Quantcast
Channel: Beyond Blogging - Kompasiana.com
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live

"Death Wish" dan Propaganda Pengendalian Kepemilikan Senjata Api

$
0
0

Sumber: variety.com

Pemutaran perdana film Death Wish menuai kontroversi. Bukan karena aneka aksi baku tembak yang membuatnya jadi topik perdebatan, melainkan karena laku main hakim sendiri tokoh utama filmnya.

Apalagi si pemeran utama ini menjadikan pistol di tangannya sebagai senjata untuk membunuhi warga sipil. Meskipun mereka yang jadi sasaran tembak tergolong pelaku kriminal, namun laku main hakim sendiri ini terlihat seperti meruapkan trauma atas rentetan kejadian penembakan oleh warga sipil di Amerika.

Ya, pada 14 Februari lalu, di SMA Stoneman Douglas, Parkland, Florida, seorang remaja laki-laki memuntahkan puluhan peluru dari pistolnya. Akibatnya, 17 orang dinyatakan tewas. Kejadian ini sontak jadi perhatian publik dan membuka kembali perdebatan mengenai kebijakan pengendalian kepemilikan senjata api.

Kampanye March for Our Lives kemudian muncul sebagai respons atas peristiwa nahas itu. Para selebriti ternama Amerika bahkan turut berpartisipasi dalam aksi tersebut. Setidaknya ada nama pasangan George dan Amal Cloney serta Oprah Winfrey yang ikut bergabung dalam kampanye itu.

Beberapa hari setelah kejadian penembakan, Walmart bahkan menaikkan batas minimum usia pemilik senjata api dari sebelumnya 18 tahun menjadi 21 tahun. Parlemen Amerika dan Gedung Putih kembali sibuk termasuk Presiden Trump yang juga ikut menanggapi isu pengetatan kepemilikan senjata api ini.

Sebenarnya, Amandemen Ke-2 Konstitusi Amerika memang memungkinkan warga sipil memiliki senjata api. Namun undang-undang federal punya standar minimum yang berbeda-beda: ada yang ketat dan ada juga yang longgar.

Di Florida, misalnya, yang menjadi lokasi peristiwa penembakan terbaru, tidak ada syarat bagi warga untuk mendapatkan izin kepemilikan senjata api. Setiap orang di sana juga diperkenankan membawa senjata api secara sembunyi-sembunyi. Semangatnya semata sebagai pertahanan diri.

Semangat yang sama dan mungkin menjadi kutipan yang paling kuat dari film Death Wish seperti diutarakan ayahanda Paul Kersey (Bruce Willis): the only thing that stops a bad guy with a gun is a good guy with a gun.

Ya, ia mengatakan hal itu kepada Kersey sesaat setelah menghadiri pemakaman putrinya atau istri Kersey, Lucy (Elisabeth Shue). Lucy tewas di rumahnya setelah gerombolan penjahat merangsek masuk kediamannya saat ia dan anaknya Jordan (Camila Morrone) tengah mempersiapkan makan malam untuk suaminya.

Malam itu memang momen istimewa buat Lucy karena suaminya tengah berulang tahun. Tapi karena tugas rumah sakit yang tidak bisa ditinggalkan, Kersey, seorang dokter spesialis bedah itu, harus rela membatalkan perayaan ulang tahunnya bersama keluarga.

Di malam yang spesial itu juga, Kersey mendapati fakta bahwa istrinya tewas dan anaknya, yang baru mau masuk kuliah, dalam kondisi koma. Kersey, dengan pembawaan yang tenang, mendadak gundah seraya menyimpan rasa penasaran ihwal identitas pembunuh anggota keluarganya.

Tapi rupanya, rasa penasaran itu kian menguat setelah duo detektif yang mengurus kasus pembunuhan Lucy tak kunjung mendapatkan kemajuan penyelidikan yang berarti. Rasa penasaran itu kini bersalin rupa menjadi dendam.

Orang baik bersenjata pistol memang akhirnya harus menghentikan sendiri aksi pelaku kejahatan. Jadilah Kersey, sang penyelamat korban kena tembak di rumah sakit, kini seorang malaikat pencabut nyawa (grim reaper).

Iya membunuhi para penjahat yang berkeliaran di jalan dan menebar teror bagi warga tak berdosa. Aksinya itu dipandang heroik bagi sebagian kalangan. Tapi sebagian lagi menilai laku Kersey sebagai tindakan main hakim sendiri.

Perselisihan pendapat ini dipotret begitu kekinian oleh sutradara Eli Roth lewat serangkaian adegan diskusi dan debat publik, voting, hingga komentar yang melekat dalam video youtube hasil rekaman warga yang menyaksikan aksi Kersey. Semuanya membahas peristiwa terkini mengenai aksi Kersey.

Namun Eli Roth tahu filmnya ini akan menuai kecaman mereka yang pro pada pengetatan kepemilikan senjata api. Oleh karenanya, ia selipkan beberapa fragmen tayangan betapa berbahayanya aksi Kersey bila ditonton anak kecil.

Ya, ada adegan saat dua anak kecil tengah memperagakan laku Kersey saat beraksi: menodongkan pistol dengan tangan kiri, membidik, dan boom!!! Aksi yang dinilai berbahaya oleh duo detektif pencari fakta pembunuhan istri Kersey.

Dan akhirnya, kita pun tahu siapa pemenang dari pencarian pelaku pembunuhan istri Kersey ini. Sebab film ini juga pernah tayang pada 1974 dengan sutradara kala itu Michael Winner dan Wendell Mayes sebagai penulis skenario.

Tapi yang menarik dalam film ini adalah isu propaganda yang coba disuarakan oleh Eli Roth untuk mendukung kelonggaran kepemilikan senjata api bagi warga sipil. Aroma propaganda itu begitu kental terhidu ketika kepolisian dipotret seperti kesulitan mengungkap aksi para pelaku kejahatan.

Di tengah peningkatan aksi kriminalitas di Chicago, anggota kepolisian, termasuk duo detektif yang berurusan dengan Kersey, ditampilkan kerepotan dengan banyaknya aksi kejahatan. Sehingga keberadaan vigilante jadi tak terelakkan dan tindakan main hakim sendiri jadi pembenar untuk kondisi itu.

Berat memang memperketat kepemilikan senjata api bagi warga sipil kala industrinya sudah kadung menjamur di sana.

-----

Death Wish (2018)

Sutradara:Eli Roth; Penulis Skenario:Joe Carnahan; Produser:Roger Birnbaum; Genre:Aksi, Thriller, Crime; Kode Rating:+21; Durasi:107 menit; Perusahaan Produksi:Metro-Goldwyn-Mayer, Cave 76; Bujet Produksi:US$ 30 Juta

Pemeran:Paul Kersey (Bruce Willis), Frank Kersey (Vincent D'Onofrio), Detektif Kevin Raines (Dean Norris), Lucy Kersey (Elisabeth Shue), Jordan Kersey (Camila Morrone), Knox (Beau Knapp), Detektif Jackson (Kimberly Elise), Fish (Hack Kesy), Joe (Ronnie Gene Blevins), Bethany (Kirby Bliss Blanton)

sumber data film: IMDB

diadaptasi dari film tahun 1974 berjudul sama garapan sutradara Michael Winner dan Penulis Skenario Wendell Mayes yang juga mengadaptasinya dari novel "Death Wish" karangan Brian Garfield (1972)




Baca juga:
Mampir ke Toilet "5 Miliar" di Bawah Tanah Titik Nol Jogja
Nelayan Papela, "Human Trafficking", dan Harapan Baru Wisata Rote Timur
Pelarangan Cadar Berujung Kontroversi

Poin dan Pangkat, Untuk Anda yang Aktif Menjelajahi Kompasiana

$
0
0

Poin dan Pangkat, Untuk Anda yang Aktif Menjelajahi KompasianaBerbagai fitur sedikit demi sedikit kami luncurkan beriringan dengan munculnya tampilan dan mesin baru Kompasiana. Kami menambahkan lagi satu fitur yang sebenarnya sudah cukup lama masuk sebagai rancangan deretan fitur yang ada di Kompasiana.

Perkenalkan, Poin dan Pangkat!

Beberapa Kompasianer tentunya sudah banyak yang bertanya-tanya, hingga menerka apa fungsi dari fitur ini. Bahkan ada beberapa Kompasianer yang juga sudah membagikannya di media sosial, seperti yang sudah kami informasikan fitur ini sebelumnya masih dalam tahap ujicoba langsung. Jadi, apa yang sudah muncul di akun Anda saat ini, belum melalui perhitungan yang sebenarnya. Yang perlu diketahui ada dua sistem yang saling berkesinambungan, yaitu antara fitur Pangkat dan Poin.

Bagaimana sih cara mendapatkan Pangkat dan Poin tersebut?

Pangkat, singkatnya adalah sebuah tingkatan dari pencapaian poin yang Anda sudah dapatkan. Kami membaginya menjadi 7 tingkatan. Anda bisa cek di profil akun Anda masing-masing.

7 tingkatan

  • Debutan: 100-500 poin
  • Junior: 501-1500 poin
  • Taruna: 1501-10000 poin
  • Penjelajah: 10001-50000 poin
  • Fanatik: 50001-100000 poin
  • Senior: 100001-250000 poin
  • Maestro: 250001-1000000 poin

Nah, bagaimana cara Kompasianer bisa meningkatkan pangkat akun Anda? Caranya dengan mengumpulkan poin berdasarkan aktivitas Anda di Kompasiana. Poin akan meningkat apabila Anda melakukan hal berikut ini:

  • Mendapatkan komentar: 1 poin
  • Mendapatkan nilai: 1 poin
  • Posting artikel: 5 poin
  • Registrasi awal: 50 poin
  • Verifikasi hijau: 50 poin
  • Verifikasi biru: 100 poin
  • Artikel masuk daftar pilihan: 5 poin
  • Artikel masuk daftar headline: 10 poin

Untuk sementara poin akan dihitung berdasarkan aktivitas yang sudah disebutkan di atas, ke depannya aktivitas Anda ketika mengikuti kegiatan online maupun offline, hingga mendapatkan award bulanan hingga tahunan akan masuk ke daftar poin ini. Tunggu kembali perkembangan selanjutnya.

UPDATE: Seluruh poin telah direset dan juga sudah disesuaikan dengan perhitungan yang sebenarnya.

Selamat Bereksplorasi, Kompasianer!

---

Kevinalegion
Content and Community Officer of Kompasiana




Baca juga:
Cerpen| Akhirnya, Langitpun Runtuh Semua
Mampir ke Toilet "5 Miliar" di Bawah Tanah Titik Nol Jogja
Nelayan Papela, "Human Trafficking", dan Harapan Baru Wisata Rote Timur

Masih Perlukah Cabang Rutan?

$
0
0

Gedung Rutan Depok. Sumber: arsip pribadi

Ada reaksi masyarakat yang cukup hangat terhadap pemberian remisi bagi seorang narapidana yang ditempatkan di cabang rutan Brimob. Masyarakat mempertanyakan, apakah sang terpidana tersebut layak untuk mendapat remisi jika ternyata yang bersangkutan menjalani pidana TIDAK di lembaga pemasyarakatan (lapas)? Lalu, program pembinaan apa yang telah dijalankan oleh cabang rutan tersebut sehingga sang terpidana akhirnya layak mendapat predikat "berkelakuan baik" sebagai syarat untuk mendapatkan remisi?

Tulisan ini tidak akan masuk pada ranah pemberian remisi tersebut, karena jawabannya tentu akan juga dapat menimbulkan "kehangatan" yang lain. Tetapi, tulisan ini akan masuk pada aspek lain, yaitu tentang keberadaan cabang rutan yang dikelola oleh instansi di luar Kementerian Hukum dan HAM. Dalam tataran yuridis, pertanyaannya adalah masih perlukah ada cabang rutan di luar Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham)?

Jika mengacu pada penjelasan pasal 22 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) disebutkan bahwa selama belum ada rumah tahanan negara di tempat yang bersangkutan, penahanan dapat dilakukan di kantor kepolisian Negara, di kantor kejaksaan, di lembaga pemasyarakatan, di rumah sakit dan dalam keadaan yang memaksa di tempat lain.

Penjelasan pasal ini memberikan pemahaman bahwa penahanan di tempat-tempat lain, seperti di kantor Kepolisian Negara, kantor kejaksaan, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit, dan dalam keadaan yang memaksa di tempat lain, hanya dapat dilakukan apabila di tempat tersebut belum terdapat rumah tahanan negara (Rutan). Jadi, prinsipnya adalah apabila sudah terdapat rutan, maka, mengacu penjelasan pasal ini, tidak dimungkinkan lagi dilakukan penahanan di luar Rutan.

Munculnya penjelasan pasal 22 ayat (1) KUHAP tersebut sangat dapat dipahami karena pada saat disahkannya KUHAP, jumlah rutan masih sangat sedikit (terbatas). Kondisi ini tentu sangat berbeda dengan masa sekarang, di mana hampir di setiap kabupaten/kota sudah terdapat Rutan. Berdasarkan data pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan per Januari 2018, menunjukkan bahwa jumlah rutan adalah 219 unit di seluruh Indonesia. 

Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP, Pasal 18 menyebutkan:

  1. Di setiap Ibu Kota Kabupaten atau Kotamadya dibentuk Rutan oleh Menteri.
  2. Apabila dipandang perlu Menteri dapat membentuk atau menunjuk Rutan di luar tempat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang merupakan cabang dari Rutan.
  3. Kepala Cabang Rutan diangkat dan diberhentikan oleh Menteri. Yang dimaksud Menteri dalam aturan ini adalah Menteri Kehakiman (sekarang Menteri Hukum dan HAM).

Berdasarkan pada ketentuan pasal tersebut diatas maka dapat dipahami bahwa dalam keadaan tertentu, Menteri dapat membentuk Cabang rutan. Tetapi, Cabang rutan yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah Cabang rutan yang berkedudukan di kecamatan (lihat penjelasan pasal ini). Pembentukan Cabang rutan di kecamatan pada umumnya didasarkan karena alasan geografis, yaitu luasnya wilayah kabupaten yang bersangkutan.

Selanjutnya, pasal 38 PP 27/1983 disebutkan bahwa:

  1. Sebelum terbentuknya rutan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, Menteri menetapkan lembaga pemasyarakatan tertentu sebagai rutan.
  2. Menteri dapat menetapkan tempat tahanan yang terdapat dalam jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan dan tempat lainnya sebagai cabang rutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2).
  3. Kepala cabang rutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) memberi laporan bulanan tentang tahanan kepada Kepala Rutan yang daerah hukumnya meliputi cabang rutan tersebut.

Berdasarkan ketentuan Pasal 38 tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Bahwa lapas dapat melaksanakan fungsi sebagai tempat penahanan, jika belum terdapat rutan di wilayah tersebut.

2. Menteri dapat menetapkan tempat tahanan instansi lain, seperti di kepolisian, kejaksaan, BNN, dan lainnya sebagai cabang rutan. Namun harus dipahami bahwa ketentuan pasal 38 ini terdapat di dalam Bab Peralihan (bukan di dalam batang tubuh) PP 27/1983. Apa makna bab peralihan?

Di dalam angka 127 lampiran UU No.11 Tahun 2012 tentang Pembentukan Perundang Undangan, disebutkan bahwa Ketentuan Peralihan memuat penyesuaian pengaturan tindakan hukum atau hubungan hukum yang sudah ada berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang lama terhadap Peraturan Perundang-undangan yang baru, yang bertujuan untuk:

  • Menghindari terjadinya kekosongan hukum,
  • Menjamin kepastian hukum,
  • Memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena dampak perubahan ketentuan perundang-undangan, dan
  • Mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat sementara.

Pertanyaannya sekarang adalah; apakah sejak disahkannya peraturan pelaksanaan KUHAP yaitu pada tahun 1983 hingga saat sekarang tahun 2018 masih termasuk dalam masa transisi sehingga ketentuan tentang pembentukan cabang rutan sebagaimana dimuat dalam bab peralihan ini masih relevan dan dapat diterapkan?

3. Jika melihat alur pengaturan dalam Pasal 38 tersebut, dapat dijelaskan bahwa: apabila belum terdapat rutan, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan memfungsikan Lapas sebagai rutan (dimuat dalam ayat (1)). Nah, apabila ternyata di kabupaten/kotamadya belum juga terdapat Lapas maka penetapan tempat tahanan di kantor kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau tempat lainnya baru dapat dilakukan (dimuat dalam ayat (2).

Dengan memperhatikan beberapa peraturan di atas, maka dalam logika hukum saya, pembentukan cabang rutan di luar instansi Kemenkumham tidak lagi mempunyai landasan hukum yang kokoh. Dan logika hukum ini pun sesungguhnya telah dipahami dan disepakati bersama oleh instansi penegak hukum.

Hal ini tercermin dari adanya Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Jaksa Agung, dan Kepala Kepolisian RI Nomor 099/KMA/SKB/V/2010, M.HH-35.UM.03.01 Tahun 2010, KEP-059/A/JA/05/2010, dan B/14/V/2010 tentang Sinkronisasi Ketatalaksanaan Sistem Peradilan Pidana dalam Mewujudkan Penegakan Hukum Yang Berkeadilan, dalam poin 19 disebutkan tentang upaya pembenahan terhadap cabang rutan di luar Kemenkumham.

Juga sebagaimana tertuang dalam Memorandum of Understanding antara Kemenkumham, Kemenkeu, Polri, dan Kejaksaan Agung Nomor: M.HH.06.HM.03.02.1 Tahun 2011, Nomor: MoU-297.11.MK.04/2011, Nomor: B/24/VI/2011, Nomor: KEP.116/A/JA/06/2011 tentang Pengelolaan Cabang Rumah Tahanan Negara di Luar Kementerian Hukum dan HAM. Pada Pasal 7 MoU ini mengatur tentang peninjauan kembali status Cabang rutan di luar Kemenkumham. Munculnya MoU ini juga merupakan respon atas peristiwa "pelesiran" terpidana Gayus Tambunan ke Bali saat yang bersangkutan masih menjalani pidana di Cabang Rutan di luar kemenkumham.

Menutup tulisan ini, perlu dikemukakan bahwasannya penetapan Cabang rutan di luar Kemenkumham akan sangat melemahkan mekanisme check and balances dalam proses penegakan hukum. Bagaimana mungkin instansi yang mempunyai kewenangan melakukan penahanan juga menjalankan fungsi pengelolaan tempat tahanan (rutan)?

Bahwa argumentasi yang seringkali dikemukakan tentang adanya kelancaran dan kemudahan dalam proses pemeriksaan/penyidikan jika instansi di luar Kemenkumham mempunyai cabang rutan, maka sebenarnya argumentasi ini kurang tepat. Karena, dalam tataran praktis saat sekarang, proses pemeriksaan/penyidikan yang dilakukan oleh instansi kepolisian, kejaksaan, pengadilan, BNN, dan penegak hukum lainnya tetap dapat berjalan tanpa harus membentuk cabang rutan di masing-masing instansi tersebut.

Jika pun terdapat kelemahan dalam pengelolaan rutan yang diselenggarakan oleh Kementerian Hukum dan HAM, maka perbaikan dan koreksi terhadap rutan ini memang wajib terus dilakukan. Namun bukan berarti kelemahan tersebut dijadikan sebagai alasan pembenar untuk membentuk cabang rutan yang dikelola oleh instansi lain. Karena jika hal ini yang terjadi maka pada tatatan lebih jauh justru akan dapat merusak tatanan penegakan hukum.

Demikian, terima kasih.

Wassalam

BL, 7 Maret 2018




Baca juga:
Migrasi dari Kapur Tulis Sampai pada Pak Mendikbud
Kembalinya Tokoh Utama Cerita Kita dengan Sebelah Matanya
"Tomb Raider", Lara Croft dan Awal Mula Kisah Petualangannya

"Ampiang Dadiah" nan Menggoyang Lidah

$
0
0

DADIAH. Ruas bambu ini berisi dadiah, fermentasi susu kerbau, sebagai bahan membuat ampiang dadiah. (Foto: Gapey Sandy)

"Oh, emping yang dari melinjo itukah?" tanya saya. Kontan semua menertawakan saya. "Bukan itu. Ampiang yang ini berasal dari beras ketan," jawab pria penjaja ampiang dadiah.

Begitulah, saya menjadi malu sendiri ketika dengan sok tahu mengartikan "ampiang" sebagai "emping" dari Melinjo. Ternyata, salah sama sekali!

"Ampiang" yang disebut-sebut ini tak lain adalah beras ketan yang sudah ditumbuk. Tidak menjadi hancur, tetapi hanya berubah bentuk dari buliran menjadi pipih. Maklum, dalam pendengaran saya, mereka menyebutkannya dalam logat Bahasa Minangkabau menjadi terdengar seperti "amping" atau "emping".

Hahahaaaa ... saya jadi malu sendiri.

AMPIANG DADIAH. Seporsi ampiang dadiah, lamaknyo. (Foto: Gapey Sandy)

Gagal paham soal ampiang ini belum lama terjadi. Tepatnya ketika pada Sabtu (3/3) kemarin, saya menempuh rute perjalanan darat dari Bukittinggi ke Muara Labuh, Solok Selatan. Perjalanan sejauh kira-kira 188 Km ini melewati rute Jalan Raya Padang-Solok, dengan waktu tempuh sekitar 5 jam.

Kalau pernah melintasi Jalan Raya Padang-Solok ini, suasana pemandangan alamnya begitu cantik. Meski jalanannya berkelok-kelok lantaran "membelah bukit", tetapi hawa sejuk dan pemandangan alamnya teramat laik untuk dinikmati.

Pebukitan menghijau, perkebunan nan subur yang didominasi bawang merah juga kubis, hamparan kebun teh yang mirip karpet, langit membiru dengan gumpalan awan, serta perubahan cuaca yang biasa cepat terjadi antara kondisi cerah dan tiba-tiba menjadi mendung serta berkabut di atas bukit.

Jangan juga pernah pejamkan mata kita, ketika perjalanan sudah memasuki wilayah Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, karena pandangan mata ini akan dimanjakan dengan Bukit Barisan yang berbaris seperti tiada habis, lembah subur nan menghijau, serta dua danau, yaitu Danau Di Atas (Di Ateh) dan Danau Di Bawah, yang biasa orang sebut sebagai Danau Kembar.

Peta perjalanan dari Bukittinggi ke Alahan Panjang, Kab Solok. (Sumber: Google Maps)

Kalau tidak terburu-buru, mampirlah ke lokasi wisata Panorama Danau Kembar. Tiket masuk hanya Rp 5.000. Meski saya sebut tiket masuk, tapi tetap saja, pengunjung tidak menerima sobekan tiket. Tak apalah, yang penting di sini, kita bisa menikmati mantapnya kopi cap "Timbangan Gantung", Teh cap "Kayu Aro", juga buah-buahan yang segar seperti strawberry, delima, labu dan lainnya. Semua, hasil produksi setempat!

Jangan lupa, naiklah ke bukit yang ada pos kecil dengan atap berbentuk rumah gadang. Enggak jauh dari tempat parkir 'kok. Ada tangga batu untuk mencapai puncak, jadi kita enggak usah "mendaki". Dari atas sini, kita bisa menyaksikan hamparan perairan nan membiru juga tenang di Danau Di Atas dan Danau Di Bawah. Kedua Danau Kembar ini terpisahkan oleh pebukitan yang sebagian lahannya dimanfaatkan petani untuk berkebun. Tapi, kedua danau ini pisahnya enggak jauh-jauh 'kok, sebab nanti malah kangen ... hahahaaa. [#GombalWarning]

Eh, jangan tanya soal bagaimana hawa di sini. Ibaratnya, kalau AC mobil dimatikan pun, tidak akan panaslah dalam mobil. Pokoknya, cukup dingin, sejuk dan nyaman. Apalagi sambil menyeruput segelas kopi lokal produksi Solok tadi.

Pemandangan ciamik di Alahan Panjang, Kab Solok. (Foto: Gapey Sandy)

Pemandangan indah Danau Kembar di Lembah Gumanti, Kab Solok. (Foto: Gapey Sandy)

Sayang seribu sayang, obyek wisata Panorama Danau Kembar ini seolah kurang terpelihara. Untuk menuju ke lokasi wisata ini saja, rambu lalu lintas maupun informasi penunjuk arah nyaris tak ada. Bahkan ketika di gerbang masuk, plang nama hanya terbuat seadanya, dengan tulisan tangan yang nyaris tak terbaca. Beberapa orang menanti di gerbang, mengutip uang masuk tanpa ada sobekan tiket sama sekali. Sampai di lokasi parkiran kendaraan, sebelah kiri terdapat beberapa kantin yang menjual makanan, minuman, buah, sayur-mayur dan bunga-bunga hias warna-warni. Sisi kanannya, ada seperti bekas restoran atau kantor pengelola yang dibiarkan rusak dan terlantar.

Untunglah semua kondisi yang mengenaskan ini terbayar dengan pemandangan menakjubkan ke sekeliling alam. Langit membiru, awan menggumpal putih, bukit nan subur, perkebunan yang luas dan rapi, serta sudah tentu view Danau Di Atas dan Danau Di Bawah yang bisa terlihat begitu indah perairan maupun pemandangan di sekitarnya.Danau Di Bawah, salah satu dari dua danau atau Danau Kembar, Kab Solok. (Foto: Gapey Sandy)Pemandangan Danau Di Atas - satu dari dua danau yang ada - di Danau Kembar, Kab Solok. (Foto: Gapey Sandy)

"Ampiang Dadiah", sereal ketan dan yogurt susu kerbau

Puas menikmati segelas kopi khas Solok dan memanjakan mata dengan keindahan alam sekitar Danau Kembar, perjalanan menuju Muara Labuh, Solok Selatan lanjut lagi.

Sekitar 18-19 Km dari lokasi Danau Di Atas, atau sekitar 40-an menit perjalanan naik mobil dengan lintasan yang terus berkelok, menanjak, juga menurun, sampailah kami di kawasan Lubuak Batu Gajah, Jorong Cubadak, Nagari Aie Dingin, Kecamatan Lembah Gumanti, masih di Kabupaten Solok. Tepatnya di Rumah Makan Vina.

Di sini, dijual kuliner khas Sumatera Barat yang namanya sudah disebut sejak awal tulisan ini, apalagi kalau bukan "Ampiang Dadiah". Rumah makan ini sederhana saja. Lokasinya pinggir jalan dan berada di lembah. Ya pastilah, namanya juga di Kecamatan Lembah Gumanti, bukan?

Di halaman depan rumah makan, saya melihat berjejer potongan ruas bambu hijau berukuran besar, dengan diameter sebesar paha orang dewasa. Ruasnya panjang, sekitar 1 meteran, dan pada pangkal atasnya ditutup dengan plastik kresek warna-warni. Rapat dan rapi sekali.

Ruas bambu berisi dadiah, hasil fermentasi susu kerbau di rumah makan Vina, Lembah Gumanti, Kab Solok. (Foto: Gapey Sandy)

Nah, itulah sebenarnya yang dinamakan "Dadiah".

Dadiah adalah susu kerbau. Ruas bambu hijau tadi adalah wadah untuk menyimpan susu kerbau. Dalam tempo 2 hari 2 malam, susu kerbau cair yang semula segar berubah wujud menjadi beku atau cenderung kenyal seperti agar-agar, ya jelas akibat proses pengendapan (di dalam ruas bambu). Warnanya tetap putih, tetapi tidak seputih seperti sebelumnya. Sudah agak sedikit mengeruh meski tetap putih.

Saya pun mewawancarai bapak pengelola rumah makan yang menjajakan ampiang dadiah ini. Waktu saya tanya siapa namanya, lelaki separuh baya dengan kumis cukup lebat ini hanya menyebut bahwa namanya, "Al".

[Catatan saja, ya memang begitulah barangkali "orang Minang" dalam menyebutkan namanya. Kakak ipar lelaki saya, di rumahnya pun biasa dipanggil dengan "Al" atau "Lalal". Padahal, nama lengkapnya "Aldeman"]

Okelah, jadi kalau begitu kita sebut saja nama penjaja ampiang dadiah ini Uda Al. hehehehee ... alias "Abang Al".

Susu kerbau yang difermentasikan selama 2 hari 2 malam di ruas bambu. (Foto: Gapey Sandy)

Menurut Uda Al, dadiah berasal dari susu kerbau (kabau). Tetapi bukan sembarang kerbau lantas diperah susunya. "Hanya kerbau yang baru melahirkan. Itu pun, masih harus menunggu anak kerbaunya berusia 2 bulan terlebih dahulu, baru kemudian susu induknya diperah, dan disimpan untuk dijadikan dadiah. Kalau tidak begitu, ya tidak bisa dijadikan dadiah," ujar Uda Al.

Dadiah ini, untuk mudahnya, bolehlah disebut sebagai yogurt. Tapi, bukan yogurt yang dihasilkan dari susu sapi, melainkan susu kerbau!!!

Untuk membuat seporsi ampiang dadiah, jelas Uda Al, gampang saja (tonton: videonya).

"Mulanya, kita ambil ampiang yang berasal dari beras ketan yang sudah ditumbuk sehingga bulirnya berubah menjadi pipih. Bolehlah ini kemudian kita anggap sebagai 'sereal'-nya. Untuk ukuran seporsi ampiang dadiah, perlu sekitar 3 sendok ampiang yang dituang di atas piring. Lalu, ampiang di piring tadi disiram air panas secukupnya. Ampiang kemudian agak ditekan-tekan sehingga cukup melembut. Selanjutnya, ampiang ditiriskan dari sisa air panas tadi," tutur Uda Al.AMPIANG. Beras ketan yang sudah ditumbuk. (Foto: Gapey Sandy)

Seporsi ampiang (dadiah) dengan wadah piring. (Foto: Gapey Sandy)

Proses berikutnya, mengambil sekitar 2 sendok dadiah yang sudah jadi. Taruh di atas ampiang, dan buat agak merata. "Kemudian, taburkan parutan kelapa sekitar 3 sendok. Lalu, ratakan lagi, sesudah itu siram dengan gula aren cair. Maka selesailah seporsi ampiang dadiah untuk disajikan ke pelanggan," urai Uda Al lagi.

Seporsi ampiang dadiah harganya Rp 20.000.

Rasanya? Jangan tanya nikmatnya. Ada sensasi kriuk "sereal" atau ampiang beras ketan yang hambar, dengan kelembutan tekstur dadiah yang cukup agak terasa asam di lidah. (Ya gimana sih rasa yogurt yang asam, ya begitu juga sama dengan rasa dadiah). Tetapi, ini masih bercampur dengan parutan kasar kelapa yang gurih, dan mencecap manisnya gula aren.

Cukuplah "ampiah dadiah" ini membuat lidah bergoyang. Enak sih ....

"Saya baru menjual ampiang dadiah ini sejak tahun 2000. Sebelumnya, orang tua saya sudah lebih dahulu menjajakannya. Banyak orang dari Kota Padang, Muara Labuh dan lainnya yang datang ke sini, hanya untuk menyantap ampiang dadiah. Pulangnya, mereka bawa dadiah yang masih ada di dalam bambu. Kalau mereka yang membawa sepeda motor, biasanya ruas bambu isi dadiah ini diikat di samping belakang sepeda motornya," jelas Uda Al.

Ooohhh ... makanya jangan heran, kalau ketemu pengendara sepeda motor melintas di sekitar Jalan Raya Padang-Solok, maupun Jalan Raya Padang-Surian serta Jalan Raya Muara Labuh mengikatkan bambu hijau dan ditutup plastik pada pangkal ruas atasnya, ya itu pasti bawa dadiah.

Kalau saya pikir-pikir, dadiah ini bisa lho disantap dengan sereal umum yang dijual di swalayan. Atau, disantap dengan es krim, es cendol, peuyeum colenak atau bagaimana sajalah suka-sukanya. Dicampur agar-agar, atau disantap dengan nata de coco maupun aloe vera juga pasti mak nyusss ... Dadiah dalam bambu bisa tahan seminggu asal disimpan dalam kulkas. (Eh, ingat lho ya, di India, susu kerbau juga dimanfaatkan untuk dijadikan dadih, keju maupun yogurt).

Ampiang Dadiah jadi menu andalan. (Foto: Gapey Sandy)

Harga sebatang bambu berisi dadiah bervariasi. Ada yang ruas bambunya agak kecil, ya bisa saja Uda Al menjualnya seharga Rp 70.000 per batang. Sedangkan yang diameter bambu hijaunya besar, bisa mencapai Rp 100.000. "Saya hanya ambil untung Rp 10.000 per batang bambu isi dadiah," aku Uda Al.

Oh ya, untuk perbatang bambu isi dadiah ini bisa diolah untuk membuat 10-15 porsi ampiang dadiah. Andai saja kita hitung cukup untuk membuat 15 porsi, maka tinggal dikalikan dengan Rp 20.000, menjadi sama dengan Rp 300.000,- Wowww ... sebatang bambu dadiah yang katakanlah seharga Rp 100.000, bisa dilipatgandakan uangnya jadi Rp 300.000. Dengan catatan, belum dikurangi belanja beras ketan, kelapa dan gula aren. (Lumayan juga kelihatannya laba jualan ampiang dadiah, tertarik yaaa ...? Jualan yuk ...)

Perbandingan susu kerbau vs susu sapi

"Badan langsung terasa hangat, sesudah menyantap ampiang dadiah," ujar Rachmad, teman saya yang bertugas menggawangi kemudi setir kendaraan. Begitu saya lirik piringnya, seporsi ampiang dadiah ludes disantap pria asal Cupak, Solok ini.

Efeknya badan segera jadi hangat?

Hmmmm ... emangnya apa aja sih kandungan susu kerbau itu?

Kandungan susu kerbau vs susu sapi. (Sumber: tipsehatcantikalami.blogspot.co.id)

Mengutip merdeka.com yang melansir Health Site, susu kerbau mengandung 5 hal:

  • Kaya protein. Susu kerbau mengandung protein dengan 9 asam amino. Segelas susu kerbau mengandung sekitar 8,5 gram protein. Susu kerbau bisa direkomendasikan untuk orang lanjut usia demi melindungi kesehatan otot.
  • Kaya mineral. Susu kerbau kaya kalsium yang penting bagi kesehatan tulang juga gigi. Minum susu kerbau teratur bisa melindungi diri dari Osteoporosis. Susu kerbau juga kaya magnesium, potasium dan fosfor. Susu kerbau juga kaya zat besi yang penting bagi produksi sel darah merah plus meningkatkan fungsi otot.
  • Kaya vitamin. Susu kerbau mengandung banyak riboflavin dan vitamin B12. Sebuah penelitian mengungkapkan, vitamin B12 bisa mencegah serangan jantung dan stroke. Di dalam susu kerbau juga terkandung vitamin A, vitamin C dan thiamin. Begitu juga folat, vitamin B6 dan Niacin.
  • Rendah kolesterol. Kolesterol buruk sering dianggap berbahaya untuk kesehatan. Susu kerbau hanya mengandung sedikit kolesterol. Ini artinya, susu kerbau bisa jadi pilihan alternatif bagi pasien penyakit jantung dan diabetes. Susu kerbau juga bisa menurunkan tingkat kolesterol buruk (LDL).
  • Tinggi lemak. Kalau ingin menaikkan berat badan, susu kerbau merupakan salah satu pilihan. Susu kerbau mengandung lebih banyak lemak dibandingkan susu sapi. Lemak ini meningkatkan massa otot dan membantu menggemukkan tubuh. (Wowwww ... yang ke-5 ini enggak nahan deh buat saya mah).

Foto Bupati Solok H Muzni Zakaria mengangkat dadiah dipajang di rumah makan Vina, Lembah Gumanti, Kab Solok. (Foto: Gapey Sandy)

Di Sumatera Barat, yang jualan ampiang dadiah ada di beberapa tempat seperti Kota Padang, Bukittinggi (kabarnya ada di Pasar Atas, tapi kan lokasinya masih renovasi usai kebakaran), Padangpanjang dan Payakumbuh (Bofet Sianok di Jalan Ahmad Yani).

Sedangkan kalau di ibu kota, menurut kabar ada dijual di Resto Gumarang, Jalan Enggano Raya, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Selamat berburu dan bersantap kuliner khas Sumatera Barat.

Sungguh ... Ampiang dadiah nan menggoyang lidah.


oo o O o oo


Baca juga tulisan sebelumnya:

"Saribu Rumah Gadang", Pesona Peradaban Nenek Moyang




Baca juga:
Menuntut Intervensi Terhadap Pelatih
Migrasi dari Kapur Tulis Sampai pada Pak Mendikbud
Kembalinya Tokoh Utama Cerita Kita dengan Sebelah Matanya

Menyoal Cadar dan Radikalisme di Kampus

$
0
0

Foto: EPA

Heboh soal larangan memakai cadar di Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta, seakan mengalami puncaknya, padahal, jauh sebelum ini pada tahun 2017 lalu, di kampus UIN Jakarta, seorang staf pengajar pernah diberhentikan karena terus "ngeyel" memakai cadar dalam setiap kali aktivitas mengajarnya.

Cadar seakan menjadi polemik yang kemudian "dipolitisasi" seakan-akan mereka yang melarang penggunaan cadar dianggap "liberal" atau bahkan melakukan pelanggaran HAM. Padahal, liberal dalam beberapa hal itu perlu, sebagai wujud kebebasan berpikir selama seluruh argumentasinya dapat dipertanggungjawabkan. Pun soal HAM yang dibidik pada persoalan kebebasan beribadah, rasanya kurang tepat, karena cadar bukan ibadah, tetapi bagian dari ekspresi kebebasan berpakaian seseorang.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah merilis sebuah penelitian pada 2011 lalu, bahwa 5 perguruan tinggi negeri ternama telah disusupi paham radikal. Bahkan, tahun 2016 lalu, LIPI juga menyatakan hasil risetnya, bahwa 86 persen mahasiswa yang berasal dari beberapa kampus besar di Pulau Jawa menolak ideologi Pancasila dan menginginkan penegakkan syariat Islam (lipi.go.id, 19/2/2016). 

Inilah barangkali yang menjadi acuan rektor UIN Yogyakarta melalui pernyataannya bahwa patut diduga mahasiswa yang bercadar menganut Islam yang berlawanan dengan Pancasila, UUD 1945, dan Islam moderat di Indonesia (tirto.id, 07/3/2018). Fenomena cadar di kampus, seakan menjadi "pemicu" meningkatnya radikalisme yang justru kian marak di kampus-kampus.

Benarkah fenomena cadar terkait erat dengan peningkatan radikalisme di kampus? Memang sangat simplistik jika membuat kesimpulan bahwa mereka yang memakai cadar cenderung "radikal" dibanding yang tidak. Untuk mengukur tingkat radikalisme, sangat banyak indikator yang harus dipakai, bahkan terkadang indikator-indikator tertentu cenderung tendensius bahkan mungkin prematur. Seperti misalnya, untuk mengukur seseorang toleransi atau intoleransi, diujikan dengan indikator seberapa sering seseorang mendengarkan berita keagamaan atau seberapa sering dirinya pergi ke masjid. Beberapa indikator penelitian ini tentu saja "tendensius" sehingga mengukur tingkat intoleransi dengan radikalisme belum tampak sepenuhnya utuh dan komprehensif.

Kita lupakan soal banyaknya penelitian soal intoleransi agama, karena hasil riset ini pun mendapatkan banyak kritik dari beragam pihak, sehingga belum sepenuhnya menjadi ukuran baku yang patut dipublikasikan.

Namun yang pasti, mengukur penggunaan cadar oleh mahasiswa di kampus ---saya kira--- belum dapat disimpulkan sebagai terindikasi radikalisme. Walaupun memang sulit untuk tidak mengatakan bahwa, ekspresi seseorang yang memakai cadar, tidak semata-mata kesadaran dari dalam dirinya sendiri, namun lebih banyak terpengaruh oleh pemahaman agama yang cenderung ekstrem dan tidak moderat. Bagaimana tidak, kewajiban dalam syariat Islam, tentu saja adalah jilbab ---dengan beragam perluasannya--- yang pada umumnya yang boleh terlihat dari seorang wanita mukmin hanyalah "wajah" dan "telapak tangan", tidak tertutup semuanya.

Memang sulit dipungkiri, soal cadar ini sangat sensitif, terlebih di tengah kondisi masyarakat yang sedemikian curiga terhadap berbagai pihak yang menginginkan negara ini menjadi "liberal", tak ubahnya negara-negara Barat yang telah lebih dulu menganut paham liberalis. Isu liberal dan politisasi agama ini seakan menjadi arus utama yang sedemikian menguat ditengah ekspresi politik umat Islam Indonesia. Sehingga yang terjadi justru "benturan" di antara sesama umat Islam sendiri. Dapat dibayangkan, soal umrah saja yang dilakukan pihak-pihak tertentu yang mengekspresikan kecintaannya kepada Tanah Air dengan menyanyikan lagu "yaalal wathon" atau meneriakkan Pancasila di tengah-tengah ibadah sai, terus "digoreng" menjadi isu politik yang semakin menajam.

Entah, apakah ini erat kaitannya dengan tahun politik ditengah semaraknya pilkada dan sebentar lagi pilpres, namun yang jelas fenomena "benturan" itu terus menguat dan masing-masing pihak sulit ditarik ke arah titik temunya. Hal ini diperkeruh oleh ungkapan-ungkapan pro kontra yang terus membanjiri media konvensional dan sosial yang masing-masing tampak mempertahankan argumentasinya.

Ruang-ruang diskusi pro-kontra saat ini berpindah ke jalur media sosial yang justru semakin sulit dikontrol, sehingga terus menerus membelah opini masyarakat. Maka tak heran, soal apa saja, baik politik, hukum, agama, bahkan soal kebijakan kampus, sudah tidak lagi menjadi milik otoritas kampus untuk mengaturnya, tetapi publik sudah ikut menentukkan kemana arah kebijakan sebuah kampus semestinya diarahkan.

Bagi saya, cadar adalah persoalan "furu'iyyah" (cabang dalam agama) dan bukan "ushuliyyah" (pokok dalam agama), sehingga bercadar maupun tidak tentu saja pilihan masing-masing. Cadar yang kemungkinan terjemahan dari istilah "niqab" dalam bahasa Arab, memiliki konotasi yang sama dengan makna "jilbab" dalam terminologi syariat Islam.

Jilbab erat kaitannya dengan tradisi bangsa Arab, sehingga banyak sekali definisi yang berbeda. Terkadang istilah ini disebut "khimar"; (kerudung); atau "milhaf" (selimut); atau juga "niqab" (cadar). Yang jadi persoalan kemudian, manakah batasannya berjilbab itu? Apakah wajahnya boleh terlihat atau ditutup semua hingga hanya mata yang terlihat? Itulah aspek budaya, bagaimana setiap orang mempunyai persepsinya sendiri-sendiri secara berbeda, disesuaikan dengan landasan syariat Islam yang telah ada.

Alangkah baiknya kita-pun tak terlampau alergi terhadap sebuah kebijakan, apalagi kebijakan tersebut tak berdampak serius terhadap ekspresi kebebasan seseorang. Saya kira, memakai jilbab bagi perempuan beriman sudah cukup, sebagai ekspresi sikap keberagamaan mereka, tanpa harus melebih-lebihkannya dengan menggunakan cadar.

Saya mengapresiasi ungkapan Prof Mahfud MD dalam akun twitter-nya yang menyebutkan, "Tidak ada yang berhak melarang orang menutupi diri dengan berpakaian apa saja. Tapi jangan menista orang dengan berpakaian biasa dengan melanggar agama. Pakaian itu boleh apa saja, asal sopan saja".

Saya justru khawatir, nanti timbul isu yang berkembang, menyoal cadar dilarang, tetapi pakaian tak sopan dibiarkan. Inilah yang kemudian menjadi dampak dari "goreng-menggoreng" isu yang belakangan semakin melampaui batas yang keseluruhannya seperti tampak bicara agama, padahal urusan dunia.

Saya kira, UIN Yogyakarta juga harus menjelaskan kepada publik, alasan-alasan logis yang dapat diterima semua pihak, soal mengapa diberlakukan soal larangan cadar. Membuat kebijakan, tentu saja harus mengandung aspek kemanusiaan demi tujuan-tujuan kemaslahatan bukan melanggarnya.

Sejauh ini, ungkapan-ungkapan nyinyir soal UIN yang memang kampus berbasis pendidikan agama Islam, selalu dimanfaatkan menjadi isu-isu politik demi kepentingan-kepentingan bisnis dan keekonomian. Padahal, sejauh ini, UIN selalu mempromosikan nilai-nilai moderat ajaran Islam yang ditunjukkan oleh beragam jurusan dan konsentrasi bidang keagamaan, walaupun belakangan minat terhadap jurusan keagamaan di UIN jelas relatif menurun, dibanding ketika UIN masih menjadi IAIN. Ketika sudah sepi peminat terhadap jurusan keagamaan saja, UIN masih terus dipersepsikan sebagai kampusnya orang-orang "liberal". Marilah berpikir dan bersikap moderat (tasamuh, adil, tawazun), karena hanya itu yang akan mendekatkan seseorang kepada takwa.




Baca juga:
Misteri Fosil Makhluk Laut di Dinding Goa Gunuangomeh, Sumatera Barat
Menuntut Intervensi Terhadap Pelatih
Migrasi dari Kapur Tulis Sampai pada Pak Mendikbud

Inilah Kompasianer yang Paling Aktif Berinteraksi di Kompasiana Selama Februari

$
0
0

Dok. Kompasiana

Seperti biasa, kali ini kami akan menginformasikan pada Anda siapa saja tujuh Kompasianer yang paling aktif di bulan Februari kemarin. Berikut ini selengkapnya.

Peringkat 7

Sri Wantala Achmad

Dok. Kompasiana

Kompasianer ini sangat baru bergabung di Kompasiana. Tercatat ia baru bergabung sejak 9 Februari 2018 kemarin. Ia banyak menulis sastra, bahkan dari profilnya, karya-karyanya pernah dimuat di media massa nasional dan di luar Indonesia. Ia cukup aktif berinteraksi di Kompasiana dan menempati peringkat ke tujuh.

Peringkat 6

Mim Yudiarto

Dok. Kompasiana

Kompasianer Mim Yudianto baru bergabung sejak 16 Maret 2017 lalu. Selama itu ia telah menghasilkan sebanyak lebih dari 800 artikel dan tidak sedikit di antaranya mendapatkan label pilihan. Dari profilnya kita bisa menyimpulkan bahwa Mim adalah penulis buku yang rata-rata isinya adalah puisi bahkan ada juga novel tetralogi yang telah ia terbitkan. Di Kompasiana, ia menempati peringkat ke enam sebagai Kompasianer paling aktif Februari ini.

Peringkat 5

Rudy Yuswantoro

Dok. Kompasiana

Tidak banyak informasi yang bisa didapat dari halaman profil Kompasianer ini. Ia telah bergabung sejak 10 November 2015 lalu dan selama itu ia telah menulis lebih dari 800 tulisan. Bulan ini ia telah menulis sebanyak lebih dari 150 tulisan dan cukup aktif memberi nilai pada artikel Kompasianer lainnya.

Peringkat 4

Bahrul Ulum

Dok. Kompasiana

Kompasianer  ini terbilang baru bergabung dengan Kompasiana. Itu bisa Anda simpulkan  jika melihat catatan statistik pada profilnya. Bergabung sejak November  2017 lalu, ia telah menulis lebih dari 152 artikel yang bisa dikatakan cukup produktif. Selama Februari lalu ia banyak menulis seputar humaniora dan fenomena  yang ada di sekitarnya. Ia juga aktif dalam memberi nilai dan berkomentar di artikel Kompasianer lainnya. Bahrul ulum menempati posisi ke empat sebagai yang teraktif Februari ini.

Peringkat 3

Akhmad Husaini

Dok. Kompasiana

Posisi ke dua ditempati oleh Kompasianer Akhmad Husaini. Ia aktif menulis puisi-puisi di Kompasiana. Pada bulan Maret dan April 2017 lalu Kompasianer ini menempati peringkat pertama, namun kemudian beberapa bulan berikutnya tak lagi masuk dalam jajaran 7 besar teraktif. Namun kali ini Akhmad Husaini aktif menulis, memberi nilai serta memberi komentar selama Februari 2018.

Peringkat 2

Rustian Al Ansori

Dok. Kompasiana

Peringkat pertama Kompasianer teraktif dan produktif bulan Januari ini ditempati oleh Rustian Al Ansori. Jika dilihat dari deskripsi profilnya, Rustian pernah bekerja di sebuah lembaga penyiaran dan berdomisili di Sungailiat, Bangka Belitung. Rustian yang telah bergabung sejak 26 Februari 2014 ini telah menulis sebanyak lebih dari 130 artikel serta aktif memberi nilai dan komentar selama Februari ini.

Peringkat 1

Susy Haryawan

Dok. Kompasiana

Susy adalah salah satu Kompasianer yang sudah cukup lama bergabung di Kompasiana. Ia sejak 2014 silam telah aktif menulis dan sudah menghasilkan lebih dari seribu artikel. Pada Kompasianival 2016 lalu ia mendapat penghargaan dalam kategori Best in Opinion, dan memang jika Anda adalah pembaca yang tertarik dengan politik maka ulasan Kompasianer ini mesti Anda baca.

Susy menempati peringkat ke tujuh sebagai Kompasianer teraktif bulan Februari lalu. Kompasianer ini tercatat memiliki aktivitas yang tinggi di Kompasiana. Selain menulis setidaknya satu tulisan per hari (jika dirata-rata) ia juga berinteraksi dengan saling membalas komentar serta memberi nilai.

(Yud/Lbt)




Baca juga:
Mengintip Suksesnya Nadiem Makarim Menjadi "Raja Ojek"
Misteri Fosil Makhluk Laut di Dinding Goa Gunuangomeh, Sumatera Barat
Menuntut Intervensi Terhadap Pelatih

Jalan-jalan Murah ke Pulau Langkawi, Malaysia

$
0
0

lrm-export-20171125-195511-01-5aa0d62d5e13731bfe6f5242.jpeg

Langkawi, mungkin namanya masih asing di telinga kita. Langkawi merupakan sebuah pulau yang berada di Malaysia. Untuk mencapai ke sana ada banyak cara yang bisa ditempuh. Salah satunya menggunakan pesawat dari Kuala lumpur menuju Langkawi atau mengunakan bus dari terminal TBS (Terminal Bersepadu Selatan) yang berada di Kuala Lumpur menuju ke Kuala Perlis lalu setelah itu dilanjutkan dengan menyeberangi laut menggunakan kapal ferry.

Perjalanan kami dimulai dari Kuala Lumpur, setelah sebelumnya menghabiskan malam pergantian tahun baru di Singapore dan keesokan harinya di tanggal 1 Januari kami melanjutkan perjalanan menuju Kuala Lumpur. Sesampainya di Kuala Lumpur kami menghabisakan sisa waktu yang tersisa untuk berkeliling Kuala Lumpur karena jadwal flight kami jam 22.00 PM. Setelah puas berkeliling Kuala Lumpur malam harinya kami melanjutkan perjalanan ke Langkawi.

Kali ini kami akan mengunakan pesawat untuk menuju ke Langkawi. Dari Batu Cave kami memilih mengambil jalur train ke KL Central, lalu dari KL Central untuk mencapai Bandara KLIA2 kami menggunakan Train Express. Dari namanya saja kita tentu tahu tarifnya pasti tidaklah murah, yap bener, untuk sekali jalan kami di kenakan biaya 50RM per orang.

Oh ya, sebenarnya ada bus juga ke sana dan harganya sangat murah. Tapi waktu itu kami belum tau dan juga waktu yang tak memungkinkan, yaitu bus menuju KLIA 2. Tapi worth it lah menurut saya, train yang kami gunakan ini sangat cepat dan juga sangat nyaman. Bukan kami namanya kalau tidak iseng, sangking isengnya salah satu dari teman saya mencoba memain-mainkan pintu toilet yang ada di train tersebut, ahhahaha, oh ya train ini dilengkapai dengan toilet yang sangat bagus dan hampir bisa dibilang mirip-mirip toilet di hotel gitu. dokumen pribadi

Jika kalian mencoba menggunakan Train Express, saya saranin kalian pilih tempat duduk yang berada di depan, kalau yang di belakang juga gapapa, tapi bagian depan dan belakang sangat berbeda tempat duduknya, kami si bilangnya di depan itu tempat VIP sih, soalnya kursi kursinya saling berhadapan dan juga ada meja yang bisa digunakan untuk meletakkan makanan atau minuman. Oh ya untuk bagian depan itu hanya bisa kira kira 16 orang saja.dokumen pribadi

Perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Langkawi cukup dengan 1 jam menggunakan pesawat dan jika menggunakan bus bisa menghabiskan waktu sekitar 11 jam. Naa atas dasar hal itu lah kami memilih menggunakan pesawat dan atas dasar penghebatan biaya pula lah kami memilih menggunakan bus ketika pulang dari Langkawi, karena sebenarnya perjalanan kami di mulai dari Batam dan untuk direct flight Langkawi ke Batam belum ada ditambah lagi mahalnya harga tiket pesawat dari Kuala Lumpur menuju Batam.

Maka dengan segenap hati kami putuskanlah menggunakan bus dan menghabisakan malam yang indah ditemani iringan lampu yang meredup di perjalanan. Pada saat pulang dari Langkawi menuju Kuala Perlis kita hanya bisa menggunakan ferry dan menggunakan bus dari Kuala Perlis menuju Kuala Lumpur lalu Kuala Lumpur menuju Singapore. And the last Singapore to Batam yang pasti menggunakan ferry. Sungguh melelahkan........

OK, mari kita lanjutkan.......

Sesampainya kami di penginapan kami tak lantas langsung tidur, karna stok duit kami menipis, jadi malam itu juga kami langsung mulai bertempur dengan matematika. Hahahah, maklum lah, kami hanyalah sekumpulan wanita dan pria yang sangat-sangat amat perhitungan untuk yang namanya biaya yang dikeluarkan selama perjalanan.

catat mencatan biaya perjalanan

keesokan hari kami bersiap-siap untuk mengelilingi pulau ini, sebenarnya masih pegel dan masih ngantuk akibat begadang semalaman ngitungin duit , hikshikss.

"OK. I'am ready to tour"

Lokasi yang pertama kami kunjungi adalah pantai, what pantai? Sungguh dan sesungguhnya kami salah kostum. Oh ya, selama di Langkawi kami mengunakan jasa trip yang ada di sini, karena di sini untuk angkutan umumnya rada susah dan jika kami menggunakan angkutan umum atau rental mobil itu malah akan lebih banyak memakan waktu lagi, jadi kami memutuskan untuk mengunakan jasa trip saja.

Nama nya Pantai Cenang, perjalanan ke sana tidak begitu jauh dari penginapan kami, selama di perjalanan kami begitu banyak melihat para turis-turis asing yang berjalanan di sepanjang kios-kios sampai kami tak melihat 1 pun penduduk asli sini. Pantai Cenang

Pak X ( sebut saja Pak X, karna saya lupa nama bapak tersebut) berkata kepada kami, kalau di sini emang begitu banyak turis tiap tahunnya jadi tidak heran jika di jalanan yang kita dilihat hanya orang-orang yang kulit-kulit putih (barat). Tetiba Pak X memasuki suatu gang yang di kiri dan kanannya dipenuhi oleh kios-kios dan rumah penduduk. Damn..... ternyata di balik kios dan rumah rumah tersebut adalah pantai yang menjadi tujuan kami. OMG hamparan pasir putih di pantai ini bener-bener bersih dari sampah padahal jika dilihat dari lokasinya yang sangat dekat dengan kios-kios makanan.
dokumen pribadiPantai ini cukup terkenal di Langkawi karna bibir pantainya yang panjang serta hamparan pasir putihnya yang bersih. Oh ya yang menakjupkanya lagi, kita tak dipungut biaya sepersen pun untuk memasuki area pantai ini alias Rp.0,00. Seandainya di kota kami ada pantai seperti ini sudah pasti lah di kenai tarif yang mahal untuk memasukinya. Karna kostum kami yang begini, alhasil tidak memungkinkan untuk bermain manja dengan laut ini, maka sudah pasti lah kami tak menyia-nyikan momen ini dan langsung siap-siap ambil posisi dan OK let's take picture........!!!

dokumen pribadi

Setelah puas berfoto-foto kami melanjutkan perjalanan. Tempat berikutnya yang akan kami kunjungi adalah landmark dari Pulau Langkawi ini. Ya seperti alun alun gitu sich. Tempatnya juga tidak terlalu jauh dari Pantai Cenang. Lokasinya yang berada di pinggir laut dan bersebelahan dengan pelabuhan menambah daya tari dari alun-alun ini. Belum lagi di seberang sana kita dapat melihat gunung dan bukit yang bejajaran serta kapal-kapal kecil yang sedang bersender. Sama halnya dengan pantai cenang tadi, tempat ini juga begitu terjaga kebersihannya.dokumen pribadi

Ketika keluar dari alun-alun tersebut kami pergi ke sudut kiri dearah tersebut, di sana ada batu yang begitu besar yang di dindingnya dibuatlah peta mini Pulau Langkawi ini. Lokasinya masih satu kawasan dengan alun-alun Langkawi, hanya saja kita perlu keluar gerbang dan berjalan beberapa meter ke sebelah kiri kita. Tak kalah indah dengan alun-alunnya kebersihan disini pun sangat terjaga. "Andai saja kota ku seperti ini, mungkin bisa dapat piala adipura bergilir" hahahah NGAYAL.......

dokumen pribadi

TUJUAN UTAMA YANG MENDASIRI. JEMBATAN LANGKAWI, I'am coming..................

dokumen pribadi

file01154-01-5aa0ac17cf01b47c5c533903.jpeg

Banyak jalan menuju Roma. Kata-kata klasik itu bener melekat bagi sebagain orang begitu halnya juga dengan saya. Karena krisis keuangan yang kami alami akhirnya hanya 3 di antara kami yang bisa merasakan sensasi jembatan langit Langkawi ini.

Jembatan ini termasuk dalam salah satu katagori jembatan yang terunik dan terektrem yang ada di dunia lho kawan, yang berada di atas gunung MatChinChang dengan ketinggian 2300 kaki.dokumen pribadi

Untuk mencapai jembatan ini kita terlebih dahulu harus membeli tiketnya di loket. Ada 2 tipe tiket yang dijual, yakni tiket yang berwarna putih dan biru. Tiket tersebut sangat berbeda dari segi harganya pun begitu, biasa yang berwarna putih di jual seharga 35RM sedangkan yang biru seharga 85RM. file00941-01-5aa0d54dcf01b4465c582475.jpeg1520477506581-01-5aa0d561cf01b4465f6d7b15.jpeg

Jika kita membeli yang warna putih kita harus ikut dalam antrean panjang untuk menaiki cabel car sedangkan membeli yang warna biru, kita diprioritaskan yang terlebih dahulu untuk menaiki cabel car, jadi artinya kita tidak perlu mengantri, hanya tinggal menunjukkan kepada petugas gelang tiket yang kita beli.

Upsss bukan hanya sekali antrean lo, di atas sana nanti kita jika kalian berhenti di pemberhentian pertama kalian harus ikut dalam antrean lagi untuk ke puncak yang paling atas. Itu artinya kalian harus 4 kali ikut dalam antrean pulang pergi. Jadi saya sarankan jika ingin berkunjung ke sini jangan pada saat libur panjang atau high season. Oh ya harga tiket yang dijual untuk masyarakat lokal dan turis asing itu juga berbeda lo, ya sekitar 10-15 RM.

dokumen pribadi

file00995-01-5aa0d5b25e137314fa0f4f22.jpeg

Berhubung waktu kami berkunjung ke Langkawi pada saat high season, sesampai di sana kami disuguhkan dengan antrean panjang para turis-turis yang sedang mengantri. Karna suatu masalah yang saya sebutkan diatas, jadilah kami membeli tiket yang berwarna biru "VIP" seharga 85RM. Di atas sana ada 3 puncak yang akan kita datangi. Dan di puncak kedua tersebut lah jembatan langit Langkawi ini berada. Untuk menuju jembatan tersebut kita harus membeli tiket lagi, kali ini opsinya juga 2. Pilihan tracking atau menggunakan lift, harganya pun berbeda. Kami memilih untuk tracking karna kondisi finalsial kami yang tak memungkinkan, hahahahha........

dokumen pribadi

dokumen pribadi

file01024-01-5aa0d492dcad5b23ca70cc63.jpeg

Dibutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk tracking ke jembatan tersebut. Sesampainya di atas jembatan. "AMAZING, AWESOME, AND BEAUTIFUL".

Oh ya jembatan ini pernah digunakan dalam pembuatan film pada adegan terakhir dari film India "Don: The Chase Bagins Again". Jembatan ini hanya menggunakan 1 tiang sanggahan saja dan ditahan oleh beberapa tali baja ke tiang paling atas jembatan, tentu kebayang dong gimana extremnya jembatan ini belum lagi ditambah dengan desiran angin yang sepoi-sepoi tentu saja membuat suasana makin menyeramkan.

Selama berada di atas jembatan tersebut kita bisa melihat Pulau Langkawi yang dikelilingi oleh lautan yang luas. Dijamin deh selama berada di atas jembatan tersebut, mata kalian tak kan henti-hentinya melihat keindahan yang disuguhkan dari atas jembatan tersebut.

Sebagai bahan referensi buat kalian yang ingn berlibur ke Pulau Langkawi, ini saya sertakan biaya yang kita keluarkan. Biaya ini juga termasuk perjalanan kita ke Singapore.

  • Batam - Singapore -> Rp 270.000 PP (ferry)
  • Singapore - Kuala Lumpur -> Rp 130.000 ( bus )
  • Kuala Lumpur menuju bandara KLIA 2 -> 50 RM / Rp 150.000
  • Kuala Lumpur - Langkawi -> Rp 250.000 (pesawat) one way
  • Langkawi - Kuala Perlis -> 18 RM / Rp 63.000 (ferry)
  • Kuala Perlis - Kuala Lumpur -> 45 RM / Rp. 157.500 (bus) one way
  • Kuala Lumpur - Singapore -> Rp 125.000 (bus)

Jadi total biaya yang kami keluarkan selama trip 31 Desember - 3 Januari (Singapore - Kuala Lumpur - Langkawi) Rp 1.145.500 PP. Biaya tersebut belum termasuk dengan one day trip Langkawi dengan naik Jembatan Langkawi beserta makan selama trip.




Baca juga:
7 Kompasianer ini Jadi yang Terpopuler di Februari lalu
Mengintip Suksesnya Nadiem Makarim Menjadi "Raja Ojek"
Misteri Fosil Makhluk Laut di Dinding Goa Gunuangomeh, Sumatera Barat

Pulau Padar di Kenangan Sailing Trip Labuan Bajo

$
0
0

Si cantik Padar Island, Labuan Bajo, NTT. Dokpri

Saya berhasil snorkeling di Pulau Kelor. Sampai kini tuliskan ulang perjalanan hari ke-2 -- dari total trip tiga hari dua malam, berlayar di atas perahu bersama teman-teman Insto Buddy dan Lambo Rajo, tak menyesal lewatkan pemandangan dari atas puncak bukit Pulau Kelor. Lambo Rajo,  phinisi serba coklat yang membawa rombongan saya datangi sisi-sisi indah Labuan Bajo.

Dua rekan blogger, teman sekamar saya telah cantik usai perayaan pagi. Dua rekaat Subuh, juga segarkan tubuh di kamar mandi Lambo Rajo. Saya? Telah terjaga dari pukul 4 pagi. Sunrise cantik pertama saya di perairan Labuan Bajo tak boleh terlewat. Telah terlalu banyak fajar cantik bumi saya abaikan di jelang setengah abad usia.

Yihha, si bukit emas berhasil menjadi koleksi foto saya. Dokpri

Tak sia-sia. Mentari pagi Labuan Bajo memang cantik. Memutar leher hampir 360 derajat, saya puaskan bidik apa pun. Saput kemerahan selalu cepat memudar, beranjak jadi oranye samar kemudian segera sepenuhnya terang. Dari atas Lambo Rajo, deretan bukit coklat dan hijau, padu padan dan memantul indah di cermin raksasa bernama Labuan Bajo. Sekali waktu, berhasil pula saya bidik, bidang keemasan tepat di satu puncak bukit. Kontras sungguh dengan lerengnya yang coklat samar, biru langit pun biru samar lautan. Cantik.

Kesendirian yang menenangkan. Dokpri

Pulau Padar

Saya masih tersihir sunrise cantik. Pun tetap sibuk bercakap sendiri -- di hati, jiwa dan batin, bahwa perjalanan ini akan penuh-penuh dengan segala serba indah, berbarengan haha hihi dengan teman trip lainnya. Mulai sedikit terkantuk-kantuk. Saya sudah terjaga di enam jam terakhir. Namun, demi mendengar harus menanjak sekian jam, baik. Mari menghitung setiap jejak, sebagai tanjakan di jalur-jalur pendakian Rinjani.

Senyum cerah, belum menanjak satu langkah pun. Dokpri

No caption *eh . Dokpri

Setapak pertama berupa tangga kayu. Nafas masih tertata, tawa dan cakap masih lancar tertukar. Lima menit sampai di dataran di ujung tangga kayu. Dua setapak mengarah ke kiri dan ke kanan. Rombongan diingatkan mengarah ke kiri, meski saya sungguh sangat ingin menyepi ke arah sebaliknya. Baik, simpan setapak ke kanan di trip berikutnya.

Pulau Padar adalah pulau ketiga terbesar di kawasan Taman Nasional Komodo, setelah Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Pulau ini relatif lebih dekat ke Pulau Rinca daripada ke Pulau Komodo, yang dipisahkan oleh Selat Lintah. Pulau Padar tidak dihuni oleh ora (biawak komodo). Di sekitar pulau ini terdapat pula tiga atau empat pulau kecil.

Pulau Padar juga diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, karena berada dalam wilayah Taman Nasional Komodo, bersama dengan Pulau Komodo,Pulau Rinca dan Gili Motang. (Cred. Wikipedia).

Saya sungguh harus abaikan berapa menit perjalanan untuk sampai di puncak Padar. Ingin rangkai diksi seindah apa pun, mari sama merangkainya di hati, dan nikmati saja foto-foto cantik ini.

Bukit di latar foto, setapak ke kanan di ujung tangga kayu. Dokpri

Lelah di tanjakan, tunai terbayar indahnya puncak Padar. Dokpri

Dua jam sampai sepenggalah setelah tengah hari tepat, berlarian saya turuni Padar. Haus dan lapar. Saya tak suka memberatkan teman se-pendakian. Lambo Rajo sudah siapkan lagi segelas jus buah naga kental, manis yang akan dicintai pecinta kopi dan dingin. Dua piring lain potongan segar nanas dan semangka. 

Saya harus menahan diri. Teman-teman seperjalanan saya juga akan sama haus dan lapar. Sesaat segar kembali, snorkeling dan nikmati Pantai Pink Flores tenangkan langkah saya ingin segera nikmati senja di puncak Padar.

Senja yang akan saya buru di perjalanan berikutnya. Amin.

Pulau Rinca dari atas bukit Pantai Pink Flores

Saya sudah siap dengan perlengkapan snorkeling. Bisik-bisik boatman dan Lambo Rajo crew, arus laut sedang kencang. Yang tak bisa berenang tak boleh terlalu jauh dari pantai. Baik, saya akan segera berhenti, ketika kayuh kaki terbungkus fin sudah lelah membawa badan saya ke pantai. 

Taman bawah laut pink telah mendiamkan riuh perbincangan batin saya. Juga karena beroleh teman mendaki ke puncak bukit di sisi kiri pantai Pink. Pandangi dari jauh, Pulau Rinca. Pulau tempat para komodo hidup bebas. Komodo-komodo yang akan saya temui di perjalanan hari terakhir.

Telah lelah beradu dengan arus laut, habiskan petang di Pantai Pink Flores. Dokpri

Mbak Ida, room-mate - saya yang tak lelah bahagia - Kang Ali dan Dewi, room-mate di Lambo Rajo. Cred. Mbak Ida.

Apalagi yang bisa saya lukiskan dari keindahan pantai berpasir lembut dan nuansa pink pekat? Pantai sama di dataran timur Lombok telah sering saya datangi. Untuk saya yang selalu lebih mencintai setiap sisi indah apa pun, baik Pantai Pink Flores mau pun Pantai Pink Lombok, cantik di kadarnya sendiri-sendiri.

Kawasan laut Pink Beach menjadi salah satu spot diving yang dilakukan oleh dive master maupun wisatawan khusus untuk menyelam.
Sebagian lagi berenang dan snorkeling untuk melihat keindahan bawah laut di Taman Nasional Komodo. Sekitar 20 kapal berlabuh di pulau itu. (Cred. Travel Kompas)

Jika ini sedikit diksi dari perjalanan indah saya di hari ke-2, sailing trip tiga hari dua malam bersama Lambo Rajo di Labuan Bajo, bagikan pada saya kisah indah perjalanan wisata anda. Di sini, sekarang. Saya tunggu.

*Meninting 8 Maret

Hari ke-2, Sailing Trip 3 hari 2 malam, bersama Insta Buddy - Insto. 23 sampai 25 Nopember 2017 lalu. Terima kasih Insto Buddy.




Baca juga:
[KIK] Mencari Potensi Energi Baru Terbarukan yang Ada di Pelosok Indonesia
Puisi | Kasus 1773
Comifuro X, Ajang Unjuk Sejuta Bakat Para Fans Anime Jepang

Laporkan Berita Penting yang Anda Temukan Lewat Whatsapp Kompasiana!

$
0
0

K-Report

Ketidakhadiran wartawan profesional di tiap titik lokasi terjadinya peristiwa bukan hanya disebabkan perihal kuantitas, tetapi bisa jadi jangkauannya yang terbatas. Sejak masifnya praktik jurnalisme warga atau jurnalisme partisipatoris yang diiringi dengan merebaknya platform user generated content, peran masyarakat atau warga begitu penting dalam siklus penciptaan dan penyebaran konten informasi dan berita.

Terlebih, keberadaan teknologi canggih sudah dapat dijangkau dengan harga yang murah seperti telepon pintar yang multifungsi. Ribuan atau mungkin jutaan kon

ten dari seluruh dunia yang berisi laporan warga wara-wiri di linimasa jejaring sosial atau di banyak platform blog sosial. Begitu dengan www.kompasiana.com.

Sejak pendiriannya di tahun 2008, Kompasiana diciptakan bukan saja sebagai medium blogging bagi jurnalis dan karyawan Kompas Gramedia, tetapi juga bagian dari 'tanggung jawab sosial perusahaan' kepada masyarakat Indonesia dalam memfasilitasi melalui medium yang dapat digunakan untuk melaporkan segala peristiwa yang luput dari pena dan kamera wartawan profesional.

Demi memudahkan proses penciptaan, penayangan dan peyebaran laporan warga yang sejak dulu menjadi salah satu ciri khas Kompasiana, kami membuka jalur pelaporan yang lebih praktis. Jika dulu kategori reportase warga di Kompasiana harus sudah dikemas dan siap baca, kini Anda dapat mengirimkan laporan singkat yang akan kami tidaklanjuti sampai menjadi kesatuan konten yang layak baca.

Kami menamankannya K-Report! Memanfaatkan jejaring percakapan sosial Whatsapp sebagai jalur pelaporan warga yang cepat dan efisien. Tiap laporan singkat yang masuk ke dalam nomor Whatsapp Kompasiana akan diproses lebih lanjut untuk memastikan validitas dan keakuratan dari tiap laporan yang masuk. Setelah memenuhi kriteria pembuatan konten berita, kami akan mempublikasikannya melalui akun Kompasiana News, tentunya disertakan juga nama atau akun pelapor.

Namun, tidak semua laporan dapat kami tindaklanjuti atau ditayangkan. Ada aturan main yang harus dicatat sebelum mengirimkan laporan singkat ke nomor Whatsapp Kompasiana. Simak beberapa poin di bawah ini:

KETENTUAN

  • Kompasianer atau warga umum dapat melaporkan melalui layanan K-Report
  • Laporan yang dikirim merupakan peristiwa dan mengandung nilai berita
  • Memiliki urgensi untuk segera ditayangkan
  • Laporan dalam bentuk; teks, foto dan video
  • Pelapor wajib menyebutkan identitas lengkap dan jelas
  • Pelapor bersedia dihubungi redaksi Kompasiana untuk proses validasi dan kebutuhan pembuatan berita lainnya
  • Pelapor bersedia diikutsertakan dalam sebuah grup Whatsapp K-Report berdasarkan kategori domisili atau minat

MEKANISME

Mekanisme pelaporan berita untuk K-Report adalah sebagai berikut:

Mekanisme K-Report

  • Pertama,Kompasianer/warga mengirimkan laporan kejadian ke Whatsapp K-Report pada nomor 0813-8184-9362.
  • Kedua, pihak Kompasiana akan menyeleksi laporan yang masuk dan melakukan validasi laporan. 
  • Ketiga, setelah menentukan laporan yang tervalidasi, Kompasiana akan menghubungi pelapor untuk kelengkapan berita. 
  • Keempat, laporan akan ditayangkan di akun Kompasiana News.

FORMAT

Format laporannya adalah sebagai berikut:

  • NAMA PELAPOR
  • TEMPAT  PERISTIWA
  • WAKTU PERISTIWA
  • KONTEN LAPORAN; TEKS/FOTO/VIDEO
  • Kirimkan ke Whatsapp kami di nomor:0813-8184-9362

Ingat, kami hanya menerima laporan peristiwa yang memiliki urgensi untuk segera ditayangkan dan nomor ini tidak menerima panggilan telepon, hanya khusus jalur Whatsapp. Di luar laporan seperti itu, Anda dapat membuat konten komprehensif melalui akun personal di Kompasiana. 

Jika Anda memiliki kendala atau keluhan baik segi teknis maupun non-teknis di Kompasiana, Anda bisa melaporkannya melalui fitur bantuan pada tautan berikut ini.




Baca juga:
Ilmiah dan Fiksi yang Tanpa Jarak
[KIK] Mencari Potensi Energi Baru Terbarukan yang Ada di Pelosok Indonesia
Puisi | Kasus 1773

Uang Saku Tidak Ada, Anak Usia Sekolah Kerap Memilih Tidak Sekolah

$
0
0

Ilustrasi (Foto: Pixabay/ernestoeslava)

Mengembalikan anak tidak sekolah itu tidak segampang teori yang dikemukakan. Terkadang terkendala pada kemauan anaknya itu sendiri, alasannya malas sekolah, motivasi orangtuanya yang tidak kuat, apalagi pihak orangtuanya  rata-rata minimnya biaya karena pendapatan sehari-harinya. Juga realita yang terjadi pada prakteknya untuk menyekolahkan anak agar belajar disekolah sangatlah mahal. 

Negara memang menjamin setiap anak agar bersekolah di pendidikan formal maupun non formal. Ada bantuan operasional sekolah yang dialokasikan kepada anak jika sudah masuk sekolah, tapi uang yang dialokasikan negara kepada anak di sekolah. Ternyata hanya sebagai stimulan saja agar anak bisa belajar dan menggapai cita-citanya. Namun ada biaya yang dianggap sangat mahal, yakni memberikan uang saku harian kepada anaknya sendiri agar anak ini bisa sekolah dan tidak merasa minder saat sekolah. 

Uang saku sekolah setaraf SD/MI di desa sekarang paling sedikit adalah Rp 5 ribu. Jika sebulan saja anaknya ini berangkat maka orangtua harus menyediakan dana sekurang-kurangnya Rp 150 ribu/bulan. Bayangkan jika setahun maka ada Rp 1, 8 juta, inipun belum menghitung jika ada tambahan disekolah melaksanakan kegiatan piknik ke obyek wisata. 

Untuk masuk ke sekolah di tingkat SD/MI maka butuh seragam sekolah kurang lebih Rp 300 ribu dengan perincian baju sekolah osis, pramuka, batik, dan seragam olahraga. Kalau nanti ada kenang-kenangan buat sekolah saat anak ini selesai belajarnya dapat dibayangkan berapa dana yang harus dikeluarkan oleh orangtuanya. 

Rakor Gerakan Kembali Bersekolah di Kersana/Doc Atin Dwiyanto

Bagi orangtua yang mampu mungkin itu tidak menjadi permasalahan yang berarti, karena anggaran sudah disiapkan, tentunya tidak protes jika ada tambahan. Toh biaya yang dikeluarkan itu dianggap relatif murah, pengin anaknya pinter ya mesti harus keluar biaya, masa gratis melulu. 

Namun bagi anak dari keluarga sangat miskin, anak dari keluarga yatim, anak dari keluarga yatim piatu, dan anak yang mengalami disabilitas tentunya menjadi masalah yang luar biasa, wajar jika disetiap kab/kota di Indonesia masih banyak yang menyisakan anak tidak sekolah dan kondisinya relatif naik karena tidak semua kab/kota serius untuk melakukan upaya pengembalian anak tidak sekolah. 

Ada rasa malu dari Pemerintah Kabupaten/Kota ketika diminta databaseline anak tidak sekolah (ATS) dipublikasikan di media cetak atau online. Bila mereka mau jujur ada pengakuan data ATS maka dianggap kinerja yang dilakukan selama ini tidaklah berhasil. Padahal data dasar ATS itu sangat penting untuk mengambil kebijakan di ranah pemerintah kab/kota, anggaran juga harus berdasarkan data yang akurat, karena kalau melaksanakan pembangunan tanpa ada data. Maka akan sia-sia dalam kemajuan daerahnya. 

Di Level Pendidikan dasar saja masih menyisakan masalah dalam pembiayaan bagi ATS, apalagi ATS di jenjang pendidikan menengah. Sudah biayanya mahal baik sekolah di SMA/SMK Negeri atau swasta, apalagi keluarga KSM anaknya ingin masuk di sekolah unggulan, maka lebih pusing lagi terkait urusan menyekolahkan anaknya. 

Kewenangan pendidikan menengah sekarang menjadi urusan provinsi, maka secara otomatis otoritasi dinas pendidikan kab/kota dalam mengintervensi ATS di satuan pendidikan formal level menengah pun sedikit sudah, dibandingkan intervensi di level kewenangannya yakni di Wajar Dikdas 9 tahun. 

Namun penulis optimis, bila setiap kab/kota ada program gerakan kembali bersekolah yang dilakukan oleh Pemkab/Pemkot di seluruh Indonesia, maka akan sedikit tersolusikan agar nasib anak di Indonesia yang tadinya mengalami putus sekolah, tidak lanjut, ataupun usia sekolah belum sekolah karena mengalami disabilitas ini bisa mengenyam pendidikan sesuai klasifikasi umurnya. Semoga tidak ada kebijakan diskriminasi pendidikan bagi semua. 




Baca juga:
Sugiyem, Hellen Keller dari Perpustakaan Desa Mlale
Ilmiah dan Fiksi yang Tanpa Jarak
[KIK] Mencari Potensi Energi Baru Terbarukan yang Ada di Pelosok Indonesia

Kami Sudah Lebih Rp 3 Miliar Bayar Pesangon Karyawan yang "Invalid"

$
0
0

Ilustrasi rupiah (KOMPAS/HERU SRI KUMORO)

"Tiga miliar? Wow. Rumah sakit kita, pasiennya dari saya semua?" tanya Saya penasaran.

"Bukan, Dok. Perusahaan itu bilang semua rumah sakit dan kebanyakan memang yang lumpuh atau kanker. Mereka juga tidak menyebutkan kurun waktunya, pokoknya intinya, mereka minta rumah sakit kita koordinasi dulu dengan perusahaan mereka kalau ada pasien yang meminta ijin sakit lama atau minta surat keterangan tidak layak kerja lagi ("invalid")." Penjelasan bagian Hubungan Masyarakat (HUMAS) kami dengan serius.

Saat itu ada Pasien diabetes memang dirawat 4 hari, karena kakinya korengan, sesudah pulang dari perawatan tidak masuk kerja sebulan, jadi dicari perusahaannya ke rumah tidak ada, ditelepon tidak jawab dan ditanya ke rumah sakit juga sudah pulang. Lalu kemarinnya meminta surat keterangan dari Saya untuk dinyatakan tidak bisa lagi kerja, karena koreng di kakinya masih basah.

Saya mau membuat surat keterangan si Bapak masih sakit dan perlu istirahat saja sebulan, sampai kakinya lukanya kering dan negosiasinya sampai disana, namun surat keterangan sakit yang lebih 3 hari seharusnya dibuat oleh bagian HUMAS, karena perlu surat menyurat dengan nomor resmi dan saat itulah mereka menyatakan akan koordinasi dahulu dengan perusahaan perkebunan tempat si Pasien bekerja.

"Tetapi yang dari rumah sakit kita, memang layak dinyatakan tidak bisa kerja lagi, bukan?"Tanya Saya.

"Iya, Dok. Yang dari rumah sakit kita, kata mereka memang sudah tua dan penyakitnya berat, tetapi ada rumah sakit lain memberi keterangan tidak kerja lagi, padahal Pasiennya masih bisa jalan dan pura-pura saja. Sesudah dapat pesangon, dia bekerja di tempat lain..."Penjelasan HUMAS mengutip pengakuan si perusahaan.

Ada juga perusahaan besar yang pabriknya ada di Palembang mengeluhkan hal yang sama, Pasien mangkir kerja lama dan mendapat ijin dari dokter pula, makanya perusahaan-perusahaan ini minta diberitahukan dahulu kalau ada Pasien meminta surat-suratan seperti ini, karena dapat saja mereka pura-pura atau memperberat keluhan dari yang sebenarnya.

Ini duit...(dok.pri.)

Memang ada namanya diagnosis "malingering", yaitu pura-pura sakit, namun ada kalanya memang mereka ada lumpuh sebelah badan atau sakit jantung, tetapi masih mampu sebenarnya untuk pekerjaan administrasi, tetapi membuat kondisi seolah tak berdaya lagi, harus tirah baring total, mengaku susah makan, demi keterangan "invalid" dan demi pesangon pensiun dini.

Beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan perusahaan yang ada pekerjaan berat/kasarnya, seperti di pabrik, bangunan dan perkebunan, antara lain:

1. Menentukan batas usia kerja kasar itu layaknya usia berapa. Lebih 50 tahun sebaiknya pekerjaan mereka dialihkan ke pekerjaan lebih ringan.

2. Seleksi kesehatan waktu pertama bekerja, dengan riwayat keluarga, misalnya diabetes, darah tinggi dan jantung harus lebih diperhatikan kesehatannya.

3. Memberitahu semua rumah sakit tentang ketentuan "invalid" versi perusahaan, bila perlu bernegosiasi dengan rumah sakit kalau ada karyawan yang minta surat "invalid". Karena konon ada karyawan yang sudah pensiun dini karena dinyatakan "invalid" ternyata masih bisa berkebun di kebunnya sendiri, jadi sakitnya yang tirah baring total hanya sementara dan diberat-beratkan.

4. Bila perlu memang untuk "level pekerja kasar", perjanjian kerja pensiunnya tidak harus 56 tahun, dapat saja 45 tahun saja dan pesangonnya sudah disepakati dari awal kerja. Kalau "level manajer" mungkin boleh malah sampai 70 tahun.

Karena memang Dokter sudah pernah dipenjara karena kasus Pasien yang pura-pura sakit, jadi seharusnya hati-hati. Tidak semua permintaan surat sakit, surat ijin tidak kerja lebih 3 hari atau surat "invalid" dikeluarkan begitu mudahnya, padahal si Pasien memang ada niat melebih-lebihkan keluhan/penyakitnya.

Berkoordinasi dengan perusahaan tempat si Pasien bekerja lebih baik, supaya mengerti riwayatnya apakah sering sakit lama dan memang sudah "mencoba" minta pensiun dini atau tidak.

dari FB Kompal




Baca juga:
Perbedaan Gaya Belajar antara Negara Timur dan Barat
Sugiyem, Hellen Keller dari Perpustakaan Desa Mlale
Ilmiah dan Fiksi yang Tanpa Jarak

Saatnya Ceriakan Kehangatan Keluarga di Hari Kasih Sayang

$
0
0

Yuk, ikutan blog competition

Momen-momen penuh kehangatan bersama keluarga akan memupuk kasih sayang dan rasa kepercayaan antara sesama anggota keluarga. Melalui momen tersebut, anggota keluarga belajar untuk lebih mengerti dan menghargai satu sama lain. Apalagi saat kesibukan sehari-hari menyedot perhatian dan seakan-akan membuat kita jadi tidak punya waktu untuk terus memelihara kehangatan keluarga. Hal ini bisa dilakukan salah satunya dengan menciptakan momen dan membangun kembali kenangan bersama keluarga kita tercinta di rumah.

Nah, bertepatan dengan hari kasih sayang pada 14 Februari, Kompasiana dan Bright Gas mengajak Kompasianer untuk berbagi momen-momen kehangatan bersama keluarga di Hari Kasih Sayang. Mungkin ada Kompasianer yang momen hangat bersama keluarga dilakukan dengan masak seru di dapur, nonton film di ruang keluarga, pergi liburan ke destinasi favorit bersama, atau lainnya.  Sudah tidak sabar membagikan ceritamu? Simak dulu ketentuan berikut ini.

Syarat dan Ketentuan Lomba

  • Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum terdaftar, silakan registrasi terlebih dahulu di sini
  • Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain atau hasil plagiat, dan tidak sedang dilombakan di tempat lain)
  • Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana

Mekanisme Lomba

  • Tema: Ceriakan Kehangatan Keluarga di Hari Kasih Sayang
  • Tulisan berupa cerita pengalaman pribadi atau orang sekitar tentang momen bersama keluarga yang penuh kehangatan di hari kasih sayang
  • Periode Lomba: 14 Februari - 15 Maret 2018
  • Tulisan tidak lebih dari 1.500 kata
  • Peserta wajib mencantumkan label "CeriakanKehangatan" dan "BrightGas" dalam setiap tulisan yang dilombakan
  • Tulisan bukan berupa review/ulasan produk Bright Gas, melainkan berisi kisah kasih bersama keluarga 
  • Peserta diminta menyebutkan frasa "kehangatan keluarga" minimal 1 kali dalam tulisan yang dibuat, dan di-hyperlink ke url https://youtu.be/7fRIObDJZaw 
  • Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba, tidak bisa diikutkan lomba
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
  • Pemenang akan diumumkan setelah 14 hari kerja periode lomba selesai

Hadiah

  • 10 artikel terbaik akan mendapatkan uang tunai masing-masing senilai Rp 1.500.000

Untuk mengetahui kegiatan dan kompetisi Kompasiana lainnya yang sedang berlangsung, silakan klik di halaman Event Kompasiana. (GIL)

**) Begini Cara Kami Menilai Karya Lomba di Kompasiana






Baca juga:
Tips dan Trik Menulis di Kompasiana via Mobile
Perbedaan Gaya Belajar antara Negara Timur dan Barat
Sugiyem, Hellen Keller dari Perpustakaan Desa Mlale

Foto dari Tragedi 98 Ingatkan Kita akan Bahaya Isu SARA

$
0
0

Foto Solopos.com

Ada sebuah foto tumpukan jenazah korban Tragedi Mei 1998 yang dibawa ke kamar mayat RSCM Jakarta, yang diunggah Fajroel Rahman ke Twitter, Kamis kemarin. Ini foto asli yang dibenarkan oleh fotografer profesional Arbain Rambey. Jenazah dalam foto yang memilukan itu adalah korban dari Jogja Plaza atau Mall Klender, Jakarta Timur.

Banyak korban lain di beberapa wilayah di Jakarta, yang diperkirakan mencapai seribu orang lebih. Itulah sebuah sisi kelam republik ini yang masih meninggalkan luka mendalam pada keluarga yang menjadi korban. Namun, siapa yang bertanggung jawab atas tragedi ini, hingga kini belum tersentuh hukum.

Foto itu disertai kalimat "Untuk anda yg senang menebar kebencian SARA, bayangkan anda atau keluarga anda menjadi tumpukan korban seperti #TragediMei98 ini (foto kiriman teman menurut dia ini korban #TragediMei98 di RSCM) #MenolakLupa". Sebuah peringatan yang tepat di tengah situasi saat ini, yang diwarnai banjir berita hoax, ujaran kebencian SARA, dan adu domba.

Saya sengaja tak mengunggah foto memilukan itu. Sungguh sebuah foto yang mengingatkan sebuah kekejian dan kengerian yang amat sangat ketika para korban itu tewas terbakar di dalam mal karena tidak bisa keluar. Sebuah kebakaran yang disengaja yang diawali aksi perusakan dan penjarahan. 

Negeri tetangga kita Sri Lanka, selama beberapa hari ini dilanda kerusuhan yang melibatkan bentrok antarwarga beragama Buddha dan Islam. Penyebabnya ternyata kabar hoaks tentang penggunaan pil mandul yang dilakukan warga Muslim terhadap warga Buddha. Isu pil mandul telah beredar di medsos negara itu yang disebut untuk menghentikan bertambahnya jumlah warga Buddha yang merupakan warga mayoritas di negara itu. [1]

Memang sebelum ada kerusuhan yang memaksa negara itu memberlakukan situasi darurat militer sejak Selasa lalu, ada problem sosial ekonomi antara warga mayoritas yang beragama Buddha dengan warga minoritas baik yang beragama Islam maupun Nasrani sejak 2012 lalu. Konflik diperparah penganut agama Buddha garis keras, yang kemudian diwarnai penyerangan terhadap minoritas pemeluk agama lain.

Namun, isu soal pil pembuat mandul ini menjadi isu utama yang disebarkan di masyarakat dan medsos. Isu inilah yang membuat masyarakat semakin saling curiga. Kerusuhan yang terjadi sejak dua pekan lalu itu juga akibat isu pil mandul ini yang dituduhkan penggunaannya ke pemilik restoran yang beragama Islam. Saat itu ada seorang penganut Buddha makan di situ dan katanya menemukan benda kecil aneh di makanan yang disajikan dan lantas memanggil 40 temannya.

Kebencian atas nama SARA memang bisa tumbuh subur akibat kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat. Jika kelompok minoritas secara sosial ekonomi lebih baik dan mapan maka kelompok mayoritas bisa terjangkit rasa iri yang pada akhirnya akan menimbulkan rasa benci dan permusuhan. Sebuah isu atau berita hoaks yang dihembuskan secara terus-menerus, akan membuat rasa benci meledak jadi kerusuhan.

Soal Tragedi Mei '98, saya tidak sependapat soal adanya kebencian SARA sebagai pemicunya. Banyak kesaksian yang menyebut adanya keterlibatan "kelompok terlatih" yang malah ada yang berseragam SMA meski sudah tua-tua, dalam kerusuhan itu. Ada upaya untuk mengaburkan tragedi Mei 98 sebagai kerusuhan SARA dengan menjadikan etnis Cina sebagai sasaran pemerkosaan dan pembunuhan saat itu.

Hasil TGPF Tragedi Mei 98 menyebut adanya unsur-unsur provokasi, rekayasa, dan pembiaran, walaupun belum ditemukan bukti tindakan pemerkosaan saat itu sebagai tindakan yang telah direncanakan. Dengan begitu, terjadinya Tragedi Mei 98 tidak bisa disebut sebagai kerusuhan bermotif SARA tetapi lebih menjurus ke penciptaan kekacauan untuk tujuan politik kekuasaan.

Meski demikian, peringatan Fajroel Rahman perlu kita renungkan dengan hati bersih. Sebuah kerusuhan akibat gesekan bernuansa SARA bisa terjadi jika berita hoaks yang mengadu domba, fitnah, menebar kebencian SARA, secara terus menerus disebarkan. Ini jelas akan berakibat fatal. Bisa jadi, korban bisa berjatuhan seperti Tragedi Mei 98 yang diakibatkan gesekan politik kekuasaan itu.

Apa yang terjadi di Sri Lanka itu, mungkin hanya sepersekian potensi kerusuhan SARA di Indonesia, yang memiliki lebih banyak suku, etnis, dan beragam agama dan kepercayaan. Bisa dibayangkan jika potensi rusuh akibat beragam perbedaan suku, etnis, dan agama serta kepercayaan di Indonesia terus dipupuk dengan informasi hoax. 

Kita patut bersyukur memiliki Pancasila sebagai dasar negara yang mempersatukan negeri ini dalam politik kebangsaan. Sebuah dasar yang diwariskan para pendiri negeri ini dengan melihat realitas masyarakat Indonesia. Namun, sungguh memprihatinkan jika kini malah ada kelompok politikus yang secara terang-terangan menyokong politik identitas yang jelas berpotensi merusak ikatan kebangsaan itu.

Foto korban Tragedi Mei 98 yang diunggah Fajroel Rahman itu sungguh bisa berarti banyak. Foto tumpukan jenazah di kamar mayat RSCM itu tak hanya meninggalkan kepiluan yang amat sangat, namun sebuah bukti bangsa ini masih harus terus mengasah nuraninya dari masa ke masa.

Tragedi 65, Tragedi Mei 98, Ambon, Poso, dan yang lain jadi bukti masih ada sekelompok manusia Indonesia yang lebih memilih jalan kekerasan untuk meraih tujuan politiknya. Tak peduli korban berjatuhan di kalangan rakyat, sekelompok manusia itu yang sudah terobsesi akan kekuasaan punya kecenderungan kuat untuk mengulang peristiwa kejam dan keji itu.

Entah bagaimana perasaan mereka yang punya beban sejarah dan batin setelah melihat kembali foto tumpukan jenazah korban Tragedi Mei 98 yang diambil di kamar mayat RSCM itu. Sebuah pemandangan yang sangat memilukan bagi yang nuraninya masih terbuka. Sebuah bukti kekejian yang belum berbalas hukum hingga kini.

Bagi generasi yang lahir setelah 98, bisa jadi foto itu memberikan informasi yang pasti bahwa suatu masa di negeri ini kekejian pernah terjadi, setelah tragedi 65 yang hanya mereka ketahui dari buku sejarah dan film yang itu-itu saja. Mungkin mereka bisa mengambil pelajaran dari kejadian mengerikan itu. Dan pada kejadian-kejadian itu selalu diwarnai dengan beredarnya informasi hoaks yang membakar kemarahan massa.

Sudah seharusnya bangsa yang besar ini belajar dari peristiwa memilukan itu. Namun realitas justru menunjukkan adanya kesengajaan untuk memakai cara-cara yang hampir sama untuk meraih kekuasaan. Risiko terjadinya perpecahan di negeri ini seolah sama sekali tidak menyentuh hati mereka. Lihat saja situasi politik sejak era reformasi hingga kini yang seharusnya lebih baik dari era Soeharto.

Seharusnya, peristiwa demi peristiwa kelam semacam itu dijadikan pelajaran kebangsaan kita. Apa yang terjadi di negara lain juga harus jadi pelajaran, seperti yang terjadi di negara Timur Tengah, seperti Iraq, Sudan, Libya, Suriah, Yaman, Mesir. Kasus di Sri Lanka itu juga jangan dilupakan, hoaks itu api ganas yang bisa membakar semak-semak kebencian SARA.

Kita yang masih berpikiran waras tentu tidak akan pernah mau meniru atau mengimpor keadaan itu ke Indonesia. Mudah-mudahan, warga negeriku Indonesia waras semua. Bagi yang belum waras semoga cepat waras. Tetapi kalau tidak waras tetapi ngeyel merasa waras, ya memang harus diterapi biar waras dalam arti yang sebenar-benarnya.

Salam salaman.




Baca juga:
Mewujudkan Rumah Idaman bagi Nenek Uzur
Setelah Davide Astori, Masalah Jantung Kembali Renggut Pebulutangkis Legendaris Korea
Tips dan Trik Menulis di Kompasiana via Mobile

Seorang Laki-laki Kesepian atau Seekor Babi yang Ingin Mati Baik-baik

$
0
0

Sumber: https://wanadri.or.id

Tak ada yang lebih mengiris hatinya, kecuali itu adalah kematian Jhon. Lelaki itu, yang biasa disapa Edi Ponga, yang sebenarnya tak pernah satu pun orang pernah menyapanya, tapi namanya tetap Edi Ponga, hari itu pada suatu siang setelah ia selesai dengan rongsokan plastik dalam karungnya, ketika sedang ingin menyapa karibnya yang hanya satu-satunya, juga karena sebegitu rindu-rindunya pada Jhon (karibnya yang tadi sudah kukatakan padamu), tiba-tiba saja menjerit minta ampun.

Ku sampaikan ini padamu, dengan cara yang agaknya -cenderung-klise.Maaf, sebagai penulis (semoga tidak berlebihan) yang tidak ingin membuat jantung pembacanya copot sebelum kisah ini usai, cara-cara mainstream terpaksa aku lakukan, dan aku harus mengatakan hal pahit ini padamu: Jhon itu babi.

Percaya atau tidak, Edi Ponga adalah satu-satunya manusia di dunia ini yang hidup tanpa siapa-siapa, itu sebelum kehadiran Jhon yang tanpa sengaja datang mengisi hari-harinya. Dan sebagaimana kita tahu, Jhon sudah mati. Dan hal itu membuat Edi Ponga harus merasakan perih di dada ringkihnya untuk pertama kali dalam hidupnya.

Edi Ponga tak pernah merasakan sakit hati yang seperti itu. Arti kehilangan baginya sama dengan makna kehilangan bagi banyak orang, meskipun ia kehilangan seekor babi. Ia sedih karena ia tak bisa berbuat apa-apa dihari-hari terakhirnya. Ia menemukan luka di hatinya karena tak bisa menyaksikan sakratul maut menjemput satu-satunya ciptaan Tuhan yang menemani dan mengajarkan arti memiliki dan arti hidup padanya. Dan ia menangis, karena tak bisa berbuat apa-apa sebagai balas jasa karena Jhon sudah menemani hari-harinya, termasuk bahkan tak bisa sempat menyembelihnya selayak binatang terhormat lainnya.

Edi Ponga pada akhirnya menyerah pada waktu, Jhon tak bisa kembali menjadi babi periang yang selama ini menemaninya makan, tidur, merokok, mengopi, dan bahkan berhutang nasi. Ia sudah jadi mayat babi, eh, maksudnya bangkai babi. meski dalam hati Edi Ponga ia tak rela menyebut Jhon sebagai bangkai, ia lebih suka mengatakan seonggok daging bisu itu sebagai jenazah.

Ia tak pernah mengenal siapa pun di dunia ini, termasuk para tetangganya yang tinggal di gedung-gedung apartemen, yang menjulang, juga mengimpit gubuknya yang sebenarnya lebih layak kalau disebut sebagai kandang babi. Jadi ia tak mengetahui bahwa bangkai babi tak layak disebut sebagai jenazah, ia tak tahu bahwa yang layak disebut jenazah itu hanya manusia. Tapi ia tidak mengenal siapapun yang berarti dalam hidupnya, termasuk orang-orang diperkampungan kumuh itu. Tidak satupun manusia kecuali seekor babi, ya, itu adalah Jhon.

Jhon adalah segala-galanya baginya. Babi itu adalah teman curhat lelaki ponga itu, meski dalam kenyataannya, baik Jhon dan Edi Ponga sama-sama tak bisa bicara. Bukankah lebih baik begitu, dunia adil pada sahabat yang sama-sama tak bisa saling mencela seperti mereka, berbaik bibir di depan, tapi mengiris dengan mulut di belakang. Ia jadi teringat pada sahabat-sahabat kecilnya di kampung.

 Ia anggap sahabat hanya karena sebatas umur mereka yang sepadan, bukan karena Edi Ponga bisa bergaul dengan mereka. Karena anak-anak itu akan dan bakal mengata-ngatainya dengan berbagai celaan, dasar ponga! Dasar makhluk luar angkasa! Dasar turunan demit! Dan sebagainya, dan sebagainya, jika Edi Ponga kecil berani mendekati mereka, dan apalagi sampai meminta ikut bermain.

Itu adalah awal ketika ia pada akhirnya memutuskan untuk pergi ke kota, dan jadi pemulung di sana, dan juga bertemu babi yang ia beri nama Jhon itu.

~

Di hadapan bangkai itu ia akhirnya mengapitkan secarik kain, yang entah dari tong sampah dimana ia menemukannya. Ia perlakukan mayat Jhon sebagaimana mayat manusia, meski tanpa doa, karena ia tak bisa berdoa. Itu lebih baik ketimbang anak muda yang kemarin sore dibakar masa karena mencuri sepeda motor, atau seorang kiyai yang bunuh diri karena dituduh tidak mendukung agamanya, atau seorang perempuan yang minggu lalu disabet oleh suaminya dengan parang karena selingkuh.

Bangkai itu akhirnya ia kuburkan di depan pintu gubuknya, tepat di mana air hujan dari wuwungan jatuh menyentuh bumi. Tempat itu satu-satunya tanah tersisa yang ia miliki, karena ia tak punya apa-apa lagi. Di samping kiri dan kanan sudah berdiri apartemen-apartemen yang tidak peduli padanya, apalagi pada babi peliharaannya.

Saat-saat itu awan dilangit seakan bersekongkol membuat penyerangan pada bumi. Rintik hujan sebenarnya sudah jatuh malu-malu dikuburan yang akan menjadi tempat damai untuk Jhon. Dan Edi Ponga semakin bersedih. Ia tahu situasi itu hanya mengingatkannya pada masa-masa pertama kali ia bertemu dengan babi itu, dahulu ketika hujan sedang memaksanya istrahat di salah satu beranda warung.

Saat itu ia yang sedang memanggul karung, yang diisi barangkali oleh plastik, dan kaleng susu, tiba-tiba saja didatangi oleh anak babi saat sedang berlindung di bawah beranda warung karena hujan. Anak babi itu terlihat sangat memprihatinkan. Bulu-bulunya nampak tak pernah tersisir, basah oleh hujan, dan tubuhnya kurus, mungkin tak makan selama berminggu-minggu. Sedang tatapan matanya seolah menggambarkan ia adalah seekor babi yang sudah pasrah pada takdir dan tidak mau lagi terikat pada urusan duniawi. Ia bahkan tak bergerak sedikit pun, paling tidak memberikan perlawanan saat Edi Ponga mendekatinya.

Ia bahkan manut dan ikut saja ketika Edi Ponga menggiringnya ke gubuk lelaki itu. Ia juga manut saja ketika Edi Ponga dengan sedikit berbisik padanya, mengatakan kalau hari ini ia belum bisa makan karena Edi Ponga tak punya uang untuk memberinya makan. Ia juga manut bahkan ketika Edi Ponga menyuruhnya istirahat dan rebahan di salah satu sisi dinding gubuknya. Seolah dunia bukan lagi menjadi hal yang penting bagi anak babi itu. Dan dalam beberapa bulan ia tumbuh dari anak babi yang patuh jadi babi dewasa yang bijaksana, yang tahu tuannya hanyalah seorang pemulung yang tak punya apa-apa.

Hingga pada suatu hari, ya! Itu adalah hari ini, saat cerita ini kau baca, babi dewasa itu mati, Jhon mati dengan baik-baik dan tanpa penyesalan. Serupa matinya seorang petapa, atau seorang pengembara yang lari dari zaman.

Edi Ponga yang tak bisa lagi menerjemahkan luka di dadanya, juga patah di hatinya, kemudian jatuh sakit setelah beberapa hari kematian sahabat karibnya, Jhon alias babi bijaksana yang mati bahagia itu. Kemudian dalam penyesalan terakhirnya ia mati sia-sia, tanpa doa, dan tanpa dikuburkan. Karena tak ada satu pun orang di kota itu yang tahu. Kalau di sisi-sisi apartemen megah mereka, juga di antara pusat-pusat belanja anak-anak mereka, telah teronggok bangkai seorang manusia, yang bahkan lebih terabaikan dari mayat seekor babi.

Serupa pemuda yang dibakar masa karena mencuri, serupa seorang kyai yang gantung diri karena dituduh tidak pro agamanya sendiri, juga serupa perempuan malang yang disabet suaminya dengan parang karena selingkuh.




Baca juga:
Oleh-oleh dari Sudut Pandang Ilmu Ekonomi, Efisien dan Rasional kah?
Mewujudkan Rumah Idaman bagi Nenek Uzur
Setelah Davide Astori, Masalah Jantung Kembali Renggut Pebulutangkis Legendaris Korea

Yuk, Ngobrol Santai terkait Perdagangan Indonesia Bersama Mendag!

$
0
0

Yuk, Ngobrol Santai terkait Perdagangan Indonesia Bersama Mendag!

Di tahun 2018 ini, Presiden Jokowi telah memberikan mandat kepada Kementerian Perdagangan untuk menangani segala urusan dan kendala perdagangan di Indonesia. Mandat ini kembali disampaikan saat Pembukaan Rapat Kerja (Raker) Kementerian Perdagangan di Istana Presiden awal tahun ini.

Ketiga mandat tersebut yaitu, menjaga stabilitas harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok serta mengutamakan penyerapan dalam negeri, meningkatkan ekspor dan menjaga neraca perdagangan, serta membangun/merevitalisasi pasar rakyat. Untuk menjalankan, telah direncanakan beberapa langkah terobosan dan perubahan.

Kira-kira seperti apa kondisi perdagangan Indonesia saat ini? Bagaimana upaya-upaya yang tengah dilakukan Kementerian Perdagangan terkait tiga mandat tersebut? Bagaimana pula potensi produk lokal dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional? Untuk mengetahui lebih dalam, Kompasiana bersama Kementerian Perdagangan ingin mengajak Kompasianer untuk ikutan ngobrol santai terkait perdagangan Indonesia bersama Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita. Mau ikutan? Yuk, intip informasi terkait acara di bawah ini terlebih dahulu ya.

  • Tema: Ngobrol Santai Perdagangan Indonesia bersama Mendag
  • Hari/Tanggal: Selasa, 13 Maret 2018
  • Waktu: 15.00 - selesai (acara dimulai dengan proses registrasi peserta)
  • Tempat: Auditorium Gedung Utama Kementerian Perdagangan RI, Jalan M.I. Ridwan Rais No.5, Rt.7/Rw.1, Gambir, Jakarta Pusat 10110 [PETA]
  • Pembicara: Enggartiasto Lukita, Menteri Pedagangan RI
  • Moderator: Glory Oyong, News Anchor KOMPAS TV
  • Kuota: 50 Kompasianer
  • Aktivitas:
    • Sosialisasi dan Edukasi
    • Instagram dan Twitter Competition

Untuk mendaftarkan diri, segera klik tombol 'DAFTAR' pada bagian atas halaman ini.

Selain acara Kompasiana Perspektif ini, Kompasiana dan Kementerian Perdagangan juga akan  mengadakan blog competition dengan total hadiah senilai Rp 5.000.000 untuk 5 artikel terbaik. Periode blog competition 14 Maret - 13 April 2018. Untuk informasi terkait blog competition, tunggu pengumuman selanjutnya dari Kompasiana ya. (GIL)




Baca juga:
Kuliah Jangan Sampai Mengganggu Hobi, atau Sebaliknya?
Oleh-oleh dari Sudut Pandang Ilmu Ekonomi, Efisien dan Rasional kah?
Mewujudkan Rumah Idaman bagi Nenek Uzur

39 Tahun Perempuan Iran Melawan Kewajiban Berhijab

$
0
0

Aksi 100.000 Perempuan Iran pada 8 Maret 1979, menolak kewajiban berhijab. Sumber: HENGAMEH GOLESTAN /telegraph.co.uk

Setelah menulis Cerpen "IWD dan Para Perempuan 1917 bagian I", sebuah episode dari Seri Jyestha, si Penjelajah Ruang-Waktu saya tiba-tiba ingin sekali melihat foto-foto unjuk rasa Hari Perempuan Internasional. Kerinduan saya bukan pada foto perayaan IWD emak-emak kelas menengah di Indonesia. Saya justru penasaran bagaimana kini rupa peringatan IWD di kota-kota di Iran tahun ini. Pada tanggal itu, 39 tahun lampau, para perempuan Iran untuk terakhir kalinya merdeka atas diri mereka.

Ya! Hari Perempuan Internasional 8 Maret 1979 adalah hari pertama dari enam hari unjuk rasa perempuan terbesar dalam sejarah Iran.

Tanggal 7 Maret 1979. Belum sebulan Perdana Menteri Bahtiar melarikan diri, pertanda kekuasaan Pahlevi sungguh berakhir. Tetapi Republik Islam Iran belum resmi berdiri. Referendum untuk menentukan bentuk negara baru akan dilangsungkan pada 30 Maret. Perempuan Iran, The daughters of Revolution dikejutkan oleh pengkhianatan rezim baru, rezim yang mereka perjuangkan dengan berdarah-darah. Sebuah peraturan telah dikeluarkan oleh Ayatollah Khomeini sebelum resmi berkuasa. Perempuan Iran wajib mengenakan hijab.

Sontak, pada tanggal 8 Maret 1979, 100.000 perempuan Iran berbasis bersama kaum pria berpikiran maju menolak penelikungan terhadap semangat revolusi, menolak kewajiban mengenakan hijab.

Hengameh Golestan, pelopor fotofrager perempuan di Iran menceritakan momentum tersebut melalui pameran foto di London 2015 lalu. "Witness 1979" judul pameran itu.

"Kaum perempuan menggelar pemogokan hari itu sebab malam sebelumnya mereka membaca pengumuman di surat kabar bahwa perempuan harus mengenakan hijab saat ke tempat kerja. Jadi tak ada yang masuk kerja, mereka berunjuk rasa, turun ke jalan, sejak pagi di mulai dari Universitas Tehran." Golestan mengenang peristiwa itu. Menurutnya, perlawanan perempuan, Maret 1979 itu bukan sekadar masalah hijab, tetapi perjuangan mempertahankan hak-hak perempuan Iran yang telah dicapai dan berkembang selama 70 tahun, sejak revolusi konstitusional Iran 1909 (1).

IWD di Teheran, 8 Maret 1979 menolak kewajiban berhijab. Sumber: HENGAMEH GOLESTAN /telegraph.co.uk

Menurut Mahnaz Matin, penulis buku Iranian Women's Uprising March 8th 1979 Vol. I, perlawanan perempuan menolak kewajiban berhijab pada Maret 1979 adalah gerakan protes pertama yang lahir dari revolusi itu sendiri dan melawan tindakan para pemimpin revolusi.

Nasser Mohajer, yang bersama Matin menulis buku The Post-Revolutionary Women's Uprising of March 1979 mengatakan, kebangkitan perempuan Iran, Maret 1979 adalah gerakan sosial yang paling penting dalam menentang kediktatoran Shah. Para perempuan menuntut kemerdekaan, meneriakkan slogan "sekarang, bukan despotisme, tegakkan kebebasan!"(2)

Sejarah memutuskan lain. Euforia kemenangan revolusi atas dinasti Pahlevi menjauhkan kaum perempuan dari dukungan rakyat umumnya. Para sekutu di era perjuangan bersama melawan Pahlevi memalingkan muka. Maka 39 tahun lamanya, para perempuan Iran kehilangan kebebasan atas tubuh mereka.

Tetapi kehendak perempuan Iran akan keberdekaan belum dingin mengabu. Meski kecil, bara masih menyala.

Dalam beberapa tahun terkahir, perlawanan dalam bentuk baru berkembang. Para perempuan memanfaatkan media sosial untuk mengkampanyekan kebebasan. 'My Stealthy Freedom' nama kampanye mereka adalah bentuk gerilya baru melalui media sosial. Gerakan ini dipelopori Jurnalis Iran, Masih Alinejad pada 3 Mei 2014 dan terus meluas, bersambut dukungan perempuan Iran dan komunitas Internasional.

My Stealthy Freedom memperjuangkan hak asasi individual perempuan Iran untuk memilih menggunakan hijab atau tidak sesuai keinginan pribadi mereka.(3)

Awalnya ini adalah gerilya daring. Para perempuan Iran, melalui facebook,twitter, youtube,Vimeo dan media sosial lain mengunggah foto dan video mereka melepaskan jilbab dan mengibarkannya sebagai simbol kemerdekaan individual untuk memilih, kemerdekaan atas tubuh sendiri.

Perempuan Iran melancarkan kampanye #MyStealhtyFreedom. Sumber: Facebook/mystealthyfreedom

Kini, gerakan itu semakin berani. Aksi melepas jilbab tidak lagi dilakukan di tempat-tempat tersembunyi. Para #GirlsOfRevolutionStreet, demikian kini mereka menyebut diri, melakukannya di tempat-tempat keramaian. Pada 8 Maret kemarin, seorang mahasiswi pemberani membuka dan melambai-lambaikan jilbab di halaman Universitas Mazandaran. Aksi ini telah mendapat kecaman resmi birokrat kampus (4).

Menghadapi gerakan yang kian gencar ini, pemerintah Iran terbelah. Peraturan kewajiban berhijab memang tidak dicabut, tetapi Massoumeh Ebtekar, Wakil Presiden Urusan Perempuan menyatakan perempuan tak berhijab tidak akan lagi dipenjara. Bertentangan dengan itu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan para perempuan yang mengkampanyekan penolakan berhijab dapat dipenjara 10 tahun. Posisi presiden ini didukung Kepala Kepolisian Tehran, Hossein Rahimi (4).

Dengan perkembangan terkini, saya berharap menemukan foto-foto aksi Hari Perempuan Internasional di Iran menampilkan para perempuan berhijab dan tanpa hijab berada dalam barisan massa aksi meneriakkan tuntutan-tuntutan hak kaum perempuan.

Sayangnya, yang saya peroleh adalah berita represi aparat kepolisian terhadap para perempuan Iran ketika unjuk rasa baru dimulai di depan kantor Kementerian Tenaga Kerja di Azadi Ave, Teheran. Para perempuan yang menuntut penghapusan diskriminasi, termasuk diskriminasi dalam dunia kerja dipukul dengan tongkat. Dua puluh aktivis perempuan ditangkap.(5)

Baiklah, Daughter of Revolution. Baiklah, para Girls of Revolution Street. Mungkin kalian harus menunggu 40 tahun untuk kemerdekaan dan kesetaraan, atau mungkin 50 tahun. Hormatku untuk kalian. Jangan menyerah.

***

Tilaria Padika

Timor, 9/03/2018




Baca juga:
Saatnya Ceriakan Kehangatan Keluarga di Hari Kasih Sayang
Kuliah Jangan Sampai Mengganggu Hobi, atau Sebaliknya?
Oleh-oleh dari Sudut Pandang Ilmu Ekonomi, Efisien dan Rasional kah?

Ketemu Benda Purbakala, Wajib Dilaporkan!

$
0
0

Seorang Anak Menunjukkan Temuan Benda Purbakala berupa Emas berbentuk Bunga di Grobogan, Jawa Tengah, Diduga berkaitan dengan Kerajaan Medang. (Sumber: kebumenekspres.com)

Pada tanggal 2 April 1960, selepas hujan yang turun dengan lebatnya, Madiyono, Karsoutomo dan Amatrejo pergi menengok sawah dan akan menangkap ikan. Namun, sungguh tidak diduga, tiga orang warga dusun Nayan, Maguwoharjo, Sleman ini justru menemukan benda purbakala yang terbuat dari emas. Tiga orang tersebut menemukan sebuah wadah atau tempat seperti periuk yang terbuat dari perunggu yang terpendam di bawah lumpur di sebuah tebing sawah desa mereka.

Setelah dibuka, wadah tersebut ternyata berisi cincin, lembaran kertas emas, semacam patrem atau keris kecil, rantai dan sebuah topeng emas. Oleh mereka temuan harta karun ini dilaporkan ke Dinas Purbakala dan temuan mereka kemudian disimpan di Museum Sonobudoyo. Belakangan melalui penelitian diketahui bahwa temuan purbakala tersebut berasal dari zaman Majapahit. Secuil kisah menarik tentang penemuan benda purbakala seperti yang dilansir oleh jogja tribunnews, Agustus 2016 silam (lihat di sini).

Ada lagi kisah lain seperti yang terjadi di dusun Rantau Kapas Tuo, Batanghari, Jambi. saat seorang petani menemukan dua arca perunggu berlapis emas dari zaman Sriwijaya di pekarangan rumahnya. Oleh penemu, dua arca tersebut dilaporkan ke pemerintah dan kini disimpan di Museum Siginjei, Jambi.

Topeng Emas Yang ditemukan di Desa Nayan, Yogyakarta. Kini topeng tersebut telah hilang dicuri dari Museum Sonobudoyo. (Sumber: jogjaupdate.com)

Memang, dari sekian ratus juta jiwa penduduk Indonesia hanya segelintir saja yang mendapatkan sebuah "keberuntungan" menemukan benda-benda purbakala. Dan dari segelintir orang tersebut, sangat sedikit yang bersikap seperti Madiyono dkk serta seorang petani dari Jambi yaitu segera melaporkan temuannya dan secara sukarela memberikannya kepada pemerintah. 

Kebanyakan dari mereka yang menemukan benda purbakala justru enggan melaporkannya serta memilih untuk menyembunyikan dan menyimpan barang tersebut sendiri dengan berbagai alasan seperti untuk dijadikan jimat karena dianggap mempunyai kekuatan magis dan gaib. Di sisi lain, ada lagi yang dilatarbelakangi motif ekonomi, mereka menjual benda purbakala dengan harga tinggi kepada kolektor dan bahkan melakukan pencarian benda purbakala secara ilegal.

Penulis sendiri punya pengalaman menarik terhadap temuan benda purbakala yang "lambat" dilaporkan seperti kasus yang juga terjadi di Jambi. Seorang kontraktor berinisial SY tanpa sengaja menemukan 5 buah tempayan dalam tanah saat pengerjaan proyek jalan di Selatan Danau Kerinci. Olehnya, tempayan tersebut dibuka dan ditemukan benda purbakala di dalamnya yakni arca perunggu berbentuk gajah, liontin, keris yang sudah berkarat serta dua buah resin (getah) dari tumbuh-tumbuhan (diduga getah kemenyan). Sayangnya, temuan tersebut tidak dilaporkan dan disimpan sendiri oleh SY. 

Walaupun di kemudian hari SY dengan tangan terbuka menerima kedatangan saya untuk mendokumentasikan temuan tersebut, tetapi data-data penting terkait dengan benda purbakala tersebut sudah banyak yang hilang. Karena, ketika benda purbakala telah diangkat dari lokasi temuannya tanpa prosedur arkeologis, maka data terkait lingkungan dan usia dari temuan sudah pasti sulit didapatkan kembali. Padahal temuan getah kemenyan yang dijadikan bekal kubur prasejarah merupakan temuan yang sangat langka. Dan bisa jadi merupakan komoditas dari dataran tinggi Sumatra yang diperdagangkan sejak masa proto sejarah hingga masa Hindu-Buddha.

Kasus lain di tempat yang sama seperti yang terjadi pada Pak AF. Pak AF secara tidak sengaja menemukan pecahan tembikar dan benda perunggu di lahan perkebunannya. 

Namun, Pak AF dengan segera melaporkan temuannya pada instansi terkait sehingga dapat dilakukan penelitian lanjutan. Belakangan diketahui bahwa di area perkebunan Pak AF merupakan lokasi penguburan dari zaman proto-sejarah sekitar abad ke 9-10 M di dataran tinggi Jambi. Namun, Pak AF tidak menyerahkan temuan-temuan berharga itu melainkan disimpan dan dirawat sendiri olehnya. Tentu saja hal ini sangat diperbolehkan sepanjang Pak AF mampu merawat temuan itu dan terbuka untuk keperluan ilmu pengetahuan. 

Di sisi lain, ada lagi masyarakat yang secara ilegal dan sengaja mencari benda purbakala (dalam sudut pandang mereka tentu saja akan disebut sebagai harta karun). Hal ini didasari oleh motif ekonomi, kebanyakan dari mereka tidak memperdulikan nilai ilmu pengetahuan dari sebuah benda purbakala sehingga mereka menjualnya kepada para kolektor yang menawari dengan harga tinggi. Kasus seperti ini seperti yang diberitakan beberapa waktu lalu di Situs Teluk Cengal, Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan. Masyarakat berbondong-bondong mencari harta karun yang terbenam di lahan basah/lahan gambut di situs tersebut dan tidak jarang pula mereka menemukan benda purbakala berupa perhiasan emas. Seperti yang dilansir tempo.com 2017 yang lalu (lihat di sini).

Tidak melaporkan dan mencari secara ilegal benda purbakala dapat dikenakan sanksi pidana

Kebanyakan masyarakat mungkin tidak mengetahui akan adanya undang-undang yang mengatur tentang cagar budaya --termasuk di dalamnya temuan benda purbakala/arkeologi-- yaitu, Undang-undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. UU tersebut secara jelas memberikan sanksi pidana penjara dan denda bagi setiap orang yang tidak melaporkan temuan benda purbakala maupun yang melakukan pencarian tanpa izin.

Pasal 102 misalnya berbunyi: Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan temuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

Begitu pula dengan pasal 103 yang berbunyi: Setiap orang yang tanpa izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah melakukan pencarian Cagar Budaya sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 26 ayat(4) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp.150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah).

Oleh sebab itu, ketika ada temuan benda purbakala maka haruslah segera dilaporkan pada instansi terkait seperti dinas kebudayaan setempat untuk ditindaklanjuti, serta kepada pejabat desa setempat dan instansi kepolisian untuk menjaga lokasi temuan tersebut agar tidak dijarah atau dirusak oleh orang lain, hingga kedatangan tim peneliti baik dari Balai Pelestarian Cagar Budaya maupun dari Balai Arkeologi.

Kebanyakan penemu mungkin berpikir bahwa barang temuannya akan disita oleh pemerintah sehingga ia takut melaporkannya kepada pemerintah. Padahal dari UU 11 tahun 2010 tersebut diketahui bahwa penemu dapat memiliki benda/barang temuannya dengan syarat-syarat tertentu dan bahkan memperoleh kompensasi bila barang yang ditemukannya ditetapkan sebagai cagar budaya (pasal 24). 

Penulis sendiri sangat menganjurkan penemu memberikan benda purbakala hasil temuannya segera kepada pemerintah/instansi terkait untuk dirawat agar terjaga kelestariannya dan diteliti demi kepentingan ilmu pengetahuan. Toh, benda-benda tersebut tidak akan bernilai apa-apa jika penemunya hanya menyimpannya di balik lemari kaca. 

Begitu pula dengan uang hasil penjualan benda purbakala bisa habis dalam waktu sekejap saja. Tetapi ketika benda tersebut diteliti, ilmu pengetahuan yang diungkap dari sana akan dibaca dan berguna terus menerus di masa mendatang, begitu pula ketika ia dilestarikan di museum misalnya, benda tersebut akan lebih terjamin kelestariannya dan dapat pula disaksikan oleh siapa saja dan generasi berikutnya. HF




Baca juga:
Produk Pangan dengan Nama Palembang belum Tentu Ditanam di Palembang
Saatnya Ceriakan Kehangatan Keluarga di Hari Kasih Sayang
Kuliah Jangan Sampai Mengganggu Hobi, atau Sebaliknya?

Fenomena E-Book Bajakan, Jeruk Nipis untuk Luka Hati Para Penulis

$
0
0

Ilustrasi. Curata.com

Mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran sudah jelas. Menyisihkan dana dan upaya untuk riset tentu tidak sedikit. Menebalkan muka saat merayu penerbit sembari menyiapkan mental jika seandainya naskah ditolak. Setelah diterima pun masih harus menabahkan hati karena ternyata naskahnya dicorat-coret editor dengan sadis. Belum lagi proses revisi berulang yang kadang lebih ribet dari skripsi. Pun akhirnya terbit, perjuangan belumlah usai karena masih harus sibuk dengan promosi sana-sini.

Belum lagi terbayar segenap jerih payah menghasilkan buku setebal ratusan halaman itu, mendadak harus mendapati sejumlah akun Instagram yang menjual buku tersebut seharga Rp 1000 saja. Benar-benar hanya seribu rupiah, yang bahkan untuk membayar pulsa listrik laptopnya saja tidak cukup.

Perih dan sakit dalam hati jelas tak terkata lagi. Seperti luka bakar derajat II yang dengan sengaja ditetesi perasan jeruk nipis. Dan ... inilah yang saat ini tengah dirasakan oleh sahabat-sahabat saya yang tergabung dalam sebuah grup kepenulisan.

Beberapa akun instagram kedapatan menawarkan sejumlah e-book bajakan dengan harga sangat murah. Berkisar Rp 1-5 ribu saja. Mirisnya, beberapa akun bahkan masih memberi diskon untuk pembelian dalam jumlah banyak selain menawarkan pula opsi pembayaran lewat pulsa.

Judul-judul buku yang ditawarkan (screenshot pribadi)

E-book yang ditawarkan sangat bervariasi, dan umumnya berasal dari penerbit ternama. Bisa ditebak, sejumlah buku milik sahabat-sahabat saya ini muncul juga di lapak jualan mereka.

M. Dwipatra, penulis novel Twinwar terbitan Gramedia Pustaka Utama mengaku sangat geram mendapati bukunya dijual dengan harga murah. Lebih miris lagi, novel yang meraih predikat juara 1 kontes Gramedia Writing Project #3 ini termasuk belum lama diterbitkan, baru resmi rilis beberapa bulan yang lalu. "Gila. Nulis-revisi-terbit itu butuh waktu berbulan-bulan,  dijual seenaknya seharga  seribu. Parkir aja 2 ribu ...," ujar Patra tak terima.

Senada, Vevina Aisyahra, penulis yang akrab disapa Rara ini juga menyatakan keberatannya. Novel A Sweet Mistake yang ditulisnya rupanya juga menjadi sasaran pembajakan. "Yang membajak nggak punya hati. Nggak cuma buku saya yang dibajak, novel teman-teman lain seperti Kak Handi Namire, Kak Lia Nurida, dan Kak Pretty Angelia juga menjadi korban," keluhnya.

Nikmatus Solikha, sahabat saya yang  lain, seorang novelis sekaligus penulis skenario rupanya penasaran dengan orang-orang di balik akun penjual e-book bajakan. Dia pun mencoba berkomunikasi. Dari hasil foto tangkapan layar yang dikirimnya ke grup, diketahui si penjual ternyata mengakui status bajakan barang dagangannya dengan teramat santai.

Pengakuan dari si penjual (screenshot pribadi)

Duh, duh, duh.

Kok enak sekali ya memperoleh keuntungan dari jerih payah orang lain tanpa izin? Para pembajak ini sadar tidak sih kalau yang dilakukannya adalah tindakan melanggar hukum?

Sayang, seperti halnya dunia musik, dunia literasi Indonesia agaknya juga sama-sama kewalahan menghadapi fenomena pembajakan. Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta sejauh ini terkesan hanya pajangan semata.

Sampai saat ini, yang bisa saya dan sahabat-sahabat saya lakukan hanyalah sebatas me-report akun-akun penjual tersebut satu per satu. Jauh di lubuk hati, sebetulnya saya mengakui jika ini adalah tindakan menggarami lautan. Sia-sia. Sebab satu akun penjual terblokir, akun-akun senada akan terus menerus bermunculan, bahkan beranak pinak. Kian hari jumlahnya kian banyak hingga akhirnya tak terpantau lagi.

Akun-akun penjual e-book bajakan (screenshot pribadi)

Benar. Sia-sia.  Tapi ini jauh lebih baik daripada berdiam diri saja. Setidaknya ada hal yang bisa kami upayakan untuk memerangi keberadaan e-book bajakan ini.

Pasar e-book bajakan masih eksis lantaran masih banyak pembelinya. Untuk itu, saya memohon dengan sangat, bagi kalian yang masih senang berbelanja e-book bajakan ... tolong berhentilah. Tolong pikirkan sejenak perasaan sahabat-sahabat saya yang saat ini tengah terluka. 

Penghasilan penulis (terutama penulis baru) itu, tidaklah seberapa. Royalti yang mereka terima dari buku-buku yang laku terjual masih harus dipotong pajak yang nominalnya tidak sedikit. Pahamilah, hanya segelintir saja penulis yang bisa sesukses J.K Rowling atau Tere Liye.

Saya mengerti, kalian mungkin tergiur dengan harga murah yang ditawarkan. Yup, harga buku sekarang memang mahal. Tapi kalau kalian mengerti proses panjang terbitnya sebuah buku, pasti akan maklum. Toh penulis tidak akan marah kalau kalian tidak mampu membelinya. Masih bisa pinjam punya teman, masih bisa ikut kuis-kuis atau give away yang menghadiahkan buku gratis, masih bisa jadi anggota perpustakaan. Apa sajalah, yang penting jangan beli buku bajakan.

Aplikasi iPusnas (screenshot pribadi)

Bahkan jika kalian benar-benar tidak punya uang  untuk membeli e-book yang asli, kalian masih bisa menikmati e-book gratis secara legal kok. Ada aplikasi iPusnas dari perpustakaan nasional RI. Cukup unduh aplikasinya, dan kalian akan dapati kalau koleksi bukunya cukup lengkap. Lebih enak lagi, kalian bisa membacanya dengan leluasa tanpa rasa bersalah.


Yuk, sama-sama membiasakan diri untuk tidak bangga jadi pencuri!


****


Salam dari Tepian Musi,

Arako



Sumber foto tangkapan layar :

WA Group Gramedia Writing Project Batch 3


Kompal : Kompasianer Palembang









Baca juga:
"Sekala Niskala", Mitos Si Kembar dan Tradisi Bali yang Kental
Takjub Saat Masuk ke Masjid "Kurang Aso 60"
Tips dan Trik Menulis di Kompasiana via Mobile

Intip Hubungan Vietnam dan India yang Sedang "Booming"

$
0
0

Veeramalla Anjaiah*

Presiden Vietnam Tran Dai Quang (kiri) serta istrinya bersalaman dengan Perdana Menteri India Narendra Modi (kanan) dan Presiden India Ram Nath Kovind di New Delhi, India, pada tanggal 3 Maret. | Courtesy of www.pmindia.gov.inDengan populasi 1,35 miliar jiwa dan PDB senilai AS$2,4 triliun, India merupakan pasar yang menarik. India adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat, jauh lebih cepat daripada China, di dunia. India memang negeri dengan banyak peluang berkembang. Presiden Joko "Jokowi" Widodo melihat potensi India yang sangat besar dan memutuskan untuk memperkuat hubungan Indonesia dengan India.

Untuk itu, Indonesia merupakan mitra dagang terbesar India di Asia Tenggara dengan total perdagangan $18,13 miliar pada tahun 2017. Kita menikmati rekor surplus perdagangan dengan India senilai $10. 03 miliar.

Namun negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Vietnam dan Malaysia juga ingin memanfaatkan potensi besar India. Dengan ekspor yang melonjak, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inflasi yang rendah, Vietnam ingin memperkuat hubungan yang ada untuk menuai keuntungan dari pasar India. Mari kita lihat hubungan yang berkembang antara India dan Vietnam.

Meskipun India dan Vietnam, dua negara yang semakin kuat, baru saja merayakan 45 tahun persahabatan mereka yang menuai hasil serta hubungan bilateralnya yang erat, kaitan - baik itu ekonomi, budaya maupun agama - antar kedua negara tersebut dan masyarakatnya sudah ada selama lebih dari 2.000 tahun.

Saat ini, baik Vietnam maupun India bukan hanya teman dekat tapi juga merupakan mitra strategis. Dalam waktu kurang dari 40 hari, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc (pada akhir Januari 2018) dan Presiden Tran Dai Quang (awal Maret) mengunjungi India untuk memperbaharui Kemitraan Strategis Komprehensif Vietnam-India.

Apa yang akan menjadi arah masa depan untuk hubungan strategis yang kuat ini?

Presiden Quang memberikan beberapa petunjuk tentang arahan ini dalam pidato bersejarahnya yang dibuat di Museum dan Perpustakaan Memorial Nehru di New Delhi pada tanggal 4 Maret saat kunjungan tiga hari-nya ke India, yang dimulai pada tanggal 2 Maret.

"Pertama, kita perlu memperkuat konektivitas ekonomi dan perdagangan sebagai pilar dan pendorong Kemitraan Strategis Komprehensif Viet Nam-India. Oleh karena itu, kita perlu mengatasi mentalitas proteksionisme, mempromosikan liberalisasi perdagangan / investasi, dan meningkatkan infrastruktur, konektivitas maritim dan penerbangan baik dalam konteks bilateral maupun kerangka kerja rencana sub regional dan regional," kata Quang.

Perdagangan, investasi, infrastruktur dan konektivitas sangatlah penting bagi pertumbuhan ekonomi India dan Vietnam, yang ekonominya telah tumbuh rata-rata lebih dari 6 persen selama lebih dari 10 tahun.

Vietnam membutuhkan pasar yang tumbuh sangat cepat seperti India. Tahun lalu Vietnam menciptakan rekor baru dengan nilai ekspor sebesar $213 miliar, lebih besar dari Indonesia ($169 miliar). Namun, perdagangan antara India dan Vietnam, berdasarkan statistik India, bertahan pada sekitar $8 miliar pada tahun 2016. India dan Vietnam telah menetapkan target perdagangan sebesar $15 miliar pada tahun 2020.

Sebagian besar produk ekspor India ke Vietnam adalah mesin dan peralatan, makanan laut, obat-obatan, kapas, mobil, tekstil dan aksesoris kulit, pakan ternak, bahan kimia, resin plastik, serat, baja, kain, logam biasa dan perhiasan & batu mulia, sementara produk impornya dari Vietnam adalah ponsel & aksesoris, komputer dan perangkat keras elektronik, mesin dan perkakas, bahan kimia, dan karet. 

Sejauh ini, investor India menginvestasikan sekitar $1 miliar di Vietnam.

Quang menyambut baik pebisnis India yang telah memperluas kegiatan eksplorasi serta eksploitasi minyak dan gas mereka di darat, di landas kontinen dan di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Vietnam.

Hubungan strategis antara Vietnam dan India terjadi di saat yang penting, yaitu ketika Asia berkembang pesat dan menjadi pusat geo-politik, ekonomi dan budaya global. Vietnam ingin India, sebagai negara terbesar kedua di Asia, untuk memainkan peran yang lebih besar terutama di wilayah Indo-Asia-Pasifik, yang terdiri dari wilayah Samudera Hindia dan kawasan Asia Pasifik.

"Hubungan ekonomi, politik, dan budaya yang semakin dekat antara Asia Pasifik dan Samudera Hindia akan menciptakan dorongan baru untuk pertumbuhan dan membantu mengubah Abad Asia menjadi Abad Indo-Asia-Pasifik," ujar Quang  dalam pidatonya. 

"ASEAN dan India akan menjadi pusat integrasi dengan peran penting dalam pembangunan masa depan di kawasan ini."

Vietnam juga berharap India memainkan peran lebih besar dalam mekanisme regional Asia Timur dan ASEAN Connectivity Master Plan. Dengan bangkitnya dominasi China di kawasan ini, ASEAN ingin menjalin hubungan dekat dengan India sebagai benteng melawan pengaruh China. 

"ASEAN memiliki keyakinan kuat dan harapan besar dalam pertumbuhan yang kuat di India, sebuah negara yang sangat menyadari tanggung jawab dan tugasnya terhadap masyarakat internasional. India akan menjadi tiang pembangunan baru, sebuah mesin penting untuk perdamaian, kemakmuran, dan integrasi baik di Indo-Asia-Pasifik maupun di seluruh dunia pada umumnya," kata Quang. 

Teka-teki Laut China Selatan (LCS) merupakan ancaman keamanan utama bagi negara-negara ASEAN karena China mengklaim lebih dari 90 wilayah maritim LCS. Vietnam adalah penuntut terbesar kedua dari LCS dan Malaysia, Filipina, Taiwan serta Brunei juga mengklaim beberapa wilayah di area tersebut.

Selama kunjungannya, Quang dengan jelas menekankan bahwa kepatuhan sepenuhnya terhadap hukum internasional, khususnya Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982, pemeliharaan kebebasan navigasi dan overflight di LCS, hormat terhadap proses diplomatik dan hukum dan penyelesaian damai perselisihan maritim sangatlah dibutuhkan.

India menegaskan kembali posisinya pada mekanisme berbasis peraturan dan resolusi damai dari seluruh perselisihan dan konflik maritim. Kedua pemimpin India dan Vietnam mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa mereka sangat mendukung "pelaksanaan Declaration on the Conduct of the Parties in South China Sea (DOC) secara penuh dan efektif dan berharap Code of Conduct (COC) yang efektif dan substantif dapat segera disimpulkan untuk Laut China Selatan." 

Quang mengucapkan rasa terima kasih negaranya kepada India, yang telah menjadi pendukung kuat untuk bangkitnya Vietnam sejak perjuangan kemerdekaan Vietnam. Setelah pembebasan Hanoi dari rezim kolonial pada tahun 1954, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, atas undangan pertemanan pahlawan revolusioner Vietnam sekaligus presiden pertama Ho Chi Minh, mengunjungi Vietnam. Nehru adalah kepala pemerintahan asing pertama yang mengunjungi Vietnam saat itu.

Selama bertahun-tahun, hubungan antara Vietnam dan India tidak memiliki masalah apa pun.

"Kerjasama politik, pertahanan, dan keamanan semuanya telah diperluas dan menjadi pilar strategis dalam hubungan bilateral kita. Kerjasama ekonomi dan perdagangan juga tumbuh secara dramatis. Kerja sama pengembangan dan usaha bersama di bidang pendidikan, pelatihan, budaya, pariwisata, dan pertukaran orang-ke-orang semakin mendalam, yang menciptakan fondasi sosial yang abadi untuk hubungan bilateral kita," ujar Quang.

Selama kunjungan tersebut, beberapa kesepakatan di bidang teknologi nuklir, pertanian, perdagangan dan investasi ditandatangani.

Pada tahun 2016, saat Perdana Menteri Modi berkunjung ke Vietnam, kemitraan strategis ditingkatkan menjadi Kemitraan Strategis Komprehensif.

"Tujuan Kemitraan Strategis Komprehensif kami tidak lain adalah untuk Vietnam yang kuat dan makmur yang berkembang secara lestari; sebuah India yang kuat dengan prestise dan status yang berkembang di arena internasional; dan kontribusi bersama kami terhadap pemeliharaan perdamaian, stabilitas, kerjasama, dan pembangunan regional dan dunia," kata Quang dalam sambutannya.

Hubungan yang berkembang antara Vietnam dan India sangat penting tidak hanya untuk kedua negara tersebut tapi juga untuk kawasan Indo-Asia-Pasifik. Sekarang kita berada di tengah-tengah abad Asia. Hubungan strategis antara India dan Vietnam akan menjadi pilar yang kuat dalam mengubah Abad Asia menjadi Abad Indo-Asia-Pasifik.

 

*Penulis adalah seorang wartawan senior yang tinggal di Jakarta.




Baca juga:
Ketika Atlet Bulutangkis Main Ketoprak, Bagaimana Jadinya?
"Sekala Niskala", Mitos Si Kembar dan Tradisi Bali yang Kental
Takjub Saat Masuk ke Masjid "Kurang Aso 60"

Secara Psikologis, Kita Butuh Napoli Juara Tahun Ini

$
0
0

Goal.com

Bagi penikmat sepak bola hari ini, Napoli (mungkin) adalah sebuah asa terakhir. Diam-diam, kita mendoakannya untuk sesuatu yang sepertinya menjadi kebutuhan dasar kita sebagai manusia, harapan dan kejutan. Saya tidak hendak berbicara sepak bola sebagai olahraga, tetapi sepak bola sebagai sebuah hiburan, kompetisi, integrasi sistem sosial, kapital dan bahkan sebagai sebuah kebutuhan emosi dan fantasi. Sepak bola yang melebihi cabang olahraga manapun di dunia.

Societ Sportiva Calcio Napoli, klub yang tahun ini genap berusia 92 tahun merupakan harapan terakhir sepak bola tahun ini. Jika kita melihat klasifika liga-liga top eropa, mau tidak mau penikmat sepak bola akan dibuat putus asa. Hampir tidak ada yang membuat kita tertarik, karena semuanya berjalan sesuai prediksi para pengamat sepakbola. Kita mulai dari tabel di Premier League sebagai liga termahal dunia, meskipun sempat sengit pada pekan-pekan awal, sekarang tidak ada lagi yang berani meragukan bahwa gelar juara telah menjadi milik Manchester City. Jarak 18 poin pada pekan ke 29 dengan penghuni peringkat dua Liverpool, membuat pasukan Pep Guardiola tinggal menyiapkan diri untuk mengangkat piala pada beberapa pekan kedepan.

Tak berbeda di La Liga, meskipun awalnya banyak yang meragukan adaptasi Ernesto Valverde di Barcelona, siapa yang berani memprediksikan gelar juara akan lepas dari tangan Barcelona? Kalaupun ada, bagi saya itu bukanlah prediksi melainkan omongan ngawur dari orang-orang yang tidak mau melihat realita. Bisa jadi, ocehan tersebut keluar dari pendukung Real Madrid yang tengah mengigau dalam tidur siangnya. Jarak 8 poin dengan Atletico Madrid dan .... (aah sudahlah) sangat jauh dengan Real Madrid membuat Barcelona layaknya seorang perempuan yang tengah nyaman dalam layanan spa premium.Ilustrasi gambar dari www.mcfcwatch.com

Yang paling memprihatinkan adalah Bundesliga Jerman dan Ligue 1 Prancis. Saking membosankannya, anda mungkin merasakan bau air liur saya dalam huruf yang tengah anda baca dalam paragraf ini. Karena kedua liga tersebut benar-benar membuat saya tertidur nyaman sambil ngiler. Bayang-pun (ini adalah istilah 'paling' untuk bayangkan) jarak antara Bayern dengan Dortmund yang berada di peringkat kedua adalah 19 poin. Sedangkan jarak antara PSG dengan Monaco adalah 14 poin. Bagaimana tidak nyenyak kita melihat klasemen yang jaraknya hampir sepanjang kasih ibu tersebut!

Saya tidak menyebutkan Eredivisie Belanda dan Premeira Liga Portugal karena pasti anda juga tidak terlalu menghiraukan kedua liga tersebut.

Manusia Dan Psikologi Kejutan

Kita adalah makhluk unik, seringkali berharap namun juga seringkali bersorak riang ketika mendapat kejutan. Harapan biasanya kita munculkan dengan prediksi, sedangkan kejutan menumbangkan prediksi. Ya, kita menyukai kejutan sebagai paradoks dari harapan itu sendiri. Barangkali kita tidak akan menemukan makhluk seperti diri kita, dan itulah nampaknya yang telah kita yakini dalam kitab suci agama-agama.

Lihat saja, betapa hebohnya kita yang diwakili pewarta berita sepakbola sewaktu Blackburn Rovers menjuarai Premier League pada tahun 1994/1995, begitupun ketika lebih dari 20 tahun kemudian Leicester City kembali melakukannya dua tahun yang lalu. Di jerman ada kisah Kaiserslautern 1997/1998 dan Wolsburg 2008/2009, di Belanda ada Twente 2010/2011, di Prancis ada Montpellier 2011/2012 dan juga AS Monaco tahun lalu. Jangan lupakan pula betapa riangnya dunia menyambut Yunani sebagai jawara Eropa 2004 dan Zambia sebagai jawara Afrika 2012.

Berpuluh tahun psikologi mencoba menggambarkan harapan dan juga kejutan bahkan mencoba menurunkannya dalam indikator untuk diukur. Bagi ilmuan psikologi, harapan merupakan dasar bagi motivasi manusia, dalam artian dia yang memberikan bara bagi kehidupan manusia. Tanpa harapan, manusia tinggallah sebagai sistem organ tubuh. Berbeda dengan harapan, kejutan merupakan luapan emosi serupa heran atau takjub yang disebabkan oleh sesuatu yang di luar prediksi atau tidak terduga. Intinya, kejutan merupakan emosi yang butuh pondasi berpikir, tanpa bisa berpikir manusia tidak akan bisa terkejut. Sama seperti emosi yang lainnya, kejutan dapat berada pada kutub positif ataupun kutub negatif. Lalu, apa pentingnya terkejut?

Manusia pada dasarnya membutuhkan kejutan untuk kembali tertarik dan menemukan kembali intensi belajar. Dalam buku yang diberi judul Surprise: Embrace the Unpredictable and Engineer the Unexpected (2015), Tania Luna dan Leeann Renninger menyebut kejutan (baik itu positif ataupun negatif) sangat penting untuk membawa semangat dalam hidup kita. Prosesnya, dengan terkejut otak kita mengeluarkan dopamine.Itulah yang membantu kita untuk kembali fokus pada ketertarikan hidup dan menginspirasi kita untuk melihat sesuatu dari perspektif yang lain, reflektif.

Sebuah penelitan psikologi yang dipublikasikan dalam jurnal Cognitive Psychology (2015) menjelaskan pada dasarnya kejutan memiliki tingkatan, mulai yang biasa, sedang sampai sangat mengejutkan. Meadhbh Foster dan Mark Keane dalam penelitian yang diberi judul why some surprises are more surprising than others: surprise as a metacognitive sense of explanatory difficultytersebut menyebut terdapat empat faktor yang membuat kita terkejut, yaitu memori kita, skenario kejutan, logika rasio, dan juga kerja kognitif kita saat kejadian. Keempatnya yang membuat kejutan menjadi bertingkat.

Sejatinya, Napoli Hanyalah Akan Menjadi Kejutan Kecil

Melihat segala atributnya, sebenarnya Napoli tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Leicester dalam hal mengejutkan penikmat bola dunia. Minimal itulah yang juga dikatanan oleh Foster dan Keane (2015) dalam penelitian yang telah disebutkan di atas. Kalaupun Napoli juara, mungkin dia hanya akan masuk dalam kategori kejutan biasa. Berikut ini empat faktor yang membuat Napoli hanya akan menjadi kejutan biasa:

  • Memori tentang sejarah Napoli. Otak kita telah menyimpan pengetahuan tentang sejarah tim Kota Naples tersebut. Maradona adalah produk sejarah termasyhurnya, dua kali Napoli merajai panggung Serie A dan deretan gelar lainnya. Napoli bukanlah tim anak bawang layaknya Leicester sewaktu mereka menjadi kandidat juara dulu.
  • Faktor kedua adalah skenario kejutan. Mari kita berbicara tentang konsistensi bukan hanya tahun ini, namun tahun-tahun sebelumnya. Setelah hanya menjadi penggangu (tidak serius) Juventus dalam dominasinya 6 tahun terakhir, waktunya tahun ini Napoli memberikan kejutan kecil bagi penggemar sepakbola dunia. Gelaran Serie A tahun ini telah membuat skenario juara Napoli lebih logis, karena Lorenzo Insigne dkk adalah juara paruh musim dan memiliki grafik meningkat dibandingkan tahun kemarin dalam hal pengumpulan poin serta jumlah gol yang diborong.
  • Faktor selanjutnya adalah logika. Secara logis, Napoli memiliki segala perangkat untuk menjadi jawara tahun ini. Mereka memiliki pelatih cerdik, pasukan merata dan juga memiliki basis suporter yang melegenda. Ketiganya menjadi kolaborasi logis yang dibutuhkan setiap tim untuk menjadi juara.
  • Kesiapan kognisi kita adalah faktor terakhir. Inilah yang membuat Napoli tetap masuk dalam kandidat kejutan. Dominasi dan konsistensi Juventus mungkin yang menghalangi kesiapan kita untuk melihat jawara baru Italia dalam lebih dari satu dasawarsa terakhir. Penikmat sepakbola yang memperhatikan Serie A  tentu sangat ingat bagaimana Juventus sangat berpengalaman dalam menguntit dan kemudian meninggalkan pesaingnya saat mereka terpeleset di akhir-akhir kompetisi. Terbukti pada pekan ke 27 dimana Hamsik cs terpeleset sedangkan Dybala memaksakan kemenangan Juventus pada tambahan waktu. Itulah juga yang terjadi pada Napoli dan Roma dalam beberapa tahun terakhir. Menjadi penantang sampai duapertiga kompetisi, kemudian tertinggal jauh saat kompetisi berakhir. 

Serie A Sebagai (calon) Penyelamat Kita

Melihat betapa lancar jalannya prediksi pengamat pada liga-liga yang saya sebutkan di atas, Serie A tampaknya menjadi harapan terakhir kita tahun ini. Setelah kisah heriok Leicester City dua tahun lalu dan betapa girangnya kita pada pencapaian AS Monaco yang membangunkan kita pada mimpi panjang PSG, sepertinya SSC Napoli bisa saja menjadi pelepas dahaga kita akan sebuah kejutan. Bagi pengamat Serie A, Napoli sekali lagi akan menggairahkan mulut dan jari pengamat untuk berbicara dan menulis lebih jauh tentang fantasi sebuah sepakbola. 

Sampai pekan ke 27, Napoli seolah masih memimpin klasemen Serie A dengan selisih 1 poin atas Juventus. Sekali lagi itu hanya jarak seolah. Karena kekalahan melawan serigala ibukota pada pekan ke 27 membuat Juventus (yang memiliki satu pertandingan sisa melawan Atalanta) bukan saja dapat memangkas jarak, melainkan mengkudeta Napoli dengan selisih 2 poin.

Sebagai penikmat sepakbola, kita tentu sangat berharap bola itu masih bundar. Minimal kebundaran bola masih berlanjut tahun ini. Kita membutuhkan ledakan dopaminedalam otak, untuk menggairahkan dunia (kompetisi) sepakbola. Layaknya sopir, kita membutuhkan jalan yang tidak hanya lurus, agar tetap fokus. Kita sangat butuh Napoli tahun ini setelah harapan tersebut secara matematis tidak bisa kita dapatkan dalam liga-liga besar lainnya.

Sedikit saja saya rasa cukup daripada tidak sama sekali bukan? Dalam lubuk hati terdalamnya, Juventini-pun mengamini hal ini. Mereka juga manusia, mereka pastilah membutuhkan kejutan untuk kembali berharap tim kesayangnnya menjadi juara tahun depan. Saya rasa harapan tersebut lebih indah daripada 5 tahun terakhir bukan?




Baca juga:
Saatnya Ceriakan Kehangatan Keluarga di Hari Kasih Sayang
Ketika Atlet Bulutangkis Main Ketoprak, Bagaimana Jadinya?
"Sekala Niskala", Mitos Si Kembar dan Tradisi Bali yang Kental
Viewing all 10549 articles
Browse latest View live