebih menarik kemudian dimasukkanlah unsur drama fiksi. Maka muncul kemudian kisah romantisme antara mahasiswa Indonesia dengan mahasiswi Malaysia di Mesir, serta cerita spionase ala film Hollywood," masih tulis AntaraNews.

Wuuuiiihhh ... kritikan yang makjleb!

Sebagai penonton, saya tak menampik kebenaran kritik tersebut. Sepertinya memang kurang nongol bagaimana sosok trengginas diplomat ulung H Agus Salim. Meskipun harus diakuii juga, sepanjang tayangan film, The Grand Old Man kelahiran Nagari Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 8 Oktober 1884 ini nyaris mendominasi jalannya cerita.

Salah satu adegan dalam film Moonrise Over Egypt. (Sumber: moonriseoveregypt.com)

Bahkan, film ini pun dibuka dengan adegan tertembak dan gugurnya Ahmad Sjauket Salim, anak kelima H Agus Salim di medan pertempuran. Sjauket lahir pada 14 Desember 1921. Ia gugur semasa revolusi fisik tahun 1946 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Tangerang, Provinsi Banten. Tak berlebihan, apabila kenangan mengharukan yang menguji ketabahan H Agus Salim atas gugurnya sang putra Sjauket, mencuat juga dalam film ini.

Pernikahan H Agus Salim dengan Zainatun Nahar - sejoli dari Tepi Ngarai Sianok, Bukittinggi - berlangsung pada 12 Agustus 1912. Mereka dikaruniai empat putra dan empat putri. Anak-anak H Agus Salim memanggil ayahnya dengan "Paatje", dan ibunya disapa dengan sayang dengan "Maatje". Panggilan "Paatje" muncul juga dalam film ini, ketika putra H Agus Salim menjahit kemeja laskar 'Merah-Putih'nya di bale-bale teras rumah. Sementara sosok "Maatje" malah muncul sekilas saja.

Keteladanan "Paatje"

Terlepas dari sejumlah kritik yang disampaikan terhadap film ini, saya pribadi justru mengapresiasi kehadiran film bergenre supersense sejarah kayak gini. Mengapa? Ya karena budaya membaca masyarakat sudah semakin memprihatinkan. Jangankan membaca buku pelajaran (termasuk Sejarah), bahkan membaca buku, majalah dan koran pun rasanya masyarakat kita kian emoh. Sebaliknya, gadget tak pernah lepas dari genggaman. Media sosial menjadi primadona bacaan juga 'rujukan' informasi.

"Saat ini, mengajarkan anak-anak untuk memahami sejarah bangsanya sendiri semakin sulit," ujar Neni Muthmainah, pengelola rumah yatim di bilangan Tangerang yang bersama 70 anak yatim piatu mendapat undangan 'Nobar' gratis dari tim produksi film Moonrise Over Egypt.

Santi selaku staf tim produksi film, tampak sibuk membagi-bagikan tiket masuk kepada para anak yatim yang berseragam sekolah putih-putih itu. "Di bioskop Bintaro Plaza sini, film Moonrise Over Egypt cuma satu kali jam tayang yaitu jam 16.00 saja. Karena memang, minat penonton sedikit," ungkapnya prihatin kepada penulis sebelum sama-sama bareng masuk ke Studio 1.

Salah satu adegan dalam film Moonrise Over Egypt. (Sumber: moonriseoveregypt.com)

Disinilah saya merasa bersyukur, hadirnya film Moonrise Over Egypt sedikit banyak mampu mengenalkan empat sosok tim delegasi Indonesia yang memperjuangkan kedaulatan bangsanya di dunia internasional, khususnya Mesir. Selain itu, banyak juga kok pelajaran kehidupan yang diajarkan oleh tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam film, sehingga harapannya dapat menginspirasi para siswa yang menonton.

Sebutlah sosok H Agus Salim, yang dalam film ini saya catat beberapa pelajaran berharga dan patut diteladani generasi penerus bangsa. Pelajaran dari Paatje itu antara lain:

Satu, semangat nasionalisme yang membara. Pada adegan film ini, perjuangan H Agus Salim (bersama tiga diplomat lainnya) yang kental sekali rasa nasionalismenya ditampilkan secara cukup baik. Terlebih melalui dialog-dialog pilihan yang sangat brilian untuk dikemukakan. Misalnya, apa yang disampaikan H Agus Salim yang mengutip pernyataan almarhum putranya Sjauket yang gugur di medan laga. Begini, tutur The Grand Old Man:

"Sjauket pernah bilang, Paatje berjuang itu bukan pilihan, tapi kemestian. Dan kata-kata itu mengingatkanku dan menyadarkanku bahwa setiap putra bangsa itu harus berjuang. Perjuangan tidak akan pernah selesai. Walaupun nyawa taruhannya aku akan tetap berjuang."

Dua, rasa humorisnya yang tinggi sehingga membuat banyak orang suka pada Paatje dari berbagai kalangan. Tak aneh juga kalau Seri Buku Saku TEMPO Bapak Bangsa yang mengulas Agus Salim, diberi judul "Diplomat Jenaka Penopang Republik". Judul ini kayaknya pas banget, apalagi kalau kita sudah menonton film Moonrise Over Egypt, semakin pas!

Satu adegan yang menampilkan kejenakaan H Agus Salim adalah ketika tim delegasi Indonesia beramah-tamah dengan Menlu Mesir Nokrashy beserta stafnya. Pada saat dipersilakan untuk mencicipi roti khas Mesir yaitu Isy, baik Rasjidi, Baswedan dan Nazir sama-sama memuji kelezatan makanan pokok masyarakat Mesir yang rasanya seperti roti tawar tetapi dengan tekstur yang lebih padat dan serat yang lebih terasa.

Ketiga diplomat ini juga menyampaikan harapan agar kelak Nokrashy datang ke Indonesia dan mencicipi panganan tradisional khas daerahnya masing-masing. Nazir menyebut Galamai, panganan khas Sumatera Barat. Sementara Baswedan menyampaikan Rujak Cingur dari Jawa Timur, dan Rasjidi menukas Lumpia dari Semarang. Nokrashy pun nampak senang.

Lantas bagaimana dengan H Agus Salim? Mantan wartawan dan pemimpin redaksi di beberapa media cetak ini justru melontarkan humor satire yang sudah menjadi trademark-nya. Paatje bilang:

"Our food is so delicious. It makes the Westerns to forget to return their home for hundred years".

Mendengar apa yang dilontarkan Paatje, seluruh yang hadir menjadi tergelak tawa, termasuk Nokrashy. Malah, Menlu Mesir ini bilang, "Mr Salim has a diplomatic sense of humor".

Tiga, cerdas. Dalam hidupnya yang senantiasa memperjuangkan kemerdekaan bangsanya, hidup Paatje memang tak bisa lepas dari pantauan intel-intel kolonialis. Tapi apa Paatje gentar? No way! Ia justru memberi teladan kepada mahasiswa Indonesia di Mesir untuk pandai menerapkan strategi dan siasat dalam berjuang.

H Agus Salim. (Gambar: Rumah Peduli)

Ketika dirinya sempat ditanya oleh salah seorang mahasiswa Indonesia di Mesir, apakah dirinya pernah ditahan Pemerintah Kolonial lantaran perjuangannya yang berani selama ini, dengan santai Paatje menjawab, sejauh ini sih belum. Selengkapnya, kutipan dalam film tersebut, begini:

"Selama ini memang belum. Tapi ya tidak tahu selanjutnya nanti bagaimana. Dan kamu perlu tahu, selama masa pendudukan, Polisi Rahasia Belanda maupun Jepang selalu memata-mataiku. Seakan-akan menungguku salah langkah." Lalu bagaimana selama ini Pak Haji (Agus Salim - red) bisa lolos? (tanya mahasiswa lagi)"Dengan siasat. Aku mengkritik Pemerintah Kolonial itu dengan ceramah dan tulisan-tulisan. Semua yang ku lakukan sebisa mungkin jangan sampai melanggar Undang-Undang Kolonial. Ya, harus diperhitungkan. Seperti Pencak Silat, tidak hanya kekuatan saja yang ditonjolkan tapi juga dengan keindahannya. Menyerang dengan elegan. Merobohkan lawan tanpa harus menghancurkan martabatnya."   

Paatje mengajarkan untuk cerdas dan bersiasat. Tetapi kecerdasan Paatje juga menonjol dalam film ini ketika staf Menlu Mesir menyodorkan media cetak berbahasa Belanda. Paatje dipersilakan membaca agar dapat mengetahui bagaimana kondisi di tanah air, Indonesia. Kontan Paatje membaca, sambil tertegun karena berita yang tertulis adalah tentang kedatangan tentara NICA yang semakin banyak ke Indonesia. Para siswa yang menonton film ini musti tahu, Paatje adalah seorang polyglot atau orang yang mampu berbicara hingga lebih dari lima bahasa asing secara baik. Anak-anak beliau pun sejak balita sudah diajarkan dan pandai berbahasa Belanda.

Sepanjang hidupnya, Paatje - yang juga dikenal sebagai wartawan yang tak mau kompromi dengan Pemerintah Kolonial - menghasilkan setidaknya 22 buku dan menerjemahkan 12 buku asing (termasuk dua buku karya William Shakespeare).

H Agus Salim bersama istri dan anak-anaknya. (Gambar: intisarionline.com)

Empat, sederhana. Lewat film ini, kesederhanaan Paatje nampak sekali. Ketika tiga rekannya bingung dan galau menghadapi kesulitan keuangan di negeri orang, Paatje justru mengingatkan untuk tetap semangat dan terus ikhtiar. Sedangkan ketika ditanya bagaimana cara hidup dengan keterbatasan dana di Kairo, Paatje menjawab sepatah kata saja yaitu puasa. Ya, ajakan rajin menjalankan ibadah puasa sunat untuk menyiasati persediaan bekal materi yang semakin hari terus berkurang.

Dalam hidupnya yang serba pas-pasan cenderung kekurangan uang, Paatje pun pantang dicap sebagai "orang melarat". Ia menampik pernyataan Hisyam, mahasiswa Indonesia di Kairo yang menjadi pendamping selama di Mesir, bahwa dirinya hidup dalam kemelaratan. Dalam film ini, Paatje menyanggah, begini:

"Aku tidak melarat. Aku dan keluargaku sering kekurangan uang, pindah dari kontrakan yang sempit ke kontrakan yang tidak kalah kumuh. Makan seadanya. Tapi itu bukan berarti aku melarat. Kami bahagia. Kami kaya. Aku, istriku, anak-anakku saling membahagiakan. Kemelaratan itu hanya persoalan mental, bukan kepemilikan harta."

Lima, teguh pendirian dan selalu optimis. Paatje itu sosok yang selalu yakin akan keberhasilan segala sesuatu apabila ikhtiar diiringi dengan pasrah dan berdoa kepada Allah SWT. Ini ditampakkannya ketika Abdurrachman Baswedan sudah benar-benar putus asa, dan ngotot mengusulkan rencana agar tim delegasi pulang dulu ke tanah air meski harus tertunduk malu dan tangan hampa.

Salah satu adegan dalam film Moonrise Over Egypt. (Sumber: moonriseoveregypt.com)

Justru Paatje tampil dengan percaya diri dan menegaskan sikapnya untuk tidak akan kembali ke tanah air, sebelum apa yang diperjuangkan selama ini menemui keberhasilannya. Paatje bilang:

"Kalian memang benar, mempunyai hak yang sama untuk mengutarakan pendapat atau memilih tindakan. Aku tidak menghalangi kalau kalian semua mau pulang ke tanah air. Tapi aku akan tetap di sini. Aku tidak akan menghentikan apa yang sudah aku buat. Cuma takdir yang dapat menghentikanku."

Begitu juga dalam penghujung film ini. Optimisme Paatje muncul dengan kalimatnya yang selalu membangkitkan semangat:

"Bulan sabit sebagai penanda waktu dalam Islam. Seperti Indonesia yang sedang membuka lembaran baru. Kita harus berjuang tanpa lengah. Rakyat Indonesia harus berdikari. Tidak menjadi tamu di rumahnya sendiri."

Enam, humanis. Setegar apapun H Agus Salim, beliau tetaplah manusia biasa. Perasaannya begitu peka dengan keadaan. Berlama-lama tinggal di Kairo, membuatnya beberapa kali teringat akan istri dan anak-anaknya. 

Terutama kepada almarhum Sjauket yang syahid di medan pertempuran. H Agus Salim menangis sambil memegang kemeja yang pernah dikenakan Sjauket ketika tertembak dan gugur. Ini adegan yang humanis sekali. Keharuan seorang ayah yang terkenang akan putranya yang sudah pergi untuk selama-lamanya. Tidak cuma itu, ketika H Agus Salim membaca surat pengakuan dan permintaan maaf dari Hisyam, mahasiswa Indonesia di Kairo yang menjadi spionase Belanda, tangannya bergetar. Tubuhnya dibalut keharuan.

Salah satu adegan dalam film Moonrise Over Egypt. (Sumber: moonriseoveregypt.com)

Tujuh, memuliakan wanita. Aaahhh ... ini pelajaran berharga juga dari Paatje. Ketika Zahra dan Maryam, dua mahasiswi asal Malaya (Malaysia - red) di Kairo menanyakan soal pendapatnya terhadap kemuliaan wanita, Paatje memberikan jawaban yang lugas dan memuaskan. Kata Paatje - yang juga memberi contoh menteri wanita pertama di Indonesia yaitu Maria Ulfah Santoso yang menjabat Menteri Sosial pada 1946 - 1947:

"Wanita itu kedudukannya sangat mulia. Ia memiliki hak yang sama didalam menimba ilmu dan bergaul. Karena dengan menambah wawasan dan berinteraksi secara sosial ini akan penting buat pendidikan bagi anak-anak mereka. Selain itu, ilmu yang mereka miliki bisa dikembangkan kepada negara dan bangsa".     

Dalam beberapa buku biografi Agus Salim juga sering diceritakan, betapa ketika menikah di Pisang, Koto Gadang, ia pernah menerabas adat istiadat yang biasa berlaku. Misalnya, ketika pernikahan dilangsungkan, 12 Agustus 1912. Suasana meriah. Ada arak-arakan dan tabuhan rebana. Di tengah upacara, tiba-tiba H Agus Salim menyerahkan uang kepada istrinya, Zainatun Nahar sebagai bukti tanggung-jawab suami kepada istri. Hal ini, tidak ada di adat Minang.

Sekali lagi, Film Moonrise Over Egypt patut menjadi tontonan wajib bersama keluarga terutama putra-putri tercinta. Tentu, sebelumnya kepada mereka diingatkan kembali tentang bagaimana bangsa ini memperjuangkan kemerdekaannya sendiri. Bukan pemberian bangsa lain. 

Dan, diantara yang berjuang untuk menegakkan kedaulatan bangsa ini adalah H Agus Salim bersama tiga diplomat lain yang akhirnya sukses memperjuangkan pengakuan de jure juga de facto pertama kali, yakni dari Mesir, negerinya pesepak bola Mohamed Salah yang kini merumput bersama klub Liverpool. (*)




Baca juga:
Cerpen | Pena
Buka Rahasia Perawatan Kulit Sehatmu dan Menangkan Hadiahnya!
Grab Akuisisi Uber, Bagaimana Nasib Pengguna?
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live